makalah pelaporan korporat

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan Islam bukan sekedar transaksi komersial, tetapi harus sudah sampai kepada lembaga keuangan untuk dapat mengimbangi tuntutan zaman. Bentuk sistem keuangan atau lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam adalah terbebas dari unsur riba. Kontrak keuangan yang dapat dikembangkan dan dapat menggantikan sistem riba adalah mekanisme syirkah yaitu : musyarakah dan mudharaba. Dengan adanya standar akuntansi syariah, laporan keuangan diharapkan dapat menyajikan informasi yang relevan dan dapat dipercaya kebenarannya. Standar akuntansi juga digunakan oleh pemakai laporan keuangan seperti investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum sebagai acuan untuk memahami dan menganalisis laporan keuangan sehingga memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan yang benar. Dengan demikian, standar akuntansi memiliki peranan penting bagi pihak penyusun dan pemakai laporan keuangan sehingga timbul keseragaman atau kesamaan interpretasi atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah : 1. Apa saja yang termasuk kepada jenis - jenis akad dalam akuntansi syariah ? 1

Upload: wulanprymaranti

Post on 07-Dec-2015

145 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

MAKALAH PELAPORAN KOORPORAT

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pelaporan Korporat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem keuangan Islam bukan sekedar transaksi komersial, tetapi harus sudah sampai kepada

lembaga keuangan untuk dapat mengimbangi tuntutan zaman. Bentuk sistem keuangan atau

lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam adalah terbebas dari unsur riba. Kontrak

keuangan yang dapat dikembangkan dan dapat menggantikan sistem riba adalah mekanisme

syirkah  yaitu :  musyarakah dan mudharaba.

Dengan adanya standar akuntansi syariah, laporan  keuangan diharapkan dapat menyajikan

informasi yang relevan dan dapat dipercaya kebenarannya. Standar akuntansi juga digunakan oleh

pemakai laporan keuangan seperti investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum sebagai

acuan untuk memahami dan menganalisis laporan keuangan sehingga memungkinkan mereka untuk

mengambil keputusan yang benar. Dengan demikian, standar akuntansi memiliki peranan penting

bagi pihak penyusun dan pemakai laporan keuangan sehingga timbul keseragaman atau kesamaan

interpretasi atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan dalam penulisan

makalah ini adalah :

1. Apa saja yang termasuk kepada jenis - jenis akad dalam akuntansi syariah ?

2. Bagaimana konsep keuntungan dalam syariah ?

3. Apa saja transaksi yang dilarang dalam akuntansi syariah ?

4. Bagaimana kerangka pelaporan syariah ?

5. Bagaimana Pelaporan keuangan syariah ?

6. Apa saja yang termasuk ke dalam instrumen keuangan syariah ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, maka tujuan

dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui jenis-jenis akad dalam keuangan syariah.

2. Untuk mengetahui konsep dari keuntungan dalam syariah.

3. Untuk memahami mengenai transaksi yang dilarang dalam akuntansi syariah.

1

Page 2: Makalah Pelaporan Korporat

4. Untuk memahami kerangka pelaporan syariah.

5. Untuk memahami dan mengetahui apa saja kerangka pelaporan dari akuntansi syariah.

6. Untuk memahami dan mengetahui instrumen yang ada dalam akuntansi syariah.

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi semua pihak. Adapun kegunaan dalam penelitian

ini diarahkan pada kegunaan praktis dan kegunaan teoritis, sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi Penulis

a. Untuk membandingkan antara teori yang dipelajari dengan praktik yang sesungguhnya

yang diterapkan pada perusahaan.

b. Sebagai dasar untuk mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih dalam teori-teori

yang telah dipelajari.

2. Bagi Perusahaan

Diharapkan penulisan makalah ini dapat memberikan masukan kepada perusahaan mengenai

jenis-jenis akad dalam keuangan syariah, keuntungan dalam syariah, transaksi yang dilarang

dalam akuntansi syariah, kerangka pelaporan syariah, kerangka pelaporan dari akuntansi

syariah, instrumen yang ada dalam akuntansi syariah.

3. Bagi Pihak Lainnya

Diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat sebagai referensi khususnya untuk mengkaji

topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini.

2

Page 3: Makalah Pelaporan Korporat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Akad

Dalam konteks masalah muamalah berkaitan dengan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari.

Cakupan hukum muamalat sangat luas dan bervariasi, baik yang bersifat perorangan maupun yang

bersifat umum, seperti perkawinan, kontrak atau perikatan, hukum pidana, peradilan dan

sebagainya. Pembahasan muamalah terutama dalam masalah ekonomi tentunya akan sering kali

ditemui sebuah perjanjian atau akad.

Akad merupkan peristiwa hukum antara dua pihak yang berisi ijab dan kabul, secara sah

menurut syara dan menimbulkan akibat hukum. Jika kita kaitkan dengan sebuah desain kontrak

maka kita akan mencoba mengkaitkan dengan Lembaga Keuangan dikarenakan akad merupakan

dasar sebuah instrumen dalam  lembaga tersebut, terutama di Lembaga Keungan Syariah Akad 

menjadi hal yang terpenting hal ini terkait dengan boleh atau tidaknya sesuatu dilakukan di dalam

islam.

Pada kesempatan ini akan membahas akad-akad yang di gunakan di Lembaga Keungan

Syariah  yang telah sering dipergunakan dalam kehiduapan sehari-hari terlebih berkembanganya

ekonomi islam. Akad yang ada dalam LKS ada yang merupakan dana kebajikan (tabarru’) dan ada

juga akad yang dijadikan dasar sebuah instrumen untuk transakasi yang tujuannya memperoleh

keuntungan (tijarah). Tentunya ini adalah hal yang berbeda dan pastilah dalam akad itu ada

beberapa penjabaran dan penjelasan bagaiman akad itu seharusnya bisa dilakukan. Dalam makalah

ini akan dibahas pengklasifikasian dari berbagai akad  yang digunakan dalam lembaga keuangan 

syariah.

2.1.1 Pengertian Akad dan Wa’ad

Akad dan Wa’ad dalam konteks fiqih muamalah merupakan hal yang berbeda meskipun

keduanya hampir sama yang merupakan bentuk perjanjian. Akad merupakan suatu kesepakatan

bersama antara kedua belah pihak atau lebih baik secara lisan, isyarat, maupun tulisan yang

memiliki implikasi hukum yang mengikat untuk melaksanakannya. Sedangkan Wa’ad adalah janji

antara satu pihak kepada pihak lainnya, pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa

terhadap pihak lainnya. Dalam Wa’ad bentuk dan kondisinya belum ditetapkan secara rinci dan

spesifik. Bila pihak yang berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya

lebih merupakan sanksi moral

3

Page 4: Makalah Pelaporan Korporat

Hal ini berbeda dengan akad yang mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat yaitu

pihak-pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati

terlebih dahulu. Dalam akad, bentuk dan kondisinya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik. Bila

salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya,

maka ia atau mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad.

