makalah ruang lingkup reformasi birokrasi

42
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997, pada tahun 1998 telah berkembang menjadi krisis multidimensi. Kondisi tersebut mengakibatkan adanya tuntutan kuat dari segenap lapisan masyarakat terhadap pemerintah untuk segera diadakan reformasi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejak itu, telah terjadi berbagai perubahan penting yang menjadi tonggak dimulainya era reformasi di bidang politik, hukum, ekonomi, dan birokrasi, yang dikenal sebagai reformasi gelombang pertama. Perubahan tersebut dilandasi oleh keinginan sebagian besar masyarakat untuk mewujudkan pemerintahan demokratis dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat yang didasarkan pada nilai-nilai dasar sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam konteks pemahaman seperti ini, maka eksistensi birokrasi yang dapat diandalkan memiliki implikasi pada peluang yang lebih besar dalam mengemban misi perjuangan bangsa mencapai tujuan bernegara sesuai dengan amanat UUD 1945, yaitu “memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mewujudkan keadilan sosial”. Pengertian ini dimaksudkan bahwa birokrasi harus dipahami dalam konteks peran dan kemampuannya dalam menunjang tugas tugas pemerintahan, baik dalam merespon berbagai permasalahan maupun dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat dan warga 1

Upload: andreas-springfield-gleason

Post on 08-Feb-2016

397 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

hahaha

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

BAB IPENDAHULUAN

A Latar BelakangKrisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997 pada tahun 1998 telah

berkembang menjadi krisis multidimensi Kondisi tersebut mengakibatkan adanya

tuntutan kuat dari segenap lapisan masyarakat terhadap pemerintah untuk segera

diadakan reformasi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Sejak

itu telah terjadi berbagai perubahan penting yang menjadi tonggak dimulainya era

reformasi di bidang politik hukum ekonomi dan birokrasi yang dikenal sebagai

reformasi gelombang pertama Perubahan tersebut dilandasi oleh keinginan

sebagian besar masyarakat untuk mewujudkan pemerintahan demokratis dan

mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat yang didasarkan pada nilai-nilai

dasar sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945

Dalam konteks pemahaman seperti ini maka eksistensi birokrasi yang dapat

diandalkan memiliki implikasi pada peluang yang lebih besar dalam mengemban

misi perjuangan bangsa mencapai tujuan bernegara sesuai dengan amanat UUD

1945 yaitu ldquomemajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mewujudkan keadilan sosialrdquo Pengertian ini dimaksudkan bahwa birokrasi

harus dipahami dalam konteks peran dan kemampuannya dalam menunjang tugas

tugas pemerintahan baik dalam merespon berbagai permasalahan maupun dalam

memberikan pelayanan terhadap masyarakat dan warga dunia Dengan demikian

birokrasi yang mampu merespon dinamika global secara positif berpeluang akan

mampu memfasilitasi kepercayaan dunia internasional untuk menjadikan Indonesia

sebagai salah satu tujuan investasi Implikasinya investasi yang tertuju pada negara

Indonesia secara langsung akan memberikan efek dinamis yang baik bagi

perekonomian Indonesia

Reformasi di bidang birokrasi mengalami ketertinggalan dibanding reformasi

di bidang politik ekonomi dan hukum Oleh karena itu pada tahun 2004

pemerintah telah menegaskan kembali akan pentingnya penerapan prinsip-prinsip

clean government dan good governance yang secara universal diyakini menjadi

prinsip yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat

1

Berkaitan dengan hal tersebut program utama yang dilakukan pemerintah adalah

membangun aparatur negara melalui penerapan reformasi birokrasi Dengan

demikian reformasi birokrasi gelombang pertama pada dasarnya secara bertahap

mulai dilaksanakan pada tahun 2004 Pada tahun 2011 seluruh kementerian dan

lembaga (KL) serta pemerintah daerah (Pemda) ditargetkan telah memiliki

komitmen dalam melaksanakan proses reformasi birokrasi Pada tahun 2014

secara bertahap dan berkelanjutan KL dan Pemda telah memiliki kekuatan untuk

memulai proses tersebut sehingga pada tahun 2025 birokrasi pemerintahan yang

profesional dan berintegritas tinggi dapat diwujudkan

Reformasi sejatinya melahirkan perubahan sistematis dan terencana yang

diarahkan untuk melakukan transformasi secara mendasar dengan hasil yang lebih

baik Reformasi harus diwujudkan dengan kemauan bersama untuk melakukan

perubahan Namun kadang bahkan sering kemauan tersebut kalah akan

kepentingan individukelompok Reformasi birokrasi merupakan implementasi dari

reformasi yang digaung-gaungkan oleh para demonstran di tahun 1998 Dengan

reformasi birokrasi diharapkan terwujud political will pejabat pemerintah untuk

melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dengan perbaikan sistem pelayanan

lebih efektif dan efisien

Tidak terasa sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia sampai saat ini

ternyata sudah berlangsung lebih dari 12 tahun Reformasi sebagai gran design

kehidupan kenegaraan pada hakekatnya merupakan proses perubahan memiliki

tujuan utama untuk mencapai tata kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih

baik dari kondisi sebelumnya Perubahan melalui reformasi kelihatan lebih elegan

dibandingkan revolusi perebutan kekuasaan kudeta dan istilah-istilah lainnya

karena reformasi lebih terfokus pada to change without destroying to change while

preserving Dengan kelebihan dan kekurangannya dalam interval waktu yang

singkat ini sudah berlangsung 4 (empat) kali pergantian kepemimpinan nasional

(presiden)

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk yang berisi arah

kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional untuk kurun waktu 2010-2025

Sedangkan Road Map Reformasi Birokrasi adalah bentuk operasionalisasi Grand

Design Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali

dan merupakan rencana rinci reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan

selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas Grand Design

2

Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden sedangkan

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 ditetapkan dengan Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi agar dapat

memiliki sifat fleksibilitas sebagai suatu living document

Belum teraktualisasikannya tata kepemerintahan yang baik juga dipengaruhi

oleh masih rendahnya kompetensi SDM aparatur Rendahnya Kompetensi ditandai

dengan masih rendahnya komitmen dan integritas rendahnya kemampuan atas

tugas dan tanggung jawabnya dan lemahnya inisiatif dan inovatif Kondisi ini juga

dipengaruhi oleh buruknya sistem rekruitmen pegawai yang ditandai dengan tidak

adanya perencanaan pegawai yang matang yang berakibat pada tidak relevansinya

antara kompetensi seseorang yang diseleksi dengan jabatan yang dibutuhkan

Dengan demikian kondisi birokrasi di masa depan masih cukup memprihatinkan

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalahnya yaitu

1 Bagaimana Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

2 Bagaimana Reformasi Birokrasi Terkait Kompetensi Sumber Daya Manusia

Aparatur

3

BAB II

LANDASAN TEORI

1 Birokrasi

Jika dilihat dari segi bahasa birokrasi terdiri dari dua kata yaitu biro yang

artinya meja dan krasi yang artinya kekuasaan Birokrasi memiliki dua elemen utama

yang dapat membentuk pengertian yaitu peraturan atau norma formal dan hirarki

Jadi dapat dikatakan pengertian birokrasi adalah kekuasaan yang bersifat formal

yang didasarkan pada peraturan atau undang-undang dan prinsip-prinsip ideal

bekerjanya suatu organisasi Secara etimologi birokrasi berasal dari istilah ldquoburalistrdquo

yang dikembangkan oleh Reineer von Stein pada 1821 kemudian menjadi

ldquobureaucracyrdquo yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional

impersonal dan leglistik (Thoha 1995 dalam Hariyoso 2002) Birokrasi dapat dirujuk

kepada empat pengertian yaitu

Birokrasi dapat diartikan sebagai kelompok pranata atau lembaga tertentu

Birokrasi dapat diartikan sebagai suatu metoda untuk mengalokasikan sumber

daya dalam suatu organisasi

ldquoKebiroanrdquo atau mutu yang membedakan antara birokrasi dengan jenis

organisasi lain (Downs 1967 dalam Thoha 2003)

Kelompok orang yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan (Castle

Suyatno Nurhadiantomo 1983)

2 Reformasi

Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik

daripada yang sudah ada Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang

termasuk didalamnya masyarakat birokrasi dalam pengertian perubahan ke arah

kemajuan Dalam pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada development

(Susanto 180) Karl Mannheim sebagaimana disitir oleh Susanto menjelaskan bahwa

perubahan masyarakat adalah berkaitan dengan norma-normanya Development

adalah perkembangan yang tertuju pada kemajuan keadaan dan hidup anggota

masyarakat dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya juga dinikmati oleh masyarakat

4

Khan (1981) memberi pengertian reformasi sebagai suatu usaha perubahan

pokok dalam suatu sistem birokrasi yang bertujuan mengubah struktur tingkah laku

dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama Sedangkan Quah (1976)

mendefinisikan reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah proses prosedur

birokrasi publik dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas

birokrasi dan tujuan pembangunan nasional Aktivitas reformasi sebagai padanan

lain dari change improvement atau modernization Dari pengertian ini maka

reformasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi

juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics

being) Arah yang akan dicapai reformasi antara lain adalah tercapainya pelayanan

masyarakat secara efektif dan efisienReformasi bertujuan mengoreksi dan

membaharui terus-menerus arah pembangunan bangsa yang selama ini jauh

menyimpang kembali ke cita-cita proklamasi Reformasi birokrasi penting dilakukan

agar bangsa ini tidak termarginalisasi oleh arus globalisasi

Reformasi juga memiliki interpretasi yang berbeda-beda tergantug pada

konteks dari reformasi tersebut Namun secara umum reformasi dapat diartikan

sebagai pembaruan dengan melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik

karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam sistem yang ada

Reformasi dapat berupa perubahan total yang radikal tau bisa diidentikkan

dengan revolusi ataupun dapat berupa perubahan yang secara bertahap Hal ini

tergantung dari objek yang akan direformasi Apabila kerusakan dan penyimpangan

yang terjadi sudah sangat kronis maka reformasi harus dilakukan secara radikal

Namun apabila penyimpangan yang erjadi dipandang masih ringan maka tidak

diperlukan reformasi yang radikal

3 Reformasi Birokrasi

Sebuah negara dalam mencapai tujuannya pastilah memerlukan perangkat

negara yang disebut pemerintah dan pemerintahannya Pemerintah pada hakikatnya

adalah pemberi pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya

Reformasi birokrasi adalah salah satu cara untuk membangun kepercayaan

rakyat Pengertian dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah suatu usaha perubahan

