makalah sej indo menganalisis organisasi pergerakan masa penduduk jepang

14
 MENGANALISIS PENGERAHAN DAN PENINDASAN VERSUS PERLAWANAN MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Disusun Oleh : DEDE YUSUP DEDE ILMAN DEA AGUSTINA SMAN 8 TASIKMALAYA 2015

Upload: dedeyusup

Post on 04-Oct-2015

802 views

Category:

Documents


284 download

TRANSCRIPT

MENGANALISIS PENGERAHAN DAN PENINDASAN VERSUS PERLAWANAN

MAKALAHDisusun untuk Memenuhi Salah Satu TugasMata Pelajaran Sejarah Indonesia

Disusun Oleh :DEDE YUSUPDEDE ILMANDEA AGUSTINA

SMAN 8 TASIKMALAYA2015

KATA PENGANTARPuji syukur penyusun panjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang berkat rahmat magfiroh dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan tugas dari bapak ibu guru yaitu tugas makalah yang berjudul MENGANALISIS PENGERAHAN DAN PENINDASAN VERSUSPERLAWANAN . Sholawat serta salam penyusunSejalan dengan itu, penyusun berharap makalah ini dapat membantu dan memberikan pengertian yang lebih mendalam mengenai PENGERAHAN DAN PENINDASAN VERSUS PERLAWANANPenyusun menyadari selama penyusunan makalah ini banyak mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada :1. Bapak/ibu guru yang bersangkutan yang telahmemberiarahankepada kami2. Rekanrekan seangkatan yang telah memotivasi untuk menyelesaikan penyusunan malakah ini3. Semua pihak yang tidak bias saya sebutkan satu persatu.Semoga Alloh SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Aamiin.Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan, baik dalam isi maupun sistematika dan tekhnik penulisannya. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah yang selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini bias memberikan manfaat bagi penyusun dan bagi pembaca. Aamiin.Tasikmalaya, 04 maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah11.3 Tujuan penulisan makalah...1BAB II PEMBAHASAN 2.1 Ekonomi Perang Masa Pendudukan Jepang2 2.2 Pengendalian di bidang pendidikan dan Kebudayaan Zaman Jepang.4 2.3 Pengerahan Romusha5 2.4 Perang Melawan Tirani Jepang 7BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan11 3.2 Saran11

BAB 1PENDAHULUAN1.1 LatarBelakangSejarah adalah pengetahuan atau kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dengan sejarah kita bisa belajar tentang banyak hal yang ada di masa lampau.Termasuk masa pendudukan Jepang di Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia adalah bagian dari sejarah bangsa indonesia.Untuk itu alangkah baiknya apabila sebagai bangsa Indonesia sendiri dapat mengetahui dana mempelajari tentang Pendudukan Jepang di Indonesia sebagai bagian dari sejarah Indonesia.Oleh sebab itu, kami membuat makalah ini. Makalah ini juga untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru sejarah kami dan juga sebagai bahan diskusi kelas.

1.2 Rumusan masalah 2.1 Bagaimana system Ekonomi Perang Masa Pendudukan Jepang? 2.2 Bagaimana Pengendalian di bidang pendidikan dan Kebudayaan Zaman Jepang? 2.3 mengapa ada Pengerahan Romusha? 2.4 mengapa terjadi Perang Melawan Tirani Jepang?

1.3 TujuanpenulisanmakalahTujuan khusus :Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru kami.Tujuan umum :1.Mengetahui system Ekonomi Perang Masa Pendudukan Jepang2.mengetahui Pengendalian di bidang pendidikan dan Kebudayaan Zaman Jepang3. mengetahui Pengerahan Romusha4.mengetahui Perang Melawan Tirani Jepang

