makalah pleno f5.doc

34
Keratitis et causa Corpus Alienum Akibat Kerja F5 Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Pendahuluan Setiap orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan tersebut pun banyak yang memiliki risiko tinggi untuk mencelakakan, membuat penyakit, atau memperberat penyakit para pekerjanya. Hal – hal yang dapat menjadi penyebab tersebut adalah faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, faktor fisiologis / ergonomis, dan faktor mental – psikologis. Setelah itu diperlukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah akibat pekerjaan tersebut agar tidak terjadi kecacatan yang permanen. Oleh karena itu, baiklah dipelajari bagaimana alur untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja tersebut dengan baik. 1

Upload: nardarin

Post on 30-Sep-2015

263 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Keratitis et causa Corpus Alienum Akibat KerjaF5

Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510

Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

PendahuluanSetiap orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan tersebut pun banyak yang memiliki risiko tinggi untuk mencelakakan, membuat penyakit, atau memperberat penyakit para pekerjanya. Hal hal yang dapat menjadi penyebab tersebut adalah faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, faktor fisiologis / ergonomis, dan faktor mental psikologis. Setelah itu diperlukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah akibat pekerjaan tersebut agar tidak terjadi kecacatan yang permanen. Oleh karena itu, baiklah dipelajari bagaimana alur untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja tersebut dengan baik.Dalam hal ini kami akan membahasa mengenai penyakit akibat kerja. Telah diketahui bahwa penyakit akibat kerja terbagi atas penyakit akibat kerja, penyakit yang diperberat akbiat pekerjaan, penyakit yang berhubungan dengan lingkungan kerja, dan penyakit atau pekerjaan menjadi salah satu faktor penyebabAnamnesis

Anamnesis merupakan salah satu petunjuk utama untuk membantu dalam mendiagnosa suatu penyakit. Oleh karena itu, anamnesis harus dilakukan dengan baik dan profesional. Identitas merupakan hal pertama yang harus dipenuhi (diperhatikan umur, jenis kelamin, ras, tempat tinggal, pekerjaannya, pendidikan terakhir, dan status pernikahan), kemudian dilanjutkan dengan memahami keluhan utama pasien, lalu riwayat penyakit pasien (sekarang dan dahulu), riwayat keluarga, riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat sosial keluarga, dan lainnya. 1-31. Menanyakan identitas pasienNama

: Tn. SUmur

: 33 tahunStatus

: menikahAlamat

: Pulo GadungPendidikan: SLTA

Pekerjaan

: tukang las dan gerinda

Sudah 20 tahun bekerja di CV. X

Agama

: Islam

Suku Bangsa: BetawiKeluhan pasien laki - laki yang berumur 33 tahun pada kasus ini adalah mata kanannya merah. 1-3Lalu ditanyakan riwayat penyakit sekarangnya dengan jawaban sebagai berikut:

1. Sejak kapan? Mata merah sejak kemarin pagi setelah menggerinda besi yang baru saja dilas.

2. Apakah kemerahan memburuk? Apakah terasa sakit? Mata semakin merah saat bangun tidur dan menjadi sakit.3. Apakah ada rasa gatal sebelumnya? Tidak

4. Apakah mata berair? Ya kemarin.

5. Apakah bila melihat cahaya terasa silau? Ya.

6. Bagaimana penglihatannya apakah terasa buram / kabur? Sepertinya tidak.

7. Apakah sempat dibersihkan mata? Ya, saat menggerinda terasa ada benda yang masuk dan kemudian dibersihkan dengan air mengalir setelah bekerja, namun tetap terasa ada yang mengganjal.

8. Apakah bapak memakai APD (kacamata)? Ya saya memakai kacamata hitam namun hanya pada saat mengelas, saat menggerinda saya tidak pakai.

9. Apakah bapak ada mengucek mata? Tidak.

10. Apakah ada demam, batuk, pilek, atau keluhan lainnya pak? Tidak ada.

Riwayat penyakit dahulu:

1. Apakah pernah seperti ini juga pak sebelumnya? Ya, pernah 3 kali seperti ini, saat September 2010, November 2011, dan Januari 2013.2. Saat itu bagaimana pengobatannya dan hasilnya? Saat itu saya diberi obat tetes dan salep di poliklinik lalu sembuh dengan baik.

3. Apakah ada riwayat alergi, asma, darah tinggi, kencing manis? Tidak ada.

Riwayat penyakit keluarga:

1. Apakah di keluarga ada juga yang menderita hal serupa? Tidak.2. Apakah ada riwayat alergi di keluarga? Tidak.

Riwayat penyakit sosial:

1. Apakah teman teman juga ada yang menderita hal yang sama? Tidak.

2. Apakah teman - teman sepekerjaan menggunakan kacamata saat mengelas dan menggerinda? Ya, mereka semua pakai.

3. Berapa lama bekerja dalam sehari dan seminggu? Tidak lebih dari 8 jam per hari dan tidak lebih dari 40 jam per minggu.

4. Selain di tempat kerja, apakah ada pekerjaan lainnya atau hobi yang menggunakan bahan bahan berisiko terpapar ke mata? Tidak bekerja lagi selain mengelas dan menggerinda di pabrik.5. Apakah di sekitar rumah ada yang berisiko paparan dengan pekerjaan kasar, misalnya ada rekonstruksi rumah di sekitar rumah sehingga banyak debu debu bangunan di sekitar rumah.

Riwayat pada saat dalam kandungan dan saat kelahiran dapat ditanyakan juga untuk mengetahui gangguan yang akan berpengaruh pada sistem syaraf dan perilaku.Setelah anamnesa mencukupi, maka pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. 1-3Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik dilakukan untuk memperkuat penegakkan diagnosa. Lakukan pengamatan keadaan umum, pemeriksaan kesadaran, dan tanda tanda vital terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan status lokalis (mata) dan dihubungkan dengan keluhan pasien. 1-3 Keadaan Umum: Baik Kesadaran : Compos Mentis TTV

: Suhu afebris, tekanan darah 120 / 80 mmHg, denyut nadi 78 kali /

menit, RR 18 x / menit. Mata Inspeksi

1. Inspeski kelopak mata, bulu mata, apartus lakrimal

Pertama mulai dari bagian luar mata lebih dahulu yaitu pada kelopak mata apakah ada tanda-tanda kelainan, juga pada bulu mata apakah terdistribusi di sepanjang kelopak , apartus lakrimal apakah mengalami penbengkakan, inflamasi, dan air mata berlebihan.4

2. Inspeksi konjugtiva

Periksa konjungtiva jika dicurigai terdapat benda asing atau nyeri pada kelopak mata dengan cara menarik perlahan bulu mata tengah ke depan dan ke atas dengan ibu jari dan telunjuk. Dengan memegang bulu mata, tekan tepi tarsal dengan lidi kapas untuk membalikkan bulu mata keluar. 43. Inspeksi kornea, ruang anterior, dan iris

Apakah di kornea terdapat luka , ulserasi dengan mengarahkan cahaya senter ke pasien. Normalnya kornea dan ruang anterior jernih dan iris tampak datar jika dipandang dari samping.44. Inspeksi pupil

Bagaiman bentuk , ukuran, reaksi terhadap cahaya dan akomodasi pada pupil.4 Palpasi mata

Dengan cara menekan perlahan apakah ada nyeri tekan dan pembengkakan pada kelopak mata dengan mnempatkan kedua ujung jari di kelopak mata di atas sclera dan pasien melihat ke bawah. Kemudian palpasi kantong lakrimal untuk melihat adanya sumbatan dalam duktus nasolakrimal.4 Tes Ketajaman Penglihatan

Untuk menilai kekuatan resolusi mata dengan menggunakan kartu Snellen, ynag terdiri daro barus-baris huruf yang semakin kecil. Visus normal jika menunjukkan pada 6/6. Bila tida bias membaca dengan kartu maka dilakukan penghitungan jari dengan penialian 6/60. Jika sampai 1 meter pasien tidak dapat membaca maka dilakukan tes dengan lambaian tangan pada jarak 1 meter dengan penilaian 1/300. Jika tetap tidak bias maka dengan menggunakan pen light dengan penialian visus 1/~.5 Tes Lapang Pandang

Dengan menggunakan uji konfrontasi, yaitu satu mata pasien ditutup dengan pemeriksa duduk disebrangnya menutup mata pada sisi yang sama dan pergerakkan dimulai dari perifer ke pusat.5Hasil data pasien:

:

1. Terdapat corpus alienum logam di medial kornea OD, karat? Sisanya jernih?

2. Konjunctiva hiperemi3. Injeksi siliar?

4. Coa dalam

5. Pupil refleks +, diameter dalam batas normal

6. Vitreous jernih

7. Retina normal

8. Tekanan bola mata normal9. Visus ODS 6/7,5

10. Lapang pandang normal

11. Gerakan bola mata normal

Hidung, mulut, telinga, leher, thorax (termasuk paru paru dan jantung), abdomen dan organ di dalamnya, ekstremitas atas dan bawah, tulang belakang dan dinding badan bagian belakang, semua dalam batas normal.Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:6-81. Lampu celah (slit-lamp)Dapat mengetahui secara detail kelainan-kelainan pada adneksa mata, kornea, bilik mata depan, iris, lensa, dan badan kaca bagian depan. Dengan menggunakan alat tambahan three mirror goniolens dapat dilihat lebih detail sudut bilik mata depan, papil saraf mata, makula, retina samapai retina perifer. Dengan alat khusus dapat dilakukan tonometri aplanasi.2. Oftalmoskopuntuk melihat kelainan pada jaringan intraokular.3. UltrasonografiPemeriksaan USG ditujukan untuk mengetahui adanya kekeruhan pada segmen posterior bola mata, dan dapat diketahui tingkat kepadatan kekeruhannya. Pemeriksaan USG dilakukan pada keadaan dimana oftalmoskopi tidak dapat dilakukan oleh adanya kekeruhan kornea, bilik mata depan, lensa, karena berbagai sebab atau perdarahan di dalam bilik mata depan (hifema penuh).4. Pemeriksaan foto x-rayDilakukan untuk mengetahui adanya benda asing radio-opaque di dalam bola mata pada trauma tembus okuli yang disertai hifema penuh atau kekeruhan media.5. Pemeriksaan menggunakan alat metal-locatorDigunakan untuk menentukan letak benda asing yang bersifat logam di dalam bola mata pada trauma tembus okuli yang disertai kekeruhan media akibat perdarahan.6. Tes fluoresein.Pada ulkus kornea,didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea. ( warna hijau menunjukkan daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru menunjukkan daerah yang intak) atau akan memperlihatkan gambaran nonlinear irregular yang mengambil warna. Pewarnaan gram dan KOH. Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur. Kultur. Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa kasus. Pada pemeriksaan slit-lamp terdapat juga tanda-tanda iritis, seperti miosis, sel dan flare atau hipopion jika terjadi ulkus kornea terjadi.

Selain itu, kunjungan ke tempat pasien bekerja sangatlah penting, karena pengamatan terhadap lingkungan kerja akan membantu dalam mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan yang baik, bahkan pencegahan yang diberikanpun dapat menjadi efektif. 4-8Working Diagnosis

Keratitis superfisialis OD ec corpus alienum gram.

Gambar 1. Corpus Alienum ec Gram(http://www.rootatlas.com)Anamnesis dan gejala klinis didapatkan:6-91. Subyektif: Penderita mengeluh adanya benda asing yang masuk ke mata, berair, nyeri dan silau2. Obyektif :

- Pelebaran pembuluh darah perikornea.

-Adanya gram ( benda asing logam )

-Tes fluoresin (+)

-Visus menurun atau normalCara pemeriksaan: 6-9Anestesi local dengan pantocain tetes 1 % untuk mengurangi blefarospasme.

Tes fluoresin yaitu tes untuk mengetahui hilangnya epitel kornea

Kertas fluoresin di beri satu tetes cairan fisiologis yang kemudian di tempelkan pada fornik inferior, dan penderita menutup dan membuka mata untuk meratakan cairan fluoresin di permukaan kornea.

Tes fluoresin (+), berarti ada sebagian epitel kornea yang hilang yang di tandai dengan perubahan warna fluoresin dari oranye menjadi hijau pada defek tersebut.

Pemeriksaan benda asing di lakukan dengan :

-lampu senter dan loupe

-slit lamp biomiocroscope

Benda asing kornea adalah benda asing yang terdapat pada kornea yang dapat terdiri atas satu atau beberapa buah. Benda asing yang terdapat pada kornea dapat berasal dari gurinda atau pecahan besi yang diketuk dengan martil. Sering saat datangnya benda tersebut tidak disadari atau tidak diduga oleh penderita, sehingga tidak segera memberikan keluhan atau meminta pertolongan. Keadaan ini dapat berlanjut dengan terbentuknya karat di sekitar logam yang tertanam pada bola mata.

Terdapatnya rasa pedas dan sakit pada mata merupakan gejala dini benda asing pada kornea. Keluhan ini mungkin terjadi akibat sudah terdapatnya keratitis atau tukak pada mata tersebut. Perasaan sakit ini disertai dengan keluarnya air mata yang banyak (epifora). Di sekitar limbus terlihat pelebaran pembuluh darah perikorneal atau apa yang disebut suatu injeksi siliar. Pada kornea terlihat adanya benda asing. Terjadi miosis pupil akibat refleks perasaan sakit pada kornea.

Komplikasi pada defek epitel dengan benda asing kornea mudah terjadi infeksi oleh pseudomonas ataupun virus. Selain daripada infeksi sekunder pada bekas benda asing ini dapat terjadi jaringan parut yang akan mengganggu penglihatan atau sukarnya tertutup epitel kornea sehingga terjadi erosi rekuren.6Differential Diagnosis

Keratitis superfisialis OD ec corpus alienum debu. Perbedaan hanya pada benda asing yang berada pada kornea mata. Pada benda berupa logam lebih berbahaya dikarenakan sifat logam yang dapat berkarat dan berubah sifat kimianya sehingga merusak kornea lebih lanjut dan lebih mudah menyebabkan fibrosis. Namun, debu merupakan benda yang lebih kotor, sehingga kemungkinan infeksi lebih besar.7-9Pajanan Yang Dialami

Dalam ruang, tempat kerja, atau di perjalanan menuju / pulang dari tempat kerja biasanya terdapat faktor faktor yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja sebagai berikut:111. Faktor fisis, seperti:a. Suara yang dapat mengakibatkan tuli akibat kerja.

b. Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah dapat mengakibatkan katarak (cataract) kepada lensa mata, sedangkan sinar ultraviolet menjadi sebab konjungtivitis fotoelektrika (conjunctivitis photoelectrica).

c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke (pukulan panas), kejang panas (heat cramps) atau hiperpireksia (hyperpyrexia), sedangkan suhu terlalu rendah antara lain menimbulkan frostbite.

d. Tekanan udara tinggi menyebabkan kaison (caisson disease).

e. Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.2. Faktor kimiawi, yaitu antara lain:

a. Debu yang menyebabkan pneumokoniosis (pneumoconiosis), di antaranya silikosis, asbestosis, dan lainnya. Debu juga dapat menempel pada kornea mata dan menyebabkan keratitis dan konjunctivitis. Risiko infeksi pada pajanan debu yang kotor cukup tinggi sehingga perlu penatalaksanaan yang dini dan tepat.b. Uap yang di antaranya menyebabkan demam uap logam (metal fume fever), dermatosis (penyakit kulit) akibat kerja, atau keracunan oleh zat toksis uap formaldehida.

c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S, dan lainnya.

d. Larutan zat kimia yang misalnya menyebabkan iritasi kepada kulit.

e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur dan lainnya yang menimbulkan keracunan.

3. Faktor biologis, misalnya bibit penyakit antraks atau brusella yang menyebabkan penyakit akibat kerja pada pekerja penyamak kulit.4. Faktor fisiologis / ergonomis, yaitu antara lain kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain lain yang kesemuannya menimbulkan kelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan lambat laun dapat terjadi perubahan fisik tubuh pekerja atau kecacatan.

5. Faktor mental psikologis yang terlihat misalnya pada hubungan kerja atau hubungan industrial yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya depresi atau penyakit psikosomatis.

Pada kasus, pajanan selama perjalanan yang potensial membahayakan (dengan gangguan kesehatan yang memungkinkan adalah iritasi kulit, gangguan pernafasan, gangguan suhu seperti heat cramps dan heat stroke, low back pain, gangguan pendengaran, penurunan daya tahan tubuh, stress, dan lainnya, hingga kecelakaan): 111. Fisik: debu, cahaya matahari yang menyilaukan mata, panas, kebisingan kendaraan dan lingkungan sekitar (pabrik atau pembuatan jalan), getaran pada motor atau pada kendaraan umum, radiasi dari sinar UV.

2. Kimia: asap kendaraan yang terutama mengganggu saluran nafas dan mata

3. Biologi: bakteri, virus, jamur, parasit, gigitan serangga dan binatang ada dimana mana.

4. Ergonomis: posisi tubuh yang terus menerus membungkuk dan tangan yang statis saat di motor akan membuat tubuh terasa lelah. Begitu juga bila menggunakan mobil atau kendaraan umum yang apabila macet akan lebih menyesengsarakan.

5. Psikososial: kepergian dengan kondisi macet akan membuat kondisi stress. Apalagi bila menggunakan motor dengan kondisi yang panas dan penuh debu dan asap kendaraan. Bila menggunakan mobil, macet yang lebih tak bisa dihindarkan akan lebih menyengsarakan. Namun kepergian yang tidak sendiri membuat kondisi psikis lebih baik karena adanya teman mengobrol akan membuat waktu selama perjalanan tidak terasa.

Pada saat pengelasan dan menggerinda, bahaya potensial yang dapat terjadi kurang lebih sama. Bahaya potensial yang dapat menyebabkan trauma pada tubuh, luka bakar, gangguan pendengaran, gangguan akibat panas (heat fatique, heat rash, heat cramps, heat stroke, hiperpirexia, syncope), gangguan mata, ISPA akibat uap metal yang terhirup, gangguan ergonomis, penurunan sistem imun, dan gangguan psikologis adalah: 111. Fisik: panas, cahaya dari percikan api yang menyilaukan mata, getaran pada pengelasan, kebisingan, dan radiasi baik dari sinar matahari maupun dari pengelasan.2. Kimia: uap metal yang muncul akibat pengelasan (fume).

3. Biologi: bakteri, virus, jamur, parasit, gigitan serangga dan binatang ada dimana mana.

4. Ergonomis: posisi bekerja yang menunduk dan statis akan membuat tubuh cepat terasa lelah dan memunculkan penyakit tulang dan otot.

5. Psikososial: adanya target pekerjaan, stress lingkungan pekerjaan yang kurang menguntungkan, kurangnya sosialisasi dengan pekerja lainnya, dan mendapat teguran dari atasan akan membuat tubuh lebih cepat terasa lelah.

Hubungan Antara Pajanan dengan Penyakit

Fisika:111. Bising Bising adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki. Kualitas bising ditentukan oleh : frekuensi bunyi(Hz) dan Intensitas bunyi(db). Dengan NAB(Nilai Ambang Batas) : 85 dbA per 8 jam/hari.

Dampak kesehatan yang terlihat : kerusakan auditorik dan non-auditorik. Kerusakan auditorik : trauma akustik, ketulian sementara(Temporary Threshold Shift), dan Ketulian menetap(Permanen Temporary Shift dan akan menjadi NIHL apabila dibiarkan dan tidak ada upaya pencegahan/preventif.8 Kerusakan non-auditorik : gangguan komunikasi, gangguan fisiologis dan juga gangguan perilaku. Untuk gangguan perilaku akan timbul paranoid dan depresi.2. Suhu (dalam hal ini panas)

Terdapat mekanisme control yang terlihat yakni : evaporasi, konveksi, radiasi dan juga vasodilatasi. Lalu dapat menciptakan tekanan panas yakni kombinasi dari suhu udara, radiasi, kelembaban dan pergerakan udara.

Satuan : Indeks suhu basah dan bola(ISBB).

Apabila tekanan panas secara terus-menerus terpajan maka akan mempengaruhi kesehatan pekerjanya , antara lain : heat fatique, heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion dan heat stroke. Pekerjaan mengelas sendiri dapat menghasilkan panas hingga 150oC 250oC.3. Getaran / Vibrasi

Suatu fenomena dimana terjadi peningkatan dan penurunan dimensi terhadap suatu nilai dasar secara berulang-ulang sesuai waktu. Dimana dimensinya adalah jarak, kecepatan dan akselerasi.

Unit akselerasi : m/s2. Dengan NAB : 4 m/s2.

Sumber vibrasi : segmental dan juga seluruh tubuh(kendaraan forcliff)

Efek getaran terhadap tubuh : Motion sickness, penglihatan kabur, kelelahan dan ketidaknyamanan dan Hand-Arm Vibaration(HAV) yang dimana memiliki beberapa gangguan. Gangguan pada sirkulasi darah berupa Vibration induced White Finger(VWF) yang dimana gejalanya seperti Raynuad;s syndrome : blanching, numbness, tingling dan Cyanosis.4. Pencahayaan Faktor penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik dimana nantinya akan menimbulkan suasana nyaman dan tentunya meningkatkan produktivitas pekerja.

Ada 2 jenis faktor yang mempengaruhi pencahayaan, yakni : Intensitas cahaya(luks) dan juga tingkat kesilauan(brightness)

Dan juga terdapat 2 kategori cahaya yang menyilaukan, yakni : Discomfort glare(sudah menimbulkan rasa yang tidak nyaman tapi belum menimbulkan keluhan organ) dan juga Disability glare(sudah menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan juga keluhan organ sudah timbul).5. Radiasi elektromagnetik

Radiasi sinar ultraviolet, sumber : sinar UV, las. Dapat menimbulkan penyakit kulit yakni iritasi kulit dan mata. Terdapat upaya pencegahan yakni dengan menggunakan kacamata kobal saat las.

Radiasi sinar infra merah, sumber : peleburan baja, peleburan gelas, dan bara logam. Tentunya dapat meningkatkan beban panas tubuh. Dan juga mempunyai efek terhadap mata yaitu katarak.

Radiasi gelombang mikro, dapat mengakibatkan penyakit : konjunctivitis, gangguan sistem saraf, dan gangguan reproduksi.

Radiasi pengion dan partikel berenergi tinggi, efek radiasi berupa : efek stokastik dan non-stokastik. Memiliki efek akut : eritem, depresi sumsum tulang, penurunan fertilitas sementara/permanen. Efek kronis : kemandulan, kanker, cacat congenital dan juga katarak.6. Debu, percikan api, dan gram (besi) Debu yang dapat menempel pada mata dapat ditemukan dimana mana, baik dalam perjalanan maupun saat bekerja terutama di ruang terbuka. Sedangkan gram dapat menempel pada mata pada saat sedang bekerja, seperti menggerinda. Risiko terpercik pecahan logam sangatlah besar, namun pekerjaan menggerinda tetaplah relatif aman bila pada prosesnya menggunakan pelindung. Demikian juga dengan percikan api, APD sangat melindungi sang pekerja. Benda asing yang ada akan menyebabkan infeksi dan kerusakan pada kornea. Pada gram, karat sekitarnya dapat sangat mengganggu kualitas kornea.Kimia Metal fume fever adalah penyakit yang disebabkan oleh uap metal tertentu, seperti zinc oxide, magnesium oxide, dan cadmium. Penyakit ini biasanya muncul karena bekerja dengan pemanasan logam. Gejalanya tidak spesifik, seperti flu like syndrome, yaitu demam, menggigil, mual, fatigue, sakit kepala, myalgia, atralgia,, sesak nafas, batuk, dan nyeri dada.11Biologi Pajanan biologi adalah bahan biologi yang ada di sekitar manusia, dalam bentuk mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, parasit), tumbuhan (debu organik), dan binatang. Pajanan biologi di tempat kerja sering tidak dapat dihindari. Harus dapat dibedakan : penyakit akibat pajanan biologi di tempat kerja atau yang biasa terjadi di masyarakat luas.

Penggolongan pajanan biologi :111. Pajanan biologi akibat kerja

Pajanan yang dialami akibat bekerja langsung dengan bahan biologi atau merupakan hasil langsung dari proses kerja yang dilakukan pekerja.

2. Pajanan biologi lingkungan kerja

Pajanan yang dialami akibat tercemarnya lingkungan kerja, dan merupakan akibat tidak langsung akibat proses kerja, seperti higiene dan pemeliharaan tempat kerja yang kurang baik.

3. Pajanan biologis alamiah / bukan akibat kerjaPajanan biologi yang secara alamiah berada di wilayah lingkungan tempat kerja, yang banyak menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat di tempat tersebut, seperti malaria, demam berdarah.Ergonomi Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.11-12 Kelelahan fisik

Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup. Kelelahan yang patologis

Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.

Psikologis dan emotional fatique

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :

Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising

Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor Tempo kegiatan tidak harus terus menerus

Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.

Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja

Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya Pekerja remaja

Wanita hamil dan menyusui

Pekerja yang telah berumur

Pekerja shift

Migrant Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.Psikososial Psikologi sosialadalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para

ahli dalam bidanginterdisiplinerini pada umumnya adalah para ahli psikologi atau sosiologi, walaupun semua ahli psikologi sosial menggunakan baikindividumaupunkelompoksebagaiunit analisismereka.

Psikologi sosial sempat dianggap tidak memiliki peranan penting, tapi kini hal itu mulai berubah. Dalam psikologi modern, psikologi sosial mendapat posisi yang penting. psikologi sosial telah memberikan pencerahan bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat kita. Melalui berbagai penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan secara sistematis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan situasi, permasalahan, dan budaya.11Jumlah Pajanan

Pasien bekerja selama delapan jam per hari bergantian antara mengelas dan menggerinda dan tidak lebih dari 40 jam per minggu. Jumlah pajanan tidak besar, namun karena pasien bekerja tanpa menggunakan kacamata maka risikonya menjadi sangat berarti. Jumlah pajanan atau faktor penyebab dari pekerjaan Tn. S cukup tinggi untuk terjadinya kecelakaan kerja pada matanya.Faktor Individu

Pasien tidak memiliki riwayat alergi, namun perilaku pasien yang tidak taat terhadap prosedur standar yang berlaku mempengaruhi risiko mengalami penyakit dan kecelakaan kerja. Riwayat pasien telah tiga kali mengalami hal yang sama namun tetap tidak menggunakan APD, menunjukkan perilaku pasien yang buruk. Pasien mengaku agar produktivitas dapat berjalan lebih cepat, karena APD terasa tidak nyaman. Namun, teman temannya semua menggunakan APD, artinya hal yang harus diubah adalah perilaku pasien. Menggerinda merupakan pekerjaan yang cukup aman dan sangat membantu bila pemakainya benar dalam memprosesnya. Pasien tidak memiliki pekerjaan lain selain di tempat kerjanya. Artinya sangat mungkin pasien menderita penyakit akibat kerja.

Faktor Lain di Luar Pekerjaan

Pasien tidak memiliki pekerjaan ataupun hobi di luar pekerjaannya, sehingga kepastian bahwa penyakit yang diderita pasien adalah akibat dari pekerjaannya. Pasien juga mengaku bahwa merasa terpercik ketika sedang menggerinda. Dengan ditemukannya gram pada kornea mata kanannya maka diagnosis okupasi dapat ditegakkan. Tempat sekitar pasien juga tidak ada pembangunan ataupun pekerjaan yang menyebarkan material material yang mengganggu.Diagnosis Okupasi

Menurut ketentuan perundang undangan yang berlaku, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui (Pasal 1, Undang Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja).

Pada kasus ini, diagnosis okupasi adalah keratitis superfisialis OD ec corpus alienum gram ec kecelakaan kerja.Diagnosis ini dapat ditegakkan dengan anamnesis yang teliti dan tepat, pemeriksaan status lokalis pada mata, pemeriksaan penunjang terutama slit lamp dan tes fluoresensi, dan bila dapat, dilakukan pemeriksaan tempat kerja.Penatalaksanaan Medika Mentosa

Seperti untuk semua penyakit pada umumnya, maka terapi penyakit akibat kerja harus ditujukan kepada penyebab penyakit, jadi berarti terapi kausal, dan disertai terapi simtomatis seperlunya. Atas dasar prinsip demikian biasanya terapi berhasil dengan baik.Pada kasus, maka penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. Berikan anastesia topikal, dapat berupa pantokain tetes mata 0,5 % - 2% tiap menit selama 5 menit. Lalu kelopak mata atas dan bawah dibuka dengan spekulum untuk mencari benda asing. Pengeluaran benda asing ini dapat digunakan kapas yang digosok di atasnya atau ujung jarum suntik tumpul atau tajam no. 25 gauge, atau dapat pula dengan spatula / cataract knife. Cincin karat di sekitar benda asing dikeluarkan untuk mencegah reaksi radang pada karat logam. Mengeluarkan karat logam kadang - kadang sukar sehingga untuk mengeluarkannya perlu dilakukan di depan slitlamp. Bila mungkin benda asing pada kornea dikeluarkan seluruhnya pada satu tindakan.Diberi juga siklopegik topikal (atropin 1% tetes) untuk mengurangi rasa sakit dan menghilangkan gejala siklitis yang dapat terjadi.

Antibiotika spektrum luas dalam bentuk tetes atau salep diberikan untuk mencegah infeksi sekunder sebanyak tiga kali sehari. Bebat tekan diberikan selama 8 48 jam untuk mempercepat pertumbuhan epitel. Bebat tekan juga akan mengurangkan rasa sakit karena defek epitel tidak terganggu akibat kedipan.

Hati hati dalam memberi steroid karena dapat terjadi infeksi sekunder dan sangat berbahaya bila terdapat virus herpes simpleks. Obat anastesi lokal harus diberikan dengan berhati hati karena dapat mengakibatkan keratitis dan adiksi terhadap obat ini. Untuk menghilangkan rasa sakit dapat diberi kodein, aspirin, dan obat analgetika lainnya.

Pendekatan lain yang dapat dipandang sebagai terapi kausal adalah mengendalikan faktor penyebab penyakit yang ada dalam pekerjaan dan lingkungan kerja sehingga potensi bahaya dibuat menjadi sekecil mungkin.6,13 Non Medika MentosaPekerja diberikan edukasi terhadap hygiene dalam melakukan pekerjaannya dan penyuluhan mengenai alat pelindung diri serta cara penggunaanya.4

Gambar 2. Alat Pelindung DiriPreventif Pencegahan terhadap penyakit akibat kerja seawal mungkin adalah kebijakan paling utama. Sebagaimana pencegahan terhadap kecelakaan kerja, maka bagi pencegahan penyakit akibat kerja diperlukan peraturan perundang undangan, standardisasi, pengawasan, penelitian, pendidikan, pelatihan, penyuluhan, pelaksanaan asuransi, dan upaya di tempat kerja terutama di perusahaan pada semua sektor kehidupan. Pencegahan mempunyai dua aspek yaitu administratif dan teknis. Administratif dalam arti kebijakan khususnya aspek manajerial dan teknis yaitu penerapan secara nyata di lapangan pada tenaga kerja, pekerjaan, dan lingkungan kerja. Secara teknis aktivitas pencegahan adalah pengenalan risiko evaluasi, dan upaya pengendaliannya; pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pra penempatan, berkala dan khusus; substitusi bahan dengan yang kurang pengaruh negatifnya kepada tenaga kerja; isolasi opertasi atau proses produksi yang berbahaya; dan pemakaian alat proteksi diri.

Bila diurutkan berdasarkan 5 levels of prevention, maka pencegahan pada penyakit akibat kerja pada pasien tersebut adalah sebagai berikut.Pencegahan primer yaitu health promotion dan spesific protection, dimana pada kasus ini kita dapat memberikan penyuluhan kepada para pekerja mengenai tindakan yang sesuai prosedur, untuk patuh terhadap aturan dan medical check up, kendalikan diri untuk tidak emosi dan termotivasi baik untuk bekerja, terlatih dengan baik, dan istirahat serta gizi yang cukup. Sosialisasi pekerja juga sangat mempengaruhi produktivitas dari pekerja, oleh karena itu secara biopsikososial haruslah baik. Lakukan promosi kepada manager untuk memperbaiki managemen, peralatan, bahan, dan lingkungan kerja dengan baik. Spesifik protection sangat mempengaruhi keamanan pekerja, karena dengan adanya alat pelindung diri yang telah disarankan, maka tingkat kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat ditekan dengan baik apabila dipatuhi. Berikut adalah bagaimana cara mengoperasikan alat gerinda yang baik.

Gerinda tangan adalah salah satu alat yang paling sering digunakan dalam proses produksi metalworking. Mesin gerinda tangan akan sangat bermanfaat bila digunakan sesuai dengan prosedur yang aman. Bila cara aman menggunakannya tidak dipenuhi, risiko yang akan muncul sangat besar karena alat ini menggunakan prinsip putaran mesin yang tinggi. Nah, untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja saat mengoperasikan mesin gerinda tangan, ada baiknya mengikuti standar prosedur pemakaian mesin gerinda tangan.

Sebelum menggunakan mesin gerinda tangan, pakailah perlengkapan pengaman pribadi. Hampir semua cedera akibat kecelakaan penggunaan mesin gerinda tangan adalah mengenai kepala. Karena itu gunakanlah pelindung kepala yang full-face dan transparan untuk meminimalisir risiko cedera parah. Usahakan sebaiknya rambut tidak panjang, bila memang panjang, ikat kebelakan dan dimasukkan ke dalam topi.Pakai alat penutup telinga untuk mengurangi suara bising saat pengerjaan menggunakan mesin gerinda tangan. Usahakan menggunakan alat penutup telinga yang sudah terstandarisasi secara teknis dan medis untuk mengurangi suara bising yang dapat didengar telinga manusia.Pakai sepatu pengaman saat proses grinding berlangsung. Sepatu yang dipakai adalah sepatu yang tidak mudah terbakar dan pada bagian jemari kaki dilindungi oleh lapisan sepatu yang lebih kuat.Kenakan pakaian operator yang benar. Pakaian yang digunakan adalah pakaian yang cukup tebal dan menutupi semua bagian tubuh. Hindari pakaian yang longgar karena dapat mengakibatkan baru gerinda yang lepas atau pecah masuk ke dalam kolong baju.Gunakan sarung tangan yang menutupi semua bagian tangan. Pastikan sarung tangan yang dipakai nyaman dan Anda tetap dapat dengan cepat menyentuh tombol OFF disaat yang diperlukan.Selain persiapan pengamanan pribadi, hal yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan mesin itu sendiri. Pastikanjack cableterpasang dengan sempurna pada stop kontak. Bila menggunakan terminal stop kontak pakailah stop kontak dengan dudukan berbentuk lingkaran pada masing-masing stop kontaknya.Sama seperti alat listrik lainnya, mesin gerinda juga berisiko mengalami korsleting bila arus listrik mengalir dengan tidak sempurna.Sesuaikan batu gerinda yang akan dipakai. Penggunaan batu gerinda yang salah juga dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin. Dan bukan hanya mesin rusak, risiko cedera juga akan meningkat.Batu gerinda yang digunakan juga harus dalam kondisi baik atau prima. Periksa kondisi gerinda harus dalam bentuk yang simetris. Bila batu gerinda asimetris akan mengakibatkan pecah pada putaran tinggi.Perhatikan posisi kabel saat mengerjakan proses menggerinda. Karena bila tidak bisa mengakibatkan kabel terpotong dan mengalami korsleting sehingga akan menghambat pekerjaan Anda.Saat proses menggerinda, posisikan badan dengan nyaman dan aman. Selalu gunakan kedua tangan untuk memegang mesin.Jangan menekan mesin terlalu keras ke benda kerja, karena akan mengakibatkan mesin bekerja dengan berat. Biasanya ini dikarenakan batu gerinda yang tidak tajam. Dengan begitu daya listrik yang dipakai akan lebih besar. Ini akan menjadi sebuah kerugian bagi Anda sebagai pengusaha.Gunakanlahbatu gerinda yang tajam, berkualitas prima dan anti selip. Maka proses pengerjaan akan menjadi lebih efisien, hemat listrik, dan hemat waktu.Perhatikan jarak aman material yang digerinda dengan tanah. Jadi saat material dipotong tidak jatuh terlalu tinggi dari posisi pemotongan yang dapat mengakibatkan cedera kaki.Arahkan percikan api dengan benar dan jauh dari orang di sekitar Anda. Beberapa material mungkin tidak menghasilkan percikan api saat proses menggerinda, namun sisa potongan kecilnya tetap berbahaya karena panas dan dapat mencederai orang disekitar Anda. Setiap mesin gerinda pasti terdapat petunjuk arah berupa tanda panah yang menunjukkan kemana arah buang percikan api.Jangan ambil risiko menggunakan batu gerinda yang asal murah. Perhatikan kualitasnya, karena ini sangat berpengaruh terhadap hasil kerja dan efisiensi waktu dan daya. Benda asing yang menempel pada mata selama aktivitas sehari hari akan sulit untuk dihindari atau diantisipasi. Beberapa pekerjaan yang berisiko terpercik benda asing seperti menggerinda diperlukan kacamata pelindung ketika sedang bekerja.

Terdapat beberapa metoda pengamanan umum yang dilakukan terhadap pekerjaan dari seorang Tukang Las, tetapi untuk keamanan diri secara standard adalah penggunaanPersonal Protective EquipmentStandar yang mudah dioperasikan yang terdiri atas:11,141. Helm dengan filter cahaya

2. Topi

3. Kacamata (Google)

4. Baju keselamatan

5. Celemek

6. Sarung tangan

7. Sepatu dengan cap baja

8. Proteksi pendengaran

Memindahkan pekerja ke bagian lain berguna bila pekerja masih tidak mematuhi peraturan yang berlaku.

Pencegahan sekunder adalah early diagnosis and prompt treatment. Medical check up setiap beberapa bulan sangat diperlukan selain pada saat pencarian pekerjaan diperiksa secara lengkap fisik pasien yang mendukung untuk pekerjaan tersebut. Pekerja juga awalnya telah diberi penyuluhan bahwa tindakan kecelakaan kerja apapun sangat dianjurkan untuk diperiksakan ke dokter agar segera ditangani lebih dini dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.

Pencegahan tersier adalah disability limitation dan rehabilitation. Apabila penyakit telah berlanjut maka dengan pengobatan yang baik diharapkan tidak terjadi infeksi sekunder yang menyebabkan fibrosis pada mata yang menyebabkan penurunan visus. Diharapkan juga tidak berlanjut pada endophthalmitis yang akan menyebabkan sepsis dan berakibat pada kematian.Apabila telah terjadi penurunan visus maka dapat diberikan kacamata, atau bila sudah terjadi kebutaan dapat dilatih membaca huruf braille, berjalan, dan kegiatan sehari hari bahkan bekerja pada bidang yang dapat ditekuninya.11,13Prognosis

Apabila benda asing telah dikeluarkan dari mata, maka mata akan terasa membaik dalam waktu satu hingga dua jam. Rasa sakit, kemerahan, dan robekan akan berkurang. Sensasi iritasi dan perasaan tidak nyaman pada mata dapat menetap hingga satu sampai dua hari ke depan.

Sel pada kornea akan menyembuh dengan cepat. Abrasi kornea yang diakibatkan benda asing biasanya akan sembuh dalam waktu satu hingga tiga hari tanpa infeksi. Bagaimanapun, infeksi akan lebih sering bila benda asing adalah partikel yang kotor, ranting, atau objek lain yang mengandung tanah.7-9Kesimpulan

Setiap pekerjaan yang dilakukan memiliki risiko, baik risiko dengan tingkat kecacatan rendah hingga tinggi. Namun, setiap risiko tersebut dapat ditekan dengan managemen yang baik, dalam hal sumber daya manusia, peralatan, bahan bahan yang dipakai, lingkungan kerja, dan yang terakhir dan sangat penting adalah menggunakan APD dengan baik dan patuh. Daftar Pustaka

1. Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes Indonesia; 2004.h.1-43.2. Hartono A. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2009.h.566-604.3. Muttaqin H. Panduan menghadapi OSCE: bagi mahasiswa tingkat akhir. Jakarta: EGC; 2008.h.82-108.4. Cooke MA. Gangguan mata dalam : Jeyaratnam I. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC; 2009: 159, 211-3.

5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu penyakit mata. Ed.4. Jakarta:FKUI; 44,45,120-2.6. Ilyas S. Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata. Jakarta: FK UI; 2005.h.65-6.7. Srinivasan M, et al. Distinguishing infectious versus non infectious keratitis. INDIAN Journal of Opthalmology.2006;56(3):50-56.8. Gumus K, Karakucuk S, Mirza E. Corneal injury from a metallic foreign body: an occupational hazard.Eye Contact Lens. Sep 2007;33(5):259-60.

9. Macedo Filho ET, Lago A, Duarte K, Liang SJ, Lima AL, Freitas D. Superficial corneal foreign body: laboratory and epidemiologic aspects.Arq Bras Oftalmol. Nov-Dec 2005;68(6):821-3.

10. Mansjoer, Arif M.Kapita selekta. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2011.h.56.11. Sumamur. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Sagung seto; 2009.h.81-97.12. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. Ergonomi. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF. 6 Oktober 2013.13. Cara umum untuk menangani cedera mata. 9 November 2011. Diunduh dari http://nasrulbintang.wordpress.com/2011/11/09/cara-umum-untuk-menangani-mata-cedera. 6 Oktober 2013.14. Primerateknik. Cara aman mengoperasikan mesin gerinda tangan. 25 Januari 2013. Dunduh dari http://primerateknik.com/cara-aman-mengoperasikan-mesin-gerinda-tangan. 6 Oktober 2013.22