2.1.2 Macam-Macam Akad dalam Akad Lembaga Keuangan Syariah

Pembagian Akad dari segi ada atau tidaknya kompensasi yaitu sebagai berikut :

2.1.2.1 Akad tabarru’

Akad tabarru’ merupakan segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi nirlaba yang

tidak mencari keuntungan (not for profit),  Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong-

menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat

kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan dan mengharapkan imbalan apapun kepada

pihak lainnya, Pada hakekatnya, akad tabarru’ adalah akad melakukan kebaikan yang

mengharapkan balasan dari Allah SWT semata. Contoh akad-akad tabarru’ adalah qard,

rahn, hiwalah, wakalah, kafalah, wadi’ah, hibah,waqf, shadaqah, hadiah, dll.

Pada dasarnya dalam akad tabarru’ ada dua hal yaitu memberikan sesuatu atau

meminjamkan sesuatu baik objek pinjamannya berupa uang atau jasa.

a. Dalam bentuk meminjamkan uang

Ada tiga jenis akad dalam bentuk meminjamkan uang yakni :

a. Qard adalah merupakan pinjaman yang diberikan tanpa adanya syarat apapun

dengan adanya batas jangka waktu untuk mengembalikan pinjaman uang tersebut.

b. Rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas

pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis,

dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil

kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

c. Hiwalah merupakan bentuk pemberian pinjaman uang yang bertujuan mengambil

alih piutang dari pihak lain atau dengan kata lain adalah pemindahan hak atau

kewajiban yang dilakukan seseorang (pihak pertama) yang sudah tidak sanggup lagi

untuk membayarnya kepada pihak kedua yang memiliki kemampuan untuk

mengambil alih atau untuk menuntut pembayaran utang dari/atau membayar utang

kepada pihak ketiga.

b. Dalam bentuk meminjamkan Jasa

Ada tiga jenis akad dalam meminjamkan jasa yakni :

a. Wakalah, merupakan akad pemberian kuasa (muwakkil) kepada penerima kuasa

4

Page 5: Makalah Pelaporan Korporat

(wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa. Dapat 

dilakukan dengan cara kita melakukan sesuatu baik itu bentuknya jasa , keahlian,

ketrampilan atau lainya yang kita lakukan atas nama orang lain.

b. Wadi’ah, dapat dilakukan dengan cara kita memberikan sebuah jasa untuk sebuah

penitipan atau pemeliharaan yang kita lakukan sebagai ganti orang lain yang

mempunyai tanggungan. Wadi’ah adalah akad penitipan barang atau jasa antara

pihak yang mempunyai barang atau uang dengan pihak yang diberi kepercayaan

dengan tujuan menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang

tersebut.

Pembagian wadi’ah sebagai berikut :

a. Wadi’ah Yad Al-Amanah

Akad Wadiah dimana barang yang dititipkan tidak dapat dimanfaatkan oleh

penerima titipan dan penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kerusakan

atau kehilangan barang titipan selama si penerima titipan tidak lalai.

b. Wadi’ah Yad Ad-Dhamanah

Akad Wadiah dimana barang atau uang yang dititipkan dapat dipergunakan oleh

penerima titipan dengan atau tanpa ijin pemilik barang. dari hasil penggunaan

barang atau uang ini si pemilik dapat diberikan kelebihan keuntungan dalam

bentuk bonus dimana pemberiannya tidak mengikat dan tidak diperjanjikan.

c. Kafalah, merupakan akad pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada

pihak lain dimana pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran kembali

suatu hutang yang menjadi hak penerima jaminan.

c. Memberikan sesuatu yang termasuk ke dalam bentuk akad memberikan sesuatu adalah

akad-akad : hibah, wakaf, shadaqah, hadiah, dll. Dalam semua akad-akad tersebut, si

pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain. Bila penggunaannya untuk kepentingan

umum dan agama, maka akadnya  dinamakan wakaf. Objek wakaf ini tidak boleh

diperjual belikan begitu sebagai aset wakaf. Sedangkan hibah dan hadiah adalah

pemberian sesuatu secara sukarela kepada orang lain.

Ketika akad tabarru’ telah disepakati maka tidak boleh dirubah menjadi akad tijarah

yang tujuannya mendapatkan keuntungan, kecuali atas persetujuan antar kedua belah

pihak yang berakad. Akan tetapi lain halnya dengan akad tijarah yang sudah disepakati,

akad ini boleh diubah kedalam akad tabarru’ bila pihak yang tertahan haknya merelakan

haknya, sehingga menggugurkan kewajiban yang belum melaksanakan kewajibannya.

Adapun fungsi dari akad tabarru’ ini selain orientasi akad ini bertujuan mencari

keuntungan akhirat, bukan untuk keperluan komersil. Akan tetapi dalam

5

Page 6: Makalah Pelaporan Korporat

perkembangannya akad ini sering berkaitan dengan kegiatan transaksi komersil, karena

akad tabarru’ ini bisa berfungsi sebagai perantara yang menjembatani dan

memperlancar akad tijarah.

2.1.2.2 Akad Tijarah

Akad Tijarah adalah akad yang berorientasi pada keuntungan komersial (for propfit

oriented). Dalam akad ini masing-masing pihak yang melakukan akad berhak untuk mencari

keuntungan. Contoh akad tijarah adalah akad-akad investasi, jual-beli, sewa-menyewa dan

lain – lain.

2.2. Konsep Keuntungan Dalam Syariah

Pembagian berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh akad tijarah dibagi menjadi

dua yaitu Natural Uncertainty Contract (NUC) dan Natural Certainty Contrats (NCC).

2.2.1 Natural Certainty Contracts

Natural Certainty Contracts adalah kontrak/akad dalam bisnis yang memberikan kepastian

pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktunya. Cash flow-nya bisa diprediksi dengan

relatif pasti, karena sudah disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi di awal akad.

Kontrak-kontrak ini secara menawarkan return yang tetap dan pasti. Objek pertukarannya

(baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti, baik jumlahnya

(quantity), mutunya (quality), harganya (price), dan waktu penyerahannya (time of delivery).

Yang termasuk dalam kategori ini adalah kontrak-kontrak jual-beli, upah-mengupah, sewa-

menyewa.

Macam – Macam Natural Certainty Contracts (NCC) sebagai berikut :

1. Akad Jual Beli

a. Bai’ naqdan adalah  jual beli biasa yang dilakukan secara tunai. Dalam jual beli ini

bahwa baik uang maupun barang diserahkan di muka pada saat yang bersamaan,

yakni di awal transaksi (tunai).

b. Bai’  muajjal adalah jual beli dengan cara cicilan. Pada jenis ini barang diserahkan di

awal periode, sedangkan uang dapat diserahkan pada periode selanjutnya.