BAB llPEMBAHASAN

2.1 Ekonomi Perang Masa Pendudukan Jepang Pada jaman pendudukan Jepang kehidupan ekonomi rakyat sangat menderita. Lemahnya ekonomi rakyat berawal dari sistem bumi hangus Hindia Belanda ketika mengalami kekalahan dari Jepang pada bulan Maret 1942. Sejak itulah kehidupan ekonomi menjadi lumpuh dan keadaan ekonomi berubah dari ekonomi rakyat menjadi ekonomi perang. Langkah pertama yang dilakukan Jepang adalah merehabilitasi prasarana ekonomi seperti jembatan, alat-alat transportasi dan komunikasi. Selanjutnya Jepang menyita seluruh kekayaan musuh dan dijadikan hak milik Jepang, seperti perkebunan-perkebunan, bank-bank, pabrik-pabrik, perusahaan-perusahaan, telekomunikasi dan lainlain. Hal ini dilakukan karena pasukan Jepang dalam melakukan serangan ke luar negaranya tidak membawa perbekalan makanan Kebijakan ekonomi pemerintah pendudukan Jepang diprioritaskan untuk kepentingan perang. Perkebunan kopi, teh dan tembakau yang dianggap sebagai barang kenikmatan dan kurang bermanfaat bagi kepentingan perang diganti dengan tanaman penghasil bahan makanan dana tanaman jarak untuk pelumas.

Pola ekonomi perang yang dilancarakan oleh Tokyo dilaksanakan secara konsekuen dalam wilayah yang diduduki oleh angkatan perangnya. Setiap lingkungan daerah harus melaksanakan autarki (berdiri di atas kaki sendiri), yang disesuaikan dengan situasi perang. Jawa dibagi atas 17 lingkungan autarki, Sumatra atas 3 lingkungan dan daerah Minseifu (daerah yang diperintah Angkatan Laut Jepang) dibagi atas 3 lingkungan autarki. Karena dengan sistem desentralisasi maka Jawa merupakan bagian daripada LingkunganKemakmuran Bersama Asia Timur Raya mempunyai dua tugas, yakni: memenuhi kebutuhan sendiri untuk tetap bertahan, mengusahakan produksi barang- barang untuk kepentingan perang.Seluruh kekayaan alam Indonesia dimanfaatkan Jepang untuk biaya perang. Bahan makanan dihimpun dari rakyat untuk persediaan prajurit Jepang seharihari, bahkan juga untuk keperluan perang jangka panjang. Beberapa tindakan Jepang dalam memeras sumber daya alam dengan cara-cara berikut ini :1. Petani wajib menyetorkan hasil panen berupa padi dan jagung untuk keperluan konsumsi militer Jepang. Hal ini mengakibatkan rakyat menderita kelaparan.2. Penebangan hutan secara besar-besaran untuk keperluan industri alat-alat perang, misalnya kayu jati untuk membuat tangkai senjata. Pemusnahan hutan ini mengakibatkan banjir dan erosi yang sangat merugikan para petani. Di samping itu erosi dapat mengurangi kesuburan tanah.3. Perkebunan-perkebunan yang tidak ada kaitannya dengan keperluan perang dimusnahkan, misalnya perkebunan tembakau di Sumatera. Selanjutnya petani diwajibkan menanam pohon jarak karena biji jarak dijadikan minyak pelumas mesin pesawat terbang. Akibatnya petani kehilangan lahan pertanian dan kehilangan waktu mengerjakan sawah. Sedangkan untuk perkebunan-perkebunan kina, tebu, dan karet tidak dimusnahkan karena tanaman ini bermanfaat untuk kepentingan perang.4. Penyerahan ternak sapi, kerbau dan lain-lain bagi pemilik ternak. Kemudian ternak dipotong secara besar-besaran untuk keperluan konsumsi tentara Jepang. Hal ini mengakibatkan hewan-hewan berkurang padahal diperlukan untuk pertanian, yakni untuk membajak. Dengan dua tugas inilah maka serta kekayaan pulau Jawa menjadi korban dari sistem ekonomi perang pemerintah pendudukan Jepang.Cara yang ditempuh untuk pengerahan tenaga Romusha ini dengan bujukan, tetapi apabila tidak berhasil dengan cara paksa. Untuk menarik simpati penduduk, Jepang mengatakan bahwa Romusha adalah pahlawan pekerja yang dihormati atau prajurit ekonomi. Mereka digambarkan sebagai orang yang sedang menunaikan tugas sucinya untuk memenangkan Perang Asia Timur Raya. Sedangkan panitia pengerah Romusha disebut Romukyokai. Di samping rakyat, bagi para pamong praja dan pegawai rendahan juga melakukan kerja bakti sukarela yang disebut Kinrohoshi. Pemimpin-pemimpin Indonesia membantu pemerintah Jepang dalam kegiatan Romusha ini. Bung Karno memberi contoh berkinrohonsi (kerja bakti), Bung Hatta memimpin Badan Pembantu Prajurit Pekerja atau Romusha. Ali Sastroamijoyo, S.H. mempelopori pembaktian barang-barang perhiasan rakyat untuk membantu biaya perang Jepang.Akibat dari Romusha ini jumlah pria di kampung-kampung semakin menipis, banyak pekerjaan desa yang terbengkelai, ribuan rakyat tidak kembali lagi ke kampungnya, karena mati atau dibunuh oleh Jepang. Coba bandingkan dengan rodi pada jaman penjajahan Belanda! Untuk mengawasi penduduk atas terlaksananya gerakan-gerakan Jepang maka dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) sampai ke pelosok pelosok pedesaan. Dengan demikian sumber daya manusia rakyat Indonesia khususnya di Jawa dimanfaatkan secara kejam untuk kepentingan Jepang. Akibat dari tekanan politik, ekonomi, sosial maupun kultural ini menjadikan mental bangsa Indonesia mengalami ketakutan dan kecemasan.[gs]

