makalah penetapan harga ritel

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ritel di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan semakin maraknya mini market, super market, hipermarket, factory outlet maupun department store (toserba) di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk kota Surabaya. Para peritel tersebut berusaha memikat para konsumennya untuk datang ke gerainya, sehingga persaingan bisnis antar ritel menjadi semakin ketat. Persaingan tersebut memaksa sejumlah peritel melakukan strategi yang bertujuan untuk dapat bersaing dengan peritel lain. Salah satu strategi untuk dapat bersaing yaitu dengan menerapkan strategi harga. Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang sangat strategis terhadap peningkatan volume penjualan (Utami, 2006:57). Keputusan penetapan harga semakin penting karena pelanggan saat ini cenderung mencari nilai (value) ketika membeli barang atau jasa. Nilai adalah hubungan antara apa yang diperoleh pelanggan (barang dan jasa) dan apa yang harus dia bayar untuk mendapatkan manfaat barang tersebut (Utami, 2006:199). Dalam pasar ritel sekarang, terdapat dua strategi penetapan harga yang berlainan, yaitu: (1) Penetapan harga rendah tiap hari (everyday low

Upload: eko-agustian

Post on 22-Nov-2015

1.467 views

Category:

Documents


226 download

DESCRIPTION

Makalah Penetapan Harga Ritel

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ritel di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan semakin maraknya mini market, super market, hipermarket, factory outlet maupun department store (toserba) di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk kota Surabaya. Para peritel tersebut berusaha memikat para konsumennya untuk datang ke gerainya, sehingga persaingan bisnis antar ritel menjadi semakin ketat. Persaingan tersebut memaksa sejumlah peritel melakukan strategi yang bertujuan untuk dapat bersaing dengan peritel lain. Salah satu strategi untuk dapat bersaing yaitu dengan menerapkan strategi harga. Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang sangat strategis terhadap peningkatan volume penjualan (Utami, 2006:57).

Keputusan penetapan harga semakin penting karena pelanggan saat ini cenderung mencari nilai (value) ketika membeli barang atau jasa. Nilai adalah hubungan antara apa yang diperoleh pelanggan (barang dan jasa) dan apa yang harus dia bayar untuk mendapatkan manfaat barang tersebut (Utami, 2006:199). Dalam pasar ritel sekarang, terdapat dua strategi penetapan harga yang berlainan, yaitu: (1) Penetapan harga rendah tiap hari (everyday low pricing-EDLP)yang menekankan kontinuitas harga ritel pada level antara harga non obral reguler dan harga obral diskon besar pesaing ritel (tidak selalu berarti termurah) dan (2) Penetapan harga tinggi atau rendah (high/low pricing-HLP), di mana ritel menawarkan harga yang kadang-kadang di atas EDLP pesaing, dengan memakai iklan untuk mempromosikan obral dalam frekuensi yang cukup tinggi (Utami, 2006:200).

Penerapan strategi harga rendah, harga biasa (atau sering disebut dengan sama dengan harga rata-rata pasar-atpar) maupun harga tinggi, berkaitan dengan faktor-faktor barang dagangan (yaitu ragam, fitur, serta nilai barang dagangan), lokasi, suasana maupun layanan yang disediakan oleh ritel. Barang dagangan yang tergolong kelas rata-rata dan dijual di lokasi biasa akan dijual dengan harga yang umum. Sedangkan produk-produk yang bersifat eksklusif dan unik biasanya dijual di lokasi strategis dengan sedikt pesaing, dan biasanya akan dijual dengan harga yang relatif tinggi. Sebaliknya, produk yang sangat populer dan banyak dibuat orang sehingga tersebar hingga ke pelosok akan dijual dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasar atau harga umum (Utami, 2006:201).

Strategi penerapan harga lain yang sering digunakan oleh peritel untuk menarik perhatian konsumen adalah penetapan harga ganjil (odd pricing). Namun tidak semua orang menyadari bahwa teknik penerapan harga ini merupakan strategi yang sudah banyak digunakan dalam perdangaan eceran untuk memberikan kesan bahwa harga produk mereka lebih murah dibandingkan pesaing walaupun dalam selisih yang tidak begitu signifikan. Penetapan harga ganjil ini cukup banyak diterapkan dalam perdagangan ritel khususnya untuk barang-barang yang memiliki harga jual yang cukup tinggi. Sedangkan untuk barang-barang yang memiliki harga jual yang murah peritel cenderung melakukan strategi harga bundling hal ini selain untuk membantu meningkatkan volume penjualan produk yang dibundling, juga dapat meningkatkan keuntungan dari peritel.