Pembayaran ini dapat dilakukan secara cicilan selama periode hutang, atau dapat juga

dilakukan secara sekaligus di akhir periode.

c. Murabahah adalah jual beli dimana besarnya keuntungan secara terbuka dapat

diketahui oleh penjual dan pembeli.

d. Salam adalah akad jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga

lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.

6

Page 7: Makalah Pelaporan Korporat

e. Istisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu

dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (Pembeli,

Mustashni’) dan penjual (Pembuat, shani’).

2. Akad Sewa-Menyewa

a. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna  atas suatu barang atau jasa dalam waktu

tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan barang itu sendiri.

b. Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah Ijarah yang membuka kemungkinan

perpindahan kepemilikan atas objek ijarahnya pada akhir periode.

c. Ju’alah adalah akad ijarah yang pembayarannya didasarkan kepada kinerja objek

yang disewa /diupah.

2.2.2 Natural Uncertainty Contracts (NUC)

Natural Uncertainty Contracts adalah kontrak/akad dalam bisnis yang tidak memberikan

kepastian pendapatan, baik dari segi jumlah maupun waktunya. Dalam NUC, pihak-pihak yang

bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik real assets maupun financial assets) menjadi satu

kesatuan, dan kemudian menanggung resiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Di

sini, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Yang termasuk dalam kontrak ini adalah

kontrak-kontrak investasi. Kontrak investasi ini tidak menawarkan keuntungan yang tetap dan pasti.

Macam – Macam Natural Uncertainty Contracts (NUC) adalah sebagai berikut:

1. Musyarakah. Menurut Syafi’i Antonio Akad Musyarakah adalah akad kerjasama antara

dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak

memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

Macam – macam musyarakah :

a.  Mufawadhah

Akad kerjasama dimana masing-masing pihak memberikan porsi dana yang sama.

Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan dan kerugian ditanggung bersama.

b.  Inan

Akad kerjasama dimana pihak yang bekerjasama memberikan porsi dana yang tidak

sama jumlahnya. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan dan kerugian

ditanggung sebesar porsi modal.

c.  Wujuh

Akad kerjasama dimana satu pihak memberikan porsi dana dan pihak lainnya

memberikan porsi berupa reputasi. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan

7

Page 8: Makalah Pelaporan Korporat

dan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi modal, pihak yang memberikan dana

akan mengalami kerugian kehilangan dana dan pihak yang memberikan reputasi

akan mengalami kerugian secara reputasi.

d. Abdan

Akad kerjasama dimana pihak-pihak yang bekerjama bersama-sama menggabungkan

keahlian yang dimilikinya. Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan dan kerugian

ditanggung bersama. dengan akad ini maka pihak yang bekerjasama akan mengalami

kerugian waktu jika mengalami kerugian.

e.   Mudharabah

Mudharabah merupakan akad kerjasama dimana satu pihak menginvestasikan dana

sebesar 100 persen dan pihak lainnya memberikan porsi keahlian. Keuntungan dibagi

sesuai kesepakatan dan kerugian sesuai dengan porsi investasi.

Macam – Macam Mudharabah :

a. Mudharabah Mutlaqah

Mudharabah Mutlaqah merupakan akan mudharabah dimana dana yang

diinvestasikan bebas untuk digunakan dalam usaha oleh pihak lainnya.

b. Mudharabah Muqayadah

Berbeda dengan Mudharabah Muqayadah, dana yang diinvestasikan digunakan

dalam usaha yang sudah ditentukan oleh pemberi dana.

c. Muzara’ah

Akad Syirkah dibidang pertanian yang digunakan untuk pertanian tanaman

setahun.

d. Musaqah

Akad Syirkah di bidang pertanian dimana digunakan untuk pertanian tanaman

tahunan.

e. Mukharabah

Akad Muzara’ah dimana bibitnya berasal dari pemilik tanah.

2.3 Transaksi yang dilarang

Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang berisi

perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan maupun

interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan

muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas

yang melakukan transaksi syariah. Menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki

akuntabilitas dan nilai ilahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sbg parameter baik

8

Page 9: Makalah Pelaporan Korporat

& buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha, akan membentuk integritas yang membantu

terbentuknya karakter tata kelola yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market

discipline) yang baik.

Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang

berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan

maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum dalam

kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder

entitas yang melakukan transaksi syariah. Akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai

moral dalam interaksi sesama makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan,

sinergis dan harmonis.

Setiap transaksi bisnis harus didasarkan kepada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak

(an taradhim minkum) clan tidak bathil yaitu ticlak ada pihak yang menzalimi dan dizalirni (la

tazhlimuna wa la tuzhlamun), sehingga jika ingin memperoleh hasil harus mau mengeluarkan biaya

(hasil usaha rnuncul bersama biaya/a/ kharaj bi al dhaman), dan jika ingin untung harus rnau

menanggung risiko (untung muncul bersama risiko al ghunmu bi al ghurmi).

2.3.1 Aktivitas Bisnis Terkait Barang dan Jasa yang Diharamkan Allah

Aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan barang dan

Jasa yang diharamkan Allah seperti babi, khamar atau minuman yang memabukkan,

narkoba, dan sebagainya. Walaupun ada kesepakatan clan rela sama rela antara pelaku

transaksi, namun jika atas objek transaksi tidak dapat diambil manfaat darinya karena

dilarang oleh Allah maka akad tersebut dikatakan tidak sah. Dengan tidak terpenuhinya

barang yang di!arang Allah sebagai objek akad berarti semua aktivitas bisnis yang terkait

dengan barang yang dilarang Allah adalah haram karena tidak memenuhi rukun sahnya

suatu akad.

2.3.2 Riba

Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan (Al-Ziyadah ), berkembang (An-

Nuwuw), meningkat (Al-Irtifa'), clan membesar (Al-'uluw). Imam Sarakhzi mendefinisikan

riba sebagai tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan

('iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut. Setiap penambahan yang diambil

tanpa adanya suatu penyeimbang atau pengganti ('iwad) yang dibenarkan syariah adalah

riba. Hal yang dimaksud transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau

komersil yang melegitimasi adanya penambahan secara adil, seperti jual beli, sewa

menyewa, atau bagi hasil proyek, di mana dalam transaksi tersebut ada faktor

penyeimbangnya berupa ikhtiar/usaha, risiko dan biaya.