5

pokok dalam suatu sistem yang tujuannya mengubah struktur tingkah laku dan

keberadaan atau kebiasaan yang sudah lama Ruang lingkup reformasi birokrasi

tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi juga mengaitkan perubahan

pada tingkat struktur dan sikap serta tingkah laku Hal ini berhubungan dengan

permasalahan yang bersinggungan dengan wewenang dan kekuasaan

6

BAB IIIPEMBAHASAN

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

A Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk untuk kurun

waktu 2010-2025 yang berisi langkah-langkah umum penataan organisasi

penataan tata laksana penataan manajemen sumber daya manusia apartur

penguatan sistem pengawasan inter penguatan akuntabilitas peningkatan

kualitas pelayanan publik dan pemberantasan KKN Hal ini menjadi instrumen

yang menghubungkan antara arah kebijakan reformasi birokrasi sebagaimana

dinyatakan dalam RPJP 2005-2025 dengan langkah-langkah operasionalnya

utamanya periode 2010-2014 Dan menjadi kerangka dasar dalam menyusun

langkah-langkah yang lebih rinci (roadmap) reformasi birokrasi selama periode

lima tahunan secara nasional

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan Perencanaan

Pembangunan Nasional

Penyusunan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 mengacu pada

RPJPN 2005-2025 (UU No17 Tahun 2007) dan RPJMN 2010-2014

(Perpres No5 Tahun 2010) Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN

2015-2019 dan RPJMN 2020-2024 dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 3

7

Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN 2015-2019 dan RPJMN 2020-2024

12 Ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi

Rencana pembangunan aparatur negara yang holistik sudah dituangkan

dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Salah satu prioritas

peraturan tersebut adalah pemantapan reformasi birokrasi instansi Oleh

karena itu ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

difokuskan pada reformasi birokrasi pemerintah

13 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk memberikan arah

kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional selama kurun waktu

2010-2025 agar reformasi birokrasi di KL dan Pemda dapat berjalan

8

secara efektif efisien terukur konsisten terintegrasi melembaga Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan berkelanjutan Kebijakan

pelaksanaan reformasi birokrasi meliputi visi pembangunan nasional arah

kebijakan reformasi birokrasi visi misi tujuan dan sasaran reformasi

birokrasi

Grand Design Reformasi Biro-krasi (GDRB) 2010-2025 menjadi pedoman

dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)

2010-2014 Selanjutnya GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 RMRB

2015-2019 RMRB 2020-2024 menjadi pedoman bagi KL dan Pemda

dalam menyusun road map masing-masing dalam pelaksanaan

reformasi birokrasi

Visi Pembangunan NasionalBerdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 visi pembangunan

nasional adalah INDONESIA YANG MANDIRI MAJU ADIL DAN MAKMUR

Arah Kebijakan Reformasi BirokrasiArah kebijakan reformasi birokrasi adalah

a Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi

untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik baik di pusat maupun di

daerah

agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya

(UU No 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)

b Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada

perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan

pelaksanaan reformasi birokrasi (Perpres No 5 tahun 2010 tentang

RPJMN 2010-2014)

Visi Reformasi BirokrasiVisi reformasi birokrasi adalah ldquoTerwujudnya Pemerintahan Kelas Duniardquo

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia

yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

9

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen

pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada

abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

Misi Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut

a membentukmenyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana manajemen

sumber daya manusia aparatur pengawasan akuntabilitas kualitas

pelayanan publik mind set dan culture set

c mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

d mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien

Tujuan Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif berintegritas berkinerja tinggi

bersih dan bebas KKN mampu melayani publik netral sejahtera

berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara Adapun area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi

meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini

10

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 2: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

Berkaitan dengan hal tersebut program utama yang dilakukan pemerintah adalah

membangun aparatur negara melalui penerapan reformasi birokrasi Dengan

demikian reformasi birokrasi gelombang pertama pada dasarnya secara bertahap

mulai dilaksanakan pada tahun 2004 Pada tahun 2011 seluruh kementerian dan

lembaga (KL) serta pemerintah daerah (Pemda) ditargetkan telah memiliki

komitmen dalam melaksanakan proses reformasi birokrasi Pada tahun 2014

secara bertahap dan berkelanjutan KL dan Pemda telah memiliki kekuatan untuk

memulai proses tersebut sehingga pada tahun 2025 birokrasi pemerintahan yang

profesional dan berintegritas tinggi dapat diwujudkan

Reformasi sejatinya melahirkan perubahan sistematis dan terencana yang

diarahkan untuk melakukan transformasi secara mendasar dengan hasil yang lebih

baik Reformasi harus diwujudkan dengan kemauan bersama untuk melakukan

perubahan Namun kadang bahkan sering kemauan tersebut kalah akan

kepentingan individukelompok Reformasi birokrasi merupakan implementasi dari

reformasi yang digaung-gaungkan oleh para demonstran di tahun 1998 Dengan

reformasi birokrasi diharapkan terwujud political will pejabat pemerintah untuk

melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dengan perbaikan sistem pelayanan

lebih efektif dan efisien

Tidak terasa sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia sampai saat ini

ternyata sudah berlangsung lebih dari 12 tahun Reformasi sebagai gran design

kehidupan kenegaraan pada hakekatnya merupakan proses perubahan memiliki

tujuan utama untuk mencapai tata kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih

baik dari kondisi sebelumnya Perubahan melalui reformasi kelihatan lebih elegan

dibandingkan revolusi perebutan kekuasaan kudeta dan istilah-istilah lainnya

karena reformasi lebih terfokus pada to change without destroying to change while

preserving Dengan kelebihan dan kekurangannya dalam interval waktu yang

singkat ini sudah berlangsung 4 (empat) kali pergantian kepemimpinan nasional

(presiden)

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk yang berisi arah

kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional untuk kurun waktu 2010-2025

Sedangkan Road Map Reformasi Birokrasi adalah bentuk operasionalisasi Grand

Design Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali

dan merupakan rencana rinci reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan

selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas Grand Design

2

Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden sedangkan

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 ditetapkan dengan Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi agar dapat

memiliki sifat fleksibilitas sebagai suatu living document

Belum teraktualisasikannya tata kepemerintahan yang baik juga dipengaruhi

oleh masih rendahnya kompetensi SDM aparatur Rendahnya Kompetensi ditandai

dengan masih rendahnya komitmen dan integritas rendahnya kemampuan atas

tugas dan tanggung jawabnya dan lemahnya inisiatif dan inovatif Kondisi ini juga

dipengaruhi oleh buruknya sistem rekruitmen pegawai yang ditandai dengan tidak

adanya perencanaan pegawai yang matang yang berakibat pada tidak relevansinya

antara kompetensi seseorang yang diseleksi dengan jabatan yang dibutuhkan

Dengan demikian kondisi birokrasi di masa depan masih cukup memprihatinkan

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalahnya yaitu

1 Bagaimana Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

2 Bagaimana Reformasi Birokrasi Terkait Kompetensi Sumber Daya Manusia

Aparatur

3

BAB II

LANDASAN TEORI

1 Birokrasi

Jika dilihat dari segi bahasa birokrasi terdiri dari dua kata yaitu biro yang

artinya meja dan krasi yang artinya kekuasaan Birokrasi memiliki dua elemen utama

yang dapat membentuk pengertian yaitu peraturan atau norma formal dan hirarki

Jadi dapat dikatakan pengertian birokrasi adalah kekuasaan yang bersifat formal

yang didasarkan pada peraturan atau undang-undang dan prinsip-prinsip ideal

bekerjanya suatu organisasi Secara etimologi birokrasi berasal dari istilah ldquoburalistrdquo

yang dikembangkan oleh Reineer von Stein pada 1821 kemudian menjadi

ldquobureaucracyrdquo yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional

impersonal dan leglistik (Thoha 1995 dalam Hariyoso 2002) Birokrasi dapat dirujuk

kepada empat pengertian yaitu

Birokrasi dapat diartikan sebagai kelompok pranata atau lembaga tertentu

Birokrasi dapat diartikan sebagai suatu metoda untuk mengalokasikan sumber

daya dalam suatu organisasi

ldquoKebiroanrdquo atau mutu yang membedakan antara birokrasi dengan jenis

organisasi lain (Downs 1967 dalam Thoha 2003)

Kelompok orang yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan (Castle

Suyatno Nurhadiantomo 1983)

2 Reformasi

Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik

daripada yang sudah ada Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang

termasuk didalamnya masyarakat birokrasi dalam pengertian perubahan ke arah

kemajuan Dalam pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada development

(Susanto 180) Karl Mannheim sebagaimana disitir oleh Susanto menjelaskan bahwa

perubahan masyarakat adalah berkaitan dengan norma-normanya Development

adalah perkembangan yang tertuju pada kemajuan keadaan dan hidup anggota

masyarakat dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya juga dinikmati oleh masyarakat

4

Khan (1981) memberi pengertian reformasi sebagai suatu usaha perubahan

pokok dalam suatu sistem birokrasi yang bertujuan mengubah struktur tingkah laku

dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama Sedangkan Quah (1976)

mendefinisikan reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah proses prosedur

birokrasi publik dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas

birokrasi dan tujuan pembangunan nasional Aktivitas reformasi sebagai padanan

lain dari change improvement atau modernization Dari pengertian ini maka

reformasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi

juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics

being) Arah yang akan dicapai reformasi antara lain adalah tercapainya pelayanan

masyarakat secara efektif dan efisienReformasi bertujuan mengoreksi dan

membaharui terus-menerus arah pembangunan bangsa yang selama ini jauh

menyimpang kembali ke cita-cita proklamasi Reformasi birokrasi penting dilakukan

agar bangsa ini tidak termarginalisasi oleh arus globalisasi

Reformasi juga memiliki interpretasi yang berbeda-beda tergantug pada

konteks dari reformasi tersebut Namun secara umum reformasi dapat diartikan

sebagai pembaruan dengan melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik

karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam sistem yang ada

Reformasi dapat berupa perubahan total yang radikal tau bisa diidentikkan

dengan revolusi ataupun dapat berupa perubahan yang secara bertahap Hal ini

tergantung dari objek yang akan direformasi Apabila kerusakan dan penyimpangan

yang terjadi sudah sangat kronis maka reformasi harus dilakukan secara radikal

Namun apabila penyimpangan yang erjadi dipandang masih ringan maka tidak

diperlukan reformasi yang radikal

3 Reformasi Birokrasi

Sebuah negara dalam mencapai tujuannya pastilah memerlukan perangkat

negara yang disebut pemerintah dan pemerintahannya Pemerintah pada hakikatnya

adalah pemberi pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya

Reformasi birokrasi adalah salah satu cara untuk membangun kepercayaan

rakyat Pengertian dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah suatu usaha perubahan

