makalah puisi nurwahida sari

39
MAKALAH INDIVIDU PUISI SEBAGAI SEBUAH STRUKTUR YANG BERMAKNA DAN BERNILAI ESTETIS Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pengampu: Siti Isnaniah, S.Pd. Oleh: NURWAHIDA PUSPITASARI J 110 070 038 PROGRAM FISIOTERAPI D IV FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN 0

Upload: heny

Post on 21-Oct-2015

107 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

MAKALAH INDIVIDU

PUISI SEBAGAI SEBUAH STRUKTUR YANG

BERMAKNA DAN BERNILAI ESTETIS

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Pengampu: Siti Isnaniah, S.Pd.

Oleh:

NURWAHIDA PUSPITASARI J 110 070 038

PROGRAM FISIOTERAPI D IV

FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2008

BAB I

0

Page 2: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

PENDAHULUAN

Fiksi adalah salah satu bentuk penulisan kreatif. Fiksi merupakan karya

hasil rekaan yang mengandalkan kekuatan imajinasi dan ceritanya sendiri

memang fiktif, tidak benar-benar terjadi. Fiksi dapat berbentuk novel, cerita

pendek, novelete, drama dan puisi.

Pada waktu sekarang, tampak puisi Indonesia modern kian dimintai

oleh semua lapisan masyarakat Indonesia, tidak hanya terbatas pada anak-

anak muda, pelajar dan mahasiswa saja, melainkan dimintai oleh masyarakat

pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh puisi itu selain memberikan

kenikmatan seni, juga memperkaya kehidupan batin, menghaluskan budi,

bahan juga sering membangkitkan semangat hidup yang menyala, dan

mempertinggi rasa ketuhanan dan keimanan.

Puisi merupakan karya seni yang puitis. Sesuatu itu disebut puitis bila

hal itu dapat membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan

tanggapan yang jelas dan secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan

(Djoko Pradopo, 2000).

Selain itu puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari

bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsur,

jenis-jenis dan ragam-ragamnya, dan dapat juga dikaji dari sudut sejarahnya.

Puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan

sarana kepuitisan, puisi ada juga beragam-ragam serta sepanjang sejarahnya

puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan, dan puisi dari waktu ke

waktu selalu ditulis dan dibaca orang.

Meskipun demikian orang tidak akan memahami puisi secara

sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis

yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong

tanpa makna. Oleh karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain,

perlu lebih dahulu puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna dan

bernilai estetis.

1

Page 3: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Bertolak pada kondisi yang telah diuraikan diatas, penulis memandang

perlu untuk memberikan pemahaman kepada semua lapisan masyarakat, baik

itu anak-anak muda, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum dalam

memaknai puisi sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis.

Untuk pemahaman itu, secara berturut-turut melalui tulisan ini akan diuraikan:

(A) hakekat puisi, (B) perbedaan puisi dan prosa, (C) unsur-unsur puisi, (D)

macam-macam puisi, (E) ketaklangsungan ekspresi.

2

Page 4: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakekat Puisi

Poetry is feeling confessing it self it to it self, in moments of solitude

and embodying it self in symbols which are the nearest possible

representations of the feeling in the exact shape in which it exists in the poet’s

mind. All poetry is of the nature soliloquy. Poetry is the natural fruit of

solitude and meditation. The persons who have most feeling of their own, have

the highest faculty of poetry (Frederik, 1988: 15).

Puisi merupakan karya seni yang puitis. Menurut Djoko Pradopo

(2000: 73) puitis adalah jika membangkitkan perasaan, menarik perhatian,

menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum menimbulkan

keharuan.

Puisi merupakan bahasa multidimensional yang mampu menembus

pikiran, perasaan dan imajinasi manusia. Oleh karena itu puisi harus hadir

untuk membawa kehidupan dan kesenangan manusia.

Bertolak dari hal-hal di atas, puisi merupakan karya seni yang

memiliki sifat dan ciri tersendiri. Justru dengan syarat dan ciri-ciri itulah yang

menyebabkan puisi dapat berbeda dengan karya-karya lain. Dengan adanya

perbedaan itulah menyebabkan kita selalu bertanya apakah puisi itu.

Untuk menjawab pertanyaan itu, rasa-rasanya sukar sekali dirumuskan

dalam definisi yang lengkap. Beberapa ahli sastra dan sastrawan telah

mencoba memberikan definisi sebagai berikut: (1) puisi adalah seni peniruan,

…. gambar bicara yang bertujuan untuk mengajar dan kesenangan (Sir Philip

Sydney), (2) luapan secara spontan perasaan yang kuat yang bersumber dari

perasaan yang berkumpul dalam ketenangan (William Wordsworth), (3) puisi

adalah lahar imajinasi yang menahan terjadinya gempa bumi (Lord Byron),

(4) puisi adalah ekspresi kongkrit dan artistik pemikiran manusia dalam

bahasa yang emosional yang berirama (Watt Dunton), (5) puisi adalah

ekspresi pengalaman imajinatif yang bernilai dan berarti sederhana yang

3

Page 5: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

disampaikan dengan bahasa yang tepat (Lancelles A Brecrombie), (6) puisi

adalah pendramaan pengalaman yang bersifat menafsirkan bahasa yang

berirama (Al Tenbernd dalam Djoko Pradopo, 2000: 5).

