makalah perbankan syariah

44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Perbankan Syariah Indonesia dimulai tahun 1992 dengan digulirkannya UU No. 7/1992 yang memungkinkan bank menjalankan operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. Pada tahun yang sama lahir bank syariah pertama di Indonesia, Bank Syariah Muamalat Indonesia (BMI). Hingga tahun 1998 praktis bank syariah tidak berkembang. Baru setelah diluncurkan Dual Banking System melalui UU No. 10/1998, perbankan syariah mulai menggeliat naik. Dalam 5 tahun saja sejak diberlakukan Dual Banking System, pelaku bank syariah bertambah menjadi 10 bank dengan perincian 2 bank merupakan entitas mandiri (BMI dan Bank Syariah Mandiri) dan lainnya merupakan unit/divisi syariah bank konvensional. Pendatang-pendatang baru perbankan syariah dipastikan terus bertambah mengingat pada akhir 2003, beberapa bank konvensional sudah mengantungi ijin Bank Indonesia untuk membuka unit/divisi syariah tahun ini. Sistem ekonomi berbasis Syariah, belakangan ini makin populer bukan hanya di negara-negara Islam tetapi juga negara-negara barat, yang ditandai dengan makin suburnya bank-bank yang menerapkan konsep syariah. Di 1

Upload: ummu-azka

Post on 05-Jul-2015

4.315 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah perbankan syariah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Perbankan Syariah Indonesia dimulai tahun 1992 dengan

digulirkannya UU No. 7/1992 yang memungkinkan bank menjalankan

operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. Pada tahun yang sama lahir bank

syariah pertama di Indonesia, Bank Syariah Muamalat Indonesia (BMI). Hingga

tahun 1998 praktis bank syariah tidak berkembang. Baru setelah diluncurkan Dual

Banking System melalui UU No. 10/1998, perbankan syariah mulai menggeliat

naik. Dalam 5 tahun saja sejak diberlakukan Dual Banking System, pelaku bank

syariah bertambah menjadi 10 bank dengan perincian 2 bank merupakan entitas

mandiri (BMI dan Bank Syariah Mandiri) dan lainnya merupakan unit/divisi

syariah bank konvensional. Pendatang-pendatang baru perbankan syariah

dipastikan terus bertambah mengingat pada akhir 2003, beberapa bank

konvensional sudah mengantungi ijin Bank Indonesia untuk membuka unit/divisi

syariah tahun ini.

Sistem ekonomi berbasis Syariah, belakangan ini makin populer bukan

hanya di negara-negara Islam tetapi juga negara-negara barat, yang ditandai

dengan makin suburnya bank-bank yang menerapkan konsep syariah. Di

Indonesia perkembangan pemikiran tentang perlunya menerapkan prinsip Islam

dalam berekonomi muncul pada 1974. Tepatnya digagas dalam sebuah seminar

‘Hubungan Indonesia-Timur Tengah’ yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi

Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK). Perkembangan pemikiran tentang perlunya

umat Islam Indonesia memiliki lembaga keuangan Islam sendiri mulai berhembus

sejak itu, Seiring munculnya kesadaran baru kaum intelektual dan cendekiawan

muslim dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.

Pada awalnya memang sempat terjadi perdebatan yang melelahkan

mengenai hukum bunga Bank dan hukum zakat vs pajak di kalangan para ulama,

cendekiawan dan intelektual muslim. Akan tetapi, nampaknya perkembangan

pemikiran dan pergumulan ijtihâd panjang dalam masalah hukum ‘bunga bank’

1

Page 2: makalah perbankan syariah

dan ‘zakat vs pajak’ tersebut tidak sia-sia, akhirnya membuahkan hasil yang

melegakan dan memuaskan umat Islam Indonesia. Paling tidak, kalau boleh

dikatakan ‘sebuah tonggak’ sejarah baru kebangkitan ekonomi Islam di Indonesia,

tepatnya pada hari Ahad, 3 November 1991 untuk pertama kalinya sebuah Bank

Islam dilaunching pendiriannya di Istana Bogor yang Panitia Penyelenggaranya

diketuai oleh Prof. Dr. Ir. M. Amin Aziz (sekarang Ketua Yayasan PINBUK)

Bank Islam Indonesia ini selanjutnya diberi nama Bank Muamalat Indonesia

(BMI). Ketika itu, memang BMI menjadi satu-satunya tumpuan dan harapan 150

juta umat Islam Indonesia. Bahkan harapan yang sangat besar untuk kapasitas

Bank yang baru seumur jagung. Harapan yang tentunya sangat wajar jika

dikaitkan dengan suasana emosional yang menghinggapi umat Islam yang sudah

puluhan tahun bercitacita memiliki lembaga keuangan yang menggunakan prinsip

syariah yang sekaligus untuk mewujudkan ‘mimpi’ akan kebangkitan ekonomi

90% umat Islam yang hidup.

Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan

yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan

sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun

meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi

untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan

produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami dll), dimana

hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Bank Syariah?

2. Bagaimana Sejarah Perbankan Syariah?

3. Bagaimana Dasar hokum?

4. Bagaimana Fungsi, Peran, Tujuan, Prinsip serta Ciri-ciri Perbankan

Syariah?

