makalah perubahan fisiologi sistem reproduksi
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
1/17
makalah perubahan fisiologi sistem reproduksi pada masa nifas
PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM REPRODUKSI
PADA MASA NIFAS
Disusun oleh :
1. Anggun Mega Pratami (P17424310001)
2. Anisa Bella Setyaningtias (P17424310002)
3. Anisatun Nur Hasanah (P17424310003)
4. Anita Kusuma Rahayu (P17424310004)
5. Anti Nur Jannah (P17424310005)
6. Astrie Damayanti (P17424310006)
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
2/17
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEBIDANAN PURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wataala yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi Pada Masa Nifas.
Kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Suparmi S. Pd, SSiT , M.Kes selaku Kaprodi DIII Kebidanan Purwokerto
2. Ibu Ulfah Musdalifah, S.Kep, Ns, selaku dosen pembimbing.
3. Orang tua kami.
4. Rekan-rekan DIII Kebidanan Purwokerto.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam mewujudkan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
3/17
Purwokerto, 1 Oktober 2011
Penyusun
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
4/17
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 4
B. Tujuan Penulisan...................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Masa Nifas............................................................................. 5
B.Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi Pada Masa Nifas ...................... 5
BAB III. PENUTUP
A.Kesimpulan................................................................................................ 16
B.Saran.......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
5/17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang
kadang disebut puerpurium atau trimester keempat kehamilan. Perubahan fisiologis
yang terjadi sangat jelas , walaupun dianggap normal , perawat harus memanfaatkan
pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan ,
karakteristik fisik dan perilaku bayi baru lahir , dan respons keluarga terhadap
kelahiran seorang anak . Bab ini membahas perubahan anatomi dan fisiologis wanita
setelah melahirkan.
B. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Memenuhi tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan III
2. Menjelaskan tentang perubahan perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem
reproduksi pada saat masa nifas.
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
6/17
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Nifas
Masa nifas ( Puerperium ) didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah
kelahiran. Namun secara popular , diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu
berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal ( hughes , 1972 ) .
B. Perubahan Fisiologis Sistem Reproduksi Pada Masa Nifas
1. Perubahan Pada Vagina dan Perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina
dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap ke ukuran sebelum hamil , 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada
wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap
etrofik pada wanita menyusui sekurang kurangnya sampai menstruasi dimulai
kembali . Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium.
Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan
mukosa vagina . kekeringan local dan rasa tidak nyaman saat koitus ( dispereunia )
menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya
wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut saat melakukan hubungan seksual untuk
mengurangi nyeri.
Pada awalnya , introitus mengalami eritematosa dan edematosa , terutama pada
daerah episiotomi atau jahitan laserasi . Perbaikan yang cermat , pencegahan , atau
pengobatan dini hematoma dan hygiene yang baik selama dua minggu pertama setelah
melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dengan introitus pada
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
7/17
wanita nulipara.
Pada umumnya episiotomy hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring
miring dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan
yang baik diperlukan supaya episiotomy dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka
episiotomy sama dengan luka operasi lain. Tanda tanda infeki ( nyeri , panas ,
merah , bengkak atau rabas ) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi.
Penyembuhan harus berlangsung dalam 2 sampai 3 minggu.
Hemoroid ( varises anus ) umumnya terlihat . Wanita sering mengalami gejala
terkait , seperti rasa gatal , tidak nyaman , dan perdarahan berwarna merah terang pada
waktu defecator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi
lahir.
2. Perubahan Pada Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan . Delapan belas jam pasca
partum , serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula . Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa , tipis dan
rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan . Ektoserviks ( bagian serviks yang
menonjol ke vagina ) terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil kondisi yang
optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks , yang berdilatasi 10 cm seewaktu
melahirkan , menutup secara bertahap. 2 jari mungkin masih dapat dimasukkan
kedalam muara serviks pada hari ke 4 sampai ke-6 pasca partum, tetapi hanya tangkai
kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke 2. Muara serviks
eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan , tetapi terlihat
memanjang seperti suatu celah , sering disebut seperti mulut ikan .Laktasi menunda
produksi estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa.
