makalah pdrb kab. muaro jambi

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum PDRB sebagai salah satu alat untuk mengetahui struktur ekonomi suatu wilayah, diyakini merupakan indikator penting dalam menentukan arah pembangunan. Dengan memperhatikan besarnyaperanan masing-masing sektor dalam PDRB skala perioritas pembangunan dapat ditentukan. Tingkat pertumbuhan riil PDRB merupakan cerminan tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu daerah. Sedangkan pendapatan perkapita per tahun merupakan salah satu indikator penting yang menggambarkan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Indikator-indikator tersebut merupakan acuan dalam melakukan evaluasi dan perencanaan program pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan. Dari hasil penghitungan PDRB diharapkan dapat menggambarkan keadaan perekonomian suatu wilayah yang sesungguhnya. Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Muaro Jambi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005– 2009 yang merupakan lanjutan dari publikasi tahun sebelumnya, diharapkan publikasi ini dapat bermanfaat bagi pihak Pemerintah sebagai perencana pembangunan ekonomi dan pihak swasta sebagai pelaku ekonomi dalam rangka peningkatan investasi di daerah ini. 1

Upload: denra-razak

Post on 24-May-2015

4.513 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah pdrb kab. muaro jambi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umum

PDRB sebagai salah satu alat untuk mengetahui struktur ekonomi suatu

wilayah, diyakini merupakan indikator penting dalam menentukan arah

pembangunan. Dengan memperhatikan besarnyaperanan masing-masing sektor

dalam PDRB skala perioritas pembangunan dapat ditentukan.

Tingkat pertumbuhan riil PDRB merupakan cerminan tingkat keberhasilan

pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu daerah. Sedangkan pendapatan

perkapita per tahun merupakan salah satu indikator penting yang menggambarkan

tingkat kesejahteraan

ekonomi masyarakat.

Indikator-indikator tersebut merupakan acuan dalam melakukan evaluasi

dan perencanaan program pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan. Dari

hasil penghitungan PDRB diharapkan dapat menggambarkan keadaan perekonomian

suatu wilayah yang sesungguhnya.

Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Muaro

Jambi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009 yang merupakan lanjutan dari

publikasi tahun sebelumnya, diharapkan publikasi ini dapat bermanfaat bagi pihak

Pemerintah sebagai perencana pembangunan ekonomi dan pihak swasta sebagai

pelaku ekonomi dalam rangka peningkatan investasi di daerah ini.

Pada tahun 2009 ini merupakan sajian kedua awal penyajian resmi seri baru

PDRB sektoral dengan periode penghitungan tahun 2005-2009. pada perinsifnya

metode penghitungan PDB/PDRB menurut lapangan usaha tidak banyak mengalami

perubahan. Secara umum pendekatan pengukuran yang digunakan adalah

perpaduan antara metode langsung (direct method) dengan metode tidak langsung

(indirect method ).

1

Page 2: Makalah pdrb kab. muaro jambi

Klasifikasi lapangan usaha dengan tahun dasar 2000 masih mengacu pada

pola Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) tahun dasar 1993 seperti tertuang

pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1. Klasifikasi Lapangan Usaha/ Sektor Ekonomi

Klasifikasi Lapangan Usaha

1. PERTANIAN

1.1. Tanaman Bahan Makanan

1.2. Tanaman Perkebunan Rakyat

1.3. Tanaman Perkebunan Besar

1.4. Peternakan

1.5. Kehutanan

1.6. Perikanan

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

2.1. Pertambangan

2.2. Penggalian

3. INDUSTRI PENGOLAHAN

3.1. Industri Besar dan Sedang

3.2. Industri Kecil dan Kerajinan Rtg.

4. LISTRIK, GAS DAN AIR

4.1. L i s t r i k

4.2. A i r M i n u m

5. BANGUNAN

6. PERDAGANGAN, RESTORAN DAN HOTEL

6.1. Perdagangan Besar dan Eceran

6.2. R e s t o r a n

6.3. H o t e l

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI

7.1. Pengangkutan

7.1.1. Angkutan Rel

7.1.2. Angkutan Jalan raya

7.1.3. Angkutan Laut

7.1.4. Angkutan Sungai, Danau dan

Penyebranagan

7.1.5. Angkutan Udara

7.1.6. Jasa Penunjang Angkutan

7.2. K o m u n i k a s i

7.2.1. Pos dan Telekomunikasi

7.2.2.Jasa Penunjang Komunikasi

8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA

PERUSAHAAN

8.1.Bank

8.2.Lembaga Keuangan Tanpa Bank

8.3.Jasa Penunjang Keuangan

8.4.Sewa Bangunan

8.5.Jasa Perusahaan

9. J A S A - J A S A

9.1. Pemerintahan dan Pertahanan.

9.1.1.Adm Pemerintahan & Pertahanan

9.1.2.Jasa Pemerintahan Lainnya

9.2. S w a s t a

9.2.1. Sosial dan Kemasyarakatan

9.2.2. Hiburan dan Rekreasi

9.2.3. Perorangan dan Rumah Tangga

2

Page 3: Makalah pdrb kab. muaro jambi

1.2. Latar Belakang Perubahan Tahun Dasar

Tahun dasar merupakan satu konsep penting yang secara spesifik digunakan

untuk penghitungan PDB/PDRB. Konsep ini digunakan untuk menghitung PDB/PDRB

baik dari sisi produksi (sektoral) maupun dari sisi penggunaan (permintaan) dari

pendekatan ini dapat diturunkan estimasi PDB/PDRB atas dasar harga konstan

(ADHK) yang menggunakan perubahan nilai PDB/PDRB yang hanya dipengaruhi oleh

perubahan volume atau kuantum. Secara total estimasi PDB/PDRB tersebut

menggambarkan perubahan ekonomi secara nyata (riil) disuatu Negara/wilayah.

Dalam rekomendasi yang dibuat oleh PBB dijelaskan bahwa tahun dasar yang

digunakan dalam PDB/PDRB seharusnya selalu diperbaharui (Up-date) mengikuti

perkembangan ekonomi yang terjadi. Idealnya perubahan tahun dasar ini dilakukan

setiap 5(lima) atau 10 (sepuluh) tahun sekali yang dilakukan melalui proses

“Rebasing”. Secara sederhana rebasing ini diartikan sebagai suatu proses penetapan

kembali tahun dasar baru yang dipakai dalam penghitungan PDB/PDRB.

Lebih jauh dalam panduan yang disusun oleh PBB tersebut dikatakan bahwa

agar seluruh Negara selalu berupaya untuk memperbaharui tatacara serta teknik

penghitungan PDB/PDRB dengan menggunakan tahun dasar yang dianggap Up to

date dengan menggunakan kaidah-kaidah terkini, sehingga informasi yang dihasilkan

akan selalu relevan dan mampu menjelaskan perubahan atau penomena ekonomi

yang terjadi.

Dengan dasar tersebut maka dipandang perlu untuk merubah tahun dasar

dalam penghitungan PDB/PDRB yang selanjutnya digunakan sebagai tahun dasar

rujukan (reference year).

1.3. Tahun Dasar

Tahun dasar merupakan salah satu tahun yang ditetapkan sebagai dasar

waktu rujukan bagi penghitungan PDB/PDRB berawal dari titik waktu tersebut

seluruh perkembangan dan pertumbuhan kinerja ekonomi akan diukur. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa penetapan tahun dasar merupakan suatu langkah

penting dan strategi bagi terwujudnya kualitas data PDB/PDRB yang lebih baik

khususnya untuk tahun-tahun setelah tahun dasar. Ketidaktepatan dalam

penentuan tahun dasar akan berakibat buruk terhadap mutu data PDB/PDRB.

3

Page 4: Makalah pdrb kab. muaro jambi

Tahun dasar tersebut digunakan sebagai pijakan untuk menghitung

perubahan-perubahan agregat ekonomi seperti nilai riil, struktur ekonomi, laju

pertumbuhan ekonomi dan tingkat perkembangan harga (indeks implisit), baik

untuk PDB/PDRB secara keseluruhan maupun masing-masing komponen permintaan

akhir. Selain itu tahun dasar juga dipakai sebagai waktu rujukan atau menjadi tahun

konstan (tetap) dalam pengukuran PDB/PDRB terutama jika ingin mengesampingkan

aspek harga. Dalam hal ini yang harus dilakukan adalah membandingkan/menilai

seluruh data pada tahun berjalan dengan data tahun dasar.

Karena tidak semua tahun kondisinya cukup refrecentatif untuk dijadikan

tahun dasar, maka diperlukan beberapa persyaratan untuk memilihnya, yakni pada

tahun tersebut :

- Kondidi ekonomi relatif stabil ( aspek riil dan moneter), tidak terjadi peristiwa -

peristiwa besar yang menyebabkan kegiat an ekonomi berjalan secara tidak

normal.

- Awal dari suatu peristiwa besar dimana semua hasil pembangunan (kinerja)

ekonomi akan dibandingkan dengan kondisi saat ini.

- Kelengkapan data dasar yang digunakan sebagai input dalam penyusunan

PDB/PDRB, baik yang berupa data produk (kuantum) / indikator harga, struktur

input, data pelengkap (mark up), indeks harga, destinasi produk dan sebaginya

cukup memadai.

Mengingat besarnya peranan tahun dasar dalam penghitungan PDB/PDRB,

maka penetapannya harus didasarkan pada pertimbangan yang hati-hati dan

bijaksana. Berdasarkan pengalaman menunjukan bahwa adanya perubahan tahun

dasar akan menyebabkan perubahan-perubahan terhadap besaran data PDB/PDRB

dan berbagai data turunannya. Kondisi ini tentunya akan membawa dampak

terhadap berbagai pihak yang menggunakan data PDB/PDRB

Untuk itu dalam penetapan tahun dasar perlu dilibatkan berbagai pihak atau

instansi yang berkepentingan terhadap data PDB/PDRB.

4

Page 5: Makalah pdrb kab. muaro jambi

1.4. Alasan diperlakuakannya Rebasing

Pada hakekatnya rebasing atau dalam istilah lain disebut pula sebagai re-

reference merupakan suatu perubahan tahun dasar yang telah dugunakan selama

ini dalam penghitungan PDB/PDRB dengan suatu tahun yang dianggap representatif.

Penetapan tahun dasar baru tersebut didasarkan pada pernyataan yang

tertuang dalam buku System of National Accounts (SNA’93) sbb. :

” In general constant price series should not be allowed to run for more than 5, or

all the most, 10 years without rebasing. It is therefore recommended that

disaggregated constant price data should the publishedfor as many of the flows of

goods and services the system as possible, with a change of base year about every

5 years ( par 16 : 76 ).

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sebaiknya tahun dasar

dirubah sesering mungkin atau minimal setiap 5 tahun sekali. Untuk Indonesia,

tahun dasar baru yang ditetapkan adalah tahun dasar 2000 alasan yang melatar

belakangi penentuan tahun tersebut adalah sebagai berikut :

1. Karena seri data PDB/PDRB yang menggunakan tahun dasar sebelumnya (1993)

dianggap sudah terlalu tua(lama), selain itu seri tahun dasar tersebut sudah tidak

sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi yang terjadi.

2. Merupakan kesepakatan bersama bahwa yang dideklarasi oleh Negara-negara di

Wilayah Asia Pasifik (UN-ESCAP), agar hasil pengukuran PDRB yang diperoleh

dapat dibandingkan secara langsung.

3. Tahun 2000 merupakan awal berlangsungnya proses pemulihan ekonomi

Indonesia setelah dilanda krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997.

4. Kondisi ekonomi Indonesia tahun 2000 relatif stabil

5. Tersedianya perangkat data yang lengkap, yang disajikan dalam table I-O tahun

2000 (tingkat pusat) dan table I-O Propinsi tahun 2007 . Melalui Tabel I-O

keseimbangan antara transaksi supply dan demand atas berbagai produk barang

dan jasa di Wilayah domestik dapat dikontrol dengan lebih baik.

6. Tersedianya perangkat data SNA tahun 2000, yang menyajikan informasi

mengenai keseimbangan antara penerimaan dan konsumsi nasional. Perangkat

ini khususnya digunakan sebagai control dalam pengukuran PDRB menurut

penggunaan.

5

Page 6: Makalah pdrb kab. muaro jambi

7. Adanya pembaharuan konsep-konsep yang berbasis pada SNA’93, meski belum

seluruh konsep dapat diaplikasikan.

Dengan alasan-alasan tersebut maka pertimbangan untuk mengganti tahun dasar

merupakan suatu kebutuhan utama bagi penyempurnaan estimasi data PDB baik

ditingkat Nasional maupun PDRB regional( Daerah).

Proses perubahan atau penetapan tahun dasar baru yang disebut sebagai “ Re –

basing “ ini didasarkan pada beberapa prinsip utama sebagai berikut :

- Re-basing dibangun untuk penghitungan PDB/PDRB menurut runtun waktu (time

series) baik secara keseluruhan (total) maupun menurut masing-masing

komponen penggunaan akhir.

- Re-basing sebaiknya dilakukan hanya untuk waktu terbatas, karena semakin

panjang selang waktu yang dipakai maka kemungkinan semakin besar hasilnya

menjadi bias atau kurang merefleksikan keadaan sebenarnya.

- Re-basing dianjurkan untuk tidak disusun pada tahun-tahun sebelum tahun

dasar 2000, kecuali untuk keperluan penyusunan model-model ekonomi.

- Dalam proses rebasing tahun yang dipilih sebagai tahun dasar baru harus

merupakan tahun dimana kondisi ekonomi relative stabil.

- Selain itu pada tahun dasar tersebut data dasar yang digunakan sebagai dasar

penyusunan PDB/PDRB harus lengkap.

1.5. Aplikasi atas Rebasing

Penyeragaman tahun dasar ini penting untuk alasan keterbandingan,

harmonisasi (penyelarasan) serta konsistensi perangkat data PDB/PDRB tersebeut.

Dengan tersedianya data PDB/PDRB yang menggunakan tahun dasar yang

sama akan memudahkan pemakai data dalam melakukan analisis keterbandingan

bahkan dalam membangun modelmodel ekonomi (pembangunan) . selain itu

penyamaan tahun dasar ini diharapkan juga dapat memperkecil perbedaan hasil

pengukuran PDB yang disusun secara nasional dengan PDRB yang disusun pada

hirarkhi yang lebih rendah.

6

Page 7: Makalah pdrb kab. muaro jambi

Dengan adanya perubahan tahun dasar ini diyakini akan memberikan

dampak terhadap perbedaan hasil pengukuran PDB yang telah dihitung dengan

menggunakan tahun dasar sebelumnya. Perbedaan-perbedaan penting ini ditandai

dengan perbedaan pada: nlai normal (ADHB) jika ada perbaikan lingkup, nilai nyata

(ADHK), struktur komposisi ekonomi, pertumbuhan riil, serta indeks implicit

PDB/PDRB pada masing-masing komponen penggunaan. Meskipun perbedaan ini

dapat dijelaskan secara ilmiah tetapi akan dirasakan adalah dampak politisnya.

1.6. Konsep dan Definisi

Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Pendapatan Regional

ini adalah sbb:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar

Angka PDRB atas dasar harga pasar diperoleh dari penjumlahan nilai

tambah bruto (NTB), yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan,

yaitu upah dan gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak

tak langsung dari seluruh sector perekonomian yang ada di wilayah

Kabupaten Muaro Jambi.

2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar

Pada PDRN atas dasar harga pasar ini sudah dikeluarkan nilai

penyusutan. Penyusutan adalah susutnya nilai barang modal yang terjadi

selama barang-barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi.

Penyusutan disini adalah nilai susut seluruh barang di sector perekonomian

dalam Kabupaten Muaro Jambi.

3. PDRN Atas Dasar Biaya Faktor Produksi

Diperoleh dari PDRN Atas Dasar Harga Pasar dikurangi pajak tak

langsung neto. Pajak Tak Langsung Netto adalah pajak tak langsung dikurangi

subsidi.

Pajak tak langsung meliputi pajak penjualan, pajak tontonan, bea

ekspor dan impor, cukai dan lain lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak

perseroan.

7

Page 8: Makalah pdrb kab. muaro jambi

4. Pendapatan Regional

Berdasarkan konsep - konsep di atas dapat diketahui bahwa PDRN

Atas Dasar Biaya Faktor sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-

faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di Kabupaten Muaro

Jambi. Balas jasa faktor produksi meliputi : upah dan gaji; bunga sewa tanah

dan laba/keuntungan, atau merupakan pendapatan yang berasal dari

wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Selain itu ada juga pendapatan yang

mengalir keluar dari Kabupaten Muaro Jambi.

Pendapatan Regional Kabupaten Muaro Jambi adalah PDRN Atas

Dasar Biaya Faktor ditambah dengan pendapatan dan penerimaan dari luar

Kabupaten Muaro Jambi dikurangi dengan pendapatan/penerimaan yang

mengalir keluar Kabupaten Muaro Jambi. Dalam penghitungan ini

pendapatan keluar dan masuk diasumsikan saling meniadakan. Sehingga

PDRN Atas Dasar Biaya Faktor sama dengan Pendapatan Regional.

5. PDRB per Kapita

Merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun.

6. Pendapatan Regional per Kapita

Nilai PDRN atas dasar biaya faktor dibagi dgn jumlah penduduk

pertengahan tahun.

7. Sektor Primer

Sektor Primer terdiri dari Sektor Pertanian serta Sektor

Pertambangan dan Penggalian.

8. Sektor Sekunder

Sektor Sekunder terdiri dari Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik,

Gas dan Air Bersih serta Sektor Bangunan.

9. Sektor Tersier

Sektor Tersier terdiri dari Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran,

Sektor Pengangkutan & Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan serta Sektor Jasa-jasa.

8

Page 9: Makalah pdrb kab. muaro jambi

BAB II

METODOLOGI

2.1. Metode Penghitungan PDRB

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dihitung berdasarkan harga pada tahun

berjalan yaitu tahun 2009. PDRB Atas Dasar Harga Konstan dihitung produksi atas

dasar harga pada tahun 2000.

2.1.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku.

Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dapat dilakukan dengan 2

(dua) pendekatan yaitu :

a. Metode Langsung

Pada penghitungan dengan metode ini digunakan data daerah sehingga hasil

penghitungannya memperlihatkan produk dan jasa yang dihasilkan di daerah

tersebut. Metode penghitungan ini dapat dilakukan dengan 3 (tiga) macam

pendekatan, yaitu :

a.1. Pendekatan Produksi ( Produc Approach )

Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari

barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara

mengurangkan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap-tiap

sektor atau sub sektor. Pendekatan ini biasa juga disebut dengan pendekatan

nilai tambah.

Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan

jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input

antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi

atas ikut sertanya dalam proses produksi.

a.2. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach )

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan

ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor

produksi, seperti upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak

langsung neto. Untuk sector pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya

tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk

dalam surplus usaha di sini adalah bunga, sewa tanah, dan keuntungan.

9

Page 10: Makalah pdrb kab. muaro jambi

a.3. Pendekatan Pengeluaran ( Expenditure Approach )

Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan

akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah kabupaten/kota.

Pendekatan pengeluaran ini digunakan untuk menghitung PDRB menurut

sudut penggunaan secara terperinci.

b. Metode Tidak Langsung (Metode Alokasi)

Yaitu metode penghitungan nilai tambah dengan menggunakan data

regional, yaitu menggunakan Metode Alokasi. Alokator yang biasa digunakan antara

lain didasarkan atas :

1. Nilai Produksi Bruto atau Neto

2. Tenaga Kerja

3. Penduduk

4. Jumlah Produksi Fisik

5. Alokator lainnya yang dianggap cocok untuk daerah tersebut.

2.1.2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

Seperti telah diketahui bahwa angka-angka pendapatan regional atas dasar

harga konstan adalah sangat penting untuk melihat pertumbuhan riil dari tahun ke

tahun bagi setiap agregat ekonomi. Agregat ekonomi yang dimaksud adalah PDRB,

PDRB per Kapita dan Pendapatan Regional per Kapita.

Metode Dasar Untuk Penghitungan Pertumbuhan Riil

Perkembangan produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku dari

tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya

perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan serta perubahan

dalam tingkat harganya.

Oleh karenanya untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau

perkembangan produktivitas secara nyata, factor pengaruh atas perubahan harga

perlu dihilangkan dengan caramenghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan.

Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk perencanaan

ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertiumbuhan ekonomi secara keseluruhan

maupun sektoral. Produk riil per kapita juga dipakai sebagai indikator untuk

menggambarkan perubahan tingkat kemakmuran ekonomi dari tahun ke tahun.

10

Page 11: Makalah pdrb kab. muaro jambi

Dari segi metode statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat diperoleh

dengan cara :

a. Revaluasi

Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi masing-masing tahun dengan

menggunakan tahun dasar.

b. Ekstrapolasi

Metode ini dilakukan dengan cara memperbaharui (updating) nilaitahun dasar

sesuai dengan indeks produksi atau tingkat pertumbuhan riil dari tahun ke

tahun.

c. Deflasi

Metode ini dilakukan dengan membagi nilai masing-masing tahun dengan relatif

harga yang sesuai (indeks harga ( 1/100 ).

Perlu diperhatikan disini dalam kasus ekstrapolasi yang dihitung berdasarkan tingkat

pertumbuhan riil itu sendiri dapat dihitung dengan menggunakan revaluasi atau

deflasi. Metode penghitungan yang sebenarnya, dapat menggunakan kombinasi dari

ketiga metode

tersebut.

