makalah permintaan dan penawaran sawit

26
Permintaan dan Penawaran Komoditas Tanaman Industri “Kelapa Sawit” Kelompok 9 Disusun Oleh: Adwar Ardhi Pradana (0910483044) Faridh Kurniawan (0910483059) Fachrudin Zain Ar (0910483058) Ismuha Nasution (0910483061) PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Upload: nadia-ulfa-savitri-ii

Post on 24-Apr-2015

597 views

Category:

Documents


60 download

DESCRIPTION

ekonomi pertanian

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

Permintaan dan Penawaran Komoditas Tanaman Industri

“Kelapa Sawit”

Kelompok 9

Disusun Oleh:

Adwar Ardhi Pradana (0910483044)

Faridh Kurniawan (0910483059)

Fachrudin Zain Ar (0910483058)

Ismuha Nasution (0910483061)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2012

Page 2: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit adalah salah satu komoditi yang diharapkan mampu

memberikan kontribusinya dalam perekonomian yang berasal dari sub-sektor

perkebunan. Kelapa sawit merupakan komoditi penting dalam mendorong

perekonomian Indonesia dan Sumatera Utara, sebagai penghasil devisa negara

kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang memberikan sumbangan yang

sangat berarti dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kelapa sawit sebagai

tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona

tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi

Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak sawit dalam perdagangan minyak

nabati dunia telah mendorong Pemerintah Indonesia untuk memacu

pengembangan ekspor minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit mempunyai

peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Minyak kelapa sawit

merupakan bahan baku utama minyak goreng, pasokan yang kontinyu ikut

menjaga kestabilan harga minyak goreng. Kestabiian harga minyak goreng

penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan

masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Kelapa sawit juga merupakan komoditi pertanian andalan.

Pada tahun 1996, Pemerintahan Orde Baru merencanakan untuk

mengalahkan Malaysia sebagai eksportir minyak sawit terbesar di dunia dengan

cara menambah luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dua kali lipat,

yaitu menjadi 5,5 juta hektar pada tahun 2000. Separuh dari luas perkebunan

kelapa sawit ini dialokasikan untuk perusahaan perkebunan swasta asing.

Pengembangan perkebunan kelapa sawit kebanyakan dibangun di Kalimantan,

Sumatera, Sulawesi dan Irian Jaya. Pertambahan luas areal perkebunan kelapa

sawit ini, pada awalnya (sebelum krisis ekonomi) diharapkan produksi minyak

sawit Indonesia meningkat menjadi 7.2 juta ton pada tahun 2000 dan 10.6 juta ton

pada tahun 2005. Komoditi kelapa sawit dengan produk primer Minyak Sawit

Kasar (Crude Palem Oil/CPO) dan Minyak Inti Sawit (Kernel Palm Oil/KPO)

berperan signifikan terhadap perekonomian nasional, kontribusi perolehan Produk 1

Page 3: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

Domestik Bruto (PDRB) mencapai sekitar 20 triliun rupiah setiap tahun dan

cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu komoditi kelapa sawit

menyumbang lapangan kerja yang tidak sedikit, serta berperan penting dalam

mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah

pengembangan.

Saat ini total kebutuhan dunia disuplai oleh Indonesia sekitar 5 juta ton per

tahun. Pada tahun 1968 luas kebun kelapa sawit semakin bertambah besar.

Sampai dengan akhir tahun 1968 luas areal kelapa sawit mencapai 119.600

hektar. Pada tahun 1978 luas berkembang menjadi 250.116 hektar. Kemudian,

sejak tahun 1979 hingga tahun 1997 laju pertambahan areal kelapa sawit

mencapai rata-rata 150,000 hektar per tahun. Saat ini, total luas areal sawit di

Indonesia telah jauh berkembang hingga lebih dari tiga juta hektar. Hal itu, tentu

saja mempengaruhi tingkat produksi yang terus berkembang. Periode tahun 1979

hingga tahun 1991 laju produksi rata-rata per tahun mencapai sekitar 230.000 ton.

Sementara itu, laju pertumbuhan periode tahun 1992 hingga 1997 meningkat

hingga 420.000 ton per tahun. Pada masa itu produksi sawit Indonesia mencapai

lebih dari 5 juta ton per tahun.

1.2 Tujuan

Agar mahasiswa dapat memahami dari materi permintaan dan penawaran.

Agar mahasiswa mengetahui mekanisme permintaan dan penawaran

kelapa sawit.