Terdapat beberapa jenis riba diantaranya adalah “

9

Page 10: Makalah Pelaporan Korporat

a. Riba Nasi'ah

Riba Nasi'ah adalah riba yang muncul karena utang piutang, riba nasi'ah dapat terjadi

dalam segala jenis transaksi kredit atau utang piutang di mana satu pikik harus membayar

lebih besar dari pokok pinjamannya. Kelebihan dari pokok pinjamannya dengan nama

apa pun (bunga/interest/bagi hasil), dihitung dengan cara apa pun (fixed rate atau floating

rate), besar atau kecil semuannya itu tergolong riba.

b. Riba Fadhl

Riba fadhl adalah riba yang muncul karena transaksi pertukaran atau barter. Riba Fadhl

dapat terjadi apabila ada kelebihan/penambahan pada salah satu dari barang

ribawi/barang sejenis yang dipertukarkan baik pertukaran dilakukan dari tangan ke

tangan (tunai) atau kredit. Contoh: menukar perhiasan perak seberat 40 gram dengan

uang perak (dirham) senilai 3 gram. Selain itu Riba Fadhl juga dapat terjadi dari

pertukaran/barter barang tidak sejenis yang dilakukan tidak tunai. Contoh: transaksi jual

beli valuta asing yang tidak dilakukan dengan cara tunai.

Yang dimaksud dengan barang ribawi/barang sejenis adalah barang yang secara kasat

mata tidak dapat dibedakan satu dan lainnya. Para ahli fikih (juqaha) sepakat ada tujuh

macam barang ribawi, sebagaimana tertuang dalam teks hadis, yaitu: emas, perak, jenis

gandum, kurma, zabib/ tepung, anggur kering, dan garam. Sedangkan pertukaran barang

nonribawi dimungkinkan dala jumlah yang berbeda asalkan penyerahannya dari tangan

ke tangan atau tidak ditunda.

2.3.2.1 Pengaruh Riba Terhadap Kehidupan Manusia

Imam Razi mencoba menjelaskan alasan mengapa bunga dalam Islam dilarang, antara

lain (Qardhawi, 2000):

a. Riba merupakan lransaksi yang tidak adil dan mengakibatkan peminjam jatuh miskin

karena dieksploitasi, karena riba mengambil harta orang lain tanpa imbalan.

b. Riba akan menghalangi orang untuk melakukan usaha karena pemilik dapat menambah

hartanya dengan transaksi riba baik sccara tunai maupun berjangka. Sehingga pemilik

harta riba akan meremehkan persoalan mencari penghidupan sehingga dia tidak mau

menanggung risiko berusaha, berdagang, dan pekerjaan-pekerjaan yang berat.

c. Riba akan menyebabkan terputusnya hubungan baik antar masyarakat dalam bidang

pinjam meminjam.

d. Pada umumnya orang yang memberikan pinjaman adalah orang kaya, sedang yang

meminja·m adalah orang miskin. Pendapat yang memperbolehkan riba berarti

10

Page 11: Makalah Pelaporan Korporat

memberikan jalan bgi orang kaya untuk menerima tambahan harta dari orang miskin

yang lemah. Sehingga orang kaya bertambah kaya dan orang miskin bertarnbah miskin.

2.3.2.2 Perbedaan Riba dan Jual Beli

No JUAL BELI RIBA

1 Dihalalkan Allah SWT Diharamkan Allah SWT

2 Harus ada pertukaran barang atau

manfaat yang diberikan sehingga ada

keuntungan/ manfaat yang diperoleh

pembeli dan penjual

Tidak ada pertukaran barang

dan keuntungan/ manfaat

hanya diperoleh oleh penjual

3 Karena ada yang ditukarkan, harus ada

beban yang ditanggung oleh penjual.

Tidak ada beban yang

ditanggung oleh penjual.

4 Memiliki Risiko Untung

Rugi,sehingga diperlukan kerja/usaha,

kesungguhan dan keahlian

Tidak memiliki resiko

sehingga tidak diperlukan

kerja/usaha, kesungguhan dan

keahlian

Berdasarkan perbedaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jual beli diperbolehkan

karena ada 'iwad (pengganti/penyeimbang) yang menyebabkan penjual boleh mengambil tambahan

sebagai keuntungan. 'Iwad tersebut dapat berupa:

1. usaha yang harus dilakukan dalam rangka menambah nilai dari barang/jasa (Al Kharaj).

2. risiko dalam menjalankan usaha (Al Ghurm.)

3. beban yang harus ditanggung terkait dengan pengadaan barang atau jasa (Al Dhaman.)

2.3.3 Penipuan

Penipuan terjadi apabila salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak

lain dan dapat terjadi dalam empat hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga dan waktu

penyerahan. (Karim, 2003) Penipuan dalam kualitas, misalnya dengan mencampur barang

baik dengan yang buruk atau barang yang dijual memiliki cacat tapi disembunyikan.

Penipuan dalam kuantitas, misalnya mengurangi timbangan. Penipuan dalam harga

(ghaban), misalnya menjual barang dengan harga yang terlalu tinggi pada orang yang tidak

mengetahui harga wajar barang tersebut. Empat jenis penipuan tersebut di atas dapat

membatalkan akad transaksi, karena tidak terpenuhinya prinsip rela sama rela. Para pihak

yang bertransaksi tidak memiliki informasi yang sama (complete information).

11

Page 12: Makalah Pelaporan Korporat

2.3.4 Perjudian

Berjudi atau Maisir dalam bahasa Arab arti harfiahnya adalah memperoleh sesuatu atau

mendapat keuntungan dengan sangat mudah tanpa kerja keras. (Afzalur Rahman, 1996).

Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua pihak atau lebih, di mana mereka

menyerahkan uang/harta kekayaan lainnya, kemudian mengad akan permainan tertentu, baik

dengan kartu, adu ketangkasan, kuis sms, tebak skor bola, atau media lainnya. Pihak yang

menang berhak atas hadiah yang dananya dikumpulkan dari kontribusi para pesertanya.

Sebaliknya, bila dalam undian itu kalah, maka uangnya pun harus direlakan untuk diambil

oleh yang menang.

2.3.5 Transaksi yang Mengandung Ketidakpastian/Gharar

Syariah melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian (gharar). Gharar terjadi ketika

terdapat incomplete information. Sehingga ada ketidakpastian antara dua belah pihak yang

bertransaksi. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara para pihak dan ada

pihak yang dirugikan. Ketidakjelasan dapat terjadi dalam lima hal, yakni dalam kuantitas,

kualitas, harga, waktu penyerahan dan akad.

Ketidakjelasan dalam kuantitas misalnya jual beli buah ketika masih dalam bentuk buah

yang belum siap panen. Ketidakjelasan dalam kualitas, misalnya membeli kuda yang masih

dalam rahim induknya. Ketidakpastian dalam harga, misalnya saya menjual baju ini seharga

Rpl00.000 kalau bayar tunai, kalau bayar satu bulan lagi Rp120.000.

