makalah pendidikan tugas kuliah

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari – hari “profesionalisme dan profesi” telah menjadi kosa kata umum. Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Profesi di dalam dunia pendidikan dikenal dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam arti lain pendidik mempunyai dua arti, adalah arti yang luas dan arti yang sempit. Pendidik dalam arti yang luas adalah semua orang yang berkewajiban membina anak-anak. Secara alamiah semua anak sebelum mereka dewasa menerima pembinaan dari orang-orang dewasa agar mereka bisa berkembang dan tumbuh secara wajar. Sementara itu pendidik dalam arti sempit adalah orang-orang yang 1 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Upload: uchaputra

Post on 26-Dec-2015

69 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah pendidikan tugas kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: makalah pendidikan tugas kuliah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari “profesionalisme dan profesi” telah menjadi kosa

kata umum. Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua

pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang

lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah

yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi

berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut

daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi adalah pekerjaan

yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang

mengandalkan suatu keahlian. Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang

menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya.

Profesi di dalam dunia pendidikan dikenal dengan tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan. Dalam arti lain pendidik mempunyai dua arti, adalah arti yang luas dan

arti yang sempit. Pendidik dalam arti yang luas adalah semua orang yang

berkewajiban membina anak-anak. Secara alamiah semua anak sebelum mereka

dewasa menerima pembinaan dari orang-orang dewasa agar mereka bisa berkembang

dan tumbuh secara wajar. Sementara itu pendidik dalam arti sempit adalah orang-

orang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru atau dosen. Kedua pendidik

ini diberi pelajaran tentang pendidikan dalam waktu relatif lama agar mereka

menguasai ilmu itu dan terampil melaksanakannya dilapangan. Pendidik ini tidak

cukup belajar di perguruan tinggi saja sebelum diangkat menjadi guru atau dosen,

melainkan juga belajar dan diajar selama mereka bekerja, agar profesionalisasi

mereka semakin meningkat. Sedangkan tenaga kependidikan adalahtenaga/pegawai

yang bekerja pada satuan pendidikan selain tenaga pendidik. Tenaga kependidikan

bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan

pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikanAntara

pendidik dan tenaga kependidikan dibutuhkan profesionalisme Pendidik sebagai

sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pembelajaran di sekolah dan juga membantu perkembangan peserta

didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan,

1 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 2: makalah pendidikan tugas kuliah

dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.

Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas

guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan

membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya

manusia (SDM).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu profesi kependidikan?

2. Bagaimana profesi kependidikan ?

3. Apa fenomena lapangan ?

4. Bagaimana fenomena lapangan?

5. Solusi polapikir saya?

C. Batasan Masalah

Penulis hanya membahas dan menjelaskan tentang Profesi Kependidijan.

D. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Profesi Kependidikan.

2. Mengetahui bagaimana Profesi Kependidikan.

3. Mengetahui apa fenomena lapangan.

4. Mengetahui bagaimana fenomena lapangan.

5. Mengetahui solusi polapikir saya.

2 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 3: makalah pendidikan tugas kuliah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa Profesi Kependidikan

UUD SISDIKNAS No 20 Tahun 2003

Pasal 39Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,

pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses

pendidikan pada satuan pendidikan.

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Pasal 40

Ayat 2 yang berbunyi Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:

menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis,

dan dialogis;

mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan; dan

memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan

sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

UUD Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005

Pasal 1

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.

Pasal 2

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 4: makalah pendidikan tugas kuliah

Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Pasal 4

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Pasal 6

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk

melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.

Pasal 7

Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,

dan akhlak mulia;

c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang

tugas;

d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;

g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan

dengan belajar sepanjang hayat;

h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;

i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

(2) Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen

diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis,

berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak

4 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 5: makalah pendidikan tugas kuliah

asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik

profesi.

Pasal 14

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:

a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan

kesejahteraan sosial;

b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan

intelektual;

d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

e. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk

menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,

penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,

kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;

g. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;

h. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;

i. memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;

j. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi

akademik dan kompetensi; dan/atau

k. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Pasal 20

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara

berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,

agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status

sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

d. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,

serta nilai-nilai agama dan etika; dan

e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

5 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 6: makalah pendidikan tugas kuliah

Selama lebih dari lima dasa warsa para ahli memperdebatkan idealisasi tenaga

pengajar dan berupaya mengkristalkannya sebagai profesi professional. Menurut

istilah Brian Rowan sebagaimana ditulis dalam Comparing Teachers’ Work With

Work in Other Occupations: Notes on The Profesional Status of Teaching (1994), hal

itu disebut profesiisme. Suatu upaya untuk menerapkan faham profesi terhadap

jabatan tenaga pengajar (guru) dan membandingkannya dengan jabatan lain sehingga

menjadikan profesi guru sebagai jabatan professional yang bias dibandingkan

karakteristisknya dengn profesi lain.

