makalah periodontologi

24
MAKALAH PERIODONTOLOGI DASAR “Anatomi Jaringan PeriodontalDisusun Oleh : KELOMPOK 8 Putri Amalia 11/312039/KG/8829 Ditta SNH 11/312230/KG/8837 Nur Amalia Puspitasari 11/312413/KG/8849 Dessy Suastini 11/312601/KG/8861 Ihdatul Aini 11/315917/KG/8873 Risa Widyasanti 11/316042/KG/8915 Shavira Amanda 11/316217/KG/8969 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Upload: ihdatul-aini-a

Post on 01-Jan-2016

92 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perio

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Periodontologi

MAKALAH PERIODONTOLOGI DASAR

“Anatomi Jaringan Periodontal”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8

Putri Amalia 11/312039/KG/8829

Ditta SNH 11/312230/KG/8837

Nur Amalia Puspitasari 11/312413/KG/8849

Dessy Suastini 11/312601/KG/8861

Ihdatul Aini 11/315917/KG/8873

Risa Widyasanti 11/316042/KG/8915

Shavira Amanda 11/316217/KG/8969

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Makalah Periodontologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan kunci dari sehat atau tidaknya seorang

individu. Hal ini karena mulut dapat menjadi sumber infeksi dan penyakit yang dapat

membahayakan tubuh. Status oral hygiene setiap individu tentunya juga akan

berkaitan dengan keutuhan serta kesehatan jaringan pendukungnya.

Jaringan pendukung gigi atau yang lebih dikenal dengan jaringan periodontal

terdiri atas gingival, ligamentum periodontal,sementum dan tulang alveolar yang

menjaga gigi agar tetap terlindung serta tetap pada tempatnya. Namun, jaringan

periodontal juga dapat menjadi media bagi transmisi penyakit infeksi rongga mulut

bahkan kerusakan jaringan periodontal dapat menjadi faktor predisposisi bagi

gangguan kesehatan gigi.

Seringkali kondisi jaringan periodontal dan oral hygiene yang buruk dapat

memicu terjadinya karies, kalkulus.stain, dan bermacam-macam penyakit lainnya.

dengan demikian menjaga keutuhan jaringan periodontal sama halnya dengan

melakukan perawatan pada gigi itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang yang ada, dalam makalah ini akan dibahas lebih

lanjut mengenai anatomi jaringan periodontal, hal ini penting karena struktur dan

fungsi jaringan periodontal akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan gigi

geligi.

1.2. Rumusan Masalah

Apa saja struktur jaringan periodontal?

Bagaimana struktur jaringan periodontal?

Bagaimana kondisi struktur jaringan periodontal probandus berdasarkan foto dan

hasil rontgen?

Page 3: Makalah Periodontologi

1.3. Tujuan

Mengetahui struktur bagian jaringan periodontal

Memahami bagaimana struktur jaringan periodontal

Mengetahui dan dapat membandingkan kondisi jaringan periodontal probandus

apakah sehat atau tidak berdasarkan foto dan hasil rontgen

Page 4: Makalah Periodontologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gingiva

Gingiva adalah bagian dari membran mukosa mulut

yang membugkus proses alveolar pada rahang dan

mengelilingi leher gigi. Gingiva secara anatomis

dibagi menjadi free gingiva, attached gingiva dan

interdental gingiva. Gingiva yang baik adalah

gingiva yang mengelilingi gigi sampai ke daerah

kontak area. (Ghom,2005)

a. Gingiva Cekat

Gingiva cekat merupakan lanjutan dari gingiva bebas ke arah apical. Pada

permukaan vestibular, ke arah apical gingiva cekat berbatasan dengan mukosa

alveolar yang relative longgar dan bergerak oleh suatu batas yang dinamakan batas

mukogingival (mucogingival junction).