Reputasi harga yang baik akan terbangun jika ritel sangat memperhatikan perubahan harga untuk setiap item yang dijual di rak. Secara konsisten harga pada rak pajang diubah sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh ritel. Ritel harus mengkomunikasikan harga per unit barang dagangan dengan pelanggan, karena sering terjadi kesalahpahaman antara harga per item dengan harga per bundel (gabungan). Tjiptono (2001: 121) menyatakan tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula.

Pada dasarnya penetapan harga mempunyai tujuan sebagai berikut: berorientasi pada laba, berorientasi pada volume, berorientasi pada citra, stabilisasi harga, mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, menghindari campur tangan pemerintah (Tjiptono, 1998:152). Tujuan-tujuan tersebut diatas memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang diterapkan harus konsisten dengan cara yang ditempuh perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam persaingan.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud harga?1.2.2 Apa tujuan dari penetapan harga?1.2.3 Apa saja faktor yang mempengaruhi?1.2.4 Bagaimana strategi penetapannya? 1.3 Tujuan masalah 1.3.1 Untuk mengetahui definisi harga.1.3.2 Untuk mengetahui tujuan dari penetapan harga 1.3.3 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga. 1.3.4 Untuk mengetahui strategi penetapan harga.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Harga

Harga biasa diungkapkan dengan berbagai istilah, misalnya iuran, tarif, sewa, bunga, premium, komisi, upah dan sebagainya. Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika perusahaan tersebut mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru. Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau pengguna suatu barang atau jasa. Dalam arti yang sempit, harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa. Dalam arti luas, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat memiliki dan menggunakan produk atau jasa tersebut. Menurut Kotler (2003:82) kebijaksanaan penetapan harga yang dilakukan oleh pengecer merupakan faktor positioning yang penting, dan harus ditetapkan dengan mempertimbangkan target pasar dan jasa yang ditawarkan dan persaingan dengan pengecer lain. Semua pengecer senantiasa berkeinginan menetapkan harga yang tinggi dengan volume yang tinggi pula.

2.2Tujuan Penetapan Harga

Dalam menentukan tingkat harga yang akan dipilih terhadap produknya, perusahaan hendaknya menetapkan tujuan penetapan terlebih dahulu. Dalam bukunya syihabudin (90:2008)Harga peritel meupakan faktor utama penentuan posisi dan harus diputuskan sesuai pasar sasarannya, bauran ragam produk dan pelayanan, serta kondisi persaingan.

Menurut Philip Kotler (2003:109), tujuan penetapan harga bagi perusahaan antara lain:

1. Kelangsungan Hidup

Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika mengalami kelebihan kapasitas, persaingan ketat atau keinginan konsumen yang berubah-ubah. Untuk menjaga agar pabrik tetap beroperasi dan perusahaan terus berputar, mereka akan menurunkan harga. Laba kurang penting dibandingkan kelangsungan hidup. Selama harga dapat menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, perusahaan dapat terus berjalan. Tetapi kelangsungan hidup hanyalah tujuan jangka pendek. Dalam jangka panjang, perusahaan harus belajar meningkatkan nilainya atau ia akan punah. 2. Laba sekarang maksimum

Banyak perusahaan mencoba untuk menetapkan yang akan memaksimalkan laba sekarang. Mereka memperkirakan permintaan dan biaya yang akan berkaitan dengan berbagai alternatif harga dan memilih harga yang menghasilkan harga sekarang, arus kas atau pengembalian investasi yang maksimal. Terdapat masalah yang berkaitan maksimisasi laba sekarang. Strategi ini mengasumsikan bahwa perusahaan mengetahui permintaan dan biaya : dalam kenyataannya keduanya sukar diperkirakan. Juga dengan menekan kinerja keuangan sekarang perusahaan mungkin menghasilkan kinerja jangka panjang. Mengabaikan pengaruh berbagai variabel, bauran pemasaran lain, reaksi pesaing, dan pembatasan` hukum dan harga.

