makalah sej perkembangan islam

27
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir, (bahasa Arab: Maṣr) adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Mesir juga digolongkan negara maju di Afrika. Mesir juga merupakan Negara pertama di dunia yang mengakui Kedaulatan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur. Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni.Mayoritas penduduk negara Mesir adalah Islam. Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di

Upload: miftahul-jannah

Post on 31-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sej Perkembangan Islam

Bab I

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir, (bahasa Arab: Maṣr)

adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian

timur laut. Mesir juga digolongkan negara maju di Afrika. Mesir juga merupakan

Negara pertama di dunia yang mengakui Kedaulatan Indonesia pada 17 Agustus

1945. Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung

Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar

wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah

barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasannya

dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur.

Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000

km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang

dihuni.Mayoritas penduduk negara Mesir adalah Islam. Mesir terkenal dengan

peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya

Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di Luxor, sebuah

kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang mencakup sekitar

65% artefak kuno di seluruh dunia. Kini, Mesir diakui secara luas sebagai pusat

budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah.

Bizantium mampu membangun kontrol di negara itu setelah invasi

singkat Persia pada awal abad ke-7, sampai 639-42, ketika Mesir diinvasi dan

ditaklukkan oleh Khalifah oleh Muslim Arab. Ketika mereka mengalahkan tentara

Bizantium di Mesir, orang Arab membawa Islam Sunni kesana. Pada awal

periode, orang Mesir mulai membaurkan iman mereka kepercayaan adat dan

Page 2: Makalah Sej Perkembangan Islam

praktik, yang menyebabkan berbagai tarekat Sufi berkembang sampai hari ini.

Ritus-ritus ini selamat dari Gereja Ortodoks Koptik Alexandria. Penguasa Muslim

ditunjuk kekhalifahan Islam untuk tetap ingin menguasai Mesir selama enam

abad berikutnya, dengan Kairo sebagai pusat kekhalifahan dibawah Fatimiyah.

Agama memiliki peranan besar dalam kehidupan di Mesir. Secara tak

resmi, adzan yang dikumandangkan lima kali sehari menjadi penentu berbagai

kegiatan. Kairo juga dikenal dengan berbagai menara masjid dan gereja. Menurut

konstitusi Mesir, semua perundang-undangan harus sesuai dengan hukum Islam.

Negara mengakui mazhab Hanafi lewat Kementerian Agama. Imam dilatih di

sekolah keahlian untuk imam dan di Universitas Al-Azhar, yang memiliki komite

untuk memberikan fatwa untuk masalah agama.90% dari penduduk Mesir adalah

penganut Islam, mayoritas Sunni dan sebagian juga menganut ajaran Sufi lokal.

Sekitar 10% penduduk Mesir menganut agama Kristen; 78% dalam denominasi

Koptik (Koptik Ortodoks, Katolik Koptik, dan Protestan Koptik).

Dari latar belakang diatas, pemakalah akan membahas tentang

perkembangan islam di mesir pada masa pemerintahan Dinasti Fathimiyah dan

Mamalik/Mamluk.

II.2 Permasalahan

1. Latar belakang masuknya Islam di Mesir?

2. Bagaimana perkembangan Islam di Mesir masa pemerintahan

Fathimiyah?

3. Bagaimana perkembangan Islam di Mesir masa pemerintahan

Mamalik?

Page 3: Makalah Sej Perkembangan Islam

Bab II

Pembahasan

II.1 Latar belakang masuknya Islam di Mesir

Islam menyentuh wilayah Mesir pada 628 Masehi. Ketika itu Rasulullah

mengirim surat pada Gubernur Mukaukis -yang berada di bawah kekuasaan

Romawi-mengajak masuk Islam. Rasul bahkan menikahi gadis Mesir, Maria.