Pada tingkat wacana, upaya itu sudah banyak menunjukan hasil. Di Amerika

Serikat misalnya, menurut The Dictionary of Occupational Titles (1991) yang

diterbitkan Departemen Tenaga Kerja AS, jabatan tenaga pengajar tercantum sebagai

profesi dalam kelompok jabatan kependidikan dengan kode K-12 (Education

Occupations). Termasuk dalam kelompok ini antara lain guru pendidikan dasar dan

menengah, asisten guru, kepala sekolah, dan guru pembimbing.

Maksud profesiisme adalah untuk menunjukkan btapa kompleks pekerjaan guru

berkaitan dengan manusia dan alat-alat. Kira-kira sama kompleks dengan pekerjaan

seorang dokter. Tujuan akhir dari pembuktian itu ialah memperbaiki kedudukan status

social guru yang berimplikasi pada tingginya imbal jasa professional. Namun agaknya

upaya itu belum sepenuhnya berhasil. Sebagai suatu contoh, di Amerika Serikat imbal

jasa terhadap guru rata-rata hanya 1,7 pendapatan per kapita Negara itu tiap bulannya.

Bandingkan dengan Jepang yang member imbal jasa rata-rata 2,4 kali pendapatan per

kapitanya (Mutrofin: 2007).

Guru didefinisikan sebagai pendidik professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah. Profesi guru adalah jabatan fungsional yang memiliki ruang

linigkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki

oleh PNS.

6 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 7: makalah pendidikan tugas kuliah

Jabatan fungsional guru adalah jabatan tingkat keahlian termasuk dalam rumpun

pendidikan tignkat taman kanak-kanak, dasar, lanjutan, dan sekolah khusus. Jenis

guru berdasarkan sifat, tugas, dan kegiatannya meliputi berikut ini:

1.   Guru Kelas

Guru kelas adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan

hak secara penuh dalam proses pembelajaran seluruh mata pelajaran di kelas tertentu

di TK/RA/BA/TKLB dan SD/MI/SDLB dan yang sederajat, kecuali mata pelajaran

pendidikan jasmani dan kesehatan serta pendidikan agama.

2.   Guru Mata Pelajaran

Guru mata pelajaran adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab,

wewenang, dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran pada suatu mata

pelajaran tertentu di sekolah/madrasah.

3.   Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor

Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor adalah guru yang mempunyai tugas,

tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan

konseling terhadap sejumlah peserta didik.

Jenjang jabatan fungsional guru dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi,

yaitu: a. Guru pertama (Penata Muda, golongan ruang III/a; dan Penata Muda Tingkat

I, golongan ruang III/b); b. Guru Muda(Penata, golongan ruang III/c; dan Penata

Tingkat I, golongan ruang III/d); c. Guru Madya (Pembina, golongan ruang IV/a;

Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan Pembina Utama Muda, golongan ruang

IV/c); dan d. Guru Utama(Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d; dan

Pembina Utama, golongan ruang IVe).

7 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 8: makalah pendidikan tugas kuliah

B. Bagaimana Profesi Kependidikan

Bagaimana dengan profesi guru di Indonesia? Episode perjuangan bangsa

mencatat, sebagaimana ditulis Mutrofin (2007), profesi guru sangat disegani penguasa

colonial Hindia Belanda bersama dengan profesi dokter, jaksa, serta “pokrol bambu” alias

pengacara. Itulah babak ketika profesi ini menjadi semacam pekerjaan yang menantang

kaum muda di zamannya. Terutama mereka yang terpanggil untuk berbuat “sesuatu” bagi

bangsanya. Karenanya tak mengherankan jika kemudian melahirkan aktivis politik yang

menentang penjajahan Belanda dan sebagian besar terdiri atas guru-guru muda. Sebut

misalnya Bung Hatta. Pada masa revolusi, dari kalangan mereka sebagian tak lagi

mengajar, melainkan bertempur seperti halnya Panglima Besar Soedirman dan AH

Nasution.

