makalah seminar 1.doc

39
Informasi keuangan yang dilaporkan oleh pemerintah daerah menurut adanya transparansi dan akuntabilitas. Salah satu prasyarat untuk dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara (pusat dan daerah) adalah dengan melakukan reformasi dalam penyajian laporan keuangan, yakni pemerintah harus mampu menyediakan semua informasi keuangan relevan secara jujur dan terbuka kepada public, karena kegiatan pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan amanat rakyat (Mulyana, 2006 dalam Bandariy Himmah). Salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas public adalah melalui penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang komprehensif. Laporan keuangan merupakan komponen oenting untuk menciptakan akuntabilitas sector public dan merupakan salah satu alat ukur kinerja finansial pemerintah daerah. Bagi pihak eksternal, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang berisi informasi keuangan daerah akan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik. Sedangkan bagi pihak intern pemerintah daerah, laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk penilaian kinerja. Dalam penelitian yang dilakukan Himmah Bandary, ia mencantumkan hasil pemeriksaan BPK RI tahun 2008 yang menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintahan daerah (LKPD) tiga tahun terakhir (2004-2006) menunjukkan transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah semakin memburuk. Isu rendahnya transparansi dan akutabilitas semakin dipertegas dengan adanya

Upload: komang-ari-diksani

Post on 01-Jan-2016

77 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah seminar 1.doc

Informasi keuangan yang dilaporkan oleh pemerintah daerah menurut adanya

transparansi dan akuntabilitas. Salah satu prasyarat untuk dapat meningkatkan transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara (pusat dan daerah) adalah dengan melakukan

reformasi dalam penyajian laporan keuangan, yakni pemerintah harus mampu menyediakan

semua informasi keuangan relevan secara jujur dan terbuka kepada public, karena kegiatan

pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan amanat rakyat (Mulyana, 2006 dalam

Bandariy Himmah).

Salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas public

adalah melalui penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang komprehensif. Laporan

keuangan merupakan komponen oenting untuk menciptakan akuntabilitas sector public dan

merupakan salah satu alat ukur kinerja finansial pemerintah daerah. Bagi pihak eksternal,

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang berisi informasi keuangan daerah akan

digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan

politik. Sedangkan bagi pihak intern pemerintah daerah, laporan keuangan tersebut dapat

digunakan sebagai alat untuk penilaian kinerja.

Dalam penelitian yang dilakukan Himmah Bandary, ia mencantumkan hasil

pemeriksaan BPK RI tahun 2008 yang menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintahan

daerah (LKPD) tiga tahun terakhir (2004-2006) menunjukkan transparansi dan akuntabilitas

keuangan daerah semakin memburuk. Isu rendahnya transparansi dan akutabilitas semakin

dipertegas dengan adanya laporan audit yang disampaikan oleh BPK yang menyatakan

bahwa mayoritas laporan keuangan pemerintah daerah diseluruh Indonesia masih

mendapatkan penilaian buruk. Pernyataan tersebut didasarkan pada kembalinya BPK

memberikan opini tidak memberikan pendapat (disclaimer) atas mayoritas laporan keuangan

pemerintah daerah tahun 2007. Penilaian yang buruk ini juga diberikan kepada laporan

keuangan pemerintah pusat. Bahkan sampai empat tahun berturut-turut, sampai tahun 2007,

opini disclaimer ini diberikan untuk laopran keuangan pemerintah pusat. Alasan masih

banyaknya pemerintah daerah yang dinilai buruk dalam melaporkan keuangannya, karena

belum adanya UU yang mewajibkan pemerintahan daerah untuk menyusun laporan keuangan

secara rinci.

Page 2: makalah seminar 1.doc

A. GOOD GOVERNANCE

1. Pengertian Good Governance

Good Governance, bila dianalisis: "Good" rnaknanya adalah nilai-nilai yg

menjunjung tinggi kehendak rakyat dan meningkatkan kemampuannya dalam

pencapaian tujuan serta berdayaguna & berhasil guna dalam pelaksanaan tugasnya

untuk mencapai tujuan tersebut. "Governance" maknanya pemerintahan berfungsi

secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan nasional yang telah

digariskan, dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945.

Terminologi Good Governance dalam bahasa dan pemahaman masyarakat

termasuk disebagian elite politik, sering rancu. Setidaknya beberapa terminologi yang

sering rancu yaitu antara Good Governance (tata pemerintahan yang baik) dan Good

Goverment (Pemerintahan yang baik). Perbedaan paling pokok antara konsep

“government” dan “governance” terletak pada bagaimana cara penyelenggaraan

otoritas politik, ekonomi dan administrasi dalam pengelolaan urusan suatu bangsa.

Konsep “pemerintahan” berkonotasi peranan pemerintah yang lebih dominan dalam

penyelenggaran berbagai otoritas. Sedangkan dalam governance mengandung makna

bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaan dan mengelola sumberdaya

dan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain, dalam konsep

governance terkandung unsur demokratis, adil, transparan, rule of law, partisipatiof

dan kemitraan.

Definisi yang dirumuskan IIAS adalah yang paling tepat menjelaskan makna

tersebut yakni “the process whereby elements in society wield power and authority,

and influence and enact policies and decisions concerning public life, economic and

social development.” Terjemahan dalam bahasa kita, adalah proses dimana berbagai

unsur dalam masyarakat menggalang kekuatan dan otoritas, dan mempengaruhi dan

mengesahkan kebijakan dan keputusan tentang kehidupan publik, serta pembangunan

ekonomi dan sosial.

