makalah ranah perilaku
DESCRIPTION
ranah perilakuTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Hal ini berarti
bahwa manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan makhluk hidup yang lain.
Salah satu keistimewaan yang menonjol adalah perilakunya. Meskipun semua makhluk
hidupn mempunyai perilaku. Namun perilaku berbeda dengan perilaku makhluk hidup yang
lain (Notoatmodjo, 2010).
Menurut pendapat para ahli psikologi modern bahwa manusia sebagai makhluk
ciptaan tuhan, selain dipandang sebagai makhluk biologis, juga makhluk unik yang berbeda
dengan makhluk hidup lainnya dimuka bumi. Manusia adalah subjek sekaligus objek, serta
makhluk individual sekaligus social. Namun manusia pada umumnya tidak bersifat pasif,
yaitu menerimah keadaan dan tunduk pada suratan tangan atau kodratnya, tetapi secar sadar
dan aktif menjadikan dirinya sesuatu.proses perkembangan perilaku manusia sebagian
ditentuakan oleh kehendaknya sendiri, dan sebagian bergantung pada alam.
Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan tempat
terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari perilaku tersebut.
Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi oleh keadaan tiga komponen
tersebut. Penjabarannya dalam perilaku berkendaraan di jalan raya cukup sederhana.
Misalkan seorang pengendara berada di persimpangan jalan yang sepi (kondisi lingkungan)
kemudian ia memutuskan untuk melanggar lampu lalu lintas (perilaku). Konsekuensi dari
perilaku ini adalah perjalanan yang lebih cepat. Selain itu pengendara tersebut juga tidak
ditangkap petugas karena memang tidak ada petugas di persimpangan jalan tersebut.
Perilaku pelanggaran seperti ini akan cenderung diulangi karena mendapat penguatan
positif atau hadiah yaitu proses perjalanan yang lebih cepat dan tidak tertangkap oleh
petugas.
Perilaku manusia tidak lepas dari proses pematangan organ-organ tubuh. Sebagai
ilustrasi bahwa seorang bayi belum dapat duduk atau berjalan apabila organ-organ
tubuhnya belum cukup kuat menopang tubuh.oleh karena itu, perlu pematangan tulang
belakng terutama tulang leher, punggung, pinggang, serta tulang kaki. Selain itu, seorang
2
bayi tidak akan berjalan tidak akan dapat berjalan telebih dahulu sebelum tengkurap dan
sebagainya. Selain itu, perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat
adanya rangsangan (stimulus), baik dari dalam dirinya (internal) ataupun dari luar dirinya
(eksternal). Pada hakikatnya perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt
behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inert behavior atau covert behavior) (Sunaryo,
2004).
Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit yang
bersifat respon internal dan eksternal. Respon yang diberikan antara lain respon pasif
berupa pengetahuan, persepsi, dan sikap maupun respon aktif yang dilakukan sehubungan
dengan sakit dan penyakit. Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap
rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan lingkungan. Rangsangan yang berkaitan dengan perilaku kesehatan terdiri
dari empat unsur yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah di atas, adapun rumusan permasalahan adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah konsep perilaku?
2. Bagaimanakah ranah perilaku?
3. Bagaimanakah teori perilaku?
4. Bagaimanakah perilaku kesehatan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan makalah diatas sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui konsep perilaku
2. Untuk mengetahui domain perilaku
3. Untuk mengetahui teori perilaku
4. Untuk mengetahui perilaku kesehatan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Perilaku
1. Definisi Perilaku
Ada beberapa definisi perilaku manusia yang disampaikan oleh beberapa ahli seperti
berikut ini :
a. Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku
ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori skiner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus Organisme Respons. Skiner membedakannya menjadi dua respon yaitu :
1) Respondent Respons atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting
stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya
makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang
menimbulkan mata tertutup, dsb. Respondent Respons ini juga mencakup perilaku
emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus
ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta dsb.
2) Operant Respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang
ini disebut organisme reinforcing stimulation atau reinforcer , karena memperkuat
respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya
dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi). Kemudian
memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru) maka petugas kesehatan
tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
b. Robert Kwik ( 1974 ) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama
dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan
terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk
4
menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari
perilaku manusia.
c. Menurut Sunaryo ( 2004), yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul
karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku manusia
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang dapat diamati secara
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
2. Pembentukan Perilaku
a. Proses pembentukan perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham Harold
Maslow, manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu :
1) Kebutuhan fisiologis, biologis yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O2,
H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi
akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang
menimbulkan sesak napas dan kekurangan H2O dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi.