5

pokok dalam suatu sistem yang tujuannya mengubah struktur tingkah laku dan

keberadaan atau kebiasaan yang sudah lama Ruang lingkup reformasi birokrasi

tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi juga mengaitkan perubahan

pada tingkat struktur dan sikap serta tingkah laku Hal ini berhubungan dengan

permasalahan yang bersinggungan dengan wewenang dan kekuasaan

6

BAB IIIPEMBAHASAN

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

A Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk untuk kurun

waktu 2010-2025 yang berisi langkah-langkah umum penataan organisasi

penataan tata laksana penataan manajemen sumber daya manusia apartur

penguatan sistem pengawasan inter penguatan akuntabilitas peningkatan

kualitas pelayanan publik dan pemberantasan KKN Hal ini menjadi instrumen

yang menghubungkan antara arah kebijakan reformasi birokrasi sebagaimana

dinyatakan dalam RPJP 2005-2025 dengan langkah-langkah operasionalnya

utamanya periode 2010-2014 Dan menjadi kerangka dasar dalam menyusun

langkah-langkah yang lebih rinci (roadmap) reformasi birokrasi selama periode

lima tahunan secara nasional

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan Perencanaan

Pembangunan Nasional

Penyusunan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 mengacu pada

RPJPN 2005-2025 (UU No17 Tahun 2007) dan RPJMN 2010-2014

(Perpres No5 Tahun 2010) Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN

2015-2019 dan RPJMN 2020-2024 dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 3

7

Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN 2015-2019 dan RPJMN 2020-2024

12 Ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi

Rencana pembangunan aparatur negara yang holistik sudah dituangkan

dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Salah satu prioritas

peraturan tersebut adalah pemantapan reformasi birokrasi instansi Oleh

karena itu ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

difokuskan pada reformasi birokrasi pemerintah

13 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk memberikan arah

kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional selama kurun waktu

2010-2025 agar reformasi birokrasi di KL dan Pemda dapat berjalan

8

secara efektif efisien terukur konsisten terintegrasi melembaga Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan berkelanjutan Kebijakan

pelaksanaan reformasi birokrasi meliputi visi pembangunan nasional arah

kebijakan reformasi birokrasi visi misi tujuan dan sasaran reformasi

birokrasi

Grand Design Reformasi Biro-krasi (GDRB) 2010-2025 menjadi pedoman

dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)

2010-2014 Selanjutnya GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 RMRB

2015-2019 RMRB 2020-2024 menjadi pedoman bagi KL dan Pemda

dalam menyusun road map masing-masing dalam pelaksanaan

reformasi birokrasi

Visi Pembangunan NasionalBerdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 visi pembangunan

nasional adalah INDONESIA YANG MANDIRI MAJU ADIL DAN MAKMUR

Arah Kebijakan Reformasi BirokrasiArah kebijakan reformasi birokrasi adalah

a Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi

untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik baik di pusat maupun di

daerah

agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya

(UU No 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)

b Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada

perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan

pelaksanaan reformasi birokrasi (Perpres No 5 tahun 2010 tentang

RPJMN 2010-2014)

Visi Reformasi BirokrasiVisi reformasi birokrasi adalah ldquoTerwujudnya Pemerintahan Kelas Duniardquo

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia

yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

9

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen

pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada

abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

Misi Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut

a membentukmenyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana manajemen

sumber daya manusia aparatur pengawasan akuntabilitas kualitas

pelayanan publik mind set dan culture set

c mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

d mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien

Tujuan Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif berintegritas berkinerja tinggi

bersih dan bebas KKN mampu melayani publik netral sejahtera

berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara Adapun area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi

meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini

10

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 3: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden sedangkan

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 ditetapkan dengan Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi agar dapat

memiliki sifat fleksibilitas sebagai suatu living document

Belum teraktualisasikannya tata kepemerintahan yang baik juga dipengaruhi

oleh masih rendahnya kompetensi SDM aparatur Rendahnya Kompetensi ditandai

dengan masih rendahnya komitmen dan integritas rendahnya kemampuan atas

tugas dan tanggung jawabnya dan lemahnya inisiatif dan inovatif Kondisi ini juga

dipengaruhi oleh buruknya sistem rekruitmen pegawai yang ditandai dengan tidak

adanya perencanaan pegawai yang matang yang berakibat pada tidak relevansinya

antara kompetensi seseorang yang diseleksi dengan jabatan yang dibutuhkan

Dengan demikian kondisi birokrasi di masa depan masih cukup memprihatinkan

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalahnya yaitu

1 Bagaimana Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

2 Bagaimana Reformasi Birokrasi Terkait Kompetensi Sumber Daya Manusia

Aparatur

3

BAB II

LANDASAN TEORI

1 Birokrasi

Jika dilihat dari segi bahasa birokrasi terdiri dari dua kata yaitu biro yang

artinya meja dan krasi yang artinya kekuasaan Birokrasi memiliki dua elemen utama

yang dapat membentuk pengertian yaitu peraturan atau norma formal dan hirarki

Jadi dapat dikatakan pengertian birokrasi adalah kekuasaan yang bersifat formal

yang didasarkan pada peraturan atau undang-undang dan prinsip-prinsip ideal

bekerjanya suatu organisasi Secara etimologi birokrasi berasal dari istilah ldquoburalistrdquo

yang dikembangkan oleh Reineer von Stein pada 1821 kemudian menjadi

ldquobureaucracyrdquo yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional

impersonal dan leglistik (Thoha 1995 dalam Hariyoso 2002) Birokrasi dapat dirujuk

kepada empat pengertian yaitu

Birokrasi dapat diartikan sebagai kelompok pranata atau lembaga tertentu

Birokrasi dapat diartikan sebagai suatu metoda untuk mengalokasikan sumber

daya dalam suatu organisasi

ldquoKebiroanrdquo atau mutu yang membedakan antara birokrasi dengan jenis

organisasi lain (Downs 1967 dalam Thoha 2003)

Kelompok orang yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan (Castle

Suyatno Nurhadiantomo 1983)

2 Reformasi

Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik

daripada yang sudah ada Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang

termasuk didalamnya masyarakat birokrasi dalam pengertian perubahan ke arah

kemajuan Dalam pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada development

(Susanto 180) Karl Mannheim sebagaimana disitir oleh Susanto menjelaskan bahwa

perubahan masyarakat adalah berkaitan dengan norma-normanya Development

adalah perkembangan yang tertuju pada kemajuan keadaan dan hidup anggota

masyarakat dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya juga dinikmati oleh masyarakat

4

Khan (1981) memberi pengertian reformasi sebagai suatu usaha perubahan

pokok dalam suatu sistem birokrasi yang bertujuan mengubah struktur tingkah laku

dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama Sedangkan Quah (1976)

mendefinisikan reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah proses prosedur

birokrasi publik dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas

birokrasi dan tujuan pembangunan nasional Aktivitas reformasi sebagai padanan

lain dari change improvement atau modernization Dari pengertian ini maka

reformasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi

juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics

being) Arah yang akan dicapai reformasi antara lain adalah tercapainya pelayanan

masyarakat secara efektif dan efisienReformasi bertujuan mengoreksi dan

membaharui terus-menerus arah pembangunan bangsa yang selama ini jauh

menyimpang kembali ke cita-cita proklamasi Reformasi birokrasi penting dilakukan

agar bangsa ini tidak termarginalisasi oleh arus globalisasi

Reformasi juga memiliki interpretasi yang berbeda-beda tergantug pada

konteks dari reformasi tersebut Namun secara umum reformasi dapat diartikan

sebagai pembaruan dengan melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik

karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam sistem yang ada

Reformasi dapat berupa perubahan total yang radikal tau bisa diidentikkan

dengan revolusi ataupun dapat berupa perubahan yang secara bertahap Hal ini

tergantung dari objek yang akan direformasi Apabila kerusakan dan penyimpangan

yang terjadi sudah sangat kronis maka reformasi harus dilakukan secara radikal

Namun apabila penyimpangan yang erjadi dipandang masih ringan maka tidak

diperlukan reformasi yang radikal

3 Reformasi Birokrasi

Sebuah negara dalam mencapai tujuannya pastilah memerlukan perangkat

negara yang disebut pemerintah dan pemerintahannya Pemerintah pada hakikatnya

adalah pemberi pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya

Reformasi birokrasi adalah salah satu cara untuk membangun kepercayaan

rakyat Pengertian dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah suatu usaha perubahan

5

pokok dalam suatu sistem yang tujuannya mengubah struktur tingkah laku dan

keberadaan atau kebiasaan yang sudah lama Ruang lingkup reformasi birokrasi

tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi juga mengaitkan perubahan

pada tingkat struktur dan sikap serta tingkah laku Hal ini berhubungan dengan

permasalahan yang bersinggungan dengan wewenang dan kekuasaan

6

BAB IIIPEMBAHASAN

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

A Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk untuk kurun

waktu 2010-2025 yang berisi langkah-langkah umum penataan organisasi

penataan tata laksana penataan manajemen sumber daya manusia apartur

penguatan sistem pengawasan inter penguatan akuntabilitas peningkatan

kualitas pelayanan publik dan pemberantasan KKN Hal ini menjadi instrumen

yang menghubungkan antara arah kebijakan reformasi birokrasi sebagaimana

dinyatakan dalam RPJP 2005-2025 dengan langkah-langkah operasionalnya

utamanya periode 2010-2014 Dan menjadi kerangka dasar dalam menyusun

langkah-langkah yang lebih rinci (roadmap) reformasi birokrasi selama periode

lima tahunan secara nasional

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan Perencanaan

Pembangunan Nasional

Penyusunan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 mengacu pada

RPJPN 2005-2025 (UU No17 Tahun 2007) dan RPJMN 2010-2014

(Perpres No5 Tahun 2010) Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN

2015-2019 dan RPJMN 2020-2024 dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 3

7

Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN 2015-2019 dan RPJMN 2020-2024

12 Ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi

Rencana pembangunan aparatur negara yang holistik sudah dituangkan

dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Salah satu prioritas

peraturan tersebut adalah pemantapan reformasi birokrasi instansi Oleh

karena itu ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

difokuskan pada reformasi birokrasi pemerintah

13 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk memberikan arah

kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional selama kurun waktu

2010-2025 agar reformasi birokrasi di KL dan Pemda dapat berjalan

8

secara efektif efisien terukur konsisten terintegrasi melembaga Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan berkelanjutan Kebijakan

pelaksanaan reformasi birokrasi meliputi visi pembangunan nasional arah

kebijakan reformasi birokrasi visi misi tujuan dan sasaran reformasi

birokrasi

Grand Design Reformasi Biro-krasi (GDRB) 2010-2025 menjadi pedoman

dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)

2010-2014 Selanjutnya GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 RMRB

2015-2019 RMRB 2020-2024 menjadi pedoman bagi KL dan Pemda

dalam menyusun road map masing-masing dalam pelaksanaan

reformasi birokrasi

Visi Pembangunan NasionalBerdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 visi pembangunan

nasional adalah INDONESIA YANG MANDIRI MAJU ADIL DAN MAKMUR

Arah Kebijakan Reformasi BirokrasiArah kebijakan reformasi birokrasi adalah

a Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi

untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik baik di pusat maupun di

daerah

agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya

(UU No 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)

b Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada

perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan

pelaksanaan reformasi birokrasi (Perpres No 5 tahun 2010 tentang

RPJMN 2010-2014)