2

Page 4: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian terdiri dari kata ekonomi dan pertanian. Banyak definisi dari

ekonomi dan pertanian pada buku-buku. Namun secara singkat dapat diberikan

pengertiannya sebagai berikut:

Ekonomi adalah ilmu yang menjelaskan hubungan manusia dengan

kebu- tuhannya, baik dengan manusia atau dengan non-manusia.

Sosial adalah hubungan manusia dengan manusia, tidak boleh hubungan

antara manusia dengan materi (non-manusia)

Pertanian adalah salah satu cabang produksi biologis.

Jadi ekonomi pertanian adalah bagian ilmu pertanian yang

menjelaskan fenomena pertanian dari sudut ekonomi, atau bagian dari

ilmu ekonomi yang diterapkan pada sektor pertanian. (Ari, 1989)

2.2 Peran Ekonomi Pertanian

Aplikasi ilmu ekonomi di sektor pertanian dalam kompleksitas

perekonomian pasar tentunya melibatkan beragam aktivitas baik di level mikro

maupun makro ekonomi. Pada level mikro pakar ekonomi produksi pertanian

umumnya memberikan kontribusi dengan meneliti permintaan input dan respon

suplai. Bidang kajian pakar pemasaran pertanian terfokus pada rantai pemasaran

bahan pangan dan serat dan penetapan harga pada masing-masing tahap. Pakar

pembiayaan ekonomi pertanian mempelajari isu-isu yang erat kaitannya dengan

pembiayaan bisnis dan suplai modal pada perusahaan agrobisnis. Sedangkan

pakar ekonomi sumberdaya pertanian berperan pada bidang kajian tentang

pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam. Pakar ekonomi lainnya

mempelajari penyusunan program pemerintah atas suatu komoditi dan dampak

penetapan kebijakan pemerintah baik terhadap konsumen maupun produsen

produk pertanian.

Pada level makro minat para pakar terarah pada bagaimana agribisnis dan

sektor pertanian pada umumnya mempengaruhi perekonomian domestik dan

dunia. Selain itu juga dipelajari bagaimana kejadian-kejadian khusus atau 3

Page 5: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

penetapan kebijakan tertentu di pasar uang dapat mempengaruhi fluktuasi harga

bahan pangan dan serat alam. Untuk kepentingan ini, biasanya ekonom

menggunakan pendekatan formulasi model berbasis analisis komputerisasi.

(Boediono, 1989)

2.3 Permintaan (Demand)

Permintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar

tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam

periode tertentu.

Hukum Permintaan (the low of demand)

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan:

“Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana

hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka

jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun

jumlah barang meningkat. (Sukirno,1997).

Kurva Permintaan

Kurva Permintaan dapat didefinisikan sebagai :

“Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang

tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli.” Kurva

permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri ke kanan

bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan

jumlah yang diminta yang mempunyai sifat hubungan terbalik. (Sukirno,1997).

Teori Permintaan

Dapat dinyatakan :

“Perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya yaitu apabila

permintaan naik, maka harga relatif akan naik, sebaliknya bila permintaan turun,

maka harga relatif akan turun.” Gerakan sepanjang “dan perubahan kurva

permintaan. (Sukirno,1997).

Gerakan sepanjang kurva permintaan

Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta

menjadi makin tinggi atau makin menurun. Pergeseran kurva permintaan Kurva

permintaan akan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan –

4

Page 6: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktorfaktor bukan harga,

sekiranya harga baranglain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan

harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan

kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri. (Sukirno,1997).

EX:

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan diantaranya:

1. Harga barang tersebut

2. Harga barang lain

3. Pendapatan

4. Populasi

5. Selera

6. Dan lain-lain

(Sukirno,1997).

5

Page 7: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

(Sukirno,1997).

2.4 Penawaran (Supply)

Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu

pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. (Ari, 1989).

Hukum Penawaran

Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa :

“Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan

ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang,

semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan.” (Ari, 1989).

Teori Penawaran

Yaitu teori yang menerangkan sifat penjual dalam menawarkan barang yang akan

dijual. Gerakan sepanjang dan pergeseran kurva penawaran. Perubahan dalam

jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva

penawaran (Ari, 1989).

Kurva Penawaran

Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai :

“Yaitu suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang

tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan”. (Ari, 1989).

6

Page 8: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

Kalau penawaran bertambah diakibatkan oleh faktor-faktor di luar harga,

maka supply bergeser ke kiri atas.

