makalah psikologi pendidikan 2

Upload: condro-kusumo

Post on 18-Jul-2015

187 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I LATAR BELAKANG

Dewasa ini, sering sekali kita mendengar atau bahkan mengalami bahwa guru jaman sekarang itu tidak kompeten. Banyak orang yang mengeluh karena cara mengajar guru yang tidak tepat sehingga mengakibatkan siswa kurang paham dengan apa yang disampaikan atau diajarkan oleh guru. Beberapa orang berpendapat bahwa banyak guru yang menganggap kemampuan semua siswa itu sama,semua orang terlahir sama dan memiliki potensi yang sama. Guru sering kali tidak sadar bahwa setiap siswa itu memilki karakter yang berbeda-beda. Persoalan pengelolaan kelas yang siswanya memilki berbagai macam karakter merupakan salah satu hal yang paling sulit bagi guru. Keragaman karakter siswa ini membuat guru harus kreatif dalam mengelola kelas agar kebutuhan akan ilmu setiap siswa dapat terpenuhi. Dan ketika guru sudah berusaha dan tidak berhasil, guru kadang mengabaikan mereka dengan berbagai alasan,salah satunya adalah efisiensi waktu. Fakta yang terjadi adalah jika guru mengajar dengan cepat, yang dapat mengangkap apa yang diajarkan hanya beberapa siswa yang tingkat pemahamanya tinggi,sedangkan yang tingkat pemahamanya rendah akan tertinggal. Sebaliknya,jika guru mengajar dengan lambat atau materi terlalu sering di ulang-ulang, maka bagi siswa-siswa yang pandai atau tingkat pemahamanya tinggi akan merasa bahwa waktu akan terbuang sia-sia dan mereka tidak akan berkembang. Ada beberapa sekolah yang menerapkan sistem pengelompokan untuk menanggulangi masalah perbedaan karakter ini. Yaitu siswa yang pandai dikelompokkan sendiri ,begitu juga siswa yang kurang pandai. Dan yang terjadi adalah siswa di beberapa sekolah yang menerapkan sistem pengelompokkan justru mengakibatkan siswa yang kurang pandai kondisinya semakin tidak baik dan terkadang guru pun tidak suka mengajar di kelas yang berisi siswa dengan pemahaman rendah atau kurang pandai atau diskriminasi terhadap siswa. Hal ini justru akan memperburuk kondisi siswa yang kurang pandai. Namun tidak selalu sistem pengelomokkan siswa itu harus di hindari. Kadang untuk hal-hal tertentu diperlukan. Seperti kelas akselerasi bagi siswa-siswa yang pandai. Untuk membahas lebih lanjut dan memecahkan masalah ini, terlebih dahulu kita akan mempelajari ilmu tentang perbedaan karakter siswa atau perbedaan individu.

Rumusan masalah

1

2

1. Apa itu Perbedaan individual? 2. Apa saja sumber Perbedaan individual itu? 3. Apa saja macam dari perbedaan individual?

3

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa Itu Perbedaan Individual Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk yang berbuat atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo educandum dan seterusnya. Dalam kamus echols & shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawaperubahanperubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhankebutuhan. Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya. Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Kepribadian, prilaku apa yang diperkuat, dipikirkan, dan dirasakan oleh seseorang (individu) merupakan hasil diri perpduan antara faktor biologis sebagaimana unsur bawaan dan pengaruh lingkungan. B. Sumber Perbedaan Individual 1. Faktor Bawaan Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan genetik oleh orangtua (Sugihartono, dkk, 2007:29). Pewarisan genetik ini dimulai pada saat terjadinya pembuahan, yaitu ketika sel

4

2.