2) Kebutuhan rasa aman, misalnya :
Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan kejahatan
lain.
Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan, dll.
Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit.
Rasa aman memperoleh perlindungan hokum
3) Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :
Mendambakan kasih sayang/ cinta kasih orang lain baik dari orangtua,
saudara, teman, kekasih,dll.
Ingin dicintai/ mencintai orang lain.
Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.
4) Kebutuhan harga diri
5
Ingin dihargai dan menghargai orang lain.
Adanya respek atau perhatian dari orang lain.
Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan.
5) Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya :
Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain.
Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita.
Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha,kekayaan,
dll.
Tingkatkan dan jenis kebutuhan tersebut satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan
karena merupakan satu kesatuan atau rangkaian walaupun pada hakekatnya kebutuhan
fisiologis merupakan faktor yang dominan untuk kelangsungan hidup manusia dan dalam
memenuhi kebutuhan, tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dan yang lain.
b. Prosedur Pembentukan Perilaku
Prosedur pembentukan perilaku menurut Notoamodjo (1997) yang diambil dari
pendapat Skinner sebagai berikut :
1) Langkah pertama : melakukan pengenalan terhadap sesuatu yang merupakan
penguat berupa hadiah.
2) Langkah kedua : melakukan analisis, dipergunakan untuk untuk mengenal bagian-
bagian kecil pembentuk perilaku sesuai yang diinginkan. Selanjutnya bagian-
bagian tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya
perilaku yang diinginkan.
3) Langkah ketiga : menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, yaitu :
Bagian-bagian perilaku ini disusun secara urut dan dipakai untuk tujuan
sementara
Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian tadi.
Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah disusun tersebut.
Apabila bagian perilaku pertama telah dilakukan hadiahnya akan diberikan,
yang mengakibatkan tindakan tersebut akan sering dialkukan.
Akhirnya akan dibentuk perilaku kedua dan seterusnya sampai terbentuk
perilaku yang diharapkan.
6
c. Bentuk perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan
yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk
perilaku ada dua macam, yaitu :
1) Perilaku pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat
diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.
Contohnya : berpikir, berfantasi, berangan-angan,dll.
2) Perilaku aktif (respon eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati
langsung, berupa tindakan yang nyata. Contohnya mengerjakan soal ulangan,
membaca buku pelajaran, dll.
B. Ranah Perilaku
Benyamin Bloom adalah seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu ke dalam
3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari:
a) ranah kognitif (cognitive domain),
b) ranah afektif (affective domain),dan
c) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil pendidikan ketiga domain ini diukur dari:
1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude).
3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik. Sehubungan dengan materi
pendidikan yang diberikan (practice)
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada
bermain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu yang berupa materi atau obyek
7
diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru terhadap subyek baru, dan selanjutnya
menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu.
Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sebelumnya akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau
sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, dalam kenyataan stimulus
yang diterima oleh subyek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat
bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu terhadap makna yang
diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh sikap
atau pengetahuan.
Menurut Ki Hajar Dewantara tokoh pendidikan nasional kita, ketiga kawasan
perilaku ini disebut : Cipta (kognisi), rasa (emosi), dan karsa (konasi). Tokoh pendidikan
kita ini mengajarkan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk dan atau meningkatkan
kemmpuan manusia yang mencakup cipta, rasa, dan karsa tersebut. Ketiga kemampuan
tersebut harus dikembangkan bersama-sama secara seimbang, sehingga terbentuk manusia
Indonesia yang seutuhnya (harmonis)
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusi, yakni :
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang (over
behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan aka lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan
yakni.
a. awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyedari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (object)
b. Interest (tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. Disni sikap subjek sudah
mulai timbul.
8
c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudahlebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan suatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denga pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positive maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Suatu
contoh dapat dikemukakan disini ibu-ibu peserta KB yang diperintahkan oleh
lurah atau ketua RT, tanpa ibu-ibu tersebut mengetahui makna dan tujuan KB,
mereka akan keluar dari peserta KB setelah beberapa saat perintah tersebut
diterima.