Kalau berkurang kurva supply bergeser ke kiri atas

Terbentuknya harga pasar ditentukan oleh mekanisme pasar. (Ari, 1989).

.EX:

(Ari, 1989).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran diantaranya:

1. Harga barang tersebut

2. Harga barang lain

3. Harga Input

4. Teknologi

5. Tujuan Produsen

6. Dan lain-lain

(Ari, 1989).

7

Page 9: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

(Ari, 1989).

(Ari, 1989).

8

Page 10: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permintaan dan Penawaran Kelapa Sawit

Indonesia adalah produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia

karena berhasil menguasai 46% pangsa pasar minyak sawit dunia. Sebagian besar

dari produksinya diekspor. Sehingga, memperkirakan elastisitas harga dan

elastisitas pendapatan dari permintaan untuk ekspor minyak sawit Indonesia

sangat penting. Pajak ekspor adalah salah satu dari kebijakan yang diterapkan oleh

Indonesia untuk minyak sawit agar mengendalikan harga minyak goreng local.

Untuk kebijakan domestic dapat diterapkan dalam berbagai bentuk seperti subsidi

produksi, program insentif pada penelitian diferensiasi produk (produk bernilai

tambah), dan meningkatkan standar kualitas untuk ekspor minyak sawit

Indonesia. Di masa yang akan datang, terdapat kebutuhan untuk menganalisis

elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari produk-produk yang

menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku, terfokus pada sektor-sektor yang

berlainan (perbedaan antara CPO dan minyak sawit murni) pada kasus-kasus

negara pengimpor yang lebih spesifik dan menganalisa dalam penawaran ekspor

dan model-model yang simultan.

Setiap perekonomian tidak selalu mencapai tingkat yang tinggi.

Adakalanya ia mengalami resesi dan kemunduran dan adakalanya tenaga kerja

dan barang-barang modal hampir sepenuhnya digunakan (berarti kegiatan

ekonomi Negara mencapai tingkat kegiatan yang sangat tinggi). Perubahan tingkat

kegiatan ekonomi ini akan mempengaruhi permintaan terhadap barang-barang dan

jasa-jasa, termasuk terhadap hasil-hasil pertanian. Perubahan permintaan yang

disebabkan oleh naik turunnya kegiatan ekonomi ini akan menimbulkan

perubahan harga. Akan tetapi sifat perubahan harga ini adalah berbeda untuk

berbagai jenis barang. Barang-barang pertanian cenderung mengalami perubahan

harga yang lebih besar daripada harga barang-barang industri. Sifat perubahan

yang seperti itu disebabkan karena penawaran terhadap barang-barang pertanian,

seperti juga dengan sifat permintaannya, adalah tidak elastis. (Gustone,2009)

9

Page 11: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

Ada beberaapa faktor yang menyebabkan penawaran terhadap barang

pertanian bersifat tidak elastis:

Barang-barang pertanian dihasilkan secara bermusim. Kita lihat saja

sebagai contoh masa menanam padi. Ia selalu dilakukan dalambulan-bulan

tertentu dan dari tahun ke tahun kebiasaan ini tidak akan berubah

walaupun terjadi perubahan harga yang cukup besar.

Kapasitas memproduksi sector pertanian cenderung untuk mencapai

tingkat yang tinggi dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan.

Petani cenderung untuk secara maksimal menggunakan tanah yang

dimilikinya. Pada waktu harga turun mereka akan bekerja giat dan

berusaha mencapai produksi yang tinggi agar pendapatan mereka tidak

dapat menaikan produksi karena kapasitas produksi mereka (dalam jangka

pendek) telah mencapai tingkat maksimal.

Beberapa jenis tanaman memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum

hasilnya dapat diperoleh. Tanaman seperti ini antara lain adalah tanaman

buah-buahan dan bahan-bahan mentah pertanian seperti minyak kelapa

sawit dan karet.

Penawaran barang pertanian yang sukar berubah tersebut, yang diikuti

pula oleh ketidakelasitan permintaannya, dapat menyebabkan perubahan

harga yang sangat besar apabila berlaku perubahan permintaan. Hal ini

dapat dengan jelas ditunjukan secara grafik, yaitu yang seperti

digambarkan dalam gambar OP.

