makalah pengendalian pencemaran minyak bumi

54
Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi Disusun oleh : Kelompok 2 Nama : 1. Dina Safitri (061440410793) 2. M. Rifqi Prakarsa (061440410797) 3. M. Marco Sayputra (061440410801) Dosen Pembimbing : Ir. Aida Syarif, M.T.

Upload: muhammad-marco-sayputra

Post on 29-Jan-2016

86 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Pengendalian pencemaran dengan mengacu pada sumber-sumber pencemaran

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Makalah Pengendalian PencemaranMinyak Bumi

Disusun oleh :

Kelompok 2

Nama : 1. Dina Safitri (061440410793)2. M. Rifqi Prakarsa (061440410797)3. M. Marco Sayputra (061440410801)

Dosen Pembimbing : Ir. Aida Syarif, M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYATAHUN AJARAN 2015/2016

Page 2: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Minyak Bumi”. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Pengendalian Pencemaran Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknik Energi Politeknik Negeri Sriwijaya. Dengan Penulisan makalah ini diambil dari berbagai sumber buku dan internet.

Ucapan terimakasih kami berikan kepada Dosen Pembimbing Pengendalian Pencemaran ibu Ir. Aida Syarif, M.T. atas bimbingan dan pengajarannya.

Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan dalam tulisan ini, semoga apa yang saya hasilkan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi pihak-pihak yang terkait dengan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam makalah ini, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan tulisan ini.

Palembang, 30 November 2015Penulis

Page 3: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Daftar Isi

Kata pengantar .............................................................................................. 1Daftar Isi ....................................................................................................... 2Bab I Pendahuluan ........................................................................................ 3Daftar Pustaka ...............................................................................................14

Page 4: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Bab  IPendahuluan

1.1 Latar Belakang

Minyak bumi merupakan energi yang tak terbarukan. Beberapa teori menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari mikro organisme yang mengalami perubahan komposisi dan struktur karena proses biokimia di bawah pengaruh tekanan dan suhu tertentu dalam rentang waktu yang sangat panjang sehingga butuh waktu yang lama untuk bisa terbentuk kembali. Sementara itu tingginya tingkat ketergantungan masyarakat dunia pada minyak bumi. Mendorong eksplorasi yang besar-besaran sehingga menyebabkan cepat habisnya cadangan minyak bumi.

Oleh Karena itu, Dalam laporan ini akan di bahas lengkap segala sesuatu yang berhubungan dengan minyak bumi.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimanakah Proses Pengolahan Minyak Bumi 2. Apa saja limbah cair dan limbah gas dari proses pengolahan minyak bumi ? 3. Bagaimana cara penanggulangan limbah cair dan gas dari hasil pengolahan

minyak bumi ? 4. Dampak apa saja yang dapat disebabkan oleh hasil pengolahan minyak bumi?

1.3 Tujuan- Dapat lebih mengetahui mengenai minyak bumi- Mengetahui proses terbentuknya minyak bumi- Mengetahui proses pengolahan minyak bumi- Mengetahui limbah dan cara mengatasi limbah dari minyak bumi- Mengetahui dampak limbah cair dari pengolahan minyak bumi

Page 5: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Minyak BumiMinyak Bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang

dan oleum – minyak), dijuluki juga sebagai “emas hitam”, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak Bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.

2.2 Sejarah Minyak BumiMinyak Bumi telah digunakan oleh manusia sejak zaman kuno, dan sampai

saat ini masih merupakan komoditas yang penting. Minyak Bumi menjadi bahan bakar utama setelah ditemukannya mesin pembakaran dalam, semakin majunya penerbangan komersial, dan meningkatnya penggunaan plastik.

Lebih dari 4000 tahun yang lalu, menurut Herodotus dan Diodorus Siculus, aspal telah digunakan sebagai konstruksi dari tembok dan menara Babylon; ada banyak lubang-lubang minyak di dekat Ardericca (dekat Babylon). Jumlah minyak yang besar ditemukan di tepi Sungai Issus, salah satu anak sungai dari Sungai Eufrat. Tablet-tablet dari Kerajaan Persia Kuno menunjukkan bahwa kebutuhan obat-obatan dan penerangan untuk kalangan menengah-atas menggunakan minyak Bumi. Pada tahun 347, minyak diproduksi dari sumur yang digali dengan bambu di China.

Pada tahun 1850-an, Ignacy Łukasiewicz menemukan bagaimana proses untuk mendistilasi minyak tanah dari minyak Bumi, sehingga memberikan alternatif yang lebih murah daripada harus menggunakan minyak paus. Maka, dengan segera, pemakaian minyak Bumi untuk keperluan penerangan melonjak drastis di Amerika Utara.

Sumur minyak komersial pertama di dunia yang digali terletak di Polandia pada tahun 1853. Pengeboran minyak kemudian berkembang sangat cepat di banyak belahan dunia lainnya, terutama saat Kerajaan Rusia berkuasa. Perusahaan Branobel yang berpusat di Azerbaijan menguasai produksi minyak dunia pada akhir abad ke-19.

2.3 Pembentukan Minyak BumiMinyak bumi di kenal dengan sebutan bahan bakar fosil. Minyak bumi

merupakan bahan bakar yang berasal dari fosil? Jasad renik organisme yang hidup di lautan. Ketika organisme tersebut mati, sisa-sisa tubuhnya akan akan mengendap di dasar lautan & tertutupi lumpur. Pengaruh tekanan dan temperature tinggi mengubah lumpur menjadi lapisan bebatuan. Setelah jutaan tahun, bakteri anaerob akan menguraikan sisa-sisa organisme tersebut dan mengubahnya menjadi minyak bumi.

Page 6: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Seiring dengan terjadinya reaksi penguraian, gas alam pun terbentuk. Gas alam terletak si atas lapisan minyak bumi.

Minyak bumi tersebut terperangkap diantara lapisan batuan di dasar lautan. Minyak bumi dapat berpindah dari suatu daerah ke daerah lain dan terdeposit di suatu tempat jika terhalang oleh lapisan yang kedap zat cair dan gas (impervious layer).

Proses terbentuknya minyak bumi dijelaskan berdasarkan dua teori, yaitu:1.  Teori Anorganik.

Teori Anorganik dikemukakan oleh Berthelok (1866) yang menyatakan bahwa minyak bumi berasal dan reaksi kalsium karbida, CaC2 (dan reaksi antara batuan karbonat dan logam alkali) dan air menghasilkan asetilen yang dapat berubah menjadi minyak bumi pada temperatur dan tekanan tinggi.

CaCO3 + Alkali → CaC2 + HO → HC = CH → Minyak bumi

2.  Teori Organik.Teori Organik dikemukakan oleh Engker (1911) yang menyatakan bahwa

minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan dan penguraian secara anaerob jasad renik (mikroorganisme) dari tumbuhan laut dalam batuan berpori.