reproduksi perempuan yang disebut ovum dibuahi oleh sel reproduksi lakilaki yang di sebut spermatozoon. Hal ini terjadi kira-kira 280 hari sebelum lahir. Dalam masing-masing sel reproduksi, baik spermatozoa maupun ovum terdapat 23 pasang kromosom. Kromosom adalah partikel seperti benang yang masing-masing di dalamnya terdapat untaian partikel yang sangat kecil, yang disebut gen. Gen inilah pembawa ciri bawaan yang diwariskan orangtua kepada keturunannya (Hurlock, 1995). Gen ini mengandung petunjuk untuk produksi protein, yang selanjutnya protein ini akan mengatur proses fisiologis tubuh dan penampakan sifat-sifat fenotip, seperti bentuk tubuh, kekuatan fisik, kecerdasan, dan berbagai pola perilaku lainnya (Zimbardo & Gerig, 1999). Meskipun rata-rata kita memiliki 50% gen yang sama dengan saudara kita, kumpulan gen kita tetap khas kecuali koita adalah kembar identik. Perbedaan gen ini merupakan satu alasan mengapa kita berbeda dengan orang lain, baik secara fisik, psikologis, maupun perilaku, bahkan dengan saudara kita sendiri. Faktor Lingkungan Lingkungan menunjuk pada sesuatu yang berada di luar diri individu (Sugihartono, dkk, 2007:30). a. Status Sosial Ekonomi Orangtua Meliputi tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan orangtua.meskipun tidak mutlak, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap orangtua terhadap pendidikan anak serta tingkat apresiasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga dengan pekerjaan dan penghasilan orangtua yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan membawa implikasi pada berbedanya aspirasi orangtua terhadap pendidikan anak, aspirasi anak terhadap pendidikannya, fasilitas yang diberikan pada anak, dna kemungkinan waktu yang disediakan untuk mendidik anak-anaknya. Demikian juga perbedaan status ekonomi dapat membawa implikasi, salah satunya pada perbedaan pola gizi yang diterapkan dalam keluarga. Gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik serta kecerdasan anak. b. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dnegan anak-anak. Berkaitan dnegan pola asuh ini, terdapat 3 macam pola asuh orangtua, yaitu otoriter, permisif, dan autoritatif. Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau kepatuhan. Orangtua bersikap tegas, suka menghukum, dan cenderung mengekang keinginan anak. Hal ini menyebabkan anak kurang inisiatif,

5

c.

d.

cenderung ragu, dan mudah gugup. Oleh karena sering mendapat hukuman, anak menjadi tidak disiplin dan nakal. Pola asuh permisif merupakan bentuk pengasuhan di mana orangtua memberi kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orangtua. Sedangkan pola asuh autoitatif bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan anak yang sama, dalam arti slaing melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab, dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin. Budaya Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai adat istiadat. Budaya dan kebudayaan sebagai sebuah rangkaian tindakan dan aktifitas manusia yang berpola dapat dilihat dalam 3 wujud. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Ha; ini berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Wujud kedua adalah budaya sebagai suatu aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dan masyarakat. Wujud kedua ini juga disebut sebagai sistem sosial. Sistem sosial ini berhubungan dalam kurun waktu tertentu dan membentuk suatu pola tertentu. Wujud ketiga, kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Kebudayaan ini berupa benda-benda yang dapat dilihat, diraba, atau difoto. Ketiga bentuk budaya dan kebudayaan tersebut mempengaruhi perilaku manusia. Sebagai contoh adalah bagaimana nilai dan norma membentuk perilaku masyarakat. Adanya nilai-nilai dalam masyarakat memberitahu pada anggotanya tentang apa yang baik atau penting dalam masyarakt tersebut. Nilai-nilai ini terjabarkan dalam norma-norma. Norma-norma memberikan panduan bagi anggota masyarakat bagaimana harus berperilaku. Norma menjadi ukuran pantastidak pantas , benar-salah, baik-buruk, bagi anggota masyarakat. Dalam masyarakat, pelanggar norma akan mendapatkan sanksi sosial dan psikologis. Melalui sanksi psikologis maupun sanksi sosial ini, nilai dan norma akan mengendalikan perilaku anggota masyarakat. Oleh karena nilai dan norma masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota masing-masing masyarakat berbeda satu sama lain. Urutan Kelahiran Walaupun masih banyak terdapat kontroversi , beberapa penelitian membuktikan karakteristikkepribadian seseorang ditentukan salah satunya oleh urutan kelahirannya. Anak sulung cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan agresif dibandingkan adik-adiknya. Anak pertama cenderung mendapatkan dan menyelesaikan pendidikan yang

6

lebih tinggi dan memiliki prestasi yang baik. Sementara itu anak tengah lebih mudah bergaul dan memiliki rasa setia kawan yang tinggi. Karena kurang diperhatikan dalam keluarga, mereka cenderung belajar, menjalin hubungan, dan mencari dukungan dari teman-teman seusianya. Oleh karena itu, mereka cenderung memiliki kemampuan dalam bersosialisasi. Anak tengah sering menjadi mediator dan pencinta damai. Anak bungsu cenderung paling kreatif dan biasanya menarik. Oleh karena mereka sering dianggap sebagai anak bawang, si bungsu cenderung untuk selalu ingin memperoleh perlakuan yang sama. Anak tunggal atau anak semata wayang memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan anak pertama dan sering merasa terbebani dengan harapan yang tinggi dari orangtua mereka terhadap diri mereka. Penelitian memperlihatkan, mereka lebih percaya diri, supel, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Mereka juga mengaharapkan banyak dari orang lain, tidak senang dikritik, kadang tidak fleksibel, serta perfeksionis. Karakteristik yang berbeda-beda antar anak sulung, anak tengah, anak bungsu, maupun anak tunggal disebabkan karena perlakuan yang berbeda-beda dari orangtua maupun anggota keluarga lainnya berdasarkan urutan kelahiran.