Visi Reformasi BirokrasiVisi reformasi birokrasi adalah ldquoTerwujudnya Pemerintahan Kelas Duniardquo

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia

yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

9

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen

pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada

abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

Misi Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut

a membentukmenyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana manajemen

sumber daya manusia aparatur pengawasan akuntabilitas kualitas

pelayanan publik mind set dan culture set

c mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

d mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien

Tujuan Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif berintegritas berkinerja tinggi

bersih dan bebas KKN mampu melayani publik netral sejahtera

berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara Adapun area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi

meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini

10

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 4: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

BAB II

LANDASAN TEORI

1 Birokrasi

Jika dilihat dari segi bahasa birokrasi terdiri dari dua kata yaitu biro yang

artinya meja dan krasi yang artinya kekuasaan Birokrasi memiliki dua elemen utama

yang dapat membentuk pengertian yaitu peraturan atau norma formal dan hirarki

Jadi dapat dikatakan pengertian birokrasi adalah kekuasaan yang bersifat formal

yang didasarkan pada peraturan atau undang-undang dan prinsip-prinsip ideal

bekerjanya suatu organisasi Secara etimologi birokrasi berasal dari istilah ldquoburalistrdquo

yang dikembangkan oleh Reineer von Stein pada 1821 kemudian menjadi

ldquobureaucracyrdquo yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional

impersonal dan leglistik (Thoha 1995 dalam Hariyoso 2002) Birokrasi dapat dirujuk

kepada empat pengertian yaitu

Birokrasi dapat diartikan sebagai kelompok pranata atau lembaga tertentu

Birokrasi dapat diartikan sebagai suatu metoda untuk mengalokasikan sumber

daya dalam suatu organisasi

ldquoKebiroanrdquo atau mutu yang membedakan antara birokrasi dengan jenis

organisasi lain (Downs 1967 dalam Thoha 2003)

Kelompok orang yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan (Castle

Suyatno Nurhadiantomo 1983)

2 Reformasi

Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik

daripada yang sudah ada Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang

termasuk didalamnya masyarakat birokrasi dalam pengertian perubahan ke arah

kemajuan Dalam pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada development

(Susanto 180) Karl Mannheim sebagaimana disitir oleh Susanto menjelaskan bahwa

perubahan masyarakat adalah berkaitan dengan norma-normanya Development

adalah perkembangan yang tertuju pada kemajuan keadaan dan hidup anggota

masyarakat dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya juga dinikmati oleh masyarakat

4

Khan (1981) memberi pengertian reformasi sebagai suatu usaha perubahan

pokok dalam suatu sistem birokrasi yang bertujuan mengubah struktur tingkah laku

dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama Sedangkan Quah (1976)

mendefinisikan reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah proses prosedur

birokrasi publik dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas

birokrasi dan tujuan pembangunan nasional Aktivitas reformasi sebagai padanan

lain dari change improvement atau modernization Dari pengertian ini maka

reformasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi

juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics

being) Arah yang akan dicapai reformasi antara lain adalah tercapainya pelayanan

masyarakat secara efektif dan efisienReformasi bertujuan mengoreksi dan

membaharui terus-menerus arah pembangunan bangsa yang selama ini jauh

menyimpang kembali ke cita-cita proklamasi Reformasi birokrasi penting dilakukan

agar bangsa ini tidak termarginalisasi oleh arus globalisasi

Reformasi juga memiliki interpretasi yang berbeda-beda tergantug pada

konteks dari reformasi tersebut Namun secara umum reformasi dapat diartikan

sebagai pembaruan dengan melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik

karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam sistem yang ada

Reformasi dapat berupa perubahan total yang radikal tau bisa diidentikkan

dengan revolusi ataupun dapat berupa perubahan yang secara bertahap Hal ini

tergantung dari objek yang akan direformasi Apabila kerusakan dan penyimpangan

yang terjadi sudah sangat kronis maka reformasi harus dilakukan secara radikal

Namun apabila penyimpangan yang erjadi dipandang masih ringan maka tidak

diperlukan reformasi yang radikal

3 Reformasi Birokrasi

Sebuah negara dalam mencapai tujuannya pastilah memerlukan perangkat

negara yang disebut pemerintah dan pemerintahannya Pemerintah pada hakikatnya

adalah pemberi pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya

Reformasi birokrasi adalah salah satu cara untuk membangun kepercayaan

rakyat Pengertian dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah suatu usaha perubahan

5

pokok dalam suatu sistem yang tujuannya mengubah struktur tingkah laku dan

keberadaan atau kebiasaan yang sudah lama Ruang lingkup reformasi birokrasi

tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi juga mengaitkan perubahan

pada tingkat struktur dan sikap serta tingkah laku Hal ini berhubungan dengan

permasalahan yang bersinggungan dengan wewenang dan kekuasaan

6

BAB IIIPEMBAHASAN

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

A Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk untuk kurun

waktu 2010-2025 yang berisi langkah-langkah umum penataan organisasi

penataan tata laksana penataan manajemen sumber daya manusia apartur

penguatan sistem pengawasan inter penguatan akuntabilitas peningkatan

kualitas pelayanan publik dan pemberantasan KKN Hal ini menjadi instrumen

yang menghubungkan antara arah kebijakan reformasi birokrasi sebagaimana

dinyatakan dalam RPJP 2005-2025 dengan langkah-langkah operasionalnya

utamanya periode 2010-2014 Dan menjadi kerangka dasar dalam menyusun

langkah-langkah yang lebih rinci (roadmap) reformasi birokrasi selama periode

lima tahunan secara nasional

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan Perencanaan

Pembangunan Nasional

Penyusunan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 mengacu pada

RPJPN 2005-2025 (UU No17 Tahun 2007) dan RPJMN 2010-2014

(Perpres No5 Tahun 2010) Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN

2015-2019 dan RPJMN 2020-2024 dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 3

7

Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN 2015-2019 dan RPJMN 2020-2024

12 Ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi

Rencana pembangunan aparatur negara yang holistik sudah dituangkan

dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Salah satu prioritas

peraturan tersebut adalah pemantapan reformasi birokrasi instansi Oleh

karena itu ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

difokuskan pada reformasi birokrasi pemerintah

13 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk memberikan arah

kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional selama kurun waktu

2010-2025 agar reformasi birokrasi di KL dan Pemda dapat berjalan

8

secara efektif efisien terukur konsisten terintegrasi melembaga Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan berkelanjutan Kebijakan

pelaksanaan reformasi birokrasi meliputi visi pembangunan nasional arah

kebijakan reformasi birokrasi visi misi tujuan dan sasaran reformasi

birokrasi

Grand Design Reformasi Biro-krasi (GDRB) 2010-2025 menjadi pedoman

dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)

2010-2014 Selanjutnya GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 RMRB

2015-2019 RMRB 2020-2024 menjadi pedoman bagi KL dan Pemda

dalam menyusun road map masing-masing dalam pelaksanaan

reformasi birokrasi

Visi Pembangunan NasionalBerdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 visi pembangunan

nasional adalah INDONESIA YANG MANDIRI MAJU ADIL DAN MAKMUR

Arah Kebijakan Reformasi BirokrasiArah kebijakan reformasi birokrasi adalah

a Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi

untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik baik di pusat maupun di

daerah

agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya

(UU No 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)

b Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada

perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan

pelaksanaan reformasi birokrasi (Perpres No 5 tahun 2010 tentang

RPJMN 2010-2014)

Visi Reformasi BirokrasiVisi reformasi birokrasi adalah ldquoTerwujudnya Pemerintahan Kelas Duniardquo

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia

yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

9

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen

pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada

abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

Misi Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut

a membentukmenyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana manajemen

sumber daya manusia aparatur pengawasan akuntabilitas kualitas

pelayanan publik mind set dan culture set

c mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

d mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien

Tujuan Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif berintegritas berkinerja tinggi

bersih dan bebas KKN mampu melayani publik netral sejahtera

berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara Adapun area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi

meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini

10

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 5: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

Khan (1981) memberi pengertian reformasi sebagai suatu usaha perubahan

pokok dalam suatu sistem birokrasi yang bertujuan mengubah struktur tingkah laku

dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama Sedangkan Quah (1976)

mendefinisikan reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah proses prosedur

birokrasi publik dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas

birokrasi dan tujuan pembangunan nasional Aktivitas reformasi sebagai padanan

lain dari change improvement atau modernization Dari pengertian ini maka

reformasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi

juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics

being) Arah yang akan dicapai reformasi antara lain adalah tercapainya pelayanan

masyarakat secara efektif dan efisienReformasi bertujuan mengoreksi dan

membaharui terus-menerus arah pembangunan bangsa yang selama ini jauh

menyimpang kembali ke cita-cita proklamasi Reformasi birokrasi penting dilakukan

agar bangsa ini tidak termarginalisasi oleh arus globalisasi

Reformasi juga memiliki interpretasi yang berbeda-beda tergantug pada

konteks dari reformasi tersebut Namun secara umum reformasi dapat diartikan

sebagai pembaruan dengan melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik

karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam sistem yang ada

Reformasi dapat berupa perubahan total yang radikal tau bisa diidentikkan

dengan revolusi ataupun dapat berupa perubahan yang secara bertahap Hal ini

tergantung dari objek yang akan direformasi Apabila kerusakan dan penyimpangan

yang terjadi sudah sangat kronis maka reformasi harus dilakukan secara radikal

Namun apabila penyimpangan yang erjadi dipandang masih ringan maka tidak

diperlukan reformasi yang radikal

3 Reformasi Birokrasi

Sebuah negara dalam mencapai tujuannya pastilah memerlukan perangkat

negara yang disebut pemerintah dan pemerintahannya Pemerintah pada hakikatnya

adalah pemberi pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya

Reformasi birokrasi adalah salah satu cara untuk membangun kepercayaan

rakyat Pengertian dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah suatu usaha perubahan

5

pokok dalam suatu sistem yang tujuannya mengubah struktur tingkah laku dan

keberadaan atau kebiasaan yang sudah lama Ruang lingkup reformasi birokrasi

tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi juga mengaitkan perubahan

pada tingkat struktur dan sikap serta tingkah laku Hal ini berhubungan dengan

permasalahan yang bersinggungan dengan wewenang dan kekuasaan

6

BAB IIIPEMBAHASAN

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

A Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk untuk kurun

waktu 2010-2025 yang berisi langkah-langkah umum penataan organisasi

penataan tata laksana penataan manajemen sumber daya manusia apartur

penguatan sistem pengawasan inter penguatan akuntabilitas peningkatan

kualitas pelayanan publik dan pemberantasan KKN Hal ini menjadi instrumen

yang menghubungkan antara arah kebijakan reformasi birokrasi sebagaimana

dinyatakan dalam RPJP 2005-2025 dengan langkah-langkah operasionalnya

utamanya periode 2010-2014 Dan menjadi kerangka dasar dalam menyusun

langkah-langkah yang lebih rinci (roadmap) reformasi birokrasi selama periode

lima tahunan secara nasional

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan Perencanaan

Pembangunan Nasional

Penyusunan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 mengacu pada

RPJPN 2005-2025 (UU No17 Tahun 2007) dan RPJMN 2010-2014

(Perpres No5 Tahun 2010) Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN

2015-2019 dan RPJMN 2020-2024 dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 3