Namun tak ada guru yang begitu disegani seperti Suwardi Suryaningrat alias Ki

Hajar Dewantara. Ia bukan saja seorang pendidik tapi juga peletak pergerakan dasar

nasional. Keturunan pangeran Sri Paku Alam III inilah yang bersama-sama dengan Dr

Tjipto Mangoenkoesoemo dan Douwes Deker mendirikan partai politik pertama di tanah

air pada tahun 1912 dengan nama Indisbe Partij sehingga mengakibatkan ketiganya dibui

dan diasingkan ke negeri Belanda. Guru lain yang juga populer dalam sejarah karena

kontak intensifnya dengan dunia politik tercatat Ki Sarino, Perumus konsep falsafah

pendidikan Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Residen Pati dan Menteri

Pendidikan pada masa Bung Karno. Guru pertanian Ki Sarino yang mendapat gelar

Doktor Honoris Causa dari IKIP Malang pada 1976.

Profil dan identitas profesi guru sepanjang sejarahnya mengalami pasang surut

yang luar biasa. Berbeda dengan masa colonial, pada masa Orde Lama dan Orde Baru,

profesi guru boleh dibilang “profesi kelas dua” (Sudarwan Danim, 2010). Hal itu bukan

saja disebabkan karena pada umumnya menjadi guru adalah “panggilan jiwa” namun juga

disebabkan banyaknya mitos yang dilekatkan kepada profesi guru yang nyaris membuat

para guru “tersandera”. Pada masa-masa iru profesi guru dipandang sebelah mata. Guru,

seperti yang dinyatakan oleh Ernest House, telah dibelenggu kondisi economic

scarcity dan issolated profesion, suatu kondisi yang menyebabkan dirinya miskin dan

terasing di lingkungannya. Daya tawar-menawar para guru yang tergolong silent majority

itu sangat minimal. Sehingga seolah-olah sudah menjadi kodrat bahwa guru – meinjam

istilah Mutrofin (2007) – ibarat “sapi perah” yang harus siap diambil sari madunya,

8 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 9: makalah pendidikan tugas kuliah

diperas manfaatnya, diperlukan tenaganya, tetapi tetap dibiarkan bergumul

penderitaan,ata u ibarat “sandal jepit”, kumuh dan diinjak-injak namun tetap dibutuhkan.

Pada masa Orde Baru, pemberlakuan Undang-Undang No 2 tahun 1989 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN); Peraturan Pemerintah (PP) No 38/1992 tentang

Tenaga Kependidikan; dan SK Men-PAN No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru

dan Angka Kreditnya, belum signifikan “mengubah” profil dan identitas profesi guru

dimata masyarakat, lebih-lebih dikalangan akademisi dan dunia tenaga kerja.

Kini, zaman telah berubah. Perjuangan panjang untuk menjadikan profesi guru

sebagai profesi yang professional hampir menampakkan hasil yang signifikan. Terutama

setelah terjadi pembaruan pendidikan dan pengembangan profesi guru dan “ketatnya”

persyaratan untuk menjadi guru. Pengakuan bahwa profesi guru adalah profesi yang

professional semakin kukuh dengan diberlakukanya Keputusan Presiden No. 87/1999

tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (PNS); Undang-undang (UU)

No. 20/2003 tentang Sisdiknas;  UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen; PP No.

74/2008 tentang Guru; Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi No. 16/2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;

dan Peraturan Bersama Mendiknas dan Kepala BKN No: 03/V/PB/2010,  Nomor: 14

Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kreditnya.

C. Fenomena Lapangan (Fakta)

Pendidikan guru di Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang sejak masa

kolonial hingga pasca kemerdekaan. Akan tetapi, titik berangkat pembaruan pendidikan

guru secara signifikan dapat dikatakan terjadi sejak tahun 1979. Setelah bekerja keras

selama empat tahun sejak 1975, Konsorium Ilmu Pendidikan berhasil menelurkan

Pedoman Pola Pembaruan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan (PP-SPTK) pada

1979. PP-SPTK yang terdiri atas lima buku pedoman itu, dianggap banyak kalangan

sebagai langkah mendasar dalam memperbaiki profesionalisme guru dari sisi institusi.

