makalah pbl 3-mandiri-religious worldview

Upload: anesty2112

Post on 12-Jul-2015

408 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH PBL BLOK 2 SEMESTER 1 RELIGIOUS WORLDVIEW DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK SOSIAL

Oleh Anesty Claresta 102011223 / Kelompok E5 [email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana DKI Jakarta 2011

PENDAHULUANManusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Tentulah dalam kehidupan, manusia harus berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi tersebut seringkali kita menemukan konflik. Konflik adalah situasi di mana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain.1 Konflik tersebut dapat dibedakan menjadi konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal adalah konflik dengan diri sendiri, sedangkan konflik eksternal adalah konflik dengan dunia luar (orang lain, masyarakat, lingkungan sekitar,dll) atau yang disebut juga sebagai konflik sosial. Konflik memang sulit dihindari. Apabila kita sedang mengalami suatu konflik, yang terpenting adalah bagaimana cara kita memahami dan mengatasi konflik tersebut. Sesungguhnya, apabila kita dapat mengelola konflik tersebut secara konstruktif, konflik justru dapat memberikan manfaat yang baik bagi diri kita sendiri dan orang lain. Pengelolaan konflik ini tentu saja tergantung dari worldview kita masing-masing.1 Worldview menurut The American Heritage Dictionary edisi ke-4 adalah keseluruhan sudut pandang seseorang dalam menginterpretasikan kenyataan dunia. Jadi, worldview adalah bagaimana kita cara pandang kita melihat kenyataan hidup kita. Termasuk bagaimana kita memandang konflik tersebut. Worldview tentulah sangat berguna dalam menyelesaikan konflik-konflik yang kita hadapi. Terdapat berbagai macam worldview. Namun, yang dibahas penulis dalam karya tulis ini adalah religious worldview. Religious worldview merupakan cara pandang kita terhadap kenyataan hidup berdasarkan iman dan pengetahuan kita. Tujuan dari karya tulis ini adalah bagaimana dengan memahami religious worldview, kita dapat memahami konflik, mengelola konflik tersebut dengan baik, dan mengatasi konflik tersebut.

ISISkenario Sebagai seorang beragama anda dipercayakan oleh pemerintah untuk bertugas di Desa Bunga, mendampingi masyarakat untuk memberikan bantuan berupa pandangan-pandangan atau pemikiran-pemikiran yang lebih baik dan maju kepada masyarakat tersebut yang baru saja mengalami konflik sosial yang mengakibatkan banyak rumah warga yang terbakar, menurunnya nilai-nilai iman, dan traumatik yang berkepanjangan. Dalam kurun waktu 1 tahun anda dipercayakan untuk sedapat-dapatnya membantu masyarakat tersebut menyelesaikan masalah-masalah mereka. Di dalam skenario, Desa Bunga telah mengalami konflik sosial yang banyak memberikan akibat buruk bagi masyarakat desa tersebut. Mereka butuh dampingan dan bantuan untuk membuat mereka pulih dari akibat-akibat konflik sosial tersebut. Perlu pemahaman religious worldview untuk mengatasi masalah tersebut. RELIGIOUS WORLDVIEW Religious worldview merupakan integrasi iman dan pengetahuan. Jadi, religious worldview adalah suatu set ide/asumsi/kepercayaan tentang Allah, kehidupan alam semesta dan apa yang ada di dalamnya, dan menjadi asumsi dasar kita dalam melihat relitas. Dalam mengembangkan religious worldview, manusia perlu untuk mengenal Allah (dengan hati) dan memahami Allah (dengan pikiran). Religious worldview sangatlah penting untuk dikenal. Terdapat 3 manfaat dari religious worldview : 1. Membentuk orientasi hidup 2. Membangun kemandirian 3. Membangun komunitas yang sehat Membentuk orientasi hidup Orientasi hidup merupakan pandangan dunia kita yang memberikan arah tujuan dari hidup kita. Untuk membentuk masa depan yang baik, diperlukan orientasi hidup yang jelas dan terarah. Religious worldview membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan religius yang mencari makna dari orientasi hidup kita, yang di mana kita perlu mengetahui

tidak hanya apa yang harus dipikirkan, tetapi juga bagaimana untuk hidup, apa yang harus dilakukan, bagaimana untuk berhubungan dengan satu sama lain, diri sendiri, dan segala kemungkinan yang terjadi di dunia.2 Orientasi hidup tentu dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti ilmu, pengetahuan tentang Allah, dan kebudayaan. Ilmu yang bersumber dari pendidikan seseorang sangatlah menentukan orientasi hidup seseorang. Ilmu di sini mencakup pengetahuan dan pengalaman hidup seseorang. Seseorang dengan pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik, pasti memiliki orientasi hidup yang lebih baik juga. Terdapat berbagai macam disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki dampak tersendiri bagi orientasi hidup seseorang. Contohnya dari disiplin ilmu ekonomi, seseorang yang menyadari bahwa hidupnya pas-pasan atau berkekurangan, memiliki orientasi hidup untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya untuk