7

Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN 2015-2019 dan RPJMN 2020-2024

12 Ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi

Rencana pembangunan aparatur negara yang holistik sudah dituangkan

dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Salah satu prioritas

peraturan tersebut adalah pemantapan reformasi birokrasi instansi Oleh

karena itu ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

difokuskan pada reformasi birokrasi pemerintah

13 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk memberikan arah

kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional selama kurun waktu

2010-2025 agar reformasi birokrasi di KL dan Pemda dapat berjalan

8

secara efektif efisien terukur konsisten terintegrasi melembaga Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan berkelanjutan Kebijakan

pelaksanaan reformasi birokrasi meliputi visi pembangunan nasional arah

kebijakan reformasi birokrasi visi misi tujuan dan sasaran reformasi

birokrasi

Grand Design Reformasi Biro-krasi (GDRB) 2010-2025 menjadi pedoman

dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)

2010-2014 Selanjutnya GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 RMRB

2015-2019 RMRB 2020-2024 menjadi pedoman bagi KL dan Pemda

dalam menyusun road map masing-masing dalam pelaksanaan

reformasi birokrasi

Visi Pembangunan NasionalBerdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 visi pembangunan

nasional adalah INDONESIA YANG MANDIRI MAJU ADIL DAN MAKMUR

Arah Kebijakan Reformasi BirokrasiArah kebijakan reformasi birokrasi adalah

a Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi

untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik baik di pusat maupun di

daerah

agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya

(UU No 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)

b Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada

perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan

pelaksanaan reformasi birokrasi (Perpres No 5 tahun 2010 tentang

RPJMN 2010-2014)

Visi Reformasi BirokrasiVisi reformasi birokrasi adalah ldquoTerwujudnya Pemerintahan Kelas Duniardquo

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia

yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

9

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen

pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada

abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

Misi Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut

a membentukmenyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana manajemen

sumber daya manusia aparatur pengawasan akuntabilitas kualitas

pelayanan publik mind set dan culture set

c mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

d mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien

Tujuan Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif berintegritas berkinerja tinggi

bersih dan bebas KKN mampu melayani publik netral sejahtera

berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara Adapun area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi

meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini

10

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 6: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

pokok dalam suatu sistem yang tujuannya mengubah struktur tingkah laku dan

keberadaan atau kebiasaan yang sudah lama Ruang lingkup reformasi birokrasi

tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur tetapi juga mengaitkan perubahan

pada tingkat struktur dan sikap serta tingkah laku Hal ini berhubungan dengan

permasalahan yang bersinggungan dengan wewenang dan kekuasaan

6

BAB IIIPEMBAHASAN

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

A Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk untuk kurun

waktu 2010-2025 yang berisi langkah-langkah umum penataan organisasi

penataan tata laksana penataan manajemen sumber daya manusia apartur

penguatan sistem pengawasan inter penguatan akuntabilitas peningkatan

kualitas pelayanan publik dan pemberantasan KKN Hal ini menjadi instrumen

yang menghubungkan antara arah kebijakan reformasi birokrasi sebagaimana

dinyatakan dalam RPJP 2005-2025 dengan langkah-langkah operasionalnya

utamanya periode 2010-2014 Dan menjadi kerangka dasar dalam menyusun

langkah-langkah yang lebih rinci (roadmap) reformasi birokrasi selama periode

lima tahunan secara nasional

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan Perencanaan

Pembangunan Nasional

Penyusunan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 mengacu pada

RPJPN 2005-2025 (UU No17 Tahun 2007) dan RPJMN 2010-2014

(Perpres No5 Tahun 2010) Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN

2015-2019 dan RPJMN 2020-2024 dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 3

7

Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN 2015-2019 dan RPJMN 2020-2024

12 Ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi

Rencana pembangunan aparatur negara yang holistik sudah dituangkan

dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Salah satu prioritas

peraturan tersebut adalah pemantapan reformasi birokrasi instansi Oleh

karena itu ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

difokuskan pada reformasi birokrasi pemerintah

13 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk memberikan arah

kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional selama kurun waktu

2010-2025 agar reformasi birokrasi di KL dan Pemda dapat berjalan

8

secara efektif efisien terukur konsisten terintegrasi melembaga Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan berkelanjutan Kebijakan

pelaksanaan reformasi birokrasi meliputi visi pembangunan nasional arah

kebijakan reformasi birokrasi visi misi tujuan dan sasaran reformasi

birokrasi

Grand Design Reformasi Biro-krasi (GDRB) 2010-2025 menjadi pedoman

dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)

2010-2014 Selanjutnya GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 RMRB

2015-2019 RMRB 2020-2024 menjadi pedoman bagi KL dan Pemda

dalam menyusun road map masing-masing dalam pelaksanaan

reformasi birokrasi

Visi Pembangunan NasionalBerdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 visi pembangunan

nasional adalah INDONESIA YANG MANDIRI MAJU ADIL DAN MAKMUR

Arah Kebijakan Reformasi BirokrasiArah kebijakan reformasi birokrasi adalah

a Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi

untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik baik di pusat maupun di

daerah

agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya

(UU No 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)

b Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada

perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan

pelaksanaan reformasi birokrasi (Perpres No 5 tahun 2010 tentang

RPJMN 2010-2014)

Visi Reformasi BirokrasiVisi reformasi birokrasi adalah ldquoTerwujudnya Pemerintahan Kelas Duniardquo

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia

yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

9

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen

pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada

abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

Misi Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut

a membentukmenyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana manajemen

sumber daya manusia aparatur pengawasan akuntabilitas kualitas

pelayanan publik mind set dan culture set

c mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

d mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien

Tujuan Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif berintegritas berkinerja tinggi

bersih dan bebas KKN mampu melayani publik netral sejahtera

berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara Adapun area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi

meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini

10

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 7: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

BAB IIIPEMBAHASAN

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

A Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk untuk kurun

waktu 2010-2025 yang berisi langkah-langkah umum penataan organisasi

penataan tata laksana penataan manajemen sumber daya manusia apartur

penguatan sistem pengawasan inter penguatan akuntabilitas peningkatan

kualitas pelayanan publik dan pemberantasan KKN Hal ini menjadi instrumen

yang menghubungkan antara arah kebijakan reformasi birokrasi sebagaimana

dinyatakan dalam RPJP 2005-2025 dengan langkah-langkah operasionalnya

utamanya periode 2010-2014 Dan menjadi kerangka dasar dalam menyusun

langkah-langkah yang lebih rinci (roadmap) reformasi birokrasi selama periode

lima tahunan secara nasional

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan Perencanaan

Pembangunan Nasional

Penyusunan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 mengacu pada

RPJPN 2005-2025 (UU No17 Tahun 2007) dan RPJMN 2010-2014

(Perpres No5 Tahun 2010) Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN

2015-2019 dan RPJMN 2020-2024 dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 3

7

Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN 2015-2019 dan RPJMN 2020-2024

12 Ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi

Rencana pembangunan aparatur negara yang holistik sudah dituangkan

dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Salah satu prioritas

peraturan tersebut adalah pemantapan reformasi birokrasi instansi Oleh

karena itu ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

difokuskan pada reformasi birokrasi pemerintah

13 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk memberikan arah

kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional selama kurun waktu

2010-2025 agar reformasi birokrasi di KL dan Pemda dapat berjalan

8

secara efektif efisien terukur konsisten terintegrasi melembaga Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan berkelanjutan Kebijakan

pelaksanaan reformasi birokrasi meliputi visi pembangunan nasional arah

kebijakan reformasi birokrasi visi misi tujuan dan sasaran reformasi

birokrasi

Grand Design Reformasi Biro-krasi (GDRB) 2010-2025 menjadi pedoman

dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)

2010-2014 Selanjutnya GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 RMRB

2015-2019 RMRB 2020-2024 menjadi pedoman bagi KL dan Pemda

dalam menyusun road map masing-masing dalam pelaksanaan

reformasi birokrasi

Visi Pembangunan NasionalBerdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 visi pembangunan

nasional adalah INDONESIA YANG MANDIRI MAJU ADIL DAN MAKMUR

Arah Kebijakan Reformasi BirokrasiArah kebijakan reformasi birokrasi adalah

a Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi

untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik baik di pusat maupun di

daerah

agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya

(UU No 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)

b Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada

perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan

pelaksanaan reformasi birokrasi (Perpres No 5 tahun 2010 tentang

RPJMN 2010-2014)

Visi Reformasi BirokrasiVisi reformasi birokrasi adalah ldquoTerwujudnya Pemerintahan Kelas Duniardquo

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia

yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

9

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen

pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada

abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

Misi Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut

a membentukmenyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana manajemen

sumber daya manusia aparatur pengawasan akuntabilitas kualitas

pelayanan publik mind set dan culture set

c mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

d mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien

Tujuan Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif berintegritas berkinerja tinggi

bersih dan bebas KKN mampu melayani publik netral sejahtera

berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara Adapun area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi

meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini

10

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 8: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 RPJMN 2015-2019 dan RPJMN 2020-2024

12 Ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi

Rencana pembangunan aparatur negara yang holistik sudah dituangkan

dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Salah satu prioritas

peraturan tersebut adalah pemantapan reformasi birokrasi instansi Oleh

karena itu ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

difokuskan pada reformasi birokrasi pemerintah

13 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi

Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk memberikan arah

kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional selama kurun waktu

2010-2025 agar reformasi birokrasi di KL dan Pemda dapat berjalan

8

secara efektif efisien terukur konsisten terintegrasi melembaga Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan berkelanjutan Kebijakan

pelaksanaan reformasi birokrasi meliputi visi pembangunan nasional arah

kebijakan reformasi birokrasi visi misi tujuan dan sasaran reformasi

birokrasi

Grand Design Reformasi Biro-krasi (GDRB) 2010-2025 menjadi pedoman

dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)

2010-2014 Selanjutnya GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 RMRB

2015-2019 RMRB 2020-2024 menjadi pedoman bagi KL dan Pemda

dalam menyusun road map masing-masing dalam pelaksanaan

reformasi birokrasi

Visi Pembangunan NasionalBerdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 visi pembangunan

nasional adalah INDONESIA YANG MANDIRI MAJU ADIL DAN MAKMUR

Arah Kebijakan Reformasi BirokrasiArah kebijakan reformasi birokrasi adalah

a Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi

untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik baik di pusat maupun di

daerah

agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya

(UU No 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)

b Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada

perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan

pelaksanaan reformasi birokrasi (Perpres No 5 tahun 2010 tentang

RPJMN 2010-2014)

