makalah pbl blok 27

30
Etika Hukum Kedokteran Mengenai Hubungan Komunikasi Dokter dengan Pasien Antonius Jonathan * NIM 102011182 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jakarta Pendahuluan Dr. P adalah seorang dokter spesialis obgyn yang berpengalaman. Beliau baru saja akan menyelesaikan tugas jaga malamnya di sebuah rumah sakit ketika seorang wanita muda dating dengan ditemani oleh ibunya untuk berobat. Namun ketika ibunya tersebut langsung pergi lagi setelah berbicara dengan suster jaga dengan alasan harus menjaga anak-anaknya yang lain. Pasien lalu menceritakan keluhannya yaitu mengalami perdarahan per vaginam dan sangat kesakitan. Dr. P kemudian melakukan pemeriksaan dan menduga bahwa kemungkinan pasien mengalami keguguran atau mencoba melakukan aborsi. Dr. P segera melakukan dilatasi dan curettage dan mengatakan kepada suster untuk menanyakan kepada pasien apakah dia bersedia diopname di RS sampai keadaannya benar-benar baik. Tidak lama kemudian dr. Q datang untuk menggantikan dr. P, yang langsung pulang tanpa berbicara kepada pasien. Dalam kasus ini muncul suatu permasalahan yang muncul antara dokter dengan pasien. Dimana pada kasus tersebut dokter tidak melakukan komunikasi dengan pasien setelah melakukan tindakan dan langsung pulang begitu saja. Untuk dapat memahami hal tersebut kita perlu mengerti terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan komunikasi dokter-pasien. Komunikasi dokter-pasien 1

Upload: antonius-joo

Post on 07-Dec-2015

70 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

makalah pal blok 27 ukrida genetik

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pbl Blok 27

Etika Hukum Kedokteran Mengenai Hubungan Komunikasi Dokter dengan Pasien

Antonius Jonathan*

NIM 102011182

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jakarta

Pendahuluan

Dr. P adalah seorang dokter spesialis obgyn yang berpengalaman. Beliau baru saja akan

menyelesaikan tugas jaga malamnya di sebuah rumah sakit ketika seorang wanita muda dating

dengan ditemani oleh ibunya untuk berobat. Namun ketika ibunya tersebut langsung pergi lagi

setelah berbicara dengan suster jaga dengan alasan harus menjaga anak-anaknya yang lain.

Pasien lalu menceritakan keluhannya yaitu mengalami perdarahan per vaginam dan sangat ke-

sakitan. Dr. P kemudian melakukan pemeriksaan dan menduga bahwa kemungkinan pasien men-

galami keguguran atau mencoba melakukan aborsi. Dr. P segera melakukan dilatasi dan curet-

tage dan mengatakan kepada suster untuk menanyakan kepada pasien apakah dia bersedia diop-

name di RS sampai keadaannya benar-benar baik. Tidak lama kemudian dr. Q datang untuk

menggantikan dr. P, yang langsung pulang tanpa berbicara kepada pasien.

Dalam kasus ini muncul suatu permasalahan yang muncul antara dokter dengan pasien. Di-

mana pada kasus tersebut dokter tidak melakukan komunikasi dengan pasien setelah melakukan

tindakan dan langsung pulang begitu saja. Untuk dapat memahami hal tersebut kita perlu

mengerti terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan komunikasi dokter-pasien. Komunikasi

dokter-pasien merupakan suatu hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan

pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi di ruang praktik per-

orangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan

masalah kesehatan pasien.1 Untuk dapat mengembangkan hal tersebut dibutukan suatu komu-

nikasi yang efektif dimana pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang

berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian

penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien.

Apabila kita tidak melakukan hal tersebut kita dapat ditindak lanjuti dalam komisi etik disiplin

kedoteran, bahkan bisa menuju ke rana hukum, yang dimana akan kita bahas lebih lanjut dalam

makalah ini.

*Alamat Korespondensi:Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaArjuna Utara No. 6 Jakarta 11510Email: [email protected]

1

Page 2: Makalah Pbl Blok 27

Pembahasan

Hubungan Dokter Pasien

Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu dalam

kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara tentang

cara menyampaikan dan menerima pikiran- pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi

seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampai pesan dan

penerima pesan.

Pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien,

dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam

rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara

verbal dan non- verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya,

peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif untuk

mengatasi permasalahannya.2

Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak superior- inferior)

sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara

jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan

keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan

mengundang masalah.

Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan sebagai sumber

atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian.1 Pasien sebagai pengirim pesan,

menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab pertanyaan dokter sesuai pengetahuannya.

Sementara dokter sebagai pengirim pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan

penyakit, rencana pengobatan dan terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi, serta dampak

dari dilakukan atau tidak dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini, dokter

bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan.

Sebagai penerima pesan, dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan setiap pernyataan

pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud oleh pasien, dokter sesekali perlu membuat

pertanyaan atau pernyataan klarifikasi.

2

Page 3: Makalah Pbl Blok 27

Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena memang tidak bisa

diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan,

kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing.

Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar

dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik

dan memberi obat yang tepat bagi pasien.

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua

pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan

pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter

dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif

dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan

pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses

penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter

sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang

dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat

membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.

Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama.

Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali

kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya

komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga

dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien,

berdasarkan kebutuhan pasien.1

Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan

proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada

pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).1

Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan

kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan

bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki

ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.2

3

Page 4: Makalah Pbl Blok 27

Aspek Etik dan Hukum

Pada kode etik kedokteran dan kedokteran gigi secara tersirat tidak tercantum etika

berkomunikasi. Pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal

35 disebutkan kompetensi dalam praktik kedokteran antara lain dalam hal kemampuan

mewawancarai pasien. Kode Etik adalah pedoman perilaku dokter. Kode Etik harus memiliki

sifat-sifat sebagai berikut:3

1. Kode etik harus rasional, tetapi tidak kering dari emosi

2. Kode etik harus konsisten, tetapi tidak kaku

3. Kode etik harus bersifat universal

Kode Etik Kedokteran Indonesia dikeluarkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 434/Menkes/SK/X/1983.4 Kode Etik Kedokteran Indonesia disusun dengan

mempertimbangkan International Code of Medical Ethics dengan landasan idiil Pancasila dan

landasan strukturil Undang Undang Dasar 1945. Kode Etik Kedokteran Indonesia ini mengatur

hubungan antar manusia yang mencakup kewajiban umum seorang dokter, hubungan dokter

dengan pasiennya, kewajiban dokter terhadap sejawatnya dan kewajiban dokter terhadap diri

sendiri. Pelanggaran terhadap butir-butir Kode Etik Kedokteran Indonesia ada yang merupakan

pelanggaran etik semata-mata dan ada pula yang merupakan pelanggaran etik dan sekaligus

pelanggaran hukum.

Hubungan antara dokter-pasien diatur dengan peraturan-peraturan tertentu agar terjadi

keharmonisan dalam pelaksanaannya. Seperti diketahui hubungan tanpa peraturan akan

menyebabkan ketidakharmonisan dan kesimpangsiuran. Namun demikian hubungan antara

dokter dan pasien tetap berdasar pada kepercayaan terhadap kemampuan dokter untuk berupaya

semaksimal mungkin membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang diderita pasien. Tanpa

adanya kepercayaan maka upaya penyembuhan dari dokter akan kurang efektif.1

Hubungan antara dokter dengan pasien yang seimbang atau setara dalam ilmu hukum

disebut hubungan kontraktual. Hubungan kontraktual atau kontrak terapeutik terjadi karena para

pihak, yaitu dokter dan pasien masing-masing diyakini mempunyai kebebasan dan mempunyai

kedudukan yang setara. Kedua belah pihak lalu mengadakan suatu perikatan atau perjanjian di

mana masing- masing pihak harus melaksanakan peranan atau fungsinya satu terhadap yang lain.

Peranan tersebut berupa hak dan kewajiban.4

4

Page 5: Makalah Pbl Blok 27

Hubungan karena kontrak atau kontrak terapeutik dimulai dengan tanya jawab (anamnesis)

antara dokter dengan pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik. Kadang-kadang dokter

membutuhkan pemeriksaan diagnostik untuk menunjang dan membantu menegakkan

diagnosisnya yang antara lain berupa pemeriksaan radiologi atau pemeriksaan laboratorium,

sebelum akhirnya dokter menegakkan suatu diagnosis. Sebagaimana telah dikemukakan,

tindakan medik mengharuskan adanya persetujuan dari pasien (informed consent) yang dapat

berupa tertulis atau lisan. Persetujuan tindakan kedokteran atau informed consent harus

didasarkan atas informasi dari dokter berkaitan dengan penyakit. Hal ini diatur dalam Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, Paragraf 2, Pasal 45. Komunikasi

antara dokter dengan pasien merupakan sesuatu yang sangat penting dan wajib.3

Melihat pentingnya komunikasi timbal balik yang berisi informasi ini, maka secara jelas

dan tegas diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Paragraf 2, Pasal 45 ayat (2), (3), Paragraf 6, Pasal 50 huruf (c), Paragraf 7, Pasal 52 huruf (a),

(b), dan Pasal 53 huruf (a). Paragraf 6 dan 7 dalam Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004

Tentang Praktik Kedokteran secara jelas menyebutkan mengenai hak dan kewajiban dokter dan

hak dan kewajiban pasien yang di antaranya memberikan penjelasan dan mendapatkan

informasi. Hak pasien sebenarnya merupakan hak yang asasi yang bersumber dari hak dasar

individual dalam bidang kesehatan (The Right of Self Determination). Meskipun sebenarnya

sama fundamentalnya, hak atas pelayanan kesehatan sering dianggap lebih mendasar.3

Perlindungan masyarakat yang menggunakan pelayanan medis oleh dokter dan dokter gigi

selain dipedomani oleh etika universal, saat ini dijamin oleh undang-undang. Segala tindakan

yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi dalam rangka pengobatan mengikuti prosedur sesuai

dengan ketentuan yang berlaku, yang dalam hal ini diatur oleh disiplin ilmu masing-masing.

Masyarakat pengguna pelayanan medis, dalam batasan tertentu, perlu mengetahui alasan tin-

dakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya. Hal ini menyiratkan perlunya mengem-

bangkan hubungan dokter - pasien sebagai hubungan penuh kepercayaan dalam wujud komu-

nikasi dua arah yang memberikan peluang bagi masing-masing pihak untuk menyampaikan pen-

dapatnya.2

Hak dan Kewajiban Pasien

Di Indonesia, semula baru sebagian kecil masyarakat yang mengetahui

hak-haknya sebagai pasien dan hanya diberlakukan secara voluntary

sebagai kode etik dokter dan belum ada jaminan hukumnya. Kemudian pada

5

Page 6: Makalah Pbl Blok 27

tahun 1992, hak-hak pasien dimasukkan dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan. Hal ini dirasakan perlu karena selama ini

pasien, bila berhubungan dengan dokter, benar-benar harus

mempercayakan seluruh nasibnya kepada dokter tersebut. Dalam arti bila

terjadi suatu kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter, pasien

hanya bisa pasrah, tanpa dapat menggugat, karena tidak ada landasan

hukumnya. Isi pasal hak-hak pasien di undang-undang tersebut hampir

sama, hanya terdapat sedikit perbedaan, yaitu pada Undang-Undang Nomor

29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran tidak disebutkan hak pasien

untuk mendapatkan ganti rugi. 3

1. Hak pasien menurut UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

a. Hak atas informasi

b. Hak atas pendapat kedua

c. Hak atas rahasia kedokteran

d. Hak untuk memberikan persetujuan tindakan kedokteran

e. Hak atas ganti rugi apabila ia dirugikan karena kesalahan atau

kealpaan tenaga kesehatan

f. Hak untuk mendapat penjelasan

g. Hak untuk memperoleh pendapat kedua

h. Hak untuk mendapat pelayanan medis sesuai kebutuhan,

standar profesi dan standar prosedur operasional

i. Hak untuk menolak tindakan medis

j. Hak untuk mendapatkan isi rekam medis

2. Hak pasien menurut UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran

a. Hak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang

tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3)

b. Hak untuk meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain

c. Hak untuk mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis

d. Hak untuk menolak tindakan medis

e. Hak untuk mendapatkan isi rekam medis

Selain hak, pasien juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhinya.

Dokter tidak dapat disalahkan bila pasien tidak bersikap jujur dan mau

6

Page 7: Makalah Pbl Blok 27

menceritakan seluruh penyakit dan apa yang dirasakannya.5 Bila pasien

sudah pernah berobat ke dokter lain, misalnya, dia juga harus menceritakan

perawatan apa dan obat apa yang dia dapatkan sebelumnya. Bahkan pasien

sebaiknya juga menceritakan sejarah penyakitnya pada dokter (misalnya ibu

atau ayahnya berpenyakit darah tinggi, jantung, ginjal, diabetes, atau

penyakit lainnya, sehingga dokter dapat mendiagnosis penyakit secara lebih

tepat).