memperbaiki nasib dirinya entah dengan cara berdagang kecil-kecilan, mencari perkerjaan yang lebih baik,dsb. Pengetahuan tentang Allah juga memiliki dampak yang besar dalam orientasi hidup seseorang. Imannya kepada Allah harus dijadikan dasar dalam menentukan orientasi hidupnya. Orang yang berpandangan bahwa Allah menentukan kehidupan, maka orientasi hidupnya adalah pernyataan Allah yang penting. Tuhan akan selalu memberikan jalan yang terbaik untuk kita, maka dari itu apabila orientasi hidup kita sudah sesuai dengan kehendak Allah, Allah pasti akan membuka jalan untuk mencapai tujuan hidup kita.3 Contohnya, seseorang yang mempunyai tujuan hidup menjadi orang yang sukses, apabila ia memiliki pengetahuan dan iman yang kuat terhadap Allah, maka ia akan berusaha mengejar kesuksesan dengan cara-cara yang baik, sesuai dengan perintah Allah. Di dalam skenario PBL, warga Desa Bunga juga mengalami menurunnya nilai-nilai iman. Andaikan saja mereka memiliki iman yang kuat terhadap Allah, tentu mereka dapat menentukan orientasi kehidupan desa mereka untuk menjadi lebih baik. Kebudayaan atau kebiasaan hidup seseorang juga dapat mempengaruhi orientasi hidupnya. Tiap kebudayaan mempunyai tiga dimensi : kognitif, afektif, dan evaluatif karena merupakan sistem yang terintegrasi dari ide, perasaan, dan nilai serta perilaku manusia. Dimensi kognitif dalam kebudayaan adalah mengenai pengetahuan yang menyediakan ini konseptual budaya. Pengetahuan juga menyatakan kepada kita apa yang ada dan apa yang tidak ada, seperti adanya hantu, raksasa, dll. Dimensi afektif dalam kebudayaan mengenai rasa yang dimiliki anggota kelompok, sikap mereka, rasa

keindahan, makanan, pakaian, suka atau tidak suka, senang dan juga rasa sedih. Emosi juga termasuk dalam dimensi afektif ini. Yang terakhir adalah dimensi evaluatif. Dimensi evaluatif menentukan sesuatu itu layak atau tidak, patut diterima atau ditolak. Kebudayaan menyediakan kerangka atas pikiran-pikiran kita. Segala sesuatu yang sesuai dengan kebudayaan yang kita anut, pasti kita anggap benar.4 Secara tidak langsung, kebudayaan mempengaruhi orientasi hidup kita karena kebudayaan mempengaruhi cara kita melihat dunia ini. Membangun kemandirian Dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Bunga, tentulah harus dibangun kemandirian yang kokoh. Hal ini dapat terwujud apabila terdapat pengenalan religious worldview yang jelas terhadap seluruh masyarakat. Dengan mengenal religious worldview ini, seluruh masyarakat Desa Bunga semakin bisa menghadapi kenyataan hidup mereka tanpa terjadi trauma yang berkepanjangan. Masyarakat Desa Bunga harus diberi dampingan untuk lebih kompak dan lebih berinisiatif yang baik untuk menyelesaikan konflik sosial yang terjadi di desa mereka sendiri. Membangun komunitas sehat Kehidupan masyarakat desa adalah kehidupan dalam suatu komunitas. Untuk membangun masyarakat desa yang baik, maka diperlukan juga komunitas yang sehat. Komunitas yang sehat adalah dimana di dalam suatu komunitas tersebut ada keterbukaan satu dengan yang lainnya. Para individu dalam komunitas tersebut juga harus menjalin hubungan yang baik, saling menghormati, saling menghargai dan ada toleransi antar individu. Apabila terjadi suatu konflik, masalah tersebut harus dimusyawarahkan hingga nanti terbentuk sebuah keputusan bersama.5 Di dalam kasus PBL, mungkin saja ada kesalahpahaman yang terjadi diantara angggota masyarakat Desa Bunga di mana ada individu yang merasa haknya telah dilanggar sehingga terjadilah konflik sosial. Seharusnya Desa Bunga langsung menyelesaikan masalah tersebut dengan kepala dingin dan dengan terbuka kepada seluruh masyarakat. Religious worldview mereka haruslah digunakan agar terjadi keselarasan antar warga sehingga konflik sosial ini tidak berkelanjutan.

Religious worldview merupakan asumsi-asumsi dasar dalam melihat realitas yang ada dibalik perilaku atau kepercayaan kita sebagai umat Tuhan. Worldview ini berfungsi untuk memberikan landasan untuk membangun suatu keputusan dan mendasari keputusan apakah itu masuk akal atau tidak. Worldview juga memberikan rasa aman secara emosional yang akan nampak dalam hal kemana orang mendasarkan dirinya pada saat-saat menghadapi bahaya, kehidupan yang goncang,dsb. Semakin jelas worldview seseorang, semakin jelas identitas seseorang atau kelompok.

PENUTUPUntuk membantu masyarakat Desa Bunga membangun kembali desanya, dibutuhkan pemahaman mengenai Religious Worldview. Religious worldview harus diperkenalkan kepada para warga desa agar mereka dapat membentuk orientasi hidup mereka bersama (menyatukan tujuan bersama untuk masa depan yang lebih baik), membangun kemandirian (dapat menyelesaikan konflik/masalah sendiri) dan membangun komunitas yang sehat (terbuka satu sama lain, gotong royong, musyawarah, dsb.)

DAFTAR PUSTAKA1. Supratiknya A. Tinjauan psikologis : Komunikasi antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius; 1995.p.94-5. 2. Webb E. Worldview and mind religious thought and psychological development. Columbia : University of Missoury Press; 2009. 3. Gea AA, Rachmat N, Wulandari APY. Character building III : Relasi dengan Tuhan. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2004.p.164-6. 4. Heslin JM. Sosiologi dengan pendekatan membumi. 6th ed. Jakarta: Erlangga; 2007.p.38-9. 5. Panitia Spiritualitas KOPTARI. Membangun komunitas persaudaraan. Yogyakarta: Kanisius; 2008.