Memang agak suka bagi kita untuk merumuskan definisi yang tepat

mengenai puisi. Oleh sebab itu yang lebih penting lagi bagi kita adalah

melihat ciri atau unsur uang ada dalam puisi. Jika kita sederhanakan bahwa

aspek-aspek yang terdapat dalam puisi ada tiga hal, yaitu (1) pikiran, ide, atau

emosi, (2) bentuk, (3) kesan, yang semuanya itu terungkap lewat media

bahasa.

2. Perbedaan Puisi dan Prosa

Karya sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan puisi.

Prosa disebut juga karangan bebas, sedangkan puisi disebut juga karangan

terikat. Karangan bebas maksudnya tidak terikat oleh aturan-aturan ketat,

sedangkan karangan terikat berarti puisi itu terikat oleh aturan-aturan ketat.

Untuk membedakan puisi dengan prosa atau dengan bentuk sastra yang

lain, Perrina (dalam Ahmad Badrun, 1989: 5) berpendapat bahwa perbedaan

puisi dan prosa adalah pada derajatnya. Puisi lebih padat dan terpusat,

menggunakan lebih sedikit kata-kata. Sedangkan menurut Djoko Pradopo

(2000: 11) bahwa (1) perbedaan puisi dan prosa adalah perbedaan aktivitas

kejiwaan. Puisi merupakan ekspresi kreatif, artinya kesan-kesan yang

ditangkap kemudian dipadatkan. Sedangkan prosa adalah ekspresi konstruktif,

artinya kesan-kesan yang ditangkap oleh ingatan kemudian disebarkan, (2)

pada umumnya prosa bersifat bercerita sehingga cenderung untuk

menguraikan, menjelaskan, atau memberikan informasi, sedangkan puisi

merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, karena

kepadatannya puisi bersifat sugestif dan assosiatif.

4

Page 6: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

3. Unsur-Unsur Puisi

Tiap-tiap ahli mempunyai pendapat yang berbeda tentang unsur-unsur

puisi. Tentu saja perbedaan itu dilatari oleh teori yang mereka anut. Meskipun

pendapat itu berbeda namun masih mengandung unsur yang sama.

Dalam bukunya “A handbook for the study of poetry” A Ltenbernd

dan Lewis tidak menyatakan dengan jelas tentang unsur-unsur puisi tetapi

kalau dilihat dari outline buku mereka terlihat: (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi:

diksi, imajeri, bahasa kiasan, saran retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi,

bentuk dan makna, (4) isi: narasi, emosi dan tema.

Gurrey dalam bukunya “Appreciation of Poetry” scara ‘jelas

mengatakan bahwa puisi memiliki unsur-unsur: (1) pemikiran (tema), (23)

makna tambahan, (3) imajeri, (4) emosi, (5) bunyi, (6) ritme dan, (7) bentuk

(dalam Ahmad Badrun, 1989: 6).

C. A Richard (dalam Tarigan, 1984) mengatakan bahwa unsur puisi

terdiri dari: (1) hakekat puisi: tema, rasa, nada, amanat dan tujuan, (2) metode

puisi: diksi, imajeri. (3) kata-kata nyata, majas, ritme dan rima.

Meyer dalam bukunya “The Bedford Introduction to Literature”

mengatakan bahwa unsur puisi: (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4)

simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (dalam Ahmad Badrun, 1989: 6).

Kalau diamati beberapa pendapat di atas, kita dapat mencatat ada

beberapa unsur yang sama. Bertolak dari kesamaan tersebut, kita dapat

mengambil kesimpulan bahwa unsur-unsur puisi antara lain: (1) diksi, (2)

imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) sarana retorika, (5) bunyi, (6) irama, (7)

tipografi, (8) tema dan makna.

Unsur-unsur puisi yang disebut diatas merupakan unsur yang selalu ada

dan agak menonjol. Kalaupun masih ada unsur-unsur lain yang tidak

tercakup, maka itu merupakan suatu kewajaran, karena hal tersebut

tergantung dari mana kita melihatnya.

Berikut di bawah ini diterangkan dengan jelas masing-masing unsur

puisi tersebut.

a. Diksi

5

Page 7: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Diksi merupakan salah satu unsur yang cukup menentukan dalam

penulisan puisi. Untuk memilih kata dengan baik diperlukan penguasaan

tanpa menguasai bahasa dengan baik maka sangat sulit bagi penyair

untuk memilih kata dengan tepat. Dengan demikian syarat utama dalam

diksi pilihan kata adalah menguasai bahasa.

Meyer (dalam Ahmad Badrun, 1989: 9) mengatakan bahwa dalam

fungsinya untuk memadatkan suasana, kata-kata dalam puisi hendaknya

menyampaikan makna secara lambat dan bersifat ekonomis. Jadi kata-

kata dalam puisi hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga dapat

menyalurkan pikiran dan perasaan penulisnya dengan baik.

Penyair Chairil Anwar telah melakukan perubahan-perubahan

penting dalam puisi yang ditulisnya, terutama puisi “Aku”. Hal ini

menunjukkan bahwa peran kata sangat besar dalam menentukan

keberhasilan sebuah puisi.

Bukan saja penulis-penulis di bidang atau disiplin lain yang

memiliki tingkat-tingkat diksi, tetapi juga penyair atau sastrawan.

