makalah-pkn
DESCRIPTION
hukum di indonesia dan kejahatan korupsiTRANSCRIPT
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi
petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah, “Hukum di Indonesia dan kejahatan
korupsi” ini dapat diselesaikan. Tugas makalah ini atas tuntunan Sir Nanang mengenai
pembahasan “Hukum di Indonesia dan kejahatan korupsi”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas XC SMA Al-Azhar Palu.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan,
bimbingan dan arahan kepada penyusun. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
anggota kelompok IV yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yaitu Ayudiah
Khaerani Asikin, Indah Miftahul Huda, Muh. Adriansyah, Nabilah Syaifuddin, dan Siti
Hutami Tri Oktavianti.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala
saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Palu, 21 September 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian, tujuan, jenis, dan macam-macam hukum di Indonesia………..................... 4
2.2 Pengertian, bentuk, jenis, ciri, sebab, dampak, langkah pemberantasan korupsi........... 9
2.3 Gambaran Umum Korupsi di Indonesia......................................................................... 12
2.4 Persepsi Masyarakat tentang Korupsi............................................................................. 12
2.5 Fenomena Korupsi di Indonesia..................................................................................... 13
2.6 Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi................................................... 14
2.7 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi....................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 17
3.2 Saran.............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa
maupun maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat
tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan
kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat
memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang
terbukti melekukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas tentang
korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan hukum?
b) Apakah tujuan, jenis, dan macam-macam hukum di Indonesia?
c) Apa yang dimaksud dengan korupsi?
d) Apasajakah bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah
pemeberantasan korupsi?
e) Bagaimana gambaran umum tentang korupsi di Indonesia?
f) Bagaimana persepsi masyarakat tentang korupsi?
g) Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia?
h) Bagaimana peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi?
i) Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi?
1.3 Tujuan
a) Mengetahui pengertian dari hukum.
b) Mengetahui tujuan, jenis, dan macam-macam hukum di Indonesia.
c) Mengetahui pengertian dari korupsi.
d) Mengetahui bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah
pemeberantasan korupsi.
e) Mengetahui gambaran umum tentang korupsi yang ada di Indonesia.
f) Mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi.
g) Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.
h) Mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi.
i) Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN, TUJUAN, JENIS-JENIS DAN MACAM-MACAM PEMBAGIAN HUKUM
2.1.1 PENGERTIAN HUKUM
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku
manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol , hukum adalah aspek terpenting dalam
pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk
menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap masyarat
berhak untuk mendapat pembelaan didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum
adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.
2.1.2 TUJUAN HUKUM
Tujuan hukum mempunyai sifat universal seperti ketertiban, ketenteraman,
kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan
adanya hukum maka tiap perkara dapat di selesaikan melaui proses pengadilan dengan
prantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,selain itu Hukum bertujuan untuk
menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.
2.1.3 JENIS-JENIS HUKUM DI INDONESIA
Hukum secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu Hukum Publik dan Hukum
Privat. Hukum pidana merupakan hukum publik, artinya bahwa Hukum pidana mengatur
hubungan antara para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan bilamana
masyarakat itu benar-benar memerlukan.
Van Hamel antara lain menyatakan bahwa Hukum Pidana telah berkembang menjadi
Hukum Publik, dimana pelaksanaannya sepenuhnya berada di dalam tangan negara, dengan
sedikit pengecualian. Pengeualiannya adalah terhadap delik-delik aduan (klacht-delicht).
Yang memerlukan adanya suatu pengaduan (klacht) terlebih dahulu dari pihak yang
dirugikan agar negara dapat menerapkannya.
Maka Hukum Pidana pada saat sekarang melihat kepentingan khusus para individu
bukanlah masalah utama, dengan perkataan laintitik berat Hukum Pidana ialah kepentingan
5
umum/masyarakat. Hubungan antara si tersalah dengan korban bukanlah hubungan antara
yang dirugikan dengan yang merugikan sebagaimana dalam Hukum Perdata, namun
hubungan itu ialah antara orang yang bersalah dengan Pemerintah yang bertugas menjamin
kepentingan umum atau kepentingan masyarakat sebagaimana ciri dari Hukum Publik.
Contoh Hukum Privat (Hukum Sipil) :
Hukum sipil dalam arti luas (Hukum perdata dan hukum dagang)
Hukum sipil dalam arti sempit (Hukum perdata saja)
Dalam bahasa asing diartikan :
a) Hukum sipil : Privatatrecht atau Civilrecht
b) Hukum perdata : Burgerlijkerecht
c) Hukum dagang : Handelsrecht
Contoh hukum Hukum Publik :
Hukum perdata Indonesia :
Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang dibuat
oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya berfungsi untuk
mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya.
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada
subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum.Hukum perdata disebut pula hukum
privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu
(hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha
negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara
penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang,
perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-
tindakan yang bersifat perdata lainnya.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum
tersebut juga memengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon
(yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara
persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika
Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan
sistem-sistem hukum lainnya.
6
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya
hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang
kurang tepat dari di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan asas konkordansi.
Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia-Belanda, BW diberlakukan
mulai 1859.Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di
Perancis dengan beberapa penyesuaian. Sistematika yang ada pada KUHP tetap dipakai
sebagai acuan oleh para ahli hukum dan masih diajarkan pada fakultas-fakultas hukum di
Indonesia.
Hukum pidana Indonesia :
Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik.Hukum pidana terbagi menjadi
dua bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.Hukum pidana materiil
mengatur tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi). Di
Indonesia, pengaturan hukum pidana materiil diatur dalam kitab undang-undang hukum
pidana (KUHP). Hukum pidana formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana
materiil. Di Indonesia, pengaturan hukum pidana formil telah disahkan dengan UU nomor
8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP).
Hukum tata negara :
Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain
dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan
hukum (hak dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga negara. Hukum tata
negara mengatur mengenai negara dalam keadaan diam artinya bukan mengenai suatu
keadaan nyata dari suatu negara tertentu (sistem pemerintahan, sistem pemilu, dll dari
negara tertentu) tetapi lebih pada negara dalam arti luas.Hukum ini membicarakan negara
dalam arti yang abstrak.
Hukum tata usaha (administrasi) Negara :
Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan
administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya .hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata
negara.kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal
7
perbedaan hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang
digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum
administrasi negara dimana negara dalam “keadaan yang bergerak”. Hukum tata usaha
negara juga sering disebut HTN dalam arti sempit.
Hukum acara perdata Indonesia :
Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara
beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum perdata. Dalam hukum
acara perdata, dapat dilihat dalam berbagai peraturan Belanda dulu(misalnya; Het Herziene
Inlandsh Reglement/HIR, RBG, RB,RO).
Hukum acara pidana Indonesia :
Hukum acara pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara
beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana. Hukum acara
pidana di Indonesia diatur dalam UU nomor 8 tahun 1981.
2.1.4 Macam-macam Pembagian Hukum
1. Menurut sumbernya :
Hukum undang-undang , yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan.
Hukum adat , yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan.
Hukum traktat , yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara suatu dalam perjanjian
Negara.
Hukum jurisprudensi , yaitu hukum yang terbentuk karena putusan hakim.
Hukum doktrin , yaitu hukum yang terbentuk dari pendapat seseorang atau beberapa orang
sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum.
2. Menurut bentuknya :
Hukum tertulis , yaitu hukum yang dicantumkan pada berbagai perundangan
Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan) , yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat, tapi tidak tertulis, namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan
perundangan.
3. Menurut tempat berlakunya :
8
Hukum nasional , yaitu hukum yang berlaku dalam suatu Negara.
Hukum internasional , yaitu yang mengatur hubungan hubungan hukum dalam dunia
internasional.
4. Menurut waktu berlakunya :
Ius constitutum (hukum positif) , yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.
Ius constituendum , yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masa yang akan datang.
Hukum asasi (hukum alam) , yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu
dan untuk segala bangsa di dunia.
5. Menurut cara mempertahankannya :
Hukum material , yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan
hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan.
Hukum formal , yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur tentang bagaimana
cara melaksanakan hukum material
6. Menurut sifatnya :
Hukum yang memaksa , yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun mempunyai
paksaan mutlak.
Hukum yang mengatur , yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak
yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri.
7. Menurut wujudnya :
Hukum obyektif , yaitu hukum dalam suatu Negara berlaku umum.
Hukum subyektif , yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan berlaku pada orang
tertentu atau lebih. Disebut juga hak.
8. Menurut isinya :
Hukum privat , yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang
lain dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.
Hukum publik , yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat
kelengkapannya ata hubungan antara Negara dengan warganegara.
9
2.2 Pengertian, Bentuk, Jenis, Ciri-ciri, Sebab-sebab, Dampak, dan Langkah-
langkah pemberantasan korupsi
2.2.1 Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin corruption yaitu dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara haflah, korupsi
diartikan sebagai perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang
secara tidak wajar dan tidak legal memeperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan publik yang dipercayakan kepada mereka.
1. Bentuk dan jenis korupsi :
Mochtar Lubis membedakan korupsi dalam tiga jenis yaitu sebagai berikut
a. Penyuapan, apabila seorang pengusaha menawarkan uang atau jasa lain kepada
seseorang atau aparat negara untuk suatu jasa bagi pemberi uang
b. Pemerasan, apabila orang yang memegang kekuasaan menuntut membayar uang atau
jasa lain sebagai ganti atas imbal balik fasilitas yang diberikan.
c. Pencurian, apabila orang yang berkuasa menyalahgunakan kekuasaan dan mencuri
harta rakyat, langsung atau tidak langsung.
2. Ciri-ciri Korupsi
Menurut Syed Hussein Alatas, ciri-ciri korupsi adalah sebagai berikut.
a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dai satu orang
b. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.
c. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
d. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha menyelubungi
perbuatannya dengan berlindung dibalik pembenaran hukum.
e. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-keputusan
yang tegas dan mereka yang mampu untuk memengaruhi keputusan-keputusan itu.
f. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau
masyarakat umum.
g. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.
3. Sebab-sebab Korupsi
10
Menurut Syed Hussein Alatas penyebab adanya korupsi antara lain :
a. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku antikorupsi
b. Kemiskinan
c. Kurangnya pendidikan
d. Tiadanya tindak hukum yang tegas
e. Struktur pemerintah
f. Perubahan radikal
g. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika
h. Keadaan masyarakat.
4. Dampak Korupsi di Berbagai Bidang Kehidupan :
Bidang Hukum :
- Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada prinsip-prinsip keadailan hukum
- Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan peradilan.
- Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat
- Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan dengan uang
- Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat terutama rakyat miskin
- Peradilan dan kepastian hukum menjadi bertele-tele karena disalahgunakan oleh
aparat penegak hukum.
Bidang Politik :
- Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara tertentu (pemeritah pusat)
- Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung pada pemerintah pusat.
- Lemahnya sikap dan moralitas para penyelenggara negara
- Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya manusia indonesia.
- Terjadinya ketidakstabilan politik karena rakyat tidak percaya terhadap pemerintah.
- Diabaikannya pembangunan nasional karena penyelenggara negara disibukkan
dengan membuat kebijakan popilis bukan realistis.
Bidang Ekonomi :
- Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai orang yang berada di lingkaran
kekuasaan.
- Munculnya para pengusaha yang mengandalkan kebijakan pemerintah bukan
berdasarkan kemandirian.
11
- Rapuhnya dasar ekonomi nasional karena pertumbuhan ekonomi bukan didasarkan
pada kondisi sebenarnya
- Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis ekonomi kerakyatan.
- Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan ekonomi secara keseluruhan
- Hilangnya nilai moralitas dalam berusaha, yakni diterapkannya sistem ekonomi
kapitalis yang sangat merugikan pengusaha menengah dan kecil.
- Terjadinya tindak pencucian uang
Bidang Sosial dan Budaya :
- Hilangnya nilai-nilai moral sosial
- Hilangnya figur pemimpin dan contoh teladan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
- Berkurangnya tindakan menjunjung tinggi hukum, berkurangnya kepedulian dan
kesetiakawanan
- Lunturnya nilai-nilai budaya bangsa.
5. Langkah-langkah Pemberantasan Korupsi :
a. Pemberlakuan berbagai UU yang mempersempit peluang korupsi
b. Pembentukan berbagai lembaga yang diperlukan untuk mencegah korupsi
c. Pelaksanaan sistem rekruitmen aparat secara adil dan terbuka
d. Peningkatan kualitas kerja berbagai lembaga independen masyarakat untuk memantau
kinerja para penyelenggara negara
e. Pemberian gaji dan kesejahteraan pegawai yang memadai.
Cara yang kedua yang ditempuh untuk menindak lanjuti korupsi adalah :
a. Pemberian hukum secara sosial dalam bentuk isolasi kepada para koruptor
b. Penndakan secara tegas dan konsisten terhadap setiap aparat hukum yang bersikap tidak
tegas dan meloloskan koruptor dari jerat hukum
c. Penindakan secara tegas tanpa diskriminasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku terhadap para pelaku korupsi
d. Memberikan tekanan langsung kepada pemerintah dan lembaga-lembaga penegak
hukum untuk segera memproses secara hukum para pelaku korupsi.
12
Salah satu langkah nyata dalam upaya pemberantasan korupsi secara represif adalah
dengan ditetapkannya UU No. 46 Tahun 2003 tentang Pengendalian Tindak Pidana Korupsi.
Hakim dalam pengadilan tindak Pidana Korupsi terdiri dari hakim ad hoc yang persyaratan
dan pemilihan serta pengangkatannya berbeda dengan hakim pada umumnya. Keberadaan
hakim ad hoc diperlukan karena keahliannya sejalan dengan kompleksitas perkara tindak
pidana korupsi, baik yang menyangkut modus operandi, pembuktian, maupun luasnya
cakupan tindak pidana korupsi yang antara lain di bidang keuangan dan perbankan,
perpajakan, pasar modal , pengadaan barang dan jasa pemerintah.
2.3 Gambaran Umum Korupsi di Indonesia
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan
sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor
24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang
dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi
Tertib”yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib),
namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga
Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup
banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat
negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya
menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru
menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi &
Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara
yang Bersih & Bebas dari KKN.
2.4 Persepsi Masyarakat tentang Korupsi
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan
memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan
13
adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh
be-berapa oknum pejabat lokal, maupun nasional.
Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan
de-monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”.
Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para korup-tor.
Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas
terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin
berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan
secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.
2.5 Fenomena Korupsi di Indonesia
1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada
lembaga-lembaga politik yang ada.
2. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya “ok-num”
lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial, keaga-maan,
kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya.
3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak
di antara mereka yang tidak mampu.
4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih
“kepentingan rakyat”.
Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :
1. Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering beru-bah-
ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu.
2. Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepenting-an
umum.
3. Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-lomba
mencari keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.
4. Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta dan
kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.
5. Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok kecil
yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok masyarakat
besar (rakyat).
6. Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor di
bidang politik dan ekonomi-bisnis.
14
7. Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya ja-batan
dan hirarki politik kekuasaan.
2.6 Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-
upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan
memberan-tas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi
“martir” bagi para pelaku tindak KKN.
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
a. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
b. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good
governance.
c. Membangun kepercayaan masyarakat.
d. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
e. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.
2.7 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi
a. Upaya pencegahan (preventif).
b. Upaya penindakan (kuratif).
c. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
d. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
2.7.1 Upaya Pencegahan (Preventif)
a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada
bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tanggung
jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
15
f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi
dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan mela-lui
penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.
2.7.2 Upaya Penindakan (Kuratif)
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan
diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. Beberapa
contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :
a) Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik
Pemda NAD (2004).
b) Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
c) Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta
(2004).
d) Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuang-an
negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e) Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari
BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
f) Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
g) Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h) Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i) Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus
korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9 miliar
(2004).
j) Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).
2.7.3 Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa
a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait
dengan kepentingan publik.
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
16
c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke
tingkat pusat/nasional.
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-
rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.
2.7.4 Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang meng-awasi
dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari
sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi me-lalui usaha
pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd
tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan
pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba se-karang
menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik.
Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI
Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan
bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya, Medan, Semarang
dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara
terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun,
Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya,
Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan
Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.
17
BAB IIIPENUTUP
3.1 KesimpulanDari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol.
b. Tujuan hukum mempunyai sifat universal seperti ketertiban, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.
c. Hukum dibagi menjadi dua, yaitu Hukum Publik dan Hukum Privat. Hukum pidana
merupakan hukum publik, artinya bahwa Hukum pidana mengatur hubungan antara
para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan bilamana masyarakat itu
benar-benar memerlukan.
d. Macam-macam pembagian hukum, yaitu menurut sumber, bentuk, tempat berlaku,
waktu berlaku, cara mempertahankan, sifat, wujud, dan isinya.
e. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan
sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur
“penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran).
f. Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan
sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Korupsi di Indonesia semakin banyak
sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemim-pinan dan
kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi.
g. Rakyat kecil umumnya bersikap apatis dan acuh tak acuh. Kelompok mahasiswa
sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi.
h. Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia ialah selalu muncul kelom-pok
sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang
tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pri-badinya
dengan dalih “kepentingan rakyat”.
i. Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi ditunjukkan dengan KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korup-si.
j. Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dlam memberantas tindak korupsi di
Indonesia, antara lain :upaya pencegahan (preventif), upaya penindakan (kuratif),
upaya edukasi masyarakat/mahasiswa dan upaya edukasi LSM (Lembaga Swada-ya
Masyarakat).
18
3.2 Sarana. Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di Indo-nesia
agar mendapat informasi yang lebih akurat.b. Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasi-kannya
di dalam kehidupan sehari-hari.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://wawasanfadhitya.blogspot.com/2012/08/upaya-pemberantasan-korupsi-di-indonesia.htmlhttp://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di.html