5. Bagaimana Produk Perbankan Syariah?

6. Bagaimana Perbedaan IDB, bank syari’ah dan BPRS?

7. Bagaimana Perbedaan antara bank syari’ah dan konvensional?

2

Page 3: makalah perbankan syariah

8. Bagaimana Prospek Bank Syari’ah?

9. Bagaimana Kendala Pengembangan Bank Syariah?

C. Manfaat Penulisan

Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengkaji tentang

perbankan syariah. Sedangkan secara khusus penulisan makalah ini bertujuan

untuk :

1. Mengetahui dan mengkaji Pengertian Bank Syariah?

2. Mengetahui dan mengkaji Sejarah Perbankan Syariah?

3. Mengetahui dan mengkaji Dasar hokum?

4. Mengetahui dan mengkaji Fungsi, Peran, Tujuan, Prinsip serta Ciri-ciri

Perbankan Syariah?

5. Mengetahui dan mengkaji Mengetahui dan mengkaji Produk Perbankan

Syariah?

6. Mengetahui dan mengkaji Perbedaan IDB, bank syari’ah dan BPRS?

7. Mengetahui dan mengkaji Perbedaan antara bank syari’ah dan

konvensional?

8. Mengetahui dan mengkaji Prospek Bank Syari’ah?

9. Mengetahui dan mengkaji Kendala Pengembangan Bank Syariah?

3

Page 4: makalah perbankan syariah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah

Kata bank dari kata banque dalam bahasa prancis, dan dari banco dalam

bahasa italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari

menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti

emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya. Dalam al-Quran, istilah bank tidak

disebutkan secara eksplisit. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang

memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan

kewajibanmaka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat, sadaqah,

ghanimah (rampasan perang), bai’ (jual beli), dayn (utang dagang), mall (harta)

dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu

dalam kegiatan.

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu

lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan

prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan masalah

uang sebagai dagangan utamanya. Kegiatan dan usaha bank akan selalu berkait

dengan komoditas antara lain.

1. Pemindahan Uang

2. Menerima dan membayaran kembali uang dalam rekening koan,

3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat surat berharga,

4. Membeli dan menjual surat-surat berharga,

5. Membeli dan menjual cek wesel,surat order maupun surat surat

berhargalainnya,

6. Memberi kredit, dan

7. Memberi jaminan kredit.

Bank syariah, atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari

perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariat (hukum)

Islam. Menurut Schaik (2001), Bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank

4

Page 5: makalah perbankan syariah

modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad

pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode utama, dan

meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan

sebelumnya. Sudarsono (2004), Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas

pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah.

Definisi Bank Syariah menurut Muhammad (2002) dalam Donna (2006),

adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam

lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai

dengan prinsip syariat Islam. Schaik (2001) mengemukakan bahwa terdapat tujuh

prinsip ekonomi Islam yang menjiwai bank syariah, yaitu:

1. keadilan, kesamaan dan solidaritas;

2. larangan terhadap objek dan makhluk;

3. pengakuan kekayaan intelektual;

4. harta sebaiknya digunakan dengan rasional dan baik (fair way);

5. tidak ada pendapatan tanpa usaha dan kewajiban;

6. kondisi umum dari kredit (meliputi; pertama, peminjam yang mengalami

kesulitan keuangan sebaiknya diperlakukan secara baik, diberi tangguh waktu,

bahkan akan lebih baik bila diberi keringanan, dan kedua, terdapat beberapa

perbedaan pendapat mengenai hukum selisih antara kredit dan harga spot.

Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa perbankan syari’ah

atau Perbankan Islam adalah suatu sistem  perbankan yang dikembangkan

berdasarkan syariah(hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh

larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga

atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang

dikategorikan haram (missal : usaha yang berkaitan dengan produksi

makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami dll), dimana hal ini

tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

5

Page 6: makalah perbankan syariah

Bank syari’ah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dalam Bank Syari’ah hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan

kontrak (akad) antara investor pemilik dana (shohibul maal) dengn investor

pengelola dana (mudharib) bekerja sama untuk melakukan kerjasama untuk

yang produktif dan sebagai keuntungan dibagi secara adil (mutual invesment

relationship). Dengan demikian dapat terhindar hubungan eskploitatif antara

bank dengan nasabah atau sebaliknya antara nasabah dengan bank.

2. Adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh Bank Syari’ah yang

bertujuan untuk menciptakan kegiatan perekonomian yang produktif (larangan

menumpuk harta benda (sumber daya alam) yang dikuasai sebagian kecil

masyarakat dan tidak produktif, menciptakan perekonomian yang adil (konsep

usaha bagi hasil dan bagi resiko) serta menjaga lingkungan dan menjunjung

tinggi moral (larangan untuk proyek yang merusak lingkungan dan tidak

sesuai dengan nilai moral seperti miniman keras, sarana judi dan lain-lain.

3. Kegiatan uasaha Bank Syari’ah lebih variatif disbanding bank konvensional,

yaitu bagi hasil sistem jual beli, sistem sewa beli serta menyediakan jasa lain

sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dan prinsip-prinsip syari’ah.

B. Sejarah Perbankan Syariah

Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

embel-embel islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu

akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini

Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit

sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini

berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep

serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga,

sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara

langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat

dengan para penabung. Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social

bank didirikan dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga.

6

Page 7: makalah perbankan syariah

Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama

maupun syariat islam.

Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974

disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi

Islam, walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang

bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara

anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk

negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah

islam. Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam

kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank

(1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977)

serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia Asia-Pasifik, Phillipine Amanah Bank

didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di Malaysia tahun 1983

berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu mereka

yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji.