(Mielke, 2010)

(Mielke, 2010)

10

Page 12: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

Di dalam gambar tersebut dibandingkan akibat perubahan permintaan

terhadap harga barang pertanian dan barang-barang industri. Gambar OP (i)

menunjukan keadaan permintaan dan penawaran barang pertanian, dan gambar

OP (ii) menunjukan permintaan dan penawaran barang industri.Misalkan, pada

mulanya permintaan dan penawaran terhadap barang pertanian berturut-turut

ditunjukan oleh kurva Dp dan Sp. Sesuai dengan sifat permintaan dan penawaran

barang pertanian, yaitu keduanya bersifat tidak elastis, kurva Dp dan Sp adalah

tidak elastis. Keseimbangan adalah di Ep dan berarti harga adalah P dan jumlah

barang yang diperjualbelikan adalah Q. Selanjutnya dimisalkan, oleh karena

beberapa faktor tertentu, perekonomian mengalami resesi kemunduran ekonomi

ini menyebabkan permintaan keatas barang pertanian pindah dari menjadi dp..

Karena penawaran tidak mengalami perubahan maka keseimbangan yang bari

dicapai di titik ep.. Dengan demikian harga barang pertanian telah merosot

menjadi P1 dan jumlah barang yang diperjualbelikan turun menjadi Q1.

Seterusnya perhatikanlah keadaan permintaan dan penawaran terhadap

barang industri. Pada mulanya dimisalkan, permintaan dan penawarannya

berturut-turut adalah Di dan Si. Berdasarkan pemisalan ini pada mulanya

keseimbangan dicapai di titik Ei. Sesuai dengan sifat permintaan dan penawaran

barang industri maka kedua kurva tersebut adalah relatif lebih elastis. Apabila

berlaku kemerosotan ekonomi, perubahan permintaan ke atas barang industri telah

memindahkan kurva dari Di menjadi di . Maka keseimbangan yang baru adalah

adalah pada ei , yang berarti harga telah turun ke Pi dan jumlah barang yang

diperjualbelikan berkurang menjadi Qi.

Jelas kelihatan bahwa PP1 dalam grafik (i) adalah jauh lebih besar

daripada PPi dalam grafik (ii) (walaupun digambarkan bahwa perubahan

permintaan terhadap barang industri adalah kira-kira sama besar dengan

perubahan terhadap barang pertanian). Ini membuktikan bahwa perubahan

permintaan menimbulkan perubahan harga yang lebih besar terhadap harga barang

pertanian daripada terhadap harga barang industri.

11

Page 13: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

Untuk melihat bagaimana elastisitas permintaan dapat mempengaruhi

insiden pajak akan dimisalkan bahwa penawaran adalah sama sifatnya pada kedua

keadaan yang dibandingkan. Dengan pemisalan ini selanjutnya akan dibandingkan

keadaan di mana permintaan adalah elastis dengan permintaan adalah tidak elastis.

Keadaan seperti itu ditunjukan dalam Gambar XX, yaitu bagian (i)

menggambarkan insiden pajak apabila permintaan elastis di bagian (ii)

menggambarkan keadaan apabila permintaan tidak elastis. Coba perhatikan

keadaan itu secara satu demi satu. (Pahan,2007).

(Pahan,2007)

Kasus Permintaan Elastis

Dalam Gambar XX (i) dimisalkan sebelum adanya pajak penjualan, kurva

permintaan dan penawaran berturut-turut adalah DD dan SS. Maka keseimbangan

adalah pada titik E dan keseimbangan ini menunjukan bahwa harga adalah P dan

jumlah barang yang diperjualbelikan adalah Q. Kemudian misalkan pemerintah

mengenakan pajak penjualan sebanyak T. Akibatnya pajak penjualan ini kurva

penawaran akan berubah dai SS menjadi SiSi yang selanjutnya mengakibatkan

perubahan keseimbangan dari E kepada E1. Dapat dilihat bahwa harga naik

menjadi P1 dan jumlah barang yang diperjualbelikan hanya mencapai jumalh Q1.

12

Page 14: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

Kalau dibandingkan harga sebelum adanya pajak penjualan dan harga sesudah

pajak tersebut dikenakan, uraian di atas menunjukan bahwa harga naik sebanyak

PP1 dan selebihnya yaitu (T-PP1)=PA ditanggung oleh penjual. (Pahan,2007)

Kasus Permitaan Tidak Elastis

Dalam Gambar XX (ii) dimisalkan sebelum pemerintahan memungit pajak

penjualan, permintaan dan penawaran adalah DD dan SS. Kurva penawaran SS

Gambar XX (ii) adalah sama dengan kurva penawaran Gambar XX (i). Akan

tetapi kurva permintaan D1D1 lebih tidak elastis darpada kurva permintaan DD.