Gingiva cekat mempunyai

struktur stippling, sedangkan

gingiva margin tidak. Secara

mikroskopik, epithelium yang

melapisi gingiva cekat dan

margin adalah epithelium

stratifikatum skuamous dan

parakeratinisasi. Bagian

tengah merupakan jaringan

ikat yang dinamakan lamina

propia. (Rajendran,2009)

Page 5: Makalah Periodontologi

b. Free Gingiva

Free gingiva atau unattached gingiva, ini juga disebut sebagai marginal gingiva

dan merupakan ujung terminal. umumnya itu ditandai dari attached gingiva oleh

depresi linier dangkal disebut free gingival groove yang berjalan pararrel ke

margin gingiva pada jarak 0,5 sampai 1,5 mm. free gingiva biasanya lebih lebar 1

mm dan membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus gingiva (Chandra, 2004)

c. Gingiva Interdental

Gingiva interdental pada orang muda dewasa yang sehat biasanya dalam

bentuk, seperti piramida atau col, benar-benar mengisi ruang antara gigi hampir

ke kontak area, tapi ada depresi kecil atau cekungan dalam jaringan gingiva

interdental atau hanya di bawah kontak area yang disebut sebagai col. col yang

terletak di antara papilae bukal dan lingual dan ditutupi dengan struktur vestigial

yang terdiri dari sisa-sisa epitel dari organ enamel dari dua gigi yang berdekatan

(Chandra, 2004)

Warna gingiva normal adalah pink pucat dan pada orang dewasa gingivanya

padat, tidak sensitif terhadap tekanan moderat dan tidak mudah berdarah dan

Page 6: Makalah Periodontologi

memiliki permukaan seperti kulit jeruk (stippled/stippling). (Ghom,2005) . Sedangkan

tekstur permukaan gingiva bebas licin.

Fungsi utama epitel gingiva adalah melindungi struktur yang berada di bawahnya,

serta memungkinkan terjadinya perubahan selektif dengan lingkungan oral.

Perubahan tersebut dimungkinkan oleh adanya proses proliferasi dan diferensiasi.

Epitel gingiva disatukan ke jaringan ikat oleh lamina basal.

Konsistensi gingiva normal adalah kaku (firm) dan lenting (resilient). Konsistensi

gingiva cekat yang kaku lamina propianya mengandung banyak serat kolagen dan

melekat ke mukoperiosteum tulang alveolar. Sedangkan konsistensi gingiva bebas

yang kaku mengandung serat-serat gingiva meskipu tidak melekat ke tulang

alveolar.

d. Resesi Gingiva

Resesi atau atropi gingiva merupakan keadaan yang permukaan akar gigi yang

terbuka. Resesi diukur dari posisi tepi gingiva terhadap pertemuan semen-email

(cemento-enamel junction /CEJ). Ada dua posisi tepi gingiva yang dikaitkan dengan

ukuran resesi. Pertama adalah posisi sesungguhnya dari tepi gingiva yang

membentuk actual recessionyaitu terbukanya akar gigi hingga letak perlekatan pada

gigi. Kedua adalah posisi tepi gingiva yang tampak secara klinis seingga terbentuk

apparent recession. Seharusnya keparahan resesi ditentukan oleh posisi

sesungguhnya, jadi bukan hanya luas permukaan yang tampak. (Mustaqimah, 2008)

e. Keratinisasi

Epitel yang menutupi permukaan luar marginal dan attached gingiva

mengalami keratinisasi maupun parakeratinisasi. Keratinisasi dianggap sebagai

suatu bentuk perlindungan terhadap penyesuaian fungsi gingiva dari rangsangan

atau iritasi. Lapisan pada permukaan dilepaskan dalam bentuk helaian tipis dan

diganti dengan sel dari lapisan granular dibawahnya. Keratinisasi mukosa mulut

bervariasi pada daerah yang berbeda. Daerah yang paling banyak mengalami

keratinisasi adalah palatum, gingiva, lidah dan pipi (Newman, 2002)

Page 7: Makalah Periodontologi

F. Gingiva Crevicular Fluid

Cairan gingiva (gingiva crevicular flud /GCF) terletak di dalam sulkus gingiva.

Kedalaman sulkus ini berkisar antara 0,5-3 mm, dengan rata-rata 1,8 mm. laju

aliran GCF normalnya cukup rendah (1-2 mikroliter/gigi). GCF mengalir melalui

sel epitel dan menuju sulkus gingiva. GCF mengandung sel dan komponen

imunologis pada darah dalam jumlah yang lebih rendah serta berbeda

proporsinya. Di dalam GCF juga terkandung sel darah putih (terutama PMN, igG,

igM, dan igA. GCF mengalir melalui sulkus gingiva ke rongga mulut, kemudian

bercampur dengan saliva. (Newman, 2006)