Pada 639 Masehi, ketika Islam di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab, 3000

pasukan Amru bin Ash memasuki Mesir dan kemudian diperkuat pasukan Zubair

bin Awwam berkekuatan 4000 orang. Mukaukis didukung gereja Kopti

menandatangani perjanjian damai. Sejak itu, Mesir menjadi wilayah kekuasaan

pihak Islam.

Di masa kekuasaan keluarga Umayah, dan kemudian Abbasiyah, Mesir

menjadi salah satu provinsi seperti semula. Mesir baru menjadi pusat kekuasaan

dan juga peradaban Muslim baru pada akhir Abad 10. Muiz Lidinilah membelot

dari kekuasaan Abbasiyah di Baghdad, untuk membangun kekhalifahan sendiri

yang berpaham Syi’ah. Ia menamai kekhalifahan itu Fathimiah dari nama putri

Rasul yang menurunkan para pemimpin Syi’ah, Fatimah. Pada masa

kekuasaannya (953-975), Muiz menugasi panglima perangnya, Jawhar al-Siqili,

untuk membangun ibu kota.

Di dataran tepi Sungai Nil itu kota Kairo dibangun. Khalifah Muiz

membangun Masjid Besar Al-Azhar (dari “Al-Zahra”, nama panggilan Fatimah)

yang dirampungkan pada 17 Ramadhan 359 Hijriah, 970 Masehi. Inilah yang

kemudian bekembang menjadi Universitas Al-Azhar sekarang, yang juga

merupakan universitas tertua di dunia saat ini.

Page 4: Makalah Sej Perkembangan Islam

Muiz dan para penggantinya, Aziz Billah (975-996) dan Hakim Biamrillah (996-

1021) sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Peradaban berkembang pesat.

Kecemerlangan kota Kairo -baik dalam fisik maupun kehidupn sosialnya-mulai

menyaingi Baghdad. Khalifah Hakim juga mendirikan pusat ilmu Bait al-Hikam

yang mengoleksi ribuan buku sebagaimana di Baghdad.

Di masa tersebut, Ibnu Yunus (wafat 1009) menemukan sistem pendulum

pengukur waktu yang menjadi dasar arloji mekanik saat ini. Lalu Hasan ibn

Haitham menemukan penjelasan fenomena “melihat”. Sebelum itu, orang-orang

meyakini bahwa orang dapat melihat sesuatu karena adanya pancaran sinar dari

mata menuju obyek yang dilihat. Ibnu Haytham menemukan bahwa pancaran

sinar itu bukanlah dari mata ke benda tersebut, melainkan sebaliknya.

Dari benda ke mata. Gangguan politik terus menerus dari wilayah

sekitarnya menjadikan wibawa Fathimiyah merosot. Pada 564 Hijriah 1167

Masehi, Salahuddin Al-Ayyubi mengambil alih kekuasaan Fathimiyah. Tokoh

Kurdi yang juga pahlawan perang salib tersebut membangun Dinasti Ayyubiyah,

yang berdiri disamping Abbasiyah di Baghdad yang semakin lemah.

Salahuddin tidak menghancurkan Kairo yang dibangun Fathimiyah. Ia

malah melanjutkannya sama antusiasnya. Ia hanya mengubah paham

keagamaan negara dari Syiah menjadi Sunni. Sekolah, masjid, rumah sakit,

sarana rehabilitasi penderita sakit jiwa, dan banyak fasilitas sosial lainnya

dibangun.

Pada 1250 -delapan tahun sebelum Baghdad diratakan dengan tanah oleh

Hulagu-kekuasaan diambil alih oleh kalangan keturunan Turki, pegawai Istana

keturunan para budak (Mamluk). Di Istana, saat itu terjadi persaingan antara

militer asal Turki dan Kurdi. Sultan yang baru naik, Turansyah, dianggap terlalu

dekat Kurdi. Tokoh militer Turki, Aybak bersekongkol dengan ibu tiri Turansyah,

Syajarah. Turansyah dibunuh. Aybak dan Syajarah menikah.