C. MACAM-MACAM PERBEDAAN 1. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender Salah satu topik yang banyak menarik perhatian dalam membahas perbedaan individual adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pada umumnya kita sering memandang laki-laki dan perempuan secara berbeda. Kita sering melihat jenis kelamin seseorang sebagai prediktor penting atas kemampuan dan minat mereka. Jenis kelamin bukanlah prediktor yang baik untuk kemampuan-kemampuan akademik, minat atau karakteristik emosional. (Sugihartono, dkk, 2007) Istilah jenis kelamin dan gender sering dipertukarkan dan dianggap sama. Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan. Sedangkan gender adalah pembagian peran kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas sesuai normanorma, adat istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat. Perbedaan jenis kelamin dan gender.

7

Jenis kelamin Merupakan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan.

gender Merupakan perbedaan peran, hak, dan kewajiban, kuasa dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat, Gender tidak sama di seluruh dunia, tergantung dari budaya dan perkembangan masyarakat di satu wilayah, sifatnya lokal.

Perbedaan sex sama diseluruh dunia bahwa perempuan bisa hamil sementara laki-laki tidak, sifatnya Universal.

Perbedaan sex tidak berubah dari waktu ke waktu. Dari dulu hingga sekarang dan masa datang , laki-laki tidak mengalami menstruasi dan tidak dapat hamil.

Gender berubah dari waktu ke waktu. Setiap peristiwa dapat merubah hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.

Perbedaan gender juga termasuk dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada.

Karakteristik stereotip laki-laki Bertindak sebagai Memiliki seorang pemimpin kemampuan kepemimpinan Agresif Ambisius Mandiri Individualistis

Karakteristik stereotip perempuan Penuh perasaan Menyukai anakanak

Setia Seperti anak-anak

Ceria Sensitif terhadap kebutuhan orang lain Pemalu

Analistis

Mudah mengambil Penuh belas kasih keputusan

8

Asertif

Maskulin

Tidak menggunakan kata-kata kasar

Berbicara lembut

Atletis

Bergantung pada Ingin Simpatik dirinya sendiri menentramkan perasaan yang terluka Mampu memenuhi Feminin kebutuhan sendiri Kepribadian yang Ingin disanjung kuat Bersedia mengambil keputusan Dominan Lemah lembut Lembut

Kompetitif

Mempertahankan keyakinannya Memaksa

Penuh perhatian

Hangat

Bersedia mengambil resiko

Lugu

Penurut

(Sugihartono, dkk, 2007)

Di sekolah juga terdapat perbedaan gender, antara lain : Karakteristik Kemampuan verbal Kemampuan spasial Kemampuan matematika Sains Perbedaan gender Perempuan lebih bagus dibandingkan laki-laki Laki-laki lebih superior Tahun-tahun pertama sedikit berbeda, selanjutnya lakilaki lebih superior prestasi Perempuan mengalami kemunduran, laki-laki meningkat

9

Motivasi berprestasi

Perbedaan berkaitan dengan tugas dan situasi. Laki-laki lebih baik dalam matematika dan sains, perempuan dalam seni dan musik

2. Perbedaan Kemampuan Kemampuan sering diartikan sebagai kecerdasan. Menurut para peneliti perbedaan individual dalam mengasumsikan bahwa kecerdasan adalah kemampuan dalam belajar. Kemampuan umum didefinisikan sebagai prestasi komparatif individu dalam berbagai tugas, termasuk memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas. Kemampuan juga meliputi kapasitas individu untuk memahami tugas, dan untuk menemukan strategi pemecahan masalah yang cocok, serta prestasi individu dalam sebagian besar tugas-tugas belajar. Perbedaan kecerdasan dapat dipahami dari perbedaan skor IQ yang dihasilkan dari tes kecerdasan. Tabel berikut ini menunjukkan distribusi IQ yang dikembangkan oleh Wechsler : IQ Deskripsi Diatas 130 Very superior 120-129 Superior 110-119 Bright normal 90-109 Average 80-89 Dull normal 70-79 Borderline Dibawah 70 Defective Gifted Gifted merupakan julukan bagi seseorang yang memiliki skor tes kecerdasan diatas 130. Anak-anak gifted lebih banyak datang dari kalangan keluarga yang memiliki kelas sosial tinggi, dan anak-anak gifted juga menunjukkan kesusksesan dalam kehidupannya. Sebagian besar dari mereka lebih sukses dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Terman tahun 1921-1956. Terman juga menyebutkan bahwa beberapa anak dari kelompok gifted terlibat dalam perkara kriminal, drop out dari sekolah dini, atau gagal dalam beberapa pekerjaan. Mereka kurang sukses secara emosional, kurang matang atau kurang motivasi dibandingkan dengan yang lain. Menurut Renzulli anak gifted memiliki tiga ciri yaitu : 1. kemampuan umum di atas rata-rata 2. kreatifitas di atas rata-rata

10

3. komitmen terhadap tugas yang cukup tinggi Sedangkan menurut Silverman, seorang anak gifted memiliki ciri-ciri sebagai berikut : memiliki penjelasan yang bagus pengamatan yang hebat memiliki banyak ide-ide yang menarik memiliki rasa ingin tahu yang tinggi persentif dan insightfull memiliki rasa humor yang tinggi mungkin memiliki kemampuan yang bagus dalam seni, sains, geometri, mekanika, teknologi atau musik. Memiliki ingatan jangka panjang yang bagus Pemahaman bacaan yang bagus Pemikiran matematis yang bagus Kemampuan verbal tingkat tinggi yang bagus dalam diskusi Lancar menggunakan komputer Memahami konsep-konsep abstrak Dapat melakukan pekerjaan yang lebih menantang secara lebih bagus Sangat kreatif dan imajenatif Menurut Baum dan Owen, ada beberapa gejala yang dari anak gifted di sekolah yang mengalami kesulitan-kesulitan karena pengaruh lingkungannya, yaitu : 1. Menunjukkan hiperaktifitas di sela-sela konsentrasi yang intensif 2. Mudah terganggu dalam situasi gaduh 3. Tidak dapat mengingat perintah tiga tahap 4. Sulit belajar fonem 5. Sulit mengeja 6. Sulit belajar fakta-fakta tematis 7. Minta mengulangi perintah 8. Tidak mampu mengerjakan tes 9. Tulisannya tidak terbaca 10. Tidak menyelesaikan tugas tertulis 11. Sulit mencatat di kelas 12. Sulit menyelesaikan tugas-tugas sederhana, tetapi bagus dalam konsep 13. Tidak merespon remidial dengan baik 14. Lemah dalam beberapa mata pelajaran, namun bagus dalam beberapa mata pelajaran lain (misalnya lemah dalam aritmatika, biologi, bahasa asing namuan bagus dalam fisika, bahasa Indonesia dan geometri)

11

Anak-anak gifted membutuhkan perhatian dengan pendidikan yang sesuai dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan mereka. Yaitu memusatkan pada kekuatan, minat dan kapasitas intelektual mereka yang superior. Bagi mereka yang mengalami kesulitan belajar perlu untuk menggunakan strategi-strategi kompenasi yang meliputi teknologi dan kemampuan yang bervariasi. Selain itu juga dibutuhkan program-program yang dapat menjaga jangan sampai kekurangan mereka menghambat pengembangan dan ekspresi bakat mereka. Anak Terbelakang (Retarded) Retarded merupakan kelompok orang-orang yang memiliki IQ dibawah 70. Kelompok Retarded secara tradisional dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : Moron : IQ 50-70 Imbecile : IQ 20-50 Idiot : IQ di bawah 20 Menurut Panel mental Retardasi, Retarded dilasifikasikan menjadi empat, yaitu Mild : IQ 50-70 - dapat belajar ketrampilan-ketrampilan praktis, membaca, menghitung sampai level kelas 6 - tidak dapat dididik di sekolah biasa - dapat memelihara diri sendiri, namun lambat berjalan, makan dan berbicara - dapat dibimbing untuk penyesuain sosial - membutuhkan bimbingan dan dukungan saat ada tekanan ekonomi atau sosial yang tidak biasa moderate : IQ 36-50 - tampak lambat dalam bergerak, terutama berbicara - mamu dilatih utnuk mengerjakan soal-soal sederhana untuk menolong dirinya sendiri seperti makan, mandi dan berpakaian - dapat belajar berkomunikasi secara sederhana - dapat dilatih keterampilan-keterampilan tangan sederhana - mampu berjalan sendiri di tempat-tempat yang ia kenali - tidak mampu merawat diri sendiri - masih dapat mengikuti sekolah luar biasa severe retardation : IQ 20-36 - lambat dalam perkembangan motorik - sedikit atau tanpa kemampuan berkomunikasi - dapat dilatih untuk ketrampilan dasar menolong dirinya sendiri seperti makan sendiri

12

dapat mengikuti aktivitas sehari-hari yang sifatnya rutin dan berulang membutuhkan petunjuk dan pengawasan dalam lingkungan yang terlindung - tidak dapat mengikuti pendidikan luar biasa, hanya memerlukan latihan untuk merawat diri dan mempunyai kemampuan bergaul dengan orang lain profound retardation : IQ dibawah 20 - memiliki kapasitas minimal dalam fungsi-fungsi sensor motorik - lambat dalam semua aspek perkembangan - menunjukkan emosi dasar - dapat dilatih menggunakan tangan, kaki, dan rahang - membutuhkan pengawasan yang ketat - bicara primitif - tidak mampu merawat diri - tidak dapat mengikuti pendidikan luar biasa, hanya memerlukan latihan untuk merawat diri dan mempunyai kemampuan bergaul dengan orang lain Retardasi mental ememiliki beberapa kasus genetik, diantaranya Mongolisme atau down syndrome yang disebabkan karena kelebihan kromosom. Beberapa diantaranya disebabkan oleh masalah fisiologi, seperti kretinisme yang disebabkan oleh kekurangan thyroid. Sebagian besar lagi disebabkan faktor fisik, seperti kekurangan oksigen sebelum lahir. Banyak diantaranya merupakan kombinasi faktor herediter dengan lingkungan, orang tua yang retarded dan lingkungan yang tidak memberi stimulasi yang memadai. 3. Perbedaan Kepribadian Menurut Atkinson, kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan (Sugihartono,dkk ,2007:46 ). Kepribadian memunculkan cara berpikir dan bertindak yang berbeda pada masing-masing individu. Perbedaan pada aspek kepribadian ini akan tampak pada kualitas total perilaku individu dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan yang unik. Dikarenakan didukung oleh struktur organisasi ciri-ciri jiwa dan raga, yang terbentuk secara dinamis. Ciri-ciri jiwa dan raga tersebut meliputi konstitusi dan kondisi fisik, tampang dan penampilan, kondisi dan proporsi hormon, cairan dalam tubuh, keadaan emosionalnya, aspek kognitif, afektif dan psikomotornya dan lain-lain. Hal tersebut berbeda antara yang satu dengan yang lain serta mempengaruhi kualitas perilaku seseorang. Seperti tampak dalam interaksinya dengan lingkungan dapat berupa karakter, temperament, sikap, stabilitas, emosional,

-

13

tanggung jawab maupun sosiobilitas. Dari keseluruhan indikator kepribadian inilah yang sangat mempengaruhi seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan, baik lingkungan keluaraga, masyarakat ataupun sekolah (Danuri dkk, 1993:53). Ada dua model untuk meninjau perbedaan kepribadian, yaitu model big five oleh Lewis Goldberg dan model Brigg-Myers oleh Issabel Brigg Mayers dan ibunya Khaterine C. Yang pertama adalah model kepribadian big five atau kepribadian lima dimensi, yaitu meliputi: a. Extroversion Orang tipe ini menikmati keberadaanya bersama orang lain, penuh energi, serta mengalami emosi positif. Mereka cenderung antusias dalam kelompok mereka suka berbicara, menegaskan diri mereka sendiri, dan menunjukkan perhatian pada diri sendiri. Sebaliknya, orang introvert cenderung kurang gembira, kurang energi dan aktifitas rendah. Mereka cenderung tenang dan menarik diri dari dunia sosial. b. Agreeableness Orang dengan tipe seperti ini merefleksikan perbedaan individual yang berhubungan dengan kerjasama dan harmoni sosial, dapat bergaul dengan baik, penuh perhatian, bersahabat, dermawan, suka menolong, dan mau menyesuaikan keinginanya dengan orang lain. Mereka memiliki pandangan optimis tentang kemanusiaan. Mereka percaya bahwa pada dasarnya setiap orang itu jujur, sopan dan dapat dipercaya. Mereka dapat mencapai dan menjaga popularitas. Namun mereka kurang pas untuk situasi yang membutuhkan keputusan-keputusan yang objektif. Berbeda dengan individu disagreeable yang menempatkan keingnanya diatas orang lain. Mereka pada umumnya tidak memperhatikan keberadaan orang lain, sehingga tidak mungkin memperluas diri mereka pada orang lain. Kadangkadang keraguan mereka pada orang lain menyebabkan mereka menjadi curiga, tidak bersahabat, serta kurang kooperatif. c. Conscientiousness Berkaitan dengan cara kita mengontrol, mengatur, dan memerintah impuls. Individu yang impulsif dapat dianggap orang lain sebagai orang yang penuh warna, menyenangkan dan jenaka. Mereka menghindari kesalahan dan mencapai kesuksesan tingkat tinggi melalui perencanaan yang penuh tujuan dan gigih, meraka dipandang sebagai orang yang cerdas dan dapat dipercaya. Namun, mereka dapat menjadi orang yang perfeksionis dan pekerja keras yang kompulsif, terlihat kaku dan membosankan. Menurut Enwistle ,siswa seperti ini menggunakan pendekatan strategis yang bagus dalam mengorganisasikan pekerjaan mereka, dapat mengatur waktu serta

14

belajar keras. Mereka juga memiliki tujuan yang jelas dalam belajar, memiliki motivasi intrinsic dan sikap belajar yang baik. Sebaliknya, orang yang unconscientousness dikecam atas sifatnya yang sulit dipercaya, kurang ambisi dan cepat menyerah. d. Neuroticism atau sebaliknya stabilitas emosional Menunjuk pada kecenderungan memiliki emosi negatif. Mereka merespon secara emosional peristiwa-peristiwa yang tidak akan mempengaruhi sebagian besarorang dan reaksi mereka cenderung lebih kuat. Mereka memiliki lebih besar kemungkinan untuk menginterpretasikan situasi biasa sebagai yang mengancam, dan frustasi kecil sebagai kesulita yang tanpa harapan. Neuritiscm berhubungan dengan kekurangan konsentrasi, takut salah dan merasakan belajar sebagai sesuatu yang penuh tekanan. Juga berhubungan dengan kekurangan kemampuan kritis dan masalah-masalah bagaimana sesuatu berhubungan satu sama lain. Hal ini berhubungan daya belajar yang dangkal. Siswa tipe ini berkonsentrasi terhadap apa yang diingatnya tanpa memperhatikan arti atau memahami materi. Mereka hanya mengejar ujian tanpa berminat pada pelajaran itu sendiri (Enswistle dalam Sugihartono). e. Openes to Experience Dideskripsikan sebagai dimensi kepribadian yang membedakan orang kreatif dan imajinatif dengan orang yang sederhana dan konvensional. Orang yang terbuka adalah orang yang secara intelektual selalu ingin tahu, memiliki apresiasi terhadap seni. Siswa dengan pendekatan mendalam ingin menemukan arti yang dalam dari suatu teks. Mereka kritis, logis, dan menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan pengetahuan mereka sebelumnya. Yang kedua adalah model Brigg-Myers (MBTI) oleh Isabel Brigg myers dan ibunya Katharine C. Briggs mengembangkan teori kepribadian berdasarkan teori Karl Jung. Melalui penelitianya, Myers dapatmenyimpulkan bahwa terdapat 4 cara untuk membedakan satu orang dengan yang lain, yang dikenal dengan model Big Four, yaitu meliputi : Extraversion (E) versus Introversion (I) Orang introvert menemukan tenaga di dalam ide, konsep dan abstraksi. Mereka ingin memahami dunia, mereka merupakan pemkir yangreflektif dan kosentrator. Bagi mereka tidak ada kesan tanpa refleksi. Sementara orang ekstrovert menemukan energi dan benda-benda. Mereka memilih berinteraksi dengan orang lain, dan berorientasi pada tindakan. Bagi mereka tidak ada kesan tanpa adanya ekspresi. Siswa yang ekstrovert belajar dengan menjelaskan pada orang lain. Mereka tidak tahu bahwa

15

mereka memahami pelajaran sampai mereka mencoba menjelaskan pada dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka menikmati bekerja dalam kelompok, baik didalam kelas maupun diluar kelas. Sensing (S) versus Intuition (I) Orang sensing berorientasi pada detail, menginginkan fakta, dan mempercayainya. Siswa sensing memilih pelajaran yang terorganisir, linier dan terstruktur. Orang-orang intuitif mencari pola dan hubungan diantara fakta-fakta yang diperoleh. Mereka percaya pada intuisi dan firasat mereka. Siswa intuitif menyukai pendekatan belajar discovery. Siswa intuitif dapat membantu siswa sensing untuk menemukan teori, dan siswa sensing dapat membantu mengidentifikasi dan menyusun fakta-fakta dari sebuah percobaan. Thinking (T) versus Feeling (F) Siswa thinking membuat keputusan dengan mempertimbangkan kriteria objektif dan logika dari situasi. Siswa feeling menghargai harmoni. Mereka memusatkan pada nili-nilai dan kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan pada saat membuat keputusan atau penilaian. Mereka cenderung jago dala persuasi dan memfasilitasi perbedaan diantara anggota kelompok. Siswa thinking menyukai tujuan pelajaran atau topikyang jelas. Siswa feeling menyukai bekerja dalam kelompok. Judging (J) dan Perceptive(P) Orang judging cenderung tegas, penuh rencana dan mengatur diri. Mereka fokus untuk menyelesaikan tugas, hanya ingin mengetahui esensi, dan bertindak cepat. Mereka merencanakan pekerjaan mereka dan mengerjakan rencananya. Sementara orang-orang perceptive selalu ingin tahu, dapat menyesuaikan diri dan spontan. Siswa judging sering menutup terlalu cepat ketika menganalisis kasus. Siswa perceptive sering menunda suatu tugas sampai menit-menit terakhir. Mereka tidak malas namun mereka mencari informasi di saat-saat akhir. 4. Perbedaan Gaya Belajar Belajar merupakan proses internalyang diukur melalui perilaku. Adanya perbedaan kognitif, afektif,maupun psikomotor diantara para siswa mempengaruhi pilihan belajar mereka yang muncul dalam bentuk perbedaan gaya belajar. Gaya belajar dapat menjelaskan perbedaan belajar diantara siswa dalam settingbpembelajaran yang sama. Keefe (1988) menyatakan bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai.siswa pada umumnya akan sulit memproses informasi dalam satu cara yang dirasa tidak nyaman bagi mereka.

16

Menurut Horne (2005) terdapat beberapa model atau pendekatan gaya belajar yang berbeda-beda: a. Modalitas belajar. Modalitas belajar meliputi mata, telinga, taktil, dan kinestetik. b. Belajar dengan otak kiri-otak kanan. Siswa yang dominan otak kanan awalnya mendekati masalah secara acak, dengan pilihan-pilihan visual dan non verbal (menggambar peta). Siswa yang dominan otak kirinya mungkin mempertimbangkan pemrosesan sekuensial, dengan pilihan-pilihan verbal dan logis. c. Belajar sosial. Pilihan-pilihan disini meliputi belajar sendiri, berdua, dengan teman sebaya, bersama kelompok, dengan guru, atau kombinasinya. d. Lingkungan belajar. Pilihan-pilihan individu terhadap suara, dekorasi ruangan belajar, waktu, sinar, kedekatan dengan orang lain, patisipasi aktif atau pasif, formalitas atau informalitas dari lingkungan belajar yang mungkin membantu atau menghambat belajar. e. Emosi belajar. Tipe lingkungan belajar yang berbada, metode pembelajaran atau aktivitas pembelajaran akan mempengaruhi motivasi, ketahanan, atau tanggungjawab untuk belajar. f. Belajar kongkrit dan abstrak. Tipe kongkrit memilih memproses informasi dengan menyentuh, membangun atau memanipulasinya, seperti menghitung uang atau melakukan kegiatan tertentu secara langsung. Pebelajar abstrak memeilih belajar melalui simbo-simbol. g. Belajar global dan analitik. Pebelajar global memilih untuk mengkategorikan secara luas, mengamati secara komprehensif, dan berorientasi pada kelompok. Pebelajar analitk memilih mengkategorikan secara sempit, mengamati secara detail dan terpusat, serta mandiri. h. Multiple intelligence. Model ini menyatakan bahwa setiap orang memiliki setidaknya 8 kecerdasan. Setiap kecerdasan beroperasi dengan kekuatan yang berbeda dari begian otak yang berbeda pula. Delapan kecerdasan tersebut meliputi: linguistic, logis-matematik, spasial, musical, kinestetik, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. Model Felder dan Solomon Felder dan Solomon (2004) mengajukan 4 macam gaya belajar: a. Active and reflective learnars Active learner Cenderung menyimpan

Reflective learner dan Memilih untuk

memikirkannya

17

memahami informasi dengan melakukan sesuatu secara aktif dengan mendiskusikan, mengaplikasikan, atau menjelaskannya padaorang lain coba dulu dan lihat hasilnya adalah kalimat Active learner Lebih menyukai belajar dalam kelompok Mengikuti pelajaran tanpa melakukan sesuatu secara fisik tetapi menulis dengan tekun, tetapi lebih tekun pada Active learner b. Sensing and intuitive learners Sensing learners Cenderung suka mempelajari fakta Memecahkan masslah dengan menggunakan cara-cara yang sudah pasti, tidak menyukai komplikasi serta kejutan. Lebih benci jika dites menggunakan materi-materi yang tidak disajikan di kelas Cenderung suka pada sesuatu yang rinci, memiliki ingatan yang bagus terhadap fakta-fakta, dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di laboratorium Cenderung lebih praktis dan hatihati Tidak menyukai kursus atau peatihan yang tidak berhubungan dengan dunia nyata

terlebih dahulu

mari pikirkan dahulu merupakan respon Reflective learner Menyukai belajar sendiri Mengikuti pelajaran tanpa melakukan sesuatu secara fisik tetapi menulis dengan tekun

Intuitive learners Sering memilih kemungkinan dan hubungan

menemukan hubungan-

Menyukai inovasi dan menyukai penghulangan

tidak

Lebih bagus menemukan konsepkonsep baru, sering lebih nyaman dengan abstraksi dan formulasi matematik Cenderung lebih cepat bekerja serta lebih inovatif Tidak menyukai kursus atau pelatihan yang menekankan pada ingatan perhitungan rutin

c. Visual and verbal learners Visual learners Memiliki ingatan yang

Verbal learners bagus Lebih mudah mengingat kata-kata

18

terhadap apa yang dilihatnya: baik tertulis atau penjelasan lisan gambar, diagram, flow chart, film, dan peragaan d. Sequential and global learners Sequential learners Cenderung memahami melalui langkah-langkah yang linier, setiap langkah mengikuti langkah sebelumnya secara logis

Cenderung mengikuti langkahlangkah logis dalam mencari solusi

Global learners Cenderung belajar melalui lompatan-lompatan besar, menyerap informasi secara acak tanpa melihat hubungannya dan tiba-tiba dapat menemukannya Mungkin mampu memecahkan masalah kompleks dengan cepat atau mengumpulkan sesuatu secara bersama-samadalam suatu cara yang baru, tetapi mungkin mereka akan mengalami kesulitan dalam menjelaskannya

4MAT System Bernice McCarthy (1980) mengidentifikasi 4 macam gaya belajar yang dikenal dengan 4MAT system. Menurut McCarthy, pebelajar membentuk makna melalui sebuah putaran alami, yaitu bergerak dari merasakan ke merefleksikan, berpikir, dan terayhir melakukan. Empat gya belajar tersebut adalah: a. Mengalami (merasakan dan merefleksikan) innovative learrner. b. Mengkonseptualisasikan (merefleksikan dan memikirkan) analytic learner. c. Mengaplikasikan (memikirkan dan melakukan) common sense learner. d. Membentuk (membentuk dan melakukan) dynamic learner. Model Multiple Intelligence Howard Gardner menyatakn bahwa kita semua memiliki babarapa jalan yang berbeda untuk belajar. Gardner menyebut jalan tersebut multiple intelligence. Guru dapat mempertimbangkannya untuk efektifitas belajar siswa. Teori ini mengajukan 8 kecerdasan yang sama intinya, dan masing-masing memiliki implikasi-implikasi dalam gaya belajar seseorang: a. Kecerdasan linguistic verbal (sensitive terhadap kata-kata). b. Kecerdasan logika-maematika (mampu memberikan penjelasan-penjelasan dan mengenali pola atau cara yang digunakan ilmuwan) c. Kecerdasan musikal (sensitif terhadap titi nada, melodi, irama, dan nada dalam suatu komposisi musik atau lagu)

19

d. Kecerdasan visual-spasial (memahami dunia dengan tepat dan mencoba untuk mengubah aspek-aspek dunia seperti seorang pemahat atau pilot pesawat) e. Kecerdasan body-kinestetik (dapat menggunakan anggota tubuh dengan cakap dan dapat menangani objek dengan tangkas, seperti seorang atlet atau penari) f. Kecerdasan interpersonal (memahami orang dan hubungan seperti penjual atau guru) g. Kecerdasan intrapersonal (memiliki akses terhadap kehidupan emosional seseorang sebagai cara untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan pandangan-pandangan yang akurat terhadap dir

20

BAB III KESIMPULAN Perbedaan individual menjelaskan bagaimana orang-orang berbeda dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak. Faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual meliputi faktor bawaan dan faktor lingkungan. Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan genetik oleh orangtua. Sementara, faktor lingkungan tersebut antara lain status sosial ekonomi orangtua, pola asuh orangtua, budaya, dan urutan kelahiran. Faktor Status Sosial Ekonomi Orangtua meliputi tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan orangtua.meskipun tidak mutlak, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap orangtua terhadap pendidikan anak serta tingkat apresiasinya terhadap pendidikan anak. Pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Berkaitan dengan pola asuh ini, terdapat 3 macam pola asuh orangtua, yaitu otoriter, permisif, dan autoritatif. Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai adat istiadat. Dan yang terakhir, walaupun masih banyak terdapat kontroversi , beberapa penelitian membuktikan karakteristik kepribadian seseorang ditentukan salah satunya oleh urutan kelahirannya. Perbedaan yang tampak pada peserta didik antara lain perbedaan jenis kelamin dan gender, perbedaan kemampuan, perbedaan kepribadian, dan perbedaan gaya belajar. A. SARAN Perbedaan yang ada pada setiap peserta didik merupakan hal yang harus dipahami dan dimaklumi oleh para pendidik. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak seharusnya pendidik menganggap semua peserta didik memiliki kemampuan dan daya tangkap yang sama. Perilaku demikian cenderung menyebabkan peserta didik menjadi minder, takut untuk maju atau sekedar menjawab pertanyaan karena takut dibilang bodoh dan takut di cemooh. Pendidik seharusnya melakukan evaluasi kepada para peserta didik, sehingga bagi peserta didik yang memiliki kekurangan di bidang tertentu dapat di bimbing lebih sehingga kekurangannya itu dapat dilengkapi. Demikian pula dengan peserta didik yang memiliki kelebihan di bidang tertentu, kelebihan tersebut dapat ditingkatkan dan diasah serta diarahkan agar menjadi lebih baik lagi.

21

DAFTAR PUSTAKA

Danuri,dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UPP IKIP Yogyakarta Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press