makalah pajak daerah

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menambah penerimaan Negara, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan diantaranya adalah pemungutan pajak terhadap wajib pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Beberapa Pendapat para ahli tentang Pajak yaitu sebagai berikut : 1. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah. 2. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH., Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 3. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R., pajak adalah suatu pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hokum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalakan pemerintah.[1] )

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 04-Dec-2014

526 views

Category:

Data & Analytics


9 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah pajak daerah

BAB   I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Untuk menambah penerimaan Negara, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan

diantaranya adalah pemungutan pajak terhadap wajib pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada

kas negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat

balas jasa secara langsung. Beberapa Pendapat para ahli tentang Pajak yaitu sebagai berikut  :

1. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani,  pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang

dapat dipaksakan) yang tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang

langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

2.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH., Pajak adalah iuran masyarakat kepada

Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

3. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.,

pajak adalah suatu pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat

pelanggaran hokum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan

lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan dan proporsional, agar

pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalakan pemerintah.[1])

Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Dasar Hukum Pajak yang tertinggi adalah Pasal

23 A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, bahwa “pajak dan pungutan lain yang

bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang”.

Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat dan

Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah Pusat yang

dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan.

Pendapatan Negara adalah semua penrimaan Negara dari sumber-sumber pendapatan yang

ditetapkan menurut perundang-undangan/peraturan yang berlaku. Dalam APBN, Pendapatan

Negara dibagi  dalam dua kelompok besar, yaitu penerimaan dalam negeri dan hibah.

Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan

pajak. Hibah adalah sumbangan/pemberian dari pihak lain kepada Negara baik perorangan

maupun badan usaha dan daoat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Penerimaan perpajakan bersumber dari penerimaan pajak dalam negeri dan pajak

perdagangan Internasional. Penerimaan pajak dalam negeri  terdiri dari pajak penjualan atas

barang mewah, pajak bumi dan bangunan (PBB), dan bea perolehan hak atas tanah dan

Page 2: Makalah pajak daerah

bangunan (BPHTB), cukai, dan pajak lainnya. Pajak perdagangan Internasional terdiri dari

Bea masuk dan pajak ekspoor.[2])

Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi:

A.    Menurut  Golongannya

1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan

2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.

B.     Menurut Sifatnya

1. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam

arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan

keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BArang

mewah.

C.     Menurut Lembaga Pemungutnya

1. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan

bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak

penerangan jalan.[3])

Dari berbagai jenis-jenis pajak tersebut diatas, namun dalam pembahasan makalah ini yang

kami bahas lebih lanjut adalah tentang Pajak Daerah.

B.       Rumusan Masalah.

Dari latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pembahasan

makalah ini adalah sebagai berikut            :

1.      Apa dasar pemungutan pajak

2.      Apa saja jenis jenis pajak daerah

3.      Bagaimana fungsi pajak daerah terhadap pembangunan daerah. 

4.      Apa saja yang menjadi hambatan dalam pemungutan pajak daerah

C.      Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut     :

1.      Memahami tentang tujuan pemungutan pajak

2.      Untuk mengetahui jenis jenis pajak di Indonesia

3.      Untuk mengetahui fungsi dari pemungutan pajak terhadap pajak daerah

Page 3: Makalah pajak daerah

BAB   II

PEMBAHASAN

A.      Defenisi Pajak Menurut Para Ahli Dan Pengertian Pajak Daerah

1.        Defenisi pajak menurut para ahli

Menurut Suparman Sumadwijaya, Pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut

oleh penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa

kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.[4]) sedangkan menurut Remsky K. Judisseno

(1997:5)  “Pajak adalah suatu kewjiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif warga

negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara

berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan

peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan dan negara”.

Dari pembahsan pengertian pajak, maka, unsure-unsur dari defenisi pajak meliputi sebagai

berikut      :

1.      Pajak adalah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan (pendapatan)

kepada Negara.

2.      Penyerahan itu bersifat wajib. Lalu bagaimana jika tidak dilakukan? Utang itu dapat

dipaksakan dengan keekrasan seperti surat paksa dan sita.

3.      Perpindahan/penyerahan itu berdasarkan undang-undang/peraturan/norma yang dibuat

oleh pemerintah berlaku umum. Jika tidak, maka dapat diangap sebagai perampasan hak.