Good Governance menurut Bank Dunia (World Bank) adalah cara   

kekuasaan digunakan dalam mengelola berbagai sumberdaya sosial dan ekonomi

untuk pengembangan masyarakat (The way state power is used in managing economic

and social resources for development of society).

Good Governance sinonim dengan penyelernggaraan manajemen

pembangunan yang memiliki 5 Prinsip, yaitu :

1.    Solid & bertanggung jawab yang sejalan dg demokrasi serta pasar yang efisien;

Page 3: makalah seminar 1.doc

2.    Menghindari salah alokasi & investasi yang terbatas.

3.    Pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif;

4.    Menjalankan disiplin anggaran;

5.   Penciptaan kerangka politik & hukum bagi turnbuhnya aktivitas kewiraswastaan.

Makna good governance adalah tata pemerintahan yang baik atau menjalankan

fungsi pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (struktur, fungsi, manusia,

aturan, dan lain-lain). Clean government adalah pemerintahan yang bersih dan

berwibawa. Good corporate adalah tata pengelolaan perusahaan yang baik dan bersih.

Governance without goverment berarti bahwa pemerintah tidak selalu di warnai

dengan lembaga, tapi termasuk dalam makna proses pemerintah (Prasetijo, 2009).

Istilah good governance lahir sejak berakhirnya Orde Baru dan digantikan dengan

gerakan reformasi. Sejak itu pula sering diangkat menjadi wacana atau tema pokok

dalam setiap kegiatan pemerintahan. Namun meski sudah sering terdengar ditelinga 

legislatif, pengaturan mengenai good governance belum diatur secara khusus dalam

bentuk sebuah produk, UU misalnya. Hanya terdapat sebuah regulasi yaitu UU No. 28

tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme yang mengatur penyelenggaraan negara dengan Asas Umum

Pemerintahan Negara yang Baik (AUPB). Good governance sebagai upaya untuk

mencapai pemerintahan yang baik maka harus memiliki beberapa bidang yang

dilakukan agar tujuan utamanya dapat dicapai, yang meliputi (Efendi, 2005):

1.  Politik

Politik merupakan bidang yang sangat riskan dengan lahirnya msalah

karena seringkali menjadi penghambat bagi terwujudnya good governance.

Konsep politik yang kurang bahkan tidak demokratis yang berdampak pada

berbagai persoalan di lapangan. Krisis politik yang saat ini terjadi di Indonesia

dewasa ini tidak lepas dari penataan sistem politik yang kurang demokratis.

Maka perlu dilakukan pembaharuan politik yang menyangkut berbagai

masalah penting seperti:

a. UUD NRI 1945 yang merupakan sumber hukum dan acuan pokok

penyelenggaraan pemerintahan maka dalam penyelenggaraannya harus

dilakukan untuk mendukung terwujudnya good governance. Konsep good

governance itu dilakukan dalam pemilihan presiden langsung,

memperjelas susunan dan kedudukan MPR dan DPR, kemandirian

Page 4: makalah seminar 1.doc

lembaga peradilan, kemandirian kejaksaan agung dan penambahan pasal-

pasal tentang hak asasi manusia.

b.  Perubahan UU Politik dan UU Keormasan yang lebih menjamin

partisipasi dan mencerminkan keterwakilan rakyat.

c.  Reformasi agraria dan perburuhan.

d. Mempercepat penghapusan peran sosial politik TNI.

e. Penegakan supremasi hukum.

2. Ekonomi

Ekonomi Indonesia memang sempat terlepas dari krisis global yang bahkan

bisa menimpa Amerika Serikat. Namun keadaan Indonesia saat ini masih

terbilang krisis karena masih banyaknya pihak yang belum sejahtera dengan

ekonomi ekonomi rakyat. Hal ini dikarenakan krisis ekonomi bisa melahirkan

berbagai masalah sosial yang bila tidak teratasi akan mengganggu kinerja

pemerintahan secara menyeluruh. Permasalahan krisis ekonomi di Indonesia

masih berlanjut sehingga perlu dilahirkan kebijakan untuk segera.

3. Sosial

Masyarakat yang sejahtera dengan terwujudnya setiap kepentingan masyarakat

yang tercover dalam kepentingan umum adalah perwujudan nyata good

governance. Masyarakat selain menuntut perealisasikan haknya tetapi juga

harus memikirkan kewajibannya dengan berpartisipasi aktif dalam

menentukan berbagai kebijakan pemerintahan. Hal ini sebagai langkah nyata

menjalankan fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan

penyelenggaraan pemerintahan. Namun keadaan Indonesia saat ini masih

belum mampu memberikan kedudukan masyarakat yang berdaya di hadapan

negara. Karena diberbagai bidang yang didasari kepentingan sosial masih

banyak timbul masalah sosial. Sesuai dengan UUD NRI Pasal 28 bahwa

“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan

dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Masyarakat

diberikan kesempatan untuk membentuk golongan dengan tujuan tertentu

selama tidak bertentangan dengan tujuan negara. Namun konflik antar

golongan yang masih sering terjadi sangat kecil kemungkinan good

governance bisa ditegakkan. Maka good governance harus ditegakkan dengan

keadaan masyarakat dengan konflik antar golongan tersebut.