2.2 Pengendalian di bidang pendidikan dan Kebudayaan Zaman Jepang Seperti pendidikan pada masa Belanda yang memiliki model pengajaran mempengaruhi atau doktrinasi barat, pendidikan Jepang juga memiliki model pengajaran dengan doktrinasi Asia Raya di bawah pimpinan Jepang. Model pengajaran dengan bahasa pengantar yaitu bahasa Jepang yang di terapkan pada pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Mata pelajaran yang diberikan juga mengacu pada kebudayaan Jepang. Selain model pendidikan formal diadakan juga kursus-kursus, pendirian badan olah raga ada pula pendidikan keprajuritan.

Penerapan pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang yang mengharuskan penguasaan dalam bahasa Jepang, karena bahasa pengantar dalam pengajaran adalah bahasa Jepang. Hal ini secara tidak langsung memperkenalkan budaya Jepang pada rakyat Indonesia. Akan tetapi memang inilah yang diharapkan Jepang pada pendidikan yang diberikan pada rakyat Indonesia. Dalam pendidikan ini memang sengaja di masukkan kebudayaan Jepang. Contoh-contoh kebudayaan yang diberikan yaitu adat istiadat Jepang, semangat Jepang, lagu-lagu Jepang dan olahraga. Dengan pemberian kebudayaan Jepang diharapkan dapat menghilangkan pengaruh pendidikan gaya barat yang sebelumnya ada.Satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah penerapan sistem pendidikan militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan. Dengan melihat kondisi tersebut, ada dua sisi, yaitu kelebihan dan keku rangan dari sistem pendidikan yang diterapkan pada masa Belanda yang lebih liberal namun terbatas. Sementara pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada, tetapi terjadi penurunan kualitas secara drastis baik dari keilmuan maupun mutu murid dan guru.Contoh-Contoh Sekolahan yang Ada pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia Sekolah rakyat yang ada pada masa pendudukan Jepang di Indonesia contohnya H.I.S Djagamonjet, H.I.S Oastenweg, H.I.S Baloelweg-Djatinegara. Sekolah menengah pertama seperti Sekolah Menengah Pertama I di prapatan 10, Sekolah Menengah Pewrtama II di Gambir Wetan 2, Sekolah Menengah Pertama III di Jalan Reynstaa (Manggarai). Selain itu ada pula Sekolah Menengah Tinggi di Menteng 10. Ada pula sekolah Tabib Jakarta dan sekolah Tinggi Hukum Jakarta dan bagi kaum wanita didirikan Sekolah Kepandaian Poetri Wakaba. Mungkin hampir 90% sekolah menengah yang didirikan Belanda dihapuskan oleh Jepang. Karena Jepang ingin menghapuskan rakyat Indonesia dari pengaruh Barat. Jepang ingin mengenalkan Asia Raya di bawah pimpinan Jepang.[gs]

2.3 Pengerahan Romusha Romusha adalah panggilan bagi orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Jumlah orang-orang yang menjadi romusha tidak diketahui pasti - perkiraan yang ada bervariasi dari 4 hingga 10 juta. Dalam sidangnya yang pertama, Chuo Sangi In mengusulkan beberapa syarat antara lain supaya dibentuk badan-badan yang memotivasi rakyat menjadi tenaga sukarela, melalui kerja sama dengan bupati, wedana, camat dan kepala desa untuk pengerahan tenaga kerja (buruh) sekarela di perusahaan-perusahaan bala tentara Jepang. Namun dalam pelaksanaannya persyaratan yang disampaikan oleh Chuo Sangi In itu diabaikan. Pada hakikatnya mereka tidak lebih dari pekerja paksa. Seperti halnya di Yogyakarta, tepatnya di desa Timbul Harjo, Bantul, pengerahan romusha dilakukan oleh perangkat desa dengan cara medatangi keluarga-keluarga yang memiliki tenaga potensial untuk dijadikan romusha. Keluarga yang menolak, mereka takut-takuti akan dikucilkan. Jika anak yang diminta itu tidak berada dirumah, mereka biasanya mencari ke sawah dan kalau sudah ketemu dibawa secara paksa ketempat pengerahan.