2.4 Komposisi Minyak BumiKomposisi minyak bumi dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:

1. Hidrokarbon Jenuh (alkana)- Dikenal dengan alkana atau paraffin.- Keberadaan rantai lurus sebagai komponen utama (terbanyak), sedangkan

rantai bercabang lebih sedikit.- Senyawa penyusun diantaranya:

a. Metana CH4

b. etana CH3 CH3

c. propana CH3 CH2 CH3

d. butana CH3 (CH2)2 CH3

e. n-heptana CH3 (CH2)5 CH3

f. iso oktana CH3 - C(CH3)2 CH2 CH (CH3)2

2. Hidrokarbon Tak Jenuh (alkena)-   Dikenal dengan alkena.-   Keberadaannya hanya sedikit.-   Senyawa penyusunnya:

a.   Etena, CH2 CH2

b.  Propena, CH2 CH CH3

c.   Butena, CH2 CH CH2 CH3

3. Hidrokarbon Jenuh berantai siklik (sikloalkana)-   Dikenal dengan sikloalkana atau naftena.-   Keberadaannya lebih sedikit dibanding alkana.-   Senyawa penyusunnya :

a.Siklopropana                         c. Siklopentana                

Page 7: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

b.Siklobutana                          d. Siklopheksana4. Hidrokarbon aromatic

-   Dikenal sebagai seri aromatic.-   Keberadaannya sebagai komponen yang kecil/sedikit.-   Senyawa penyusunannya:

a.  Naftalena                                    c. Benzena                    b.  Antrasena                                   d. Toluena

5. Senyawa Lain- Keberadaannya sangat sedikit sekali.- Senyawa yang mungkin ada dalam minyak bumi adalah belerang, nitrogen,

oksigen dan organo logam (kecil sekali)

6.1 Karakteristik Minyak Bumia. Sifat Kimia Minyak Bumi

Minyak bumi merupakan senyawa hidrogen dan Carbon (C dan H) ditambah beberapa senyawa lain yang tidak dominan seperti: Nitrogen, Oksigen, Sulfur, Hidrogen Sulfida, Porfirin dan senyawa Logam.Senyawa Hidrocarbon (HC) dapat digolongkan menjadi tiga:- HC padat adalah senyawa HC yang bersifat padat. Contoh : Aspal- HC cair adalah senyawa HC yang berbentuk cair. Contoh : minyak bumi

yang merupakan rembesan di permukaan atau di dalam reservoir.- HC yang bersifat gas, ini selalu berasosiasi dengan minyak bumi dan dapat

berwujud gas bebas, gas yang terlarut dalam minyak bumi (gelembung-gelembung gas) dan gas tercairkan, pada kondisi reservoir dengan tekanan dan temperatur (suhu) yang tinggi maka gas akan mencair.

b. Sifat Fisika Minyak Bumi- Semakin dalam terdapatnya minyak bumi serta semakin tua umurnya maka

berat jenis minyak bumi semakin kecil. Berat jenis minyak bumi berkisar antara 0,84 sampai 0,89.

- Viskositas/ kekentalan (satuan centipoise/ cp) adalah daya hambatan suatu cairan bila kedalam cairan tersebut dimasukkan suatu materi atau benda yang diputar. Semakin kecil berat jenis minyak, semakin besar temperatur dan tekanan semakin kecil viskositasnya.

- Titik didih dan titik nyala, titik didih adalah titik dimana minyak bumi mulai mendidih. Semakin besar berat jenis, titik didih semakin tinggi. Titik nyala adalah kemampuan materi untuk bisa terbakar. Semakin ringan berat jenis, titik nyala semakin tinggi.

- Warna, senyawa hidrokarbon sebenarnya tidak berwarna, tetapi adanya impurities dan senyawa- senyawa yang lain akan mempengaruhi warna dari minyak bumi. Untuk minyak berberat jenis besar maka berwarna hijau kehitaman, sedang yang berat jenis ringan berwarna coklat kehitaman.

- Nilai kalori minyak bumi cukup tinggi antara 11.700- 11.750 kal/ gram untuk minyak BJ= 0,75 dan antara 10000- 10.500 kal/ gram untuk minyak BJ= 0,9- 0,95.

Page 8: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

6.2 Pengolahan Minyak BumiMinyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi

diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampung  dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak. Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.

Secara umum Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai berikut:

Page 9: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

A. Desalting (Penghilangan Garam)Proses desalting merupakan proses penghilangan garam yang dilakukan dengan

cara mencampurkan minyak mentah dengan air, tujuannya adalah untuk melarutkan zat-zat mineral yang larut dalam air. Pada proses ini juga ditambahkan asam dan basa dengan tujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa selain hidrokarbon. Setelah melalui proses desalting, maka selanjutnya minyak akan menjalani proses distilasi.

Minyak mentah (crude oil), selain mengandung kotoran juga mengandung zat-zat mineral yang larut dalam air. Proses penghilangan kotoran disebut desalting atau penghilangan garam. Desalting dilakukan dengan cara mencampur minyak mentah dengan air sehingga mineral-mineral akan terlarut dalam air. Untuk meghilangkan senyawa-senyawa nonhidrokarbon, ke dalam minyak mentah ditambah dengan asam dan basa.

Proses desalting dilakukan untuk mencegah korosi pipa-pipa minyak dan mencegah tersumbatnya lubang-lubang di menara fraksinasi. Setelah minyak mentah mengalami proses desalting, selanjutnya minyak mentah dialirkan ke tangki pemanas untuk menguapkan minyak mentah dan kemudian uap minyak mentah dialirkan dalam menara fraksinasi (menara distilasi).

B. Destilasi FraksinasiDestilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik

didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).

Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).

Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20. 

Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain sebagai berikut :1. Gas 

Rentang rantai karbon : C1 sampai C5 Trayek didih : 0 sampai 50°C

Page 10: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

2. Gasolin (Bensin)Rentang rantai karbon : C6 sampai C11 Trayek didih : 50 sampai 85°C

3. Kerosin (Minyak Tanah)Rentang rantai karbon : C12 sampai C20 Trayek didih : 85 sampai 105°C

4. SolarRentang rantai karbon : C21 sampai C30 Trayek didih : 105 sampai 135°C

5. Minyak BeratRentang ranai karbon : C31 sampai C40 Trayek didih : 135 sampai 300°C

6. ResiduRentang rantai karbon : di atas C40 Trayek didih : di atas 300°C

Proser distilasi bertingkat dan fraksi yang dihasilkan dari distilasi bertingkat tesebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Diagram menara fraksionasi (destilasi bertingkat) untuk penyulingan minyak bumi. Pandangan irisan menunjukkan bagaimana fasa uap dan cairan dijaga agar selalu kontak satu sama lain, sehingga pengembunan dan penyulingan berlansung  menyeluruh sepanjang kolom

Fraksi-fraksi Hidrokarbon Yang Dihasilkan Dari Proses Destilasi Bertingkat

Page 11: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

C. Proses Hidrokarbon

1. CrackingCracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang

besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh cracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin.Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock (ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.

Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu : a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan

tekanan yang rendah. Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :

b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena

Page 12: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

bersifat asam menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :

c. HidrocrackingHidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.

Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU), Residu Fluid Catalytic cracking (RFCCU) ataupun Residu Catalytic Cracking Unit (RCCU)  adalah unit proses “sejenis” merengkah hidrokarbon fraksi berat menjadi fraksi lebih ringan dengan bantuan butiran katalis halus panas yang digerakkan secara fluidisasi, pada pengaturan tekanan, temperatur dan kondisi parameter proses tertentu.

Proses FCC, RFCC atau RCC dipilih / dipakai dalam rangkaian unit pengolah minyak di Kilang , diutamakan untuk mengolah minyak fraksi berat atau minyak sisa yang bernilai ekonomis rendah.

Katalis  berupa butiran halus 40 s/d 140 microns, rata-rata 70-80 microns digerakkan dengan pengaturan kondisi operasi yang tertentu agar dapat bergerak bersirkulasi seperti cairan (fluida) dalam sistim reaktor-regenerator .

Proses cracking berlangsung secara katalitis dan panas dengan perngaturan variable proses yang dipersyaratkan, menghasilkan produk hidrokarbon berbagai fraksi (H2, C1,C2, LPG mixed, Naphtha (komponen gasoline), light cycle oil (LCO), heavy cycle oil HCO), dan slurry oil atau decant oil (DCO) sebagai sisa dan Coke.

Produk dipisahkan dengan fraksinator sebagai layaknya crude oil, yang dilengkapi unit proses pemurnian produk dan unit recovery produk berharga lainnya seperti pencucian dengan caustic, recovery ethylen, LPG, propylene, unit polimerisasi gasoline dan lain sebagainya.

2. ReformingReforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang

baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.Contoh reforming adalah sebagai berikut :

Page 13: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3 atauplatina dalam lempung.Contoh reaksinya :

3. Alkilasi dan PolimerasiAlkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi

molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai berikut:

RH + CH2=CR’R’’ R-CH2-CHR’R”

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :

mCnH2n Cm+nH2(m+n)

Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.

4. PemurnianTreating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan

pengotor-pengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut : Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor

yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna. Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n-parafin) dengan berat molekul

tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas dengan pour point yang rendah.

Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk minyak pelumas

Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam

minyak bumi atau gas, namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat

Page 14: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

menyebabkan berbagai masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk samping pembakaran berupa gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2) dan menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi, antara lain menggunakan proses oksidasi, adsorpsi selektif, ekstraksi, hydrotreating, dan lain-lain. Sulfur yang disingkirkan dari minyak bumi ini kemudian diambil kembali sebagai sulfur elemental.

Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi. Pada dasarnya terdapat 2 cara desulfurisasi, yaitu dengan :1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta 2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi

dalam bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan disulfida) secara katalitik dengan proses hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon asal dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang dihasilkan dari dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan cara fraksinasi atau pencucian/pelucutan.

Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain yaitu bio-desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara selektif dari minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme, yaitu dengan mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis oleh enzim hasil metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa mengubah senyawa hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerobik, dan dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses ini adalah dapat menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan, misalnya alkylated dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan untuk proses bio-desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun penelitian lebih lanjut juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme dari jenis lain.

Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit jika disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk disingkirkan menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon, bio-desulfurisasi juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.

HydrotreatingReaksi yang Terjadi di Unit Hydrotreatinga. Reaksi Hydrodesulfurization

Reaksi hydrodesulfurization (HDS) yang umum terjadi di hydrocracker adalah sebagai berikut :

Page 15: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Umumnya reactor inlet temperature 315-340 oC akan memberikan kecepatan reaksi hydorgenasi yang cukup dan tidak akan menyebabkan rekombinasi olefin dan hydrogen sulfide (namun tergantung komposisi feed, tekanan operasi, dan LHSV).Untuk unit naphtha hydrotreater, karena heavy naphtha produk naphtha hydrotreater akan digunakan sebagai umpan unit platforming maka batasan maksimum kandungan sulfur dalam produk heavy naphtha adalah 0,5 ppm, agar tidak meracuni katalis platforming yang sangat sensitive terhadap impurities. Sedangkan untuk unit distillate/diesel hydrotreater,kandungan sulfur outlet reactor dapat dijaga sesuai keinginan kita (spesifikasi produk diesel Indonesia saat ini masih 500 ppm sulfur, sedangkan spesifikasi diesel di negara maju sudah ada yang mencapai maksimum 30 ppm atau bahkan maksimum 10 ppm sulfur). Untuk mengatur kandungan sulfur dalam produk dapat dilakukan dengan mengatur temperature reactor (naiknya temperatur reactor akan mengurangi kandungan sulfur dalam produk).

b. Reaksi Hydrodenitrification Biasanya kandungan nitrogen dalam umpan lebih sedikit daripada kandungan

sulfur dalam umpan. Namun, reaksi penghilangan nitrogen jauh lebih sulit daripada reaksi penghilangan sulfur, yaitu kurang lebih 5 kali lebih sulit. Untuk unit naphtha hydrotreater, karena heavy naphtha produk naphtha hydrotreater akan digunakan sebagai umpan unit platforming maka batasan maksimum kandungan sulfur dalam produk heavy naphtha adalah 0,5 ppm, agar tidak meracuni katalis platforming yang sangat sensitive terhadap impurities. Nitrogen yang masuk ke unit platforming akan menyebabkan endapan ammonium chloride di sirkuit recycle gas atau di system overhead stabilizer.

Page 16: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Penghilangan nitrogen di unit naphtha hydrotreater terutama sangat penting jika naphtha hydrotreater mengolah cracked feed.  Sedangkan untuk unit distillate/diesel hydrotreater, walaupun tidak ada batasan maksimum nitrogen dalam produk diesel, namun kandungan nitrogen dalam produk diesel akan mempengaruhi color stability. Semakin rendah kandungan nitrogen, maka semakin tinggi color stability nya.  Reaksi penghilangan nitrogen yang umum terjadi adalah sebagai berikut :

 

c. Reaksi Penghilangan Oksigen Reaksi penghilangan oksigen yang umum terjadi adalah sebagai berikut :

d. Reaksi Penjenuhan OlefinReaksi penjenuhan olefin yang umum terjadi adalah sebagai berikut :

e. Reaksi Penghilangan Senyawa HalidaHalida organic dapat didekomposisi di unit Naphtha Hydrotreater menjadi

hydrogen halide yang kemudian diserap oleh wash water yang diijeksikan di outlet reaktor atau diambil sebagai stripper gas. Dekomposisi organic halide jauh lebih sulit daripada desulfurization. Biasanya maximum organic halide removal sekitar 90%, tetapi dapat lebih kecil jika kondisi operasi hanya di-set untuk penghilangan sulfur dan nitrogen saja. Untuk alasan ini, maka analisa periodic terhadap kandungan chloride dalam hydrotreated naphtha harus dilakukan,karena tingkat kandungan

Page 17: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

chloride ini akan digunakan untuk mengatur jumlah injeksi chloride di Platformer (chloride di Platformer dibutuhkan untuk menjaga suasana asam katalis Platformer).Reaksi penghilangan senyawa halida yang umum terjadi adalah sebagai berikut :

f. Reaksi Penghilangan Senyawa LogamSebagian besar impurities metal terjadi pada level part per billion (ppb) di

dalam naphtha. Biasanya katalis naphtha hydrotreater atau distillate hydrotreater mampu menghilangkan senyawa metal ini pada konsentrasi yang cukup tinggi, yaitu hingga 5 ppmwt atau lebih, dengan basis intermittent pada kondisi normal operasi. Impurities metal ini tetap berada di dalam katalis hydrotreater dan dianggap sebagai racun katalis permanent karena meracuni katalis secara permanen, tidak dapat dihilangkan dengan cara regenerasi katalis. Beberapa logam yang sering terdeteksi dalam spent catalyst hydrotreater adalah arsenic, iron, calcium, magnesium, phosphorous, lead (timbal), silicon, copper, dan sodium. 

Iron biasanya ditemukan terkonsentrasi pada bagian atas catalyst bed sebagai iron sulfide. Sedangkan arsenic walaupun jarang ditemukan lebih dari 1 ppbwt pada straight run naphtha, namun sangat penting diperhatikan karena merupakan potensi racun katalis platformer (yang berupa logam platina). Lead yang terkandug dalam spent catalyst hydrotreater beberasal dari kontaminasi fasilitas tangki oleh leaded gasoline atau dari reprocessing leaded gasoline di crude distillation unit. Sodium, calcium, dan magnesium biasanya  berasal dari adanya kontak umpan dengan salt water (misalnya terkontaminasi oleh ballast water) atau additives.

Penghilangan metal dapat dilakukan di atas temperatur 315 oC hingga metal loading sekitar 2-3% berat total katalis. Dengan metal loading diatas 3%,  katalis akan mendekti tingkat penjenuhan yang setimbang, sehingga memungkinkan terjadinya metal breakthrough (metal dalam umpan tidak dapat lagi dihilangkan dan terikut ke downstream process). Reaksi penghilangan metal terjadi dengan mekanisme sebagai berikut : 

Page 18: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Aliran Proses HydrotreatingDengan semakin meningkatnya kebutuhan akan kualitas produk terutama

akibat semakin ketatnya peraturan lingkungan, maka penggunaan hydrotreater untuk meningkatkan kualitas produk semakin banyak. Dalam konfigurasi kilang, penggunaan hydrotreater sangat umum untuk stream-stream seperti pada gambar dibawah ini :

Page 19: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Reaksi yang terjadi pada hydrotreating Produk SampinganReaksi Hydrodesulfurization H2SReaksi Penghilangan Oksigen H2OReaksi Hydrodenitrification NH3

Reaksi Penjenuhan Olefin -Reaksi Penghilangan Senyawa Halida NH4ClReaksi Penghilangan Senyawa Logam Logam

5. Pencampuran Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi

minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya.

Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL). TEL berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan pelumas, agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses pengolahan diperlukan penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan bilangan oktan, tetapi dapat menimbulkan pencemaran udara.

Page 20: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

D. Produk Akhir Minyak Bumi

Produk hasil dari proses  destilasi minyak mentah diantaranya adalah :1. LPG

Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand ELPIJI, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) lebih kurang 99 % dan selebihnya adalah gas pentana (C5H12) yang dicairkan. Penggunaan Elpiji adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas), juga dapat sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu).

2. Bahan Bakar PenerbanganBahan bakar penerbangan salah satunya avtur yang digunakan sebagai bahan bakar persawat terbang.

3. Bensin (Gasolin)Bensin merupakan bahan bakar transportasi yang masih memegang peranan penting sampai saat ini. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis hidrokarbon yang memiliki rantai C5-C10. Kadarnya bervariasi tergantung komposisi minyak mentah dan kualitas yang diinginkan.

Page 21: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

4. Minyak tanah ( kerosin )Bahan bakar hidrokarbon yang diperoleh sebagai hasil penyulingan minyak bumi dengan titik didih yang lebih tinggi daripada bensin, minyak tanah, minyak patra. Penggunaanya sebagai bahan bakar untuk memasak terbatas di negara berkembang, bahan bakar mesin jet, serta untuk membasmi serangga seperti semut dan mengusir kecoa.

5. SolarDiesel, di Indonesia lebih dikenal dengan nama solar, adalah suatu produk akhir yang digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin diesel yang diciptakan oleh Rudolf Diesel, dan disempurnakan oleh Charles F. Kettering. digunakan Selain itu, minyak solar juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui proses cracking

6. PelumasPelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan diantara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Digunakan untuk lubrikasi mesin-mesin.

7. LilinLilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Bahan bakar yang digunakan adalah paraffin. Parafin adalah residu dari minyak bumi yang mana banyak digunakan dalam proses pembuatan obat-obatan, kosmetika, tutup botol, industri tenun menenun, korek api, lilin batik, dan masih banyak lagi.

8. Minyak bakarMinyak bakar adalah hasil distilasi dari penyulingan minyak tetapi belum membentuk residu akhir dari proses penyulingan itu sendiri. Biasanya warna dari minyak bakar ini adalah hitam chrom. Selain itu minyak bakar lebih pekat dibandingkan dengan minyak diesel.

9. AspalAspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal digunakan sebagai pengeras jalan raya.

6.3 Peralatan Proses Pengolahan Minyak Bumi

Page 22: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

PompaAlat ini merupakan bagian penting dalam suatu instalasi pada kilang minyak, digunakan untuk memindahkan liquid dari suatu tempat ke tempat lain. pada proses destilasi, pompa digunakan untuk mentransferkan fluida dari dalam tanki penampungan bahan baku menuju kolom destilasi, umunya pompa yang digunakan ialah pompa jenis cenrifugal.

Heat ExchangerHeat Exchanger merupakan alat penukar kalor (panas) antar liquid, pada proses destilasi alat ini digunakan untuk memanaskan minyak mentah yang akan dimasukkan ke dalam kolom destilasi serta untuk mendinginkan fraksi yang keluar dari dalam kolom. Kedua zat yang memiliki temperatur yang berbeda dibatasi oleh dinding sehingga kedua zat tersebut tidak akan bercampur pada zaat terjadinya proses pertukaran panas.

DesalterSesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk menghilangkan garam yang terdapat di dalam kandungan minyak bumi. Cara kerja dari alat ini yaitu dengan mencampurkan minyak mentah dengan air agar mineral yang terkandung di dalam minyak bumi akan terlarut dengan air, selanjutnya akan dikontakkan dengan plat yang dialiri dengan tegangan listrik AC, maka secara otomatis ion-ion yang terdapat di dalam minyak akan ditarik ke katup-katup plat, air yang telah berisi mineral akan membesar dan jatuh ke bawah dasar tanki desalter.

FurnaceFurnace adalah proses dimana terjadinya pemanasan minyak mentah yang mengalir di dalam pipa sebelum dimasukkan kedalam kolom destilasi. Panas yang digunkan berasal dari hasil pembakaran fuel oil maupun gas dengan suhu sekitar 350°C, di dalam furnace terdapat susunan pipa yang merupakan media yang dipanaskan kemudian panas tersebut akan diserap oleh liquid yang mengalir di dalam pipa, proses perpindahan panas terjadi dengan tiga cara yaitu konduksi, radiasi dan konveksi.

Kolom DestilasiCrude oil yang telah dipanaskan, selanjutnya akan dimasukkan ke dalam kolom destilasi, kolom ini berbentuk bejana silinder yang terbuat dari baja dan memiliki tekanan 1 atm. Fungsi dari kolom ini ialah tempat terjadinya penguapan molekul-molekul minyak bumi dan dipisahkan kedalam fraksi-fraksi sesuai dengan titik didihnya dengan menggunakan tray-tray khusus sesuai dengan titik didih fraksi tersebut. Molekul yang memiliki titik didih paling rendah yaitu gas akan berada pada bagian puncak kolom dan fraksi berat (long residu) akan tetap berada pada bagian bawah kolom. Hasil dari kolom destilasi ini terdiri dari gas (20°C), Naphta (40°C), Kerosen (120°C), Diesel (170°C), Lubricating oil atau pelumas (300°C) dan residu (350°C).

Kolom StripperPeralatan proses pengolahan minyak bumi selanjutnya yaitu kolom stripper, kolom ini memiliki bentuk yang mirip dengan kolom destilasi hanya saja ukurannya lebih kecil, alat ini berfungsi untuk mengeluarkan fraksi yang lebih ringan dari dalam fraksi yang lebih berat,

Page 23: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

contohnya fraksi naphta yang terikut masuk kedalam penampungan fraksi kerosen. Cara kerja dari alat ini yaitu penguapan biasa dengan menggunakan injeksi steam dari dasar kolom sebagai sumber panas.

CondensorKondensor merupakan alat yang digunakan untuk mencairkan fraksi gas yang merupakan hasil dari kolom destilasi. Gas tersebut didapatkan dari bagian atas kolom yang merupakan fraksi yang memiliki titik didih terendah. Cara kerja dari kondensor ini yaitu pertukaran panas, dengan cara gas akan dimasukkan kedalam ruangan pada alat tersebut, diamana di dalamnya terdapat pipa-pipa yang berisi air ( sebagai pendingin), gas tersebut akan mengalami kontak dengan permukaan luar pipa sehingga panasnya (panas latent) akan diserap oleh air pendingin yang membuat temperatur dari gas tersebut akan menurun dan akan terkondensasi.

CoolerColer adalah alat yang digunakan untuk mendinginkan suatu produk yang memiliki panas yang tinggi sehingga tidak dapat ditampung di dalam tanki. Media pendingin pada alat ini sama halnya dengan kondensor yaitu media air. Cara kerjanya yaitu pipa-pipa yang berisi produk panas akan melewati media pendingin air sehingga panas dari produk tersebut akan terserap dan menurunkan temperaturnya hingga mencapai temperatur normal.

SeperatorSeparator digunakan untuk memisahkan dua zat yang tidak dapat melarut, misalnya air dan minyak atau minyak dan gas. Cara kerjanya yaitu dengan cara pengendapan, sehingga zat yang memiliki densitas yang tinggi (misalnya air) akan berada pada bagian bawah sedangkan zat yang memiliki densitas yang rendah akan berada pada bagian atas (minyak), selanjutnya salah satu zat tersebut akan dikeluarkan baik itu minyak maupun air.