Sehubungan dengan hal itu Meyer (dalam Ahmad Badrun, 1989: 9)

membagi diksi dalam tiga tingkat, diksi formal, diksi pertengahan, dan

diksi informal. Diksi formal adalah bermartabat, impersonal, dan

menggunakan bahasa yang tinggi. Diksi pertengahan agak sedikit tidak

formal dan biasanya kata-kata yang digunakan adalah yang dipakai oleh

kebanyakan orang yang berpendudukan. Sedangkan diksi informal

mencakup dua: bahasa sehari-hari (koloqual), dan dialek yaitu meliputi

dialek geografis dan sosial.

Denotasi dan konotasi merupakan bagian dari diksi. Denotasi

merupakan makna kata dalam kamus, makna kata secara obyektif yang

pengertiannya menunjuk pada benda yang diberi nama dengan kata itu.

Meyer (dalam Ahmad Badrun, 1989: 10) melihat bahwa konotasi adalah

bagaimana kata digunakan dan asosiasi orang yang timbul dengan kata

itu. Makna konotasi dapat diperoleh melalui asosiasi dan sejarahnya.

6

Page 8: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Satu hal yang perlu dicatat, sebuah puisi yang baik hendaknya

mengandung kata-kata yang bermakna konotasi karena kata-kata yang

demikian dapat memperkaya dan menyalurkan makna dengan baik.

b. Imajeri

An image is anything that we can se, hear, smell, touch, or taste. In

other words, an image is anything which we can experience trough the

senses (Frederik, 1988: 20).

Imajeri merupakan salah satu alat keputusan. Imajeri berfungsi

untuk memperjelas, menimbulkan suasana khusus, sehingga pembaca

dapat merasakan apa yang terdapat dalam puisi seakan-akan hidup atau

terdapat dihadapannya.

Kita hendaknya membedakan istilah imaji dan imajeri. Bagi Perrine

(dalam Ahmad Badrun, 1999: 15), istilah imaji lebih banyak mengarah

pada sebuah gambaran , sesuatu yang tampak dalam pikiran dan imajeri

adalah representasi pengalaman yang bersifat indra melalui bahasa.

Menurut Altterbernd dan Lewis (dalam Ahmad Badrun, 1989: 15) bahwa

gambar pikiran disebut imaji dan gambar-gambar pikiran dan bahasa yang

menggambarkannya disebut imajeri.

Jadi dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwasanya

imaji adalah gambar pikiran dan imajeri adalah representasi gambar

pikiran dalam bahasa.

Adapun macam-macam imajeri yaitu:

Pertama imajeri visual (visual imagery) yaitu yang dihasilkan oleh

indera penglihatan. Imajeri ini cukup banyak digunakan oleh penyair,

misalnya dalam kutipan puisi berikut.

BUAH RINDU

Ibu, lihatlah anakmu muda belia

Setiap waktu sepanjang masa

Duduk termenung berhati duka

(Hamzah, dalam Ahmad Badrun, 1989: 16)

7

Page 9: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Kedua, imajeri pendengaran (auditory imagery) yaitu yang

dihasilkan oleh indra pendengaran. Contohnya sebagai berikut.

BERAYUN DIALUN

Bergulung alun kejar mengajar

Bersorak sorai suara memecah

Mendidih berbuih kapas menghempas

Mundur maju di pasir putih

(Ali Sjahbana, dalam Ahmad Badrun, 1989: 17)

Ketiga, imajeri penciuman (olfactory imagery). Contohnya dapat

dilihat dalam kutipan berikut.

PEMANDANGAN SENJA KALA

Senja yang basah meredakan hutan yang terbakar

Kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit ke labu tua

Bau mesiu di udara, bau mayat, bau kotoran kuda

(Rendra, dalam Ahmad Badrun, 1989: 18)

Keempat, imajeri pengecapan (gustatory imagery) yaitu dihasilkan

oleh indra pengecapan. Imajeri ini agak jarang dijumpai dalam puisi.

Contohnya dapat dilihat pada kutipan berikut.

BALLADA TERBUNUHNYA ATMO KARPO

Joko pandan menegak, menjilat darah dipedang

Ia telah membunuh bapaknya

(Rendra, dalam Ahmad Badrun, 1989: 19)

Kelima, imajeri perabaan (tactile imagery) yang dihasilkan oleh

indra perabaan seperti keras, lembut, basah dan panas. Contohnya terdapat

dalam kutipan puisi dibawah ini.

SEMENTARA LANGIT

Bunyi apa gurangan, bertahan-tahan asing dan jauh

Mereka-reka bahagia, meraba-raba rahasia

Ketika tanganmu menjamah, dingin dan kaku

Kitapun terdiam dalam pandang yang beku

(Ismail, dalam Ahmad Badrun, 1989: 20)

8

Page 10: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Keenam, imajeri organik (organic imagery), dalam hal ini berkaitan

dengan perasaan yang dapat seperti kelaparan, kehausan, kelelahan,

kebosanan. Adapun contohnya dapat dilihat pada kutipan berikut.

SESEORANG SEDANG MENCARI

Aku bosan pada sepi

Karena hidup tidaklah sepi

Tapi aku telah mengerti

(Rosidi, dalam Ahmad Badrun, 1989: 21)

Ketujuh, imajeri gerakan (kinesthetic imagery) yaitu

menggambarkan sesuatu yang bergerak atau tidak bergerak. Contohnya.