Selama berada ditempat kerja sampai pulang ke kampong halamannya, ternyata romusha mendapat fasilitas sangat minim dan banyak yang tidak diberi upah, tetapi tidak dapat menuntut karena memang tidak ada perjanjian kerja tertulis. Mereka dikerahkan menjadi tenaga kerja paksa dan buruh yang diberi upah selayaknya.Sebelum penyerahan Belanda kepada Jepang tanggal 8 Maret 1942, Jepang telah memperhitungkan bahwa Pulau Jawa akan mampu menyediakan tenaga manusia dalam jumlah yang memadai untuk memenangkan perang. Perhitungan itu didasarkan atas kenyataan bahwa jumlah penduduk di Pulau Jawa sangat banyak, ditambah lagi dengan pertumbuhannya yang begitu pesat. Sehingga Jepang tidak bakal mengalami kesulitan dalam hal kebutuhan tenaga kerja romusha, karena disamping itu jumlah persediaan manusia cukup juga biaya murah. Tenaga diambil secara paksa, dan tidak perlu banyak pengeluaran biaya baik untuk makan maupun pengobatan. Begitu pula untuk mencari pengganti bagi tenaga romusha yang mati, karena di Jawa terdapat persediaan manusia cukup banyak. Berdasarkan pola pemikiran itulah maka Jepang denga leluasa memanfaatkan tenaga manusia yang ada di Pulau Jawa dan dengan matinya beribu-ribu romusha seakan-akan tidak menjadi beban moral.Mereka meninggal karena kekurangan makan, kelelahan, malaria dan terjangkit penyakit. Selain itu juga karena kerasnya pengawasan dan siksaan Jepang yang kejam dan tidak berperi kemanusiaan. Dibarak-barak romusha tidak tersedia perawatan dan tenaga kesehatan. Seakan-akan telah menjadi rumus bahwa siapa yang tidak lagi kuat bekerja maka akan mati. Sebagai mana alam pemikiran jepang, bahwa bukan manusianya yang diperhitungkan melainkan tujuannya yaitu menang perang.Para tenaga kerja yang disebut romusha atau jepang menyebutnya prajutit pekerja, diperlukan untuk membangun prasarana perang seperti kubu-kubu pertahanan, gudang senjata, jalan raya dan lapangan udara. Selain itu, mereka diperkejakan di pabrik-pabrik seperti pabrik garam dan pabrik kayu di Surabaya dan di Sumatera Selatan, mereka diperkejakan di pabrik pembuatan dinamit di Talangbetutu atau dipertambangan batu bara serta penyulingan minyak. Mereka diperkejakan pula dipelabuhan- pelabuhan antara lain memuat dan membongkar barang-barang dari kapal-kapal. Bahkan di desa Gendeng, dekat Badug, Yohyakarta misalnya romusha menanam sayuran dan palawija guna memenuhi kebutuhan makan Jepang dan romusha itu sendiri. Pada umumnya mereka diperdapat di desa-desa, terdiri dari pemuda petani dan penganggur. Pulau Jawa sebagai pulau yang padat penduduknya memungkinkan pengerahan tenaga tersebut secara besar-besaran. Pada mulanya tugas-tugas yang dilakukan bersifat sukarela dan pengerahan tenaga tersebut tidak begitu sukar dilakukan, karena orang masih terpengaruh propaganda intik kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Bahkan, dibeberapa kota terdapat barisan-barisan romusha untuk bekerja ditempat-tempat dan pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, dalam bulan September 1944 sejumlah 500 orang romusha sukarela, yang terdiri dari pegawai tinggi dan menengah serta golongan terpelajar di bawah pimpinan Ir Soekarno berangkat dari kantor besar Jawa Hokokai dengan berjalan kaki ke stasiun tanah abang, Jakarta diiringi orkes suling Maluku. Di antara mereka juga terdapat pula orang Cina, Arab, dan India. Rombongan diikuti pula oleh anggota yang sudah berumur 60 tahun, sehingga Soekarno memuji mereka sebagai masih kuat seperti orang muda. Lama-kelamaan karena kebutuhan yang terus meningkat di seluruh Asia Tenggara, pengerahan tenaga yang bersifat sukarela seperti yang telah diteladani oleh Soekarno itu, berubah manjadi paksaan. Pemerintah Tentara Ke-16 membentuk suatu badan kusus yang melaksanakan pengerahan romusha secara besar-besaran pada tahun 1944. Badan ini disebut Romukyoku. Romukyoku membuat peraturan sebagai berikut : orang atau badan yang membutuhkan tenaga romusha lebih dari 30 orang diharuskan mengajukan permohonan kepada kepala daerah setempat. Sipemohon, baik orang maupun badan, harus memiliki perusahaan atau pabrik yang bermanfaat untuk kepentingan perang. Bahkan, banyak di antara petugas pengerahan romusha bersikap curang, seperti mencoret nama yang sudah terdaftar dan menggantikan dengan nama lain karena menerima suap sejumlah uang. Sebaliknya, ada pula kepala desa yang menunjuk seorang yang menjadi romusha sebagai tindakan balas dendam atau rasa tidak suka. Dengan uang pula, seseorang yang sudah terdaftar sebagai romusha dapat menunjuk orang lain sebagai penggantinya. Romusha yang diperkejakan di proyek-proyek, antara lain pembuatan jalan, jembatan, barak-barak militer, berlangsung selama satu sampai tiga bulan. Lebih dari tiga bulan merupakan masa kerja romusha yang diperkejakan di proyek-proyek diluar keresidenan mereka. Tidak hanya keluar Jawa, bahkan eomusha dikirim ke luar Indonesia, seperti Birma, Muang, Tgai, Vietnam dan Malaysia.Tidak sesuai dengan usul yang disampaikan oleh anggota Chuo Sangi In agar para romusha diperlakukan secara layak, ternyata mereka diperlakukan sangat buruk. Sejak pagi buta sampai petang hari mereka dipaksa melakukan pekerjaan kasar tanpa makan dan perawatan cukup, membuat kondisi fisik mereka menjadi sangat lemah dan mereka gampir tidak punya sisa kekuatan. Jika ada diantara mereka yang beristirahat sekalipun hanya sebentar, hal itu akan mengundang maki-makian dan pukulan-pukulan dari pengawas mereka orang Jepang. Hanya pada malam hari mereka berkesempatan melepaskan lelah. Dalam keadaan demikian, mereka tidak punya daya tahan lagi terhadap penyakit. Karena tidak sempat memasak air minum, sedangkan buang air di sembarang tempat, berjangkitnya wabah disentri, karena tidak dapat menghindari diri dari serangan nyamuk, banyak diantara mereka yang diserang malaria.[gs]