Pasal 53 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

mengatur tentang kewajiban pasien, yaitu: Pasien dalam menerima

pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban: 3

1. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya;

2. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

3. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;

dan

4. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Kecenderungan secara global menunjukkan bahwa hubungan dokter

dengan pasien haruslah berupa mitra, keduanya bekerja bersama untuk

mencari jalan terbaik bagi kesembuhan pasien. Bila dari permulaan

hubungan dokter/dokter gigi pasien sudah lebih baik dan saling terbuka,

maka banyak masalah dapat diatasi bersama, karena dokter yang sudah

mengetahui semua sejarah penyakit pasien serta keluhannya akan dapat

membuat diagnosis yang lebih tepat. Di lain pihak pasien yang juga sudah

mendapat keterangan lengkap tentang penyakitnya, cara pengobatan dan

perawatannya, kemungkinan efek samping yang mungkin timbul, serta

kemungkinan lain akibat tindakan medis tertentu, mestinya sudah lebih siap

menghadapi segala kemungkinan (yang terburuk sekalipun) dan tidak akan

begitu saja menyalahkan dokter, tanpa memahami seluruh rangkaian proses

yang harus dilalui dalam suatu pengobatan ataupun perawatan medis.2

Hak dan Kewajiban Dokter

Dalam melakukan praktik kedokteran, dokter memiliki hak dan

7

Page 8: Makalah Pbl Blok 27

kewajiban dalam hubungannya dengan pasien. Hak dan kewajiban yang

esensial diatur di dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran.3 Selain itu masih ada hak dan kewajiban umum lainnya

yang mengikat dokter. Suatu tindakan yang dilakukan dokter secara material

tidak bersifat melawan hukum, apabila memenuhi syarat-syarat berikut

secara kumulatif: tindakan itu mempunyai indikasi medik dengan tujuan

perawatan yang sifatnya konkret; dan dilakukan sesuai dengan aturan-

aturan yang berlaku di dalam bidang ilmu kedokteran; serta diizinkan oleh

pasien. Dua norma yang pertama timbul karena sifat tindakan tersebut

sebagai tindakan medis.6 Adanya izin pasien merupakan hak dari pasien.

Hak tersebut menyebabkan timbulnya kelompok norma-norma yang lain

yaitu norma untuk menghormati hak-hak pasien sebagai individu dan norma

yang mengatur agar pelayanan kesehatan dapat berfungsi di dalam

masyarakat untuk kepentingan orang banyak, dalam hal ini pasien sebagai

anggota masyarakat.

Hak dokter meliputi:

1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang ia melakukan praktik

kedokteran sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

operasional.

Standar profesi menurut Penjelasan Pasal 50 Undang-Undang Nomor

29 Tahun 2004 adalah batasan kemampuan (knowledge, skill dan

professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang

individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada

masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.

Sedangkan menurut pasal yang sama, standar prosedur operasional

adalah langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu

proses kerja rutin tertentu. Standar Prosedur Operasional

memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan

konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan

fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan

berdasarkan standar profesi.3

8

Page 9: Makalah Pbl Blok 27

Dokter yang melakukan praktik sesuai dengan standar tidak dapat

disalahkan dan bertanggungjawab secara hukum atas kerugian atau

cidera yang diderita pasien karena kerugian dan cidera tersebut

bukan diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian dokter. Perlu

diketahui bahwa cedera atau kerugian yang diderita pasien dapat

saja terjadi karena perjalanan penyakitnya sendiri atau karena risiko

medis yang dapat diterima (acceptable) dan telah disetujui pasien

dalam informed consent.

2. Melakukan praktik kedokteran sesuai dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional.

Dokter diberi hak untuk menolak permintaan pasien atau

keluarganya yang dianggapnya melanggar standar profesi dan atau

standar prosedur operasional.

3. Memperoleh informasi yang jujur dan lengkap dari pasien atau

keluarganya.

Dokter tidak hanya memerlukan informasi kesehatan dari pasien,

melainkan juga informasi pendukung yang berkaitan dengan

identitas pasien dan faktor-faktor kontribusi yang berpengaruh

terhadap terjadinya penyakit dan penyembuhan penyakit.

4. Menerima imbalan jasa

Hak atas imbalan jasa adalah hak yang timbul sebagai akibat

hubungan dokter dengan pasien, yang pemenuhannya merupakan

kewajiban pasien. Dalam keadaan darurat atau dalam kondisi

tertentu, pasien tetap dapat dilayani dokter tanpa

mempertimbangkan aspek finansial.

Selain itu dokter juga memiliki hak-hak yang berasal dari hak azasi manusia,

seperti:

hak atas privasinya

hak untuk diperlakukan secara layak

hak untuk beristirahat

9

Page 10: Makalah Pbl Blok 27

hak untuk secara bebas memilih pekerjaan

hak untuk terbebas dari intervensi, ancaman dan kekerasan, dan lain-

lain sewaktu menolong pasien.

