makalah pbl blok 28 final.docx

Upload: andre-a-pause

Post on 13-Apr-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    1/17

    1

    Keracunan Pestisida Akibat Pekerjaan

    Andreino Adythia Pause

    10-2010-020

    Skenario

    Sekelompok orang datang dengan membawa seorang laki laki yang pingsan ke

    puskesmas dipinggiran kota. Ketika dokter akan memulai anamnesis, tiba tiba datang lagi tiga

    orang dari komunitas yang sama, yang masing masing mengalami muntah muntah pusing

    dan pandangan kabur.

    Diagnosa Okupasi

    Diagnosis Klinis

    1.

    Anamnesis

    a. Riwayat Penyakit Sekarang

    - Pasien tidak sadarkan diri

    b. Riwayat Penyakit Dahulu

    - Tidak diketahui

    c. Riwayat Penyakit keluarga

    - Tidak diketahui

    d. Riwayat Pekerjaan

    Jenis pekerjaan: petani perkebunan

    Lama kerja: seumur hidup

    Riwayat pekerjaan sebelumnya: Tidak ada pekerjaan lain selain petani

    Alat kerja, bahan kerja, proses kerja

    Bahan yang di produksi

    Waktu bekerja dalam sehari: tidak di ketahui

    Kemngkinan pajanan yang dialami: pestisida jenis baru yang sedang digunakan

    Alat pelindung diri yang dipakai: masker seadanya

    Hubungan gejala dan waktu kerja: pasien mengalami pingsan setelah

    menggunakan pestisida tersebut

    Pekerja lain yang mengalami hal yang sama: tiga orang rekan kerja mengalamimuntah-muntah, pusing, dan pandangan kabur

    2.

    Pemeriksaan Fisik

    a. Pemeriksaan fisik umum

    - Belum dilakukan

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    2/17

    2

    b. Pemeriksaan fisik khusus

    - Belum dilakukan

    3.

    Pemeriksaan Penunjang Belum dilakukan

    4.

    Pemeriksaan Tempat kerja

    Belum dilakukan

    Pajanan yang di alami

    - Pajanan saat ini dan sebelumnya: pestisida yang digunakan untuk mengusir hama pada

    pekebunan

    Hubungan Pajanan dengan Penyakit

    - Identifikasi Pajanan yang Ada: pestisida

    - Hubungan Gejala dan Waktu Kerja: terjadi setelah penggunaan pestisida jenis baru

    - Apakah Ada Hubungan Dengan Pekerjaan: berhubungan dengan pekerjaan sbagai

    petani

    Jumlah Pajanan

    - Bukti epidemiologis

    - Kualitatif (cari kerja, lama kerja, lingkungan kerja): belum ditanyakan

    Faktor Individu

    - Status Kesehatan : Belum ditanyakan

    - Status Kesehatan Mental : Belum ditanyakan

    - Hygiene perorangan : Belum ditanyakan

    Faktor Lain Diluar Pekerjaan

    - Hobi : Tidak diketahui

    - Kebiasaan merokok : Tidak ada

    - Pajanan di rumah : Tidak diketahui

    -

    Pekerjaan Sambilan : Tidak ada

    Pemeriksaan Penunjang yang Diperlukan

    Pemeriksaan kadar kolinesterase darah dan plasma

    Penatalaksanaan Medis

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    3/17

    3

    Medika mentosa: Atropin 1,2 mg i.v

    Non medika mentosa

    - Pernapasan buatan

    - Bantu muntah

    Edukasi

    Primer

    - Pestisida harus disimpan dalam wadah yang diberi tanda, sebaiknya tertutup

    dan dalam lemari terkunci

    - Tempat bekas menyimpan pestisida yang tidak dipakai lagi harus dibakar,

    agar sisa racun musnah sama sekali

    Sekunder

    - Masker harus dipakai dan ventilasi keluar setempat harus dihidupkan selama

    melakukan pencampuran kering bahan pestisida

    - Respirator, kaca mata, baju pelindung, dan sarung tangan harus dipakai

    selama menyiapkan dan menggunakan semprotan kabut atau aerosol

    Tersier

    - Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit atau mandi dan mencuci

    pakaian harus tersedia cukup

    Pembahasan Kasus

    Intoksikasi Pestisida

    Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang

    menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Istilah peptisida pada umumnya dipakai

    untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia.Termasuk

    pestisida ini adalah insektisida. Ada pun jenis2 dari pestisida tersebut aalah sebagai berikut.