2.2. Cara Penyajian Angka Indeks

Agregat-agregat pendapatan seperti yang telah diuraikan pada konsep dan

definisi sebelumnya, secara seri dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu atas dasar

harga berlaku dan atas dasar harga konstan suatu tahun dasar.

a. Penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar

harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi

dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen

pengeluaran PDRB.

b. Penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat

Pendapatan dinilai atas dasar harga tetap yang terjadi pada tahun dasar. Karena

menggunakan harga tetap maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun

ke tahun sematamata karena perkembangan produksi riil dan bukan fluktuasi

kenaikan harga.

11

Page 12: Makalah pdrb kab. muaro jambi

Agregat-agregat pendapatan juga disajikan dalam bentuk angka indeks yaitu

indeks perkembangan, laju pertumbuhan dan indeks harga implisit, yang masing-

masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Indeks Perkembangan

Diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai

pada tahun dasar dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan

agregat pendapatan dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya.

b. Angka Laju Pertumbuhan

Diperoleh dengan membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada

tahun sebelumnya dikalikan 100 kemudian dikurangi 100. Angka ini menunjukkan

tingkat perkembangan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun

dibandingkan tahun sebelumnya.

c. Indeks Harga Implisit

Didapat dengan membagi nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas dasar

harga konstan untuk masing-masing tahunnya, kemudian dikalikan 100. Indeks ini

menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga

pada tahun dasar.

Selanjutnya bila dari indeks harga implisit ini dibuatkan indeks berantainya, akan

terlihat tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya.

12

Page 13: Makalah pdrb kab. muaro jambi

BAB III

URAIAN SEKTORAL

3.1. SEKTOR PERTANIAN

3.1.1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor tanaman bahan makanan meliputi kegiatan bercocok tanam

untuk menghasilkan segala jenis tanaman yang digunakan untuk keperluan

bahan makanan dan diusahakan secara perorangan ataupun bersama, tanpa

memperhatikan hak, bentuk hukum maupun ukuran dan lokasinya. Jenis

komoditi yang dicakup adalah jagung, padi, ketela pohon, ketela rambat,

sayursayuran dan buah-buahan.

Untuk penghitungan output yang mencakup data produksi dan harga

produsen setiap komoditi, datanya diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Muaro Jambi dan Dinas Pertanian. Sedangkan data rasio biaya

antara dan penyusutan diperoleh dari Survei Khusus Pendapatan Regional

(SKPR) .

3.1.2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan

3.1.2.1. Perkebunan Rakyat

Perkebunan rakyat mencakup komoditi perkebunan yang

diusahakan oleh rakyat seperti karet, kopi, kelapa, tebu, kapuk dan

tembakau. Disamping itu termasuk pula produksi ikutannya dan hasil

pengolahan sederhana seperti karet remah, gula merah, minyak kelapa

rakyat dan tembakau olahan. Data produksi diperoleh dari Dinas

Perkebunan. Rasio biaya antara dan penyusutan dari Survei Khusus

Pendapatan Regional (SKPR).

3.1.2.2. Perkebunan Besar

Perkebunan Besar ini mencakup komoditi perkebunan yang

diusahakan oleh perusahaan perkebunan yang besar seperti karet, teh,

kelapa sawit, dsb. Cara penghitungan nilai tambah sama seperti

perkebunan rakyat.

13

Page 14: Makalah pdrb kab. muaro jambi

3.1.3. Sub Sektor Peternakan

Kegiatannya dalam sub sektor peternakan ini meliputi usaha

pemeliharaan hewan ternak dan unggas dengan tujuan untuk

dikembangbiakkan atau diambil hasil-hasilnya, baik dilakukan sebagai usaha

rumah tangga maupun oleh perusahaan peternakan.

Jenis ternak yang dicakup meliputi sapi, kerbau, kuda, babi,

kambing/domba, ayam dan itik, sedangkan hasil-hasil ternak adalah telur,

kulit, susu dan sebagainya. Data jumlah produksi ternak diperoleh dari Dinas

Pertanian Kabupaten Muaro Jambi.

Rasio biaya antara dan penyusutan diperoleh dari Survei Khusus

Pendapatan Regional (SKPR). Dalam penghitungan seri ini, jasa pemotongan

ternak sudah dikeluarkan dari sub sektor ini dan dimasukkan ke sektor

industri.

3.1.4. Sub Sektor Kehutanan

Kegiatan subsektor ini mencakup kegiatan penebangan / pemotongan

segala jenis kayu dan pengambilan hasil-hasil hutan. Produksinya meliputi

kayu glondongan (logs), rotan, damar, sarang burung dan getah-getahan.

Untuk penghitungannya, data produksi bersumber dari Dinas Kehutanan.

Sedangkan data harga produsen yang digunakan diperoleh dengan

mengurangi data harga yang ada dengan margin perdagangan dan biaya

pengangkutan. Rasio biaya antara dan penyusutan diperoleh dari Survei

Khusus Pendapatan Regional. Dalam sub sektor ini kayu gergajian tidak

diklasifikasikan ke dalam sub sektor kehutanan tetapi dialihkan ke sektor

industri.

3.1.5. Sub Sektor Perikanan

Sub sektor perikanan meliputi kegiatan pengusahaan perikanan darat,

tambak maupun laut. Kegiatannya mencakup pemeliharaan dan penangkapan

segala jenis ikan, binatang air serta hasil hasil tangkapan lainnya. Data

penghitungan output diperoleh dari Dinas Pertanian. Rasio biaya antara dan

penyusutan diperoleh dari Khusus Pendapatan Regional.

14

Page 15: Makalah pdrb kab. muaro jambi

3.2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Data produksi diperoleh dari Direktorat Jendral Pertambangan Migas melalui

Badan Pusat Statistik serta Kantor Pertambangan dan Energi. Data harga untuk

menilai minyak bumi adalah dari harga ekspor (FOB), sedangkan untuk gas bumi

adalah harga dalam MScf. Biaya antara untuk masing-masing komoditi diperoleh

dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output hasil penyusunan.

3.3. SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Industri diklasifikasikan 2 kelompok besar yaitu Industri Migas dan Industri

Tanpa Migas. Di Kabupaten Muaro Jambi berkembang hanya industri pengolahan

tanpa migas yang dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) jenis sesuai dengan KLUI

(Kasifikasi Lapangan Usaha Indonesia) Sektor Industri, yaitu :

1. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

2. Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki

3. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya

4. Industri Kertas dan Barang Cetakan

5. Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet

6. Industri Semen dan Barang Galian bukan Logam

7. Industri Logam Dasar Besi dan Baja

8. Industri Barang dari Logam, Mesin & Peralatannya

9. Industri Barang Lainnya.

Dalam penghitungan nilai output, biaya antara dan nilai tambah atas dasar

harga berlaku, untuk sub sektor Industri Besar dan Sedang (B/S) didasarkan pada

data yang diperoleh dari Survei Industri Besar dan Sedang yang dilakukan Badan

Pusat Statistik setiap tahun.

Sedangkan sub sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR),

besarnya output bersumber dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan

(Koperindag) dan Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Rasio biaya antara dan

penyusutan berdasarkan SKPR dan hasil Survei Industri B/S.

15

Page 16: Makalah pdrb kab. muaro jambi

3.4. SEKTOR LISTRIK DAN AIR MINUM

3.4.1. Sub Sektor Listrik

Kegiatan sub sektor ini mencakup pembangkitan dan penyaluran

tenaga listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN)

maupun non PLN. Output masing-masing tahun dihitung dari jumlah Kwh

produksi yang dibangkitkan dikalikan dengan rata-rata tarif per Kwh, dengan

mengurangi nilai output dengan biaya antara maka didapat nilai tambah bruto.

3.4.2. Sub Sektor Air minum

Sub sektor air minum mencakup kegiatan produksi air minum yang

diusahakan oleh Perusahaan Daerah Air minum (PDAM). Data produksi, harga

dan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air minum diperoleh langsung

dari perusahaan tersebut.

3.5. SEKTOR BANGUNAN

Sektor bangunan meliputi kegiatan pembuatan, pemasangan, perombakan,

perbaikan besar atau kecil dari suatu bangunan bukan tempat tinggal, jalan dan

jembatan, instalasi Produk jaringan listrik, pelabuhan, terminal dan berbagai

konstruksi lainnya.

Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan kontraktor atau secara

langsung oleh perseorangan, badan pemerintah dan berbagai pihak lain.

Penghitungan Nilai Produksi, Biaya Produksi, Penyusutan bertitik tolak dari hasil

Pengolahan BPS Survei Konstruksi AKI dan NON AKI tahun 1993.

16

Page 17: Makalah pdrb kab. muaro jambi

3.6. SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran.

Sub sektor perdagangan besar dan eceran mencakup kegiatan

pengumpulan dan pendistribusian barang baru maupun bekas, oleh produsen

atau importir kepada konsumen tanpa mengubah bentuk dan sifat barang-

barang tersebut. Kegiatan pendistribusian/penyaluran dapat melalui pedagang

besar maupun eceran. Pedagang besar adalah pedagang yang umumnya

melayani pedagang eceran atau konsumen lain yang bukan konsumen

rumahtangga, sedangkan Pedagang eceran adalah pedagang yang umumnya

melayani konsumen rumahtangga.

3.6.2. H o t e l

Sub sektor ini menyangkut kegiatan penyediaan akomodasi dengan

menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan,

beserta fasilitas-fasilitas lain yang menunjang, seperti binatu, restoran,

diskotik, tempat olah raga, penyewaan ruangan, dsb. Jenis kegiatan

perhotelan yang dicakup meliputi hotel, losmen, wisma, hostel, pesanggrahan,

bungalow, pondok & sejenisnya, baik yang berbintang maupun yang tidak

berbintang.

3.6.3. R e s t o r a n

Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan bahan makanan dan

minuman jadi yang langsung dikonsumsi/dihidangkan di tempat penjualan,

baik dengan tempat tetap maupun tidak tetap/berpindah-pindah (dijajakan

secara berkeliling). Kegiatan tersebut antara lain meliputi usaha restoran,

warung, kantin, jasa boga, kedai, bakso keliling dan sejenisnya. Kegiatan

sejenis yang dilakukan oleh satuan usaha di sector lain karena sulit dipisahkan,

digolongkan kedalam sektor yang mengusahakannya. Misalnya kegiatan

restoran untuk pelayanan tamu hotel, digolongkan sebagai bagian usaha

perhotelan.

17

Page 18: Makalah pdrb kab. muaro jambi

3.7. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Sektor pengangkutan dan komunikasi mencakup kegiatan pengangkutan

barang dan penumpang, baik melalui darat, laut, sungai dan danau serta udara,

termasuk jasa penunjang angkutan dan kegiatan komunikasi.

3.7.1. Angkutan Darat

Meliputi seluruh kegiatan pengangkutan penumpang dan barang

melalui jalan raya dengan menggunakan kendaraan baik bermotor maupun

tidak bermotor, seperti: truk, oplet, taksi, pick up dan sebagainya.

Data mengenai jumlah kendaraan diperoleh dari Kantor Perhubungan

Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan rata-rata output per kendaraan serta

ratio biaya antara diperoleh dari SKPR.

3.7.2. Angkutan Air

Angkutan Sungai dan Danau :

Mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang

melalui sungai/danau dengan menggunakan kapal/perahu, baik

bermotor maupun tidak bermotor yang sifatnya melayani kegiatan

umum. Output diperkirakan berdasarkan perkalian antara jumlah

perahu/kapal dengan rata-rata output setiap perahu/kapal. Data rata-

rata output per perahu/kapal diperoleh dari hasil SKPR , begitu juga

untuk rasio biaya antara dan penyusutannya.

3.7.3. Jasa Penunjang Angkutan.

Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang

sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan.

Kegiatannya meliputi terminal, parkir dan pergudangan.Perkiraan output

kegiatan pergudangan dari jumlah ton bongkar/muat barang dengan rata-

rata output per ton.

Biaya antara dan penyusutan dihitung berdasarkan rasio terhadap

outputnya. Output atas dasar harga konstan 1993 pada umumnya diperoleh

dengan cara ekstrapolasi, dengan menggunakan perkembangan indikator

produksi masing-masing sebagai ekstrapolatornya.

18

Page 19: Makalah pdrb kab. muaro jambi

3.7.4. Komunikasi

Sub sektor komunikasi ini meliputi kegiatan Pos & Giro dan

Telekomunikasi. Untuk kegiatan pos dan giro meliputi: pemberian jasa Pos &

Giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan

sebagainya. Perkiraan output atas dasar harga berlaku didasarkan pada data

produksi dan pendapatan Perum Pos dan Giro se-Kabupaten Muaro Jambi.

Output atas dasar harga berlaku didapat dari data yang bersumber

dari laporan PT.Telkom Propinsi Jambi. Output atas dasar harga konstan

2000 dihitung dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang,

yang meliputi jumlah pulsa otomat, menit interlokal dalam negeri dan luar

negeri, banyak kata telegram dan sejenisnya. Data-data tersebut bersumber

dari Badan Pusat Statistik dan PT. Telkom.

3.8 SEKTOR BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

3.8.1. B a n k

Penghitungan output dan nilai tambah bruto bank atas dasar harga

berlaku didapat dari Bank Indonesia. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar

harga konstan 2000 diperoleh dengan cara Deflasi, yaitu menggunakan indeks

harga konsumen sebagai deflator.

3.8.2. Lembaga Keuangan Tanpa Bank

3.8.2.1. Asuransi

Penghitungan nilai tambah bruto untuk asuransi diperoleh dari

hasil SKPR. Nilai output pada umumnya didapat dengan mencari selisih

antara penerimaan premi dan klaim ditambah penerimaan lainnya.

Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 didapat dengan cara

mendeflate nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan indeks

harga konsumen kelompok lainnya.

3.8.2.2. Koperasi Simpan Pinjam

Penghitungan atas dasar harga berlaku diperoleh langsung dari

data sisa hasil usaha (SHU) koperasi simpan pinjam, data ini merupakan

komponen nilai tambah neto sub sektor ini. Nilai tambah atas dasar

harga konstan 2000 juga diperoleh dengan cara ekstrapolasi.

19

Page 20: Makalah pdrb kab. muaro jambi

3.8.2.3. Pegadaian

Data output dan biaya produksi serta penyusutan diperoleh dari

Perum Pegadaian setiap tahun.

3.8.3. Sewa Rumah

Sewa rumah mencakup segala kegiatan jasa yang berhubungan dengan

proses penggunaan rumah/bangunan sebagai tempat tinggal tanpa

memperhatikan apakah rumah tersebut milik sendiri atau rumah yang disewa.

Untuk perkiraan output atas dasar harga berlaku dipakai data rata-rata

sewa rumah per kapita per bulan (hasil survey sosial ekonomi

nasional/susenas). Pada tahun-tahun yang tidak ada susenas, rata-rata sewa

rumah per kapita per bulan dicari dengan menggerakkan indeks harga

konsumen komponen perumahan dan dikalikan dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun pada tahun yang bersangkutan.

3.8.4. Jasa Perusahaan

Meliputi usaha kegiatan jasa yang pada umumnya diberikan kepada

perusahaan seperti jasa pengacara, notaris, akuntan, jasa arsitektur, konsultan

teknik pajak, jasa pengadaan tenaga kerja, pengolahan data, periklanan, riset

pemasaran, sewa menyewa mesin dan peralatan lainnya.

3.9 J A S A - J A S A

3.9.1. Pemerintahan dan Pertahanan

Penghitungan nilai tambah sub sektor ini berdasarkan data realisasi

pengeluaran Pemerintah Pusat (KPN, Polwil dan Korem), dan Pemerintah

Daerah (Daftar K2 dan K3).

Rincian produk sub sektor ini terdiri dari upah dan gaji Pegawai

Pemerintah Pusat/Daerah, perkiraan komponen upah dari belanja

pembangunan, ditambah perkiraan penyusutan sebesar lima persen.

20

Page 21: Makalah pdrb kab. muaro jambi

3.9.2. Swasta

3.9.2.1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan

Mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan serta jasa

kemasyarakatan lainnya, seperti sekolah, jasa pendidikan non formal,

rumah sakit, klinik, palang merah, panti asuhan, panti jompo, rumah

ibadah dan sebagainya. Terbatas pada yang dikelola oleh pihak swasta

saja. Output dari sub sektor ini diperoleh dari perkalian antara jumlah

murid menurut tingkatan, jumlah tempat tidur rumah sakit/rumah

bersalin, jumlah dokter dan bidan praktek, jumlah anak yang diasuhnya,

jumlah rumah ibadah dan sebagainya, dengan rata-rata outputnya.

3.9.2.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi

Kegiatan ini meliputi usaha bioskop, studio radio swasta, taman

bacaan serta jasa hiburan/rekreasi lainnya. Output bioskop diperoleh

dari hasil perkalian antara jumlah penonton dengan rata-rata harga

karcis. Sedangkan untuk jasa hiburan/rekreasi lainnya umumnya

merupakan hasil kali antara jumlah pengunjung dengan rata-rata output

per pengunjung. (Hasil SKPR).

Demikian pula rasio biaya antara dan penyusutan diperoleh

berdasarkan SKPR. Untuk memperoleh output atas dasar harga konstan

2000 digunakan metode ekstrapolasi, dengan ekstrapolator indikator

masing-masing kegiatan.

3.9.2.3. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

Sub sektor ini mencakup kegiatan-kegiatan perbengkelan,

reparasi, jasa perseorangan dan pembantu rumah tangga. Output untuk

masing-masing kegiatan kecuali pembantu rumah tangga, diperoleh dari

perkalian antara jumlah tenaga kerja/perusahaan dengan rata-rata

output per tenaga kerja/perusahaan.

Sedangkan untuk pembantu rumah tangga diperoleh dari

perkalian antara rata-rata pengeluaran per kapita untuk pembantu

rumah tangga (Hasil SUSENAS) dengan jumlah penduduk.

Data biaya antara dan data penyusutan umumnya didasarkan

atas rasio biaya antara dan penyusutan terhadap outputnya.

21

Page 22: Makalah pdrb kab. muaro jambi

BAB IV

TINJAUAN PEREKONOMIAN

KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2009

Gambaran mengenai perkembangan taraf kesejahteraan rakyat dapat

ditinjau dari perspektif obyektif dan subyektif. Perspektif obyektif yang di dasari

pada ukuran dan indikator yang dapat mengidentifikasikan status kesejahteraan

rakyat tanpa melibatkan persepsi responden. Persepsi subyektif didasarkan pada

pandangan atau persepsi masyarakat terhadap perubahan taraf hidup dan

kesejahteraan yang mereka rasakan dalam suatu periode tertentu.

Berdasarkan perspektif obyektif penyusunan PDRB merupakan salah satu

indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan perekonomian suatu wilayah.

PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi

dari tahun ke tahun, sedangkan PDRB atas harga berlaku dapat digunakan untuk

melihat pergeseran dan struktur ekonomi suatu wilayah.

PDRB dan Perkembangan Ekonomi

PDRB Kabupaten Muaro Jambi atas dasar harga berlaku Tahun 2009 tercatat

sebesar 3.494645.96 juta rupiah, meningkat 13.06 persen bila dibandingkan dengan

keadaan yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan berdasarkan harga konstan

PDRB Kabupaten Muaro Jambi mencapai 1.117.610.66 juta rupiah, pertumbuhannya

meningkat sebesar 5.52 persen bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun

sebelumnya.

Selama kurun waktu tahun 2007 sampai 2009, PDRB Kabupaten Muaro Jambi

mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 PDRB Kabupaten Muaro Jambi

mengalami peningkatan sebesar 206.26 persen bila dibandingkan dengan tahun

2007. Indeks perkembangan PDRB Kabupaten Muaro Jambi selama tahun 2007-2009

juga mengalami peningkatan. Tahun 2009 indeks perkembangan PDRB Kabupaten

Muaro Jambi sebesar 276.44. Angka ini lebih besar bila dibandingkan dengan tahun

2007 yang sebesar 274.35.

Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Kabupaten Muaro Jambi tahun

2009 berkembang 122.07 kali lebih besar bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang

perkembangannya sebesar 119.56 kali.

22

Page 23: Makalah pdrb kab. muaro jambi

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Dari isi makala diatas menerangkan tentang Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Muaro Jambi. PDRB sebagai salah satu alat untuk mengetahui

struktur ekonomi suatu wilayah, diyakini merupakan indikator penting dalam

menentukan arah pembangunan. Indikator-indikator tersebut merupakan acuan

dalam melakukan evaluasi dan perencanaan program pembangunan yang telah dan

akan dilaksanakan. Dari hasil penghitungan PDRB diharapkan dapat menggambarkan

keadaan perekonomian suatu wilayah.

Berdasarkan perspektif obyektif penyusunan PDRB merupakan salah satu

indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan perekonomian suatu wilayah.

PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi

dari tahun ke tahun, sedangkan PDRB atas harga berlaku dapat digunakan untuk

melihat pergeseran dan struktur ekonomi suatu wilayah.

Dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Muaro Jambi mengalami peningkatan.

5.2. SARAN

Berdasarkan Makalah diatas di harapkan masukan dan bantuannya untuk

memperbaiki dan menyempurnakan Makalah ini agar bisa lebih baik dan berguna.

Kepada Bapak Dosen Ekonomi Pembangunan “ISMAIL BUHARI, SE, MM” agar

dapat mengkoreksi kebenaran Makalah ini agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

23