Pada keempat jenis gharar di atas, keadaan sama-sama rela hanya bersifat sementara, karena

ketika kond isinya telah jelas kelak di kemudian hari, salah satu pihak akan merasa

terzalimi, walaupun pada awal nya tidak demikian. Ketidakjelasan dalam akad terjadi jika

suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus (shafqatain fi al-shafqah), sehingga terjadi

ketidakjelasan (gharar) mengenai akad mana yang harus digunakan atau diberlakukan. Hal

ini terjadi bila ada dua akad yang dapat memenuhi ketiga faktor berikut yaitu objek akad

sama, pelaku sama, jangka waktu sama. Contoh: transaksi lease and purchase (sewa-beli),

mengandung gharar, karena ada ketidakjelasan akad mana yang berlaku: akad beli atau akad

sewa. (Karim, 2003)

2.3.6 Penimbunan Barang/lhtikar

Penimbunan adalah membeli sesuatu yang dibutuhkan masyarakat, kemudian

menyimpannya, sehingga barang tersebut berkurang di pasaran dan mengakibatkan

peningkatan harga. Penimbunan seperti ini dilarang karena dapat merugikan orang lain

dengan kelangkaannya/sulit didapat dan harganya yang tinggi. Dengan kata lain penimbun

12

Page 13: Makalah Pelaporan Korporat

mendapatkan keuntungan yang besar di bawah penderitaan orang lain. Contohnya : di awal

tahun 2008, saat terjadi peningkatan harga kedelai yang luar biasa, ada pengusaha yang

menimbun kedelai dalam jumlah yang sangat besar di Surabaya. Kenaikan harga kedelai

menghambat proses produksi barang berbahan baku kedelai seperti talm dan tempe,

sehingga mengakibatkan banyak produsen tempe dan tahu tidak dapat berproduksi, dan

akhirnya menderita kerugian.

2.3.7 Monopoli

Alasan larangan monopoli sama dengan larangan penimbunan barang (ihtikar), walaupun

seorang monopolis tidak selalu melakukan penimbunan barang. Monopoli, biasanya

dilakukan dengan membuat entry barrier, untuk menghambat produsen atau penjual masuk

ke pasar agar ia menjadi pemain tunggal di pasar dan dapat menghasilkan keuntungan yang

tinggi. Ketentuan syariah hanya membolehkan intervensi harga pada kondisi mendesak

dengan pengawasan yang ketat. Misalnya, intervensi oleh pemerintah untuk penetapan harga

atas suatu barang yang menguasai hajat hidup orang banyak untuk menghindari tindakan

ambil untung berlebihan, atau pelanggaran hukum oleh pedagang zalim yang

membahayakan pasar. Kepentingan umum harus lebih diutamakan dari kepentingan

segelintir orang.

2.3.8 Rekayasa Permintaan (Bai'an Najsy)

An-Najsy termasuk dalam kategori penipuan (tadlis), karena merekayasa permintaan, di

mana satu pihak berpura-pura mengajukan penawaran dengan harga yang tinggi, agar calon

pembeli tertarik dan membeli barang tersebut dengan harga yang tinggi.

Contoh rekayasa permintaan saham (valas). Cara yang ditempuh bisa bermacam-macam,

mulai dari menyebarkan isu, melakukan order pembelian, sampai benar-benar melakukan

pembelian pancingan agar tercipta sentimen pasar untuk ramai-ramai membeli saham/mata

uang tertentu. Bila harga sudah naik sampai level yang diinginkan, maka yang bersangkutan

akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali saham/mata uang yang sudah

dibeli, sehingga ia akan mendapat untung besar.

2.3.9 Suap

Suap dilarang karena suap dapat merusak sistem yang ada di dalam masyarakat, sehingga

menimbulkan ketidakadilan sosial dan persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap

pasti akan diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar.

13

Page 14: Makalah Pelaporan Korporat

2.3.10 Penjual Bersyarat/Ta'alluq

Ta'alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan di mana berlakunya akad pertama

tergantung pada akad kedua sehingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun

(sesuatu yang harus ada dalam akad) yaitu objek akad. Misalkan A bersedia menjual barang

X ke B asalkan B kembali menjual barang tersebut kepada A; atau A bersedia menerima

pesanan B asalkan C dapat memenuhi pesanan A.

2.3.11 Pembelian Kembali oleh Penjual dari Pihak Pembeli (Bai'al lnah)

Misalnya, A menjual secara tunai pada B kemudian A membeli kembali barang yang sama

dari B secara kredit. Dari contoh ini, kita lihat ada dua pihak yang seolah-olah melakukan

jual beli, namun tujuannya bukan untuk mendapatkan barang melainkan A mengharapkan

untuk mendapatkan uang tunai sedangkan B mengharapkan kelebihan pembayaran.

2.3.12 Jual Belidengan Cara Talaqqi Al-Rukban

Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau pemawa barang

perniagaan dan membelinya, di mana pihak penjual tidak mengetahui harga pasar atas

barang dagangan yang dibawanya sementara pihak pembeli mengharapkan keuntungan yang

berlipat dengan memanfaatkan ketidaktahuan mereka.

2.4. Kerangka Pelaporan Syariah

1. Prinsip persaudaraan (ukhuwah)

a. esensinya merupakan nilai universal yang menata interaksi sosial dan harmonisasi

kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan semangat saling

tolong menolong.

b. Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat

(sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas

kerugian orang lain.

c. Ukhuwah dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip :

saling mengenal (ta’aruf ),

saling memahami (tafahum),

saling menolong (ta’awun),

saling menjamin (takaful),

saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf ).

14

Page 15: Makalah Pelaporan Korporat

2. Prinsip keadilan (‘adalah)

a. Esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan memberikan sesuatu

hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya.

b. Implementasi, berupa aturan prinsip muamalah yang melarang adanya unsur:

riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah

maupun fadhl);

kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun

lingkungan);

maysir (unsur judi dan sikap spekulatif);

gharar (unsur ketidakjelasan); dan

haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas

operasional yang terkait).

3. Prinsip kemaslahatan (maslahah)

a. Esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi

dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.

b. Kemaslahatan yang diakui harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan syariah

(halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam semua aspek secara

keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudharatan.

c. Transaksi syariah yang bermaslahat harus memenuhi secara keseluruhan unsur-unsur

yang menjadi tujuan ketetapan syariah (maqasid syariah) yaitu berupa pemeliharaan

terhadap :

Akidah, keimanan dan ketakwaan (dien);

Intelek (‘aql);

Keturunan (nasl);

Jiwa dan keselamatan (nafs); dan

Harta benda (mal).

4. Prinsip keseimbangan (tawazun);

a. Esensinya meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek privat dan

publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek

pemanfaatan dan pelestarian.

b. Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada maksimalisasi keuntungan

perusahaan semata untuk kepentingan pemilik (shareholder).

c. Manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang saham, akan tetapi

pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi.

15

Page 16: Makalah Pelaporan Korporat

5. Prinsip universalisme (syumuliyah).

Esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan

(stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat

kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).

