makalah-pkn

29
1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah, “Hukum di Indonesia dan kejahatan korupsi” ini dapat diselesaikan. Tugas makalah ini atas tuntunan Sir Nanang mengenai pembahasan “Hukum di Indonesia dan kejahatan korupsi”. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XC SMA Al-Azhar Palu. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada penyusun. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok IV yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yaitu Ayudiah Khaerani Asikin, Indah Miftahul Huda, Muh. Adriansyah, Nabilah Syaifuddin, dan Siti Hutami Tri Oktavianti. Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya. Palu, 21 September 2015

Upload: siti-hutami

Post on 05-Jan-2016

17 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hukum di indonesia dan kejahatan korupsi

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah-PKN

1

KATA PENGANTAR

 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi

petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah, “Hukum di Indonesia dan kejahatan

korupsi” ini dapat diselesaikan. Tugas makalah ini atas tuntunan Sir Nanang mengenai

pembahasan “Hukum di Indonesia dan kejahatan korupsi”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Kelas XC SMA Al-Azhar Palu.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan,

bimbingan dan arahan kepada penyusun. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada

anggota kelompok IV yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yaitu Ayudiah

Khaerani Asikin, Indah Miftahul Huda, Muh. Adriansyah, Nabilah Syaifuddin, dan Siti

Hutami Tri Oktavianti.

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala

saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga makalah

ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

                                                                      Palu, 21 September 2015

                                                                                            

        

                                                                               Penyusun

Page 2: Makalah-PKN

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah................................................................................................. 3

1.2  Rumusan Masalah........................................................................................................... 3

1.3  Tujuan............................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, tujuan, jenis, dan macam-macam hukum di Indonesia………..................... 4

2.2 Pengertian, bentuk, jenis, ciri, sebab, dampak, langkah pemberantasan korupsi........... 9

2.3 Gambaran Umum Korupsi di Indonesia......................................................................... 12

2.4 Persepsi Masyarakat tentang Korupsi............................................................................. 12

2.5 Fenomena Korupsi di Indonesia..................................................................................... 13

2.6 Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi................................................... 14

2.7 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi....................................... 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 17

3.2 Saran.............................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 19

Page 3: Makalah-PKN

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa

maupun maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat

tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas untuk memajukan

kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikan negara. Hal ini tentu saja sangat

memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang

terbukti melekukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas tentang

korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya.

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud dengan hukum?

b) Apakah tujuan, jenis, dan macam-macam hukum di Indonesia?

c) Apa yang dimaksud dengan korupsi?

d) Apasajakah bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah

pemeberantasan korupsi?

e) Bagaimana gambaran umum tentang korupsi di Indonesia?

f) Bagaimana persepsi masyarakat tentang korupsi?

g) Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia?

h) Bagaimana peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi?

i) Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi?

1.3 Tujuan

a) Mengetahui pengertian dari hukum.

b) Mengetahui tujuan, jenis, dan macam-macam hukum di Indonesia.

c) Mengetahui pengertian dari korupsi.

d) Mengetahui bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah

pemeberantasan korupsi.

e) Mengetahui gambaran umum tentang korupsi yang ada di Indonesia.

f) Mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi.

g) Mengetahui fenomena korupsi di Indonesia.

h) Mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi.

i) Mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.

Page 4: Makalah-PKN

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN, TUJUAN, JENIS-JENIS DAN MACAM-MACAM PEMBAGIAN HUKUM

2.1.1 PENGERTIAN HUKUM

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku

manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol , hukum adalah aspek terpenting  dalam

pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan,  Hukum mempunyai tugas untuk

menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap masyarat

berhak untuk mendapat pembelaan didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum

adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur

kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.

2.1.2 TUJUAN HUKUM

Tujuan hukum mempunyai  sifat universal seperti  ketertiban, ketenteraman,

kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan

adanya hukum  maka tiap perkara dapat di selesaikan melaui proses pengadilan dengan

prantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,selain itu Hukum bertujuan untuk

menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.

2.1.3 JENIS-JENIS HUKUM DI INDONESIA

Hukum secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu Hukum Publik dan Hukum

Privat. Hukum pidana merupakan hukum publik, artinya bahwa Hukum pidana mengatur

hubungan antara para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan bilamana

masyarakat itu benar-benar memerlukan.

Van Hamel antara lain menyatakan bahwa Hukum Pidana telah berkembang menjadi

Hukum Publik, dimana pelaksanaannya sepenuhnya berada di dalam tangan negara, dengan

sedikit pengecualian. Pengeualiannya adalah terhadap delik-delik aduan (klacht-delicht).

Yang memerlukan adanya suatu pengaduan (klacht) terlebih dahulu dari pihak yang

dirugikan agar negara dapat menerapkannya.

Maka Hukum Pidana pada saat sekarang melihat kepentingan khusus para individu

bukanlah masalah utama, dengan perkataan laintitik berat Hukum Pidana ialah kepentingan

Page 5: Makalah-PKN

5

umum/masyarakat. Hubungan antara si tersalah dengan korban bukanlah hubungan antara

yang dirugikan dengan yang merugikan sebagaimana dalam Hukum Perdata, namun

hubungan itu ialah antara orang yang bersalah dengan Pemerintah yang bertugas menjamin

kepentingan umum atau kepentingan masyarakat sebagaimana ciri dari Hukum Publik.

Contoh Hukum Privat (Hukum Sipil) :

Hukum sipil dalam arti luas (Hukum perdata dan hukum dagang)

Hukum sipil dalam arti sempit (Hukum perdata saja)

Dalam bahasa asing diartikan :

a)    Hukum sipil : Privatatrecht atau Civilrecht

b)    Hukum perdata : Burgerlijkerecht

c)    Hukum dagang : Handelsrecht

Contoh hukum Hukum Publik :

Hukum perdata Indonesia :

Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang dibuat

oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya berfungsi untuk

mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya.

Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada

subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum.Hukum perdata disebut pula hukum

privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-

hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu

(hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha

negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara

penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang,

perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-

tindakan yang bersifat perdata lainnya.

Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum

tersebut juga memengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon

(yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara

persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika

Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan

sistem-sistem hukum lainnya.

Page 6: Makalah-PKN

6

Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya

hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang Hukum

Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang

kurang tepat dari di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan asas konkordansi.

Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia-Belanda, BW diberlakukan

mulai 1859.Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di

Perancis dengan beberapa penyesuaian. Sistematika yang ada pada KUHP tetap dipakai

sebagai acuan oleh para ahli hukum dan masih diajarkan pada fakultas-fakultas hukum di

Indonesia.

Hukum pidana Indonesia :

Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik.Hukum pidana terbagi menjadi

dua bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.Hukum pidana materiil

mengatur tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi). Di

Indonesia, pengaturan hukum pidana materiil diatur dalam kitab undang-undang hukum

pidana (KUHP). Hukum pidana formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana

materiil. Di Indonesia, pengaturan hukum pidana formil telah disahkan dengan UU nomor

8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP).

Hukum tata negara :

Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain

dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan

hukum (hak dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga negara. Hukum tata

negara mengatur mengenai negara dalam keadaan diam artinya bukan mengenai suatu

keadaan nyata dari suatu negara tertentu (sistem pemerintahan, sistem pemilu, dll dari

negara tertentu) tetapi lebih pada negara dalam arti luas.Hukum ini membicarakan negara

dalam arti yang abstrak.

Hukum tata usaha (administrasi) Negara :

Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan

administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam

menjalankan tugasnya .hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata

negara.kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal

Page 7: Makalah-PKN

7

perbedaan hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang

digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum

administrasi negara dimana negara dalam “keadaan yang bergerak”. Hukum tata usaha

negara juga sering disebut HTN dalam arti sempit.

Hukum acara perdata Indonesia :

Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara

beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum perdata. Dalam hukum

acara perdata, dapat dilihat dalam berbagai peraturan Belanda dulu(misalnya; Het Herziene

Inlandsh Reglement/HIR, RBG, RB,RO).

Hukum acara pidana Indonesia :

Hukum acara pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara

beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana. Hukum acara

pidana di Indonesia diatur dalam UU nomor 8 tahun 1981.

2.1.4 Macam-macam Pembagian Hukum

1. Menurut sumbernya :

Hukum undang-undang , yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan.

Hukum adat , yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan.

Hukum traktat , yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara suatu dalam perjanjian

Negara.

Hukum jurisprudensi , yaitu hukum yang terbentuk karena putusan hakim.

Hukum doktrin , yaitu hukum yang terbentuk dari pendapat seseorang atau beberapa orang

sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum.

2. Menurut bentuknya :

Hukum tertulis , yaitu hukum yang dicantumkan pada berbagai perundangan

Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan) , yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan

masyarakat, tapi tidak tertulis, namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan

perundangan.

3. Menurut tempat berlakunya :

Page 8: Makalah-PKN

8

Hukum nasional , yaitu hukum yang berlaku dalam suatu Negara.

Hukum internasional , yaitu yang mengatur hubungan hubungan hukum dalam dunia

internasional.

4. Menurut waktu berlakunya :

Ius constitutum (hukum positif) , yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu

masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.

Ius constituendum , yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masa yang akan datang.

Hukum asasi (hukum alam) , yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu

dan untuk segala bangsa di dunia.

5. Menurut cara mempertahankannya :

Hukum material , yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan

hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan.

Hukum formal , yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur tentang bagaimana

cara melaksanakan hukum material

6. Menurut sifatnya :

Hukum yang memaksa , yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun mempunyai

paksaan mutlak.

Hukum yang mengatur , yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak

yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri.

7. Menurut wujudnya :

Hukum obyektif , yaitu hukum dalam suatu Negara berlaku umum.

Hukum subyektif , yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan berlaku pada orang

tertentu atau lebih. Disebut juga hak.

8. Menurut isinya :

Hukum privat , yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang

lain dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.

Hukum publik , yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat

kelengkapannya ata hubungan antara Negara dengan warganegara.

Page 9: Makalah-PKN

9

2.2 Pengertian, Bentuk, Jenis, Ciri-ciri, Sebab-sebab, Dampak, dan Langkah-

langkah pemberantasan korupsi

2.2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin corruption yaitu dari kata kerja corrumpere yang

bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara haflah, korupsi

diartikan sebagai perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang

secara tidak wajar dan tidak legal memeperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat

dengannya, dengan menyalahgunakan publik yang dipercayakan kepada mereka.

1. Bentuk dan jenis korupsi :

Mochtar Lubis membedakan korupsi dalam tiga jenis yaitu sebagai berikut

a. Penyuapan, apabila seorang pengusaha menawarkan uang atau jasa lain kepada

seseorang atau aparat negara untuk suatu jasa bagi pemberi uang

b. Pemerasan, apabila orang yang memegang kekuasaan menuntut membayar uang atau

jasa lain sebagai ganti atas imbal balik fasilitas yang diberikan.

c. Pencurian, apabila orang yang berkuasa menyalahgunakan kekuasaan dan mencuri

harta rakyat, langsung atau tidak langsung.

2. Ciri-ciri Korupsi

Menurut Syed Hussein Alatas, ciri-ciri korupsi adalah sebagai berikut.

a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dai satu orang

b. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.

c. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.

d. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha menyelubungi

perbuatannya dengan berlindung dibalik pembenaran hukum.

e. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-keputusan

yang tegas dan mereka yang mampu untuk memengaruhi keputusan-keputusan itu.

f. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau

masyarakat umum.

g. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.

3. Sebab-sebab Korupsi

Page 10: Makalah-PKN

10

Menurut Syed Hussein Alatas penyebab adanya korupsi antara lain :

a. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku antikorupsi

b. Kemiskinan

c. Kurangnya pendidikan

d. Tiadanya tindak hukum yang tegas

e. Struktur pemerintah

f. Perubahan radikal

g. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika

h. Keadaan masyarakat.

4. Dampak Korupsi di Berbagai Bidang Kehidupan :

Bidang Hukum :

- Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada prinsip-prinsip keadailan hukum

- Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan peradilan.

- Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat

- Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan dengan uang

- Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat terutama rakyat miskin

- Peradilan dan kepastian hukum menjadi bertele-tele karena disalahgunakan oleh

aparat penegak hukum.

Bidang Politik :

- Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara tertentu (pemeritah pusat)

- Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung pada pemerintah pusat.

- Lemahnya sikap dan moralitas para penyelenggara negara

- Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya manusia indonesia.

- Terjadinya ketidakstabilan politik karena rakyat tidak percaya terhadap pemerintah.

- Diabaikannya pembangunan nasional karena penyelenggara negara disibukkan

dengan membuat kebijakan popilis bukan realistis.

Bidang Ekonomi :

- Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai orang yang berada di lingkaran

kekuasaan.

- Munculnya para pengusaha yang mengandalkan kebijakan pemerintah bukan

berdasarkan kemandirian.

Page 11: Makalah-PKN

11

- Rapuhnya dasar ekonomi nasional karena pertumbuhan ekonomi bukan didasarkan

pada kondisi sebenarnya

- Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis ekonomi kerakyatan.

- Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan ekonomi secara keseluruhan

- Hilangnya nilai moralitas dalam berusaha, yakni diterapkannya sistem ekonomi

kapitalis yang sangat merugikan pengusaha menengah dan kecil.

- Terjadinya tindak pencucian uang  

Bidang Sosial dan Budaya :

- Hilangnya nilai-nilai moral sosial

- Hilangnya figur pemimpin dan contoh teladan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara

- Berkurangnya tindakan menjunjung tinggi hukum, berkurangnya kepedulian dan

kesetiakawanan

- Lunturnya nilai-nilai budaya bangsa.

5. Langkah-langkah Pemberantasan Korupsi :

a. Pemberlakuan berbagai UU yang mempersempit peluang korupsi

b. Pembentukan berbagai lembaga yang diperlukan untuk mencegah korupsi

c. Pelaksanaan sistem rekruitmen aparat secara adil dan terbuka

d. Peningkatan kualitas kerja berbagai lembaga independen masyarakat untuk memantau

kinerja para penyelenggara negara

e. Pemberian gaji dan kesejahteraan pegawai yang memadai.

Cara yang kedua yang ditempuh untuk menindak lanjuti korupsi adalah :

a. Pemberian hukum secara sosial dalam bentuk isolasi kepada para koruptor

b. Penndakan secara tegas dan konsisten terhadap setiap aparat hukum yang bersikap tidak

tegas dan meloloskan koruptor dari jerat hukum

c. Penindakan secara tegas tanpa diskriminasi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku terhadap para pelaku korupsi

d. Memberikan tekanan langsung kepada pemerintah dan lembaga-lembaga penegak

hukum untuk segera memproses secara hukum para pelaku korupsi.

Page 12: Makalah-PKN

12

Salah satu langkah nyata dalam upaya pemberantasan korupsi secara represif adalah

dengan ditetapkannya UU No. 46 Tahun 2003 tentang Pengendalian Tindak Pidana Korupsi.

Hakim dalam pengadilan tindak Pidana Korupsi terdiri dari hakim ad hoc yang persyaratan

dan pemilihan serta pengangkatannya berbeda dengan hakim pada umumnya. Keberadaan

hakim ad hoc diperlukan karena keahliannya sejalan dengan kompleksitas perkara tindak

pidana korupsi, baik yang menyangkut modus operandi, pembuktian, maupun luasnya

cakupan tindak pidana korupsi yang antara lain di bidang keuangan dan perbankan,

perpajakan, pasar modal , pengadaan barang dan jasa pemerintah.

2.3 Gambaran Umum Korupsi di Indonesia

Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan

sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor

24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim

Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang

dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.

Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi

Tertib”yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib),

namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga

Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999.

Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup

banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat

negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya

menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru

menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi &

Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor

IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara

yang Bersih & Bebas dari KKN.

2.4 Persepsi Masyarakat tentang Korupsi

Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan

memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan

Page 13: Makalah-PKN

13

adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh

be-berapa oknum pejabat lokal, maupun nasional.

Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan

de-monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”.

Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para korup-tor.

Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas

terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin

berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan

secara  menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.

2.5 Fenomena Korupsi di Indonesia

1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada

lembaga-lembaga politik yang ada.

2. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya “ok-num”

lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial, keaga-maan,

kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya.

3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak

di antara mereka yang tidak mampu.

4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih

“kepentingan rakyat”.

Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai berikut :

1. Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering beru-bah-

ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu.

2. Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepenting-an

umum.

3. Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-lomba

mencari keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.

4. Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta dan

kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.

5. Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok kecil

yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada kelompok masyarakat

besar (rakyat).

6. Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor di

bidang politik dan ekonomi-bisnis.

Page 14: Makalah-PKN

14

7. Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya ja-batan

dan hirarki politik kekuasaan.

2.6 Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-

upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.

KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan

memberan-tas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi

“martir” bagi para pelaku tindak KKN.

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :

a. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.

b. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good

governance.

c. Membangun kepercayaan masyarakat.

d. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.

e. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

2.7 Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi

a. Upaya pencegahan (preventif).

b. Upaya penindakan (kuratif).

c. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.

d. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

2.7.1 Upaya Pencegahan (Preventif)

a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada

bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.

b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.

c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tanggung

jawab yang tinggi.

d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua.

e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.

Page 15: Makalah-PKN

15

f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi

dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.

g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.

h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan mela-lui

penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

2.7.2 Upaya Penindakan (Kuratif)

Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan

diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. Beberapa

contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :

a) Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik

Pemda NAD (2004).

b) Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan

pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.

c) Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta

(2004).

d) Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuang-an

negara Rp 10 milyar lebih (2004).

e) Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari

BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).

f) Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).

g) Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).

h) Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.

i) Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus

korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9 miliar

(2004).

j) Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

2.7.3 Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa

a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait

dengan kepentingan publik.

b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

Page 16: Makalah-PKN

16

c. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke

tingkat pusat/nasional.

d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-

rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam

setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

2.7.4 Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang meng-awasi

dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari

sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi me-lalui usaha

pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd

tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan

pasca-Soeharto yg bebas korupsi.

b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan

memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba se-karang

menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik.

Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI

Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan

bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya, Medan, Semarang

dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara

terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun,

Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya,

Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan

Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.

Page 17: Makalah-PKN

17

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanDari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol.

b. Tujuan hukum mempunyai  sifat universal seperti  ketertiban, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.

c. Hukum dibagi menjadi dua, yaitu Hukum Publik dan Hukum Privat. Hukum pidana

merupakan hukum publik, artinya bahwa Hukum pidana mengatur hubungan antara

para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan bilamana masyarakat itu

benar-benar memerlukan.

d. Macam-macam pembagian hukum, yaitu menurut sumber, bentuk, tempat berlaku,

waktu berlaku, cara mempertahankan, sifat, wujud, dan isinya.

e. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan

sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur

“penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran).

f. Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan

sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Korupsi di Indonesia semakin banyak

sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemim-pinan dan

kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis multidimensi.

g. Rakyat kecil umumnya bersikap apatis dan acuh tak acuh. Kelompok mahasiswa

sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan demonstrasi.

h. Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia ialah selalu muncul kelom-pok

sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka yang

tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pri-badinya

dengan dalih “kepentingan rakyat”.

i. Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi ditunjukkan dengan KPK

(Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan

melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korup-si.

j. Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dlam memberantas tindak korupsi di

Indonesia, antara lain :upaya pencegahan (preventif), upaya penindakan (kuratif),

upaya edukasi masyarakat/mahasiswa dan upaya edukasi LSM (Lembaga Swada-ya

Masyarakat).

Page 18: Makalah-PKN

18

3.2 Sarana. Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di Indo-nesia

agar mendapat informasi yang lebih akurat.b. Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasi-kannya

di dalam kehidupan sehari-hari.

Page 19: Makalah-PKN

19

DAFTAR PUSTAKA

http://wawasanfadhitya.blogspot.com/2012/08/upaya-pemberantasan-korupsi-di-indonesia.htmlhttp://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di.html