makalah pk fix

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor. Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan). 1

Upload: enggyinglian

Post on 16-Sep-2015

246 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangAncaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membantingbanting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor.Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses keperawatan.1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumMengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan.

1.2.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan2. Mengetahui penyebab dari perilaku kekerasan3. Mengetahui tandadan gejala dari perilaku kekerasan4. Mengetahui penatalaksanaan dari perilaku kekerasan5. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dari perilaku kekerasan

BAB IILANDASAN TEORI2.1 DefinisiPerilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Sundeen (2007), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.Perasaan marah normal bagi tiap individu. Namun, pada pasien perilaku kekerasan mengungkapkan rasa kemarahan secara fluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang tidak dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 2007).2.2 Proses terjadinya perilaku kekerasan2.2.1 Faktor predisposisi1. Teori biologik1. Neurologic factor, beragam komponen dari sistem syaraf seperti synap, neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran memfasilitai atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan memengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif.1. Genetic factor, adanya faktor gen yang diturunkan melaui orang tua, menjadi potnsi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karyotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tesangkut hukum akibat perilaku agresif.1. Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu. Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap agresif.1. Biochemistry factor (faktor biokimia tbuh) seperti neurotransmitter di otak (epineprin, norepineprin, dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan akan dihantar melalui impuls neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui serabut efferent. Peingkatan hormon androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan serebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif.1. Brain area disorder, gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditmukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.1. Teori psikologik1. Teori psikoanalisa. Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang (life span hystory). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak todak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhi kepuasan dan rasa aman dapt mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.1. Imitation, modeling, and information processing theory. Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang menolelir kekerasan. Adanya contoh, modle dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka degan reward positf (makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihi dan mencium boneka tersebut dengan reward positif pula (makin baik belaiannya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.1. Learning theory. Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respons ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.1. Teori sosiokulturalDalam budaya tertentu seperti seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji atau kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada kemusyirikkan secara tidak langsung turut menumpuk sikap agresif dan ingin menang sendiri. Kontrol masyarakat yang rendah dan kecendrungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi, film-film kekerasan, mistik, tahayul dan perdukunan (santet, teluh) dalam tayangan televisi.1. Aspek religiusitasDalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan dan bisikan syetan yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal 9devil support). Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syetan melaui pembuluh darah ke jantung, otak dan organ vital manusia lain yang dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan harus segera terpenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama (super ego).2.2.2 Faktor presipitasiFaktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan:1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.1. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.1. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalh cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.1. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.1. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frutasi.1. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.2.3 Manifestasi KlinisData perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini :1. Muka merah dan tegang2. Pandangan tajam3. Mengatupkan raghang dengan kuat4. Mengepalkan tangan5. Jalan mondar mandir6. Bicara kasar7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak8. Mengancam secara verbal atau fisik9. Melempar atau memukul benda/ orang lain10. Merusak barang atau benda11. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan.2.4 Pohon MasalahStuart dan Sundeen (1997) mengidentifikasi pohon masalah perilakukekerasan sebagai berikut:Perilaku kekerasanPerubahan persepsi sensori halusinasiIsolasi sosialGangguan harga diri kronisInefektif proses terapiKoping keluarga tidak efektifBerduka disfungsionalResiko tinggi mencederai orang lain

2.5 Prinsip - Prinsip Dalam Pengelolaan Klien Dengan Perilaku KekerasanPrinsip yang perlu diperhatikan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Seluruh staf sebaiknya diberi latihan khusus mengenai pencegahan dan pengelolaan klien perilaku kekerasan termasuk bermain peran untuk memberikan intervensi keperawatan. Perbandingan klien dengan perawat 1:1.2. Pada pasien kehilangan kendali secara akut, tangani segera dengan pengekangan fisik. Untuk memberikan tindakan pengamanan staf, sebaiknya dilakukan secara kompak, tidak dibenarkan menghadapi klien dengan perilaku kekerasan seorang diri.3. Berikan informasi atas tindakan yang akan dilakukan dan pemberian obat.4. Staf sebaiknya harus dapat melindungi bagian tubuh yang vital dari upaya perlukaan. 5. Setelah situasi ditangani, segera mungkin staf mendiskusikan insiden yang terjadi.6. Setelah klien tenang dan dapat mengontrol perilakunya, berikan kesempatan kepadanya untuk mengekspresikan perasaannya.7. Berikan penguatan positif apabila klien dapat mengekspresikan perasaannya. (Sujono dan Teguh, 2009)2.6 Asuhan Keperawatan2.6.1 PengkajianPerilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun fisiologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lan, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:1. Muka merah dan tegang1. Pandangan tajam1. Mengatupkan rahang dengan kuat1. Mengepalkan tangan1. Jalan mondar-mandir1. Bicara kasar1. Suara tinggi, menjerit atau berteriak1. Mengancam secara verbal atau fisik1. Melempar atau memukul benda/orang lain1. Merusakn barang atau benda1. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan2.6.2 Diagnosis keperawatanDiagnosis keperawatan ditetapkan sesuai data dengan data yang didapat, dan saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempumyai kemampuan untuk mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut. Diagnosis yang berlaku pada gangguan ini adalah Risiko Perilaku Kekerasan.2.6.3 IntervensiTindakan keperawatan1. Tindakan keperawatan untuk pasien1. Tujuan:1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan1. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan1. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya1. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya1. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya1. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.1. Tindakan keperawatan:1. Bina hubungan saling percaya. Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan anda. Tindakan yang harus anda lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:1. Mengucapkan salam teraupetik1. Berjabat tangan1. Menjelaskan tujuan interaksi1. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.1. Diskusikan bersama klien pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu1. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual1. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah, yaitu secara verbal terhadap:1. Orang lain1. Diri sendiri1. Lingkungan1. Diskusikan bersama pasien akibat perilaku1. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:1. Fisik: pukul kasur dan bantal, tarik napas dalam1. Obat1. Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marah1. Spiritual: kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien1. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:1. Latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal1. Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal1. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal1. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik1. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal1. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual1. Diskusikan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan pasien1. Latih kontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan pasien1. Buat jadwal latihan kegiatan ibadah1. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat1. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.1. Susun jadwal minum obat secara teratur1. Ikut-sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol perilaku kekerasan.

SP 1 pasien : Bina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat serta cara mengontrol secara fisik ke-1

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini!Orientasi:Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya A K,panggil saya A, saya perawat yang dinas di puskesmas.. nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?Bagaimana perasaan Bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah?Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapakBerapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, Pak? Bagaimana kalau diruang tamu?Kerja: Apa yang menyebabkan Bapak marah ? Apakah sebelumnya Bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?O.. Iya, jadi ada 2 penyebab marah Bapak.Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang kerumah dan istri belum menyediakan makanan (mis. Ini penyebab marah pasien), apa yang Bapak rasakan> (tunggu respon pasien)Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?Setelah itu apa yang Bapak lakukan? O.. iya, jadi Bapak memukul istri Bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang Bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-pring pecah. Menurut bapakadakah cara lain yang labih baik? Maukah Bapak belajr cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan keruugian?Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.Bagaimana kalau kita belajr satu cara dulu?Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka Bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.. tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah dapat melakukannya. Bagaimana perasaannya?Nah, sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah terbiasa melakukannya.Terminasi:Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan Bapak?Iya jadi ada 2 penyebab Bapak marah.. (sebutkan) dan yang Bapak rasakan.. (sebutkan) dan yang Bapak lakukan.. (sebutkan) serta akibatnya (sebutkan)Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Bapak yang lalu. Jangan lupa latihan napas dalamnya ya Pak. Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari Bapak mau latihan napas dalam? Jam berapa saja pak? Baik, bagaimana kalau 2 hari lagi saya datang dan kita latihan cara lain untuk mencegah/mengontrol marah? Tempatnya dirumah Bapak saja ya, Selamat pagi!

SP 2 pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke 2

1. Evaluasi latihan napas dalam1. Latihan cara fisik ke 2 pukul kasur dan bantal1. Susun jadwal kegiatan harian cara keduaOrientasi:Selamat pagi, Pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang lagi.Bagaimana perasaan Bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan Bapak marah? Apakah latihan napas dalamnya sudah dilakukan? Coba saya lihat jadwal kegiatannya. Bagus sekali, Bapak telah lakukan dengan baik.Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?Di mana kita bicara? Bagaimana kalau diruang tamu?Kerja:Kalau ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul perasaan kesal, dada berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam Bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal.Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar Bapak? Jadi kalau nanti Bapak kesal dan ingin marah, langsung kekamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali Bapak melakukan.Lampiaskan kekesalan ke kasur atau bantal.Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya.Terminasi:Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba Bapak sebutkan lagi! Bagus!Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan Bapak sehari-hari. Pukul kasur bantal mau pukul berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?Baik, jadi pukul 5 pagi dan pukul 3 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya, Pak. Sekarang kita masukan di jadwal kegiatan Bapak. Bagaimana kalau dua hari lagi kita ketemu untuk latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara yang baik. Mau pukul berapa, Pak? Baik, pukul 10 pagi ya. Sampai jumpa!

SP 3 pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal

1. Evaluasi jadwal harianuntuk dua cara fisik1. Latiahn mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik1. Susun jadwal latian mengungkapkan marah secara verbalPeragakan kepada pasangan anda komunikasi di bawah ini!Orientasi:Selamat pagi, Pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi.Bagaimana Pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang dirasakn setelah melakukan latihan secara teratur.Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.Bagus. Nah kalau tarik napas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau setelah di ingatkan suster atau ibu baru di lakukan maka tulis B, artinya dibantu atau di ingatkan. Nah kalau tidah dilakukan tulis T, artinga belum dapat melakukan.Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?Di mana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau tempat yang sama?Berapa lama Bapak mau kita berbincanf-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?Kerja:Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah di salurkan melalui tarik napas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya Pak, yaitu:Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang sama istri tidak diberi. Coba Bapak minta uang dengan baik: Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok. Nanti dapat dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus Pak.Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Bapak tidak ingin melakukannya, katakan: Maaf saya tidak dapat melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba Bapak praktekkan. Bagus Pak!Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal, Bapak dapat mengatakan: Saya jadi ingin marah karena perkataan itu. Coba praktekkan. Bagus!Terminasi:Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?Coba Bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.Bagus sekali, sekarang mari kita masukan ke dalam jadwal. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara dengan baik? Dapat kita buat jadwalnya?Coba masukan ke dalam jadwal latihan sehari-hari, mis, meminta obat, uang, dll. Bagus nanti di coba ya, Pak! Nah, sudah berapa cara yang Bapak pelajari? Bagus, betul sekali 5 cara yaitu 2 cara fisik dan 3 cara bicara yang baik.Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu lagi?Nanti kita akan membicarakan cara ketiga untuk mengatasi rasa marah Bapak yaitu dengan cara ibadah, Bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya!

SP 4 pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

1. Diskusikan hasil latiha mengontrolperilaku kekerasan secarafisik dan sosial/verbal1. Latihan sholat/berdoa1. Buat jadwal latihan sholat/ berdoa

Orientasi:selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya dating lagi. Baik, yang mana yang mau dicoba?Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan stelah melakukan latihan secara teratur?Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya?Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat tadi?Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Kerja:Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana yang mau dicoba?Nah, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat.Bapak dapat melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.Coba Bapak sebutkan sholat 5 waktu! Bagus. Mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya. (untuk yang muslim)

Terminasi:Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Mau berapa kali Bapak sholat? Baik kita masukkan sholat dan (sesuai kesepakatan pasien).Coba Bapak sebutksn lgi cara ibadah yang dapat Bapak lakukan bila Bapak merasa marah!Setelah ini coba Bapak lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi!Besok kita ketemu lagi ya Pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan minum obat. Mau pukul berapa, Pak? Seperti sekarang saja, pukul 10 ya?Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju Pak?

SP 5 pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih1. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan kegunaan obat dan akibat berhenti minum obat.1. Susun jadwal minum obat secara teraturPeragakan kepada pasangan Anda komunikasi dibawa ini!Selamat pagi Pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi.Bagaimana Pak sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat cek kegiatannya. Jadi rasa marah sudah berkurang.Bagaimana kalau sekrang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa mara?Dimana enakknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat kemarin?Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?Kerja: (perawat membawa obat pasien)Bapak sudah dapat obat dari dokter?Berapa macam obat yang bapak minum?Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih namanya THP agar rileks dan tenang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikitan teratur dan rasa marah berkurang. Semua ini harus Bapak minum 3 kali sehari pada pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya Bapak dapat menghisap-isap es batu.Bila mata terasa berkunang-kunang, Bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu.Sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, pukul berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.Sekarang kita masukan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya, pak.

Terminasi:Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakaptentang cara minum obat yang benar?Coba Bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya.Baik, dua hari lagi kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana Bapak melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.Sampai jumpa!

1. Tindakan keperawatan untuk keluarga1. Tujuan Keluarga dapat merawat pasien dirumah.1. Tindakan keperawatan:1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien1. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)1. Diskusikan bersama kelluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.1. Latih keluarga merawat asien dengan perilaku kekerasan.1. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat1. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat1. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan1. Buat perawatan lanjutanSP 1 keluarga : Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku kekerasan di rumah

1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien1. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)1. Diskusikan bersama kelluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.Orientasi:Selamat pagi, Bu, perkenalkan nama saya AK, saya perawat dari ruang Soka ini, saya akan merawat Bapak (pasien). Nama Ibu siapa, senangnya dipanggil apa?Dapat kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?Dimana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau diruang tamu?Kerja:Bu, apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat bapak? Apa yang ibu lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskan tantang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.Bu, marah adlah suatu perasaan yang wajar tetapi dapat tidak disalurkan dengan benar membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkunganYang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adlah kalau dia merasa direndahkan, dan keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya, bu?Kalau nanti wajah suamiibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar? Perubahan terjadi jika apa bu? Lalu apa yang biasa dia lakukan?Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tetapi tegas,jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekita Bapak seperti gelas dan pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak.Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa kepuskesmas atau RSJ setelah sebelumnya diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta bantuan orang lain saat mengikat Bapak ya, Bu, lakukan dengan tidak menyakiti Bapak dan di jelaskan alasan mengikat yaitu agar bapak tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.Nah Bu, iibu sudah lihatkan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu dapat bantu bapak dengan cara mengingatkan jadwal latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan minu obat teratur.Kalau Bapak dapat melakukan latihannya dengan baik jangan lupa puji ya bu.

Terminasi:Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak!Setelah ini coba ibu ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk bapak ya,Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?Tempatnya di sini lagi ya, Bu?

SP 2 keluarga : Latihan keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan

1. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah1. Anjurkann keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat1. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat1. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasanOrientasi:Selamat pagi, bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah Bapak. Apakah sudah berkurang rasa marah Bapak?Bagaimana, Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau ibu tanyakan?Berapa lama waktu yang ibu inginkan untuk kita latihan?Bagaimana kalau kita latihan disini saja? Sebentar saya panggilkan bapak supaya dapat berlatih bersama.

Kerja:Nah Pak, coba ceritakan kepada ibu, latihan yang sudah bapak lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada ibu jadwal harian bapak! Bagus!Nanti Ibu dapat membantu Bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya, Pak.Masih ingat Pak, Bu, kalau tanda-tanda marah sudah Bapak rasakan maka yang harus dilakukan Bapak adalah..?Ya..betul, Bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarga/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hdung, bagus..tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu Bapak menghitung latihan ini sampai 5 kaliBagus sekali, Bapak dan ibu sudah dapat melakukannya dengan baik.Cara yang kedua masih ingat Pak, Bu?Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul perasaan kesal, dada berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam Bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal.Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar Bapak? Jadi kalau nanti Bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan melampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi Ibu, berikan Bapak semangat ya Bu. Ya, bagus sekali Bapak melakukannya.Caraa yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktikkan langsung kepada Ibu cara bicara ini:1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, mis..: Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba Bapak praktekkan. Bagus Pak!1. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Bapak tidak ingin melakukannya, katakana: Maaf saya tidak dapat melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba Bapak praktekkan. Bagus Pak!1. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan: Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu. Coba praktekkan. Bagus!1. Cara berikutnya adlah kalau Bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat.Bapak dapat melakukan sholat secra teratur dengan di damping Ibu untuk meredakn kemarahan. (untuk yang muslim). Cara terakhir adlah minum obat secars teratus ya pak, Bu, agar pikiran Bapak jadi tenang, tidak ada rasa marah.Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!Dua hari yang lallu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang Bapak dapatkan, Ibu tolong ingatkan Bapak untuk meminumnya secara teratur dan jamgan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter.Terminasi:Baiklah, Bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada Bapak.Dapat ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat. Jangan lupa berikan pujian untuk bapak bila dapat melakukan dengan benar ya, Bu!Baik 2 hari lagi ibu dan Bapak bertemu saya untuk melihat manfaat kegiatan yang telah disusun.Pukul 10 seperti hari ini ya Bu. Sampai jumpa!

SP 3 keluarga : Jelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga

Buat perencanaan pulang bersama keluargaOrientasi:Selamat pagi, Pak, Bu, karena saya sudah akan berakhir, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perawatan lanjutan untuk keluarga bapak/ibu. Apakah sudah di puji keberhasilannya?Nah sekarang bagaimana kalaubicara jadwal kegiatan dan manfaat kegiatan yang telah dilakukan.Berapa lama waktu yang Bapak dan Ibu inginkan untuk kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?Kerja:Pak, Bu, jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Bapak. Kalau mis.. bapak menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, segera hubungi saya di Puskesmas.. ini nomor teleponnya xxxx. Selanjutnya keadaan Bapak akan dipantau.Terminasi:Bagaimana, Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, tindak lanjut kepuskesmas). Baik, sekali seminggu akan kami pantau kondisi Bapak. Sampai jumpa!

Evaluasi1. Kemampuan Pasien dan Keluarga2. Kemampuan Perawat

BAB IIIPENUTUP2. KesimpulanPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan(violence)di sisi yang lain.2. Saran Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam mengatasi masalahnya.Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah perilaku kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.

DAFTAR PUSTAKAKeliat, Ana Budi. Dkk. 2011. Model Praktik Keperawatan professional Jiwa, Jakarta; EGCStuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGCYosep, Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika Aditama

29