Kewajiban dokter pada dasarnya terdiri dari:

1. kewajiban yang timbul akibat pekerjaan profesinya atau sifat layanan

medisnya yang diatur dalam sumpah dokter, etika kedokteran dan

berbagai standar dan pedoman

2. kewajiban menghormati hak pasien, dan

3. kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan

kesehatan.

Beberapa kewajiban dokter tersebut adalah:

1. Memberi pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional, serta kebutuhan pasien.

Standar Pelayanan menurut penjelasan Pasal 44 ayat (1) Undang

Undang Nomor 29 tahun 2004 adalah pedoman yang harus diikuti oleh

dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran.

Ayat (2) pasal 44, standar pelayanan tersebut dibedakan menurut jenis

dan strata sarana pelayanan kesehatan. Penjelasan ayat tersebut

strata pelayanan adalah tingkatan pelayanan yang standar tenaga dan

peralatannya sesuai dengan kemampuan yang diberikan.

2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai

keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu

melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.

Kewajiban merujuk pasien tersebut dapat dilaksanakan apabila

keadaan kesehatan pasien memang dapat bergerak atau dapat dibawa

untuk dipindahkan dalam keadaan stabil dan layak. Kewajiban merujuk

hanya dapat disimpangi apabila pasien tidak menginginkan dirinya

dirujukkan meskipun telah dijelaskan manfaatnya, atau apabila tidak

ada dokter yang memiliki keahlian yang dibutuhkan di daerah tersebut

(yang terjangkau).

3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,

bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Merahasiakan keadaan pasien diwajibkan dalam sumpah dokter, kode

10

Page 11: Makalah Pbl Blok 27

etik kedokteran/kedokteran gigi, dan beberapa peraturan

perundangundangan. Sebagian pakar menyatakan bahwa kewajiban

tersebut absolut sifatnya, sebagian menyatakan relatif. Paham yang

relatif mengatakan bahwa rahasia kedokteran dapat dibuka untuk

kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur

penegak hukum dalam rangka menegakkan hukum, permintaan pasien

sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali

bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.

5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi

Selain itu, sebagaimana diuraikan di atas, masih terdapat kewajiban dokter

lainnya yang diatur dalam sumpah dokter dan kode etik kedokteran.2

Prinsip Disiplin dalam Praktik Kedokteran

Profesi kedokteran merupakan profesi yang memiliki keluhuran karena

tugas utamanya adalah memberikan pelayanan untuk memenuhi salah satu

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan kesehatan. Dalam

menjalankan tugas profesionalnya sebagai dokter, selain terikat oleh norma

etika dan norma hukum, profesi ini juga terikat oleh norma disiplin

kedokteran, yang bila ditegakkan, akan menjamin mutu pelayanan sehingga

terjaga martabat dan keluhuran profesinya.5 Wilayah norma disiplin dapat

dikenakan terhadap dokter atau dokter gigi yang berprilaku dalam

penyelenggaraan praktik kedokteran karena diluar praktik kedokteran hanya

ada pada wilayah norma etika dan hukum.7

Pengertian disiplin kedokteran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29

Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Pasal 55 ayat (1)) adalah aturan-

aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan

pelayanan yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi. Sebagian dari

aturan-aturan dan ketentuan tersebut, terdapat di dalam Undang-Undang

Praktik Kedokteran, dan sebagian lagi tersebar di dalam peraturan

perundang-undangan, pedoman atau ketentuan lain. Undang-Undang Praktik

Kedokteran menyebutkan standar pelayanan, standar profesi dan standar

prosedur operasional serta ketentuan-ketentuan di dalam Pasal 37, Pasal 40,

11

Page 12: Makalah Pbl Blok 27

Pasal 41, Pasal 45-49, dan Pasal 51 sebagai aturan/ketentuan yang harus

dipatuhi dokter dan dokter gigi. Sementara itu, aturan dan ketentuan lain

yang harus dipatuhi oleh dokter dan dokter gigi, juga ditemukan dalam

berbagai Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri

Kesehatan, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia, Ketentuan dan Pedoman

Organisasi Profesi, Kode Etik Profesi dan juga kedokteran gigi. 8

Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan

dan/atau ketentuan penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat

dikelompokkan dalam 3 hal, yaitu :

1. Melaksanakan praktik kedokteran dengan tidak kompeten.

2. Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak

dilaksanakan dengan baik.

3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesi

kedokteran.

MKDKI merumuskan 28 bentuk pelanggaran disiplin kedokteran, yaitu:

1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten.

2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang

memiliki kompetensi sesuai.

3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang

tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang

tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang sesuai, atau tidak

melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.

5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik

maupun mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan

membahayakan pasien.