Page 5: Makalah Sej Perkembangan Islam

Namun Aybak juga membunuh Syajarah, dan kemudian Musa, keturunan

Ayyubiyah, yang sempat diangkat. Disaat Aybak menyebar teror itu, tokoh

berpengaruh Mamluk bernama Baybars mengasingkan diri ke Syria. Ia baru balik

ke Mesir, setelah Aybak wafat dan Ali anak Aybak mengundurkan diri untuk

digantikan Qutuz.

Qutuz dan Baibars bertempur bersama untuk menahan laju

penghancuran total oleh pasukan Hulagu. Di Ain Jalut, Palestina, pada 13

September 1260 mereka berhasil mengalahkan pasukan Mongol itu. Baybars

(1260-1277) yang dianggap menjadi peletak pondasi Dinasti Mamluk yang

sesungguhnya. Ia mengangkat keturunan Abbasiyah -yang telah dihancurkan

Hulagu di Baghdad-untuk menjadi khalifah. Ia merenovasi masjid dan universitas

Al-Azhar.

Kairo dijadikannya sebagai pusat peradaban dunia. Ibnu batutah yang

berkunjung ke Mesir sekitar 1326 tak henti mengagumi Kairo yang waktu itu

berpendudukan sekitar 500-600 ribu jiwa atau 15 kali lebih banyak dibanding

London di saat yang sama. Ibnu Batutah tak hanya mengagumi ‘rihlah’, tempat

studi keagamaan yang ada hampir di setiap masjid.

Ia terpesona pada pusat layanan kesehatan yang sangat rapi dan “gratis”.

Sedangkan Ibnu Khaldun menyebut: “mengenai dinasti-dinasti di zaman kita,

yang paling besar adalah orang-orang Turki yang ada di Mesir.”

Pusat peradaban ini nyaris hancur di saat petualang barbar Timur Lenk

melakukan invasi ke Barat. Namun Sultan Barquq berhasil menahan laju pasukan

Mongol tersebut. Dengan demikian Mamluk merupakan pusat kekuasaan yang

duakali mampu mengalahkan tentara Mongol.

Pada ujung abad 15, perekonomian di Mesir menurun. Para pedagang

Eropa melalui Laut Tengah tak lagi harus tergantung pada Mesir untuk dapat

berdagang ke Asia. Pada 1498, mereka “menemukan” Tanjung Harapan di Afrika

Page 6: Makalah Sej Perkembangan Islam

Selatan sebagai pintu perdagangan laut ke Asia. Pada 1517, Kesultanan Usmani

di Turki menyerbu Kairo dan mengakhiri sejarah 47 sultan di Dinasti Mamluk

tersebut.

II.2 Perkembangan Islam di Mesir masa Dinasti Fathimiyah

Dinasti Fathimiyah adalah salah satu dari Dinasti Syiah dalam sejarah

Islam. Dinasti ini didirikan di Tunisia pada tahun 909 M. sebagai tandingan bagi

penguasa dunia muslim saat itu yang terpusat di Baghdad, yaitu bani Abbasiyah.

Dinasti Fatimiyah didirikan oleh Sa’id ibn Husain, kemungkinan keturunan pendiri

keduasekte Ismai’liyah. Berakhirnya kekuasaan Daulah Abbasiyah di awal abad

kesembilan ditandai dengan munculnya disintegrasi wilayah.

Di berbagai daerah yang selama ini dikuasai, menyatakan melepaskan diri

dari kekuasaan pemerintah di Baghdad dan membentuk daulah-daulah kecil yang

berdiri sendiri (otonom). Di bagian timur Baghdad, muncul dinasti Tahiriyah,

Saariyah, Samaniyah, Gasaniyah, Buwaihiyah, dan Bani Saljuk. Sementara ini di

bagian barat, muncul dinasti Idrisiyah, Aglabiyah, Tuluniyah, Fatimiyah,

Ikhsidiyah, dan Hamdaniyah.