    Dalam kaitan pekerjaan dan lingkungan kerja, unsur-unsur dari spesialisasi toksikologi banyak

    digunakan dan memberikan manfaat besar bagi upaya perlindungan keselamatan dan kesehatan tenaga

    kerja serta pengamanan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan kerja. Dengan pengetahuan tentang

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    4/17

    4

    toksikologi klinik, dokter membuat diagnosis keracunan oleh zat beracun yang digunakan dalam

    pekerjaan atau zat tersebut terdapat dalam lingkungan kerja.1,2

    Toksikologi industri adalah ilmu tentang racun yang dipakai, diolah, diproses, dan dihasilkan

    dalam industri. Tujuan dari berkembangnya toksikologi industri adalah perlindungan konsumen dan

    masyarakat pada umumnya dari penggunaan zat beracun.1

    Toksikologi hiperkes (okupasi) adalah ilmu tentang racun yang dimaksudkan untuk memberikan

    perlindungan keselamatan dan kesehatan kepada tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja dari

    pengaruh zat kimia yang dipergunakan, diolah, atau diproduksi dalam pekerjaan di tempat kerja.1

    Untuk pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan pengetahuan tentang

    toksikologi khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Pada umumnya informasi

    yang diperlukan mencakup aspek toksikologis dari suatu zat kimia yaitu terdapatnya zat tersebut di alam,

    penggunaan dan kemanfaatannya, sifat lisis dan kimiawi zat kimia yang dimaksud, masuknya zat tersebut

    ke dalam tubuh, metabolismenya dan efek toksisnya, pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya efek

    toksis, cara menegakkan diagnosis keracunannya, pengobatan dan penatalaksanaan kasus keracunan, serta

    aspek mediko-legalnya dan juga jaminan sosialnya.1,2

    Bentuk Fisik Zat Kimia

    a)

    Gas, yaitu bentuk wujud zat kimia yang tidak mempunyai bangun sendiri, melainkan mengisi

    ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal. Tingkat wujudnya bias dirubah menjadi

    cair atau padat hanya dengan kombinasi meninggikan tekanan dna menurunkan suhu. Sifat gas

    pada umumnya adalah tidak terlihat dan tidak berbau pad akonsentrasi rendah serta berdifusi

    mengisi seluruh ruangan. Contoh : karbon moniksida (CO), hidrogen sianida (HSN).1, 3

    b) Uap, yaitu bentuk gas dari zat kimia yang dalam keadaan biasa berbentuk zat padat atau zat cair

    dan yang dapat dikembalikan kepada tingkat wujud semula, baik hanya dengan meninggikan

    tekanan, maupun hanya dengan menurunkan suhu saja. Sifat uap umumnya tak kelihatan dan

    berdifusi mrngisi seluruh ruang. Contoh : merkuri dan kloroform.1, 3

    c) Debu, yaitu partikel zat kimia padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis seperti

    pengolahan, penghancuran, pelemburan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari

    benda, baik organis maupun anorganis. Contoh : debus kapas, debu batu, debu asbes.1

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    5/17

    5

    d) Kabut, yaitu titik-titik cairan kimia halus dalam udara yang terjadi dari kondensasi bentuk uap

    atau dari pemecahan zat cair menjadi tingkat butir-butir cairan sangat halus dan biasanya tidak

    bertahan lama tersebar di udara.3

    e) Fume, yaitu partikel-partikel zat kimia padat yang terjadi oleh karena kondensasi dari bentuk gas,

    biasanya sesudah proses pemanasan benda padat. Fume biasanya dihasilkan oleh kondensasi uap

    yang berasal dari logam yang dicairkan akibat proses pemanasan. Contoh : pada proses

    pengelasan dihasilkan oleh logam metal oksida, cadmium, dan arsen.3

    f) Awan, yaitu partikel-partikel zat kimia cair sebagai hasil kondensasi dari fase gas. 1

    g) Asap, biasanya dianggap partikel-pertikel zat karbon yang ukurannya kurang dari 0,5 mikron,

    sebagai akibat dari pembakaran tidak sempurna bahan-bahan yang mengandung karbon. Contoh :

    hasil pembakaran kayu, batu bara, minyak tanah, fosfor pentoksida.3

    Cara Masuk Zat Kimia ke dalam Tubuh

    Bahan kimia yang berbahaya dapat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa cara berikut.

    Inhalasi. Di sektor industri, pajanan bahan kima berbahaya paling sering terjadi melalui sistem

    pernapasan. Sistem pernapasan merupakan jalan masuk yang paling efisien bagi absorpsi zat kimia yang

    berbahaya. Umumnya zat kimia yang diinhalasi akan mengiritasi membran mukosa di saluran pernapasan.