KEBENARAN

Kebenaran ditubuhku ini meloncat-loncat

Dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri

(Joss Sarhadi, dalam Ahmad Badrun, 1989: 22)

Dalam satu puisi terdapat bermacam-macam imaji dan antara yang

satu dengan lainnya saling berkaitan.

c. Bahasa Kiasan

Bahasa kiasan mempunyai sifat yang umum yaitu mempertalikan

sesuatu dengan cara menghubungkan dengan sesuatu yang lain

(Alterbernd, dalam Ahmad Badrun, 1989: 26). Kemudian bagi Perrine

bahasa kiasan adalah bahasa yang tidak saja bermakna harfiah.

Jenis-jenis bahasa kiasan tersebut adalah:

1) Perbandingan (simile)

2) Metafora

3) Perumpamaan epos (epic simile)

4) Personifikasi

5) Metonimia

6) Senekdoki

7) Allegori

8) Simbol

9

Page 11: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Berikut ini secara singkat diterangkan pengertian masing-masing

jenis bahasa kiasan.

Perbandingan (simile) ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu

hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding

seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun,

penaka, se, dan lain-lain.

Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan hanya tidak

menggunakan kata pembanding seperti bagai, laksana dan lain-lain.

Menurut Becker metafora adalah melihat sesuatu dengan perantaraan

benda lain. Metafora terdiri dari dua term: term pokok (tenor) dan term

kedua (vehicle). Term pokok menyebutkan hal yang dibandingkan, term

kedua adalah yang dibandingkan.

Perumpamaan atau perbandingan epos ialah perbandingan yang

dilanjutkan, atau diperpanjang yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan

sifat-sifat pembandingan lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-

frase yang berturut-turut.

Personifikasi merupakan bahasa kiasan yang mirip dengan

metafora. Dalam hal ini personifikasi adalah menggambarkan sifat-sifat

manusia dalam binatang, benda atau konsep. Dalam puisi personifikasi

berfungsi untuk memberi kejelasan dan membuat hidup lukisan.

Metonimia dan sinekdoki merupakan bahasa kiasan yang hampir

sama sehingga keduanya kadang-kadang sukar dibedakan. Metonimia

dalam bahasa Indonesia sering disebut pengganti nama.

Sinekdoki adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian

yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri.

Sinekdoki ini ada dua macam:

1) Parsprototo, yaitu sebagian untuk keseluruhan

2) Totum pro parte, yaitu keseluruhan untuk sebagian

Alegori adalah cerita kiasan ataupun lukisan yang mengiasankan

hal atau kejadian lain. Alegori dibagi menjadi dua: yang bersifat sejarah

dan politik.

10

Page 12: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Simbol adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Obyek

yang hidup atau tidak hidup yang mewakili sesuatu yang lain. Istilah

simbol sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya timbangan

sebagai simbol atau lambang keadilan, bunga sebagai simbol cinta, cantik

dan lain-lain.

d. Sarana Retorika

Sarana retorika merupakan susunan kata-kata yang artistik untuk

memperoleh tekanan dan efek-efek tertentu. Sarana retorika ada

bermacam-macam diantaranya tautologi , pleonasme, litotes, tautologi dan

penjumlahan (enumerasi).

Sedangkan sarana retorika bagi pujangga baru sesuai dengan

konsepsi estetika yang menghendaki keseimbangan yang simetris dan juga

aliran romantik yang penuh curahan perasaan. Maka sarana retorik yang

dominan ialah tautologi , pleonasme, keseimbangan, retorik retisense,

paralelisme dan enumerasi.

Berikut ini dijelaskan secara singkat pengertian masing-masing

sarana retorika.

Tautologi adalah sarana retorika yang mengatakan hal atau keadaan

dua kali. Misalnya supaya arti kata atau keadaan itu lebih mendalam bagi

pembaca atau pendengar. Misalnya silih berganti, tiada berhenti, tiada

kuasa, tiada berdaya.

Pleonasme (keterangan berulang) ialah sarana retorika yang

sepintas lalu seperti tautologi , tetapi kata yang kedua sebenarnya telah

tersimpul dalam kata yang pertama. Dengan demikian, sifat atau hal yang

dimaksudkan lebih terang (Djoko Pradopo, 2000: 95). Misalnya dalam

sajak sebut: naik meninggi, turun melembah jauh ke bawah, jatuh

kebawah, dan lain-lain.

Enumerasi ialah sarana retorika yang berupa pemecahan suatu hal

atau keadaan menjadi beberapa bagian dengan tujuan agar hal atau

keadaan itu lebih jelas dan nyata bagi pembaca atau pendengar (Slamet

Muljana, dalam Djoko Pradopo, 2000: 96).

11

Page 13: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Paralellisme (pensejajaran) ialah mengulang isi kalimat yang

maksud tujuannya serupa. Menurut Cohen (dalam Ahmad Badrun, 1989:

47) paralelisme adalah pensejajaran antara dua bagian kalimat yang sama,

perulangan susunan kalimat atau perulangan kata-kata pada awal puisi dan

menimbulkan musik. Misalnya dapat dilihat dalam kutipan puisi berikut.

Biarpun engkau tidak dilihat

Biarpun engkau tidak diminat

Engkaupun turut menjaga jaman

(Sanuse Pane, dalam Djoko Pradopo, 2000: 97).

Hiperbola adalah sarana retorika yang melebih-lebihkan suatu hal

atau keadaan (Djoko Pradopo, 2000: 98). Sarana retorika itu digunakan

untuk memperbesar kenyataan atau emois dan merupakan suatu cara untuk

menunjukkan pentingnya suatu masalah. Dengan kata lain hiperbola

digunakan untuk intensitas, menyangatkan dan ekspresivitas.