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat

Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia

(MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim

Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh

krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga

dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan

pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat ini

keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu

UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang

Perbankan. Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu

Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah.

Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank

diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero), Bank

Rakyat Indonesia (Persero)dan Bank swasta nasional: Bank Tabungan Pensiunan

Nasional (Tbk).

7

Page 8: makalah perbankan syariah

Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat

ini telah berkembang 104 BPR Syariah. Prinsip perbankan syariahPrinsip syariah

adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain

untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang sesuai dengan syariah.

C. Dasar hukum

Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah

antara lain:

1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai

pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.

2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat

hasil usaha institusi yang meminjam dana.

3. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya

merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki

nilai intrinsik.

4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua

belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh

dari sebuah transaksi.

5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan

dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh

perbankan syariah.

Dasar hukum (Dalil Rujukan)

1. Al-baqarah ayat 275 yang artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil)

riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan

syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila Keadaan mereka yang demikian itu,

adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu

sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari

Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang

telah diambilnya dahulu  (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)

8

Page 9: makalah perbankan syariah

kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah

penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

2. Ar-Rum ayat 39 yang artinya : “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu

berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah

pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu

maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian)

itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”

D. Fungsi, Peran, Tujuan, Prinsip serta Ciri-ciri Perbankan Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam

pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (accounting and

Auditing Organization For Islamic Financial Institution), sebagai berikut:

1. Manajer investasi, bank syariah dapat meneglola investasi dana nasabah

2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun

dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

3. penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat

melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagimana

lazimnya.

4. pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan

syariah, bank islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan

mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta

dana-dana sosial lainnnya.

Ada beberapa tujuan dari perbankan Islam. Diantara para ilmuwan dan

para professional Muslim berbeda pendapat mengenai tujuan tersebut.

Menurut Handbook of Islamic Banking, perbankan Islam ialah

menyediakan fasilitas keuangan dengan cara mengupayakan instrument-instrumen

keuangan (Finansial Instrumen) yang sesuai denga ketentuan dan norma syari’ah.

Menurut Handbook of Islamic Banking, bank Islam berbeda dengan bank

konvensional dilihat dari segi partisipasinya yang aktif dalam proses

pengembangan sosial ekonomi negara-negara Islam yang dikemukakan dalam

buku itu, perbankan Islam bukan ditujukan terutama untuk memaksimalkan

9

Page 10: makalah perbankan syariah

keuntungannya sebagaimana halnya sistem perbankan yang berdsarkan bunga,

melainkan untuk memberikan keuntungan sosial ekonomi bagi orang-orang

muslim. Dalam buku yang berjudul Toward a Just Monetary System, Muhammad

Umar Kapra mengemukakan bahwa suatu dimensi kesejahteraan sosial dapat

dikenal pada suatu pembiayaan bank. Pembiayaan bank Islam harus disediakan

untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan

nilai-nilai Islam. Usaha yang sungguh-sungguh yang harus dilakukan untuk

memastikan bahwa pembiayaan yang dilakukan bank-bank Islam tidak akan

meningkatkan konsentrasi kekayaan atau meningkatkan konsumsi meskipun

sistem Islam telah memiliki pencegahan untuk menangani masalah ini.

Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh pengusaha sebanyak-banyaknya

yang bergerak dibidang industri pertanian dan perdagangan untuk menunjang

kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-

jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Para banker Muslim beranggapan bahwa peranan bank Islam semata-mata

komersial berdasarkan pada instrumen-instrumen keuangan yang bebas bunga dan

ditunjukkan untuk mengjasilkan keuangan finansial. Dengan kata lain para banker

muslim tidak beranggapan bahwa suatu bank Islam adalah suatu lembaga sosial,

dalam suatu wawancara yang dilakukan oleh Kazarian, Dr Abdul Halim Ismail,

manajer bank Islam Malaysia berhaj, mengemukakan, “sebagaimana bisnis

muslim yang patuh, tujuan saya sebagai manajer dari bank tersebut (bank

Malaysia Berhaj) adalah semata-mata mengupayakan setinggi mungkin

keuntungan tanpa menggunakan instrumen-instrumen yang berdasarkan bunga.

Selain itu, terdapat beberapa tujuan lain dari perbankan syariah diantaranya

sebagai berikut :

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam,

khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari

praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam

islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi

rakyat.

10

Page 11: makalah perbankan syariah

2. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan

pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang

amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membutuhkan peluang

berusaha yang lebih besar tertama kelompok miskin, yang diarahkan kepada

kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.

4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan

program utama dari negara-negara yang sedang berkembangan. Upaya bank

syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah

yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti

program pembinaan penguusaha produsen, pembinaan pedagang perantara,

program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan

program pengembangan usaha bersama.

5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah

akan mampu manghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya inflasi,

menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.

6. Untuk menyelematkan ketergantungan ummat Islam terhadap bank nonsyariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara

bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan

usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Beberapa prinsip/ hukum

yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain :

1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman

dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.

2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat

hasil usaha institusi yang meminjam dana.

3. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya

merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai

intrinsik.

4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah

pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari

sebuah transaksi.

11

Page 12: makalah perbankan syariah

5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan

dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh

perbankan syariah.

Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional,

adapun ciri-ciri bank syariah adalah :

1. Beban yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam

bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan

kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut

hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam

kontrak.

2. penggunaan presentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran

selalu dihindari, karena presentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun

batas waktu perjanjian telah berakhir.

3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan

perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka,

karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang

dibiayai bank hanyalah Allah semata.

4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan

dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai

titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang

dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada

penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.

5. Dewan pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi

bank dari sulut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus

menguasai dasar-dasar muamalah Islam.

6. Fungsi kelembangaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik

modal dengan pihak yang membutuhkan dana, artinya berkewajiban menjaga

dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-

waktu apabila dana diambil pemiliknya.

12

Page 13: makalah perbankan syariah

E. Produk Perbankan Syariah

Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara

lain:

1. Penghimpun Dana

a) Giro Syariah

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat

dengan menggunakan cek/ bilyet giro, atau dengan cara pemindahbukuan.

b) Tabungan Syariah

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik

dengan cek/bilyet giro.

c) Deposito Syariah

Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank.

2. Penyaluran Dana

a) Akad Mudharabah (bagi hasil)

Transaksi yang penanaman dana dari pemilik modal dengan pengelola

untuk melakukan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian

hasil antara kedua belah pihak berdasarkan perjanjian yang telah

disepakati.

b) Akad Musyarakah (penyertaan modal)

Transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana atau barang

untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dnegan pembagian hasil

antara kedua belah pihak berdasarkan perjanjian yang telah disepakati, jika

pembagian kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing.

c) Akad Murabahah (jual beli)

Transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah

margin yang disepakati oleh para pihak, dimana pihak penjual

menginformasikan harga perolehan terlebih dahulu kepada pembeli atau

konsumen.

13

Page 14: makalah perbankan syariah

Akad mudharabah ini berbeda dengan sistem bunga (interest) mengingat

sifat pengembalian (return) yang tidak pasti baik dari segi jumlah maupun

segi waktu sehingga akad ini dikategorikan sebagai Natural Uncertainty

Contract (NUC). Dalam bahasa lain, produk ini disebut juga dengan Trust

Financing atau Trust Investment karena kontrak ini hanya diberikan

kepada pengusaha yang benar-benar credible dan sudah teruji amanahnya.

Secara skematis, akad mudharabah dapat digambarkan sebagai berikut  :

Jenis-Jenis Mudharabah

1) Mudharabah Mutlaqah

Jenis mudharabah ini merupakan bentuk akad yang tidak dibatasi pada

jenis usaha, waktu, dan wilayah tertentu sehingga pengelola bebas

untuk menentukan cara ia mengelola modal tersebut.

2) Mudharabah Muqayyadah

Adalah jenis mudharabah yang pada akadnya dicantumkan

persyaratan-persyaratan tertentu misalnya hanya boleh digunakan

untuk usaha tertentu, di kota tertentu, dan dalam waktu tertentu.

d) Akad Salam

Transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat

tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.

e) Akad Istishna

14

Page 15: makalah perbankan syariah

Transaksi jual beli dengan cara pemesanan pembuatan barang dengan

kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran

sesuai dengan kesepakatan.

Definisi Menurut Fatwa DSN MUI

Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan

kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan

(pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’)

Jenis Akad Istishna :

(a) Langsung : Pemesan<->Penjual

(b) Paralel : Pemesan ↔ Penjual ↔ subkontraktor

Rukun Akad Istishna

(a) Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual

(pembuat/shani’)

(b) Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal

istishna’ yang berbentuk harga.

(c) Ijab kabul/serah terima

f) Akad Ijarah (sewa)

Transaksi sewa menyewa atas suatu barang atau jasa, antara pemilik dan

pemakaian sewa dengan hak pakai untuk mendapatkan imbalan atas obyek

yang disewakan. Transaksi terhadap suatu manfa’at tertentu, bersifat

mubah dan dapat dimanfa’atkan dengan imbalan tertentu . Ijarah

ditunjukkan untuk manfa’at atau jasa bukan materi/benda, dapat berupa

manfaat/nilai . Ijarah memiliki beberapa ketentuan:

1) Kedua belah pihak memenuhi syarat hukum

2) Kedua belah pihak menyatakan kerelaannya untuk melakukan ijarah

dan tidak terpaksa

3) Manfaat objek diketahui secara jelas

4) Penyewa berhak atas manfat baik untuk dirinya sendiri atau untuk

orang lain baik dengan cara menyewakannya atau meminjamkan

5) Objek Ijarah dapat diserahkan dan dipergunakan secara langsung

6) Objek Ijarah adalah halal

15

Page 16: makalah perbankan syariah

Akad Ijarah Berakhir

1) Objek hilang/lenyap : terbakar, faktor alam

2) Habis masa waktunya

3) Salah satu pihak yang wafat dapat dialihkan pada ahli warisnya

4) Objek disita, pailit

Dalam Hukum Islam ada dua jenis ijarah, yaitu 3:

(a) Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan

jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa.

sebut ajir dan upah yang dibayarkan disebut ujrah.

(b) Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti,

3. Pelayanan Jasa

a) Letter of credit (L/C) impor syariah

L/C adalah surat pernyataan akan membayar eksportir yang diterbitkan oleh

bank atas permintaanm importer dengan pemenuhan persyaratan tertentu.

b) Bank Garansi Syariah

Jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima jaminan

atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang dijamin

kepada pihak ketiga dimaksud.

c) Penukaran Valuta Asing (sharf)

Transaksi penukaran mata uang yang berlain jenis, baik membeli atau mejual

kepada nasabah.