2.4.1 Karakteristik Transaksi Syariah

1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;

2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib);

3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai

komoditas;

4. Tidak mengandung unsur riba; kezaliman; maysir; gharar; haram;

5. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money); karena keuntungan

yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan

usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without

accompanying risk);

6. Transaksi dilakukan berdasarkan :

a. Suatu perjanjian yang jelas dan benar;

b. Untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain;

c. Tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad;

d. Tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu

akad;

7. Tidak ada distorsi harga melalui :

a.Rekayasa permintaan (najasy),

b.Rekayasa penawaran (ihtikar);

8. tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).

9. Transaksi syariah komersial berupa:

a. Investasi untuk mendapatkan bagi hasil;

b. Jual beli barang untuk mendapatkan laba; dan atau

c. Pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.

10. Transaksi syariah nonkomersial berupa:

a. pemberian dana pinjaman atau talangan (qardh);

b. penghimpunan dan penyaluran dana sosial seperti zakat, infak, sedekah, wakaf dan

hibah.

16

Page 17: Makalah Pelaporan Korporat

2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan keuangan laporan keuangan adala untuk menyediakan informasi, menyangkut posisi

keuangan, kinerja serta perubaan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakaian dalam pengambilan keputusan ekonomi. Beberapa tujuan lain adalah:

1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsisf syariah dalam semua transaksi dan kegiatan

usaha.

2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsif syariah, serta informasi aset,

kewajiban, pendapatan dan beban  yang tidak sesuai dengan prinsif syariah bila ada dan

bagaimna perolehan dan penggunaannya.

3. Informasi untuk membantu evaluasi pemenuhan tanggung jawab  entitas syariah terhadap

amanah dalam mengamankan dana, mengivestasikannya pada tingkat keuntungan yang

layak.

4. Informasi mengenai tingkat keuntungan infestasi yang diperoleh penanam modal dan

pemilik dana syariah temporer, dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban 

(obligation) fungsi sosial entitas syariah termasuk pengolahan dan penyaluran zakat,

infak, shadakah, dan wakaf.

Laporan keuangan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagai pengguna

laporan keuangan, serta dapat digunakan sebagai bentuk laporan dan pertanggungjawaban

menejemen atas sumber dana yang dipercayakan kepadanya.

2.4.3 Bentuk Laporan Keuangan Syariah

Laporan entitas syariah terdiri atas :

1. Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajiakn

informasi tentang sumber daya yang dikendalikan. Likuiditas dan solvabilitas serta

kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk

memprediksi kemampuan perusahaan dimasa yang akan datang.

2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini

diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin

dikendalikan dimana depan.

3. Informasi kinerja entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi dana seperti

seluruh sumber daya keuangan, modal kerja aset likuid atau kas. Kerangka ini tidak

mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melaluii laporan ini dapat diketahui

aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.

17

Page 18: Makalah Pelaporan Korporat

4. Informasi lain, seperti laporan penjelasa tentang pemenuhan fungsi sosial entitas syariah.

Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tatapi relevan bagi pengambilan

keputusan sebagai besar pengguna laporan keuangan.

5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang

relevan termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidak pastian yang mempengeruhi

entitas, informasi tentang segmen industri dan geografi serta pengaruh perubahan harga

terhadap entitas juga dapat disajikan.

2.4.4 Asumsi Dasar Laporan Keuangan Syariah

1. Dasar Akrual (accrual basic)

Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan

peistiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima

atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan

keuangan pada periode bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual

memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan

penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan

serta sumber daya yang merepsesentasikan kas yang akan diterima di masa depan.

Namun, dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha

menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha

berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto

(gross profit).

2. Kelangsungan Usaha (going consern)

Laporan keuangan biasannya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas

syariah yang akan melanjutkan usahannya di masa depan. Oleh karana itu, entitas syariah

diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuiditas atau mgngurangi secara

meterial skala usahannya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan

mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus

diungkapkan.

2.4.5 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Syariah

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan

keuangan berguna bagi pemakai. Empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu:

1. Dapat dipahami

  Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai

18

Page 19: Makalah Pelaporan Korporat

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

Namun demikian, informasi kompleks yaang seharusnya dimasukkan dalam laporan

keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwai informasi

tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam

proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi

peristiwa masa lalu, masa kin atau masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil

evaluasi mereka di masa lalu. Relevan berarti juga harus berguna untuk peramalan

(predictive) dan penegasan (confirmatory) atas transaksi yang berkaitan satu sama lain.

Relevan juga dipengaruhi oleh hakikat dan tingkat meterialitasnya. Tingkat meterialitas

ditentukan berdasarka pengaruh kelalaian (ambang batas) terhadap keputusan ekonomi

pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Oleh karena itu, meterialitas

dipengaruhi oleh besarnya kesalahan dalam mencantumkan atau pencatatan. Sementara

itu, dasar penerapan dalaam bagi hasil harus mencerminkan jumlah yang sebenarnya

tanpa mempertimbangkan konsep materialitas.

3. Keandalan 

Andal, diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan

dapar diandalkan sebagai penyajian yang jujur (faithful representation) dari yang seharusnya

disajikan atau yang diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika

hakikat atau penyajian tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara

potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntunan atas kerugian

dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas

syariah untuk mengakui jumlah seluruh tuntunan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin

tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntunan tersebut. Agar dapat

diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut.

a. Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa lainnya yang

seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapaat diharapkan untuk disajikan.

Misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya

dalam bentuk aset, kewajiban, dana syirkah temporer, serta ekuitas entitas syariah pada

tanggal pelaporan. Penggambaran tersebut harus memenuhi kriteria pengakuan, walaupun

terkadang mengalami kesulitan yang melekat untuk mengidentifikasikan transaksi baik

19

Page 20: Makalah Pelaporan Korporat

disebabkan oleh kesuitan yang melekat pada transaksi atau oleh penerapan ukuran dan

teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi atau peristiwa tersebut.

b. Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai dengan

prinsip syariah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk).

c. Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja (netral).

d. Didasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian peristiwa

dan keadaan tertentu. Pertimbangan ini mengandung unsur kehati-hatian pada saat

melakukan perkiraan atas kepastian tersebut.

e. Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan

akan berakibat informasi menjadi tidak benar sehingga menjadi tidak dapat diandalkan

dan tidak sempurna.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas syariah agar periode untuk

mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus

dapat membandingkan laporan keuangan agar entitas syariah untuk mengevaluasi posisi

keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,

pembandingan berupa pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan

peristiwa lain yang serupa harus dilakukan serta konsisten untuk entitas syariah yang

berbeda, maupun entitas lain. 

Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam

penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut

juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas standart akuntansi yang berlaku. Bila

pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

antar periode, maka entitas syariah syariah perlu menyajikan informasi periode sebelumnya

dalaam laporan keuangan.

2.4.6 Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah,antara lain meliputi: 

1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas

laporan keuangan,laporan laba rugi,laporan arus kas,serta laporan perubahan ekuitas.