Page 5: makalah seminar 1.doc

4. Hukum.

Dalam menjalankan pemerintahan pejabat negara memakai hukum sebagai

istrumen mewujudkan tujuan negara. Hukum adalah bagian penting dalam

penegakan good governance. Setiap kelemahan sistem hukum akan

memberikan influence terhadap kinerja pemerintahan secara keseluruhan,

karena good governanance tidak akan dapat  berjalan dengan baik dengan

hukum yang lemah. Penguatan sistem hukum atau reformasi hukum

merupakan kebutuhan mutlak bagi terwujudnya good governance. Hukum saat

ini lebih dianggap sebagai komiditi daripada lembaga penegak keadilan dan

kalangan kapitalis lainnya. Kenyataan ini yang membuat ketidakpercayaan dan

ketidaktaatan pada hukum oleh masyarakat.

2.Karakteristik Good Governance

Dalam penerapan prinsip-prinsip good governance karena pejabat publik atau

adaminsitrasi negara mempunyai kecenderungan untuk menyalahgunakan kekuasaan,

apalagi tidak dibatasi secara tegas oleh peraturan perundang-undangan atau tanpa

pengawasan yang bersifat fungsional. Oleh karena itu permasalahan dalam suatu

pemerintahan tetap menjadi suatu perdebatan, karena adanya dinamika yang menuntut

adanya perubahan-perubahan, baik pada sisi pemerintahan maupun warga masyarakat

serta kemungkinan menyalahgunakan kekuasaan.

Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan karakteristik pemerintahan

yang baik (good governance) yang meliputi : partisipasi/participation, penegakan

hukum/rule of law, transparansi/transparency, daya tanggap/responsivness, consensus

orientation, keadilan/equity, effectiveness and efficiency, akuntabilitas/accountability,

visi strategis/strategicvision.

3. Pembagian asas-asas Good Governance

Berkenaan tugas pemerintah dalam rangka mengeluarkan ketetapan

(beschikking), maka good governance/AAUPL dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian

diantarnya :

1. Asas yang bersifat formal atau prosedural

2. Asas yang bersifat materiil atau substansial untuk perlindungan hukum.

Menurut P. Nicolai bahwa “perbedaan antara asas-asas yang bersifat

prosedural dan material, good governance/AAUPL ini penting”. Asas yang bersifat

formal berkenaan dengan prosedural yang harus dipenuhi dalam setiap pembuatan

Page 6: makalah seminar 1.doc

peraturan. Atau “asas-asas yang berkaitan dengan cara-cara pengambilan keputusan,

seperti asas kecermatan, yang menuntut pemerintah untuk mengambil keputusan

dengan persiapan yang cermat, dan asas permainan yang layak (fair play beginsel).

Menurut Indrohartono, bahwa asas-asas yang bersifat formal, yaitu asas-asas

yang penting dalam rangka mempersiapkan susunan dan motivasi dari suatu beschiking.

Jadi yang menyangkut segi lahirnya beschikking itu, yang meliputi asas-asas yang

berkaitan dengan proses persiapan dan proses pembentukan keputusan dengan

persiapan yang cermat, dan asas permainan yang layak. Asas-asas yang bersifat

material tampak pada isi dari keutusan pemerintah, termasuk kelompok asas material

atau substansial ini adalah “asas kepastian hukum, asas persamaan, asas larangan

sewenang-wenang, larangan penyalahgunaan kewenangan”.

B. AKSESIBILITAS

1. Aksesibilitas Laporan Keuangan

Aksesibilitas menurut perspektif tata ruang adalah keadaan atau ketersediaan

hubungan dari suatu tempat ke tempat lainnya atau kemudahan seseorang atau

kendaraan untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dengan aman, nyaman,

serta kecepatan yang wajar (Rohman, 2009). Aksesibilitas dalam laporan keuangan

sebagai kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi laporan keuangan

(Mulyana, 2006). Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media,

seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet); dan forum

yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas

pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet, 2004).

SKPD pada setiap pemerintah daerah harus meningkatkan aksesibilitas

laporan keuangan, tidak sekedar menyampaikannya ke pada DPRD saja, tetapi juga

memfasilitasi masyarakat luas agar dapat mengetahui atau ,e,peroleh laporan

keuangan dengan mudah. Dikeluarkannya UU No. 22 dan 25 tahun1999 telah

melahirkan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah.

Dalam pengelolaan keuangan daerah, paradigma baru tersebut berupa tuntutan

dilakukannya pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada kepentingan

publik. Oleh karena itu, pemerintah daerah dituntut untuk dapat membuat laporan

keuangan dan menyampaikan informasi keuangan tersebut secara transaran kepada

Page 7: makalah seminar 1.doc

publik. Selain itu laporan keuangan tersebut hendaknya mudah diperoleh masyarakat

dengan biaya murah.

Laporan keuangan harus dapat dimengerti dan tersedia bagi mereka yang

tertarik dan mau berusaha untuk memahaminya (Henly et al, 1992, dalam Rohman,

2009). Menurut Mardiasmo (2002), laporan keuangan pemerintah merupakan hak

publik yang harus diberikan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Hak publik

atas informasi keuangan muncul sebagai konsekuensi konsep pertanggungjawaban

publik. Pertanggungjawaban publik mensyaratkan organisasi publik untuk

memberikan laporan keuangan sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan

(accountability dan sstewardship). Masyarakat sebagai pihak yang memberi

kepercayaan kepada pemerintah untuk mengelola keuangan publik berhak untuk

mendapatkan informasi keuangan pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap

pemerintah (Mardiasmo, 2002). Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk

memberikan informasi keuangan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan

ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan Akuntabilitas yang

efektif tergantung kepada akses publik terhadap laporan keuangan yang dapat dibaca

dan dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media, seperti

surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet), dan forum yang

memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas

pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet, 2004, dalam Mulyana, 2006).