2. Sikap (afektif)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obje
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang utuh (total atittude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi
memegang peranan penting. Contoh seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio
(tentang penyebab, akibat, pencegahan dan sebagainya). Pengetahuan tersebut akan
membawa si ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio.
Dalam berfikir komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga si ibu berniat
untuk mengimunisasikan anaknya. Hal ini mencerminkan si ibu mempunyai sikap
9
tertentu terhadap objek (penyakit polio). Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri
dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian terhadap ceramah
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap menghargai. Misalnya
seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangga atau saudara) untuk pergi
menimbang anaknya ke posyandu adalah suatu indikasi bahwa ibu tersebut
mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
d. bertanggung jawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap paling tinggi misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB,
meskipun mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
3. Praktik atau tindakan (Psikomotor)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor
dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil merupakan praktik tingkap pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih
makanan yang bergizi bagi balitanya.
b. Respon terpimpin (guide response)
10
Dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator
praktik tingkat dua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar,
mulai dari cara mencuci dan memotongnya, lamanya memasak, menutup pancinya
dan sebagainya.
c. Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah
mencapai praktik tingkat tiga misalnya, seorang ibu yang sudah biasa
menginmunisasikan bayi yang pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah
atau ajakan orang lain.
d. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya,
tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya
tersebut. Misalnya ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi
berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana. Pengukuran perilaku dapat dilakukan
secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat
dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden
1. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan
fungsi dari :
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention).
b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy).
e. situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation)
11
2. Teori WHO (1984 WHO)
menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :
a. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek
kesehatan).
b. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
c. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu.
d. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap
positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu
tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu
kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan
berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
e. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
f. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
g. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat
manusia (Notoatmodjo, 2007).
C. Perilaku Kesehatan
12
1. Pengertian dan Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Skinner mendefinisikan perilaku kesehatan ( Health Behaviour ) adalah suatu
respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan.
Dengan perkataan lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan
seseorang baik yang dapat diamati ( observable ) maupun yang tidak dapat
diamati ( unobservable ) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehtan ( Notoatmodjo, 2010).
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.
a. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan ( Health Maintanance)
Health Maintanance adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
menyembuhkan bila sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan
ini terdiri dari 3 aspek yaitu :
Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit,
serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
Perlu dijelaskan disini , bahwa kesehatan itu sangaty dinamis dan dan
relative, maka dari itu orang yang sehat pun perludiupayakan sepaya
mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
Perilaku gizi ( makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat
memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat
tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman
tersebut.
b. Perilaku sakit (Illness Behaviour )
Perilaku sakit ini mencangkup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior)
13
Dari segi sosiologi orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-hak
orang (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation) hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain
(terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit
(the sick role) perilaku ini meliputi:
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
Mengetahui hak (misalnya: hal dalam memperoleh
perawatan,memperoleh pelayanan kesehatan dan sebagainya) dan
kewajiban orang sakit (memberikan penyakitnya kepada orang lain
terutama pada dokter dan petugas kesehatan, tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain)
2. Proses Perubahan Perilaku
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program- program kesehatan yang
lainnya. Banyak teori tentang perubahan perilaku ini, antara lain diuraikan
sebagai berikut:
a. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources)
misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada
hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
1) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti
14
stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti
disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian
dari individu dan stimulus tersebut efektif.
2) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).
4) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut
(perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari
stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti
stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam
meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan
penting.
b. Teori Festinger (Dissonance Theory)
Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini
sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti
bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan
ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang
berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi
keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah tidak terjadi
ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).
Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat
2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi
adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu
menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan
pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan didalam diri individu
sendiri maka terjadilah dissonance.
15
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu
tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut
dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz
(1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
1) Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.
Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya
maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat jamban
apabila jamban tersebut benar-benar menjadi kebutuhannya.
2) Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan
perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi
ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya orang dapat
menghindari penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut
merupakan ancaman bagi dirinya.
3) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam
peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut
seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan
objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang
mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan
dalam waktu yang singkat. Misalnya bila seseorang merasa sakit kepala
maka secara cepat tanpa berpikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi
rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan meminumnya,
atau tindakan-tindakan lain.