PerpipaanSistem perpipaan dalam indutri migas sangatlah diperlukan, tanpa adanya pipa maka proses di dalam kilang tidak akan terjadi. Pipa berfungsi sebagai tempat mengalirnya suatu fluida dari suatu tempat ke tempat lain. Pipa terbuat dari berbagai jenis bahan tergantung dari karakteristik liquid yang akan dialirkan didalamnya. Khusus untuk mengalirkan minyak, jenis pipa yang digunakan biasanya terbuat dari baja dengan paduan serat carbon.

InstrumentInstrument ialah sistem control yang terdiri dari data-data suatu proses yang sedang terjadi di lapangan. Fungsi dari instrument yaitu menjaga kestabilan dan memantau suatu proses yang sedang terjadi sehingga proses tersebut dapat berjalan sesuai dengan jalur yang ditetapkan. Contoh sederhana dari peralatan instrumen yaitu control valve (katup) yang digunakan untuk mengatur jumlah aliran yang mengalir di dalam pipa baik itu secara manual maupun dengan kendali jarak jauh.

Page 24: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

6.4 Limbah Minyak Bumi6.4.1 Sumber Limbah Minyak Bumi

Berdasarkan buku Pertamina (1986), sumber limbah cair minyak bumi berasal dari kegiatan-kegiatan antara lain:

1. Air pendingin di kilang minyak, dimana bila terjadi kebocoran pada pipa pendingin, bocoran minyak akan terbawa air.

2. Air sisa umpan boiler untuk pembangkit uap air.3. Air sisa dari lumpur pembocoran.4. Air bekas mencuci peralatan-peralatan dan tumpahan-tumpahan/ ceceran

minyak di tempat kerja.5. Air hujan.

Perusahaan minyak menghasilkan limbah minyak dalam bentuk lumpur dari berbagai lapangan produksi.

Keberadaan senyawa hidrokarbon di perairan berasal dari beberapa sumber, antara lain dari biosintesis, geokimia, dan antropogenik. Menurut Farrington dan Meyers (1975) jumlah senyawa hidrokarbon yang berasal dari biosintesis berkisar antara 1-10 juta ton per tahun, dan menurut Mulyono (1988) senyawa hidrokarbon yang berasal dari rembesan geologi adalah sekitar 0,6 juta ton per tahun. Sisanya berasal dari sumber antropogenik hasil pengelolaan minyak bumi (pengolahan, tranportasi, dan pengeboran) (Marsaoli, 2004).

Senyawa aromatik dalam minyak lebih toksis dibandingkan dengan senyawa alkana. senyawa aromatik yang mengandung lebih dari dua cincin benzen, PAH bersifat toksis. Kadar PAH yang relatif tinggi juga pernah ditemukan oleh beberapa peneliti (Maher et al., 1979; Bagg et al., 1981), dalam sedimen yang lokasinya berdekatan dengan perkotaan. Ini pola umum di mana PAH cenderung berkumpul dalam sedimen perairan yang dekat dengan daerah perkotaan. Menurut Connel dan Miller (1981), PAH dapat berasal dari air buangan, seperti buangan rumah tangga dan industri, sampah, dan aliran buangan kota, serta dalam buangan atmosferik dari pembakaran bahan bakar fosil. Menurut Clark dan Macleod (1977) hidrokarbon alifatis dan aromatis terdapat di seluruh estuari, daerah pantai, dan lingkungan samudera dengan kadar tertinggi di daerah estuari dan habitat intertidal.

6.5 PengolahanSecara umum beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak yang menjadi

limbah diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil n-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga mengatasi

kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol.

Page 25: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.

Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkannutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.

Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pad permukaan sorbent) danabsorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).

Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan.

Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.

Ø  PeralatanAlat-alat yang digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak:

Booms merupakan alat untuk menghambat perluasan hambatan minyak. Skimmers yaitu kapal yang mengangkat minyak dari permukaan air. Sorbent merupakan spons besar yang digunakan untuk menyerap minyak. Vacuums yang khusus untuk mengangkat minyak berlumpur dari pantai atau

permukaan laut. Sekop yang khusus digunakan untuk memindahkan pasir dan kerikil dari minyak

di pantai.Kegiatan huiu dan hilir industri minyak bumi tidak terlepas dari kemungkinan

pencemaran minyak di ke lingkungan, khususnya perairan dan sedimen. Salah satu metode pengolahan limbah secara yang saat ini terus dikembangkan adalah bioremediasi yang merupakan teknologi ramah lingkungan, cukup efektif dan efisien serta ekonomis (Yani et al., 2007).

Terdapat tiga cara untuk mengatasi masalah lahan tercemar minyak yang dapat dipilih berdasarkan jenis minyak pencemar, konsentrasi minyak pencemar dan lokasi pencemaran, yakni dibakar, diberi disperser dan kemudian dihisap kembali dengan skimmer untuk diolah di kilang minyak, dan didegradasi dengan memanfaatkan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon. Bioremediasi, pengelolaan yang mengandalkan degradasi dengan memanfaatkan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon, merupakan cara yang paling ekonomis dan dapat diterima lingkungan. Bioremediasi dapat digunakan untuk mengatasi masalah lahan tercemar minyak baik

Page 26: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

secara in situmaupun ex situ. Biostimulation dan bioaugmentationmerupakan contoh pelaksanaan bioremediasi secara in situ, sedangkan landfarming, biopile, dancomposting merupakan contoh pelaksanaan bioremediasi secara ex situ (Arifin et al., 2004).

Dalam pelaksanaan bioremediasi, baik secara in situ maupun ex situ, perlu dilakukan pemantauan terhadap proses pengolahan dan hasil akhir pengolahan. Hal itu perlu dipantau adalah kandungan minyak bumi dan/atau kandungan total hidrokarbon minyak bumi. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 128 tahun 2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologis mensyaratkan kandungan total hidrokarbon minyak bumi yang tidak lebih dan 15 % di awal proses bioremediasi. Selama proses bioremediasi, kandungan total hidrokarbon minyak bumi perlu dipantau setidaknya setiap 2 minggu. Pemantauan kandungan bensena, toluene, etil-bensena, silena, dan hidrokarbon polisilkik aromatic perlu dilakukan di akhir proses bioremediasi. Kandungan total hidrokarbon minyak bumi di akhir proses bioremediasi disyaratkan di bawah 1 %. Di akhir proses bioremediasi, kandungan toluene, etil-bensena, silena, dan hidrokarbon polisilkik aromatik disyaratkan masing-masing berada di bawah 10 ppm, sedangkan kandungan bensena disyaratkan berada di bawah 10 ppm.

Limbah industri minyak bumi (Oil sludge) yang berupa cairan dan padatan merupakan obyek dalam makalah ini, limbah tersebut merupakan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Detoksifikasi dan degradasi limbah tersebut dapat dilakukan secara biologis yang aman dan ramah lingkungan dengan menggunakan 3 jenis bakteri dan tumbuhan yang dikenal dengan Fitoremediasi. Penggunaan eceng gondok untuk limbah cair dan sengon bermikoriza untuk pengolahan dan penurunan zat organik dalam limbah padat diharapkan dapat menunjang pengelelolaan limbah secara terpadu dan berkelanjutan di lingkungan industri minyak pada khususnya dan umumnya bagi seluruh perindustrian (Rossiana et al., 2007).

Fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifkasi polutan, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulatordan fitochelator. Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah yang terkontaminasi polutan adalah pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan limbah. Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik maupun anorganik dalam bentuk padat, cair, dan gas (Salt et al., 1998).

Menurut Corseuil & Moreno (2000), mekanisme tumbuhan dalam menghadapi toksikan adalah:1. Penghindaran (escape) fenologis. Apabila pengaruh yang terjadi pada tanaman

musiman, tanaman dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada musim yang cocok.2. Ekslusi. Tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik dan mencegah

penyerapan sehingga tidak mengalami keracunan.3. Penanggulangan (ameliorasi). Tanaman mengabsorpsi ion tersebut, tetapi berusaha

untuk meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukkan kelat (chelation), pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi.