Paradoks menurut Perrine (dalam Ahmad Badrun, 1989: 51) adalah

sebuah bentuk pertentangan mengenai situasi atau pernyataan yang masih

mengandung kebenaran. Sedangkan menurut Djoko Pradopo (2000: 99-

100) paradoks adalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara

berlawanan, tetapi sebetulnya tidak apabila sungguh-sungguh dipikirkan

dan dirasakan. Contohnya dalam sajak “Kepada Orang Mati” bait pertama

berisi pernyataan yang paradoks. Kalau dimaafkan menjadi tak tahu diri.

Kiamus adalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu diulang

dan salah satu dengan kalimatnya dibalik posisinya (Djoko Pradopo, 2000:

100). Misalnya terdapat dalam sepenggal sajak berikut ini:

Diri mengeras dalam kehidupan

Kehidupan mengeras dalam diri

(Toto Sudarto, dalam Djoko Pradopo, 2000: 100)

Ambiguitas biasanya disebut makna ganda. Dalam karya sastra

imbuigitas adalah yang wajar, karena dapat menghasilkan humor,

memperkaya arti dan merefleksikan persepsi pengarang tentang kehidupan

12

Page 14: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

yang kompleks. Misalnya dalam kutipan puisi Amir Hamzah (dalam

Ahmad Badrun, 1989: 54).

Satu Kekasihku

Aku manusia

Rindu rasa

Rindu rupa

Kata kekasihku dapat diartikan pacar, Tuhan atau seseorang yang

paling kita sayangi. Itu semua tergantung dari pembaca dan penafsirannya.

Ellipsis merupakan sarana retorika yang menghilangkan sebuah

kata atau beberapa kata dalam struktur guna mencapai ekspresi yang padat

(Cuddon dalam Ahmad Badrun, 2000: 56). Misalnya dalam sajak Mulut

Laut Mencegah seharusnya adalah kata di mulut laut yang mencegah.

Suatu kenyataan dalam puisi penyair tidak menggunakan satu jenis

sarana retorika akan tetapi kadang-kadang dua atau lebih. Sehingga akan

tercipta puisi yang memiliki tingkat kekreatifan yang tinggi.

e. Bunyi

Dalam puisi bersifat estetik, merupakan unsur puisi untuk

mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Bunyi disamping hiasan

dalam puisi, juga menimbulkan rasa dan menimbulkan bayangan angan

yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, dan sebagainya.

Bunyi pernah menjadi unsur kepuitisan yang utama dana sastra

romantik, yang timbul sekitar abad ke 18 – 19 di Eropa Barat. Para

penyair romantik dan simbolis ingin menciptakan puisi yang mendekati

musik, membunyikannya dan berirama kuat. Mereka ingin merubah kata

menjadi gaya suara, bahkan mereka menginginkan agar kata0kata puisi

adalah suara belaka.

Dalam puisi dipergunakan sebagai orkestrasi, ialah untuk

menimbulkan bunyi musik. Bunyi konsonan dan vokal disusun begitu

rupa sehingga menimbulkan bunyi yang merdu dan berirama seperti bunyi

musik.

13

Page 15: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Kombinasi-kombinasi bunyi yang merdu itu biasanya disebut efoni,

bunyi yang indah dan kombinasi-kombinasi bunyi-bunyi vokal (asonansi):

a, e, i, u, e, o, bunyi-bunyi konsonan bersuara (voiced) b, d, g, j, bunyi

luquida: r, l, dan bunyi sengau: m, n, ng, ny, dapat menimbulkan bunyi

yang merdu dan berirama. Bunyi yang merdu itu dapat mendukung

suasana yang mesra, kasih sayang, gembira dan bahagia.

Sebaliknya, kombinasi bunyi yang tidak merdu, parau, penuh

bunyi: k, p, t, s ini disebut kakafoni (cacophony). Kakafoni ini cocok dan

dapat untuk memperkuat suasana yang tidak menyenangkan, kacau balau,

serba tak teratur, bahkan memuakkan.

Bunyi dihasilkan dengan cara antara lain yaitu onomatope dan rima.

Enomatope adalah peniruan bunyi alam atau penggunaan kata yang

menyerupai bunyi asli. Misalnya dalam sepenggal puisi berikut.

Cicit kelelawar

Menghimbau di ubun bukit

(Zamawi Imron, dalam Ahmad Badrun, 1989: 70)

Dalam puisi tersebut penyair menampilkan bunyi cicit kelelawar

yang mana biasanya terdengar pada waktu malam. Dengan adanya

peniruan bunyi semacam itu maka hal-hal yang digambarkan dalam isi

menjadi jelas.

Cara kedua untuk memperoleh bunyi yang dapat menunjang makna

secara langsung adalah rima atau sajak. Menurut Slamet Muljana (dalam

Ahmad Badrun, 1989: 71) rima atau sajak adalah pola estetika bahasa

yang berdasarkan ulangan suara yang diusahakan dan dialami dengan

kesadaran. Persamaan bunyi (rima) mencakup persamaan bunyi yang

terletak di tengah, di akhir, diterasi, dan asonansi. Aliterasi adalah

perulangan konsonan yang sama pada awa kata yang bermacam-macam

atau persamaan bunyi konsonan dalam kata (Meyer dalam Ahmad Badrun,

1989: 71). Sedangkan asonansi adalah perulangan bunyi vokal yang

berdekatan. Aliterasi dan asonansi berfungsi untuk memperdalam rasa,

orkestrasi dan memperlancar ucapan.