Dinasti Fathimiyah adalah merupakan salah satu dinasti Islam yang

pernah ada dan juga memiliki andil dalam memperkaya khazanah sejarah

peradaban Islam. Sama halnya pengutusan Muhammad SAW sebagai Rasulullah

telah menoreh sejarah Islam, yang pada awalnya hanya merupakan bangsa

jahiliyah yang tidak mengenal kasih sayang dan saling menghormati.

Afrika Utara sampai tahun 850 M dikuasai oleh Bani Aghlab, meliputi

wilayah Ifriqyah(Tunisia) dan sebagian pulau Sisilia yang merupakan negara

bagian daulah Abbasiyah. Wilayah disebelah baratnya berkuasa Bani Rustamiah

Page 7: Makalah Sej Perkembangan Islam

di Aljazair dan Bani idris di Maroko, sedangkan Spanyol berada dibawah

kekuasaan Bani Umayyah II. Semua dinasti ini berkuasa sampai tahun 909 M.

Namun sesudah tahun 909 M muncul sebuah dinamika baru, terbentuknya

sebuah Negara Fatimiyah di Fathimiyah berdiri pada tahun 297 H/910 M, dan

berakhir pada 567 H/1171 M yang pada awalnya hanya merupakan sebuah

gerakan keagamaan yang berkedudukan di Afrika Utara, dan kemudian

berpindah ke Mesir Dinasti ini dinisbatkan kepada Fatimah Zahra putri Nabi

Muhammad SAW dan sekaligus istri Ali bin Abi Thalib Radhiallahu anhu.

Dan juga dinasti ini mengklaim dirinya sebagai keturunan garis lurus dari

pasangan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Zahra binti Rasulullah SAW. Namun

masalah nasab keturunan Fathimiyah ini masih dan terus menjadi perdebatan

antara para sejarawan. Dari dulu hingga sekarang belum ada kata kesepakatan

diantara para sejarawan mengenai nasab keturunan ini, hal ini disebabkan

beberapa faktor diantaranya ;

Pertama, pergolakan politik dan madzhab yang sangat kuat sejak

wafatnya Rasulullah SAW. Kedua, ketidakberanian dan keengganan keturunan

Fatimiyah ini untuk mengiklankan nasab mereka, karena takut kepada penguasa,

ditambah lagi penyembunyian nama-nama para pemimpin mereka sejak

Muhammad bin Ismail hingga Ubaidillah al Mahdi .

Dinasti Fatimiyah beraliran syiah Ismailiyah dan didirikan oleh Sa’id bin

Husain al Salamiyah yang bergelar Ubaidillah al Mahdi. Ubaidillah al Mahdi

berpindah dari Suria ke Afrika Utara karena propaganda Syiah di daerah ini

mendapat sambutan baik, terutama dari suku Barber Ketama. Dengan dukungan

suku ini, Ubaidillah al Mahdi menumbangkan gurbernur Aglabiyah di Afrika,,

Rustamiyah Kharaji di Tahart, dan Idrisiyah Fez dijadikan sebagai bawahan .

Pada awalnya, Syiah Ismailiyah tidak menampakkan gerakannya secara

jelas, baru pada masa Abdullah bin Maimun yang mentransformasikan ini

Page 8: Makalah Sej Perkembangan Islam

sebagai sebuah gerakan politik keagamaan, dengan tujuan menegakkan

kekuasaan Fatimiyah. Secara rahasia ia mengirimkan misionaris ke segala

penjuru wilayah muslim untuk menyebarkan ajaran Syiah Ismailiyah. Kegiatan

inilah yang pada akhirnya menjadi latar belakang berdirinya dinasti Fatimiyah.