3. Perubahan Pada Uterus
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
8/17
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
9/17
Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan
berkontraksi dan tertarik kembali , tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu
beberapa minggu , segmen bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur
yang tampak jelas dan cukup besar untuk menampung hampir seluruh kepala janin ,
menjadi isthmus uteri yang hampir tak terlihat dan terletak di antara korpus uteri
diatasnya dan os internum serviks di bawahnya.
c. Involusi Uteri
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut
involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus.
Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm
di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada
saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 1
minggu (kira-kira sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 g.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai 1 cm di atas tali umbilikus.
Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus
turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus
normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak
bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 g, 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g, 2 minggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu ke enam,
beratnya sampai 60 g. Dan pada minggu ke-8, uterus memiliki berat 30 g, yaitu sebesar
uterus normal. Berikut gambaran involusi uterus.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk
prtumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung
pada hiperplasia, pningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
10/17
yang sudah ada. Pada masa pascapartum penurunan kadar hormon-homon ini
menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan sacara langsung jaringan hipertiroid yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah
penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
d. Subinvolusi uterus
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya retardasi
involusi , proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas ke bentuk semula. Proses
ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan peradangan uterus yang
berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada
pemeriksaan bimanual , uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibandingkan normal
untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diakui antara lain retensi
potongan plasenta dan infeksi panggul. Karena hampir semua kasus sub involusi
disebabkan oleh penyebab local , keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan diagnosis
dan penatalaksanaan dini. Pemberian ergonovin ( Ergotrate ) atau metilergonovin
( Methergine )0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 jam sampai 48 jam
direkomendasikan oleh beberapa ahli , namun efektivitasnya dipertanyakan . Di lain
pihak , metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic oral. Wager dan rekan ( 1980 )
melaporkan bahwa hampir sepertiga kasus infeksi uterus post partum awitan lambat
disebabkan Chlamydia trachomatis ; sehingga pengobatan dengan tetrasiklin
tampaknya sudah tepat.
Andrew dan rekan ( 1989 ) melaporkan 25 kasus perdarahan antarahari ke 7
sampai 40 hari postpartum akibat arteri uteroplasental yang tidak berinvolusi. Arteri
arteri abnormal ini ditandai oleh tidak adanya lapisan endotel dan pembuluhnya yang
terisi thrombus . Trofoblas periaurikular juga tampak pada dinding pembuluh
pembuluh ini dan para peneliti tersebut mengajukan dalil bahwa subinvolusi mungkin
menggambarkan interaksi aberan antara sel sel uterus dengan trofoblast , setidaknya
berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembuluh pembuluh plasenta tersebut.
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
11/17
e. Kontraksi
intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang terutama
akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan
pembentukan bekuan. Hormon ang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostatis.
Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi
uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau
intramuskular diberikan segera stelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui
bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena
isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
f. Nyeri Pasca Melahirkan / Afterpain
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap
kencang. Ralaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa
menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah
melahirkan ini akan lebih nyata dirasakan oleh ibu melahirkan dengan kondisi tertentu,
misalnya pada persalinan yang overdistensi / peregangan berlebih yaitu pada kasus bayi
besar (makrosomia) atau bayi kembar. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus. Biasanya nyeri
ini berkurang intensitasnya dan melemah pada hari ketiga postpartum.
g. Lokhia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali lokia , mula - mula
berwarna merah , kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat . Rabas ini
dapat mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir , jumlah
cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
12/17
selama menstruasi . Setelah waktu tersebut , aliran yang keluar harus semakin
berkurang.
Lokia rubra terutama mengandung darah. Aliran menyembur , menjadi merah
muda atau coklat setelah 3 sampai 4 hari ( lokia serosa ). Lokia serosa terdiri dari darah
lama ( old blood ) , serum , leukosit , dan debris jaringan . sekitar 10 hari setelah bayi
lahir , warna cairan ini menjadi kuning sampai putih ( lokia alba ). Lokia alba
mengandung leukosit , desidua , sel epitel , mucus , serum , dan bakteri. Lokia alba bisa
bertahan selama 2 sampai 6 minggu setelah bayi lahir.
Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi tampon perineum sulit
dilakukan. Jacobson (1985 ) menganjurkan suatu metode untuk memperkirakan
kehilangan darah pasca partum secara subyektif dengan mengkaji jumlah cairan yang
menodai tampon perineum . cara mengukur lokia yang obyektif ialah dengann
menimbang tampon perineum sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap peningkatan
berat sebesar 1 gram setara dengan 1 ml darah . seluruh perkiraan cairan lokia tidak
akurat bila factor waktu tidak dipertimbangkan. Seorang wanita yang mengganti satu
tampon perineum dalam waktu 1 jam atau kurang mengeluarkan lebih banyak darah
daripada wanita yang mengganti tampon setelah 8 jam.
Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin , tanpa memandang cara
pemberiannya , lokia yang mengalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang . setelah
operasi sesaria , jumlah lokia yang keluar biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya
meningkat , jika klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat
tidur selama kurun waktu yang lama , wanita dapat mengeluarkan semburan darah saat
ia berdiri , tetapi hal ini tidak sama dengan perdarahan.
Lokia rubra yang menetap pada wal periode pascapartum menunjukkan perdarah
berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membrane yang tertinggal. Terjadinya
perdarahan ulang setelah hari ke 10 pasca partum menandakan adanya perdarahan
pada bekas tempat plasenta yang mulai memulih. Namun , setelah 3 sampai 4 minggu ,
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
13/17
perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi atau sub involusi . Lokia serosa atau lokia
alba yang berlajut bisa menandakan endometritis , terutama jika disertai demam , rasa
sakit , atau nyeri tekan pada abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan .
Bau lokia menyerupai bau cairan menstruasi , bau yang tidak sedap biasanya
menandakan infeksi.
Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lain ialah
laserasi vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.
LOKIA BUKAN LOKIA
Lokia biasanya menetes darimuara vagina . Aliran darahtetap keluar dalam jumlah
yang lebih besar saat uterus
berkontraksi.
Apabila rabas darahmenyembur dari vagina ,
kemungkinan terdapat robekan
pada serviks , atau vagina
selain dari lokia yang normal
Semburan lokia dapat terjadi
akibat masasse pada uterus .
Apabila lokia berwarnagelap , maka lokia
sebelumnya terkumpul di
dalam vagina yang relaksasidan jumlahnya segera
berkurang menjadi tetesan
lokia berwarna merah terang( pada puerpurium dini ).
Apabila jumlah darah
berlebihan dan berwarna merah
terang , suatu robekan dapat
merupakan penyebab.
h. Involusi Tempat Melekatnya Plasenta
Menurut Williams ( 1931 ) , ekstruksi lengkap tempat melekatnya plasenta perlu
waktu sampai 6 minggu . Proses ini mempunyai kepentingan klinis yang besar , karena
bila proses ini terganggu , dapat terjadi perdarahan nifas awitan lambat . Segera setelah
pelahiran , tempat melekatnya plasenta kira kira berukuran sebesar telapak tangan ,
tetapi dengan cepat ukurannya mengecil . Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
14/17
3 cm sampai 4 cm .Dalam waktu beberapa jam setelah pelahiran , tempat melekatnya
plasenta biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang
selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus.
Williams ( 1931 ) menjelaskan involusi tempat melekatnya plasenta sebagai
berikut :
Involusi tidak dipengaruhi oleh absorpsi in situ , namun oleh suatu proses
eksofilasiyang sebagian besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat implantasi
plasenta akibat pertumbuhan jaringan endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh
perluasan dan pertumbuhan endometrium ke bawah dari tepi tepi melekatnya plasenta
dan sebagian oleh perkembangan jaringan endometrium dari kelenjar dan stroma yang
tertinggal di bagian dalam desidua basalis setelah pelepasan plasenta . Proses eksfoliasi
semacam itu dianggap sebagai suatu ketetapan yang bijaksana ; sebaliknya kesulitan
besar akan dialami dalam penyelapan arteri yang mengalami obliterasi dan thrombus
yang mengalami organisasi , yang bila menetap in situ , akan segera mengubah banyak
bagian mukosa uterus dan miometrium di bawahnya menjadi suatu massa jaringan
perut.
Anderson dan Davis ( 1968 ) , menyimpulkan bahwa eksfoliasi tempat
melekatnya plasenta berlangsung sebagai akibat pengelupasan jaringan superficial yang
mengalami infark dan nekrotik yang diikuti oleh suatu proses perbaikan.
i. Perdarahan Postpartum Awitan Lambat
Perdarahan uterus yang serius kadang terjadi 1 sampai 2 minggu pada masa
nifas .Perdarahan paling sering disebabkan involusi abnormal tempat melekatnyaplasenta , namun dapat pula disebabkan oleh retensi sebagian plasenta. Biasanya bagian
plasenta yang tertinggal mengalami nekrosis tanpa deposit fibrin, dan pada akhirnya
akan membentuk polip plasenta . Apabila serpihan polip terlepas dari miometrium ,
perdarahan hebat dapat terjadi.
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
15/17
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lee dan rekan ( 1981 ) terhadap
3.822 wanita yang melahirkan dalam periode 1 tahun di Henry Ford Hospital , 27
wanita ( 0,7 persen ) mengalami perdarahan uterus yang signifikan setelah 24 jam
pertama postpartum . Pada 20 diantara 27 wanita tersebut , uterusnya dinyatakan
kosong berdasarkan pemeriksaan sonografik , dan yang penting , hanya satu wanita
yang mengalami retensi jaringan plasenta.
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa pada perdarahan uterus postpartum
awitan lambat , diperlukan tindakan kuretase yang sesuai . Meski demikian ,kuretase
setelah perdarahan nifas awitan lambat biasanya tidak mampu mengeluarkan jaringan
plasenta dalam jumlah banyak, dan perdarahan justru sering bertambah parah .
Sehingga , alih alih mengurangi perdarahan , kuretase lebih mungkin menyebabkan
trauma pada lokasi implantasi dan menginduksi lebih banyak perdarahan.
Penatalaksanaan awal sebaiknya diarahkan untuk mengendalikan perdarahan dengan
menggunakan oksitosin , ergonovin , metilergonovin , atau prostaglandin intravena
( Adrinopoulus dan Mendenhall , 1983 ) , terutama apabila terdapat alasan untuk
mempertahankan uterus untuk kehamilan berikutnya.Secara umum, kuretase dikerjakan
hanya apabila terjadi perdarahan yang menetap dalam jumlah cukup banyak atau
berulang bahkan setelah diberi penatalaksanaan awal.
j. Regenerasi Endometrium
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah pelahiran , setelah desidua berdiferensiasi
menjadi 2 lapisan . Stratum superficial menjadi nekrotik , dan terkelupas bersama
lokhia. Stratum basal yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan
sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa
sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat antarkelenjar tersebut.
Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat , kecuali pada tempat
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
16/17
melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih , permukaan bebas menjadi
tertutup oleh epitel dan seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.
Sharman ( 1953 ) , menemukan pemulihan endometrium lengkap pada specimen biopsy
yang diambil pada hari ke 16 atau lebih. Yang disebut endometritis masa nifas secara
histologis hanyalah bagian dari proses perbaikan normal tersebut. Demikian pula , pada
hampir separuh wanita postpartum , tuba valopi antara hari ke 5 sampai ke 15
menunjukkan perubahan peradangan mikroskopik yang merupakan gambaran khas
salfingitis akut. Namun , hal ini bukan disebabkan oleh infeksi , melainkan hanya
merupakan bagian dari proses involusi ( Andrews , 1951 )
4. Perubahan Topangan Otot Panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan
dan masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar
panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai 6
bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan
pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini
terdiri atas uterus , dinding vagina posterior atas , uretra , kandung kemih , dan rectum.
Walaupun relaksasi dapat terjadi pada setiap wanita , tetapi biasanya merupakan
komplikasi langsung yang timbul terlambat akibat melahirkan.
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Seorang ibu hamil akan mengalami banyak perubahan perubahan fisiologis
pada saat setelah melahirkan ( masa nifas ).Salah satu perubahan yang terjadi adalah
perubahan pada system reproduksi. Perubahan yang tersebut antara lain perubahan
pada vagina dan perineum , serviks , uterus , dan juga otot penopang panggul.
-
7/31/2019 Makalah Perubahan Fisiologi Sistem Reproduksi
17/17
D. Saran
Untuk mengahadapi perubahan pada system reproduksi ini, bidan memerlukan
manajemen yang baik, agar ibu nifas mampu melaluinya dengan baik. Selain itu
penting adanya bagi ibu nifas untuk memahami betul bagaimana perubahan yang
terjadi pada system reproduksi saat masa nifas , agar ibu mampu membedakan antara
perubahan yang fisiologis atau patologis pada saat masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Cuningham, Gant, Leveno dkk.2004. Obstetri Williams edisi 21. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Varney,Helen, dkk. 2003.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.Jakarta :EGC