6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak

dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa

alasan pembenar atau pemaaf yang sah, sehingga dapat

membahayakan pasien.

7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan pasien.

12

Page 13: Makalah Pbl Blok 27

8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai

(adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam

melakukan praktik kedokteran.

9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari

pasien atau keluarga dekat atau wali atau pengampunya.

10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik,

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atauetika

profesi.

11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan

kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan, sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.

12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien

atas permintaan sendiri dan atau keluarganya.

13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan

pengetahuan atau keterampilan atau teknologi yang belum diterima

atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak.

14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan

menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, tanpa

memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yang

diakui pemerintah.

15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar

perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuaki bila

ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mamou melakukannya.

16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap

pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan atau etika profesi.

17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan atau etika profesi.

18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil

pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut.

19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan

(torture) atau eksekusi hukuman mati.

13

Page 14: Makalah Pbl Blok 27

20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang tidak sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi.

21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan

kekerasan terhadap pasien, di tempat praktik.

22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan

haknya.

23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta

pemeriksaan atau memberikan resep obat/alat kesehatan.

24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan

kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan,

yang tidak benar atau menyesatkan.

25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat

adiktif lainnya.

26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR)

atau Surat Ijin Praktik (SIP) dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak

sah.

27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik.

28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya

yang diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan

pelanggaran disiplin.

Prinsip Hukum dalam Praktik Kedokteran

Dokter dan pasien adalah dua subjek hukum yang terkait dalam hukum

kedokteran. Keduanya membentuk baik hubungan medik maupun hubungan

hukum. Hubungan medik dan hubungan hukum antara dokter dan pasien

adalah hubungan yang objeknya pemeliharaan kesehatan pada umumnya

dan pelayanan kesehatan pada khususnya. Dalam melaksanakan hubungan

antara dokter dan pasien, pelaksanaan hubungan antara keduanya selalu

diatur dengan peraturan-peraturan tertentu agar terjadi keharmonisan

dalam pelaksanaannya. Seperti diketahui hubungan tanpa peraturan akan

menyebabkan ketidakharmonisan dan kesimpangsiuran.

Dalam perkembangannya, hubungan hukum antara dokter dan pasien

ada dua macam, yaitu: 3

14

Page 15: Makalah Pbl Blok 27

1. Hubungan Karena Kontrak (Transaksi Terapeutik)

Karena adanya perkembangan yang menuntut hubungan dokter –

pasien bukan lagi merupakan hubungan yang bersifat paternalistik

tetapi menjadi hubungan yang didasari pada kedudukan yang

seimbang/partner, maka hubungan itu menjadi hubungan kontraktual.

Hubungan kontraktual terjadi karena para pihak yaitu dokter dan

pasien masing-masing diyakini mempunyai kebebasan dan

mempunyai kedudukan yang setara. Kedua belah pihak lalu

mengadakan suatu perikatan atau perjanjian di mana masing-masing

pihak harus melaksanakan peranan atau fungsinya satu terhadap yang

lain. Peranan tersebut bisa berupa hak dan kewajiban. Hubungan

karena kontrak umumnya terjadi melalui suatu perjanjian. Dalam

kontrak terapeutik, hubungan itu dimulai dengan tanya jawab

(anamnesis) antara dokter dengan pasien, kemudian diikuti dengan

pemeriksaan fisik, kadang-kadang dokter membutuhkan pemeriksaan

diagnostik untuk menunjang dan membantu menegakkan

diagnosisnya yang antara lain berupa pemeriksaan radiologi atau

pemeriksaan laboratorium, sebelum akhirnya dokter menegakkan

suatu diagnosis. Dalam ilmu hukum dikenal dua jenis perjanjian, yaitu:

a. Resultaatsverbintenis, yang berdasarkan hasil kerja.

b. Inspanningverbintenis, yang berdasarkan usaha yang

maksimal.

Pada umumnya, secara hukum hubungan dokter-pasien merupakan

suatu hubungan ikhtiar atau usaha maksimal. Dokter tidak

menjanjikan kesembuhan, akan tetapi berikhtiar sekuatnya agar

pasien sembuh. Meskipun demikian, mungkin ada hubungan hasil

kerja pada keadaan- keadaan tertentu seperti pembuatan gigi palsu

atau anggota badan palsu, oleh dokter gigi, ahli orthopedi atau ahli

bedah kosmetik.