Page 27: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

4. Toleransi. Tanaman dapat mengembangkan sistem metabolit yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksik tertentu dengan bantuan enzim.

Tanaman meremediasi polutan organik melalui tiga cara, yaitu menyerap secara langsung bahan kontaminan, mengakumulasi metabolisme non fitotoksik ke sel-sel tanaman, dan melepaskan eksudat dan enzim yang dapat menstimulasi aktivitas mikroba, serta menyerap mineral pada daerah rizosfer. Tanaman juga dapat menguapkan sejumlah uap air. Penguapan ini dapat mengakibatkan migrasi bahan kimia ( Schnoor et al., 1995 ).

Tanaman melepaskan eksudatnya yang dapat membantu bioremediasi bahan organik oleh mikroba agar bahan organik tersebut dapat diserap dan dimetabolisme dalam tubuh tanaman. Penyerapan polutan berupa bahan organik dibatasi oleh mekanisme penyerapan oleh tanaman dan jenis tanaman ( Schnoor, 2000).

Tanaman dapat memperluas daerah perakaran menuju ke daerah yang terkena polutan (EPA, 2000). Beberapa bahan kimia dimineralisasi oleh tanaman dengan bantuan air dan CO2. Tanaman mengeluarkan sekret melalui akar eksudat akar sebesar 10 – 20% dari hasil fotosintesis melalui eksudat akar. Hal ini dapat membantu proses pertumbuhan dan metabolisme mikroba maupun fungi yang hidup disekitar rizosfer. Beberapa senyawa organik yang dikeluarkan melalui eksudat akar (misalnya phenolik, asam organik, alkohol, protein) dapat menjadi sumber karbon dan nitrogen sebagai sumber pertumbuhan mikroba yang dapat membantu proses degradasi senyawa organic. Sekret berupa senyawa organik dapat membantu pertumbuhan dan meningkatkan aktivitas mikroba rhizosfer ( Salt et al., 1998 ).

Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menahan substansi toksik dengan cara biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritif organik yang dilakukan pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan dimetabolisme atau diimobilisasi melalui sejumlah proses termasuk reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisa enzimatis (Khan et al., 2000).

Eichhornia crassipes (Mart). Solms merupakan tumbuhan air yang dapat menyerap hara dan logam berat dalam jumlah yang cukup signifikan. Zat hara yang terserap oleh akar tanaman akan ditranslokasikan di dalam tubuh tanaman. Hasil penelitian yang telah dilakukan di bak percobaan menunjukkan bahwa penggunaan eceng gondok dengan penutupan 50% dari luas area percobaan pengolahan limbah cair tahu dapat menurunkan residu tersuspensi 75,74 – 85,5 % dan COD 55,52 – 76,83 % (Dhahiyat, 1990).

Eichhornia crassipes ( Mart ). Solms dapat tumbuh dengan sangat cepat, yaitu mencapai 10 g m-2 per hari. Hal ini berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara, seperti nitrat ( NO3

-) dan orthofosfat ( PO43-) Eichhornia crassipes ( Mart ). Solms dapat

menyerap nitrogen secara langsung sebesar 5850 kg/ha per tahun dan dapat menyerap fosfor sebesar 350 – 1125 kg/ ha per tahun. Hal ini dapat mengurangi konsentrasi kontaminan pada limbah perairan (McEldowney et al., 1993 ).

Tanaman sengon merupakan tanaman Leguminosae, sering digunakan sebagai tanaman untuk reboisasi karena bersifat fast growing trees.Selain mempunyai dua nama latin yakni Albizia falcataria (L) Forberg dan Paraserianthes falcataria(L) Nielsen, sengon mempunyai nama daerah yang bermacam-macam. Hal ini dapat dilihat dengan

Page 28: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

adanya program pemerintah berupa proyek “Sengonisasi” bagi daerah-daerah kritis yang rawan bencara erosi (National Academy of Sciences, 1979). Manfaat penting dari penggunaan mikoriza adalah asosiasi jamur dan tanaman berkemampuan sebagai biofertilizer, mendetoksifikasi dan mendegradasi senyawa yang sukar diuraikan dalam tanah. Peranan mikoriza dalam rizosfer adalah memfasilitasi pergerakan mineral tanah menuju tanaman.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium, rumah kaca dan terakhir dalam skala lapangan selama 6 bulan menunjukkan bahwa fitoremediasi limbah lumpur minyak konsentrasi 20% dengan tanaman sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) bermikoriza yang mediumnya diinokulasi bakteri Pseudomonas mallei, Bacillus alvei dan Pseudomonas sphaericuspotensial untuk dikembangkan. Tanaman sengon mengalami pertumbuhan baik selama fitoremediasi. Hasil analisis setelah fitoremediasi menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan minyak sampai 51,23% dan kandungan logam berat Cd, Cr, Pb, Cu, Zn dan Ni.masing-masing sebesar 30,2%, 2,5%, 32,6%, 71,9%, 62,8% dan 47,09%. (Rossiana, 2005).

Saat ini pengetahuan mengenai mekanisme fisiologi fitoremediasi mulai digabungkan dengan biologi dan teknik untuk mengoptimalkan fitoremediasi sehingga terbagi menjadi (Salt et al., 1998):

1. Fitoekstraksi : pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi polutan untuk memindahkan logam berat atau polutan organik dari tanah dengan cara mengakumulasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen.

2. Fitodegradasi : pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk mendegradasi polutan organik.

3. Rhizofiltrasi : pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap polutan, terutama logam berat, dari air dan aliran limbah.

4. Fitostabilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi polutan dalam lingkungan.

5. Fitovolatilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk menguapkan polutan. Pemanfaatan tumbuhan untuk memindahkan polutan dari udara.

Penggunaan metode dan proses biologi dalam menurunkan kadar polutan yang bersifat toksik terhadap lingkungan akibat adanya xenobiotik/zat yang menyebabkan pencemaran, adalah nama lain dari bioremediasi (Baker & Herson, 1994). Bioremediasi merupakan salah satu teknologi inovatif untuk mengolah kontaminan, yaitu dengan memanfaatkan mikroba, tanaman, enzim tanaman atau enzim mikroba (Gunalan, 1996).

Metode dan prinsip proses bioremediasi adalah biodegradasi yang dilakukan secara aerob, oksigen dalam konsentrasi rendah akan mempengaruhi proses tersebut (Eweis, et al.,1998). Pentingnya aerasi untuk memenuhi kekurangan oksigen berkaitan dengan kurang efektifnya kerja enzim oksigenase dalam penguraian fraksi aromatik. Selain oksigen, rendahnya kandungan nutrisi dalam medium akan membatasi pertumbuhan mikroorganisme untuk mendegradasi.

Faktor penghambat bioremediasi adalah bahan yang akan diremediasi mengandung klorin atau logam berat. Kandungan logam berat baik dalam lumpur minyak maupun dalam medium pasca bioremediasi akan mempengaruhi penguraian

Page 29: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

bahan organik, karena akan menghambat kerja enzim dan populasi mikroorganisme yang selanjutnya akan menjadi kendala bagi pertumbuhan tanaman (Garcia et al., 1995).

Selain itu perlu ada upaya menghilangkan terlebih dahulu logam berat yang terdapat dalam limbah dengan menggunakan adsorben sebelum proses bioremediasi. Penggunaan pasir dan zeolit sebagai campuran dan adsorben alam penyerap logam berat merupakan penanganan awal sebelum dilakukan proses lebih lanjut, sehingga kemungkinan adanya proses inhibisi enzim oleh ion logam dapat diatasi.