3. Pendapatan sekarang maksimum

Beberapa perusahaan menetapkan harga yang akan memaksimalkan pendapatan penjualan. Maksimisasi pendapatan hanya membutuhkan perkiraan fungsi permintaan. Banyak manajer percaya bahwa maksimisasi pendapatan akan menghasilkan laba jangka panjang dan pertumbuhan pangsa pasar.

4. Pertumbuhan Penjualan Maksimum

Beberapa perusahaan ingin memaksimalkan unit penjualan. Mereka percaya bahwa volume penjualan yang lebih tinggi akan menghasilkan biaya per unit yang lebih rendah dan laba jangka panjang yang lebih tinggi. Mereka menetapkan harga terendah, dengan berasumsi bahwa pasar peka terhadap harga. Ini disebut penetapan harga penetrasi pasar.

2.3 Faktor-faktor dalam Penetapan Strategi Harga

Menurut Hendri Maruf (2005:163) faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penetapan strategi harga adala sebagai beikut :

Tujuan Penetapan Harga

Tujuan untuk mencapai laba adalah tujuan yang berlaku secara universal. Peritel kecil di Indonesia umumnya berada dalam situasi survival mempunyai dua tujuan saja, yaitu mendapatkan laba dan memperbesar penjualan dengan cara memperkecil marjin laba. Sementara, peritel besar tidak cukup mempunyai tolak ukur laba dan penjualan, melainkan juga return on investment, dan perolehan tunai secepatnya pada saat-saat tertentu. Kebijakan

Kebijakan harga harus ada. Peritel kecil cukup memiliki kebijakan yang sederhana seperti saya ngikut aja harga umum atau saya akan pakai harga umum sebagai patokan tapi untuk produk tertentu akan saya jual dengan harga lebih murah. Tetapi, peritel menengah dan besar harus memiliki kebijakan harga agar tim/staff yang bertugas menetapkan/memasang harga punya patokan.

Strategi Harga

Stratgi harga dapat digolongkan pada tiga orientasi, yaitu orientasi demand (permintaan) konsumen, orientasi biaya, dan orientasi persaingan.

2.4Strategi Penetapan HargaPenetapan harga dan persaingan harga adalah masalah utama yang dihadapi dalam semua lingkungan bisnis terutama bisnis ritel. Menurut Christina Whidya Utami (2008:95) : Keputusan penetapan harga semakin penting karena pelanggan saat ini cenderung mencari nilai barang (value) ketika mereka membeli barang dagangan atau jasa. Pada umumnya, mereka menetapkan harga rendah untuk beberapa jenis produk yang berfunsi sebagai penarik pengunjung atau sebagai pemimpin keurugian. Mereka juga melakukan obral diwaktu-waktu tertentu.(sopiah, 2008:90)

A. Pendekatan dalam penetapan harga

Setelah strategi penetapan harga, yang perlu ditetapkan oleh ritel adalah harga untuk setiap item dengan memperhatikan harga jual impas, permintaan dan persaingan. Harga pada retailer store bervariasi, ada ritel yang memasang harga mati dan ada pula yang menetapkan harga fleksibel atau dapat ditawar untuk barang-barang yang dibutuhkan konsumen rumah tangga. Dalam pasar ritel sekarang, terdapat dua strategi penetapan harga yang berlainan menurut Christina Whidya Utami (2008:98) yaitu sebagai berikut:

1. Penetapan harga rendah setiap hari (EDLP) Penetapan harga rendah setiap hari (EDLP); everyday low pricing) yang menekankan kontinuitas harga ritel pada level antara harga non obral regular dan harga obral diskon besar pesaing ritel (tak selalu berarti termurah). Menurut Gartner (2004) strategi penetapan harga EDLP dapat ditingkatkan dengan cara:

1) Mendapatkan harga yang lebih akurat.