14

Page 16: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Betapapun pentingnya sajak, namun dengan munculnya aliran

ekspresionisne, sajak sebagai sarana estetika jadi terdesak. Aliran

eksprecionisme masuk ke Indonesia dipelopori oleh Chairil Anwar,

mengakibatkan timbulnya sajak-sajak bebas yang tak mementingkan pola

sajak (akhir). Akan tetapi tahun 1950 pemakaian bunyi dan persajakan

dihidupkan kembali, hanya saja pemakaiannya tidak untuk orkestrasi.

Dapat kita simpulkan bahwa bunyi dalam puisi mempunyai peran

yang bermacam-macam, pada pandangan aliran atau konvensi yang

berlaku.

f. Irama

Rhythm is any wavelike recurrence of motion or sound (Tijaroh

Frederik, 1988: 80). Irama didefinisikan sebagai pergantian turun naik,

panjang pendek, keras lembut, cepat lambat, ucapan bunyi dengan teratur

(Djoko Pradopo, 2000: 40).

Dalam puisi, irama dapat diperoleh dengan perulangan bunyi,

diterapi, asonansi, perulangan kata, perulangan bait dan penekanan kata.

Irama itu dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu metro dan ritme.

Metrun adalah irama yang tetap artinya pergantian sudah tetap menurut

pola tertentu. Sedangkan ritme adalah irama yang disebabkan pertentangan

atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak merupakan

jumlah suku kata yang tetap, melainkan hanya menjadi gema dendang

sukma penyairnya.

Dengan adanya irama, maka puisi akan terdengar merdu, mudah

dibaca dan dapat menyebabkan aliran perasaan ataupun pikiran tak

terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan yang

jelas dan hidup.

Puisi yang merdu bunyinya dikatakan melodis. Melodi adalah

paduan susunan deret suara yang teratur dan berirama (Kusbini, dalam

Djoko Pradopo, 2000: 46). Melodi timbul karena pergantian nada kata-

katanya, tinggi rendah bunyi berturut-turut.

15

Page 17: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Dalam terdeklamasi irama ketepatan ekspresi didapatkan dengan

mempergunakan tekanan-tekanan pada kata. Ada tiga jenis tekanan, yaitu

tekanan dinamik, tekanan nada dan tekanan tempo.

Tekanan dinamik adalah tekanan pada kata yang terpenting,

menjadi sari kalimat dan bait sajak.

Tekanan nada ialah tekanan tinggi (rendah). Perasaan girang dan

gembira, perasaan marah, dan keheranan, sering menaikkan suara sedang

perasaan sedih merendahkan suara.

Tekanan tempo adalah lambat cepatnya pengucapan suku kata atau

kalimat.

Pada dasarnya penyair menggunakan irama dalam puisi adalah

untuk menciptakan susunan bunyi yang menyenangkan dan untuk

memperkuat makna, serta irama yang merdu akan dapat merangsangh

imajinasi pembaca atau pendengar untuk lebih memahami makna puisi.

g. Tipografi

Tipografi secara harfiah berarti mencetak dengan desain khusus,

susunan atau rupa barang cetak. Tipografi merupakan unsur visual puisi

namun unsur ini mempunyai peranan cukup penting karena dapat menarik

perhatian pembaca. Selain itu tipografi juga dapat membantu pembaca

memahami makna atau situasi yang tergambar dalam puisi. Misalnya pada

puisi Hartojo Andangdjaja tidak bervariasi, tersusun dalam bentuk bait

yang disusun secara lurus. Sedangkan puisi Ajib Rosidi tipografinya agak

bervariasi, ada bait yang menonjol dan ada pula bait yang tidak menonjol.

Semua itu tidak hanya dapat menarik perhatian pembaca, tetapi juga dapat

membantu pembaca dalam memahami makna atau situasi yang tergambar

dalam puisi. Tipografi puisi Hartojo tidak bervariasi hal itu berkaitan

dengan sikap penduduk desa dalam menghadapi musibah yaitu pasrah,

sedangkan pada tipogafi puisi Ajib ada dua bait yang menonjol, hal ini

menggambarkan masalah yang lebih penting atau lebih diutamakan dalam

kehidupan, terutama hubungan manusia dan Tuhan.

h. Tema dan Makna

16

Page 18: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Setiap penyair mempunyai konsep dalam mencipta karya sastra.

Konsep utama atau ide sentral dalam karya sastra disebut tema (Cohen

dalam Ahamd Badrun, 1989: 103).

Bila kita mengamati tema puisi Indonesia modern maka

kelihatannya cukup kompleks. Artinya itu mencakup segala aspek

kehidupan manusia, misal tentang cinta, penderitaan, perjuangan dan

keagamaan.

Tema banyak dipengaruhi oleh lingkungan yang melatarbelakangi

penyair, misalnya puisi-puisi Amir Hamzah banyak dipengaruhi oleh latar

belakang kehidupannya sehingga temannya berkisar pada masalah

kerinduan dan kesunyian, sedangkan puisi Chairil Anwar memiliki tema

yang bermacam-macam, yang pada hakekatnya merupakan refleksi

lingkungan yang melestarikannya. Misalnya puisi yang bertema cinta dan

perjuangan. Setiap penyair memiliki tema yang disenangi.