4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri
16
seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu
perilaku itu dapat merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri orang
dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan
sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini
dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
tersebut didalam diri seseorang. Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya
perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni :
1) Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-
perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau
informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.
Misalnya seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara
pentingnya anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki)
dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni
pentingnya ber-KB dinaikkan dengan penyuluhan-penyuluhan atau
usaha-usaha lain.
3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
Menurut (Sunaryo.2004), perilaku dipengaruhi oleh faktor endogen dan faktor
eksternal, yaitu :
a. Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk
kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari
dalam diri individu (endogen), antara lain:
b. Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu
dengan lainnya. Tiga kelompok ras terbesar yaitu :
1) Ras kulit putih atau ras Kaukasia. Perilaku yang dominan yaitu terbuka, senang
akan kemajuan, dan menjunjung tinggi hak azasi manusia.
17
2) Ras kulit hitam atau ras Negroid. Perilaku yang dominan yaitu tabiatnya keras,
tahan menderita, dan menonjol dalam kegiatan olahraga keras.
3) Ras kulit kuning atau ras Mongoloid. Perilaku yang dominan yaitu
keramahtamahan, suka bergotong royong, tertutup, dan senang dengan upacara
ritual.
4) Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Perilaku pada pria disebut
maskulin, sedangkan perilaku wanita disebut feminin.
5) Sifat fisik, kalau diamati perilaku individu akan berbeda karena sifat fisiknya
misalkan perilaku pada individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan
individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
6) Sifat kepribadian, salh satu pengertian kepribadian menurut Maramis (1999)
adalah : “keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering
digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap
hidupnya “. Menurut masyarakat awam, kepribadian adalah bagaimana individu
tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lainnya. Perilaku individu tidak
ada yang sama karena adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu,
yang dipengaruhi oleh aspek kehidupan seperti pengalaman,usia watak, tabiat,
sistem norma, nilai dan kepercayaan yang dianutnya.
7) Bakat pembawaan, bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan
lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.
8) Inteligensi, Ebbinghaus mendefinisikan inteligensi adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi. Dari batasan tersebut dapat dikatakan bahwa inteligensi
sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu,kita kenal ada
individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat
bertindak tepat, cepat, dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki
intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat.
c. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu
1) Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada
disekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial. Ternyata lingkungan
18
sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena lingkungan merupakan
lahan untuk perkembangan perilaku.
Contoh : individu yang bergaul dengan individu yang hidup di lingkungan
hitam, perilakunya banyak diwarnai keadaan tersebut.
2) Pendidikan. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan
masalah perilaku individu maupun kelompok. Secara luas, pendidikan
mencakup seluruh proses kehidupan individu dengan lingkungannya , baik
secara normal atau tidak normal.
3) Agama. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam
konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir,
bersikap, beraksi, dan berperilaku individu. Seseorang yang mengerti dan rajin
melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan, akan berperilaku dan berbudi
luhur sesuai denagn ajaran agama.
4) Sosial ekonomi, telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu lingkungan
yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial.
Lingkungan sosial dapat menyangkut sosial ekonomi dan sosial budaya.
5) Kebudayaan , menurut Mac Iver sebagaimana telah dikutip oleh Soerjono S.
(2001) “ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan
hidup, seni kesustraan”. Dalam arti sempit kebudayaan diartikan sebagai adat-
istiadat, atau peradaban manusia. Ternyata hasil kebudayaan manusia akan
mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku
19
ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori skiner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus Organisme Respons. Robert Kwik ( 1974 ) menyatakan bahwa perilaku
adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat
dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan
untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang menyatakan
adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap
hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
Berdasarkan batasan perilaku dari skinner tersebut, maka perilaku kesehatan
adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta
lingkungan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan
dan perubahan perilaku. Perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program- program kesehatan yang lainnya.
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan yang merupakan bagian integral dalam
pelayanan kesehatan seharusnya meningkatkan kemampuan dalam pemahaman
mengenai perilaku manusia sehingga dapat meningkatkan pelayanan yang akan
diberikan kepada pasien nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
------------------------------. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
20
--------------------------------. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Winarto, Joko. 2011. Teori B.F Skinner, (online), diakses 25 Okteber 2015.
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner).