makalah ph

41
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................i DAFTAR ISI..............................................ii BAB 1................................................... 1 PENDAHULUAN............................................. 1 1.1 LATAR BELAKANG.....................................1 1.2 TUJUAN.............................................3 1.3 MANFAAT............................................3 BAB 2................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA........................................ 4 2.1 Pengertian Program Kesehatan Ibu dan Anak..........4 2.2 Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak..............4 2.3 Prinsip Pengelolaan Program KIA KB.................5 2.3.1..............................Pelayanan Antenatal 6 2.3.2...........................Pertolongan Persalinan 8 2.3.3....................Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 9 2.3.4.....................Pelayanan Kesehatan Neonatus 10 2.3.5.......Deteksi Dini Faktor Risiko dan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus oleh Tenaga Kesehatan maupun Masyarakat..............................11 2.3.6..................Penanganan Komplikasi Kebidanan 14 2.3.7.............Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi 15 2.3.8.........................Pelayanan Kesehatan Bayi 17 2.3.9..................Pelayanan Kesehatan Anak Balita 17 2.3.10........................Pelayanan KB Berkualitas 19 2.4 Manajemen Kegiatan KIA............................20

Upload: patria-ardian

Post on 16-Feb-2016

243 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

public health

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ph

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR.................................................................................................iDAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB 1............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................11.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................11.2 TUJUAN..........................................................................................................31.3 MANFAAT......................................................................................................3

BAB 2............................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................42.1 Pengertian Program Kesehatan Ibu dan Anak............................................42.2 Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak..................................................42.3 Prinsip Pengelolaan Program KIA KB.........................................................5

2.3.1 Pelayanan Antenatal...................................................................................62.3.2 Pertolongan Persalinan...............................................................................82.3.3 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas..................................................................92.3.4 Pelayanan Kesehatan Neonatus...............................................................102.3.5 Deteksi Dini Faktor Risiko dan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus

oleh Tenaga Kesehatan maupun Masyarakat...........................................112.3.6 Penanganan Komplikasi Kebidanan........................................................142.3.7 Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi.................................................152.3.8 Pelayanan Kesehatan Bayi.......................................................................172.3.9 Pelayanan Kesehatan Anak Balita...........................................................172.3.10 Pelayanan KB Berkualitas.....................................................................19

2.4 Manajemen Kegiatan KIA...........................................................................20

BAB 3..........................................................................................................................23

RINGKASAN.............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................26

Page 2: Makalah Ph

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ditentukan oleh indeks

kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks pendapatan. Indeks kemampuan

pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan umur harapan hidup

yang dipengaruhi tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka

kematian perinatal. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan kondisi derajat kesehatan

masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan.

Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang

meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan

kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan, dan dalam

masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama

kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data Survey

Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di

Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut

menggambarkan masih diperlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh

dan lebih bermutu.1 Penyebab kematian ibu yang paling umum di

Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %,

preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, trauma obstetri 5 % dan lain –

lain 11 %2. Selain itu, ada beberapa penyebab tidak langsung yang biasa

dikenal dengan 3 Terlambat dan 4 Terlalu. 3 Terlambat yaitu terlambat

mengetahui tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai

pelayanan kesehatan, dan terlambat memperoleh pertolongan di fasilitas

kesehatan. Sementara 4 Terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu

banyak anak, dan terlalu dekat jarak persalinan.

1

Page 3: Makalah Ph

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12

bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu 1 tahun. Kesehatan

bayi merupakan salah satu parameter yang berkaitan dengan berbagai

faktor antara lain, kesehatan ibu, mutu akses ke layanan medis, kondisi

sosioekonomi dan praktik kesehatan masyarakat.3 Di Indonesia, tercatat

bahwa AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.4 Berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di

Indonesia adalah gangguan pernapasan/ respiratory disorders (35,9%),

prematuritas (32,4%), dan sepsis neonatorum (12,0%) (Depkes, 2008).4

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)

Indonesia masih tertinggi di Asia. Berdasarkan kesepakatan global

(Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan

Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun

waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi menurun sebesar dua-pertiga

dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai

komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000

kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi menjadi 23/1.000 kelahiran hidup

pada tahun 2015.2

Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak

tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative. Setelah itu

secara konseptual telah diperkenalkan lagi Making Pregnancy Safer (MPS)

yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Sejak tahun 1985

pemerintah merancang Child Survival (CS) untuk penurunan AKB. Kedua

Strategi tersebut diatas telah sejalan dengan Grand Strategi DEPKES

tahun 2004.2

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu,

bayi baru lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di

desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku

Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas

kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di

2

Page 4: Makalah Ph

Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Seorang dokter umum sebagai

dokter layanan primer dalam penyelenggaraan kesehatan sudah sepatutnya

berpartisipasi aktif dalam mendukung pencapaian target MDGs 2015.6

1.2 TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk kesehatan

ibu dan anak.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat

b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pentingnya Kesehatan Ibu dan

Anak

c. Mahasiswa mengerti indicator yang ada dalam KIA

d. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kontrasepsi

1.3 MANFAAT

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis

dan pembaca khususnya dokter agar dapat lebih mengetahui dan

memahami mengenai program kesehatan ibu dan anak.