Makna dalam puisi bermacam-macam, sebanyak pengalaman

manusia itu sendiri kalau kita melihat beberapa teori yang berkembang

dan kita hubungkan dengan puisi maka masalah makna dapat dilihat dari

berbagai sudut, misalnya sudut guna, pengarang struktural, kaitannya

dengan kenyataan dan sebagainya.

Dalam upaya memahami makna puisi dapat tidak dapat dilepaskan

dengan pemahaman bahasa atau lambang yang digunakan dalam puisi.

Tanpa memahami hal itu maka sulit bagi kita memahami makna yang

terkandung dalam puisi.

4. Macam-Macam Puisi

Secara sederhana, kita dapat membagi puisi berdasarkan isi dan bahasa

yang digunakan. Berdasarkan isi yang dikandung puisi dapat dibagi tiga

macam: puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatic. Sedangkan berdasarkan

bahasa yang digunakan puisi dapat dibagi menjadi dua: puiosi transparan, dan

puisi prismatic.

17

Page 19: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Puisi epik disebut juga puisi naratif. Bentuk puisinya agak panjang dan

berisi cerita kepahlawanan, tokoh kebangsaan, masalah surga, neraka Tuhan

dan kematian (Cohen dalam Ahmad Badrun, 1989: 115). Puisi epik bersifat

obyektif. Artinya penyair menceritakan hal-hal yang diluar dirinya serta

biasanya mengandung unsur-unsur emosi. Adapun yang termasuk puisi epik

dalam sastra Indonesia antara lain syair dan balada.

Syair merupakan salah satu jenis puisi lama yang bersajak a a a a, tiap

bait terdiri empat baris, satu baris terdiri delapan sampai dua belas suku kata,

keempat baris kalimatnya mempunyai hubungan arti dan isi. Syair berisi

nasehat dan cerita.

Balada dibagi menjadi dua: yang bersifat nyanyian, dan bersifat sastra

(modern). Jenis pertama dikembangkan secara oral dan anonim. Balada yang

bersifat nyanyian ini masih terdapat di bagian utara Yunani, Balkan dan

Sisilia. Balada jenis kedua sudah diketahui pengarangnya dan dikenal dengan

istilah puisi balada.

Balada biasanya berisi gambaran kehidupan masyarakat, petualangan,

perang, cinta, kematian dan hal-hal yang bersifat supernatural.

Puisi transparan ialah puisi yang mudah dipahami, tidak ada kata-kata

atau lambang yang sukar dipahami, sedangkan puisi prismatic lebih sukar

karena banyak kata yang memiliki makna ganda dan kata yang demikian

memerlukan penafsiran.

5. Ketaklangsungan Ekspresi

Dikemukakan Riffaterre (dalam Djoko Pradopo, 2000: 281) bahwa puisi

merupakan ekspresi tidak langsung. Ketidaklangsungan ekspresi itu

disebabkan oleh tiga hal : (a) penggantian arti (diplacing of meaning), (b)

penyimpangan arti (distorting of meaning), (c) penciptaan arti (creating of

meaning).

a. Penggantian Arti

Penggantian arti disebabkan oleh penggunaan metafora dan

metonimi. Yang dimaksudkan metafora dan metonimi secara umum

18

Page 20: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

adalah bahasa kiasan, yang meliputi simile, personifikasi, dan sinekdoki,

metafora, dan metonimi. Secara khusus arti metafora adalah kiasan yang

melihat sesuatu dengan perantaraan benda lain (Becker dalam Djoko

Pradopo, 2000: 282).

Metonimi itu kiasan pengganti nama, misalnya sungai CIiliwung

diganti nama menadi sunyai kesayangan dalam salah satu sajak Toto

Sudarto Bahctiar.

b. Penyimpangan Arti

Arti atau makna bahasa puisi itu menyimpang atau memencong dari

arti bahasa yang tertulis. Penyimpangan atau pemencongan (makna) itu

disebabkan oleh tiga hal, yaitu sebagai berikut.

1) Ambiguitas

Bahasa puisi itu bersifat banyak tafsir(poly interpretable). Sifat

banyak tafsir ini disebabkan oleh penggunaan metafora dan

ambiguitas. Ambiguitas ini dapat berupa kata frase, kausa, atau

kalimat yang taksa atau mempunyai makna yang lebih dari satu.

2) Kontradiksi

Sering kali puisi itu menyatakan sesuatu secara kebalikannya.

Untuk menyatakan arti (makna) secara kebalikan itu dipergunakan

gaya ucap paradoks dan ironi.

Paradoks itu gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara

berlawanan atau bertentangan dalam wujud bentuknya. Sedangkan

ironi adalah gaya untuk menyatakan sesuatu secara kebalikan. Gaya ini

biasanya untuk menyindir atau mengejek.

3) Nonsense

Nonsense adalah kata-kata yang secara linguistic tidak

mempunyai arti. Meskipun tidak mempunyai arti secara linguistic

tetapi mempunyai makna dalam puisi karena konvensi puisi. Misalnya

kata-kata dalam mantra seringkali berupa nonsense. Nonsense itu

dalam makna mempunyai makna magis, makna gaib, dan dapat

mempengaruhi dunia gaib.

19

Page 21: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

c. Penciptaan Arti

Pada waktu sekarang puisi ditulis dalam sebuah ruang teks, bukan

puisi lisan. Oleh karena itu ruang teks diorganisasikan untuk menciptakan

arti baru secara linguistik tidak ada artinya. Akan tetapi pengorganisasian

ruang teks itu menimbulkan makna. Diantara sarana-sarana pencipta-

pencipta arti atau makna itu adalah sajak (rima), enjamberment,

homologue dan tipografi.