    Hal ini merupakan tanda bahaya bagi yang menghisapnya, tetapi zat kimia tertentu tidak menimbulkan

    reaksi apapun sehingga tanpa disadari zat kimia ini akan terinhalasi jauh sampai ke alveoli atau bahkan

    memasuki aliran darah.3

    Per oral. Pajanan zat kimia melalui saluran pencernaan (per oral) hanya terjadi jika pekerja

    makan/minum/menghisap rokok di tempat kerja yang terkontaminasi dengan uap/debu yang melayang di

    ruangan kerjanya. Pajanan per oral mungkin juga terjadi bila sebagian pertikel zat kimia yang dihisap

    tertelan dan memasuki saluran pencernaan.

    Kulit. Ketebalan kulit dan keringat yang membasahi tubuh merupakan daya pertahanan yang

    efektif untuk melawan pajanan zat kimia yang berbahaya. Namun, zat kimia yang larut dalam lemak

    (larutan organik dan fenol) dapat diabsorpsi melalui kulit. Pada kulit yang cedera (terpotong/luka lecet),

    absorpsi zat kimia ke dalam tubuh menjadi lebih mudah.

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    6/17

    6

    Mata. Kontaminasi lokal beberapa jenis zat kimia pada mata dapat mengakibatkan gejala

    sistemik, tetapi umumnya hanya berpengaruh pada bagian-bagian tertentu dari bola mata. Namun,

    sebagian besar pajanan zat kimia pada mata akan mengakibatkan kerusakan kornea, misalnya asam kuat,

    basa kuat, dan kalsium oksida.

    Per injeksi. Pajanan zat kimia melalui injeksi di tempat kerja sangat jarang terjadi. Di sektor

    industri, pajanan per injeksi dapat terjadi dengan sengaja/tanpa sengaja akibat injeksi tekanan rendah

    seperti vaksin manusia, ataupun akibat injeksi tekanan tinggi oleh pistol minyak pelumas.

    Indeks Pemaparan BiologisNilai Ambang Batas (NAB)

    Pemantauan konsentrasi zat kimia yang beracun di tempat kerja merupakan komponen yang

    sangat penting dalam manajemen bahaya kerja. Untuk menjamin lingkungan kerja yang aman, maka

    konsentrasi zat kimia beracun di lingkungan kerja harus ditekan serendah mungkin. Oleh sebab itu,

    dibutuhkan suatu Nilai Ambang Batas (NAB) yang dapat dipakai sebagai standar bagi masing-masing zat

    kimia tersebut, untuk menyatakan bahwa bila konsentrasi suatu zat kimia beracun di lingkungan kerja

    masih di bawah standar tersebut, maka pajanan zat kimia tersebut di lingkungan kerja masih dapat

    ditoleransi. Dalam hal ini berarti masih dapat diterima (acceptable), bukan berarti mutlak aman (absolute

    safety).3

    Dikenal tiga kategori NAB untuk pajanan zat kimia di lingkungan kerja :

    1. NAB rata-rata jam kerja, yaitu kadar zat kimia rata-rata di lingkungan kerja selama 8 jam sehari

    atau 40 jam per minggu saat pekerja dapat terpajan berulang-ulang tanpa mengakibatkan

    gangguan kesehatan maupun penyakit akibat kerja.

    2. NAB pajanan singkat, yaitu kadar maksimal zat kimia di lingkungan kerja bagi pekerja yang

    terpajan terus-menerus dalam waktu singkat tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan maupun

    penyakit akibat kerja.

    3. NAB tertinggi, yaitu kadar maksimal zat kimia di udara lingkungan kerja setiap saat yang tidak

    boleh terlampaui selama melakukan pekerjaan.

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    7/17

    7

    Racun hama (Pestisida) dalam Pertanian, Perkebunan dan

    Kehutanan

    Racun hama atau pestisida adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk membasmi hama,

    seperti serangga, tikus, jamur, dan tumbuhan. Racun serangga disebut insektisida, yang terdiri atas tiga

    golongan ialah golongan halogen hidrokarbon, golongan esterfosfat, dan golongan racun serangga

    lainnya.

    Racun tikus disebut rodentisida, yakni bahan kimia yang dapat membunuh tikus. Fungisida

    adalah nama lain untuk racun jamus. Racun tanaman atau disebut pula herbisida antara lain dipergunakan

    untuk membasmi alang-alang. Pestisida sangat penting dalam pertanian, perkebunan, dan kehutanan

    untuk mencegah atau memberantas pengaruh buruk dari hama, sehingga dapat diperoleh hasil pertanian,

    perkebunan dan kehutanan yang sebaik-baiknya, dalam hal kualitas maupun kuantitas.1

    Jenis-jenis Racun Serangga (Insektisida)

    Golongan pertama dari racun serangga adalah persenyawaan halogen hidrokarbon. Termasuk

    dalam golongan ini adalah, 1.) Derivat klorobenzen (chlorobenzen), 2.) Toksafen (toxaphen), dan 3.)