Banyak orang menyangka akan terjadi “revolusi” dalam hal mutu pendidikan sebagai

imbasnya. Faktanya, justru banyak yang malah kecewa. Sepanjang waktu lebih dari

empat belas tahun sejak lahirnya pembaruan itu, tak henti-hentinya orang mempersoalkan

9 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 10: makalah pendidikan tugas kuliah

betapa profesionalisme para guru melorot terus. Meskipun upaya tambal sulam lain juga

dilakukan.

Hal itu disebabkan karena kita “menjiplak” begitu saja sistem pendidikan guru

sebagaimana berlaku di Amerika. Konsep Pendidikan Guru Berbasis Kompetensi

(Competence-Based Teacher Education/CBTE) diterapkan tanpa respek apapun.

Maksunya, tidak memperhitungkan kesiapan lembaga pendidikan guru, baik ditinjau dari

segi tenaga pendidik, sarana dan prasarana, perpustakaan mendukung, serta budaya

belajar. Padahal CBTE itu bertujuan agar para calon guru kelak dapat menjadi guru

profesional, memiliki profil kompetensi seperti diharapkan.

Sebagian besar guru sudah sebenarnya sudah mengikuti semacam pelatihan

ataupun penataran kaitannya dengan peningkatan kompetensi guru, dan sikap guru

terhadap KBK pun dapat dikatagorikan tinggi (Mulyana, 2006). Namun demikian, Djalal

& Sardjunani (2006) menemukan bahwa banyak guru yang kurang layak kualifikasinya.

Ketaklayakan kualifikasi mereka teridentifikasi dari kurangnya kemampuan

profesionalisme guru yang berakibat pada keengganan belajar siswa dan kemerosotan

kualitas pendidikan (Nasanius, 1998). Banyak di antara guru ditengarai kurang memenuhi

kualifikasi mengajar dan kinerja kurang memadai, dimana dalam praktiknya masih tetap

menerima pembayaran tunjangan fungsional yang sama dengan kualifikasi guru yang

memenuhi kinerja yang memadai. menyebutkan bahwa kualitas guru di Indonesia masih

tergolong relatif rendah.

Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak terpenuhinya kualifikasi pendidikan

minimal terutama bila mengacu pada amanat UU RI No 14/2005 tentang Guru dan

Dosen (UUGD), dan PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP). Data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas pada

tahun 2005 menunjukkan terdapat 1.646.050 (69,45%) guru SD, SMP, SMA, SMK,

dan SLB yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal. Kualifikasi guru

dimaksud masing-masing sebagai berikut: guru TK terdapat 91,54%, SD terdapat

90,98%, SMP terdapat 48,05%, dan SMA terdapat 28,84% yang belum memiliki

kualifikasi pendidikan S1/D4 (Kustono, 2007).

Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan juga masih belum memadai

utamanya dalam hal bidang keilmuannya (Sumargi, 1996). Banyak di antara para guru

yang keliru menyampaikan materi, juga kurang mampu menyajikan dan

menyelenggarakan pendidikan yang benarbenar berkualitas (Dahrin, 2000); kurang

10 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 11: makalah pendidikan tugas kuliah

mampu mengaplikasikan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA; mengalami

kesulitan dalam cara menggunakan Kit-IPA dan karenanya kurang difungsikan dalam

pembelajaran di kelas, bahkan ada guru yang mengasumsikan penggunaan Kit-IPA

kurang efisien dari sisi waktu (Budiastra, 2001).

D. Bagaimana Fenomena di Lapangan

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru

belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya

sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan

pengabdian masyarakat.

Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak

mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di

berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07%

(negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta),

untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73%(swasta), serta untuk SMK yang layak

mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).

Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu

sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru

SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas.Selain

itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma

D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru

57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari

181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan

S3).

Ada beberapa penyakit guru yang sedang marak

yakni Kusta (KurangStrategi) ,Tbc (Tidak Banyak Cara), Kudis (Kurang Disiplin),Kra

m (Kurang

Terampil),Lesu (Lemah Sumber) ,Wts (Wawasan Tidak Luas) ,Mual (MutuAmat Lem

ah)Dll

11 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 12: makalah pendidikan tugas kuliah

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan

pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi,

sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas

pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang

rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

E. Solusi (Pola Pikir Sendiri)

Menjadi Guru kadang di lihat orang adalah pekerjaan yang mudah , sebenarnya

tidak guru malah pekerjaan yang berat karena memiliki tanggung jawab yang cukup besar

, Berdasarkan Fakta atau Fenomena yang sudah saya uraikan dalam makalah ini solusi

nya adalah Guru harus mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada

serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru.