Pada masa pemerintahan Fatimiyah, persoalan agama dan negara tidak

dapat dipisahkan. Agama dipandang sebagai pilar utama dalam menegakkan

daulah/negara. Untuk itu, pemerintah Fatimiyah sangat memperhatikan masalah

keberagamaan masyarakat meskipun mereka berstatus sebagai warga negara

kelas dua seperti orang Yahudi, Nasrani, Turki, Sudan. Menurut K. Ali, mayoritas

khalifah Fatimiyah bersikap moderat, bahkan penuh perhatian terhadap urusan

agama non muslim sehingga orang-orang Kristen Kopti Armenia tidak pernah

merasakan kemurahan dan keramahan selain dari pemerintahan Muslim.

Banyak orang Kristen, seperti al-Barmaki, yang diangkat jadi pejabat

pemerintah dan rumah ibadah mereka dipugar oleh pemerintah.

Akan tetapi, Kemurahan hati yang ditampilkan Khalifah Fatimiyah terhadap orang

Kristen tidak urung menimbulkan isu negatif. Al-Mu’iz yang dikenal dengan

kewarakan dan ketaqwaannya diisukan telah murtad, mati sebagai orang Kristen

dan dikubur di gereja Abu Siffin di Mesir kuno. Namun, menurut Hasan, isu

tersebut tidak benar sebab tidak ada sejarawan yang menyebutkan seperti itu,

dan hanya cerita karangan (Khurafat) yang sengaja dienduskan oleh orang-orang

yang tidak senang kepadanya termasuk dari sisa-sisa penguasa Abbasiyah yang

sengaja ingin melemahkan kekuatan Fatimiyah .

Sementara itu, agama yang didakwahkan Fatimiyah adalah ajaran Islam,

menurut pemahaman Syi’ah Islamiyah yang ditetapkan sebagai mazhab negara.

Untuk itu, para missionaris daulah Fatimiyah sangat gencar mengembangkan

ajaran tersebut dan berhasil meraih pengikut yang banyak sehingga masa

Page 9: Makalah Sej Perkembangan Islam

kekuasaan daulah Fatimiyah dipandang sebagai era kebangkitan dan kemajuan

mazhab Ismai’liyah .

Meskipun para Khalifah berjiwa moderat, akan tetapi terhadap orang

yang tidak mau mengakui ajaran Syi’ah Ismai’liyah langsung dihukum bunuh.

Pada tahun 391 H khalifah al-Hakim membunuh seorang laki-laki yang tidak mau

mengakui keutamaan/fadhilah Ali bin Abi Thalib, dan di tahun 395 H, al-Hakim

juga memerintahkan agar di mesjid, pasar dan jalan-jalan ditempelkan tulisan

yang mencela para sahabat . Jelasnya peranan agama sangat diperhatikan sekali

oleh penguasa untuk tujuan mempertahankan kekuasaan.

Buktinya, sikap tegas khalifah Fatimiyah terhadap orang yang tidak mau

mengakui mazhab Isma’iliyah dapat berupa apabila sikap seperti dapat berakibat

munculnya instabilitas negara. Al-Hakim misalnya, agar terjalin hubungan yang

baik dengan rakyatnya yang berpaham sunni, al-Hakim mulai bersikap lunak

dengan menetapkan larangan mencela sahabat khususnya khalifah Abu Bakar

dan Umar.

Al-Hakim juga membangun sebuah madrasah yang khusus mengajarkan

paham sunni, memberikan bantuan buku-buku bermutu sehingga warga Syi’ah

ketika merasa senang sebab merasakan tengah hidup dikawasan sunni.

Sikap yang diambil para khalifah Fatimiyah tidak sekejam yang dilakukan

Abdullah al-Saffah yang berusaha mengikis habis siapa-siapa pengikut Bani

Ummayyah di awal masa kekuasaannya. Dalam hal ini para khalifah Fatimiyah

memberlakukan masyarakat secara sama selama mereka bersedia mengikuti

ajaran Syi’ah Isma’iliyah yang merupakan madzhab negara.