4.      Tidak ada kontaprestasi langsung dati pemerintah (pemungut iuran) bias dilihat dari

indikasi :

Pembangunan infrastruktur

 Sarana kesehatan

Public facility

5.      Iuran dari pihak yang dipungut (rakyat, badan udaha baik seasra maupun pemerintah)

digunakan oleh pemungut (pemerintah) untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

(yang seharusnya) berguna bagi rakyat.

2.    Penegertian Pajak Daerah.

Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) : “Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah oleh

pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil

di pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”.

Sedangkan Menurut Mardiasmo, (2002:5) : “Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh

orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di

paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk

membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.[5])

Page 4: Makalah pajak daerah

Sedangkan Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah

kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah untuk membiayai

pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya

untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang

melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

B.       Jenis-jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak

kabupaten/kota. Secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut.

Perbandingan Jenis Pajak yang Dikelola Pemerintah Provinsi dan   Pemerintah

Kabupaten/Kota

Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota

1.      Pajak Kendaraan Bermotor

2.      Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor

3.      Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor

4.      Pajak Air Permukaan

5.      Pajak Rokok

1.      Pajak Hotel

2.      Pajak Restoran

3.      Pajak Hiburan

4.      Pajak Reklame

5.      Pajak Penerangan Jalan

6.      Pajak Mineral Bukan Logam

dan Batuan

7.      Pajak Parkir

8.      Pajak Air Tanah

9.      Pajak Sarang Burung Walet

10.  Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan

11.  Bea Perolehan Hak Atas Tanah

dan Bangunan

         

a.      Pajak yang Dikelola Provinsi

Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan

dan Pajak Rokok.

1.      Pajak Kendaraan Bermotor

Page 5: Makalah pajak daerah

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan

bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang

digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau

peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi

tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat

besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara

permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air (Pasal 1 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut :

a.       Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu

persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);

b.      Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan

secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10%

(sepuluh persen).

Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran,

sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah

Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling

rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).

Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan

paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma

dua persen).

2.  Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan

bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang

terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan

usaha (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-

masing sebagai berikut :

a.   penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan

jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :

a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan

b.   penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima persen).

Page 6: Makalah pajak daerah

3.      Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar

kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair

atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar

10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan

bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah

dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi (Pasal 19

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

4.      Pajak Air Permukaan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air

permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak

termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.Tarif Pajak Air Permukaan

ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009).

5.      Pajak Rokok

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah. Tarif

Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Pajak Rokok

dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah(Pasal 29 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

Penerimaan pajak rokok, baik bagian Provinsi maupun bagian Kabupaten/kota, dialokasikan

paling sedikit 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum

oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

b.   Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota

Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang termasuk pajak yang

dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1.      Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan retribusi

Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah

fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan

dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,

pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih

dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

2.      Pajak Restoran

Page 7: Makalah pajak daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah,  Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran

adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang

mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa

boga/katering. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

3.      Pajak Hiburan.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak

Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan,

pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Tarif

Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk

hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam,

permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan

paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Khusus hiburan kesenian

rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal

45 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

4.      Pajak Reklame

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,

alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan

komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian

umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar,

dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi

sebesar 25% (Pasal 50 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

5.      Pajak Penerangan Jalan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang

dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan

ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber

lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan

ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan

sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009).

6.      Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan

mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi

untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan

Page 8: Makalah pajak daerah

batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral

dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar

25% (Pasal 60 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

7.      Pajak Parkir

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan,

baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu

usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan

tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Tarif Pajak Parkir ditetapkan

paling tinggi sebesar 30% (Pasal  65 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

8.      Pajak Air Tanah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air

Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan

tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

9.      Pajak Sarang Burung Walet

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau

pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk

marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia

esculanta, dan collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi

sebesar 10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

10.  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau

bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,

kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan.

Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah

kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara

tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

11.  Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah

dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau

peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh

Page 9: Makalah pajak daerah

orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan

paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009)

C.      Fungsi Pajak Daerah.

Sebagaimana kita ketahui, pajak sangat penting perannya di dalam pembangunan Daerah.

Banyak hal yang bisa dibiayai pajak sperti pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan

sekolah, rumah sakit, jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), Bantuan Operasional

Sekolah (BOS), dan sebagainya.