    Derivat indan (indane).1

    Derivat klorobenzenadalah DDT (diklorodifeniltrikloretan), TDE (tetraklorodifeniletan), DFDT

    (difluorodifeniltrikloretan), metoksiklor (methoxychlor), dimite (diklorodifeniletanol), DMC

    (diklorodifenil metal karbinol), neotran, ovotran, prolan, bulan, dan dilan. Racun serangga derivat

    klorobenzen dibuat secara sintesis, stabil untuk waktu berminggu-minggu sampai berbulan-bulan, larut

    dalam lemak, tetapi tidak larut dalam air. Racun serangga tersebut terdapat dalam bentuk bubuk, murni

    atau campuran, dalam bentuk larutan dengan bahan kimia organis sebagai pelarutnya, seperti misalnya

    kerosene, bensen (gasoline), dan derivat minyak bumi.

    Perlu diperhatikan, bahwa pelarut itu sendiri bersifat racun. Dari semua racun serangga tersebut

    nampaknya DDT yang paling beracun, terutama kepada binatang percobaan. Kematian yang dilaporkan

    umumnya disebabkan terminum larutan DDT, rupanya larutan DDT tersebut lebih beracun dari pada

    DDT atau pelarutnya sendiri. Sangat kurang laporan tentang keracunan oleh karena TDE, DFDT,

    metoksiklor, dimite, DMC, neotran, ovotran, dan bulan; dengan pengecualian dimite yang daya racunnya

    hamper sama dengan DDT.

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    8/17

    8

    DDT terutama mempengaruhi susunan saraf pusat, menyebabkan gejala khas hiper-reakstif,

    tremor, kelemahan otot, dan kejang-kejang. Sebagai terapi terhadap kejang-kejang dipergunakan preparat

    antikonvulsi, seperti injeksi luminal hingga kejang-kejang hilang. Janganlah sekali-kali memberikan

    stimulansia seperti epinefrin, sebab sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan fibrilasi ventrikuler. 1

    Zat lain yang tergolong kepada insektisida klorhidrokarbon adalah benzene heksklorida atau

    sering disebut lindan. Seperti halnya derivat klorobenzen lainnya, maka lindan pun tidak larut dalam air,

    melainkan dalam oli, minyak atau lemak. Racun serangga ini dipergunakan dalam bentuk bubuk yang

    dibasahkan, emulsi, bubuk, dan larutan dengan bahan kimia organis sebagai pelarutnya. Keracunan

    kepada manusia jarang terjadi, yang biasanya disebabkan oleh kebetulan memakannya atau mungkin

    sengaja untuk bunuh diri.

    Lindan bersifat menstimulasi susunan saraf pusat dan mengakibatkan yang terkena keracunan

    menjadi lebih mudah terangsang, ataksia, dan kejang-kejang. Edema paru dan kegagalan vaskuler

    mungkin disebabkan efeknya terhadap saraf sentral. Efek linden, yang diperdagangkan, kepada manusia

    atau pekerja biasanya mulai nanpak setelah enam jam masuk ke dalam tubuh dan lamanya gejala

    keracunan kira-kira sampai empat hari. Keracunan bisa juga terjadi oleh karena absorpsi melalui kulit.

    Keracunan sifatnya akut, dan belum pernah terjadi keracunan menahun, kecualu efeknya yang bersifat

    lokal yang menyebabkan dermatosis. Pengobatan hampir sama seperti untuk keracunan oleh derivat

    klorobenzen.1

    Toksafenadalah persenyawaan kamfen (camphen)dengan klor. Keracunan oleh racun serangga

    tersebut disebabkan oleh perangsangan difus kepada otak dan sumsum tulang belakang. Gejalanya adalah

    kejang-kejang yang klonis, salivasi, muntah-muntah, dan sangat pekanya reflex pendengaran oleh

    rangsangan moduler. Pengobatan sama seperti untuk golongan klorhidrokarbon lainnya.1

    Golongan lain dari klorhidrokarbon adalah derivat indan, seperti klordan (chlordane), heptaklor

    (Heptachlor), aldrin, dieldrin, endrin, dan diendrin. Racun serangga ini sintesis, larut dalam lemak, tetapi

    tidak larut dalam air. Aldrin hanya stabil untuk waktu tiga minggu, yang lainnya stabil untuk saat yang

    lama dari beberapa bulan sampai setahun. Racun serangga derivat indan digunakan dalam bentuk bubuk

    yang dibasahkan, murni atau campuran, bubuk halus, larutan dengan pelarut organis. Racun pada aldrin

    kira-kira empat kali lebih toksis dibanding derivat indan lainnya, dengan 15-50 mg saja dapat

    menyebabkan gejala keracunan yang hebat.