Posisi Keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,

kewajaban dana syirkah temporer dan ekuitas.pos-pos ini di definisikan sebagai berikut :

20

Page 21: Makalah Pelaporan Korporat

a. Aset adalah sumber daya yang di kuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa

masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan di harapkan akan di peroleh

entitas syariah.

b. Kewajiban merupakan utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa

lalu,penyelesaiannya di harapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas

syariah yang mengandung manfaat ekonomi.

c. Dana syirkah temporer adalah dana yang di terima sebagai investasi dengan jangka waktu

tertentu dari individu da pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk

mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi

berdasarkan kesepakatan.

d. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban

dan dana syirkah temporer.ekuitas dapat di subklasifikasikan menjadi setoran modal

pemegang saham,saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyusuaian

pemeliharaan modal.

Kinerja

Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah

penghasilan dan beban.unsur penghasilan dan bebandi devinisikan sebagai berikut :

a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi

dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman

modal,penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gain).

b. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi

dalam bentuk arus keluar atau bekurang nya aset atau terjadi kewajiban yang

mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam

modal ,termasuk di dalam nya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun

kerugian yang timbul.

c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik

dana atas keuntungan dana kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu

periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan

sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun,hak hak pihak

ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana

atas investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.

2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan

sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana

21

Page 22: Makalah Pelaporan Korporat

kebajikan.

3. Komponen laporan keuangan lainya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab

khusus entitas syariah tersebut. 

2.4.7 Pengukuran Laporan Keuangan Syariah

Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang

berbeda dalam lapoaran keuangan. Berbagai dasar pengukuran tesebut adalah sebagai berikut :

a. Biaya Historis (historical cost)

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai

wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada

saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari

kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak dan penghasilan),

dalam jumlah kas (atau setara kas), yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi

kewajiban dalam pelaksanaan usah yang normal, dasar ini adalah dasar pengukuran yang

lazim digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan keuangan.

b. Biaya kini (current cost).

Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang

sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau

setara kas) yangtidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin atas dipelukan untuk

menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.

c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value)

Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang

dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal).

Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu, jumlah kas (atau setara kas)

yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban

dalam pelaksanaan usaha normal. Dasar pengukuran ini walaupun dapat digunakan tetapi

tidak mudah untuk diterapkan dalam kondisi saat ini. Mengingat manajemen harus

menjamin informasi yang disajikan adalah andal serta dapat dibandingkan.

2.5. Pelaporan Keuangan Syariah

Laporan keuangan syariah menurut PSAK 101 yang lengkap terdiri dari :

a. Laporan Posisi Keuangan;

b. Laporan Laba Rugi;

c. Laporan Arus Kas;

22

Page 23: Makalah Pelaporan Korporat

d. Laporan Perubahan Ekuitas;

e. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat;

f. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil;

g. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat;

h. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan;

i. Catatan atas Laporan Keuangan.

PT BANK SYARIAH “X”

Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Per 31 Desember 2015

Aset

Kas xxx

Penempatan pada Bank Indonesia xxx

Giro pada bank lain xxx

Penempatan pada bank lain xxx

Investasi pada efek/surat berharga xxx

Piutang :

Murabahah xxx

Salam xxx

Istishna’ xxx

Ijarah xxx

Jumlah Piutang xxx

Pembiayaan :

Mudharabah xxx

Musyakarah xxx

Jumlah Pembiayaan xxx

Persediaan xxx

Tagihan dan kewajiban akseptasi xxx

Aset ijarah xxx

Aset istishna dalam penyelesaian xxx

Penyertaan pada entitas lain xxx

Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx

23

Page 24: Makalah Pelaporan Korporat

Aset lainnya xxx

Jumlah Aset

Kewajiban

Kewajiban segera xxx

Bagi hasil yang belum dibagikan xxx

Simpanan xxx

Simpanan dari bank lain xxx

PT BANK SYARIAH “X”

Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Per 31 Desember 2015

Hutang :

Salam xxx

Istishna’ xxx

Jumlah utang

Kewajiban kepada bank lain xxx

Pembiayaan yang diterima xxx

Hutang pajak xxx

Estimasi kerugian komitmen dan kontijensi xxx

Pinjaman yang diterima xxx

Kewajiban lainya xxx

Pinjaman subordinasi xxx

Jumlah Kewajiban xxx

Dana Syirkah Temporer

Dana syirkah temporer dari bukan bank :

Tabungan mudharabah xxx

Deposito mudharabah xxx

Jumlah dana syirkah temporer bukan bank xxx

Dana syirkah temporer dari bank :

Tabungan mudharabah xxx

Deposito mudharabah xxx

Jumlah Dana Syirkah Temporer xxx

Musyakarah xxx

24

Page 25: Makalah Pelaporan Korporat

Jumlah Ekuitas xxx

Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah Temporer dan Ekuitas xxx

PT BANK SYARIAH “X”

Laporan Laba Rugi (Neraca)

Untuk Periode yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015

Pendapatan Pengelolaan Dana oleh Bank sebagai Mudharib

Pendapatan dari jual beli :

Pendapatan marjin murabahah xxx

Pendapatan bersih salam paralel xxx

Pendapatan bersih istishna paralel xxx

Jumlah pendapatan dari jual beli xxx

Pendapatan dari sewa :

Pendapatan bersih ijarah xxx

Pendapatan dari bagi hasil :

Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

Pendapatan bagi hasil musyarakah xxx

Pendapatan usaha utama lainnya xxx

Jumlah pendapatan dari bagi hasil xxx

Pendapatan usaha utama lainnya xxx

Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana oleh Bank sebagai Mudharib xxx

Hak pihak ketiga atas bagi hasil (xxx)

Hak bagi hasil milik bank xxx

Pendapatan Usaha Lainnya

Pendapatan imbalan jasa perbankan xxx

Pendapatan imbalan investasi terikat xxx

Jumlah Pendapatan Usaha Lainnya xxx

25

Page 26: Makalah Pelaporan Korporat

Beban Usaha

Beban kepegawaian (xxx)

Beban administrasi (xxx)

Beban penyusutan dan amortisasi (xxx)

Beban usaha lain (xxx)

Jumlah Beban Usaha (xxx)

Laba (Rugi) Usaha xxx

PT BANK SYARIAH “X”

Laporan Laba Rugi (Neraca)

Untuk Periode yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015

Pendapatan dan Beban Non usaha

Pendapatan non usaha xxx

Beban non usaha (xxx)

Jumlah Pendapatan dna Beban Nonusaha xxx

Laba (Rugi) sebelum Pajak xxx

Beban pajak (xxx)

Laba (Rugi) Neto Periode Berjalan xxx

26

Page 27: Makalah Pelaporan Korporat

PT BANK SYARIAH “X”

Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat

Untuk Periode yang berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015

Saldo awal xxx

Jumlah unit investasi awal periode xxx

Nilai per unit investasi xxx

Penerimaan dana xxx

Penarikan dana (xxx)

Keuntungan (kerugian) investasi xxx

Biaya administrasi (xxx)

Imbalan bank sebagai agen investasi xxx

Saldo investasi pada akhir periode xxx

Jumlah unit investasi pada akhir periode xxx

Nilai unit investasi pada akhir periode xxx

Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi terikat dan sejenisnya

yang dikelola oleh bank syariah sebagai agen investasi. Investasi terikat bukan merupakan aset

maupun kewajiban karea bank syariah tidak mempunyai hak untuk menggunakan atau

mengeluarkan investasi tersebut, serta bank syariah tidak memiliki kewajiban mengembalikan atau

menanggung risiko investasi. Dalam hal bank syariah bertindak sebagai agen investasi, imbalan

yang diterima adalah sebesar jumlah yang disepakati tanpa memperhatikan hasil investasi.