Visi Reformasi BirokrasiVisi reformasi birokrasi adalah ldquoTerwujudnya Pemerintahan Kelas Duniardquo

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia

yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

9

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen

pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada

abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

Misi Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut

a membentukmenyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana manajemen

sumber daya manusia aparatur pengawasan akuntabilitas kualitas

pelayanan publik mind set dan culture set

c mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

d mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien

Tujuan Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif berintegritas berkinerja tinggi

bersih dan bebas KKN mampu melayani publik netral sejahtera

berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara Adapun area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi

meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini

10

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 9: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

secara efektif efisien terukur konsisten terintegrasi melembaga Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan berkelanjutan Kebijakan

pelaksanaan reformasi birokrasi meliputi visi pembangunan nasional arah

kebijakan reformasi birokrasi visi misi tujuan dan sasaran reformasi

birokrasi

Grand Design Reformasi Biro-krasi (GDRB) 2010-2025 menjadi pedoman

dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)

2010-2014 Selanjutnya GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 RMRB

2015-2019 RMRB 2020-2024 menjadi pedoman bagi KL dan Pemda

dalam menyusun road map masing-masing dalam pelaksanaan

reformasi birokrasi

Visi Pembangunan NasionalBerdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 visi pembangunan

nasional adalah INDONESIA YANG MANDIRI MAJU ADIL DAN MAKMUR

Arah Kebijakan Reformasi BirokrasiArah kebijakan reformasi birokrasi adalah

a Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi

untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik baik di pusat maupun di

daerah

agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya

(UU No 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)

b Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada

perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan

pelaksanaan reformasi birokrasi (Perpres No 5 tahun 2010 tentang

RPJMN 2010-2014)

Visi Reformasi BirokrasiVisi reformasi birokrasi adalah ldquoTerwujudnya Pemerintahan Kelas Duniardquo

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia

yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu

9

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen

pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada

abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

Misi Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut

a membentukmenyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana manajemen

sumber daya manusia aparatur pengawasan akuntabilitas kualitas

pelayanan publik mind set dan culture set

c mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

d mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien

Tujuan Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif berintegritas berkinerja tinggi

bersih dan bebas KKN mampu melayani publik netral sejahtera

berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara Adapun area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi

meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini

10

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 10: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen

pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada

abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

Misi Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut

a membentukmenyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b melakukan penataan dan penguatan organisasi tatalaksana manajemen

sumber daya manusia aparatur pengawasan akuntabilitas kualitas

pelayanan publik mind set dan culture set

c mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

d mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien

Tujuan Reformasi BirokrasiReformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

profesional dengan karakteristik adaptif berintegritas berkinerja tinggi

bersih dan bebas KKN mampu melayani publik netral sejahtera

berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

negara Adapun area perubahan yang menjadi tujuan reformasi birokrasi

meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini

10

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 11: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

Tabel 1Area Perubahan dan Hasil Yang Diharapkan

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing)

Tatalaksana Sistem proses dan prosedur kerja yang jelas efektif efisienterukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance

Peraturan

Perundangundangan

Regulasi yang lebih tertib tidak tumpang tindih dan kondusif

Sumber daya manusiaaparatur

SDM apatur yang berintegritas netral kompeten capableprofesional berkinerja tinggi dan sejahtera

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersihdan bebas KKN

Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Pelayanan publik Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat

Pola pikir (mind set)dan Budaya Kerja(culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

Sasaran Reformasi BirokrasiSasaran reformasi birokrasi adalah

a terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi kolusi dan

nepotisme

b meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

c meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi

Sasaran Lima Tahunan Reformasi BirokrasiUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005- 2025

menetapkan tahapan pembangunan yang meliputi periode RPJMN I (2005-

2009) periode RPJMN II (2010-2014) periode RPJMN III (2015- 2019)

dan periode RPJMN IV (2020-2024) Sasaran lima tahunan dalam Grand

Design Reformasi Birokrasi ini mengacu pada periodisasi tahapan

pembangunan sebagaimana tercantum dalam RPJPN 2005-2025

11

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 12: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

a Sasaran lima tahun pertama (2010-2014)Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada

penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN meningkatkan kualitas

pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi

b Sasaran lima tahun kedua (2015-2019)Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun

pertama pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum

dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada

lima tahun pertama

c Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)Pada periode lima tahun ketiga reformasi birokrasi dilakukan melalui

peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi

pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi

pada lima tahun kedua

ProgramStrategi pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan melalui program-

program yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program)

Program-program tersebut dilaksanakan sesuai dengan tingkat

pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini

Program Untuk TingkatMakro

Program Untuk TingkatMeso

Program Untuk TingkatMikro

1) Penataan Organisasi2) Penataan Tatalaksana3) Penataan Sistem

Manajemen SDMAparatur

4) Penguatan Pengawasan5) Penguatan

Akuntabilitas Kinerja6) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik

1) Qick win2) Manajemen

Perubahan3) Konsultasi dan

Asistensi4) Monitoring Evaluasi

dan Pelaporan5) Knowledge

management

1) Quick win2) Manajemen Perubahan3) Penataan Peraturan

Perundang-undangan4) Penataan dan penguatan

Organisasi5) Penataan Tatalaksana6) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur7) Penguatan Pengawasan8) Penguatan Akuntabilitas

Kinerja9) Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik10) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan

12

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 13: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

B Road Map Reformasi Birokrasi1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap lima

tahun sekali bertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan reformasi

birokrasi di KL dan Pemda agar berjalan secara efektif efisien terukur

konsisten terintegrasi melembaga dan berkelanjutan

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan SetiapRoad Map Reformasi BirokrasiKeterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) dengan setiap Road

Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah sebagai berikut

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Grand Design ReformasiBirokrasi 2010 ndash 2025

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 ditetapkan dengan Peraturan Presiden

Road Map ReformasiBirokrasi 2010 - 2014

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 lebih bersifat living document ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi 2015 ndash 2019Road Map Reformasi Birokrasi 2020 ndash 2024

Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan 2020-2024 disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan

Transisi 2024 - 2025 UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa proses penyusunan RPJP harus dilaksanakan 1 tahun sebelum berakhirnya RPJP sedang berjalan

13

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 14: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

II Kompetensi SDM Aparatur

Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat adalah dengan diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah UU ini merupakan konsekuesi dari penerapan pemerintahan

desentralistik yang salah satu tujuannya adalah adanya pembagian dan distribusi

kewenangan antara pusat dan daerah agar terwujud pelayanan secara efektif

akuntabel terjangkau dan transparan Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan

aparat birokrasi yang memiliki kompetensi terhadap jabatanposisi atau

pekerjaannya

Banyak pihak mengakui bahwa proses rekruitmen yang dijalankan masih

belum menunjukkan pengaruh kinerja aparat yang bersangkutan Artinya seleksi

terhadap calon aparatur untuk menempati suatu jabatan tertentu belum secara

optimal didasarkan pada analisis kebutuhan dan jabatan yang tepat Implikasinya

banyak aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan (kompetensi) tertentu

akan tetapi tidak berada pada posisi yang relevan dengan kompetensinya Tidak

dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak posisijabatan di birokrasi diisi oleh orang-

orang yang tidak memiliki kompentesi yang sesuai dengan pekerjaannya

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur

Kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang aparat birokrasi sekarang dan

yang akan datang agar dapat memberikan pelayanan secara profesional paling

tidak harus memiliki kompetensi dengan karakter sebagai berikut

Memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya Kita harus mengakui bahwa sikap dan perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di dalam lingkungan hidupnya

termasuk lingkungan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

14

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 15: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

ketrampilannya yang dapat meningkatkan kemampuan diri dalam beradaptasi

dengan lingkungan kerja barunya Sehubungan dengan pelaksanaan

pelayanan yang baik minimal yang harus ada pada diri seseorang yang

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilannya adalah memiliki

ketrampilan yang sesuai dengan bidang tugasnya memiliki pengetahuan yang

sesuai dengan bidang tugasnya memiliki daya kreativitas yang baik

memahami cara-cara berkomunikasi yang baik memahami pengetahuan dasar

hubungan interpersonal dan psikologi sosial memahami cara memposisikan

diri dalam berbagai situasi sehingga muda beradaptasi dan mampu

mengendalikan emosi

Dalam melakukan pelayanan yang baik seorang pelayan harus memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap yang dilayaninya Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi dengan

orang lain yaitu (1) komunikator dan komunikan harus sama-sama berpola

pikir positif yang didasarkan pada pola pikir yang sehat dan logis (2)

komunikator dan komunikan harus mampu menempatkan diri pada kondisi

yang tepat pada saat melakukan komunikasi atau komunikator harus mampu

menempatkan komunikan pada posisi yang bebas dan manusiawi (3)

komunikator harus mampu menampilkan sikap yang santun dan memberikan

kesempatan terhadap komunikan untuk

memahami isi pesan sampai dengan memberikan umpan balik dan (4)

kemampuan memilih dan menggunakan bahasan yang sederhana dan

gampang dimengerti oleh komunikan

Kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal juga merupakan hal

penting dalam mewujudkan pelayanan yang baik Hubungan interpersonal

(personal relationship) dapat diartikan sebagai hubungan dengan orang lain

yang ada disekeliling kita dengan cara-cara yang baik Kaitannya dengan

kegiatan pelayanan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan

baik dengan pelanggan internal dan eksternal Pemberian pelayanan yang baik

terhadap pelanggan (masyarakat) akan lebih mudah bila antara pelayan dan

yang dilayani mempu membina hubungan yang baik artinya setiap masyarakat

yang membutuhkan pelayanan harus diperlakukan sama Hal ini sangat penting

15

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 16: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

karena selama ini masyarakat sering mengeluhkan terhadap perbedaan

pelayan yang dilakukan oleh oknum aparatur Misalnya perlakuan pelayanan

terhadap orang kaya dan orang miskin fakta menunjukan bahwa orang miskin

selalu di nomor duakan

Memiliki pengetahuan dasar psikologi sosial Hal ini dimaksudkan agar seorang

pelayan memiliki pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perilaku dasar pengetahuan pembentukan sikap dan perubahan serta

pengetahuan tentang individu dan kelompok Dengan mengetahui perilaku dan

sikap individu dan kelompok masyarakat diharapkan seorang pelayan akan

dapat memberikan respon yang tepat Perlu diingat bahwa banyak keragaman

perilaku manusia ada yang langsung terbuka untuk menerima ada yang perlu

waktu untuk mempertimbangkan dan ada pula yang langsung menolak Selain

itu kekecawaan dan bahkan penolakan terhadap layanan yang diterima oleh

pelanggankomsumen juga sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang

Seseorang terdorong untuk menerima apabila dia senang merasa dihormati

dan dihargai dan akan kecewa dan menolak apabila terjadi sebaliknya

Memiliki kecerdasan emosional yang stabil Kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan mengendalikan emosinya

secara efektif baik dalam keadaan senang maupun susah Pengorganisasi dan

pengendalian emosional dalam hidup bermasyarakat sangat penting Kadang

orang tidak sadar bahwa kekecewaan atau permasalahan di rumah terbawah di

tempat kerjannya dan sebaliknya kekecewaan dan permasalahan di tempat

kerjanya terbawah sampai ke rumah Orang semacam ini hampir dapat

dipastikan akan akan memberikan pelayanan terhadap pelanggan

komsumennya kurang baik

Kondisi di atas merupakan kondisi ideal yang diharapkan ada dan menjadi melekat

pada aparat yang memiliki jabatan (Jobs) tertentu Kalaupun tidak maka standar

minimal kompetensi adalah pada orientasi tugas dari pekerjaan yang diembannya

jadi dalam hal ini pada standar komptensi kerja

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur

16

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 17: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