Produk-produk yang dijual dengan menggunakan strategi penetapan harga EDLP memiliki margin keuntungan yang sangat sedikit sehingga memerlukan tingkat visibilitas rinci ke biaya dan permintaan. Menggabungkan perhitungan biaya berbasis aktivitas (untuk mengidentifikasi biaya rinci) pada tingkat toko dengan harga perhitungan elastisitas diperbolehkan sekarang dengan beberapa optimasi teknologi harga. Hal ini dapat membantu peritel mencapai tingkat biaya yang akurat dan rincian yang diperlukan untuk strategi penetapan harga EDLP yang lebih efektif. Kantor pengecer Staples telah menggunakan biaya rinci untuk mendapatkan margin produk yang benar. Staples menemukan bahwa beberapa produk dengan margin yang tinggi seperti furniture kantor tidak menghasilkan banyak margin bersih seperti yang diharapkan ketika semua biaya yang ada diperhitungkan.

2) Lebih baik tidak menggunakan diskon promosi harga

Optimasi teknologi promosi membantu pengecer memahami efek promosi yang digunakan tanpa mengurangi harga. Sebagai contoh, menampilkan produk yang menggunakan strategi penetapan harga EDLP di media iklan atau lainnya akan meningkatkan volume penjualan. Sebagai contoh, menampilkan produk dengan harga edlp pada berbagai media periklanan akan menghasilkan peningkatan volume. Dengan meningkatnya volume, maka akan berefek pada produk pengganti dan produk lintas-penjual sehingga dapat membantu pengecer dalam mempromosikan produk edlp mereka.

Pada dasarnya strategi penetapan harga EDLP dilakukan oleh peritel untuk meningkatkan volume penjualan terhadap produk-produk tertentu. Strategi penetapan harga EDLP biasanya dilakukan dengan menurunkan harga jual produk hingga di bawah harga pasar, dengan demikian konsumen akan menjadi tertarik terhadap harga yang ditawarkan oleh peritel. Karena dalam strategi penetapan harga EDLP peritel berusaha untuk menekan harga lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar, maka hanya peritel-peritel besar yang dapat melakukan strategi ini, hal ini dikarenakan peritel besar memiliki posisi tawar yang lebih kuat untuk dapat menekan produsen yang disebabkan peritel besar selalu membeli produk dari produsen dalam jumlah yang besar (Ellickson dan Misra, 2008). Contohnya peritel yang sering melakukan strategi penetapan harga EDLP di Indonesia adalah peritel besar seperti Carrefour, Giant, dan LotteMart, peritel-peritel tersebut sering memberlakukan strategi penetapan harga EDLP bagi produk-produk mereka, khususnya produk-produk private label mereka.

2. High atau low pricing (HLP)

High atau low pricing (HLP) ritel menawarkan harga yang kadang di atas EDLP pesaing dengan memakai iklan untuk mempromosikan obral dalam frekuensi yang cukup tinggi. Strategi penetapan harga High-Low berakar pada kemampuan untuk menarik pengunjung untuk meningkatkan jumlah barang yang dibeli dalam keranjang belanja. Optimasi teknologi harga dan promosi membantu pengecer mengidentifikasi dan mengukur hubungan antara produk, yang mana pada akhirnya peritel akan dapat memilih produk-produk mana yang dapat dipromosikan pada saat-saat tertentu untuk meningkatkan volume penjualan produk tersebut (Gartner, 2004). Menurut Gartner (2004) strategi penetapan harga High-Low dapat ditingkatkan dengan cara:

1) Meningkatkan jumlah harga berdasarkan zona/wilayah.

Banyak dari pengecer yang menggunakan optimasi harga atau penurunan harga telah meningkatkan jumlah harga berdasarkan zona/wilayah yang mereka gunakan. Harga berdasarkan zona/wilayah merupakan penetapan harga peritel yang didasarkan pada permintaan dari zona atau wilayah dimana peritel tersebut beroperasi. Hal ini dilakukan peritel untuk menyesuaikan harga agar lebih dekat ke permintaan dan persaingan di tingkat lokal. Sebab di setiap wilayah tentu memiliki kebutuhan dan keinginan konsumen yang berbeda, di Surabaya permintaan akan produk A sangat tinggi belum tentu permintaan untuk produk A di Jakarta sama dengan di Surabaya oleh karena itu tingkat harga yang ditawarkan akan dapat berbeda.