2. Hubungan Karena Undang-Undang (Zaakwarneming)

Apabila pasien dalam keadaan tidak sadar sehingga dokter tidak

15

Page 16: Makalah Pbl Blok 27

mungkin memberikan informasi, maka dokter dapat bertindak atau

melakukan upaya medis tanpa seizin pasien sebagai tindakan

berdasarkan perwakilan sukarela atau menurut ketentuan Pasal 1354

KUH Perdata disebut Zaakwarneming. Dalam Pasal 1354 KUH Perdata,

pengertian Zaakwarneming adalah mengambil alih tanggung jawab

dari seseorang sampai yang bersangkutan sanggup lagi untuk

mengurus dirinya sendiri. Dalam keadaan demikian, perikatan yang

timbul tidak berdasarkan suatu persetujuan pasien, tetapi berdasarkan

suatu perbuatan menurut hukum, yaitu : Dokter berkewajiban untuk

mengurus kepentingan pasien dengan sebaik-baiknya setelah pasien

sadar kembali, dokter berkewajiban memberikan informasi mengenai

tindakan medis yang telah dilakukannya dan mengenai segala

kemungkinan yang timbul dari tindakan tersebut. Untuk tindakan

selanjutnya tergantung pada persetujuan pasien yang bersangkutan.2

Wilayah norma hukum baik dokter atau dokter gigi adalah sebagai

individu dalam pergaulan dalam masyarakat termasuk dalam melaksanakan

praktik kedokteran.4 Secara spesifik, hubungan dokter dan pasien dalam

praktik kedokteran diatur dalam UU nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran dan UU no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Tinjauan Skenario dari segi etika, disiplin dan hukum

1. Dokter melakukan pergantian tugas dengan dokter lain tanpa

sepengetahuan pasien

a. Aspek etika

Pasal 7c Kode Etik Kedokteran dengan jelas mencantumkan bahwa

seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien dan menjaga

kepercayaan pasien. Meskipun ditemui pasal demikian dalam kode

etik, namun kutipan tersebut tidak begitu spesifik menjelaskan hak

pasien apa yang dilanggar dalam hal ini. Kasus ini lebih banyak

dibahas secara spesifik dari segi disiplin dan hukum.

b. Aspek disiplin

Penggantian dokter yang bertanggung jawab atas satu pasien

tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada pasien yang

ditangani merupakan salah satu dari 28 bentuk pelanggaran kode 16

Page 17: Makalah Pbl Blok 27

disiplin yang telah dibahas di atas. Dengan cukup jelas

dicantumkan bahwa ketidakhadiran dokter atau dokter gigi

bersangkutan dan kehadiran dokter atau dokter gigi pengganti

pada saat dokter atau dokter gigi berhalangan praktik, harus

diinformasikan kepada pasien secara lisan ataupun tertulis di

tempat praktik dokter.

c. Aspek hukum

Kode disiplin tersebut di atas didasarkan pada UU Nomor 29 Tahun

2004 pasal 40 ayat (1) yang mengatakan bahwa dokter atau dokter

gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik kedokteran harus

membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter gigi

pengganti.

Dengan demikian, pelanggaran ini mencakup aspek etika, disiplin dan

hukum. Bagaimanapun juga kondisinya pergantian dokter yang

bertugas harus dengan jelas diberitahukan kepada pasien maupun

keluarganya agar kemudian tidak menimbulkan kebingungan apabila

dokter pengganti melakukan tindakan pada pasien tersebut.

Penginformasian juga dimaksudkan agar pasien mengetahui apakah

dokter pengganti memiliki kompetensi yang sesuai atau tidak. Bila

tidak, pasien seharusnya berhak menolak dokter pengganti.

2. Dokter meminta persetujuan pasien untuk dirawat inap melalui

perawat

a. Aspek etika dan disiplin

Ketidakmampuan dokter untuk melakukan komunikasi yang baik

dengan pasien, sedikitnya melanggar etika profesi kedokteran dan

kedokteran gigi serta lebih lanjut dapat melanggar disiplin

kedokteran, apabila ketidakmampuan berkomunikasinya

berdampak pada ketidakmampuan dokter dalam membuat

persetujuan tindakan kedokteran dan rekam medis.

b. Aspek hukum

Berdasarkan hak dasar manusia yang melandasi transaksi

terapeutik (penyembuhan), setiap pasien bukan hanya mempunyai

kebebasan untuk menentukan apa yang boleh dilakukan terhadap

17

Page 18: Makalah Pbl Blok 27

dirinya atau tubuhnya, tetapi ia juga terlebih dahulu berhak untuk

mengetahui hal-hal mengenai dirinya. Pasien perlu diberi tahu

tentang penyakitnya dan tindakan-tindakan apa yang dapat

dilakukan dokter terhadap tubuhnya untuk menolong dirinya serta

segala risiko yang mungkin timbul kemudian.1

Dari pemahaman ini harus ditegaskan bahwa segala informasi

penting yang berkaitan dengan pemahaman pasien harus

diberitahukan kepada pasien, termasuk segala risikonya kecuali

bila pemberitahuan itu dapat memperburuk keadaan pasien.