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang akan digunakan untuk modal

pembangunan. Oleh karena itu, pajak daerah memiliki peran penting dalam pembangunan

suatu daerah. Fungsi pajak daerah salah satunya adalah sebagai bagian dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah ini bisa digunakan untuk pembangunan, juga

anggaran rutin seperti gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sebagainya.

Hal yang perlu dicermati adalah suatu anggaran pemerintahan daerah dianggap sehat jika

anggaran untuk pembangunan lebih tinggi daripada anggaran rutin (gaji pegawai). Setiap

pemerintah daerah tentu berharap bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya.

Salah satu sektor yang bisa diharapkan untuk meningkatkan PAD ini adalah melalui pajak

daerah.

Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk ikut mengatur pertumbuhan ekonomi. Misalnya,

jika pemerintah ingin menarik penanam modal maka bisa diberikan keringanan pajak untuk

sektor-sektor tertentu. Dengan ini diharapkan akan ada penyerapan lapangan kerja. Selain itu,

pajak daerah juga bisa digunakan untuk kegiatan sosial dan insidental, seperti pendidikan

untuk anak jalanan, penanganan bencana, dan sebagainya.Pada akhirnya, pajak

daerah diharapkan bisa meningkatkan pemerataan di setiap daerah karena penyaluran pajak

yang baik bisa meningkatkan kualitas pembangunan.

D.    Permasalahan dalam Perpajakan Daerah

Selain berbagai manfaat pajak daerah yang telah disebutkan di atas, pajak daerah juga

memiliki beberapa permasalahan yang harus segera diatasi. Beberapa permasalahan pajak

tersebut, antara lain sebagai berikut.

1.      Belum Intensifnya Penerimaan Pajak

Di beberapa daerah, masih terdapat banyak potensi pajak yang belum tergali. Hal tersebut

mungkin disebabkan oleh belum efektifnya pemerintah daerah di dalam penarikan pajak.

Solusinya bisa dimulai dari pendataan kembali berbagai objek pajak yang ada di daerah.

Selain itu, diperlukan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya membayar pajak untuk

keperluan pembangunan sehingga ekonomi bisa lebih merata.

Page 10: Makalah pajak daerah

2.  Penyaluran Pajak

Permasalahan penting lain yang juga berkaitan dengan pajak daerah ini adalah sisi penyaluran

dari pajak itu sendiri. Seperti telah diungkapkan di atas, tujuan pajak (termasuk pajak daerah)

adalah untuk keperluan pembangunan. Namun, di beberapa daerah masih didapati pajak itu

lebih banyak digunakan untuk keperluan biaya rutin seperti gaji dan fasilitas pegawai, dan

sebagainya.

Tentu saja hal ini tidak diharapkan karena pajak seharusnya lebih banyak digunakan untuk

pembangunan infrastruktur dan elemen-elemen penting yang langsung berhubungan dengan

masyarakat, seperti sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya) pendidikan

(pembangunan dan pemeliharaan gedung sekolah), dan hal-hal lain yang langsung menyentuh

masyarakat.

3.  Rendahnya Kesadaran Membayar Pajak

Permasalahan lain yang berkaitan dengan pajak daerah adalah masih rendahnya kesadaran

masyarakat dalam membayar pajak. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Permasalahan

tersebut, antara lain masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pajak daerah.Selain

itu, juga belum optimalnya penyaluran pajak sehingga masyarakat kurang bisa merasakan

manfaat pajak bagi mereka.

Persoalan ini juga bisa timbul karena masyarakat tidak setuju dengan pengenaan pajak untuk

bagian tertentu. Misalnya, di Jakarta ada rencana untuk mengenakan pajak bagi warteg

maupun warung nasi padang yang beromset 200 juta per tahun (sekitar 560 ribu per hari). Hal

ini sempat menghadapi tentangan dari beberapa pihak. Begitu juga rencana pengenaan pajak

bagi kamar kos-kosan di beberapa daerah, juga mendapat penentangan

Page 11: Makalah pajak daerah

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dari Pembahasan tentang pajak daerah tersebut diatas, dapat kita ambil kesimpulan antara

lain sebagai berikut :

Salah satu cara  untuk menumbuhkan dan meningkatkan ekonomi negara mulai dari

pemerintah daerah hingga pemrintah pusat, yaitu dengan menambah penerimaan Negara

melalui sektor pajak. Pajak secara Umum dapat di bagi dua yaitu Pajak Pusat, yaitu Pajak

yang dikelola oleh pemerintahan pusat seperti oleh Direktorat Jenderal pajak.

Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola pemerintah daerah, untuk membiayai

pengeluaran pemerintahan demi pembangunan daerah tersebut (APBD). Pajak Daerah itu

secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1.      Pajak Daerah Provinsi terdiri dari 5 (lima) jenis pajak :

-        Pajak Kendaraan Bermotor

-        Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

-        Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

-        Pajak Air Permukaan

-        Pajak Rokok

2.      Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari 11 (sebelas) jenis pajak    :

-        Pajak Hotel

-        Pajak Restoran

-        Pajak Hiburan

-        Pajak Reklame

-        Pajak Penerangan Jalan

-        Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

-        Pajak Parkir

-        Pajak Air Tanah

-        Pajak Sarang Burung Walet

-        Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

-        Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

B.     Saran

Untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah yang lebih baik, sudah

sepatutnya penertiban-penertiban dalam pemungutan pajak harus di benahi, melakukan

berbagai upaya untuk meminimaliskan factor factor yang menjadi penyebab permasalahan-

permasalahan dalam pajak daerah, salah satunya mensosialisasikan kepada masyarakat akan

kepentingan dari pajak tersebut, yang tidak lain yaitu untuk meningkatkan pembangunan

pada daerah itu sendiri.

Page 12: Makalah pajak daerah

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutendi, SH.,MH, Hukum Pajak, Bandung : Sinar Grafika, 2011.

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

http://www.kajianpustaka.com, Defenisi pajak dan Jenis-jenis pajak, diakses tanggal

25 november 2013.

http://jhohandewangga.wordpress.com, pengertian dan macam-macam pajak daerah,

diakses tanggal 25 november 2013.

http://hitamandbiru.blogspot.com/, Pajak Daerah, diakses tanggal 25 November

2013.

http://www.anneahira.com/pajak-daerah.htm  Pajak Daerah Untuk Pembangunan,

diakses tanggal 26 November 2013.

Page 13: Makalah pajak daerah

TUGAS : FAINAL

MAKALAH

PAJAK DAN RETRIBUSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARI YANTO

STAMBUK : 21208252

JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI2014

Page 14: Makalah pajak daerah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................iDAFTAR ISI..............................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1A. Latar Belakang................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1

C. Tujuan................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3A. Pajak Retribusi Daerah sebagai Sumber Pendapatan Daerah............................... 3

B. Prinsip dan Kriteria Perpajakan Daerah............................................................. 3

C. Ketentuan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah............................... 5   

D. Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah........................................................ 7

E. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Mendukung Pembiayaan

Daerah............................................................................................................... 8

F. Optimalisasi Pungutan Pajak dan Retribusi Daerah dalam Rangka

Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah.................................................... 9

BAB III PENUTUP................................................................................................ 12A. KESIMPULAN................................................................................................. 12

B. SARAN............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13

ii

Page 15: Makalah pajak daerah

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur saya panjatkan atas rahmat dan hidayah yang telah Allah berikan kepada Saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah diberikan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi tentang “PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH”

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat membantu. mahasiswa dalam proses pembelajaran.            Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu keritik dan saran dari saudara atau saudari sangat saya harapkan untuk kesempurnaan makalah pada kemudian hari.

                                                                                            

Raha, Juni 2014

Penulis

TUGAS : FAINAL

i

Page 16: Makalah pajak daerah

METODOLOGI

ILMU PEMERINTAHAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARI YANTO

STAMBUK : 21208252

JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI2014

TUGAS : FAINAL

Page 17: Makalah pajak daerah

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARI YANTO

STAMBUK : 21208252

JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI2014

Page 18: Makalah pajak daerah

TUGAS : FAINAL

SOSIOLOGI KOTA DAN DESA

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARI YANTO

STAMBUK : 21208252

JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI2014

TUGAS : FAINAL

Page 19: Makalah pajak daerah

TEORI PERBANDINGAN PEMERINTAHAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARI YANTO

STAMBUK : 21208252

JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI2014