Berdasarkan pemisalan yang dibuat keseimbangan pemulaan adalah pada titik E,

yaitu pada harga P dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah Q. Seperti

dakan Gambar XX (i), dimisalkan pemerintah mengenakan pajak penjualan

sebesar T dan akibatnya kurva penawaran begeser dari SS menjadi S1S1 serta

keseimbangan dari menjadi E1.

Keadaan keseimbangan yang baru menunjukan harga telah naik menjadi

P1 dan jumlah barang yang dipejualbelikan turun menjadi Q1. Gambar XX (ii)

menunjukan oajak penjualan dibayar konsumen adalah PP1 dan produsen

membayar sebanyak PA. Dalam grafik jelas terlibat P1P > PA, yang berarti beban

pajak yang ditanggung konsumen adalah lebih besar dari yang ditanggung

produsen. Dengan demikian minyak sawit adalah produk inelastis, hal ini dapat

dijelaskan karena minyak sawit selama ini merupakan barang komoditas yang

sebagian besar diolah lebih lanjut sebagai bahan pangan.

(Mielke, 2010)

13

Page 15: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

Secara teoritis pengaruh peningkatan pajak ekspor terhadap minyak

goreng sawit domestik disajikan pada Gambar 1.

(Gustone,2009)

Pengenaan pajak ekspor CPO akan menggeser kurva penawaran ekspor

dari Se1 menjadi Se. Harga ekspor akan naik, sedangkan harga di pasar domestik

akan turun (Gambar 1a). Volume CPO dalam negeri akan meningkat dari dari

OQ2 menjadi OQ (Gambar 1b dan c), volume ekspor CPO Indonesia menurun

dari AB menjadi CD (Gambar 1b). Dengan meningkatnya ketersediaan CPO

sebagai input bagi industri minyak goreng maka penawaran minyak goreng sawit

domestik meningkat dari QCPOt MG ke QMGt (Gambar 1d) Pergeseran kurva

penawaran minyak goreng tersebut akan mengakibatkan harga minyak goreng

turun (Gambar 1e). Jika pajak ekspor CPO naik, maka harga ekspor akan naik

dan volume ekspor CPO akan turun, dan harga CPO domestik akan turun dan

14

Page 16: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

jumlah permintaan CPO akan meningkat. Peningkatan CPO berpengaruh positif

terhadap penawaran minyak goreng dan menurunkan harga minyak goreng.

(Gustone,2009)

Grafik di atas menggambarkan kondisi demand dan supply pasar minyak

goreng domestik. Karena minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok bagi

masyarakat, maka kurva demand-nya inelastis. Sementara itu, karena minyak

goreng berasal dari kelapa sawit, yang mana membutuhkan waktu untuk panen,

maka dalam jangka pendek, kurva supply juga inelastis. Sebelum ada pajak,

keseimbangan pada pasar minyak goreng akan terjadi pada titik E. Lalu, ketika

pemerintah menetapkan pajak sebesar T pada produsen, kurva supply akan

bergeser dari S1 menjadi S2. Akibat pergeseran kurva supply, tercipta

keseimbangan baru di E’, dengan tingkat harga yang lebih tinggi dan jumlah

barang yang lebih rendah.

\

15

Page 17: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Permintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar

tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan

dalam periode tertentu.

Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada

suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan diantaranya:

1. Harga barang tersebut

2. Harga barang lain

3. Pendapatan

4. Populasi

5. Selera

6. Dan lain-lain

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran diantaranya:

1. Harga barang tersebut

2. Harga barang lain

3. Harga Input

4. Teknologi

5. Tujuan Produsen

6. Dan lain-lain

Dapat disimpulkan bahwa dengan demikian minyak sawit adalah produk

inelastis, hal ini dapat dijelaskan karena minyak sawit selama ini

merupakan barang komoditas yang sebagian besar diolah lebih lanjut

sebagai bahan pangan.

4.2 Saran

Terimakasih atas bimbingan Mbak Indah dan Mbak Erik.

16

Page 18: Makalah Permintaan Dan Penawaran Sawit

DAFTAR PUSTAKA

Ari. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. BPFE. Yogyakarta.

Boediono. 1989. Ekonomi pertanian. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta

Gunstone. 2009. Commodity Oils and Fats Palm Oil. The Lipid Library. USA

Mielke. 2010. World Supply,Demand for Palm and Laurics Oils. USA

Pahan. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Depok

Sukirno. 1997. Pengantar Ekonomi pertanian. Grafindo Persada. Jakarta

17