    Gejala-gejala utama keracunan adalah tremor dan kejang-kejang sebagai akibat rangsangan

    kepada otak.1 Keracunan oleh racun serangga hidrokarbon terjadi oleh karena terminum, atau terhirup

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    9/17

    9

    melalui pernafasan, atau diserap melalui kulit. Khusus mengenai penyerapan kulit, pekerja tentunya harus

    terlindung dari kemungkinan kontak kulit dengan racun serangga hidrokarbon. Klor hidrokarbon tidak

    atau lambat terurai, lama menetap dalam lingkungan dan terjadi penimbunan dalam lemak makhluk

    hidup. Alasan ini yang terutama menyebabkan penggunaan klorhidrokarbon kemudian ditinggalkan. 1

    NAB untuk racun serangga tergolong kepada klorhidrokarbon adalah sebagai berikut1:

    1.

    Aldrin 0,25 mg per meter kubik

    2.

    Benzene heksaklorida Tidak ditetapkan

    3. DDT 1 mg per meter kubik

    4. Dieldrin 0,25 mg per meter kubik

    5.

    Endrin 0,1 mg per meter kubik

    6. Klordan 0,5 mg per meter kubik

    7. Lindan (gamma isomer 0,5 mg per meter kubik benzene heksaklorida)

    8. Metoksiklor 10 mg per meter kubik

    9. Toksafen 0,5 mg per meter kubik

    Golongan kedua dari racun serangga adalah golongan ester fosfat, yaitu derivat ataupersenyawaan asam fosfat dengan zat kimia organis. Termasuk kepadanya adalah TEPP (tetra-etil-

    pirofosfat) (tetra-ethyl-pyrophosphate) , parathion (dietil-p-nitro-fenil-tiofosfat) (diethyl-p-nitro-phenyl-

    thiophosphate), EPN (o-etil-o-p-nitofenil-fenil-tiono-fosfat) (o-ethyl-o-p-nitrophenyl-phenyl-thiono-

    phosphonate, OMPA (oktametil-pirofosforamid) (octamethyl-pyrophosphoramide) , sitoks (ester dietoksi-

    tio-fosforat) (systox, diethoxy-thio-phosphoric ester), malation (malathion), dan lain-lainnya. Racun

    serangga tersebut dijual dalam kadar 1%-95%. Kadar racun serangga yang tingi terutama dimaksudkan

    untuk membuat bubuk yang dibasahkan.

    Walaupun mekanismenya sebagai racun serangga adalah sama, tetapi berbeda dalam hal derajat

    racunnya. Esterfosfat bekerja memblokade enzim kolinesterase, sehingga terkumpul asetilkolin dalam

    jaringan. Jika oleh ester tersebut kolinesterase kadarnya turun kira-kira 20% dari keadaan normal, maka

    gejala keracunan mulai nampak. Gejala tersebut merupakan kaburnya penglihatan, kelemahan tubuh,

    mual, pusing, kejang usus, dada sesak, dan buang-buang air.

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    10/17

    10

    Tanda-tanda sakit mungkin pula terlihat seperti miosis, salviasi, keluar keringat banyak, banyak

    keluar air mata, sianosis, kejang-kejang dan koma. Diagnosis didasarkan atas anamnesis, bahwa kurang

    dari enam jam yang lalu telah bekerja di tempat yang dicemari oleh insektisida ester fosfat, adanya gejala

    klinis atas dasar rangsangan parasimpatis, dan turunnya kadar kolinesterase dalam plasma dan sel darah

    merah.1

    Dengan efeknya kepada enzim kolinesterase, maka ester fosfat memiliki efek terhadap safar den

    juga kepada perilaku. Keracunan dapat terjadi oleh karena terminum atau termakan, terhirup melalui

    pernapasan, dan terserap melalui kulit.1

    NAB untuk racun serangga yang tergolong ester fosfat adalah sebagai berikut1:

    1. EPN 0,1 mg per meter kubik

    2.

    Malation 10 mg per meter kubik

    3. OMPA 15 mg per meter kubik

    4. Paration 0,1 mg per meter kubik

    5. TEPP 0,047 mg per meter kubik

    6. Sistoks 0,11 mg per meter kubik

    Racun serangga golongan lain terdiri atas bermacam zat kimia yang sesungguhnya tidak adahubungan satu dengan yang lainnya, yaitu nikotin sebagai salah satunya. Nikotin adalah alkaloid yang

    sangat beracun dan merangsang susunan saraf pusat dengan diikuti efek depresi yang hebat. Bahan

    tersebut dapat memasuki tubuh pekerja melalui pencernaan, pernapasan, dan kulit. NAB-nya adalah 0,5

    mg per meter kubik udara. Zat kimia tersebut tidak digunakan lagi sebagai racun serangga.1

    Patofisiologi Penyakit

    Pada pestisida golongan hidrokarbon, zat racun tersebut bekerja dengan merangsang sistem saraf

    sehingga terjadi paratesia, peka terhadap rangsangan, iritabilitas, terganggunya keseimbangan, tremor,

    dan kejang-kejang. Cara kerja zat ini tidak diketahui secara tepat. Beberapa zat kimia ini bekerja pada

    sistem saraf. Lindan, salah satu golongan hidrokarbon mulai nampak efeknya setelah enam jam masuk ke

    dalam tubuh manusia dan lamanya gejala keracunan kira-kira sampai empat hari.4

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    11/17

    11

    Pestisida golongan organofosfat memiliki aktivitas antikolinesterase. Cara kerja ini ialah

    menghambat penyaluran impuls saraf dengan cara mengikat kolinesterase sehingga tidak terjadi hidrolisis

    asetilkolin (dimana asetilkolin tidak dapat diubah menjadi kolin dan asam asetat akibat penghambatan

    kolinesterase). Asetilkolin adalah suatu neurotransmitter yang terdapat di antara ujung-ujung saraf dan

    otot serta berfungsi meneruskan rangsangan saraf. Apabila rangsangan ini berlangsung terus-menerus

    akan menyebabkan penimbunan asetilkolin. Hambatan ini bersifat irreversible dan dapat merusak

    kolinesterase.

    Perbaikan baru timbul setelah tubuh mensintesis kembali kolinesterase. Penurunan aktivitas

    kolinesterase hingga menjadi 60% akan menyebabkan timbulnya gejala yang tidak spesifik seperti pusing,

    mual, lemah, sakit dada, pandangan kabur, tidak sadar, buang air kecil dan besar tidak terkontrol, kejang

    otot, dan lain-lain. Gejala akan timbul bila enam jam yang lalu bekerja di tempat yang menggunakan

    pestisida organofosfat.4

    Manifestasi Klinik

    Beberapa zat kimia dapat mengakibatkan kerusakan jaringan atau organ tubuh.

    Detoksifikasi dan proses metabolisme zat kimia ini terjadi di hati, sehingga menghasilkan

    senyawa baru yang sering kali lebih berbahaya dari senyawa aslinya.

    Klasifikasi

    Penggunaan pestisida dapat mengkontaminasi pengguna secara langsung sehingga

    mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini keracunan dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:

    Keracunan Akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan

    terasa sakit dan diare.

    Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit bernafas,

    keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi meningkat, pingsan.

    Keracunan kronis, lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan menimbulkan

    gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan

    penggunaan pestisida diantaranya: iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi,

    serta gangguan saraf, hati, ginjal dan pernafasan

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    12/17

    12

    Implikasi Langkah-langkah Mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja

    pada Kasus

    1. Diagnosis klinis

    Melakukan anamnesis terkait kasus terutama bagian riwayat tempat kerja. Dari hasil

    anamnesis, diketahui komunitas tersebut adalah sekelompok petani yang sedang menggunakan

    pestisida jenis baru di perkebunan. Beberapa jenis pestisida diketahui berbahaya bagi susunan

    saraf.

    Melakukan pemeriksaan fisik terkait kasus. Hasil tanda-tanda vital adalah ferueksi nadi

    120 x/menit, tekanan darah 80 mmHg per palpasi, laju pernapasan 28 x/menit, akral teraba

    dingin.

    Bahan pemeriksaan penunjang diambil dari darah, feses, urin, atau dalam organ tubuh

    untuk dilihat jenis racun yang terdapat pada sumber-sumber tersebut untuk memastikan bahwa

    telah terjadi keracunan, apalagi jika kadarnya dalam tubuh melebihi NAB. Khusus untuk

    keracunan organofosfat, dapat dilakukan pemeriksaan kadar kolinesterase dengan memeriksa sel

    darah merah dan plasma. Jika aktivitas kolin esterase 76-100 tidak ada tanda-tanda keracunan.

    51-75 kemungkinan ada racun. 36-50 menunjukkan ada keracunan yang gawat. 0-25

    menunjukkan keracunan sangat gawat.1

    Pemeriksaan tempat kerja lebih ditekankan pada lingkungan tempat individu bekerja.

    Dilihat penerangannya, kelembaban tanah dan udara, penempatan alat dan bahan yang

    digunakan, terdapat atau tidaknya fasilitas untuk mencuci/membersihkan tubuh jika terkena

    bahan kimia, dan lain-lain.5

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    13/17

    13

    2. Pajanan yang dialami

    Berdasarkan anamnesis diduga pajanan pasien adalah zat kimia berbahaya yaitu pestisida

    karena pekerjaan komunitas tersebut adalah petani. Dibutuhkan anamnesis lengkap terkait

    pekerjaan penderita agar dapat mengetahui secara pasti pajanan yang menyebabkan penyakit.