2.4 Perang Melawan Tirani Jepang Jepang pada awalnya disambut dengan sukaria sebagai saudara tua, namun itu berubah sewaktu rakyat Indonesia mengetahui kekejaman pendudukan jepang dalam mengeksploitasi Indonesia. Rakyat Indonesia menjadi benci kepada Jepang, akhirnya timbul beberapa perlawanan di berbagai tempat di Indonesia Antara lain:

Aceh Angkat SenjataSaat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai pada tahun 1940. Setelah beberapa rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942 kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara permanen dari tanah Aceh. Awalnya Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun tidak segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel tentara Jepang. Rakyat Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan untuk membungkuk ke arah matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh daerah Aceh.Perlawanan di SingaparnaDengan adanya kependudukan militer Jepang di Indonesia ternyata telah menimbulkan perlawanan dari rakyat Indonesia. Perlawanan kepada militer Jepang telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Adanya perlawanan rakyat terhadap pihak Jepang disebabkan pemerintahan Jepang telah belaku sewenang- wenang. Adapun salah satu perlawanan rakyat Indonesia kepada pihak Jepang yaitu berasal dari Jawa Barat. Perlawanan rakyat Jawa Barat khususnya rakyat Singaparna telah dipimpin oleh K. H. Zainal Mustafa. K. H. Zainal Mustafa merupakan seorang pemimpin pesantren Sukamnah di Singaparna, Tasikmalaya (Jawa Barat). Perihal yang melatarbelakangi perlawanan rakyat di daerah Singaparna adalah karena pihak militer Jepang telah memaksa masyarakat Singaparna untuk melakukan Seikeirei. Apakah Anda tahu apa itu Seikeirei ? Yah, Seikeirei merupakan suatu upacara penghormatan kepada kaisar Jepang yang telah dianggap dewa yaitu dengan cara membungkukan badan ke arah timur laut atau Tokyo. Pemaksaan Jepang kepada rakyat Singaparna untuk melakukan upacara Seikeirei telah membuat masyarakat geram, hal tersebut ditambah lagi dengan adanya larangan dari K. H. Zainal Mustafa (pemimpin pondok pensantren) untuk masyarakat agar tidak melakukan Seikeirei karena perbuatan tersebut sama saja perbuatan yang mempersekutukan Tuhan. Oleh karena tersebut, K. H. Zainal Mustafa telah melakukan upaya agar hal- hal yang tidak diinginkan tersebut dapat dihindari. Adapun upaya yang dilakukan oleh K. H. Zainal Mustafa untuk menghindari masyarakatnya dari tindakan menyekutukan Tuhan tersebut yaitu dengan cara menyuruh santri- santrinya untuk mempertebal keyakinannya atau keimannanya dan bahkan ia pun mengajarkan bela diri silat.