F. Perbedaan IDB, bank syari’ah dan BPRS

Bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan Prinsip Syariah dan dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Pembukaan Kantor Cabang, kantor perwakilan, dan jenis-jenis

kantor lainnya di luar negeri dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia. Dapat

didirikan dan/atau dimiliki oleh:

1. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia;

2. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga

negara asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan; atau

16

Page 17: makalah perbankan syariah

3. Pemerintah daerah.

Bank Pembiayaan Rakyat  Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Tidak

diizinkan untuk membuka Kantor Cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor

lainnya di luar negeri. Hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh :

1. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang seluruh

pemiliknya warga negara Indonesia;

2. Pemerintah daerah; atau

3. Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b

Islamic Development Bank (IDB) diprakarsai berdirinya dalam

konferensi Menteri-Menteri Keuangan pertama negara anggota OKI di Jeddah

tanggal 18 Desember 1973. Tujuan: mendorong pertumbuhan ekonomi dan

meningkatkan kehidupan sosial negara anggotanya serta masyarakat Muslim

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

G. Perbedaan antara bank syari’ah dan konvensional

PARAMETER BANK SYARI’AH BANK

KONVENSIONAL

Landasan hukum UU Perbankan dan Landasan

syari’ah

UU Perbankan

Return Bagi hasil, margin pendapatan

sewa, komisi/fee

Bunga, komisi/fee

Hubungan dengan

nasabah

Kemitraan, Investor-investor,

investor-pengusaha

Debitur-kreditur

Fungsi dan

kegiatan bank

Intermediasi, manager investasi,

investor, sosial, jasa keuangan

Intermediasi, jasa

keuangan

Prinsip dasar

operasi

Anti riba dan anti maysir Tidak anti riba dan

maysir

Prioritas

pelayanan

1. Tidakbebas nilai (prinsip

syari’ahIslam)

1. Bebas nilai (prinsip

materialis)

17

Page 18: makalah perbankan syariah

2. Uang sebagai alat tukar dan

bukan komoditi

3. Bagi hasil, jual beli, sewa

2. Uang sebagai

komoditi

3. Bunga

Orientasi Kepentingan publik Kepentingan pribadi

Bentuk usaha Tujuan social-ekonomi Islam,

keuntungan

Keuntungan

Evaluasi nasabah bank komersial, bank

pembangunan, bank universal,

atau multi purpose

bank komersial

Hubungan nasabah Lebih hati-hati karena partisipasi

dalam risiko

Kepastian

pengembalian pokok

dan bunga

Suber likuiditas

jangka pendek

Erat sebagai mitra usaha Terbatas debitur-

kreditur

Pinjaman yang

diberikan

Terbatas Pasar uang, bank

sentral

Prinsip usaha Komersial dan nonkomersial,

berorentasi laba dan nirlaba

Komersial dan

nonkomersial,

berorientasi laba

Pengelolaan dana Pasiva ke Aktiva Aktiva ke Pasiva

Lembaga

penyelesaian

sengketa

Pengadilan, arbitrase Pengadilan, Badan

Arbitrase bank

Nasional

Risiko Investasi 1. Dihadapi bersama antara bank

dan nasabah dengan prinsip

keadilan dan kejujuran

2. Tidak mungkin terjadi

negative spread

1. Risiko bank tidak

terkait langsung

dengan debitur,

risiko debitur tidak

terkait langsung

dengan bank

2. Kemungkinan

18

Page 19: makalah perbankan syariah

terjadi negative

spread

Monitoring

pembiayaan/Kredi

t

Memungkinkan bank ikut dalam

manajemen nasabah

Terbatas pada

administrasi

Struktur

Organisasi

Pengawas

Dewan komisaris, Dewan

Pengwas syari’ah, Dewan

Syaraiah Nasional

Dewan komisaris

Criteria

pembiayaan

Bankable, Halal Bankable, Halal atau

haram

H. Prospek Bank Syari’ah

Tidak bisa dibantah, bahwa perbankan syari’ah mempunyai potensi dan

prospek yang sangat bagus untuk dikembangkan di Indonesia . Prospek yang baik

ini setidaknya ditandai oleh empat hal ;

1.  Jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam merupakan pasar

potensial bagi pengembangan bank syari’ah di Indonseia. Sampai saat ini,

pangsa pasar yang besar itu belum tergarap secara signifikan.

2. Perkembangan lembaga pendidikan Tinggi yang mengajarkan ekonomi

syariah semakin pesat, baik S1, S2, S3 juga D3. Dalam lima tahun ke depan

akan lahir sarjana-sarjana ekonomi Islam yang memiliki paradigma,

pengetahuan dan wawasan ekonomi syariah yang komprehensif, tidak seperti

sekarang, banyak yang masih menolak ekonomi syariah karena belum

memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ekonomi syariah.

3. Bahwa fatwa MUI tentang keharaman bunga bank, bagaimanapun akan tetap

berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan syari’ah. Pasca fatwa MUI

tersebut, terjadi shifting dana masyarakat dari bank konvensional ke bank

syari’ah secara signifikan yang meningkat dari bulan-bulan sebelumnya.