2) Meningkatkan frekuensi perubahan harga

Perubahan harga yang lebih sering dapat membantu menyesuaikan permintaan dan bahkan merangsang permintaan. Sebagai contoh, daripada melakukan satu penurunan harga besar di akhir musim, mengapa tidak memperkenalkan penurunan harga sebelumnya dengan diskon sebelum penurunan harga akhir. Harga produk apapun yang berubah menjadi lebih murah, sementara atau tidak, akan dapat merangsang permintaan. Strategi penetapan harga HLP sering kali dilakukan oleh peritel untuk tujuan mengoptimalisasi profit dan volume penjualan di toko ritel. Hal ini karena dengan strategi penetapan harga HLP, peritel menurunkan harga untuk produk-produk tertentu pada waktu tertentu saja, sehingga penurunan harga tersebut tidak selalu sama dalam hitungan hari bahkan jam, berbeda dengan strategi penetapan harga EDLP yang menurunkan harga pada jangka waktu yang lebih panjang. Strategi penetapan harga HLP sangat berguna untuk merangsang pembelian konsumen di toko yang pada akhirnya dapat meningkatkan volume penjualan terhadap barang yang dipromosikan bahkan meningkatkan penjualan barang yang tidak dipromosikan (Ellickson dan Misra, 2008). Contoh peritel yang sering melakukan strategi penetapan harga HLP di Indonesia adalah Carrefour, Alfamart, Indomaret. Peritel-peritel tersebut sering melakukan strategi penetapan harga HLP dengan cara melakukan promosi potongan harga atau diskon terhadap produk-produk tertentu pada hari-hari atau jam-jam tertentu. Misalnya di Carrefour setelah pukul 21.00 terdapat diskon untuk produk makanan yang sudah diolah seperti roti, dan lain-lain. Di Alfamart, pada tanggal 16 September 2012 dapat membeli madu merek Nusantara dengan diskon 10% dan hanya berlaku pada hari itu.

Barang dagangan yang tergolong kelas rata-rata dan dijual di lokasi biasa akan dijual dengan harga yang umum. Sementara itu produk eksklusif yang unik biasanya dijual di lokasi strategis dengan sedikit pesaing, biasanya akan dijual dengan harga yang relatif tinggi. Sebaliknya produk yang sangat popular dan banyak dibuat orang sehingga tersebar hingga ke pelosok akan dijual dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasar atau harga umum. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Menurut Hendri Maruf (2006:157): Harga rendah sering dijadikan sebagai strategi yang amat efektif menarik pembeli karena harga rendah berarti penghematan sehingga muncullah strategi harga bersaing atau pricing below the market yaitu harga jual eceran yang lebih rendah, baik sedikit atau banyak, dibandingkan harga jual eceran dari rata-rata pesaing.

3. Komponen Pendukung Reputasi Harga

Penetapan harga mempengaruhi reputasi sebuah ritel. Terdapat 5 aktivitas yang dapat mendukung dibangunnya reputasi harga bagi sebuah ritel menurut Christina Whidya Utami (2008:105) antara lain :

a. Mengubah harga pada rak pajang setiap hari (everyday shelf price), reputasi harga yang baik akan terbangun jika ritel sangat memperhatikan perubahan harga untuk setiap item yang dijual dalam rak.

b. Komunikasi harga, ritel harus menghargai komunikasi dengan pelanggan tentang informasi harga yang ditetapkan untuk setiap item barang dagangan.

c. Harga promosi, secara konsisten ritel harus melakukan promosi harga untuk item barang dagangan tertentu. Kegiatan ini dipandang sebagai cara efektif untuk menarik minat pelanggan agar berkunjung.

d. Harga per unit, ritel harus mengkomunikasikan harga per unit barang dagangan pada pelanggan.

e. Pemahaman pelanggan terhadap nilai item harga (know-value item price), nilai item barang akan terbentuk sejalan dengan pertimbangan pelanggan terhadap manfaat yang didapatkan dari item produk.

4. Strategi untuk meningkatkan penjualan

Ketika peritel melayani pasar sasaran yang sangat sensitif terhadap harga maka harga dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan ritel. Oleh karena itu, bagi peritel perlu untuk membangun reputasi harga yang baik di mata pelanggannya. Penyampaian informasi mengenai harga perlu secara konsisten dan tepat diberikan kepada konsumen agar memudahkan konsumen untuk mendapatkan informasi terhadap barang yang akan dibelinya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan menurut Christina Whidya Utami (2008:105) ritel harus menghargai komunikasi pada pelanggan tentang informasi harga yang ditetapkan ritel untuk setiap item barang dagangan. Hal ini akan efeketif dijalankan apabila dilakukan kontrol terhadap konsistensi antara harga yang dikomunikasikan dan harga nyata yang harus konsumen bayar.

Kemampuan ritel dalam menetapkan strategi harga membutuhkan kemampuan ritel untuk melihat peluang dalam melakukan dan menetapkan diskriminasi harga. Berikut ini merupakan beberapa strategi penetapan harga yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penjualan dengan diskriminasi harga menurut Christina Whidya Utami (2008:107) adalah sebagai berikut:

a. Markdown adalah diskriminasi harga tingkat kedua karena melalui markdown sebenarnya ritel telah membebankan harga berbeda kepada konsumen yang berbeda atas dasar sifat penawaran.

b. Kupon adalah diskon harga item tertentu ketika dibeli di suatu toko

c. Rabat merupakan bagian dari harga pembelian yang dikembalikan kepada pembeli dimana rabat membebani ritel dengan biaya penanganan.

d. Price Bundling adalah penawaran dua atau lebih produk yang berbeda untuk penjualan atau obral pada satu harga.

e. Multiple unit pricing, sama dengan price bundling tetapi produknya sama bukan berbeda.

f. Variable pricing atau zona penetapan harga yaitu pembebanan harga yang berbeda dalam toko, pasar atau zona yang berbeda untuk menghadapi situasi persaingan yang berbeda.

Ketika peritel melayani pasar sasaran yang sangat sensitif terhadap harga maka harga dapat digunakan untuk merangsang penjualan ritel. Terdapat tiga strategi untuk meningkatkan penjualan tanpa menggunakan diskriminasi harga menurut Christina Whidya Utami (2008:108) yaitu sebagai berikut:

a. Leader Pricing, ritel menetapkan harga lebih rendah daripada normalnya untuk item tertentu, hal ini dilakukan untuk meningkatkan arus lalu lintas pelanggan atau untuk meningkatkan penjualan produk pelengkap atau komplementer.

b. Pricing lining (harga bertingkat), ritel menawarkan sejumlah poin harga terbatas yang ditentukan sebelumnya dalam suatu klasifikasi. Manfaatnya bagi pelanggan dan ritel adalah menyingkirkan kebingungan yang muncul dari pilihan harga ganda.

c. Penetapan harga ganjil (odd pricing), pemakaian suatu harga yang berakhir dalam jumlah atau bilangan ganjil. Untuk produk yang sensitif harga, banyak ritel yang membulatkan ke bawah untuk menciptakan citra harga positif. ANANLISIS STUDI KASUS

Dari studi kasus ditemukan bahwa harga yang ada di indomaret juga sangat diperhatikan oleh konsumen ataupun pelanggan dalam memutuskan untuk melakukan pembelian sebuah barang atau produk. Pelanggan akan melakukan pengulangan pembelian atau membeli prosuk kembali ketika nilai yang dia dapat dari sebuah produk sesuai dengan kepuasan yang ia dapatkan atau mnafaat yang ia peroleh setelah menggunakan produk tersebut.sehingga pelanggan tidak mudah beralih kepada barang lain atau tempat ritel yang lain.

Hal ini sangat sesuai dengan isi jurnal yang mengatakan bahwa harga sangat penting dalam pengaruhnya kepda pelanggan untuk memutuskan sebuah pembelian, pada saaat menggunakan produk dan saat sudah selesei menggunakan produk atau pada saat pelanggan itu sudah menghabiskannya (evaluasi).

Itulah kenapa penulis berani menyimpulkan bahwa harga mempunyai positioning tersendiri dalam benak pelanggan. Yang mana menjadi poin khusus tersendiri yang sangat perlu diperhatikan bagi pelaku usaha agar usahanya dapat terus berkembang dan bersaing selain adanya keunggulan kompettitif dan inovasi .

ANALISIS JURNAL

Pengaruh Strategi Harga dan Strategi Produk Terhadap Brand Royalti

di Tator Surabaya Town SquareTerdapat beberapa point penting yang sangat diperhatikan oleh pihak manajemen tator cafe di surabaya town square untuk tetap menjaga brand loyalty usahanya dan tetap mempertahankan positioning yang baik di benak pelanggan.

Tator cafe di surabya town square fokus pada dua hal yang menjadi inti pertimbangan pelanggan dalam melakukan pembelian ulang yakni harga dan produk, akan tetapi juga ttidak mengindahkan poin yang lain seperti lokasi, pelayanan dll dalam menciptakan pelanggan yang loyal terhadap produk yang dikeluarkan oleh tator cafe di surabaya town square.

Harga dan produk. Dua hal penting ini sangant diperhatikan oleh tator cafe di surabaya town square. Produk dan harga memberikan peran yang sangat penting mengingat target pasar yang dibidik oleh tator cafe di surabaya town square adalah konsumen golongan tingkat menengah ke atas , mengingat natabene surabaya mdihuni banyak mahasiswa dan karyawan disamping para pegawai, pengusaha, sampai konglomerat.

Harga dan produk menjadi poin yang sangat fundamental dan sangat di perhatikan oleh tator cafe di surabya town square. Mengapa demikian??karena harga menunjukkan kualitas dan produk menjadi prioritas konsumen dalam melakukan pemilihan barang yng akan dibeli.

Harga yang sesuai terhadap nilai yang ada dalam suatu produk dan berbanding lurus dengan kepuasan, serta produk yang berfarian bisa mempengaruhi konsumen untuk tetap setia terhadap produk yang ditwarkan. Sehingga brand loyalty bisa terbentuk dan brang equity akan tetap aman pada posisinya.

Sumber informasi mengenai tator cafe dapat diakses di:

http://www.townsquare.co.id/sutos/html/tenant.php?content=146&cid=2BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Keputusan penetapan harga dipengaruhi oleh sederet kekuatan lingkungan dan persaingan yang sangat kompleks. Perusahaan tidak menetapkan satu harga tunggal, melainkan sebuah struktur penetapan harga yang mencakup barang-barang berbeda dalam lininya. Struktur penetapan harga ini selalu berubah sepanjang waktu ketika produk bergerak melalui siklus hidup perusahaan tersebut. Perusahaan menyesuaikan harga produk untuk mencerminkan perubahan biaya dan permintaan dan memperhitungkan berbagai jenis pembeli dan situasi. Ketika lingkungan persaingan berubah, perusahaan mempertimbangkan waktu untuk melakukan perubahan harga dan waktu untuk merespon perubahan tersebut.

Menjelaskan strategi utama untuk menetapkan harga produk tiruan dan produk baru dengan penetapan harga sendiri adalah suatu proses yang dinamis. Perusahaan merancang struktur penetapan harga yang mencakup semua produk mereka. Mereka merubah struktur ini sepanjang waktu dan menyesuaikannya untuk memperhitungkan berbagai pelanggan dan situasi berbeda. Strategi penetapan harga biasanya berubah ketika produk bergerak melalui siklus hidupnya. Perusahaan dapat memutuskan salah satu dari beberapa strategi kualitas harga untuk memperkenalkan produk tiruan, termasuk penetapan harga premium, penetapan harga ekonomis, nilai yang baik, atau penetapan yang erlebihan. Dalam menetapkan harga bagi produk baru inovatif, perusahaan dapat menggunakan penetapan harga memerah pasar dengan menetapkan harga tinggi pada awalnya untuk meraup jumlah pendapatan maksimum dari berbagai segmen pasar. Atau perusahaan dapat menggunakan penetapan harga penetrasi pasar dengan menetapkan harga awal rendah untuk melakukan penetrasi pasar secara mendalam dan memenangkan pangsa pasar yang besar.

DAFTAR RUJUKAN

Fenita Chandra. 2012. Article Liquidity. Peranan Strategi Penetapan Harga Untuk Meningkatkan Penjualan Ritel.Gartner. 2004. Both EDLP and Hi-Lo Retail Pricing Can Work If Executed Properly. Report GartnerG2.Com, pp. 1-8.Kotler, Philip. 2003. Edisi Indonesia, Drs. Benyamin Molan. Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Maruf, Hendri. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.Sopiah & Syihabudhin. 2008. Manajemen Bisnis Ritel. Yogyakarta: CV ANDI OFFSETTjiptono. F. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi.

Utami, Christina Whidya. 2006, Manajemen Ritel (Strategi dan Implementasi Ritel Modern). Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.http://www.townsquare.co.id/sutos/html/tenant.php?content=146&cid=2