Menurut Yani (2009), pemerintah selaku perumus dan pelaksana kebijakan APBN

berkewajiban untuk terbuka dan bertanggungjawab terhadap seluruh hasil

pelaksanaan pembangunan. Salah satu bentuk tanggung jawab tersebut diwujudkan

dengan menyediakan informasi keuangan yang komperhensif kepada masyarakat luas

termasuk informasi keuangan daerah.

Dengan kemajuan teknologi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara

luas, hal tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola

dan memberdayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk lebih mendorong

terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan dan mampu menjawab tuntutan

perubahan secara efektif. Agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan

pemerintah daerah dapat memenuhi prinsip akuntabilitas, perlu diselenggarakan

Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). SIKD adalah sistem informasi terbuka

yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat (UU No. 33 Tahun

2004). Ini berarti bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder

Page 8: makalah seminar 1.doc

secara luas atas laporan keuangan daerah melalui surat kabar, internet atau cara

lainnya (Permendagri No. 13 Tahun 2006). Dengan demikian pemerintah daerah

harus memenuhi:

1. Keterbukaan yaitu laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah daerah

dipublikasikan secara terbuak melalui media massa.

2. Kemudahan yaitu pemerintah daerah harus memberikan kemudahan kepada

stakeholder dalam memperoleh informasi tentang laporan keuangan daerah.

3. Accesible yaitu masyarakat dapat mengakses laporan keuangan pemerintah

daerah melalui internet (website).

Pemakai Laporan Keuangan Serikat dagang sektor publik GASB (1999) dalam

Mardiasmo (2002) mengidentifikasi pemakai laporan keuangan pemerintah menjadi

tiga kelompok besar, yaitu:

1. Masyarakat

2. Legislatif dan Badan Pengawasan

3. Investor dan Kreditor.

2. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Menurut Mardiasmo, transparansi berarti keterbukaan (openness) pemerintah

dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumberdaya

publik kepada pihak–pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban

memberikan informasi keuangan dan informasi lainya yang akan digunakan untuk

pengambilan keputusan oleh pihak–pihak yang berkepentingan. Transparansi,

akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah

yang pertama adalah tidak independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan

transparansi (Shende dan Bennett, 2004). Sementara itu, Mohamad dkk. (2004)

menyatakan bahwa esensi dari demokrasi adalah akuntabilitas, sedangkan esensi dari

akuntabilitas adalah keterbukaan (transparansi).

Transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah adalah pertanggungjawaban

pemerintah daerah berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah kepada publik

secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian laporan keuangan yang dapat

diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggapan bahwa publik

berhak mengetahui informasi tersebut. Keuangan daerah adalah semua hak dan

kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat

dinilai dengan uang termasuk di dalamya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan keuangan daerah adalah

Page 9: makalah seminar 1.doc

keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dijelaskan bahwa asas umum

pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai berikut:

1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan,efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab

dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk

masyarakat.

2) Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan

daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan

bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

4) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian hasil program

dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan

keluaran dengan hasil.

5) Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian keluaran

yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah

untuk mencapai keluaran tertentu.

6) Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pemerolehan

masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang

terendah.

7) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip

keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan

mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.

8) Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang

dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

9) Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi

kewenangan dan pendanannya dan atau keseimbangan distribusi hak dan

kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.

Page 10: makalah seminar 1.doc

10) Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau suatu

sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

11) Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa

keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

3. Hubungan penyajian laporan keuangan dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah.

Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan pertanggungjawaban

mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Sasaran pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan dan

peraturan perundangundangan yang berlaku mencakup penerimaan, penyimpanan,

dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah. Penyajian laporan keuangan daerah

merupakan faktor penting untuk menciptakan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah. Pemerintah daerah harus bisa menyusun laporan keuangan sesuai standar

akuntansi yang diterima umum dan memenuhi karakteristik kualitatif laporan

keuangan. Semakin baik penyajian laporan keuangan tentu akan semakin memperjelas

pelaporan keuangan pemerintah daerah karena semua transaksi keuangan dilakukan

sesuai dengan peraturan yang ada dan akan disajikan dengan lengkap dan jujur dalam

laporan keuangan pemerintah daerah. Penyajian informasi yang utuh dalam laporan

keuangan akan menciptakan transparansi dan nantinya akan mewujudkan

akuntabilitas (Nordiawan, 2010). Berarti semakin baik penyajian laporan keuangan

pemerintah maka akan berimplikasi terhadap peningkatan terwujudnya akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

4. Hubungan aksesibilitas laporan keuangan dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah.

Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik terhadap laporan

pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang dapat dibaca dan dipahami. Dalam

demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media seperti surat kabar, majalah,

radio, stasiun televisi, website (internet), dan forum yang memberikan perhatian

langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat

(Shende dan Bennet dalam Mulyana, 2006). Pemerintah daerah harus memberikan

kemudahan akses bagi para pengguna laporan keuangan. Apalah artinya menyajikan

laporan keuangan dengan baik tapi tidak memberikan kemudahan akses bagi para

pengguna laporan keuangan, maka usaha untuk menciptakan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah tidak akan berjalan dengan baik. Pemerintah daerah

Page 11: makalah seminar 1.doc

harus mampu memberikan kemudahan akses bagi para pengguna laporan keuangan,

tidak hanya kepada lembaga legislatif dan badan pengawasan tetapi juga kepada

masyarakat yang telah memberikan kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk

mengelola dana publik.