Menurut data Bank Indonesia, dalam waktu satu bulan pasca fatwa MUI, dana

pihak ketiga yang masuk ke perbankan syari’ah hampir Rp 1 trilyun. Fatwa ini

semakin mendapat dukungan dari para sarjana ekonomi Islam.

19

Page 20: makalah perbankan syariah

4. Harapan kita kepada sikap pemerintah cukup besar untuk berpihak pada

kebenaran, keadilan dan kemakmuran rakyat. Political will pemerintah untuk

mendukung pengembangan perbakan syari’ah di Indonesia tinggal menunggu

waktu, lama kelamaan mereka akan sadar juga dan melihat keunggulan bank

syariah. Sejumlah PEMDA di daerah telah mendukung dan bergabung

membesarkan bank-bank syariah. Bank Indonesia pun diharapkan akan benar-

benar mendukung bank yang menguntungkan negara dan menyelamatkan

negara dari kehancuran. Bank Indonesia yang selama ini terkesan hanya

mengandalkan modal dengkul dalam mengembangkan bank syariah akan

berubah dengan mengandalkan modal riil yang lebih besar. Memang banyak

peran Bank Indonesia dalam mendorong pertumbuhan bank syariah,

khususnya dalam regulasi. Namun kegiatan sosialisasi dan pencerdasan

bangsa masih relatif kecil dilaksanakan dan didukung Bank Indonesia.

5. Masuknya lembaga-lembaga keuangan internasional ke dalam jasa usaha

perbankan syari’ah di Indonesia sesungguhnya merupakan indikator bahwa

usaha perbankan syari’ah di Indonesia memang prospektif dan dipercaya oleh

para investor luar negeri. Potensi dana Timur Tengah sangat besar. Dana-dana

yang selama ini ditempatkan di Amerika dan Eropa, pasca 11 September

WTC, mulai ditarik oleh investor Arab untuk ditempatkan di Asia.

Program pengembangan perbankan syariah selalu mempertimbangkan

kondisi-kondisi serta lingkungan yang menyertainya. Oleh karena itu dalam

pengembangan bank syariah diterapkan sejumlah prinsip-prinsip pokok kebijakan

pengembangan yang antara lain sebagai berikut :

1. Pengembangan jaringan kantor perbankan syariah diserahkan sepenhnya pada

mekanise pasar (market driven) yaitu interaksi antara masyarakat yang

membutuhkan jasa perbankan syariah dengan investor atau lembaga

perbankan yang menyediakan pelayanan jasa perbankan syariah. Dalam hal ini

peran otoritas perbankan (BI) lebih di tekankan pada penciptaan perangkat

ketentuan perbankan yang dapat mendukung terlaksananya kegiatan usaha

bank syariah yang sehat, efesien dan sejalan dengan prinsip syariah.

20

Page 21: makalah perbankan syariah

2. Pengaturan dan pengembangan perbankan syariah dilaksanakan dengan tidak

menerapkan infant industry agrument yaitu memberikan perlakuanperlakuan

khusus. Perlakuan yang sama (equal tretment) antara bank syariah dan bank

konvensional. Perbedaan pengaturan dan ketentuan yang diharapkan pada

perbankan syariah dilaksanakan dalam rangka memenuhi prinsip syariah

dan/atau karena perbedaan nature bisnisnya.

3. Pengembangan perbankan syariah baik dari sisi kelembagaan maupun

pengaturan dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan (gradual and

sustainnable apporoachi). Berkaitan dengan hal ini, kita tidak dapat

mengharap satu kesempurnaan baik dari aspek operassional maupun dari

aspek syariah dari suatu sistem perbankan syariah yang berkembang.

Penyempurnaan ketentuan dan infrastruktur pendukung perbankan syariah

dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan urgensi dan prioritas dari

sejumlah tugas yang harus dilaksanakan.

4. Peraturan dan pengembangan perbankan syariah menerapkan prinsip

universalitas sesuai dengan nilai dasar Islam yang rahmat bagi sekalian alam.

Sejalan dengan hal itu pengembangan perbankan syariah diarahkan bahwa jasa

bank syariah dapat digunakan dan dikembangkan oleh semua lapisan

masyarakat tidak hanya masyarakat muslim. Namun penyediaan dan pengguna

jasa perbankan syariah tersebut harus taat terhadap prinsip-prinsip syariah

dalam pelaksanaan kegiatan dan akad perbaikan.

5. Mengingat bahwa perbankan syraiah adalah sistem perbankan yang

mengedepankan moralitas dan etika, maka nilai-nilai yang menjadi dasar

dalam pengeaturan dan pengembangan serta nilai-nilai yang harus diterapkan

dalam operasi perbankan siddiqi, istiqomqh, tabliq, amanah, fathtonah. Selain

itu adalah penerapan nilai-nilai kerja sama (ta’awun), pengelolaan yang

profesional (ri’ayah) dan tanggung jawab (masuliyah) dan upaya bersama-

sama dan terus menerus untuk melakukan perbaikan (fastabiqhul khairat).

21

Page 22: makalah perbankan syariah

I. Kendala Pengembangan Bank Syariah

Dalam perkembangannya bank syariah menghadapi berbagai kendala,

kendala tersebut diantaranya sebagai berikut :

1. Kendala-Kendala Fiqh

Adanya perbedaan pandangan di kalangan ulama Indonesia mengenai

bunga yang secara garis besar terbagi pada tiga pendapat yaitu; halal, syubhat, dan

haram. Hal ini sangat menentukan respon masyarakat terhadap bank Syari’ah.