2.2. Ligamentum Periodontal

a. Struktur Makroskopis

Merupakan lapisan jaringan penghubung yang mengelilingi akar gigi, mengisi

ruang di antara sementum dan tulang dari soket gigi. Biasanya berukuran kurang

dari 0.25 mm. (Melfi,2000)

b. Struktur Mikroskopis

Page 8: Makalah Periodontologi

Ligament periodontal terbentuk dari sel-sel, substansi interselular dan cairan

jaringan. Unsur yang utama adalah substansi interselular fibrous yang membentuk

serabut ligament periodontal, atau

protein kolagen. Diantara serabut-

serabut ini terdapat sel fibroblast,

pembuluh darah dan syaraf; pada

beberapa daerah terdapat sel epitel

dan juga ditemukan cementicles.

Terdapat juga sel khusus yang

berfungsi selama pembentukan

sementum dan tulang. Sel khusus

lainnya berhubungan dengan resorbsi

dari sementum dan tulang. Juga

ditemukan sel induk mesenkimal,

makrofag dan sel-sel darah (seperti

limfosit).

Berkas serabut ligament periodontal

melekat pada sementum yang menyelubungi akar gigi dan pada tulang dari soket

gigi pada sisi lain dari ligament. Ketika pembentukan sementum dan tulang, ujung

serabut ligament periodontal terjebak dalam pembentukan jaringan keras.

Perlekatan ini menahan gigi secara kuat pada rahang, serabut kolagen ligament

periodontal yang terperangkap ini dikenal sebagai serabut Sharpey.

(Melfi,2000)

c. Fungsi Normal Ligament Periodontal

Suportif

Serabut ligament periodontal tersusun sedemikian rupa sehingga tekanan

dari gigi akan menghasilkan tegangan dari kelompok serabut. Karena

susunan ini, tekanan yang diterima gigi tidak langsung mengenai tulang ketika

menggigit dan mengunyah.

Formatif

Page 9: Makalah Periodontologi

Pada ligament periodontal terdapat sementoblas yang memproduksi

sementum, osteoblast yang mengatur tulang pada soket gigi dengan

memproduksi tulang baru mengikuti resorpsi tulang, fibroblast memproduksi

kolagen dan substansi dasar.

Resorptif

Tegangan pada serabut ligament periodontal akan menstimulasi

pembentukan sementum dan tulang, tekanan menstimulasi resorpsi tulang.

Sensori

Ligament periodontal memiliki kemampuan untuk mengestimasi besar

tekanan pada mastikasi dan mengidentifikasi gigi mana yang terkena ketukan

ringan dari instrumen.

Nutritif

Fungsi nutritif berasal dari keberadaan pembuluh darah pada ligament

periodontal.

2.3. Sementum

Sementum adalah jaringan mesenkimal

terkalsifikasi avaskular yang membentuk

lapisan luar akar gigi anatomis. Dua tipe

utama sementum adalah sementum aseluler

(primer) dan sementum seluler (sekunder).

Keduanya mengandung matriks interfibril

terkalsifikasi dan fibril kolagen.

Sementum aseluler merupakan sementum yang pertama membentuk dan

menutup bagian aproksimal servik dan 1/3 atau setengah bagian akar gigi (tidak

mengandung sel). Sementum ini terbentuk sebelum gigi mencapai bidang oklusal

dan ketebalannya sekitar 30-230 µm. Sementum seluler terbentuk setelah gigi

Page 10: Makalah Periodontologi

mencapai bidang oklusal, lebih ireguler dan mengandung sel-sel (sementosit) pada

lakuna yang berhubungan satu sama lain melalui sistem kanalikuli anastomosis.

Sementum ini kurang terkalsifikasi. Kedua sementum diatas tersusun pada lamela

yang dipisahkan oleh garis inkremental paralel pada aksis panjang akar gigi.

(Newman, Takei, & Carranza, 1996)

Sementum tidak mengandung pembuluh darah dan pembuluh getah bening,

tidak terdapat persarafan, tidak mengalami resorpsi fisiologis atau remodeling

namun ditandai dengan deposisi sepanjang hidup. Kandungan mineralnya, terutama

hidroksiapatit sekitar 65%. Sementum memiliki fungsi melekatkan serat ligamen

periodontal dengan akar gigi dan berkontribusi pada proses perbaikan setelah

proses kerusakan permukaan akar gigi.