Dengan melihat upaya masyarakat untuk tetap menolak kebijakan Jepang tesebut, militer Jepang pun mengambil tindakan tegas. Tindakan tegas yang dimakud adalah militer Jepang telah mengirimkan pasukannya pada tanggal 25 Februari 1944 untuk menyerang daerah Sukamnah dan untuk menangkap K. H. Zainal Mustafa. Karena serangan yang mendadak yang telah dilakukan oleh militer Jepang , maka perang antara dua pihak tersebut tidak dapat dihindarkan lagi. Namun, peperangan tersebut dimenangkan oleh pihak Jepang. Hingga pada akhirnya, pihak Jepang berhasil menangkap rakyat Singaparna dan mereka pun dimasukkan ke dalam tahanan di daerah Tasikmalaya dan dipindahkan lagi ke Jakarta. Kemudian untuk, pemimpin pesantren, K. H. Zainal Mustafa telah dijatuhi hukan mati dan ia pun dimakamkan di Ancol , tetapi sekarang makamnya telah dipindahkan ke daerah Singaparna.Perlawanan di IndramayuPerlawanan terjadi pada bulan mei 1944, segera sesudah pengumuman peraturan padi yang baru diberitahukan kepada para petani. Perintah itu berbunyi bahwa para petani harus menyerahkan semua persediaan padi mereka, kecuali 25 kg. Ketika penduduk cidempet diberitahu mengenai hal itu, mereka marah, dan beberapa penduduk menculik kucho usman, membawanya ke pekuburan dan mengancam akan membunuhnya. Karena takut dibunuh, Usman terpaksa berjanji akan menghentikan pemungutan padi. Namun, segera sesudah bebas, ia lari ke cirebon dan tidak kembali sampai pemberontakan berahir. Ketika penduduk desa mengetahui bahwa ia melarikan diri, meraka menjadi marah sekali dan menolak pemungutan padi secara paksa. Di bawah pimpinan haji madrias, dengan anggota tetap mereka melakukan beberapa pertemuan. Dan dari hasli pertemuan tidak ada yang di hasilkan, yang ada Cuma rakyat yang menolak untuk menyerahkan padi mereka. Kira-kira seminggu kemudian, muncul berita bahwa soncho lohbener akan datang ke desa cidempet untuk melaksanakan pemungutan padi.haji madrias dan para pengikutnya berkumpul di balai desa menantikan kedatangan mereka. Lama mereka menunggu dengan gekisah, namun rombongan koncho tidak kunjung datang.kemudian, menjelang siang muncul berita tidak terduga bahwa bahwa bukan soncho mereka, tetapi soncho sindang yang datang ke desa tetangga, yaitu desa paningkiran kidul (sindang son) untuk melakukan pemungutan padi. Para petani yang sudah bosan menunggu soncho mereka, memutuskan untuk pergi ke desa paningkiran kidul. Dengan banyak orang, ahirnya mereka tiba di desa paningkaran kidul rombongan mereka sudah berjumlah sekitar 300 orang. Disana mereka menemui soncho dan dua upas (pesuruh dari kantor son), kucho dulgani dan sekretaris desa Darwia, sedang melakukan pemungutan padi. Para pejabat desa ini kaget melihat rombongan yang datang dalam suasana panas. Kucho mencoba bangkit dan mencoba berdiri diantara suncho dan petani. Tetapi karena ia sudah tua dan lemah, ia dengan mudah di dorong oleh para petani, dan dibunuh dengan bambu runcing. Raksabumi yang datang juga dilukai oleh petani. Kemudian soncho dan dua upas di bunuh. Hanya sekretaris desa, Darwia yang berhasil lolos dan berhasil melarikan diri dari desa itu. Sementara itu para petani pergi ke desa Pranggong, Lohbener Son. Mereka pergi kerumah kucho, tapi kucho kebetulan sedang menghadiri pertemuan di lohbener. Karena kecewa maka para petani pergi ke desa cantigi Kulon, sindang son. Di situ, kucho kalipa kebetulan sedang berada di balai desa, memungut pajak dari penduduk. Para petani langsung menyerang kucho