Akuntabilitas dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah

(agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan

mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya

kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk

meminta pertanggungjawaban tersebut (Mahsun, 2006). Untuk menciptakan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pemerintah daerah harus menyampaikan

laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan kepada masyarakat secara

terbuka dengan mengembangkan sistim informasi keuangan daerah. Berarti dengan

memberikan kemudahan akses terhadap laporan keuangan bagi para pengguna akan

menciptakan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik.

5. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Daerah

Sebagai organisasi yang mengelola dana masyarakat, organisasi sektor publik

harus mampu memberikan pertanggungjawaban publik melalui laporan keuangannya.

Seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan komersial, informasi berupa

laporan keuangan seharusnya merupakan hasil dari sebuah proses akuntansi.

Penyajian informasi yang utuh dalam laporan keuangan akan menciptakan

transparansi dan nantinya akan menciptakan akuntabilitas (Nordiawan, 2010).

Penyajian laporan keuangan yang baik adalah salah satu faktor untuk meningkatkan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Oleh sebab itu pemerintah daerah harus

bisa menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang

diterima umum. Laporan keuangan yang wajib dibuat oleh pemerintah daerah adalah

laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan

keuangan. Pengungkapan atas laporan keuangan merupakan elemen penting untuk

menciptakan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Berarti semakin baik

penyajian laporan keuangan pemerintah daerah maka akan berimplikasi terhadap

peningkatan terwujudnya akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Jadi dengan

adanya penyajian laporan keuangan yang baik, yang memenuhi karakteristik laporan

keuangan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Semakin

baik penyajian laporan keuangan tentu akan memperjelas pelaporan keuangan

Page 12: makalah seminar 1.doc

pemerintah daerah karena semua transaksi keuangan dilakukan sesuai dengan

peraturan yang ada dan akan disajikan dengan lengkap dan jujur dalam laporan

keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi

kelalaian dan kecurangan dalam pengelolaan keuangan daerah. Sehingga pengelolaan

keuangan daerah dapat dipertanggjawabkan dengan baik dan pada akhirnya dapat

meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

6. Pengaruh Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Daerah

Akuntabilitas dapat dipahami sebagai pihak pemegang amanah (agent) untuk

memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan

segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi

amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut (Mahsun, 2006). Untuk menciptakan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerah harus menyampaikan laporan

pertanggungjawaban berupa laporan keuangan kepada masyarakat dengan

mengembangkan sistem informasi keuangan daerah. Selain menyajikan laporan

keuangan, hal lain yang perlu dilakukan pemerintah daerah adalah memberikan

kemudahan akses laporan keuangan bagi para pengguna laporan keuangan. Alasannya

adalah apalah artinya menyajikan laporan keuangan tapi tidak memberikan

kemudahan akses bagi pengguna laporan keuangan, maka usaha untuk menciptakan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah tidak akan berjalan maksimal. Jadi dengan

memberikan kemudahan akses bagi para pengguna laporan keuangan maka akan

memungkinkan berjalannya fungsi kontrol yang baik terhadap pertanggungjawaban

penggunaan aset daerah maupun kontrol terhadap kebijakan-kebijakan keuangan yang

diambil pemerintah, baik kontrol yang dilakukan oleh badan pemeriksa, masyarakat

maupun investor. Dengan adanya kontrol yang baik diharapkan dapat meningkatkan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

C. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

1. Penyajian Laporan Keuangan Daerah

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan

mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas

pelaporan selama satu periode pelaporan (PP No. 24 Tahun 2005). Menurut

Page 13: makalah seminar 1.doc

Governmental accounting Standard Board (GASB, 1998) tujuan penyajian laporan

keuangan sektor publik adalah:

a) Untuk membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel

secara publik;

b) Untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang

mempunyai keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber

daya untuk memperoleh informasi dan oleh sebab itu mereka menyandarkan

pada laporan sebagai sumber informasi penting. Untuk tujuan tersebut,

pelaporan keuangan harus mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan

keputusan yang mereka buat.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Terdapat beberapa

kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada :

1. Masyarakat

2. Para wakil rakyat dan lembaga pengawas dan lembaga pemeriksa

3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan

pinjaman; dan pemerintah

Dalam perkembangan berikutnya, dengan terbitnya UU No. 17 tahun 2003,

pada Pasal 31 dinyatakan bahwa laporan keuangan yang harus disajikan oleh kepala

daerah setidak-tidaknya meliputi:

1. Laporan Realisasi APBD;

2. Neraca;

3. Laporan Arus Kas; dan

4. Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan

perusahaan daerah.

2. Tujuan Penyajian Laporan Keuangan

Tujuan mengatur penyajian laporan keuangan adalah untuk tujuan umum

(general purpose financial statement) dalam rangka meningkatkan keterbandingan

laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan

informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan

Page 14: makalah seminar 1.doc

akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,

dengan:

a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,

dan ekuitas pemerintah

b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban, dan ekuitas pemerintah

c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber

daya ekonomi

d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya

e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya

f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas

pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan

prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besar daya yang

dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari

operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan

keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai :

a. Indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan

anggaran

b. Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan

ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.

3. Identifikasi Laporan Keuangan

Laporan keuangan diidentifikasi dan dibedakan secara jelas dari informasi

lainnya dalam dokumen terbitan yang sama. Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan hanya berlaku untuk laporan keuangan dan tidak untuk informasi lain

yang disajikan dalam suatu laporan tahunan atau dokumen lainnya. Oleh karena itu,

penting bagi pengguna untuk dapat membedakan informasi yang disajikan menurut

Standar Akuntansi Pemerintahan dari informasi lain, namun bukan merupakan subyek

yang diatur dalam Pernyataan Standar ini.

Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara jelas. Di

samping itu, informasi berikut harus dikemukakan secara jelas dan diulang pada

Page 15: makalah seminar 1.doc

setiap halaman laporan bilamana perlu untuk memperoleh pemahaman yang memadai

atas informasi yang disajikan:

a. Nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya

b. Cakupan laporan keuangan, apakah satu entitas tunggal atau konsolidasian dari

beberapa entitas pelaporan

c. Tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, yang sesuai

dengan komponen-komponen laporan keuangan;

d. Mata uang pelaporan

e. Tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian angka-angka pada laporan

keuangan.

4. Komponen Laporan Keuangan

Komponen laporan keuangan pokok setidak-tidaknya meliputi:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah

pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/ APBD dengan

menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang

dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan.

2. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset,

kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

3. Laporan Arus Kas

a. LAK menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas

dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas

pada tanggal pelaporan.

b. Diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, non keuangan, pembiayaan,

dan non anggaran.

4. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah bagian yang tak

terpisahkan dari laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan

pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. CaLK

ditujukan agar laporan keuangan dapat dipahami dan dibandingkan dengan

laporan keuangan entitas lainnya. CaLK sekurang-kurangnya disajikan dengan

susunan sebagai berikut:

Page 16: makalah seminar 1.doc

a) informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian

target Undang-Undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan

hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

b) ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;

c) informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-

kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi

dan kejadian-kejadian penting lainnya;

d) pengungkapan informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum

disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

e) pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul

sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja

dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;

f) informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang

tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu

pos yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan LAK. Termasuk pula dalam CaLK

adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh SAP serta

pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-

komitmen lainnya.

Bagian kebijakan akuntansi pada CaLK setidak-tidaknya menjelaskan hal-

hal sebagai berikut:

a) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan

b) Sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan

ketentuan-ketentuan masa transisi SAP diterapkan oleh suatu entitas

pelaporan

c) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami

laporan keuangan.

Untuk menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu diungkapkan,

manajemen harus mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut dapat

membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang tercermin dalam

Page 17: makalah seminar 1.doc

laporan keuangan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan

untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:

a) Pengakuan pendapatan

b) Pengakuan belanja

c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian

d) Investasi

e) Pengakuan dan penghentian/pengahapusan aset berwujud dan tidak

berwujud

f) Kontrak-kontrak konstruksi

g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran

h) Kemitraan dengan pihak ketiga

i) Biaya penelitian dan pengembangan

j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri

k) Dana cadangan

l) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.

Suatu entitas pelaporan juga dapat mengungkapkan hal-hal berikut ini

apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan,

yaitu:

a) domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi dimana entitas

tersebut beroperasi;

b) penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;

c) ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan

operasionalnya.

Catatan atas Laporan Keuangan diatur secara detail dalam PSAP

Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.

5. Periode Pelaporan

Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan

Page 18: makalah seminar 1.doc

keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih

pendek dari satu tahun, entitas pelaporan mengungkapkan informasi berikut:

a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,

b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus

kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

Dalam situasi tertentu suatu entitas pelaporan harus mengubah tanggal

pelaporannya, misalnya sehubungan dengan adanya perubahan tahun anggaran.

Pengungkapan atas perubahan tanggal pelaporan adalah penting agar pengguna

menyadari kalau jumlah-jumlah yang disajikan untuk periode sekarang dan

jumlah-jumlah komparatif tidak dapat diperbandingkan. Contoh selanjutnya

adalah dalam masa transisi dari akuntansi berbasis kas ke akrual, suatu entitas

pelaporan mengubah tanggal pelaporan entitas-entitas akuntansi yang berada

dalam entitas pelaporan untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan

konsolidasian.

6. Standar Penyajian Laporan Keuangan

Pernyataan Standar ini mensyaratkan adanya pengungkapan tertentu pada

lembar muka (on the face) laporan keuangan, mensyaratkan pengungkapan pos-

pos lainnya dalam lembar muka laporan keuangan atau dalam Catatan atas

Laporan Keuangan, dan merekomendasikan format ilustrasi standar ini yang dapat

diikuti oleh suatu entitas pelaporan sesuai dengan situasi masing-masing.