3

Page 5: Makalah Ph

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Program Kesehatan Ibu dan Anak

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu dari

program - program pokok Puskesmas yang bertujuan untu memantapkan

dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif

dan efisien meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu

dengan komplikasi kehamilan, keluarga berencana, neonates, bayi baru

lahir dengan komplikasi, bayi dan balita serta anak pra sekolah.

Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya

memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan

masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non

klinis terkait kehamilan dan persalinan.

Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang

dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat

transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan,

pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.

Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada

masyarakat,  pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para

dukun bayi serta pembinaan kesehatan  di taman kanak-kanak.

2.2 Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak

1. Tujuan Umum

Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya

kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang

optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat

pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia

Sehat 2015, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk

4

Page 6: Makalah Ph

menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan

bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku)

dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan

menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan

kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan Posyandu dan

sebagainya.

b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak

prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa

Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.

c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita,

ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.

d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.

e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga

dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu,

balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu

dalam keluarganya.

2.3 Prinsip Pengelolaan Program KIA KB

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan

meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan

efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan

pokok sebagai berikut:2

1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil

di semua fasilitas kesehatan.

5

Page 7: Makalah Ph

2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten

diarahkan ke fasilitas kesehatan.

3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua

fasilitas kesehatan.

4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua

fasilitas kesehatan.

5. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh

tenaga kesehatan maupun masyarakat.

6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara

adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.

7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di

semua fasilitas kesehatan.

8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita

sesuaistandar di semua fasilitas kesehatan.

9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

2.3.1 Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan

sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar

Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi

anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan

laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai

risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).2

Dalam penerapannya terdiri atas:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

2. Ukur tekanan darah.

3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).

4. Ukur tinggi fundus uteri.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

6

Page 8: Makalah Ph

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan.

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

8. Test laboratorium (rutin dan khusus).

9. Tatalaksana kasus

10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan

darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan

khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko,

pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,

tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia. Dengan demikian maka secara

operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh

tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa

frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,

dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai

berikut:

- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.

- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.

- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk

menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor

risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.

Tujuan asuhan antenatal antara lain:5

1. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, social ibu

dan bayi

7

Page 9: Makalah Ph

3. Mengenali secara dini adanya ketidakabnormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama ibu hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan, dan pembedahan

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI ekslusif

6. Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bagi bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat bagi ibu dan

janin, antara lain:5

1. Bagi ibu

a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan

mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi kehamilan

b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental, dan fisik ibu

hamil dalam menghadapi persoalan

c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat

memberikan ASI

d. Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi

2. Bagi janin

Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga

mengurangi persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan kesehatan

bayi sebagai titik awal kualitas sumber daya manusia.

Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan

antenatal kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter,

bidan dan perawat.

8

Page 10: Makalah Ph

2.3.2 Pertolongan Persalinan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan

persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong

persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas

pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan

akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas

pelayanan kesehatan.2

Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

1. Pencegahan infeksi

2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.

3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang

4. lebih tinggi.

5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

2.3.3 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga

kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan

pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan

KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan nifas minimal

sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :2

Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari

setelah persalinan.

Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-

28 setelah persalinan.

Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari

ke-42 setelah persalinan.

9

Page 11: Makalah Ph

Pelayanan yang diberikan adalah :

1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.

4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama

segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian

kapsul Vitamin A pertama.

6. KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu yang

mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan

(sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).

2.3.4 Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah

lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.2

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48

Jam setelah lahir.

2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke

3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.

3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke

8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila

terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar

kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu

pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di

10

Page 12: Makalah Ph

fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas

kesehatan selama 24 jam pertama.2

Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara

komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru

Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu

Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang

meliputi :

1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir

Perawatan Tali pusat

Melaksanakan ASI Eksklusif

Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1

Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik

Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0

2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM

Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.

Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu

perawatan bayi baru lahir

Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi

baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.

Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

2.3.5 Deteksi Dini Faktor Risiko dan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus

oleh Tenaga Kesehatan maupun Masyarakat

Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang

dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan

komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang

normal , tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh

karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang

11

Page 13: Makalah Ph

adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini

mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian

ibu dan bayi yang dilahirkannya.2

Faktor risiko pada ibu hamil adalah :

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2. Anak lebih dari 4.