20

Page 22: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Puisi merupakan karya seni yang puitis. Sesuatu disebut puisi jika dapat

memmbangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang

jelas atau secara umum menimbulkan keharuan.

Unsur-unsur puisi terdiri atas: diksi, imajery, bahasa kiasan, sarana

retorika, bunyi, irama, tipografi, serta tema dan makna. Hal-hal tersebut

merupakan unsur yang selalu ada dan agak menonjol dalam setiap puisi.

Keputusan itu dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya

dengan bentuk visual: tipografi, susunan bait. Dengan bunyi: persajakan,

asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi. Dengan

pemilihan kata (diksi): bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur

ketatabahasaan, dan sebagainya.

Puisi dapat dibagi berdasarkan isi dan bahasa yang digunakan.

Berdasarkan isi yang dikandung puisi dapat dibagi menjadi tiga macam:

puisi epik, puisi lirik dan puisi dramatic. Sedangkan berdasarkan bahasa yang

digunakan puisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu puisi transparan dan puisi

prismatic.

Puisi merupakan ekspresi tidak langsung. Ketidaklangsungan ekspresi

itu disebabkan oleh tiga hal: (1) penggantian arti (displacing meaning), (2)

penyimpangan arti (distorting of meaning), dan (3) penciptaan arti (creating of

meaning).

B. Saran

Hal-hal di atas merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam puisi yang

mana puisi adalah sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis. Tujuan

penulisan adalah sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis. Tujuan

penulisan makalah ini yaitu berbagai pengetahuan dan pengalaman di seputar

penulisan dan cara memaknai sebuah puisi.

21

Page 23: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Penulis menyarankan agar dalam menciptakan sebuah tulisan khususnya

puisi digunakan alur pemikiran yang puitis dan dalam kata-katanya memiliki

makna yang tinggi sehingga dapat membangkitkan perasaan bagi orang-orang

yang membacanya. Perasaan tersebut dapat berupa sedih, semangat, gembira,

perjuangan dan sebagainya.

22

Page 24: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Badrun. 1989. Teori Puisi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Alternand, Lynn dan Leslie L. Lewis. 1970. A Handbook for The Study Of Poetry. London: MacMillan Company.

Dahirisaini. 2006. Praktis Menulis Puisi. http://dahirisiani.blogspot.com/2006/05/ praktis-menulis-puisi.html (diakses tanggal 15 Desember 2007)

Esroq Heru Prasetyo. 2004. Pembelajaran Menulis Puisi Berbaris Pertanian Melalui Teknik Pancingan – Kata Kunci di SMP Negeri 2 Selo. Makalah. Boyolali: SMP N 2 Selo.

Juliana Tiaroh Frederik. 1988. English Poetry. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pesu Aftarudin. 1984. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung: Angkasa.

Pamela Allen. 2004. Membaca, dan Membaca Lagi. Yogyakarta: Indonesiatera

Perrine, Lawrence. 1977. Sound and Sense An Introduction to Poetry. New York: Handcourt Brace Joravich, Inc.

Rochmad Djoko Pradopo. 2000. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sapardi Djoko Damono. 2005. Puisi Net Majalah Elektronik Puisi Nusantara. http://www.puisinet/index/php?option=com_content&task=blogcategory& id=19&itemid=44 (diakses tanggal 15 Desember 2007).

Siswantoro. 2002. Apresiasi Puisi-Puisi Sastra Inggris. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Sudane. 2007. Bagaimana Teknik Menulis Puisi yang Baik. http://id.answer.yahoo.com/ question/index?Qid=20070809251637AA7. (diakses tanggal 15 Desember 2007).

Tarigan, Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa

23

Page 25: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Lampiran 1.

DALAM GELOMBANG

Alun bergulung naik meninggiTurun melembah jauh ke bawahLidah ombak menyerak buluhSurut kembali di air gemuruh

Kami mengalun di samudra-MUBersorak gembira tinggi membukitSedih mengaduh jatuh ke bawahSilih berganti tiada berhenti

Didalam suka di dalam dukaWaktu bah’gia waktu meranaMasa tertawa masa kecewa

Kami berbuai dalam nafasmuTiada kuasa tiada tertawaTurun naik dalam ‘rama-Mu

(St. Takdir Alisjahbana)

Analisis puisi:

Dalam sajak tersebut tampak segalanya selalu berimbang dan simetris,

berupa persamaan pertentangan: silih berganti – tiada berhenti; suka duka, bahgia

-merana; tertawa – kecewa. Keseimbangan ini disebabkan oleh tautology,

perseimbangan (balance), maupun paralelisme.

24

Page 26: MAKALAH Puisi Nurwahida Sari

Lampiran 2.

RINDUKU

Di saat aku rinduKutelan luka yang kemarin tiba diambang senja Karena lentik matanya bukan lagi milikkuDan senyumnya bukan lagi untukku

Ada yang tersisa Tetapi matahari takan menghapus hujanDan angin takan berputar arahBiarlah sisa bayang-bayangan hilang diantara waktu

Selamat jalanBawalah serta rindukuDan buanglah angankuYang tak kan pernah aku temui ataupun menjemputnya

(Nurwahida Puspitasari)

25