Sampai di sini, tindakan dokter yang meminta perawat

menanyakan kesediaan pasien dirawat inap berisiko menimbulkan

pelanggaran hukum bila ternyata perawatan tersebut menimbulkan

kerugian pada pasien tanpa sepengetahuannya, semata-mata

karena perawat tidak memberi informasi secara jelas sebagaimana

seharusnya.

Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004

BAB VII PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

Bagian Kedua

Pelaksanaan Praktik

Pasal 39

Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi

dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan

kesehatan, pengobatan penyakit danpemulihan kesehatan.

Pasal 40

(1) Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik kedokteran harus

membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter gigi pengganti.

(2) Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dokter atau

dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik.

Bagian Ketiga

18

Page 19: Makalah Pbl Blok 27

Pemberian Pelayanan

Paragraf 2

Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi

Pasal 45

(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau

dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat

penjelasan secara lengkap.

(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :

a. Diagnosis dan tatacara tindakan medis;

b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

c. alternatif tindakan lain dan risikonya;

d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;dan

e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis

maupun lisan.

(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus

diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan

persetujuan.

(6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur

dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 3

Rekam Medis

Pasal 46

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat

rekam medis.

(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah

pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.

(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang

19

Page 20: Makalah Pbl Blok 27

memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47

(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter,

dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan

milik pasien.

(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga

kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 7

Hak dan Kewajiban Pasien

Pasal 52

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:

a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 45 ayat (3);

b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. menolak tindakan medis; dan

e. mendapatkan isi rekam medis.

Pasal 53

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :

a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

20

Page 21: Makalah Pbl Blok 27

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan

d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Penutup

Dalam komunikasi dokter-pasien diperlukan kemampuan berempati, yaitu upaya

menolong pasien dengan pengertian terhadap apa yang pasien butuhkan. Menghormati dan

menghargai pasien adalah sikap yang diharapkan dari dokter dalam berkomunikasi dengan

pasien, siapa pun dia, berapa pun umurnya, tanpa memerhatikan status sosial-ekonominya.

Bersikap adil dalam memberikan pelayanan medis adalah dasar pengembangan komunikasi

efektif dan menghindarkan diri dari perlakuan diskriminatif terhadap pasien. Hal tersebut diatur

dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran memuat pasal-pasal

yang berkaitan dengan komunikasi dokter-pasien, Aspek yang cukup dominan mempengaruhi

keputusan pasien dalam berobat ke dokter adalah komunikasi. Sikap dokter dalam

berkomunikasi dengan pasien dapat menimbulkan kesimpulan yang akan mempengaruhi

keputusan pasien. Komunikasi yang tidak efektif dapat menimbulkan masalah dalam hubungan

dokter-pasien, di antaranya adalah tuduhan melakukan malapraktik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wasisto B, Sudjana G, Zahir H, Sidi IPS, Witjaksono M, Claramita M, et al.

Komunikasi efektif dokter-pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran

Indonesia;2006.h.7-21.

2. Elias S, Wayan K, Putu A. Modul komunikasi pasien-dokter: suatu

pendetkatan holistik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.6-

10.

3. Rafly A, Purwadianto A, Rusli A, Rasad A, Aswar B, Sampurna B, et al.

Kemitraan dalam hubungan dokter-pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran

Indonesia; 2006.h.11-35.

4. Jusuf H, Amri A. Etika kedokteran & hukum kesehatan. Edisi ke-4. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.14.

5. Sampurna B, Zulhasmar S, Tjetjep D. Bioetik dan hukum kedokteran. Cetakan ke-2. Jakarta:

Pustaka Dwipar; 2007.h. 8; 77-9.

21

Page 22: Makalah Pbl Blok 27

6. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. Kode etik kedokteran

indonesia dan pedoman pelaksanaan kode etik kedokteran indonesia.

Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2002.h.11.

7. Alwy S. Norma etika, disiplin, dan hukum di bidang kedokteran. Diunduh

dari www.hukor.depkes.go.id, 26 September 2014.

8. Lampiran Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia tentang Pedoman

Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran. Jakarta: Konsil Kedokteran

Indonesia; 24 Agustus 2006. Surat Keputusan no. 17/KKI/KEP/VIII/2006.

22