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.

4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari

23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.

5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.

6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk

panggul dan tulang belakang

7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum

kehamilan ini.

8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,

kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes

Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan

9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik

terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat

kongenital

10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio

sesarea, ekstraksi vakum/ forseps.

11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan,

infeksi masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).

12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan

riwayat cacat kongenital.

13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.

14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.

15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia

kehamilan lebih dari 32 minggu.

12

Page 14: Makalah Ph

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :

1. Ketuban pecah dini.

2. Perdarahan pervaginam :

Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta

Intra Partum : robekan jalan lahir

Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,

kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri

3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik >

140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial

4. Ancaman persalinan prematur.

5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis,

sepsis.

6. Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju.

7. Infeksi masa nifas.

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat

penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu

dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk

kasus risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh

tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting

dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.

Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada

ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko

terjadinya komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk komplikasi pada

Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :

1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua

2. Riwayat Kejang

3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis

4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit

5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C

6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat

7. Merintih

13

Page 15: Makalah Ph

8. Ada pustul Kulit

9. Nanah banyak di mata

10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.

11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat

12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat

13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian

ASI

14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram

15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.

Komplikasi pada neonatus antara lain :

a. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)

b. Asfiksia

c. Infeksi Bakteri

d. Kejang

e. Ikterus

f. Diare

g. Hipotermia

h. Tetanus neonatorum

i. Masalah pemberian ASI

j. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital,

dll.

2.3.6 Penanganan Komplikasi Kebidanan

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu

dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitive

sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan

dasar dan rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan

mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan

persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua

14

Page 16: Makalah Ph

persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi

kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.2

Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi

kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang

mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara

berjenjang mulai dari polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED

sampai rumah sakit PONEK 24 jam.

Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu

PONED meliputi :

1. Pelayanan obstetri :

a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.

b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-

eklampsi dan eklampsi)

c. Pencegahan dan penanganan infeksi.

d. Penanganan partus lama/macet.

e. Penanganan abortus.

f. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi

rujukan.

2. Pelayanan neonatus :

a. Pencegahan dan penanganan asfiksia.

b. Pencegahan dan penanganan hipotermia.

c. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).

d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,

ikterus ringan sedang Pencegahan dan penanganan gangguan

minum

e. Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi

rujukan.

15

Page 17: Makalah Ph

2.3.7 Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi

Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan

neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan

kesakitan, kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di

polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit

pemerintah/swasta.2

Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami

komplikasi neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh

karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri

dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru

lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila

tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi

sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan

pertama kehidupannya.

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan

kualitas penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan

puskesmas mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus

mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED. Puskesmas

PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta

fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu

hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan

komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat,

bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada

kasus yang tidak mampu ditangani.2

Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan

RSU Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan

neonatal emergensi komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam.

Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar

dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II serta

transfusi darah.2

16

Page 18: Makalah Ph

Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu

PONEK maka kasus kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat

ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan

neonatus.2

2.3.8 Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4

kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :

Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan.

Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 5 bulan.

Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 8 bulan.

Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 11 bulan.

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap

pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat

kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan,

imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh

kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan

terpenuhi.2

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :

Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,

Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.

Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).

Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).

Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda

tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku

KIA.

17

Page 19: Makalah Ph

Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

2.3.9 Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan

intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau

golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan,

berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan

awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk

mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan

pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan

perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat

dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih

berat.2

Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan

dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh

Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di

puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi,

penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli

dengan anak.

Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat

kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan

balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan

kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar.2,5

Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

balita, Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah

mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan

implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit

18

Page 20: Makalah Ph

dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar

yang meliputi :

1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang

tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah

pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada

Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan

berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah

harus

2. dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.

3. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi

pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,

sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6

bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana

pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.

4. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam

setahun.

5. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

6. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan

pendekatan MTBS.

2.3.10 Pelayanan KB Berkualitas

Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar

dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan

sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka

kematian Ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan

yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan

fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak. Pelayanan KB

bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi Pasangan Usia

19

Page 21: Makalah Ph

Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan, dapat

menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :

KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).

Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).

Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan

tubektomi).

Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif

(Contraceptive Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan

angka ini merupakan pencapaian yang cukup tinggi diantara negara-negara

ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih banyak

menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data

SDKI 2007 akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 31,6%, pil

13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2% dan

kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian

(DO) pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus

menerus. Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan

sasaran pada kategori PUS dengan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering dan

banyak).

Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB

perlu diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan

peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB.

Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan

variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan

pelatihan klinis dan non-klinis secara berkesinambungan. Selanjutnya

aspek manajerial, pengelola program KB perlu melakukan revitalisasi

dalam segi analisis situasi program KB dan sistem pencatatan dan

pelaporan pelayanan KB.5

20

Page 22: Makalah Ph

2.4 Manajemen Kegiatan KIA

Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan

Wilayah Setempat – KIA (PWS-KIA). Pemantauan Wilayah Setempat

KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat untuk motivasi

dan komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk

pemantauan program KIA secara teknis maupun non teknis, yaitu :

1. Indikator Pemantauan Teknis

Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan

kesehatan yang terdiri dari :

a. Indikator Akses

b. Indikator Cakupan Ibu Hamil

c. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

d. Indikator Penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat

e. Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan

f. Indikator Neonatal.

2. Indikator Pemantauan Non teknis

Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan

maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di

wilayah, sehingga dimengerti dan mendapatkan bantuan sesuai

keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat

administrasi, yaitu :

a. Indikator pemerataan pelayanan KIA

Untuk ini dipilih indikator AKSES (jangkauan) dalam pemantauan

secara teknis memodifikasinya menjadi indikator pemerataan

pelayanan yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.

b. Indikator efektivitas pelayanan KIA

Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemantauan secara

teknis dengan memodifikasinya menjadi indikator efektivitas

program yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.

21

Page 23: Makalah Ph

Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per

bulan, per desa serta dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan

lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desa mana yang masih

ketinggalan.

Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu

tindak lanjut yang jelas dari para penguasa wilayah perihal :

peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian sumber

daya setempat yang diperlukan.

22

Page 24: Makalah Ph

BAB 3

RINGKASAN

Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan

perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian

perinatal. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB) menunjukkan kondisi derajat kesehatan masyarakat

di Indonesia saat ini masih memprihatinkan.

Berdasarkan data Survey Demografis dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka tersebut masih tinggi bila dibandingkan dengan AKI negara

Asia lainnya, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan

kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan

lebih bermutu. Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia

adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %,

preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, trauma obstetri 5 % dan lain –

lain 11 %.

Angka Kematian Bayi (AKB) juga menjadi salah satu indikator

penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia,

tercatat bahwa AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan

hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian

perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/ respiratory disorders

(35,9%), prematuritas (32,4%), dan sepsis neonatorum (12,0%) (Depkes,

2008).

Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development

Goals/MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu

23

Page 25: Makalah Ph

turun menjadi 102/100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi

menjadi 23/1.000 kelahiran hidup.

Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan

kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui

penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan

menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta

penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu dari

enam program pokok Puskesmas yang bertujuan untu memantapkan dan

meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan

efisien meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan

komplikasi kehamilan, keluarga berencana, neonates, bayi baru lahir

dengan komplikasi, bayi dan balita. Pemantapan pelayanan KIA dewasa

ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut peningkatan

pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua

fasilitas kesehatan, peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan kompeten diarahkan ke fasilitas kesehatan, peningkatan

pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas

kesehatan, peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di

semua fasilitas kesehatan, deteksi dini faktor risiko dan komplikasi

kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat,

peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara

adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan,

peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di

semua fasilitas kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh

anak balita sesuaistandar di semua fasilitas kesehatan, dan peningkatan

pelayanan KB sesuai standar.

24

Page 26: Makalah Ph

Indikator yang digunakan unttuk menggambarkan keberhasilan

program pelayanan kesehatan ibu adalah akses ibu hamil terhadap

kesehatan yang diukur dengan K1 dan K4. Kebijakan program kunjungan

antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan

dengan ketentuan : satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan

kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Dengan pelayanan / asuhan

standar minimal 10T yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan,

ukur tekanan darah, nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas), ukur

tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

(DJJ), skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet

selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus,

dan temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan

darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan

khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko,

pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,

tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal

disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi

standar tersebut.

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk

menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor

risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan yang

berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah :

dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

25

Page 27: Makalah Ph

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, I.B.G., 1998. Tinjauan Umum Kebidanan, Penyakit

Kandungan, dan Keluarga Berencana. In: Manuaba, Ida Bagus

Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC, 4-5.

2. Kementerian Kesehatan Indonesia, 20

10. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan

Anak

3. Rachmawati, Tety., Turniani L., Basuki N, Hari., 2011. Pola

Penyakit Penyebab Kematian Bayi di Pedesaan dan Perkotaan,

Kondisi Sosio Ekonomi pada Kejadian Kematian Bayi di Indonesia

Hasil Riskesdas 2007. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 14 (2) :

108-114.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Profil

Kesehatan Indonesia.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Prinsip Pengelolaan

Program KIA

6. Kementerian Kesehatan Indonesia, 2008. Upaya Percepatan

Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia

26