Ketidak senangan khalifah Fatimiyah kepada Abbasiyah tidak

menunjukkan dalam bentuk kekerasan. Hanya saja, Khalifah Fatimiyah melarang

menyebut-nyebut bani Abbasiyah dalam setiap khutbah jum’at dan

mengharamkan pemakain jubah hitam serta atribut bani Abbasiyah lainnya.

Page 10: Makalah Sej Perkembangan Islam

Pakaian yang dipakai untuk khutbah adalah berwarna putih.

Meskipun al-Mu’iz menuntaskan pemberontakan, akan tetapi ia akan selalu

menempuh jalan damai terhadap pera pemimpin dengan Gubernur dengan

menjanjikan penghargaan kepada yang bersedia menunjukkan loyalitasnya.

Banyak diantara para Gubernur yang bersedia mengikuti mazhab Isma’iliyah,

padahal mereka sebelumnya adalah Gubernur yang diangkat khalifah Abbasiyah.

Sikap mereka ini juga dilakukan oleh penganut Yahudi dan Nasrani. Mereka

bersedia masuk Islam dan menganut mazhab Isma’iliyah ketika mereka

ditawarkan memegang jabatan tertentu didalam pemerintahan .

Tindakan tegas dalam bentuk pemberian hukum bunuh baru dilakukan

terhadap orang yang menolak paham Isma’iliyah. Hanya satu peristiwa yang

diambil tindakan tegas terhadap orang yang tidak mau mengikuti faham

Isma’iliyah, yaitu ketika raja muda Zarida di Afrika yang bernama Mu’iz ibn Badis

menghina dinasti Fatimiyah dengan tidak menyebut-nyebut nama khalifah

Fatimiyah al-Muntasir pada saat khutbah jum’at melainkan menyebut-nyebut

nama khalifah Abbasiyah. Tidak diambinya tindakan tegas dikarenakan al-

Muntasir lebih tertarik pada pemberontakan Al-Bassasiri terhadap

pemerintahaan Abbasiyah. Momen ini dinilai al-Muntasir sebgai kesempatan

untuk menegakkan kembali kekuasaannya di Asia Barat setelah Tughril

menegakkan kekuasaan Abbasiyah di wilayah itu.

II. 3 Perkembangan Islam di Mesir masa Dinasti Mamalik/Mamluk

Mamalik adalah jamak dari Mamluk yang berarti budak. Dinasti Mamalik

memang didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang

yang ditawan oleh penguasa dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik

dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang

Page 11: Makalah Sej Perkembangan Islam

terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, al-Malik al-

Salih, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya.

Pada masa penguasa ini, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik

dalam karier ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan material. Pada

umumnya mereka berasal dari daerah Kaukasus dan Laut Kaspia. Di Mesir

mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan

militer dan keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan Mamluk

Bahri Laut). Saingan mereka dalam ketentaraan pada masa itu adalah tentara

yang berasal dari suku Kurdi.

Ketika al-Malik al-Salih meninggal (1249 M), anaknya, Turansyah, naik

tahta sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah

lebih dekat kepada tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M

Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah.

Istri al-Malik al-Salih, Syajarah al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan

Mamalik berusaha mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan

golongan Mamalik itu.

Kepemimpinan Syajaruh al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan. Ia

kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan

menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat terus

berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh

Syajarah al-Durr dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada

mulanya, Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama

Musa sebagai Sultan "syar'i" (formal) disamping dirinya yang bertindak sebagai

penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa akhirnya dibunuh oleh Aybak. Ini

merupakan akhir dari dinasti Ayyubiyah di Mesir dan awal dari kekuasaan dinasti

Mamalik.

Page 12: Makalah Sej Perkembangan Islam

Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal ia

digantikan oleh anaknya, Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian

mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz.

Setelah Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri ke Syria karena tidak

senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Di awal tahun 1260 M

Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki

hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ayn Jalut, dan pada

tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz dan

Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut.

Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di

Mesir menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa di

Syria segera menyatakan setia kepada penguasa Mamalik. Tidak lama setelah itu

Qutuz meninggal dunia. Baybars, seorang pemimpin militer yang tangguh dan

cerdas, diangkat oleh pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M. Ia adalah

sultan terbesar dan termasyhur diantara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang

sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik.

Sejarah dinasti yang berlangsung sampai tahun 1517 M, ketika dikalahkan

oleh Kerajaan Usmani, ini dibagi menjadi dua periode. Pertama, periode

kekuasaan Mamluk Bahri, sejak berdirinya (1250 M) sampai berakhirnya

pemerintahan Hajji II tahun 1389 M. Kedua periode kekuasaan Mamluk Burji,

sejak berkuasanya Burquq untuk kedua kalinya tahun 1389 M sampai kerajaan ini

dikalahkan oleh kerajaan Usmani tahun 1517 M.

Dinasti Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik Islam.

Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang

singkat ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara

turun temurun. Anak Qalawun berkuasa hanya empat tahun, karena

kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297 M). Sistem pemerintahan

Page 13: Makalah Sej Perkembangan Islam

oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan amir menjadi

sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka

merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam bebagai

bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.

Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas tentara

Mongol di 'Ayn Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah

sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada

kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam negeri, Baybars

mengangkat kelompok militer sebagai elit politik. Disamping itu, untuk

memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars membaiat

keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa

Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah,

setelah dihancurkan oleh tentara Hulago di Baghdad, berhasil dipertahankan

oleh dinasti ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu, kekuatan-

kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan,

seperti tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria,

Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia), dan kapal-kapal Mongol di

Anatolia.

Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik membuka hubungan dagang

dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah

dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya. Jatuhnya Baghdad

membuat Kairo, sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa, menjadi lebih

penting karena Kairo menghubungkan jalur perdagangan Laut Merah dan Laut

Tengah dengan Eropa. Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat.

Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan

transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut maupun darat. Ketangguhan

angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan perekonomiannya.

Page 14: Makalah Sej Perkembangan Islam

Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-

ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu

banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi,

matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar,

seperti Ibn Khalikan, ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di bidang astronomi

dikenal nama Nasir al-Din al- Tusi. Di bidang matematika Abu al-Faraj al-'Ibry .

Dalam bidang kedokteran: Abu al-Hasan ' Ali al-Nafis, penemu susunan dan

peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abd al-Mun'im al-Dimyathi, seorang

dokter hewan, dan al-Razi, perintis psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi

dikenal nama Salahuddin ibn Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan,

tersohor nama ibn Taimiyah, seorang pemikir reformis dalam Islam, al-Sayuthi

yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Ibn Hajar al- 'Asqalani dalam ilmu

hadits dan lain-lain.

Dinasti Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur.

Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan

masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini

diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan

menara masjid.

Kemajuan-kemajuan itu tercapai berkat kepribadian dan wibawa Sultan

yang tinggi, solidaritas sesama militer yang kuat, dan stabilitas negara yang aman

dari gangguan. Akan tetapi, ketika faktor-faktor tersebut menghilang, dinasti

Mamalik sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Semenjak masuknya

budak-budak dari Sirkasia yang kemudian dikenal dengan nama Mamluk Burji

yang untuk pertama kalinya dibawa oleh Qalawun, solidaritas antar sesama

militer menurun, terutama setelah Mamluk Burji berkuasa. Banyak penguasa

Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.

Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya di kalangan penguasa menyebabkan

Page 15: Makalah Sej Perkembangan Islam

pajak dinaikkan. Akibatnya, semangat kerja rakyat menurun dan perekonomian

negara tidak stabil.

Disamping itu, ditemukannya Tanjung Harapan oleh Eropa tahun 1498 M,

menyebabkan jalur perdagangan Asia-Eropa melalui Mesir menurun fungsinya.