Dalam bioremediasi penggunaan mikrooorganisme indigenous (indigen) saja masih belum maksimum sehingga diperlukan inokulasi mikroorganisme eksogenous (eksogen) yang merupakan kultur campuran (konsorsium) beberapa jenis bakteri atau jamur yang potensial dalam mendegradasi pencemar tersebut (Udiharto & Sudaryono, 1999).

Sedangkan pengolahan limbah cair minyak bumi dapat dilakukan dengan beberapa cara:2. Incineration

Incineration adalah salah satu cara untuk menguraikan liquid wastes, dan dengan cara dan alat yang didesain baik dapat menghasilkaneffluent/ limbah yang memenuhi peraturan pencemaran.Liquid waste dari sisi combustion dapat dikelompokkan atas :1. Combustible Liquids2. Partially Combustible Liquids

Combustible liquids tidak dapat dikerjakan atau dibuang ke incinerator. Pada kelompok pertama akan terdiri dari bahan-bahan yang mempunyai nilai yang cukup menunjang pembakaran dalamcombustor, burner, atau alat lain yang menghasilkan CO2 dan H2O bila dibakar. Kelompok kedua akan meliputi bahan-bahan yang sulit terbakar tanpa penambahan bahan bakar. Bahan yang partially combustible mungkin mengandung mateial yang terlarut dalam faseliquid, bila zat inorganik akan membentuk inorganik oxida.

Dalam pelaksanaannya harus dialirkan udara secukupnya pada suhu diatas ignation point agar terjadi pembakaran yang cepat dan menghasilkan CO2, N2 dan uap air. Karena pembakaran akan lebih cepat dan lebih baik bila bahan dalam keadaan butir halus maka atomizer diperlukan untuk menginjeksikan waste liquids ke incineratorbila viscositinya memungkinkan.

3. Dilution (Liquid Waste Dispersion)Suatu cara lain membuang cairan limbah yang dapat diterima adalah

kembali ke lingkungan dengan pengenceran secukupnya hingga tidak menimbulkan bahaya atau peracunan terhadap lingkungan. Dengan perancangan subsurface disfersion system yang baik, akan memungkinkan wadah penerima dapat menampung buangan secara memadai. Beberapa peralatan yang dibutuhkan antara lain mencakup open end pipesdengan nozzle atau diffuser system yang terdiri dari sederetan pipa-pipa kecil dengan lubang-lubang atau celah. Limbah harus dapat dibuang pada sudut yang baik terhadap aliran air agar

Page 30: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

terencerkan atau terdispersi secara sempurna. Pipa dispersi harus ditempatkan sedemikian rupa agardischarge point cukup jauh dari garis pantai, dengan demikian pabrik dan water intake akan terlindungi.

4. Deep Well DisposalCara ini dilakukan oleh industri yang banyak membuang limbah asam

lemah dalam jumlah besar. Limbah tersebut dipompakan ke dalam lapisan tanah sampai pada lapisan tanah yang cocok untuk menampung limbah. Lapisan tanah dimana limbah ditampung harus lebih rendah dari lapisan fresh water circulation, dan area tadi harus terisolasi oleh bahan yang kedap air.

Lapisan sandstones, limestones atau dolomite umumnya membentuk lapisan yang banyak mengandung air asin, tetapi cukup baik sebagai tempat penampungan limbah cair. Sedangkan lapisan yang mengandung minyak, gas, batubara dan belerang harus dijaga agar tidak tercemar limbah. Lapisan yang kedap air harus berada diatas dan dibawah layer untuk mencegah vertical escape dari buangan, atau dengan kata lain limbah harus ditempatkan pada kedalaman tertentu. Penetapan area buangan harus ditetapkan sesuai dengan keadaan subsurface geology, dimana daerah yang banyak batuan vulkanik dihindari karena memungkinkan limbah lolos kepermukaan tanah atau badan air.

5. Secara MikrobiologisLimbah minyak bumi banyak mengandung unsur Hidrokarbon. Limbah

Hidrokarbon cair bersifat hidrofob dan mempunyai kerapatan lebih rendah dari air. Oleh sebab itu limbah ini selalu terapung diatas air. Pembuangan limbah ke sungai akan menutupi permukaan air yang mengakibatkan oksigen terlarut menurun, dan pada akhirnya tumbuh-tumbuhan air dan hewan air dapat mati. Untuk penanganan limbah Hidrokarbon sebagai salah satu alternatif adaalah dengan menggunakan mikroba.

Penanganan Limbah Hidrokarbon dimulai dengan pemisahan padatan dan pemisahan minyak yang terdapat dalam limbah, dan selanjutnya dilakukan penanganan limbah secara mikrobiologi untuk mendegradasikan Hidrokarbon dan senyawa organik lain. Efluent lebih lanjut diolah secara kimiawi untuk menghilangkan senyawa fosfat dan nitrogen. Selanjutnya logam-logam dan senyawa organik yang terlarut dipisahkan melalui prosesfiltrasi dan absorbsi oleh karbon aktif. Efluentsebelum dibuang, diklorinasikan untuk mematikan mikroba patogen dan dinetralkan pH-nya sehingga aman bagi lingkungan.

Pengolahan limbah Hidrokarbon secara mikrobiologis dilakukan dengan proses aerob. Oleh sebab itu dalam kolam-kolam pengolahan limbah diperlukan aerasi yang cukup agar oksidasi Hidrokarbon berlangsung. Aerasi yang dilakukan adalah memasukkan oksigen ke dalam limbah melalui proses pengadukan. Gabungan aerasi dan pengadukan lebih cocok karena permukaan limbah yang luas membuat kontak mikroba menjadi lebih besar dan degradasi lebih efektif. Hidrokarbon tidak akan larut dalam air pada saat pengadukan. Untuk memperbesar distribusi mikroba dalam limbah

Page 31: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Hidrokarbon, maka perlu ditambah zat pengemulsi sehingga terjadi emulsi Hidrokarbon, maka perlu ditambah zat pengemulsi sehingga terjadi emulsi Hidrokarbon dalam air. Selama degradasi, maka temperatur harus diperhatikan. Temperatur akan naik dari suhu psikofilik (4-20 ºC) sampai mesofilik (20-40 ºC). Namun hal ini tidak banyak mempengaruhi aktivitas mikroba. pH limbah yang netral atau sedikit asam kurang mempengaruhi aktivitas mikroba. Namun setelah dimetabolisme, maka pHefluent menjadi asam. Oleh sebab itu perlu dinetralkan dengan kapur (gamping) setelah tahap klorinasi.

Menurut Sugiharto (1987), pengolahan limbah cair minyak bumi dilakukan dengan 2 cara pengolahan pendahuluan (pre treatment), yaitu:1. Pengambilan/ penyedotan minyak, dan menyaring kotoran atau sampah padat

seperti daun-daunan, plastic dan lain sebagainya.2. Pengambilan pasir-pasir yang mengendap yang didapat dari proses pengolahan

minyak bumi yaitu lumpur/ sludge.Proses pengambilan/ pengerukan pasir atau lumpur dilakukan setiap 3 bulan sekali dan pasir atau lumpur yang telah dikeruk akan dibuang ke tempat khusus yang ada di sekitar lokasi pengolahan limbah.

6.6 Pengendalian Sumber Limbah Cair dan Gas Minyak BumiProgram pengendalian pencemaran bahan buangan cair minyak bumi antara lain (Pertamina, 1986) :1. Mengoperasikan dan memelihara oil catcher (perangkap minyak) baik di kilang

maupun pusat pengumpul produksi dengan sebaik-baiknya.2. Pemantauan secara berkala jumlah dan jenis bahan buangan cair yang menuju ke

perairan.3. Melokalisir tumpahan dan bocoran minyak sebagai akibat dari kecelakaan dan atau

kerusakan yang terjadi pada alat-alat pengangkut, penimbun, pengisian, dan lain-lain.