Harus disadari faktanya kondisi SDM aparatur birokrasi masih belum optimal

sebagaimana diharapkan Rendahnya inisiatif kurangnya wawasan minimnya

penguasaan teknologi informasi merupakan karakter umum SDM aparatur birokrasi

Lebih jauh sebenarnya bila dicermati maka permasalahan masih rendahnya

kompetensi SDM aparatur birokrasi dapat dilihat dari beberapa aspek

(i) Masih terdapat stigma di masyarakat bahwa persyaratan kompetensi tertentu

untuk menduduki suatu jabatan (Jobs) di birokrasi tidaklah diperlukan secara

ketat karena diakui uang atau suap yang besar lebih banyak merupakan faktor

penentu bagi seseorang untuk berkarir atau bekerja dalam lingkungan birokrasi

(ii) Belum jelasnya penetapan kinerja secara detail dengan standar kompetensi

kerja yang jelas sehingga memberikan peluang bagi seseorang yang

sebenarnya belum memiliki kompetensi yang relevan dapat masuk pada posisi

atau jabatan tertentu

(iii) Disinyalir oleh banyak pihak bahwa kebutuhan atas penerimaan pegawai belum

didasarkan pada kebutuhan nyata yang dihubungkan dengan tugas pokok

suatu organisasi sehingga cenderunga rekruitmen pegawai semata-mata

hanya menambah besar kuantitas aparat tetapi belum berkorelasi dengan

kualitas

(iv) Lemahnya pengawasan dalam rekruitmen pegawai semakin memperburuk

kondisi kompetensi calon pegawai yang diterima dan menyuburkan praktek-

praktek KKN

Rendahnya kompetensi seperti di paparkan diatas harus dipahami dalam

kerangka kompleksitas dan keterkaitan antara individu lingkungan kerja dan

fasilitasi kebijakan dan pengawasan yang mempengaruhi kinerja Dengan

memahami ini maka orientasi peningkatan kompetensi untuk menunjang

pencapaian kinerja harus didasarkan pada empat dinamika sistem yang akan diberi

perlakuan sehingga terjadi perubahan kompetensi Dinamika sistem yang

dimaksudkan adalah

17

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 18: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

(1) Sistem Kepribadian individu Setiap orang memiliki pengetahuan sikap dan

keterampilan tertentu yang akan menentukan bagaimana individu tersebut

bertindak Respon seseorang

(2) terhadap suatu stimuli permasalahan akan berbeda disebabkan perbedaan

unsur-unsur perilaku tersebut

(3) Sistem kelompok Setiap bagian dalam kelompok akan berinteraksi secara

khas Pemimpin dengan anggota struktur kelompok dll membentuk dinamika

sistem tertentu

(4) Sistem organisasi Sama seperti kelompok maka organisasi terdiri dari

beberapa bagian yang saling berinteraksi secara internal maupun interaksi

eksternal organisasi dengan lingkungannya

(5) Sistem masyarakat (komunitas) Interaksi yang terbentuk dalam komunitas

lebih kepada antar bagian meliputi individu sub kelompok pertetanggaan yang

umumnya bisa memiliki heterogenitas dari berbagai aspek seperti kesenangan

kecenderungan dll Dengan demikian dalam peningkatan kompetensi SDM

aparatur tetap dalam kerangka bahwa setiap individu memiliki potensi individu

berhubungan dengan kelompok maupun organisasi serta lingkungannya

Sehingga dalam pengembangannya asumsi-asumsi berikut ini harus

diperhatikan

a Secara Individu

Setiap orang ingin berkembang dan matang

Pekerja pada dasarnya memiliki daya yang terkadang belum tergunakan dalam bekerja

Banyak pekerja yang berharap peluang untuk berkontribusi

b Secara Kelompok

Kelompok-kelompok dan team adalah entitas kritis dalam keberhasiolan organisasi

Kelompok-kelompok memiliki pengaruyh yang kuat pada perilaku individu

Peran-peran kompleks dimainkan dalam kelompok membutuhkan pengembangan keahlian

18

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 19: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

c Aspek Organisasi

Pengawasan yang eksesif kebijakan dan peraturan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran

Konflik dapat difungsionalkan jika dapat disalurkan

Tujuan individu dan organisasi dapat disesuaikan

Secara umum peran SDM aparatur birokrasi adalah pelayanan terhadap

publik Dalam banyak hal terdapat kesulitan dan kerumitan tersendiri untuk

mengukur mutu pelayanan sebagai sebuah jasa pengantaran produk dan atau jasa

pelayanan yang berdiri sendiri dibandingkan dengan suatu produksi produk

tertentu Kondisi ini disebabkan (Zeithaml dkk 1990)

1048707 Pelayanan bersifat tidak teraba (intangible) lebih didasarkan pada ukuran

performansi dan pengalaman

1048707 Pelayanan dengan melibatkan banyak orang (pihak) tentu bersifat sangat

heterogen berdampak pada kemungkinan perbedaan tingkat pelayanan antar

orangpihak

1048707 Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan produksi dan konsumsi sehingga

proses ini mencakup bagian panjang sampai sebuah produk diterima oleh

pelanggan

Selanjutnya memperhatikan karakteristik pelayanan maka perlu diperhatikan mutu

pelayanan

1) Definisi mutu pelayanan menurut pelanggan adalah kesenjanagan antara

harapan pelanggan dan persepsinya

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan para pelanggan

1048707 komunikasi dari mulut ke mulut atas suatau mutu pelayanan

1048707 kebutuhan-kebutuhan personal pelanggan

1048707 pengalaman-pengalaman masa yang lalu terkait dengan suatu mutu

pelayanan

19

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 20: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

1048707 komunikasi eksternal (komunikasi yang dilakukan oleh penyedia jasa atas

jasanya)

3) Dimensi-dimensi mutu pelayanan yaitu penampakan (tangibles) kepercayaan

(reliability) Ketanggapan (responsiveness) Kompetensi (competence)

Kesopanan (courtesy) kredibilitas (credibility) Keamanan (security)

kemudahan mengakses (acces) komunikasi (communication) dan

pemahaman (understanding) pelanggan

Dalam pengembangan SDM terkait dengan kompetensi atas jabatannya dan

kemampuan merespon dinamika lingkungan yang semakin kompleks maka upaya

ndashupaya terencana harus bertitik tolak dari konsep perbedaan atau kesenjangan

performansi (Performance discrepancies) dimaknai sebagai selisih atau perbedaan

antara apa dan bagaimana seharusnya seseorang dalam melaksanakan

jabatannya (What should be) dengan dan apa dan bagaimana yang dilakukan

seseorang dalam melaksanakan jabatannya (What is) Sehubungan dengan hal ini

maka penetapan suatu kinerja kemudian dilanjutkan dengan penetapan suatu

standar kompetensi kerja mutlak perlu dilaksanakan Dengan penetapan Standar ini

maka analisis jabatan dan identifikasi kesenjangan atau diskrepansi kompetensi

kerja dapat dilakukan Implikasinya solusi yang lebih efektif dapat dilakukan

20

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 21: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

BAB IV

IMPLIKASI

I Konsep Reformasi Birokrasi melalui Grand Design Reformasi Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi

1 Muatan Reformasi BirokrasiMuatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-2025 RMRB 2010-

2014 RMRB 2015-2019 dan RMRB 2020-2024 Pelaksanaan reformasi

birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas KL dan Pemda berdasarkan

kepentingan strategis bagi negara dan manfaat bagi masyarakat

2 Proses Reformasi BirokrasiProses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara

1) DesentralisasiSetiap KL dan Pemda melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi

dengan mengacu kepada GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya sesuai dengan karakteristik masingmasing institusi

2) Serentak dan bertahapPenyebarluasan pemahaman tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-

2014 dan seterusnya dilakukan secara serentak kepada seluruh KL dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran pelaksanaan

reformasi birokrasi Setiap KL dan Pemda memiliki karakteristik yang berbeda

sehingga reformasi birokrasi dilakukan dengan titik awal dan kecepatan yang

berbeda Format yang sama diterapkan untuk KL dan Pemda secara

bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing KL dan Pemda

3) KoordinasiReformasi birokrasi dilakukan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi

secara nasional dengan acuan GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

21

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 22: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

seterusnya Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional pelaksanaan sehari-hari

dilaksanakan oleh Tim Reformasi Birokrasi Nasional dan implementasi

program-program dilaksanakan oleh KL dan Pemda serta dimonitor dan

dievaluasisecara periodik berkelanjutan dan melembaga

II Kompetensi SDM AparaturSumber daya manusia aparatur merupakan sumber daya birokrasi yang

sangat penting Kelembagaan birokrasi yang baik hanya bisa berjalan baik kalau

diisi dan dijalankan oleh sumber daya manusia yang memiliki komitmen dan

kompetensi yang memadai dalam mengemban tugas jabatan dan pekerjaan

kepemerintahannya disertai perilaku dan sikap yang konsisten dengan misi

keberadaannya dalam ldquomemberikan pelayanan kepada masyarakatrdquo Oleh karena

itu di masa datang para birokrat diharapkan memiliki kompetensi bukan saja

berupa pengetahuan dan keterampilan serta wawasan yang luas terhadap

pekerjaannya tetapi juga berupa pengetahuan dasar psikologi sosial kecerdasan

emosional yang stabil serta kemampuan berkomunikasi dengan baik dan dalam

menjalin hubungan interpersonal

Pada kenyataannya dalam menjalankan tugasnya banyak pihak

mengeluhkan bahwa pejabat terkait kurang mampu menjalankan tugasnya Sumber

penyebab kondisi ini antara lain berupa standar kualifikasi dan mekanisme

rekruitmen pegawai belum mantap pembinaan karir yang tidak jelas

ketidaksesuaian antara kemampuan ketrampilan SDM dengan tugas yang

diemban disiplin yang rendah uraian tugas dan kewenangan yang belum jelas

sistem reward and punishment yang belum mantap konsep dan pelaksanaannya

penegakan hukum yang lemah dan infrastruktur pendukung yang belum memadai

Semua ini menggambarkan menejemen SDM yang belum mantap mulai dari

rekruitmen sampai dengan pesiun Selain itu beberapa penyebab lainnya antara

lain adalah belum adanya standar baku kinerja yang jelas lemahnya sistem

pengawasan dan penilaian dan masih kentalnya praktek KKN dalam penerimaan

dan pembinaan pegawai maupun dalam pengangkatan untuk menduduki jabatan

tertentu Kondisi ini masih tetap berlangsung pada era reformasi saat ini baik di

tingkat pusat maupun daerah

22

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 23: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