Kondisi ini diperparah oleh datangnya kemarau panjang dan berjangkitnya

wabah penyakit.

Di pihak lain, suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tantangan

bagi Mamalik, yaitu kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat

Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Usmani dalam

pertempuran menentukan di luar kota Kairo tahun 1517 M. Sejak itu wilayah

Mesir berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu

propinsinya.

Page 16: Makalah Sej Perkembangan Islam

Bab III

Penutup

III.1 Kesimpulan

Islam menyentuh wilayah Mesir pada 628 Masehi. Ketika itu Rasulullah

mengirim surat pada Gubernur Mukaukis -yang berada di bawah kekuasaan

Romawi-mengajak masuk Islam. Rasul bahkan menikahi gadis Mesir, Maria.

Pada 639 Masehi, ketika Islam di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab, 3000

pasukan Amru bin Ash memasuki Mesir dan kemudian diperkuat pasukan Zubair

bin Awwam berkekuatan 4000 orang. Mukaukis didukung gereja Kopti

menandatangani perjanjian damai. Sejak itu, Mesir menjadi wilayah kekuasaan

pihak Islam.

Dinasti Fathimiyah adalah salah satu dari Dinasti Syiah dalam sejarah

Islam. Dinasti ini didirikan di Tunisia pada tahun 909 M. sebagai tandingan bagi

penguasa dunia muslim saat itu yang terpusat di Baghdad, yaitu bani Abbasiyah.

Dinasti Fatimiyah didirikan oleh Sa’id ibn Husain, kemungkinan keturunan pendiri

keduasekte Ismai’liyah. Berakhirnya kekuasaan Daulah Abbasiyah di awal abad

kesembilan ditandai dengan munculnya disintegrasi wilayah.

Dinasti Fathimiyah adalah merupakan salah satu dinasti Islam yang

pernah ada dan juga memiliki andil dalam memperkaya khazanah sejarah

peradaban Islam. Sama halnya pengutusan Muhammad SAW sebagai Rasulullah

telah menoreh sejarah Islam, yang pada awalnya hanya merupakan bangsa

jahiliyah yang tidak mengenal kasih sayang dan saling menghormati.

Pada masa pemerintahan Fatimiyah, persoalan agama dan negara tidak

dapat dipisahkan. Agama dipandang sebagai pilar utama dalam menegakkan

daulah/negara. Untuk itu, pemerintah Fatimiyah sangat memperhatikan masalah

keberagamaan masyarakat meskipun mereka berstatus sebagai warga negara

Page 17: Makalah Sej Perkembangan Islam

kelas dua seperti orang Yahudi, Nasrani, Turki, Sudan. Menurut K. Ali, mayoritas

khalifah Fatimiyah bersikap moderat, bahkan penuh perhatian terhadap urusan

agama non muslim sehingga orang-orang Kristen Kopti Armenia tidak pernah

merasakan kemurahan dan keramahan selain dari pemerintahan Muslim.

Mamalik adalah jamak dari Mamluk yang berarti budak. Dinasti Mamalik

memang didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang

yang ditawan oleh penguasa dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik

dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang

terpisah dari masyarakat.

Dinasti Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik Islam.

Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang

singkat ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara

turun temurun. Anak Qalawun berkuasa hanya empat tahun, karena

kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297 M). Sistem pemerintahan

oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan amir menjadi

sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka

merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam bebagai

bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.

Page 18: Makalah Sej Perkembangan Islam

PERKEMBANGAN ISLAM DI MESIR

(MASA PEMERINTAHAN DINASTI FATHIMIYAH DAN MAMALIK)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

1. DINNI MENTARI 3520101132. ENILIA RUKMANA 3520101253. ROHMAT MARGIONO 3520101314. SUSANTO 352010146

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH PALEMBANG

2013