4. Mengambil kembali tumpahan minyak.5. Penyediaan sarana penanggulangan pencemaran berupa : oil sorbent, dispersant, oil

skimmer dan dispersant pump.Membakar tumpahan minyak yang tidak mungkin diambil kembali atau dibersihkan.

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan untuk mengurangi dampak kualitas udara ambient yang berupa gas diantaranya :1. Melewatkan gas H2S kedalam larutan NaOH atau Ca(OH)2 sehingga gas yang keluar

merupakan sisa yang tidak tertangkap oleh larutan NaOH atau Ca(OH)2.2. Melakukan pendinginan dan penangkapan gas yang keluar telah sesuai dengan udara

luar.3. Penanaman tanaman pelindung di sekeliling lokasi Stasiun Pengumpul/ Stasiun

Kompresor.4. Melakukan perawatan cerobong.

6.7 Dampak Pencemaran Minyak Bumi

Page 32: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Akibat-akibat jangka pendek dari pencemaran minyak bumi sudah banyak dilaporkan (Connel dkk, 1981). Molekul-molekul hidrokarbon minyak bumi dapat merusak membran sel yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Makhluk Hidup yang hidup di lingkungan yang tercemar oleh minyak dan senyawa hidrokarbon akan mengalami berbagai gangguan struktur dan fungsi tubuh. Pada biota laut khususnya yang sering dikonsumsi manusia jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga berkurang mutunya (Soesanto, 1973). Secara langsung minyak dapat menimbulkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan oleh kekurangan oksigen, keracunan karbondioksida dan keracunan langsung oleh bahan beracun yang terdapat dalam minyak.

Akibat jangka panjang dari pencemaran minyak ternyata dapat pula menimbulkan beberapa masalah yang serius terutama bagi biota yang masih muda (Sumadhiharga, 1995). Satu kasus yang menarik adalah usaha perikanan di Santa Barbara, California, yang mengalami penurunan hasil perikanan setiap bulannya dari tahun 1965-1969. Penurunan yang paling rendah terjadi ketika pelabuhan Santa Barbara dicemari oleh minyak buangan. Kasus limbah minyak yang menyebabkan bau ikan tidak enak terjadi pada ikan-ikan yang diolah di pelabuhan Osaka. Hal ini juga terjadi pada ikan-ikan belanak yang berasal dari suatu tambak yang diisi air yang mengandung limbah minyak dari lapangan terbang Iwakuni. Ikan belut dan ikan sebelah yang ditangkap beberapa kilometer dari pelabuhan Yokkaichi juga berbau minyak karena masuknya limbah minyak dari pabrik minyak. Hasil penelitian terhadap kedua jenis ikan tersebut dapat diketahui bahwa batas toleransi minyak pada air laut berada antara 0,001-0,01 ppm. Apabila batas tertinggi kadar tersebut sudah terlewati maka bau minyak mulai timbul (Nitta, 1970). Di beberapa tempat di Australia telah ditemukan bahwa zat hidrokarbon dari minyak tanah terdapat pada ikan belanak yang diduga berasal dari air limbah pabrik penggilingan minyak yang dibuang ke laut (Sidhu, 1970).

Seperti yang diungkapkan di atas bahwa senyawa hidrokarbon aromatik ini bersifat racun, salah satunya adalah PAH yakni senyawa aromatik dengan dua atau lebih cincin benzen. PAH yang larut pada konsentrasi 0,1-0,5 ppm dapat menyebabkan keracunan pada makhluk hidup( Connel dan Miller, 1981), sedangkan PAH dalam kadar rendah dapat menurunkan laju pertumbuhan, perkembangan, dan makan makhluk perairan (Neff, 1979). Keadaan ini telah diungkapkan oleh Connel dan Miller (1981) untuk ikan, hewan berkulit keras dan moluska. Selain itu hidrokarbon minyak bumi yang terserap ke dalam tubuh biota menimbulkan rasa yang menyengat dan memerlukan waktu tertentu untuk dapat hilang.

Menghirup uap atau menelan makanan atau cairan yang terkontaminasi minyak dan gas dapat menyebabkan munculnya problem kesehatan reproduksi seperti siklus haid yang tidak teratur, keguguran, meninggal dalam kandungan, dan cacat lahir. Masalah-masalah ini mungkin punya tanda-tanda peringatan dini seperti nyeri lambung atau haid yang tidak teratur.

Selain itu, pemaparan secara periodik dengan gas dan minyak menyebabkan kanker.Anak-anak yang tinggal di sekitar kilang lebih mungkin mendapatkan kanker darah (leukemia) dari pada mereka yang tinggal jauh dari fasilitas tersebut.Orang-orang yang tinggal di kawasan pengeboran minyak lebih mungkin mendapatkan kanker usus,

Page 33: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

kantong kemih, paru-paru daripada mereka yang tinggal jauh dari lokasi pengeboran.Para pekerja di kilang-kilang minyak punya resiko tinggi mengidap kanker mulut, usus, ulu hati, pankreas, jaringan sel, prostat, mata, otak, dan darah.

Ketika Texaco mulai mengebor untuk mencari minyak di Ekuador, kanker tidak dikenal di kawasan ini.Empat puluh tahun kemudian, pada 2 daerah minyak yang paling sering dieksploitasi di Amazon, para penggerak kesehatan komunitas mensurvei 80 komunitas. Mereka menemukan bahwa 1 dari 3 orang menderita sejenis kanker. Salah satu contoh limbah B3 dari proses pengolahan minyak bumi adalah Limbah solvent acidity, yang merupakan limbah kimia cair yang terdiri dari campuran isopropyl alcohol,toluene dan sample, berwarna gelap yang sangat berbahaya terhadap kesehatan (Imamkhasani, 1998). Bahaya isopropyl alcohol terhadap kesehatan adalah :1. Efek jangka pendek (akut) antara lain pada penghirupan konsentrasi 400 ppm dapat

menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan bagian atas.2. Penghirupan lebih besar akan menyebabkan pusing dan mengganggu keseimbangan

tubuh.3. Kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi, tetapi tidak pada kulit.4. Bila terminum dapat menyebabkan muntah, diare dan hilang kesadaran. Efek jangka panjang (kronis) antara lain bila terkena kulit dapat menyebabkan kulit

kering dan pecah-pecah. Nilai Ambang Batas : 200 ppm (500 mg/m3)-kulit; STEL = 250 ppm; Toksisitas : LD50 (tikus, oral) = 1870-6500 mg/kg.

6.8 Standard Baku Mutu Minyak Bumi

Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Minyak BumiBaku Mutu Pembuangan Air Limbah Proses dari Kegiatan Pengolahan Minyak Bumi

Baku Mutu Pembuangan Air Limbah Drainase dan Air Pendingin Kegiatan Pengolahan Minyak Bumi

Page 34: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Catatan :(1) Apabila air limbah drainase tercampur dengan air limbah proses, maka

campuran air limbah tersebut harus memenuhi Baku Mutu Pembuangan Air Limbah Proses.

(2) Dihitung berdasarkan perbedaan antara outlet dan inlet

Bab IIIKesimpulan

Page 35: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi

Daftar Pustaka

- Salamah, Shobirotu, dkk. 2011. Pencemaran Air didaerah Kilang Minyak. Semarang :

Universitas Negeri Semarang.

- Sudarman, Robby,dkk. 2011. Pengolahan Limbah Minyak Bumi. Kendari. Universitas

Haluoleo Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam.

- http://www.iloencyclopaedia.org/component/k2/129-78-oil-and-natural-gas/petroleum-

refining-process (diakses tanggal 01 Desember 2015)

- http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana

%200606249_IE6.0/halaman_16.html (diakses tanggal 01 Desember 2015)

- https://www.academia.edu/3459074/beberapa_standar_baku_mutu_limbah_industri

- (diakses tanggal 01 Desember 2015)

Page 36: Makalah Pengendalian Pencemaran Minyak Bumi