Harus labih banyak pembinaan pada guru dan motivasi untuk meningkatkan

kinerja guru , meningkatkan kemampuan professional dan harus lebih ketat lagi

pengawasan terhadap guru – guru , seringkali saya mengamati pada lingkungan sekitar

tentang guru ataupun pengawas guru , itu mereka lebih mementikan kebaikan dari pada

kebenaran , apa yang terjadi jika mementingkan kebaikan , kita ambil contoh pada saat

menghadapi Ujian Akhir Sekolah (UAS) banyak guru yang menjawabkan soal – soal

ataupun ikut membantu siswa mencari kunci jawaban karena takut atau kasihan melihat

anak didiknya tidak LULUS , nah itu permasalahannya jika kita mengutamakan kebaikan.

Sedangkan jika lebih mementingkan kebenaran pasti akan lebih baik , karena di

dalam sebuah kebenaran pasti ada kebaikan , jika guru – guru atau tenaga pengajar di

Indonesia memang bekerja dengan professional maka ia akan bekerja dengan kebenaran ,

contohnya saja Siswa sedang menghadapi Ujian akhir Sekolah (UAS) , Jangan pernah

untuk membatu mencarikan kunci jawaban ataupun membantu menjawab kan soal – soal

ujian , Maka siswa pasti akan berpikir sendiri dan menjadikan siswa – siswa di Indonesia

ke pribadiannya yang lebih baik .

Lebih sering di adakannya pembinaan guru seperti Kunjungan kelas , pertemuan

pribadi , rapat dewan guru , kunjungan antar sekolah , kunjungan antar kelas dan juga

harus sering – sering di adakannya pelatihan untuk guru – guru , jangan lebih

mengutamakan guru – guru yang ada di kota , kita juga harus membuka mata dan hati

12 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 13: makalah pendidikan tugas kuliah

untuk tenaga pengajar yang ada di daerah , yang mana banyak kurangnya sarana dan

prasarana untuk proses belajar mengajar maupun transportasinya , harapan saya

pemerintah harus bisa membuka matanya lebih besar lagi untuk guru – guru atau tenaga

pengajar yang ada di daerah terpencil atau perdesaan

Berikan juga penghargaan terhadap guru agar bisa menambah semangat para guru

untuk mengajar dan meningkatkan professional , dan hidup yang sejahtera supaya guru

bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya , jika hidup guru tidak sejahtera mereka nanti

akan lebih banyak memikirkan tentang kehidupannya masing – masing dan mereka akan

lupa apa tanggung jawabnya sebagai seorang guru .

13 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma

Page 14: makalah pendidikan tugas kuliah

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa  

Profesionalisme merupakan suatu kemestian yang harus dimiliki oleh guru dalam

mentransfer segal macam ilmu kepada para murid-muridnya.

Guru adalah bukan seorang pengajar saja, akan tetapi seorang pendidik, stimulator,

dan motivator bagi para muridnya.

Guru merupakan sosok yang menjadi contoh dalam segala aspek kehidupan pada

muridnya. Guru mempunyai tanggung jawab moral yang besar terhadap para siswa

didiknya

Dari pemaparan diatas hendaklah mampu menjadi variabel penilaian guru profesianal

(sertifikasi guru), bukan haya dinilai melalui sekumpulan kertas yang dinamakan

portofolio saja tapi juga sapai menyentuh substansi kompetensi guru  dalam dunia

pendidikan. 

B. SARAN

Dari kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan kepada pembaca khususnya

kepada peserta didik  bahwa Guru sangatlah penting . Dimana dengan adanya guru dapat

merubah tingkah laku kearah yang lebih baik dan menambah wawasan atau pengetahuan

lebih banyak . Dengan adanya guru pula kita dapat mengembangkan beragam

kemampuan dan sikap. Sedangkan untuk para peserta didik, khususnya penulis sendiri

menyarankan bahwa seorang guru, menjadi fasilisator bagi peserta didiknya untuk

mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik dan merubah tingkah laku

peserta didik menjadi lebih baik.

14 | Makalah Profesi Kependidikan M Ridha Putra Kesuma