Pernyataan Standar ini menggunakan istilah pengungkapan dalam arti yang

seluas-luasnya, meliputi pos-pos yang disajikan dalam setiap lembar muka laporan

keuangan maupun dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Pengungkapan yang

disyaratkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan lainnya disajikan

sesuai dengan ketentuan dalam standar tersebut. Kecuali ada standar yang

mengatur sebaliknya, pengungkapan yang demikian dibuat pada lembar muka

laporan keuangan yang relevan atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi

keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

Laporan keuangan sektor publik merupakan representasi terstruktur posisi

keuangan akibat transaksi yang dilakukan. Laporan keuangan organisasi sektor

publik merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor

publik. Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas

publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk memberikan

Page 19: makalah seminar 1.doc

informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi berupa laporan

keuangan (Mardiasmo, 2002). Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit

pemerintahan pengguna anggaran yang diwajibkan menyelenggarakan akuntansi

dan menyusun laporan keuangan untuk menyelenggarakan akuntansi dan

menyusun laporan keuangan untuk digabung pada entitas pelaporan. SKPD selaku

pengguna anggaran harus menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan,

asset, utang dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang

berada dalam tanggung jawabnya. Hal ini berarti bahwa setiap SKPD harus

membuat laporan keuangan unit kerja. Laporan keuangan tersebut disampaikan

kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai dasar penyusunan

laporan keuangan pemerintah daerah.

7. Penyajian Laporan Keuangan Daerah dengan Penggunaan Informasi

Keuangan Daerah

Tujuan penyajian laporan keuangan daerah adalah memberi informasi

keuangan yang berguna untuk pembuatan keputusan ekonomi, sosial politik dan

juga laporan akuntabilitas itu sendiri (Sujana, 2002 dalam Rohman, 2009).

Sedangkan para pengguna laporan keuangan mempunyai bermacam-macam

kebutuhan dalam laporan keuangan itu sendiri. Oleh karena itu laporan keuangan

yang disusun pemerintah harus menyajikan secara wajar dan mengungkapkan

secara lengkap sesuai dengan peraturan yang ada dan syarat-syarat agar laporan

keuangan yang disajikan dapat memenuhi harapan pengguna (Wilson dan Kattelus

2002 dalam Rohman 2009).

Faktor utama untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas adalah

dengan penyajian laporan keuangan yang akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik. Bagaimana penilaian tanggung jawab itu

selanjutnya kita kembalikan lagi kepada pihak-pihak pengguna laporan keuangan.

Fungsi laporan keuangan daerah yaitu untuk menyajikan informasi posisi

keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan informasi-informasi terkait lainnya

sebagai alat ukur kinerja manajemen di pemerintah daerah yang kemudian dinilai

oleh pengguna informasi laporan keuangan. Pertanggungjawaban perlu dilakukan

melalui media yang selanjutnya dapat dikomunikasikan kepada pihak internal

maupun eksternal (publik) sebagai suatu kewajiban hukum dan bukan secara

sukarela. Hasil feedback dari pengguna informasi atas penyajian laporan keuangan

Page 20: makalah seminar 1.doc

inilah yang kemudian menjadi bahan koreksi bagi pemerintah daerah atas kinerja

mereka selama tahun anggaran berlangsung.

8. Aksesibiltas Laporan Keuangan dengan Penggunaan Informasi

Keuangan Daerah Aksesibilitas menurut perspektif tata ruang adalah

keadaan atau ketersediaan hubungan dari suatu tempat ke tempat lainnya atau

kemudahan seseorang atau kendaraan untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat

lain dengan aman, nyaman, serta kecepatan yang wajar (Koestoer, 2002 dalam

Rohman, 2009). Aksesibilitas dalam laporan keuangan sebagai kemudahan

seseorang untuk memperoleh informasi laporan keuangan (Mulyana, 2006).

Penyajian adalah aspek yang penting dari aksesibilitas. Dengan kata lain laporan

keuangan minimalnya harus dapat dimengerti dan tersedia bagi mereka yang

tertarik dan mau berusaha untuk memahaminya (Henley et al, 1990, dalam

Rohman, 2009). Ketidakmampuan laporan keuangan dalam melaksanakan

akuntabilitas, tidak hanya disebabkan karena laporan tahunan yang tidak memuat

semua informasi yang relevan yang dibutuhkan para pengguna, tetapi juga karena

laporan tersebut tidak dapat secara langsung tersedia dan aksesibilitas pada

pengguna potensial (Jones et al., 1985 dalam Mulyana 2006). Oleh karena itu,

pemerintah daerah mendapat motivasi agar mampu menyajikan laporan keuangan

tidak hanya kepada DPRD tetapi juga harus menyajikan fasilitas kepada

masyarakat berupa kemudahan dalam mengetahui atau memperoleh informasi

laporan keuangan.

Sesuai Standar Akuntansi Pemerintah dan Permendagri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, setiap akhir tahun periode anggaran

Pemerintah Daerah diwajibkan untuk menyajikan Laporan Keuangan pokok yang

terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan

Atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan Laporan Kinerja Keuangan serta

ikhtisar Laporan Keuangan BUMD. Tuntutan pemerintah pusat yang

mengharuskan setiap pelaporan keuangan pemerintah daerah harus terdapat

Penyajian Laporan Keuangan Daerah hal ini diharapkan dapat berpengaruh positif

terhadap penggunaan informasi keuangan daerah. Aksesibilitas laporan keuangan

merupakan sarana penunjang dalam rangka perwujudan lembaga pemerintah

Page 21: makalah seminar 1.doc

daerah sebagai lembaga sektor publik. Aksesibilitas juga akan berpengaruh

terhadap seberapa besar penggunaan informasi keuangan daerah.

9. Penggunaan Informasi Keuangan Daerah (PIKD)

Pembuatan laporan keuangan daerah bertujuan untuk memberi informasi

keuangan yang berguna untuk pembuatan keputusan ekonomi, sosial, politik dan

juga laporan akuntabilitas itu sendiri. Selain tujuan tersebut, tujuan yang lebih

penting dalam pelaporan itu adalah kepuasan pengguna informasi (Sujana, 2002).