27

Page 28: Makalah Pelaporan Korporat

PT BANK SYARIAH “X”

Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil

Untuk Periode yang berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015

Pendapatan Usaha Utama (Akrual) xxx

Pengurang :

Pendapatan periode berjalan yang kas atau setara kasnya belum diterima :(xxx)

Pendapatan margin murabahah (xxx)

Pendapatan istishna’ (xxx)

Hak bagi hasil :

Pembiayaan mudharabah (xxx)

Pembiayaan musyarakah (xxx)

Pendapatan sewa (xxx)

Jumlah Pengurang (xxx)

Penambah :

Pendapatan periode sebelumnya yang kasnya diterima pada periode berjalan :

Penerimaan pelunasan piutang :

Margin murabahah xxx

Istishna’ xxx

Pendapatan sewa xxx

Penerimaan piutang bagi hasil :

Pembiayaan mudharabah xxx

Pembiayaan musyarakah xxx

Jumlah Penambah xxx

Pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil

Bagi hasil yang menjadi hak bank syariah xxx

Bagi hasil yang menjadi hak pemilik dana xxx

Dirinci atas :

Hak pemilik dana atas bagi hasil yang sudah didistribusikan xxx

Hak pemilik dana atas bagi hasil yang belum didistribusikan xxx

28

Page 29: Makalah Pelaporan Korporat

PT BANK SYARIAH “X”

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

Untuk Periode yang berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015

Sumber Dana Zakat

Zakat dari dalam bank syariah xxx

Zakat dari pihak luar bank syariah xxx

Jumlah sumber dana zakat xxx

Penggunaan Dana Zakat

Fakir (xxx)

Miskin (xxx)

Amil (xxx)

Muallaf (xxx)

Orang yang terlilit hutang (gharim) (xxx)

Riqab (xxx)

Fisabilillah (xxx)

Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) (xxx)

Jumlah Penggunaan Dana Zakat (xxx)

Kenaikan (penurunan) dana zakat xxx

Saldo awal dana zakat xxx

Saldo akhir dana zakat xxx

29

Page 30: Makalah Pelaporan Korporat

PT BANK SYARIAH “X”

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

Untuk Periode yang berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015

Sumber Dana Kebajikan

Infak, Zakat dari dalam bank syariah xxx

Sedekah xxx

Hasil pengelolaan wakaf xxx

Pengembalian dana kebijakan produktif xxx

Denda xxx

Pendapatan non halal xxx

Jumlah Sumber Dana Kebajikan xxx

Penggunaan Dana Kebajikan

Dana kebajikan produktif (xxx)

Sumbangan (xxx)

Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum (xxx)

Jumlah Penggunaan Dana Kebajikan (xxx)

Kenaikan (penurunan) dana kebajikan xxx

Saldo awal dana kebajikan xxx

Saldo akhir dana kebajikan xxx

2.6. Instrumen Keuangan Syariah

Instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Akad investasi merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty contract.

Kelompok akad ini adalah :

a. Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua belah pihak atau lebih, di mana

pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumah modal kepada pengelola

(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil atas

keuntungan yang diperoleh menurut kesepakatan di muka, sedangkan apabila terjadi

kesengajaan atau kelalaian oleh mudharib. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam

kontribusi 100% modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.

30

Page 31: Makalah Pelaporan Korporat

b. Musyakarah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal (mitra

musyakarah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama

dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan,

sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.

Bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang dagangan

(trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan

(property), peralatan (equipment) atau hak paten/goodwill (intangible asset),

kepercayaan atau reputasi (credit-worthiness), dan lainnya.

c. Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah.

d. Saham syariah produknya harus sesuai syariah. Syarat lainnya perusahaan tersebut

memiliki piutang dagang yang relatif kecil dibandingkan total asetnya (Dow Jones

Islamic: kurang dari 45%, 2) perusahaan tersebut memiliki utang yang kecil

dibandingkan nilai kapitalisasi pasar (Dow Jones Islamic: kurang dari 33%, 3)

perusahaan memiliki pendapatan bunga kecil (Dow Jones Islamic : kurang dari 5%).

2. Akad jual beli/sewa-menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk

certainty contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut :

a. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan

dan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli.

b. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada.

Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai.

Sekilas transaksi ini mirip ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga,

dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.

c. Istishna’ memiliki sistem yang mirip dengan salam, namun dalam istishna’

pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali (termin) datau

ditanggungkan selama jangka waktu tertentu. Biasanya istishna’ diaplikasikan pada

pembiayaan manufaktur dan kontruksi dengan kontrak pembelian barang melalui

pesanan (order khusus). Pembeli menugasi produsen (al sani’) untuk menyediakan al-

mashnu (barang pesanan), sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli (al-mustsani’)

dan menjualnya dengan harga yang disepakati.

d. Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk

mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.

31

Page 32: Makalah Pelaporan Korporat

3. Akad lainnya meliputi :

a. Sharf adalah perjajian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli

mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang yang

sejenis maupun yang tidak sejenis.

b. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada pihak

yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil pihak penerima

titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut. Wadiah terbagi

menjadi dua yaitu Wadiah Amanah dimana uang/barang yang dititipakn hanya boleh

disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Wadiah Yadhamanah dimana uang/barang

yang dititipkan hanya boleh didayagunakan dan hasil penggunadayaan tidak terdapat

kewajiban untuk dibagihasilkan pada pemberi titipan.

c. Qardhul Hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan, waktu

pengembalian pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman.

Biaya administrasi, dalam jumlah yang terbatas diperkenankan untuk dibebankan

kepada peminjam.

d. Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak ke pihak lain. Untuk jasanya

itu, yang dititipkan dapat memperoleh fee sebagai imbalan.

e. Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas pembayaran

utang satu pihak pada pihak lain.

f. Hiwalah adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama (al-muhil) kepada

pihak lain (al-muhal’alaih)atas dasar saling mempercayai.

g. Rahn adalah sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan aset. Berupa penahanan

harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

DAFTAR PUSTAKA

Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutes. 2010. Accounting, Auditing and

Governance Standards.

Sri Nurhayati dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empat: Jakarta.

32