Umar Syihab, salah seorang ulama NU (Nahdatul Ulama) sebagai representasi

ulama berpendapat bahwa bunga bank adalah halal, didasarkan pendapatnya pada

beberapa alasan. Pertama, jumlah bunga uang yang dipungut dan diberikan oleh

bank kepada nasabah jauh lebih kecil dibandingkan dengan riba yang

diberlakukan di jaman jahiliyah. Kedua, pemungut bunga bank tidak membuat

bank itu sendiri dan nasabahnya memperoleh keuntungan besar atau sebaliknya

tidak akan merasa dirugikan dengan pemberian bunga. Ketiga, tujuan

pengambilan kredit dari debitor pada jaman jahiliyah adalah untuk konsumsi,

sementara pada saat ini bertujuan produktif. Keempat, adanya kerelaan antara

kedua belah pihak yang bertransaksi sebagaimana halnya kebolehan dalam jual-

beli dengan asas kerelaan (Umar Syihab, 1996, pp. 1270).

Sementara itu Majelas Tarjih Muhammadiyah memutuskan bahwa bunga

bank yang diberikan oleh bank milik negara kepada nasabahnya, atau sebaliknya

selama berlaku termasuk ke dalam perkara syubhat. Akan tetapi dari faktor

tersebut, hanya menyinggung bunga bank yang diberikan oleh bank negara,

dengan menyatakan bahwa bunga yang diberikan oleh negara diperbolehkan,

karena bunga yang diberikan masih tergolong rendah, jika dibandingkan dengan

bunga pada bank swasta (Rifyal Ka’bah, 2001, pp. 63).

2. Problem Hukum

Kendala hukum yang dialami perbankan syariah di Indonesia ialah,

Pengadilan Negeri tidak menggunakan syari’ah sebagai landasan hukum bagi

penyelesaian perkara, sedangkan wewenang Pengadilan Agama telah dibatasi UU

No. 7 Tahun 1989. Institusi ini hanya dapat memeriksa dan mengadili perkara-

perkara yang menyangkut perkawinan, warisan, waqaf, hibah, dan sedekah.

22

Page 23: makalah perbankan syariah

Pengadilan Agama tidak dapat memeriksa perkara-perkara di luar kelima bidang

tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, kepentingan untuk membentuk

lembaga permanen yang berfungsi untuk menyelesaikan kemungkinan terjadinya

sengketa perdata di antara bank-bank Syari’ah dengan para nasabah sudah sangat

mendesak, maka didirikan suatu lembaga yang mengatur hukum materi dan/atau

berdasarkan prinsip syari’ah.

3. Rendahnya Sosialisasi Perbankan Syari’ah

Isu sentral yang sering kita dengar adalah bahwa pemahaman masyarakat

mengenai sistem, prinsip pelayanan dan produk perbankan yang berdasarkan

syari’ah Islam sebagian besar masih kurang tepat. Hal demikian bukan hanya

terdapat pada masyarakat awam, tetapi juga terjadi pada diri Ulama, Kyai dan

Para tokoh masyarakat lainnya. Meskipun sistem ekonomi Islam telah jelas dan

mudah dipahami, yaitu melarang menggandakan uang secara tidak produktif dan

konsentrasi kekayaan pada satu pihak dan secara tidak adil. Namun secara praktis

bentuk produk dan pelayanan jasa, prinsip-prinsip dasar hubungan antara bank

dengan nasabah, serta cara-cara berusaha yang halal dalam bank Syari’ah masih

terasa awam dan belum dipahami secara benar (Bank Indonesia, Oktober 2001,

pp. 6).

Kesan umum yang ditangkap oleh masyarakat tentang bank Syari’ah: 1)

bank Syari’ah identik dengan bank dengan sistem bagi hasil, 2) Bank Syari’ah

adalah bank yang Islami, sebagian masyarakat ada yang menyatakan bahwa bank

Syari’ah secara eksklusif hanya khusus untuk umat Islam. Menurut penulis bahwa

kegiatan sosialisasi perbankan Syari’ah amat diperlukan dalam rangka

penyebarluasan informasi dan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai

perbankan Syari’ah. Hal ini dapat dilakukan secara terus-menerus dengan cara

tatap muka dengan para bankir, alim ulama, pemuka masyarakat, pengusaha,

akademisi dan masyarakat secara umum. Di masa mendatang bentuk kegiatan

sosialisasi diharapkan dapat lebih beragam dengan menggunakan berbagai media

massa dan bekerja sama dengan pihak-pihak yang memiliki akses kepada

masyarakat luas.

23

Page 24: makalah perbankan syariah

4. Kendala-kendala Operasional

Sumber daya manusia, maraknya bank syariah di indonesia tidak

diimbangi dengan sumber daya manusia yang memadai. Terutama sumber daya

manusia yang memiliki latar belakang disiplin keilmuan bidang perbankan

syariah. Sebagian besar sumber daya manusia di perbankan syariah terutama bank

konvensional yang membuka Islamic Windows berlatar belakang disiplin ilmu

ekonomi konvensional. Di samping itu lembaga akademi dan pelatihan di bidang

ini masih terbatas, sehingga tenaga terdidik dan pengalaman di bidang perbankan

Syari’ah baik dari sisi bank pelaksana maupun dari bank sentral masih terasa

kurang. (Bank Indonesia, Oktober 2001, pp. 7) Keadaan ini. mengakibatkan

akselerasi hukum islam dalam praktek perbankan kurang cepat dapat

diakomodasikan dalam sistem perbankan, sehingga kemampuan pengembangan

bank menjadi lambat.