Berdasarkan Deniski (1973) yang dikutip dalam Sujana (2002), yang dikenal

dengan Impossibility Theory bahwa banyak jenis pengguna informasi untuk

laporan keuangan dan pengguna ini mempunyai bermacam kepentingan, oleh

karena itu sangat sulit untuk menyiapkan informasi yang dapat memuaskan semua

jenis pengguna.

Untuk memuaskan pengguna informasi, sangat perlu dilakukan upaya

untuk menggali apa saja informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pengguna

laporan keuangan daerah. Menurut Mardiasmo (2002) bagi organisasi

pemerintahan, tujuan umum akuntansi dan laporan keuangan adalah:

1. Memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi,

social, politik, serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accountability) dan

pengelolaan (stewardship).

2. Memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial

dan organisasional.

Secara rinci tujuannya yaitu:

1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran

kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit

pemerintah.

2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi

ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi di

dalamnya.

3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya

dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang disepakati, dan

ketentuan lain yang disyaratkan.

Page 22: makalah seminar 1.doc

4. Memberiakan informasi untuk perencanaan dan penganggaran serta untuk

memprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap pencapaian

tujuan organisasional.

5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan

organisasional.

Laporan keuangan pemerintah merupakan bentuk pertanggungjawaban

pemerintah terhadap publik. Publik mempunyai hak untuk mengetahui laporan

keuangan pemerintah. Adanya tingkat kepuasan yang berbeda-beda untuk tiap

pengguna informasi keuangan, menyebabkan kebutuhan informasi yang berbeda

pula yang dapat menyebabkan timbulnya konflik kepentingan. Namun kebutuhan

informasi pengguna laporan keuangan pemerintah daerah dapat diringkas sebagai

berikut (Mardiasmo, 2002):

1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas

biaya, harga, dan kualitas pelayanan publik yang diberikan.

2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui

keberadaan penggunaan yang diberikan.

3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghitung tingkat

resiko, likuiditas, dan solvabilitas.

4. Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk

melakukan fungsi pengawasan, dan mencegah terjadinya laporan yang bias

atas kondisi keuangan pemerintah, dan penyelewengan keuangan Negara.

5. Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen

sistem informasi manajemen untuk membantuperencanaan dan

pengendalian organisasi, pengukuran kinerja, dan membandingkan kinerja

organisasi antar kurun waktu dan dengan organisasi lain yang sejenis.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran Teoritis

Page 23: makalah seminar 1.doc

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

H1

H2

H3

Perumusan Hipotesis

Berdasar pada uraian di bagian Tinjauan Pustaka, berikut adalah perumusan hipotesis.

H1: Penyajian laporan keuangan daerah ber- pengaruh positif terhadap transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

H2: Aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

H3: Penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah secara

simultan berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Uji hipotesis 1 menyatakan bahwa variabel penyajian laporan keuangan daerah

memiliki t-hitung sebesar 2,206 dengan tingkat signifikansi 0,031 yang lebih kecil dari 0,05,

artinya signifikan, di mana nilai t-hitung (2,206) lebih besar dari nilai t-tabelnya; adapun nilai

t-tabel (pengujian 2 sisi, signifikansi 2,5% dengan (df)= 76-2-1= 73) adalah sebesar 1,993.

Signifikan di sini berarti hipotesis diterima. Dengan demikian, hipotesis pertama yang

menyatakan penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa dengan meningkatnya penyajian laporan keuangan daerah akan berimplikasi terhadap

peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan ke- uangan daerah.

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)

Akuntabilitas Laporan Keuangan Daerah (X2)

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Darah

Page 24: makalah seminar 1.doc

Dilihat hasil uji hipotesis 2 bahwa variabel aksesibilitas laporan keuangan daerah

memiliki t-hitung sebesar 4,558 dengan tingkat signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 0,05,

artinya signifikan, di mana nilai t-hitung (4,558) lebih besar dari nilai t-tabelnya; adapun nilai

t-tabel (pengujian 2 sisi, signifikansi 2,5% dengan (df)= 76-2-1= 73) adalah sebesar 1,993.

Signifikan disini berarti hipotesis diterima. Hal ini berarti aksesibilitas laporan keuangan

daerah berpengaruh signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah. Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan aksesibilitas laporan keuangan

daerah berpengaruh signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah terbukti dan diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan memberikan

kemudahan akses terhadap laporan keuangan daerah bagi para pengguna ternyata akan

mampu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan ke- uangan daerah.

Dalam pengujian menunjukkan hasil F- hitung sebesar 41,317 dengan tingkat

signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, di mana nilai F- hitung (41,317) lebih besar dari

nilai F-tabelnya; adapun nilai F-tabel (signifikansi 5% dengan df 1 = 3-1 = 2, dan df 2 = 76-2-

1= 73) adalah sebesar 3,122, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti penyajian laporan

keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan secara bersama-sama atau simultan

berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan Penyajian laporan keuangan daerah dan

aksesibilitas laporan keuangan daerah secara simultan berpengaruh positif terhadap

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. terbukti dan diterima. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menyajikan laporan keuangan daerah dan

memberikan kemudahan akses terhadap laporan keuangan daerah bagi para pengguna

ternyata akan mampu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah.