makalah pleno 13.docx
TRANSCRIPT
Pendahuluan
Manusia dalam perkembangannya ada beberapa tahapan yang harus dilalui, mulai dari masa kanak-kanak, remaja sampai dewasa. Salah satu tahapan yang harus dilalui manusia dan berpengaruh terhadap manusia baik secara fisik maupun secara psikologis adalah masa kanak-kanak, karena pada masa kanakkanak ini adalah pondasi dari kehidupannya kelak agar menjadi manusia yang berkualitas.
Masa kanak-kanak dibagi lagi menjadi dua periode yang berbeda; awal dan akhir. Periode awal berlangsung dari umur dua sampai enam tahun, sedang periode akhir masa kanak berkisar antara enam sampai tiba saatnya anak matang secara seksual, dengan demikian awal masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa bayi; usia dimana ketergantungansecara praktis sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir di sekitar usia sekolah dasar.
Anak usia empat sampai dengan enam tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai dengan enam tahun. Pada usia ini biasanya disebut sebagai anak usia prasekolah. Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah, untuk membedakannya dari saat di mana anak dianggap cukup tua, baik secara fisik dan mental, untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai mengikuti pendidikan formal.
Skenario 5
Seorang anak perempuan berusia 6 tahun, sering ketakutan bertemu orang baru, sering menangis saat masuk sekolah, dan takut ditinggal ibunya sendiri. Atas saran gurunya, anak ini diminta untuk dibawa ke dokter karena perkembangannya berbeda dengan anak lain.
1. Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang,
umur tulang dan keseimbangan metabolik. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan
perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi
kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan
sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.
1
1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak:
i. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ras/etnik atau bangsa: Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
Genetik: Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak seperti kerdil.
Kelainan kromosom. Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma Down.
ii. Faktor luar (eksternal).
Faktor Prenatal: gizi ibu hamil, beberapa obat-obatan seperti Aminopterin,
Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. Paparan
radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi. Infeksi, kelainan imunologi, psikologi ibu
Faktor Persalinan: Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Faktor Pascasalin: Gizi, lingkungan fisis dan kimia.
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan, kurangnya sinar
matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu, faktor psikologis (Hubungan anak
dengan orang sekitarnya), sosio-ekonomi (Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan
makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan), lingkungan pengasuhan
(interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi), stimulasi (penyediaan alat mainan, sosialisasi
anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak), obat-obatan
(pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya
dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya
produksi hormon pertumbuhan).1
2
1.2 Kebutuhan anak:
i. ASUH: kebutuhan fisik- biomedical.
Nutrisi: membina tubuh seperti protein hewani, protein nabati. Sumber energi
seperti karbohidrat, lemak. Proteksi tubuh seperti vitamin dan mineral.
Penjagaan kesehatan primer: imunisasi, deteksi dan perawatan dini.
Lingkungan perumahan yang baik: 6.5m2 per kapita.
Pakaian
Kebersihan peribadi dan sanitasi lingkungan
Kebugaran fisik: olahraga dan rekreasi.
ii. ASIH: kebutuhan emosi
Kontak fisik dengan ibu (0-4 tahun)
Kebutuhan perhatian dan kasih sayang
Kebutuhan pengalaman baru
Kebutuhan untuk dipuji/ ganjaran/ penghormatan
Kebutuhan mencapai rasa tanggungjawab yang membawa kepada
kemandirian.
iii. ASAH: Kebutuhan stimulasi mental
Asas proses pembelajaran: bermula sedini mungkin (4-5 tahun yang pertama),
perkembangan mental-psikososial (personaliti yang stabil, moral dan etika,
kreativitas, produktivitas, persaingan yang sehat).
Informal (di rumah), formal (sekolah), tidak formal (edukasi dari pihak
ketiga), dalam masyarakat (pramuka, pengajian, sekolah minggu, dsb).
- Pemantauan pertumbuhan:
Biasanya divisualisasi melalui kurva ‘weight for age’.
Kurva berat badan untuk usia lebih sensitive untuk menunjukkan pertumbuhan fisik,
status kesehatan, kehadiran krisis/ autikrisis serta unik, dinamik, global, total dan
kontinu menjadikannya sesuai untuk tujuan prospektif.
Kurva panjang badan untuk usia diguna untuk mendapatkan pertumbuhan linear, tapi
kurang sensitive untuk dipantau. Biasanya diguna secara retrospektif.
3
1.3 Stimulasi mental
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan
sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk
merangsang semua sistem indera. Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan
halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan
yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak
lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan
memacu berbagai aspek kecerdasan anak.
Memberikan perhatian dan kasih sayang merupakan stimulasi yang penting pada awal
perkembangan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain
dll. Buku bacaan anak akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta
menambah wawasan terhadap lingkungannya. Bermain dan olah raga
(melempar/menangkap bola, melompat, naik sepeda dll) baik untuk perkembangan
motorik dan pertumbuhan otot-otot tubuh.3
2. Perkembangan Anak
Perkembangan kanak-kanak merujuk kepada perubahan kualitatif biologi dan
psikologi yang berlaku kepada manusia antara kelahiran dan akhir masa remaja (zaman
kanak-kanak). Perubahan ini tidak boleh diukur secara kuantitatif tetapi jelas berlaku jika
dibandingkan dengan peringkat yang lebih awal. Contohnya, cara pertuturan dan
kematangan. Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Biasanya
perkembangan anak diikuti pertumbuhan sehingga lebih optimal dan tergantung pada potensi
biologik seseorang. Perkembangan anak dibagikan kepada 4 sektor, yaitu: personal- sosial,
bahasa, motor halus adaptif, motor kasar.
1) Personal-sosial: Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk
berinteraksi dengan lingkungannya, interaksi sosial, mandiri, berdisiplin dan
mempunyai rasa tanggungjawab. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa, makan
4
dengan sendiri, imitasi kerja- kerja rumah, menyikat gigi, mengingat nama teman dan
bermain bersama teman-teman sebayanya.
2) Bahasa: Merupakan kemampuan pengucapan dan pemahaman bahasa. Selama
masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa
kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat
dalam aspek pendengaran, cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara
bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta
dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat. Misalnya respon kepada
bunyi lonceng, ketawa, menyebut satu/ dua patah kata, menyebut warna, bagian tubuh
dan mengira balok.
3) Motor halus adaptif: Mencakupi indera penglihatan (koordinasi mata kanan dan
kiri, koordinasi visi dengan pergerakan halus), kotrol pada tangan, stase pra-menulis
serta menyelesaikan masalah yang ringkas. Adapun perkembangan motorik halus
merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau
sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh
kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting,
menggambar orang dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
4) Motor kasar: Perubahan postur tubuh dari horizontal ke vertical dan seterusnya
bergerak (lokomotif). Kemampuan anak untuk mengangkat kepala, berguling, duduk,
berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar
dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan
gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan
anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan
seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.4
5
Tabel 1: Perkembangan anak menurut umur:4
Umur Personal sosial Bahasa Motor halus adaptif Motor kasar
0 bulan Menatap muka- suara vocal
- bereaksi pada suara bel-`
- mengangkat kepala
- gerakan merata
1 bulan
-membalas
senyum (80%)
-memandang
muka (90%)
- suara vocal (<90%)
- bereaksi pada suara bel
(>90%)
- mengikuti sampai garis
tengah (85%)
- mengangkat kepala
(>90%)
-gerakan merata
(>90%)
2 bulan
-tersenyum
spontan (85%)
-membalas
senyum (80%)
-memandang
muka (90%)
Bersuara “Oooo/ Aaaa”Mengikuti, melewati
garis tengah (75%)
Kepala terangkat 45o
(80%)
3 bulan
-memandang
tangan sendiri
-tersenyum
spontan (>90%)
- mermekik
- tertawa
- bersuara “Ooo/ Aaa”
(>90%)
- kedua tangan
bersentuhan/ bersatu
- mengikuti/ melewati
garis tengah (>90%)
- duduk: kepala
mantap
- kepala terangkat 90o
4 bulan
Memandang
tangan sendiri
(>90%)
- memekik (85%)
- tertawa (90%)
- mengikuti 180o
- kedua tangan
bersentuhan/ bersatu
(90%)
- menggenggam icik- icik
- dada terangkat
lengan menumpu
- menumpu berat
badan pada kaki
- duduk: kepala
mantap (>90%)
5 bulan
- mencoba
mengambil
mainan
- memandang
tangan sendiri
(>90%)
- menoleh ke bunyi
menderik
- memekik (>90%)
- meraih benda
- memandang manic-
manic
- mengikuti 180o (>90%)
- ditarik untuk duduk:
kepala tidak tertinggal
- berbalik
- dada terangkat
lengan menumpu
(>90%)
6 bulan - makan sendiri
-mencoba
mengambil
- menirukan bunyi/ bicara
- suku kata tunggal
- menoleh ke bunyi suara
- mencari benang wol
- meraih benda (>90%)
- duduk tanpa ditumpu
- ditarik untuk duduk:
kepala tidak tertinggal
6
mainan(>85%)
- berbalik (>90%)
7 bulan
-tangan melambai
- makan sendiri
(>90%)
- “Da da mama” non
spesifik
- suku kata tunggal (80%)
- menoleh ke bunyi suara
(>90%)
- menirukan bunyi/ bicara
(80%)
- mengambil 2 kubus
- memindahkan kubus
- mengambil manic
dengan gerakan
menggaruk
- mencari benang wol
(85%)
Duduk tanpa ditumpu
8 bulan-tangan melambai
- tepuk tangan
- mengoce
- mengkombinasi 2 suku
kata
- “Da da mama” non
spesifik (80%)
- suku kata tunggal (>90%)
- menirukan bunyi/ bicara
(85%)
- mengambil 2
kubus(80%)
- memindahkan kubus
(>90%)
Berdiri, berpegangan
9 bulan
- tangan
melambai
- tepuk tangan
- mengoce (90%)
- “Da da mama” non
spesifik (85%)
- menirukan bunyi/ bicara
(90%)
- membenturkan 2 kubus
- menggenggam pinset
- mengambil 2 kubus
(85%)
- duduk sendiri
- bangkit untuk berdiri
- berdiri, berpegangan
(>90%)
10
bulan
- bermain bola
dengan pemeriksa
- melambai (80%)
- menyatakan
keinginan
- tepuk tangan
- “Da da mama” spesifik
- mengoce
- mengkombinasi suku-
suku kata
- menirukan bunyi/ bicara
(>90%)
- “da da mama” non spesifik
(>90%)
- membenturkan 2 kubus
- menggenggam pinset
(85%)
- mengambil 2 kubus
(>90%)
- berdiri 2 detik
- duduk sendiri
- bangkit untuk berdiri
- berdiri, berpegangan
(>90%)
7
11
bulan
- bermain bola
dengan pemeriksa
- melambai
(80%)
- menyatakan
keinginan
- tepuk tangan
(85%)
- “Da da mama” spesifik
- mengoce (85%)
- mengkombinasi suku-
suku kata (>90%)
- membenturkan 2 kubus
(85%)
- menggenggam pinset
(>90%)
- berdiri 2 detik
- duduk sendiri
(>90%)
- bangkit untuk berdiri
(>90%)
2 tahun
- mengenakan
baju
- menyuapi
boneka
- membuka
pakaian
- menunjukkan 4 gambar
- berbicara sebagian
dimengerti
- bagian badan 6
- menyebut 1 gambar (75%)
- mengkombinasi kata
- menunjuk 2 gambar
(>90%)
- menara 6 kubus (75%)
- menara 4 kubus (>90%)
- melempar bola
tangan ke atas
- menendang bola ke
depan
3 tahun
- mengenakan T-
shirt
- menyebut nama
teman
- mencuci dan
mengeringkan
tangan
- mengetahui 2 nama sifat
- mengetahui 2 kegiatan
- menyebut 4 gambar
(>90%)
- menara 8 kubus
- meniru garis vertical
- menara 4 kubus (>90%)
- berdiri satu kaki 1
detik
- lompatan lebar
- melempar bola
tangan ke atas (>90%)
4 tahun
- berpakaian
tanpa bantuan
- mengenakan T-
shirt (>90%)
- mengetahui 3 kata sifat
- mengetahui 4 kata depan
- berbicara seluruhnya
dimengerti
- mengetahui 4 kegiatan
- kegunaan 3 benda
- menghitung 1 kubus
- mencontohkan +
- memilih garis yang
lebih panjang
- mencontohkan O
- berdiri 1 kaki 3 detik
- melompat dengan 1
kaki
- berdiri di atas 1 kaki
2 detik (90%)
5 tahun - mengambil
makanan
- menggosok gigi
tanpa bantuan
- lawan kata
- menghitung 5 kubus
- mengetahui 3 kata sifat
Menggambar orang
dengan 6 bagian
- mencontohkan
- memilih garis yang
- berjalan tumit ke jari
kaki
- berdiri pada 1 kaki 5
8
- bermain ular
tangga
- mengartikan 5 kata
- menyebutkan 4 warna
lebih panjang (85%)
- mencontohkan +
(>90%)
detik
- berdiri pada 1 kaki 4
detik (90%)
Untuk bisa mengikuti perkembangan dan juga pertumbuhan anak-anak kita maka kita
juga harus mengenal akan tahapan perkembangan anak yaitu :
Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada usia anak, yaitu pada
masa:
1. Infancy toddlerhood (usia 0-3 tahun)
2. Early childhood (usia 3-6 tahun)
3. Middle childhood (usia 6-11 tahun)
Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek berikut
fisik (motorik), emosi, kognitif, psikososial.
Aspek-aspek tahap perkembangan anak:
1. Perkembangan fisik (Motorik). Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses
tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak
merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam
tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan
motorik kasar dan motorik halus. Yang dimaksud dengan pengertian perkembangan
motorik kasar yaitu kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk
contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota
tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik
kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak
berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
Sekanjutnya adalah perkembangan motorik halus dan pengertiannya adalah adapun
perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang
menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada
aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan
menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
9
2. Perkembangan emosi. Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk
mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk
emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua
dan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls
emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang,
mereka akan belajar untuk menyayangi.
3. Perkembangan kognitif. Pada aspek kognitif, perkembangan anak nampak pada
kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang
sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa
(bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara.
4. Perkembangan psikososial. Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan
bermain bersama teman-teman sebayanya.
Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa
merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut
berkembang secara seimbang.4
A. Perkembangan Fisik
Seorang anak dikatakan telah memiliki kesiapan fisik bila perkembangan motoriknya sudah matang, terutama koordinasi antara mata dengan tangan (visio-motorik) berkembang baik. Kesehatan fisik yang baik dengan asupan gizi yang seimbang sangat dibutuhkan untuk dapat menunjang kesiapan masuk sekolah. Anak yang sehat akan lebih mudah mencerna pengetahuan yang diajar kan sertabersosialisasi dengan lebih baik, tampil gesit dan bersemangat, baik dalam menerimainformasi maupun dalam membina hubungan sosial dengan guru serta teman -temannya.
1. Kebutuhan fisik – biomedis (“ASUH”)
Kebutuhan akan “asuh” meliputi:
Nutrisi
10
Nutrisi yang adekuat dan seimbang, merupakan kebutuhan akan “asuh” yang
terpenting. Pemberian nutrisi yang cukup seharusnya dimulai sejak bayi masih
dalam kandungan ibunya. Setelah lahir diupayakan pemberian ASI secara eksklusif,
yaitu pemberian ASI saja sampai anak berusia 4 – 6 bulan. Sejak berumur 6 bulan,
sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI.
Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang
baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa bayi
dan prasekolah karena saat itu pertumbuhan dan perkembangannya sangat pesat
terutama pertumbuhan otak.
Nutrisi adalah termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun tahun pertama
kehidupan dimana anak sedang mengalai pertumbuhan yang sangat pesat terutama
pertumbuhan otak. selain itu nutrisi juga merupakan sumber energy dan zat
pelindung.
Yang termasuk nutrisi pembangun tubuh yaitu protein hewani antara lain
berbagai jenis daging (seperti ikan, ayam, sapi) telur, susu. Dan protein nabati antara
lain tahu, tempe, nasi, gandung. Yang termasuk sumber energy yaitu, karbohidrat,
lemak, beras, kentang, gandum, susu, ubi, jagung, singkong, maizena dsb. Dan yang
termasuk nutrisi pelindung tubuh yaitu mikronutrien / mineral ( besi, kalsium, seng,
mangan, dsb), vitamin vitamin dan air.
Perawatan kesehatan dasar : imunisasi, penimbangan BB, pengobatan kalau sakit.
Papan/pemukiman yang layak
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak
membahayakan penghuninya, akan menjamin keselamatan dan kesehatan
penghuninya. Misalnya ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh sesak,
cukup leluasa untuk anak bermain, bebas polusi, maka akan menjamin tumbuh
kembang anak
Sandang
Pakaian yang layak, bersih dan aman (tidak mudah terbakar, tanpa pernak
pernik yang mudah menyebabkan anak kemasukan benda benda asing).
Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan dan kebersihan, baik kebersihan
perorangan maupun lingkungan memegang peranan penring pada tumbuh kembang
anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakit
penyakit kulit dan saluran pencernaan pada anak seperti diare, cacing, dll.
11
Sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran
pernapasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk. Oleh karena itu
pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus ditunjukkan bagaimana membuat
lingkungan menjadi layak untuk tumbuh dan kembang anak, sehingga
meningkatkan rasa aman bagi ibu / pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan
bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungan.
Kesegaran jasmani, meliputi olahraga dan rekreasi.5
2. Faktor lingkungan
Erik Erikson mengidentifikasikan bahwa tahun pertama kehidupan adalah saat
kepercayaan dasar itu muncul, berdasarkan pada seringnya seorang ibu mendengarkan
apa yang dibutuhkan oleh anak. Penelitian tentang bayi dibanyak rumah sakit
membuktikan betapa menyedihkan dampak terampasnya kasih sayang. Kasih sayang
mengacu pada suatu kecenderungan biologis seorang anak untuk dekat dengan orang
tuanya selama mengalami stress.6
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini
dapat meliputi lingkungan prenatal (lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan
posnatal (lingkungan setelah bayi lahir).
- Faktor pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam
kandungan.
Gizi
Nutrisi ibu saat hamil terutama dalam trisemester akhir kehamilan, akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital seperti
club foot. Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Toksin / zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat zat
teratogen. Misalnya obat obatan seperti thalidomide, phenitoin, obat obatan
anto kanker dsb, dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula
12
dengan ibu hamil yang perokok berat / peminum alcohol kronis sering
melahirkan bayi berat badan lahir, lahir mati, cacat atau retardasi mental.
Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hyperplasia adrenal.
Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan congenital mata, kelainan jantung.
Infeksi
Infeksi padab trisemester pertama dan kedua oleh TORCH ( Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks), PMS ( Penyakit Menular
Seksual) serta penyakit virus lainnya dapat menyebabkan kelaianan pada
janin seperti katarak, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung
congenital.
Kelainan imunologi
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops
fetalis, kern ikterus atau lahir mati.
Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gannguan pada plasenta atau tali
pusat, menyebabkan berat badan lahir rendah
Stress
Stress yang dialami ibu saat hamil, dapat mempengaruhi tumbuh kembang
janin, antara lain cacat bawaaan, kelainan kejiwaan dll.
- Faktor postnatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir.
Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi. Diperlukan zat makanan yang adekuat.
Penyakit kronis / kelainan congenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.
Lingkungan fisis dan kimia
13
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan
sinar radioaktif, zat kimia tertentu mempunyai dampak yang negative
terhadap pertumbuhan anak.
Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang slalu merasa tertekan akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Endokrin
Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid, akan menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan
akan menyebabkan anak menjadi kerdil.
Sosio – ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan menghambat pertumbuhan
anak.
Lingkungan pengasuhan
Interaksi ibu dan anak, sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan / stimulasi khususnya dalam
kemuarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu
terhadap anak.
Obat – obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama, akan menghambat pertumbuhan
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
saraf pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon
pertumbuhan.7
Untuk menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat
digunakan. Salah satu instrumen skrining yang dipakai secara internasional untuk
menilai perkembangan anak adalah DDST II (Denver Development Screening
Test). DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah
penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini merupakan
14
revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan
yang sama.
Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti
evaluasi diagnostik, namun lebih ke arah membandingkan kemampuan perkembangan
seorang anak dengan anak lain yang seumur. DDST II digunakan untuk menilai
tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada anak yang mempunyai
tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun anak sehat. DDST II bukan
merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal kemampuan intelektual anak di
masa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis, namun lebih
ke arah untuk membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan
kemampuan anak lain yang seumur.
Formulir tes DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu:
personal sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor
personal sosial meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan
kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi
kebutuhan pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak
dalam hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil
serta pemecahan masalah. Sektor bahasa meliputi kemampuan mendengar,
mengerti, dan menggunakan bahasa. Sektor motorik kasar terdiri dari penilaian
kemampuan duduk, jalan, dan gerakan-gerakan umum otot besar. Selain keempat
sektor tersebut, itu perilaku anak juga dinilai secara umum untuk memperoleh taksiran
kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya.8
B. Teori Kembang Kognitif
Dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-
1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi
Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan
operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
15
lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru
dalam merepresentasikan informasi secara mental.9
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat
periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode Sensorimotor
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahapan dalam perkembangan kognitif
yang meluas dari lahir sampai akuisisi bahasa. Pada tahap ini, bayi membangun pemahaman
tentang dunia dengan pengalaman koordinasi (seperti melihat dan mendengar) dengan fisik,
tindakan motorik bayi pengetahuan dari dunia dari tindakan fisik yang mereka lakukan di
atasnya. Seorang bayi berkembang dari refleksif, insting tindakan saat lahir ke awal
pemikiran simbolis menjelang akhir panggung. Piaget membagi tahap sensorimotor ke enam
sub-tahapan.
Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan
dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan
bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan
pemaknaan.
Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu
yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).
Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan
belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk
mencapai tujuan.
16
Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awal kreativitas.
Periode Praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget
adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan
ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini,
anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang
orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda. Menurut Piaget, tahapan pra-operasional
mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai
merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung
egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal
tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif
orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan
menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Periode Operasional Konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses
penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan: kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi: kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
17
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan)
Decentering: anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk
bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility: anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa
4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi: memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu
bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama
banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme: kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Periode Operasional Formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia
tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-
abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi
berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa
orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak
mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
18
Gambar 1. Teori kognitif Piaget.10
C. Perkembangan psikososial
Freud mengusulkan lima fase perkembangan psikoseksual, dengan berbagai bagian
tubuh yang berbeda berperan sebagai fokus kepuasan dorongan seksual pada berbagai usia.
Salah satu dari kontribusi Freud yang paling bertahan adalah hipotesisnya mengenai
organisasi proses mental menjadi id, ego, dan superego.1
Freud membagi fase perkembangan psikoseksual menjadi 5 tahap:1
1. Fase oral (0-18 bulan)
Bayi memperoleh kepuasan melalui rangsangan mulut ketika mereka mengisap dan
menggigit, dengan demikian ibu menjadi objek cintanya
2. Fase anal (1-3 tahun)
Anak memperoleh kepuasan melalui latihan otot-otot anus selama pengeluaran atau
penahanan.
3. Fase falik (3-5 tahun)
19
Anak mengembangkan keingintahuan seksual dan memperoleh kepuasan melalui
masturbasi. Mereka mempunyai fantasu seksual mengenal orangtua yang berlawanan
jenisnya dan merasa bersalah mengenai fantasinya.
4. Fase laten (5-11 tahun)
Dorongan seksual anak tenggelam, mereka menggunakan energinya untuk
memperoleh keterangan budaya.
5. Fase genital
Remaja mempunyai keinginan heteroseksual dewasa dan mencari cara untuk
memuaskannya.6
Perkembangan psikososial (Erikson). Teori perkembangan kepribadian yang paling
banyak adalah teori yang dikemukakan oleh Erikson. Teori ini menekankan pada kepribadian
yang sehat, bertentangan dengan pendekatan patologik. Erikson juga menggunakan konsep-
konsep biologis dan epigenesist, menjelaskan konflik dan masalah inti yang harus dikuasai
individu selama periode kritis dalam perkembangan keperibadian. Keberhasilan pencapaian
atau penguasaan terhadap setiap konflik inti terbentuk berdasarkan keberhasilan pencapaian
atau penguasaan inti sebelumnya. Setiap tahap psikososial mempunyai dua komponen aspek
menyenangkan dan tidak menyenangkan dari konflik inti---- dan perkembangan ke tahap
selanjutnya tergantung pada penyelesaian konflik ini. Tidak ada konflik inti yang pernah
dikuasai secara lengkap melainkan tetap menjadi masalah yang kerap timbul seumur hidup.
Tidak ada situasi hidup yang pernah aman. Setiap situasi baru menimbulkan konflik dalam
bentuk baru. Sebagai contoh, ketika anak-anak yang mencapai rasa percaya secara
memuaskan menghadapi pengalaman baru (mis. Hospitalisasi) mereka harus sekali lagi
membentuk rasa percaya kepada orang yang bertanggung jawab atas asuhan mereka dalam
rangka menguasai situasi. Pendekatan tentang kehidupan Erikson terhadap perkembangan
kepribadian terdiri atas delapan tahap namun hanya lima pertama yang berkaitan dengan
masa kanak-kanak, yaitu:1
a. Percaya vs tidak percaya (lahir-1 tahun). Hal pertama dan yang paling penting
bagi perkembangan kepribadian yang sehat adalah rasa percaya dasar.
Pembentukan rasa percaya dasar ini mendominasi tahun pertama kehidupan dan
menggambarkan semua pengalaman kepuasan anak pada usia ini. Berkaitan
dengan tahap oral Freud, saat ini merupakan saat mendapatkan dan mengambil
apapun melalui semua indera. Hal ini hanya terjadi dalam kaintannya dengan
sesuatu atau seseorang; oleh karena itu asuhan yang konsisten dan penuh kasih
20
oleh orang yang berperan sebagai ibu merupakan hal yang sangat penting bagi
perkembanga rasa percaya. Rasa tidak percaya terjadi jika pengalaman yang
meningkatkan tidak terpenuhinya rasa percaya atau jika kebutuhan dsar tidak
dipenuhi secara konsisten atau adekuat. Meskipun pecahan-pecahan rasa tidak
percaya terjadi di seluruh kepribadian, namun rasa percaya dasra terhadp orangtua
membentuk rasa percaya terhadpa dunia, orang lain dan diri sendiri. Hasilnya
adalah keprecayaan dan optimisme.
b. Autonomi vs malu dan ragu-ragu (1-3 tahun). Jika dikaitkan dengan tahap anal
Freud, masalah autonomi dapat dicirikan dengan menahan atau merelaksasi otot
sfingter. Perkembangan autonomi selama periodet toddler berpusat pada
peningkatan kemampuan anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri mereka
dan lingkungan mereka. Mereka ingin melakukan hal-hal untuk diri mereka
sendiri, menggunakan keterampilan motorik yang baru mereka peroleh seperti
berjalan, memanjat dan memanipulasi serta menggunakan kekuatan mental
mereka dalam memilih dan membuat keputusan. Pembelajaran yang mereka
peroleh sebagian besar didapt dari meniru aktivitas dan perilaku orang lain.
Perasaan negative seperti ragu dan malu muncul ketika anak-anak diremehkan,
ketika pilihan-pilihan mereka membahayakan atau ketika mereka dipaksa untuk
bergantung dalam beberapa hal yang sebenarnya mereka mampu melakukannya.
Hasil yang diharapkan adalah kontrol diri dan ketekunan.
c. Insiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun). Tahap inisiatif berkaitan dengan tahap
falik Freud dan dicirikan dengan perilaku yang intrusif dan penuh semangat,
berani berupaya dan imajinasi yang kuat. Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik
dengan semua indera dan kekuatan mereka. Mereka membentuk suara hati, tidak
lagi dibimbing oleh pihak luar, terdapat suara dari dalam yang meperingatkan dan
mengancam. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan aktivitas yang
bertentangan dengan yang dimiliki orangtua atau orang lain, dan dibuat merasa
bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga
menimbulkan rasa bersalah anak-anak harus belajar mempertahankan rasa
inisiatif tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya adalah
arahan dan tujuan.
d. Industri vs inferioritas (6-12 tahun). Tahap industry adalah periode laten dari
Freud. Setelah mencapai tahap yang lebih penting dalam perkembangan
kepribadian, anak-anak siap untuk bekerja dan berproduksi. Mereka mau terlibat
21
dlam tugas dan aktivitas yang dapat merkea lakukan sampai selesai; mereka
memerlukan dan menginginkan pencapaian yang nyata. Anak-anak belajar
berkompetisi dan bekerja sama dengan orang lain dan mereka juga mempelajari
aturan-aturan. Periode ini meupakan periode pemantapan dalam hubungan social
mereka dengan orang lain. Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi
jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka atau jika mereka percaya bahwa
mereka tidak dapat memenuhi standar yang ditetapkan orang lain utnuk mereka.
Kualitas ego yng berkembang dari tahap industry adalah kompetensi.
e. Indentitas vs kebingungan peran (12-18 tahun). Berhubungan dengan periode
genital Freud, perkembangan identitas dicirikan dengan perubahan fisik yang
cepat dan jelas. Ras percaya terhdap tubuh mereka yang sudah terbentuk
sbeleumnya mengalami kegoncangan dan anak-anak menjadi sangat terpaku
dengan penampilan mereka di mata orang lain dibandingkan dengan konsep diri
mereka. Remaja berusaha menyesuaikan diri dengan dengan pran yang mereka
mainkan dan mereka beharap dapat bermain dlam peran dan gaya terbaru yang
dilakukan oleh teman-teman sebayanya, untuk mengintegrasikan konsep dan nilai-
nilai mereka terhadap lingkungan dan pembuatan keputusan tentang okupasi.
Ketidakmampua untuk menyelesaikan konflik inti menyebabkan terjadinya
kebingungan peran. Hasil dari penguasaan yang sukses adalah kesetiaan dan
ketaatan terhadap orang lain serta terhadap nilai-nilai dan ideology.
Tabel 1. Skema Perkembangan Psikososial11
Tahap-tahap perkembangan psikososial Dimensi polaritas krisis emosi
1. Oral-sensorik Mempercayai – tidak mempercayai
sesuatu
2. Anal-muskular Kebebasan – malu atau ragu-ragu
3. Genital-locomotor Inisiatif - bersalah
4. Laten Gairah – rendah diri
5. Remaja Identitas – kekaburan peran
6. Dewasa – muda Kemesraan – keterasingan
7. Dewasa Generativitas
22
8. Kematangan Integritas ego
D. Perkembangan Moral
Ada sejumlah pandangan dari kalangan ahli psikologi pendidikan mengenai
perkembangan moral. Setidak-tidaknya dapat diperhatikan teori disequilibrium kognitif
Piaget, perkembangan moral menurut Erickson, dan gagasan Kohlberg mengenai
perkembangan moral. Pada bagian ini hanya akan dikemukakan satu cara pandang psikologi
atas perkembangan moral sebagaimana dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg.12
Kohlberg mengembangkan gagasannya mengenai perkembangan moral melalui
penelitian terhadap individu-individu dari berbagai usia. Terhadap setiap orang, ia
mengajukan ceritera dan disertai dengan pertanyaan-pertanyaan terhadap ceritera tersebut.
Atas dasar jawaban orang-orang yang diteliti, Kohlberg menyimpulkan adanya tiga tingkatan
perkembangan moral manusia. Mengenai perkembangan moral, dia yakin bahwa
perkembangan yang baik terjadi manakala perilaku manusia mengalami perubahan-
perubahan dari perilaku yang dikontrol dari luar diri (orang lain) menuju ke perilaku yang
dikontrol secara internal oleh si pelaku moral. Ketiga tingkatan tersebut adalah : Penalaran
prakonvensional, penalaran konvensional, dan penalaran postkonvensional.
- Penalaran prakonvensional.
Pada tingkatan terendah ini individu tidak menunjukkan adanya internalisasi nilai-
nilai moral–penalaran moral dikendalikan oleh faktor internal, yakni hadiah, pujian, tepukan
bahu, atau sebaliknya berupa cacian, makian, kritik, hukuman. Pada tingkatan yang paling
dasar ini dipilah menjadi 4 tahap, yaitu :
Tahap 1 : punishment and obedience orientation. Pada tahap orientasi hukuman dan
kepatuhan ini pemikiran moral didasarkan pada hukuman. Sebagai contoh, seseorang
menjadi berperilaku patuh, karena takut kalau-kalau hukuman menimpa dirinya. Agar
tidak dihukum oleh ayahnya, seseorang anak atau remaja menurut patuh terhadap
perintah orang tuanya walaupun ia tidak senang.
Tahap 2 :
- individualism and purpose. Pada tahap individualisme dan tujuan ini
perkembangan moral lebih berdasar pada hadiah dan minat pribadi anak atau
23
remaja. Anak atau remaja menjadi patuh karena dia berharap akan mendapatkan
sesuatu yang menyenangkan setelah dia menjalankan perilaku patuh.
- Penalaran konvensional. Pada tingkatan yang kedua ini, individu melakukan
kepatuhan berdasarkan standar pribadi yang diperoleh atau yang diinternalisasi
dari lingkungan atau orang lain. Misalnya anak patuh karena ia telah
menginternalisasi hukum yang berlaku atau peraturan yang dibuat orang tuanya.
Tahap 3: Interpersonal norm. Pada tahap norma interpersonal ini, anak beranggapan
bahwa rasa percaya, rasa kasih sayang, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai dasar
untuk melakukan penilaian terhadap perilaku moral. Agar anak dikatakan sebagai
anak yang baik, maka anak mengambil standar moral yang diberlakukan oleh orang
tuanya. Dengan demikian, hubungan antara anak dan orang tua tetap terjaga dalam
suasana penuh kasih sayang.
Tahap 4: Social system morality. Pada tahap keempat ini ukuran moralitas didasarkan
pada sistem sosial yang berlaku saat itu. Artinya, kehidupan masyarakat didasarkan
pada aturan hukum yang dibuat dengan maksud melindungi semua warga di dalam
komunitas tertentu. Jadi pada tahap ini perkembangan moral didasarkan pada
pemahaman terhadap aturan, hukum, keadilan, dan tugas sosial kemasyarakatan.
- Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, anak memandang perbuatan itu baik atau benar, atau berharga bagi
dirinya apabila dapat memenuhi harapan atau persetujuan keluarga, kelompok, atau bangsa.
Disini berkembang sikap konformitas, loyalitas, atau penyesuaian diri terhadap keinginan
kelompok, atau aturan sosial masyarakat.
Tahap 1: Orientasi Kesepakatan antar Pribadi, atau Orientasi Anak Manis (Good
Boy/Girl). Anak memendang suatu perbuatan itu baik, atau berharga baginya apabila
dapat menyenangkan, membantu, atau disetujui atau diterima orang lain.
Tahap 2: Orientasi Hukum dan Ketertiban
Perilaku yang baik adalah melaksanakan atau menunaikan tugas atau kewajiban
sendiri, menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban sosial.
- Penalaran postkonvensional.
Tingkat tertinggi dari perkembangan moral adalah diinternalisasikannya standar
moral sepenuhnya dalam diri individu tanpa didasarkan pada standar orang lain. Seseorang
tahu bahwa ada sejumlah pilihan standar moral, kemudian dia memilih untuk diinternalisasi
24
sebagai bagian standar pribadi yang akan menuntun diri sendiri kearah perilaku bermoral
yang menguntungkan bagi dirinya dan tidak merugikan orang lain. Pada tingkatan tertinggi
ini dibagi menjadi dua tahap.
Tahap 1:
Community rights vs individual rights. Pada tahap ini, perkembangan moral mengarah
ke pemahaman bahwa nilai dan hukum bersifat relatif. Sementara itu nilai yang
dimiliki orang satu berbeda dari orang yang lainnya.
Tahap 2:
Universal ethical principles. Tahapan tertinggi dari perkembangan moral adalah
seseorang sudah mampu membentuk standar moral sendiri berdasar pada hak-hak
manusia yang bersifat universal. Walaupun mengandung resiko, orang pada tahap ini
berani mengambil suatu tindakan berdasar kata hatinya sendiri, bahkan bertentangan
dengan hukum sekalipun.12
E. Perkembangan sosial
Keika anak memasuki tahun-tahun akhir masa kanak-kanak biasanya dia mulai
bergabung dengan kelompok dan menemukan tempatnya sendiri di antara teman-teman
sebayanya. Melalui proses sosialisasi ini, dia mulai membedakan peran laki-laki dan wanita,
menguji kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungannya dengan kemampuan dari
kawan-kawannya dan mempelajari beberapa sosial dasar. Apa saja yang mengganggu proses
tersebut dapat menimbulkan stres dan gangguan kepribadian. Misalnya, tuntutan yang terlalu
berat bagi anak untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari di rumah, tugas pekerjaan rumah
yang diberikan sekolah yang membutuhkan waktu lama, dan tugas-tugas lain yang membatasi
tingkah laku kelompoknya bisa sangat mengganggu perkembangan sosialnya, dan
menimbulkan perasaan dendam yang berlangsung lama dalam dirinya. Kondisi-kondisi lain
yang dapat merusak perkembangan anak adalah bila anak dikekang dan tingkah lakunya
dibatasi sedemikian rupa agar turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang lebih menyenangkan
dirinya sendiri.13,14
Anak yang memasuki masa kehidupan dengan perasaan malu, terkekang, atau tidak
adekuat, mengalami masalah-masalah sulit dalam penyesuaian diri sama seperti anak yang
terlalu dimanjakan dan menjadi egosentrik. Pengalaman-pengalaman kelompok yang berhasil
dan memuaskan dapat menghilangkan perasaan malu dan terkekang dalam diri anak dan juga
25
dapat menekan sifat yang terlalu banyak menuntut dan egosentrik. Tetapi, semua pengalaman
kelompok anak tidak dapat direncanakan atau diawasi, serta sering kali masalah-masalah
yang dibawanya ke dalam kelompok menjadi lebih parah karena diolok-olok, dikucilkan, dan
dipermainkan oleh kawan-kawannya.13,14
Penatalaksanaan
Pada anak dengan gangguan perkembangan psikis yang berbeda, dapat dilakukan
pengobatan setelah anak tersebut melakukan pemeriksaan psikologi. Selanjutnya
direncanakan tindakan dalam rangka bantuan terhadap anak dan keluarganya. Bantuan
tersebut dapat berupa :
1. Langsung
Terhadap anak diberikan terapi secara langsung seperti misalnya :
a. Psikoterapi
b. Play therapy
c. Behavior therapy
2. Tidak langsung
Terapi dilakukan terhadap orang tua agar mereka dapat mengubah cara bersikap dan
bertindak terhadap anaknya. Perubahan cara mendidik juga dapat diharapkan dari
guru. Terhadap saudara-saudara, pengasuh atau orang lain yang berhubungan dengan
anak, dapat juga diberikan petunjuk agar memperlihatkan sikap dan perlakuan
setepat-tepatnya terhadap anak.
3. Penyaluran
Oleh karena keadaan tertentu, seringkali terpaksa dibutuhkan pertolongan sepenuhnya
dari ahli lain atau dilakukan secara dengan ahli nlain, misalnya : psikiater, dokter
anak, neurology, pedagog dan lain-lain. Juga lembaga/instansi yang berhubungan
dengan anak, misalnya Sekolah Pendidikan Luar Biasa (SPLB), dengan berbagai
golongannya, sekolah lain sesuai dengan bakat anak (misal Sekolah Teknik). Dina
social, pramuka, perkumpulan kesenian, olahraga, dan sebagainya.14
Kesimpulan
Kebutuhan dasar anak akan memberikan dampak yang nyata terlihat dalam
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental (tingkah laku, cara berpikir, dll.) anak di
kemudian hari. Pada anak-anak yang kebutuhan dasarnya tidak dipenuhi dengan baik
26
termasuk mereka yang terlambat masuk tahap prasekolah atau bahkan tidak mengikutinya
sama sekali, menunjukkan perbedaan dalam perkembangan bahasa, kognitif, moral dan
emosional dibanding anak seusianya yang terpenuhi kebutuhan dasarnya.
27
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2007.
2. Donna LW, Maryllin HE, David W, Marylin LW, Patricia S. Buku ajar keperawatan
pediatrik. 6th edition. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. p. 35.
3. Widiasuria S, Tanuwijaya S, Roesmil K, Fadlyana E. Pemeriksaan bayi/anak sehat.
Dalam: Garna H, Suroto E, Melinda M, Prasetyo D, editor. Pedoman diagnosis dan
terapi ilmu kesehatan anak. Edisi ke-2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran/Universitas Padjadjaran Bandung; 2000. h. 3-32.
4. Singgih DG. Dari anak sampai usia lanjut. Jakarta. 2004. p. 43-63.
5. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 1995. h. 15-7
6. Kliegman, Behrman, Arvin. IKA Nelson. Ed-15.Jakarta : EGC; 2000. h. 38.
7. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak . Jakarta : Salemba Medika; 2008. h.
7-14.
8. Jan ST. Pediatric physical therapy. 4th edition. USA: Lippincotts William and Wilkins;
2008. p. 371-380.
9. Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual
differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
10. Davey P, editors. At a glance medicine. Jakarta: EMS; 2002. h. 298-300.
11. Gunarsa SD. Dasar dan teori perkembangan anak. Edisi ke-9. Jakarta: Gunung
Mulia, 2008. h. 60-3
12. Supartini, Yupi. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC; 2007. p.
20-30.
13. Semiun Yustinus. Kesehatan mental 1: pandangan umum mengenai penyesuaian diri
dan kesehatan mental serta teori-teori yang terkait. Jakarta: Kanisius; 2006. h. 295-9.
14. Hassan R, Alatas H. Buku kuliah ilmu kesehatan anak 1. Jakarta: FKUI; 2007. h. 158.
28