di tempat itu juga. Kucho berusaha melarikan diri, ia ahirnya tertangkap dan dubunuh bersama denga anak laki-lakinya. Di desa yang berdekatan lainnya, perlawanan yang serupa meletus pula, dan para kucho terbunuh. Berbagai usaha dilakukan pemerintah jepang untuk menyelesaikan masalah ini. Seorang pemimpin agama yang terkenal, Khalifah Haji Abdullah Fakih, dikirim ke daerah-daerah yang sedang bergejolak itu untuk mendamaikan rakyatdengan pemeritah.pemerintah menyebarkan selebaran dari helikopter meminta agar rakyat tetap tenang dan menjanjika pemerintah tidak akan melakukan pembalasan. Tetapi kemudian, pemerintah sekali lagi memasang perangkap: Haji Madrias dan tokoh perlawanan lainnya dengan hormat di undang untuk menghadiri suatu pertemuan di Cirebon, dan mereka di tangkap begitu sampai disana.Perlawanan Peta BlitarPETA (singkatan dari "Pembela Tanah Air") adalah bentukan junta militer pendudukan Kekaisaran Jepang di Indonesia yang didirikan pada bulan Oktober 1943. Jepang merekrut para pemuda Indonesia untuk dijadikan sebagai tentara teritorial guna mempertahankan Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera jika pasukan Sekutu (Amerika Serikat, Inggris, Australia, Belanda, dkk.) tiba. Tentara-tentara PETA mendapatkan pelatihan militer dari tentara Kekaisaran Jepang, tetapi berbeda dengan tentara-tentara HEIHO yang ikut bertempur bersama tentara-tentara Jepang di berbagai medan tempur Asia seperti Myanmar, Thailand, dan Filipina. Tentara PETA belum pernah mengalami pengalaman tempur. Shodancho Supriyadi, Shodancho Muradi, dan rekan-rekannya adalah lulusan angkatan pertama pendidikan komandan peleton PETA di Bogor. Mereka lantas dikembalikan ke daerah asalnya untuk bertugas di bawah Daidan (Batalyon) Blitar.Nurani para komandan muda itu tersentuh dan tersentak melihat penderitaan rakyat Indonesia yang diperlakukan bagaikan budak oleh tentara Jepang. Kondisi Romusha, yakni orang-orang yang dikerahkan untuk bekerja paksa membangun benteng-benteng di pantai sangat menyedihkan. Banyak yang tewas akibat kelaparan dan terkena berbagai macam penyakit tanpa diobati sama sekali. Para prajurit PETA juga geram melihat kelakuan tentara-tentara Jepang yang suka melecehkan harkat dan martabat wanita-wanita Indonesia. Para wanita ini pada awalnya dijanjikan akan mendapatkan pendidikan di Jakarta, namun ternyata malah menjadi pemuas nafsu seksual para tentara Jepang. Selain itu, ada aturan yang mewajibkan tentara PETA memberi hormat kepada serdadu Jepang, walaupun pangkat prajurit Jepang itu lebih rendah daripada anggota PETA. Harga diri para perwira PETA pun terusik dan terhina.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalammakalahini maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu :1.Tujuan Jepang dating ke Indonesia adalah untuk mendapatkan dukungan dan memanfaatkan Indonesia dalam menghadapi sekutu.2.ingin mendapatkan kekayaan yang melimpah Jepang itu sangat kejam kepada bangsa Indonesia oleh karna itu kita sebagai warga Indonesia jangan mau dijajah kita harus bisa buktikan bahwa kita mampu.

3.2 SaranSejalan dengan simpulan di atas, penyusun merumuskan saran sebagai berikut :1. Guru hendak nya lebih memahami cara pemberian pembelajaran di kelas, dimana agar siswa/imudah dalam memahami dan mengerti pembelajaran.2. Siswa/ihendaknya tidak hanya membaca ataupun merangkum apa saja yang di berikan guru.Akan tetapi siswa/I harus lebih mandiri dalam menambah dan menggali sumber ilmu pengetahuan.