3 Macam sementum dengan perbedaannya :

1. Aseluler, serat sementum ekstrinsik (AEFC) ditemukan pada bagian

koronal dan tengah akar. Terisi terutama bundel serat Sharpey. Jenis

sementum ini merupakan bagian penting perlekatan aparatus dan

menghubungkan gigi dengan tulang alveolar.

2. Seluler, sementum stratifikasi campuran (CMSC) pada sepertiga apikal

akar dan bagian furkasi. Sementum ini mengandung serat ekstrinsik dan

intrinsik sebagai sementosit.

3. Seluler, sementum stratifikasi intrinsik (CIFC) ditemukan terutama dalam

resorpsi lakuna dan mengandung serat intrinsik dan sementosit. (Lindhe,

Karring, & Lang, 2003)

Sementum tidak selalu terlihat pada gambaran radiograf, karena kontras

antara sementum dengan dentin sangat rendah dan lapisan sementum yang sangat

Page 11: Makalah Periodontologi

tipis. Sementum biasanya memiliki struktur yang homogen, padat dan amorphous.

(White & Pharoah, 2004)

2.4. TULANG ALVEOLAR

Processus alveolar merupakan bagian dari

maxilla dan mandibula yang mendukung akar

gigi. Terdiri dari tulang alveolar dan tulang

pendukung. Tulang alveolar merupakan tulang

yang melapisi soket. Pada radiografi disebut

sebagai lamina dura. Processus ini

merupakan tempat perlekatan dari serat-serat

ligament periodontal. (Avery, 2002)

a. Secara Makroskopis

Secara makroskopis, processus alveolar tampak tertutup oleh mukosa alveolar

(lining mukosa) yang berwarna merah gelap. Bagian ini akan terpisah dengan

gingiva yang dapat terlihat dengan suatu batas disebut mucogingival junction atau

mucogingival line. (Lindhe, 2008)

Page 12: Makalah Periodontologi

Processus alveolar berkembang sebagai akibat dari elongasi akar gigi dan erupsi

gigi. Tulang alveolar matang atau dewasa ketika gigi memperoleh oklusi fungsional,

selanjutnya, jika gigi hilang, processus alveolar menghilang. Sehingga, gigi penting

pada perkembangan dan pemeliharaan tulang alveolar. Batas koronal dari

processus alveolar disebut alveolar crest. Terletak sekitar 1-1,5 mm di bawah

cementoenamel junction (CEJ) dan membulat pada daerah anterior serta hampir

rata pada daerah posterior. (Avery, 2002)

Serat kolagen ini menembus tulang

alveolar tepat di sudut kanan atau

miring ke permukaan sumbu

panjang gigi, yang berarti perlekatan

ligament periodontal pada gigi.

Berkas serat yang berasal dari

tulang lebih besar daripada di

sementum. Serat perforasi terjadi

dimana ada skeleton, dimanapun

ligamen dan tendon ditempatkan.

Serat perforasi elastis asli juga

ditemukan, tapi tidak pada tulang alveolar. Karena tulang dari processus alveolar

secara regular dipenetrasi oleh berkas serat kolagen, sehingga disebut bundle bone

atau alveolar bone. Ketika tulang ini dilihat secara radiografi, disebut sebagai lamina

dura. Lamina dura tampak lebih padat daripada tulang pendukung di dekatnya,

namun kepadatan radiografi ini mungkin karena orientasi mineral sekitar berkas

serat. Sebenarnya, mungkin tidak ada perbedaan pada kandungan mineral antara

lamina dura dan tulang pendukung. Lamina dura dievaluasi secara klinis untuk

penyakit periapikal atau periodontal. (Avery, 2002)

Page 13: Makalah Periodontologi

BAB III

PEMBAHASAN

Foto Jaringan Periodontal Probandus

Foto Hasil Rontgen

Page 14: Makalah Periodontologi

Berdasarkan hasil foto jaringan periodontal dan hasil rontgen probandus,

Probandus memiliki gingiva yang cukup baik yaitu dilihat dari segi warna berwarna

coral pink, cerah, dan tidak pucat dan tidak tampak adanya warna kebiruan atau

merah tua yang seringkali menandakan adanya peradangan atau bengkak dan pada

gambaran klinis tampak adanya gingiva yang mengalami perubahan ukuran yaitu

padi regio interdental gigi 13 dan 14, faktor yang mempengaruhi peningkatan ini

adalah adanya peningkatan serat dan penurunan sel sebagai tipe non inflamatori.