    Dapat dilakukan anamnesis mengenai jenis pestisida yang digunakan oleh para petani tersebut

    sebab pajanan berupa pestisida terdapat dua golongan yaitu hidrokarbon yang menyerang

    susunan saraf pusat dan organofosfat yang memblokade enzim kolinesterase. Seberapa lama para

    petani tersebut terpapar pestisida dan informasi lebih lanjut mengenai pestisida yang digunakan.

    3. Hubungan pajanan dengan penyakit

    Perlu ditanyakan apakah gejala yang dialami terjadi setelah individu menjalani

    pekerjaannya sebagai petani, apakah gejala semakin terasa nyata setalah melakukan kontak

    dengan zat kimia pestisida, apakah gejala tersebut semakin berat setelah terpapar zat kimia

    pestisida dalam jangka waktu lama. Hal-hal tersebut perlu ditanyakan untuk membuktikan ada

    atau tidaknya hubungan pajanan dengan penyakit.

    4. Pajanan yang dialami cukup besar

    Efek yang timbul pada seseorang tergantung pada jumlah pajanan yang ia terima.

    Semakin besar dan sering pajanan yang ia terima, maka semakin hebat gejala yang ia alami.

    Selain jumlah pajanan, perlu diperhatikan patofisiologi pestisida terhadap kesehatan manusia

    sesuai literatur untuk membantu menegakkan diagnosis. Pemakaian alat pelindung diri pun ikut

    berperan dalam menentukan besarnya efek yang timbul pada seseorang. Karena itu pemakaian

    alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk pencegahan.

    5.

    Peranan faktor individu

    Perlu diketahui status kesehatan fisik penderita seperti riwayat alergi, perlu diketahui

    riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif

    terhadap pajanan yang dialami, kebersihan personal, kepatuhan dalam menaati peraturan terkait

    tempat kerja penderita, kebiasaan berolahraga.

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    14/17

    14

    6. Faktor lain di luar pekerjaan

    Meliputi informasi mengenai hal-hal yang dilakukan oleh individu diluar pekerjaan yang

    memungkinkan memperberat penyakit. Diantaranya adalah kebiasaan individu sehari-hari

    (merokok, minum minuman beralkohol, jarang makan makanan sehat), ada atau tidak adanya

    pajanan di rumah, hobi individu, apakah individu memiliki pekerjaan sampingan selain

    pekerjaan utama.

    7. Diagnosis Okupasi

    Berdasarkan keenam langkah-langkah yang telah dilakukan, maka penderita mengalami

    penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh keracunan pestisida.

    Penatalaksanaan

    Pengobatan terhdap kasus keracunan pestisida terutama berdasarkan cara masuk racun ke

    dalam tubuh.

    Pada kasus pemaparan pada kulit/inhalasi. Jika pasien stabil, dilakukan dekontaminasi

    untuk menyingkirkan zat racun dari kulit diikuti dengan dekontaminasi pada kulit, baju, rambut,

    dan mata dengan membasuh cairan kimia pada daerah tersebut dengan larutan steril NaCl 0,9%

    untuk mata. Lepaskan pakaian yang terkena zat racun, kemudian bersihkan bagian tubuh yang

    terkena dangan air dan sabun. Barang-barang yang diduga terkontaminasi disingkirkan pada

    tempat yang memiliki tutup dan diberikan label. Sabun yang mengandung klorheksidin dan

    alkohol membantu untuk menghilangkan bahan-bahan yang bersifat lipofilik. Berikan napas

    bantuan jika berhenti napas. Pastikan mulut bersih dari air liur, lender, atau makanan yang

    menyumbat pernapasan.

    Pada kasus racun yang tertelan, penanganannya adalah dengan mengeluarkan racun

    sebanyak mungkin dengan jalan memuntahkan. Rangsangan muntah di kontraindikasikan pada

    zat racun yang bersifat korosif. Dapat pula dilakukan bilas lambung terutama pada kasus

    keracunan organofosfat.

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    15/17

    15

    Pada jenis pestisida hidrokarbon tidak ada antidote langsung untuk mengatasi keracunan.

    Obat yang diberikan hanya mengurangi gejala seperti anti konvulsi. Sedangkan pada jenis

    pestisida organofosfat terdapat antidote dengan atropine atau pralidoksim. Atropine diberikan

    sebanyak 1,2 mg dalam 2 jam pertama cukup aman, tetapi atropine yang terputus akan segera

    disusul dengan kegagalan pernapasan. Sedangkan pemberian pradiloksim dilakukan untuk

    menstimulus asetilkolinesterase dan bekerja sinergis dengan atropine.

    Pemberian terlalu cepat dapat membuat takikardi, spasme laring, rigid otot, blockade

    neuromuscular sementara. Dosis pemberian pradiloksim adalah 1 gram dalam larutan akuades

    intra vena, diberikan perlahan-lahan, dan dapat diulang 30 menit bila pernapasan tidak membaik.

    Takaran dapat diberikan 2 kali per 24 jam.4

    Pencegahan

    Upaya pencegahan keracunan oleh pestisida yang mungkin terjadi pada pekerja

    pertanian, perkebunan, dan kehutanan meliputi hal-hal berikut :

    a) Penyimpanan pestisida1:

    1. Pestisida harus disimpan dalam wadah yang diberi tanda, sebaiknya tertutup dan dalam

    lemari terkunci.

    2.

    Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan dekat makanan.

    3. Tempat bekas menyimpan pestisida yang tidak dipakai lagi harus dibakar, agar sisa racun

    musnah sama sekali.

    4. Penyimpanan di dalam wadah untuk makanan atau minuman seperti di dalam botol

    sangat besar bahayanya.

    b) Pemakaian alat pelindung1, 6

    :

    1.

    Masker harus dipakai dan ventilasi keluar setempat harus dihidupkan selama melakukan

    pencampuran kering bahan pestisida.

    2. Pakaian kerja dan alat pelindung diri kaca mata dan sarung tangan yang terbuat dari

    neoprene harus dipakai, jika pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur pestisida dengan

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    16/17

    16

    minyak atau pelarus organis. Pakaian pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna

    sebelum makan.

    3. Respirator, kaca mata, baju pelindung, dan sarung tangan harus dipakai selama

    menyiapkan dan menggunakan semprotan kabut atau aerosol, jika kulit mungkin kontak

    dengan racun hama dan paru mungkin menghirup bahan tersebut. Alat-alat pelindung

    harus terbuat dari karet, apabila yang dikerjakan klorhidrokarbon dan dari neoprene atau

    bahan yang tahan minyak, apabila digunakan pelarut organis.

    c) Upaya pencegahan lainnya1:

    1. Menyemprot harus ke arah bertiupnya angin yang tidak memungkinkan angin membawa

    pestisida kearah penyemprot.

    2. Harus dihindarkan waktu kerja lebih dari lima jam sehari bekerja di tempat tertutup

    dengan memakai penguap termis, juga alat tersebut tidak boleh digunakan di tempat

    kediaman penduduk atau di tempat pengolahan bahan makanan.

    3. Penyemprot diharuskan memakai tutup kepala atau masker yang tidak tembus pestisida,

    dan alat perlindungan keselamatan tersebut dicuci dengan baik secara berkala. Bila

    pestisida yang dipakai golongan klorhidrokarbon, maka sekali-kali herus dibilas dengan

    kerosene. Sedangkan untuk organofosfor perlu dicuci dengan sabun.

    4. Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat yang mungkin terkena

    pestisida tidak diperkenankan bekerja dengan pestisida, karena keadaan itu

    mempermudah masuknya pestisida ke dalam tubuh.

    5. Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit atau mandi dan mencuci pakaian harus

    tersedia cukup. Mandi setelah menyemprot merupakan keharusan.

    Penutup

    Penyakit akibat kerja dapat terjadi disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya

    adalah toksik akibat zat racun seperti pestisida. Untuk menegakkan diagnosis penyakit akibat

    kerja maka perlu dilakukan tujuh langkah mendiagnosis PAK. Perlu diperhatikan dan dilakukan

    anamnesis lebih dalam mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan individu agar

  • 7/27/2019 Makalah PBL Blok 28 final.docx

    17/17

    17

    dapat menunjang diagnosis. Selanjutnya dilakukan penatalaksanaan dan pencegahan terkait

    penyakit serta pajanan.

    Sesuai penerapan tujuh langkah ke dalam kasus, maka penderita menderita penyakit

    akibat kerja yang disebabkan keracunan zat kimia toksik pestisida.

    Daftar Pustaka

    1. Sumamur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes). Edisi 1. Jakarta:

    Sagung Seto; 2009.h.181-270,455-69.

    2. Ridley J. Kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2008.h.152-7.

    3.

    Harrianto R. Buku ajar kesehatan kerja. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

    2012.h.58-67.

    4. Raini M. Toksikologi pestisida dan penanganan akibat keracunan pestisida. Media

    Litbang Kesehatan 2007 Maret; 17(3): 10-8.

    5. Harrington JM, Gill FS. Buku saku kesehatan kerja. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC; 2005.h.41-7

    6. Chandra B. Ilmu Kedokteran pencegahan dan komunitas. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC; 2009.h.213-4.