Belum terpenuhinya peraturan pemerintah dibidang perbankan syariah

yang memadai. Walaupun pasca krisis berlangsung pembahasan Undang-undang

(UU) bank dan lembaga keuangan syariah tren-nya meningkat dari BI dan

pemerintah. Namun upaya untuk merealisasikan UU mampu menginterprestasikan

perkembangan bank syariah di masa depan dimana perkembangan bank syariah

membutuhkan proses perbaikan secara bertahap.

Kurangnya akademisi perbankan syariah. Hal ini diakibatkan lingkungan

akademisi lebih memperkenalkan kajian-kajian perbankan yang berbasis pada

instrument konvensional. Kondisi ini lebih disebabkan lingkungan pendidikan kita

lebih familiar dengan literatur-literatur ekonomi konvensional dibanding literatur

ekonomi Islam / syariah. Sehingga kajian-kajian ilmiah mengenai keberadaan

bank syariah dan instrument-instrumen keuangan syariah kurang mendapat

perhatian. Hal ini yang mengakibatkan keberadaan bank syariah kurang mendapat

legimitasi secara ilmiah di masyarakat

Kurangnya sosialisasi kemasyarakat ke masyarakat tentang keberadaan

bank syariah. Sosialisasi tidak sekedar memperkenalkan keberadaan bank syariah

disuatu tempat, tetapi juga memperkenalkan mekanisme, produk bank syariah dan

instrumen-instrumen keuangan bank syariah kepada masyarakat.

24

Page 25: makalah perbankan syariah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu

lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan

prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan masalah

uang sebagai dagangan utamanya.

Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

embel-embel islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu

akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini

Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit

sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini

berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep

serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga,

sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara

langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat

dengan para penabung.

Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara

lain:

1. Penghimpun Dana

a) Giro Syariah

b) Tabungan Syariah

c) Deposito Syariah

2. Penyaluran Dana

a) Akad Mudharabah (bagi hasil)

b) Akad Musyarakah (penyertaan modal)

c) Akad Murabahah (jual beli)

Jenis-Jenis Mudharabah

1) Mudharabah Mutlaqah

2) Mudharabah Muqayyadah

25

Page 26: makalah perbankan syariah

d) Akad Salam

e) Akad Istishna

Jenis Akad Istishna :

(a) Langsung : Pemesan<->Penjual

(b) Paralel : Pemesan ↔ Penjual ↔ subkontraktor

Rukun Akad Istishna

(a) Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual

(pembuat/shani’)

(b) Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal

istishna’ yang berbentuk harga.

(c) Ijab kabul/serah terima

f) Akad Ijarah (sewa)

3. Pelayanan Jasa

a) Letter of credit (L/C) impor syariah

b) Bank Garansi Syariah

c) Penukaran Valuta Asing (sharf)

Dalam perkembangannya bank syariah menghadapi berbagai kendala,

kendala tersebut diantaranya sebagai berikut :

1. Kendala-Kendala Fiqh

Adanya perbedaan pandangan di kalangan ulama Indonesia mengenai

bunga yang secara garis besar terbagi pada tiga pendapat yaitu; halal,

syubhat, dan haram. Hal ini sangat menentukan respon masyarakat

terhadap bank Syari’ah.

2. Problem Hukum

Kendala hukum yang dialami perbankan syariah di Indonesia ialah,

Pengadilan Negeri tidak menggunakan syari’ah sebagai landasan hukum bagi

penyelesaian perkara, sedangkan wewenang Pengadilan Agama telah dibatasi

UU No. 7 Tahun 1989. Institusi ini hanya dapat memeriksa dan mengadili

perkara-perkara yang menyangkut perkawinan, warisan, waqaf, hibah, dan

sedekah. Pengadilan Agama tidak dapat memeriksa perkara-perkara di luar

kelima bidang tersebut.

26

Page 27: makalah perbankan syariah

3. Rendahnya Sosialisasi Perbankan Syari’ah

Isu sentral yang sering kita dengar adalah bahwa pemahaman masyarakat

mengenai sistem, prinsip pelayanan dan produk perbankan yang berdasarkan

syari’ah Islam sebagian besar masih kurang tepat

4. Kendala-kendala Operasional

B. Saran

Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dengan judul “Perbankan

Syariah” dapat di ambil manfaatnya oleh pembaca dan dapat di aplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari khususnya dalam perbankan syariah.

27

Page 28: makalah perbankan syariah

DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono Heri, (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta.

Ekonisia.

Jumadil Ula, 1428 H / 25 Mei 2007. Laboratorium Ekonomika dan Bisnis Islam

(LEBI) FEB UGM

_____. (2008). Perbankan syariah (versi e-book). Pusat komunikasi ekonomi

syariah (PKES publishing) . [online] tersedia :

http://www.pkesinteraktif.pkes.org/download/PERBANKANSyariah_PKES_secur

e.pdf

______. (2010). Artikel Perbankan Syariah. [online] tersedia : http://cafe-

ekonomi.blogspot.com/2009/05/artkel-sistem-perbankan-syariah.html

28