Menurut Reddy (2008), ukuran gingiva yang normal tergantung dari jumlah elemen

seluler dan intraseluler serta suplai vaskulernya. Dalam kondisi sakit ukuran gingiva

akan meningkat yang tampak seperti pelebaran gingiva.

biru free gingiva

kuning attached gingiva

merah interdental gingiva

Pada bagian ligamentum periodontal tidak dapat terlihat dengan menggunakan

foto biasa. Berdasarkan hasil foto rontgen ligamentum periodontal probandus terlihat

baik dan normal.

Page 15: Makalah Periodontologi

Sementara sementum dapat terlihat hanya dapat terlihat menggunakan foto

rontgen, hal ini karena letaknya pada akar gigi yang tertutup oleh gingiva. Pada hasil

foto rontgen menunjukkan gambaran radiopak pada akarnya namun gambaran ini

sulit membedakan antara sementum dengan dentin pada akar gigi. Hal ini

dikarenakan sementum sulit dibedakan dengan dentin pada akar gigi. Sementum

merupakan lapisan yang sangat tipis pada akar gigi dan kekontrasan antara

sementum dengan dentin sangat rendah.

Tulang alveolar pada foto rontgen dikenal sebagai lamina dura. Pada radiograf

periapikal probandus tampak lamina dura. Lamina dura terlihat lebih padat dan

radiopak. Tampakan tulang alveolar yang runcing menandakan tidak terdapat suatu

kelainan.

Lamina dura

Page 16: Makalah Periodontologi

BAB IV

KESIMPULAN

a. Jaringan periodontal terdiri atas gingiva, ligamentum periodontal, sementum

dan tulang alveolar.

b. Probandus memiliki gingiva yang cukup baik dilihat dari segi warna berwarna

coral pink, cerah, dan tidak pucat.

c. Ligamentum periodontal probandus terlihat baik dan normal.

d. Pada hasil foto rontgen, sementum terlihat radiopaque dan tampak normal.

e. Pada radiograf probandus tampak lamina dura tampak radiopaque dan tidak

meruncing. Hal ini tidak terdapat suatu kelainan pada tulang alveolar probandus.

Page 17: Makalah Periodontologi

DAFTAR PUSTAKA

Avery, James K. 2002. Oral Development and Histology. 3rd Edition. Germany : Georg Thieme Verlag.

Chandra, S et all. 2004. Dental and Oral Anatomy, Physiology and Occlusion

With Multiple Choice. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.

Ghom, Anil Govindrao. 2005. Text Book Of Oral Medicine,1stEdition. New Delhi :

Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.

Lindhe, J., Karring, T., & Lang, N. P. 2003. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. Denmark: Blackwell Munksgaard.

Lindhe, Jan, Lang, Niklaus P., Kalling, Thorkild. 2008. Clinical Periodontology and Implant Dentistry,5th Edition. United Kingdom : Blackwell Munksgaard .

Melfi, R.C. & Alley, K.E. 2000. Permar's Oral Embryology and Microscopic

Anatomy. Maryland: Lopincott Williams & Wilkins.

Mustaqimah, Dewi Nurul. 20008. Resesi Gingiva dan Cara Mudah Melakukan

Penutupannya. Dentika Dental Jurnal, Vo 13 (1).

Newman, M. G., Takei, H. H., & Carranza, F. A. 1996. Clinical Periodontology. Philadelphia: W.B Saunders Company.

Newman MG, Takei RI. Caranza’s clinical periodontology. 9th ed. W.B. Saunders Company : USA ; 2002. p. 16-9, 22-30, 269-81, 303-10.

Newman MG, Takei RI. Caranza’s clinical periodontology. 11th ed. W.B. Saunders Company : USA ; 2006.

Rajendran, R & Sivapathasundharam, B. 2009. Shafer’s Textbook of Oral Pathology 6th Edition. India:Elsevier.

Page 18: Makalah Periodontologi

Reddy,S.2008. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. 2ndEdition.

New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.

White, S. C., & Pharoah, M. J. 2004. Oral Radiology Pronciples and Interpretation. China: Mosby.