Kondisi tersebut perlu penanganan yang tepat dan berdasarkan rencana

tindak yang jelas berisikan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau menghilangkan kelemahan-kelemahan pokok yang dihadapi antara lain sbb

Pertama sistem rekruitmen dan pembinaan karir yang tidak jelas akan

membuka kran praktek KKN dalam penerimaan pegawai mengakibatkan pegawai

yang diterima tidak cukup memenuhi persyaratan kompetensi yang diharapkan dan

menimbulkan kerancuan dalam pembinaan selanjutnya Oleh karena itu ke depan

agar kita memperoleh SDM aparatur yang memiliki integritas dan kompetensi yang

diharapkan harus menetapkan standar kualifikasi dan mekanisme penerimaan dan

pembinaan pegawai yang komprehensif jelas dan mantap melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannya secara rasional sistemik dan lugas

Kedua ketidak sesuaian antara kemampuanketrampilan SDM dengan tugas

yang diemban sangat mempengaruhi kualitas kinerja aparatur dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat Untuk mengatasi permasalahan ini maka

pemerintah perlu meninjau kembali persyaratan setiap pekerjaan dan jabatan

negeri menetapkan standar kompetensi pekerjaan dan jabatan pegawai negeri

menetapkan standar pendidikan dan pelatihan aparatur untuk setiap jenis pekerjaan

dan jenjang jabatan membuat persyaratan dan mekanisme pengangkatan dalam

jabatan secara transparan dan akuntabel menyusun sistem relokasi pegawai ke

instansi dan tempat lain secara jelas dan dilakukan secara kosisten

Ketiga disiplin SDM aparatur yang masih rendah merupakan cerminan

masih buruknya birokrasi pemerintahan Untuk mengatasi permasalahan ini

diperlukan adanya perubahan perilaku yang mendasar melalui revitalisasi

pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran yang membangun komitmen

dan kompetensi yang kuat dalam mengemban tugas sebagai Pegawai Republik

disertai pengembangan sistem rewards and punishment yang tepat dan efektip

agar terbangun semangat kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya secara sebaik-baiknya

Keempat menajemen SDM yang belum mantap mulai dari rekruitmen

sampai dengan pesiun merupakan salah satu indikator bahwa kualitas dan

kompetensi aparatur masih rendah Hal ini disebabkan oleh belum adanya

perencanaan yang mantap dalam mengelolah pegawai secara rasional dan layak

pola seleksi yang belum kompetitif terbuka dan memenuhi prinsip kesadilan dan

belum adanya konsistensi terhadap perencanaan dan sistem penghargaan dan

23

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 24: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

sangsi terhadap para aparatur yang berprestasi dan yang melakukan

penyewengawan dan pelanggaran terhadap aturan kepegawaian

Kelima uraian tugas dan kewenangan yang tidak jelas akan menimbulkan

ketidakpastian di kalangan aparatur dalam melaksanakan tugas dan tanggung-

jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Oleh karena itu perlu

upaya penetapan batas kewenangan antar jenjang jabatan dan antar jabatan

tertentu menyusun jod description dan kewenangan setiap jabatan secara jelas

melakukan pembimbingan teknis dan manajerial secara bertahap dan

berkelanjutan

Keenam penerapan sistem reward and punishment yang tidak jelas akan

menyebabkan rendahnya kualitas kinerja aparatur dan menggambarkan rendahnya

kompetensi SDM Untuk mendorong penerapan sistem reward and punishment

perlu upaya peninjauan kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur

sistem sistem reward and punishment menata kembali sistem diklat menyusun

atau menyumpurnakan sistem reward and punishment menyusun kriteria

mengenai sistem merit and sistem karir menetapkan standar akreditasi sistem

Diklat jabatan dan diikuti kegiatan sosialisasi peraturan dan perundang-undangan

melalui berbagai Diklat dan seminar

Ketujuh penegakan dan pelaksanaan hukum dan perundang-undangan

yang masih lemah akan mempengaruhi kewibawaan dan ketaatan aparat terhadap

hukum dan perundang-undangan yang menjadi aturan dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjwabnya Oleh karena itu perlu adanya upaya pemrosesan sacara

hukum terhadap penyalagunaan kewenangan penyusunan kembali tentang etika

birokrasi dan budaya kerja secara jelas menciptakan suatu mekanisme yang efektif

dalam mengaplikasikan hukum dan perundang-undangan dan menciptakan SDM

yang memiliki komitmen terhadap tujuan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur pancasila dan UUD 1945

Kedelapan lemahnya infrastruktur pendukung pelaksanaan birokrasi juga

akan berpengaruhi terhadap kelancaran dan kualitas kinerja aparatur Sehingga

kedepan perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung menyusun SOP

dalam rangka pemanfaatan infrastruktur pendukung dan meningkatkan kualitas dan

ketrampilan SDM aparatur

24

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 25: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

DAFTAR PUSTAKA

Jeddawi Murtir 2012 Reformasi Birokras Antara Konsep dan Kenyataan Total Media yogyakarta

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras Peraturan Presiden Republik Indonesia No 81 Tahuh 2010 tentang Gren Design Reformasi Birokrasi

BAPPENAS Kajian Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 2025 Sub Bidang Penyelenggaraan Negara 2003 Jakarta

Dwidjowijoto RN Komunikasi Pemerintahan Sebuah Agenda bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia Elex Media Komputindo 2004 Jakarta

Dan Nimmo Komunikasi Politik Komunikator Pesan dan Media Remaja Rosdakarya 2000 Bandung

Fukuyama F The Great Disruption Human Nature and The Reconstitution of SocialOrder Simon amp Schuster 2000 New york

Inu Kencana Syafiie Birokrasi Pemerintahan Indonesia Mandar Maju 2004 Jakarta

Ismail Mohamad Pelayanan Publik Dalam Era Desentralisasi Disampaikan dalam acara Seminar ldquoPelayanan Publik Dalam Era Desentralisasirdquo yang iselenggarakan oleh Bappenas pada tanggal 18 Desember 2003 di Kantor Bappenas Jakarta Pusat

Johnston M Alan Doig Different Views on Good Government and Sustainable Anticorruption Strategies dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank 1999 Washington DC

Kansil CST Arifin FXS Kansil CST Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme Perca 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku I Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Negara Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

25

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 26: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 1 Dari Prakemerdekaan hingga 1965 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

LAN Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Buku II Dalam Perspektif Perkembangan Sejarah Jilid 2 Dari 1966 hingga 2004 Lembaga Administrasi Negara 2003 Jakarta

Mifthah ThohaBirokrasi Politik di Indonesia Rajawali Press 2004 Jakarta Muksin Upaya Meretas Jalan Hidup Berbangsa tanpa Korupsi Kajian Pembangunan

Masyarakat (Community Development) Tidak dipublikasikan 2004 Bogor Mustopadidjaja Sistem Perencanaan Keserasian Kebijakan Dan Dinamika

Pelaksanaan Otonomi Daerah Disampaikan pada Lokakarya ldquoDinamika PerencanaanPembangunan danKeuangan DaerahrdquoKerjasama Bappeprov Jawa Timur dengan Pusdiklat SPIMNAS Bidang TMKPLembaga Administrasi Negara 1 Agustus 2002 Surabaya

_____________ Kompetensi Aparatur Dalam Memikul Tanggung Jawab Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Ceramah Perdana Pada Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Kerjasama STIA-LAN Pemerintah Prov Kaltim dan Universitas Mulawarman 15 Januari 2002 Samarinda

____________ Sistem Dan Dinamika Kebijakan Publik Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dan Peningkatan Daya Saing 2002 Bandung

Osborne D Plastrik P Memangkas Birokrasi Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha Terjemahan PPM 2000 Jakarta

Padmowiharjo P Manajemen Pelatihan Tidak dipublikasikan 2004 Jakarta

Pope J Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional Yayasan Obor Indonesia 2003 Jakarta Widodo J Good Governance Telaah dari Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah Insan Cendekia 2001 Jakarta

Shelton K (Editor) In Search of Quality Terjemahan Gramedia 1997 Jakarta

Sitorus Kementerian PAN Canangkan Bulan Pelayanan Publik 2003 Jakarta

Smither RD Houston JM McIntire SD Organization Development Strategies for Changing Environment Harper and Collins Publisher 1996 New York

Syahrir Tantangan Indonesia Ke Depan Dari Korban Menjadi Pelaku httpwww Cyberkompascom [11 Agustus 2004] 2001 Jakarta

26

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 27: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

Stapenhurst S Shahrzad S Introduction An Overview of The Cost s of Cooruption and Strategies to deal With it dalam Stapenhurst S Shahr JK 1999 Curbing Corruption Toward a Model for Building National Integrity The World Bank1999 Washington DC

Zeithaml VA Delivering Quality Service Balancing Customer Perception and Experience The Free Press 1990 New York

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang masalah 1

B Rumusan Masalah 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

1 Birokrasi 4

2 Reformasi 4

3 Reformasi Birokrasi 5

BAB III PEMBAHASAN 7

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 7

A Grand Design Reformasi Birokrasi 7

11 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Perencanaan Pembangunan Nasional 7

I2 Ruang Lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi 8

I3 Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi 9

B Road Map Reformasi Birokrasi 13

1 Tujuan Road Map Reformasi Birokrasi 13

2 Keterkaitan Grand Design Reformasi Birokrasi dengan

Setiap Road Map Reformasi Birokrasi 13

II Kompetensi SDM Aparatur 14

A Karakter Kompetensi Yang Dimiliki Aparatur 14

B Aspek-Aspek Rendahnya SDM Aparatur 16

27

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 28: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

BAB IV IMPLIKASI 21

IKonsep Reformasi Birokrasi Melalui Grand Design Reformasi

Birokrasi dan Road Map Reformasi Birokrasi 21

II Kompetensi SDM Aparatur 22

28

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 29: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

TUGAS INDIVIDUMATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIKDOSEN PROF DR AMIR IMBARUDDIN MDA Ph D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTONOMOR 3 TAHUN 2010

TENTANGPEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKERTARIAT DEWAN

PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI) KABUPATEN JENEPONTO

29

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30

Page 30: Makalah Ruang Lingkup Reformasi Birokrasi

Oleh

H HAERUL GASSINGNo pokok 11A05029

PROGRAM PASCASARJANAPPS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

30