makalah pajak bumi dan bangunan

22
TUGAS HUKUM PAJAK TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN OLEH : NAMA : ABDUL MUFLIHUN NIM : D1A013005 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI MATARAM 1

Upload: lihunscience-gibran

Post on 26-Jul-2015

296 views

Category:

Law


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

TUGAS HUKUM PAJAK

TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

OLEH :

NAMA : ABDUL MUFLIHUN

NIM : D1A013005

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI MATARAM

2014/2015

1

Page 2: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Kata pengantar

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat

dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan

tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Makalah Pajak

Bumi dan Bangunan”, yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi

kita untuk mempelajari Pajak Bumi dan Bangunan

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memoho permakluman

bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat

atau menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan

semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Matram, 29 oktober 2014

“Penulis”

2

Page 3: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 4

A. Latar Belakang…………………………………………. 4

B. Tujuan………………………………………………….. 4

C. Rumusan Masalah……………………………………… 5

D. Manfaat………………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………. 6

A. Sejarah Pajak Bumi dan BAngunan……………………. 6

1. pada masa sebelum penjajahan……………………… 6

2. masa penjajahan……………………………………... 6

3. masa kemerdekaan…………………………………... 7

B. Objek Pajak……………………………………………... 7

C. Subjek Pajak……………………………………………. 8

1. Hak Wajib Pajak……………………………….......... 9

2. Kewajiban Wajib Pajak PBB………………………... 9

D. Pendaftara dan Pendapatan Objek PBB………………… 10

E. Cara Menghitung PBB…………………………………... 12

BAB iii PENUTUP……………………………………………………………… 14

A. Kesimpulan………………………………………............ 14

B. Saran…………………………………………….............. 15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 16

3

Page 4: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bumi yang kita pijakan ini sebenarnya merupakan hak kita tetapi kita memiiki kewajiban

tersendiri pula untuk membayar atas apa yang telah kita gunakan dipermukaan Bumi seperti

bangunan, sawah, lading dan lainnya. Sejak diberlakuknya peraturan perudang-udangan

pendaerahan PBB, Pengelolaan PBB bukan lagi jadi wewenang Kantor Pelayanan Pajak tetapi

berpindah tangan ke pemerintahan Kota/Kabupaten, jadi SPPT PBB yang kita terima akan

berbeda baik bentuk, warna dan tarif pajak serta susunannya karena menyeseuaikan dengan

peraturan dan ketentuan perundangan yang ditetapkan di wilayah Kabupaten/Kota. Jadi jangan

pernah heran jika kita memiliki banyak property da tersebar dibeberapa kota dan kita akan

menerima SPT yang bermacam warna pula karena ini bersifat regional Sebenernya peraturan

yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten tentang PBB umumnya mengadopsi dari

peruturan perundangan yang telah ada ( UU No 12 tahun 1984 Jo UU No 12 Tahun 1994 ) tetapi

karena  kondisi, kebutuhan dan kemampuan setiap daerah berbeda maka biasanya tiap

pemerintah kota/ kabupaten akan membuat peraturan tentang PBB sesuai dengan kemampuan

dan kebutuhan.

Pembayaran PBB ini sebenarnya wajib bagi masyarakat yang memanfaatkan dan

menggunakan lahan di bumi dan bangunan, dimana besarnya pembayaran akan tergantung

kepada berapa banyak asset yang dimiliki serta berapa besar objek yang tidak kena pajak di

daerah masing-masing. Penduduk Indonesia yang masih sangat minim pengetahuan mengenai

PBB ini terkadang sering menunggak pembayaran Pajak ini sehingga ini akan berdampak

negative pula pada perkembangan ekonomi Indonesia nantinya, oleh karena itu sebagai

masyarakat yang baik kita harus mau mebayar pajak ini guna kepentingan bersama

B. Tujuan

Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk :

- Mengetahui bagaimana sejarah PBB

- Mengetahui apa saja yang menjadi objek PBB

- Mengetahui siapa saja yang membayar PBB

- Mengetahui bagaimana cara pendaftaran dan Pendataan Objek PBB

- Mengetahui berapa tarif dari PBB

4

Page 5: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

- Mengetahui apa itu NJKP, NJOP, NJOPTKP

- Mengetahui cara menghitung PBB

C. Rumusan Masaah

- Bagaimanakan sejarah PBB?

- Apa saja yang menjadi Objek PBB?

- Siapa saja yang wajib membayar PBB?

- Bagaimana cara pendaftaran dan pendataan PBB?

- Berapakah tarif PBB yang berlaku di Indonesia?

- Apa pengertian dari NJOP, NJKP, dan NJOPTKP?

- Bagaimana cara menghitung PBB terhutang?

D. Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah agar pembaca dapat menambah wawasan mengenai PBB

atau Pajak Bumi dan Bangunan, mengenai segala seluk beluk yang berhubungan dengan PBB

agar pembaca bisa menyadari hak dan kewajiban sebagai Wajib Pajak itu apa saja terhadap PBB

5

Page 6: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan

Pada masa prasejarah (sebelum adanya kerajaan-kerajaan hindu di Indonesia) rakyat sudah

mulai dibebani dengan persembahan upeti atau penyerahan wajib dalam bentuk natura kepada para

penguasa sebagai tanda pengakuan atas kepemimpinan dan bukti rasa syukur atas pengayoman dari

penguasa tersebut. Yang menjadi objek pemungutan pajak adalah harta berharga dari masyarakat

agraris pada masa itu yaitu tanah pertanian ( R.Sa’ba n 2006 dalam Marihot 2009).

PBB merupakan jenis pajak objektif yang mulai berlaku sejak Januari 1986 berdasarkan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994. Jenis pajak ini bukanlah tergolong jenis

pajak baru karena pada dasarnya terdapat jenis pajak yang memiliki kesesuaian dengan PBB yang

telah lama dikenal dan dikenakan jauh sebelum diundangkannya Undang-undang Nomor Tahun

1985.

Secara umum latar belakang sejarah ke-PBB-an terbagi menjadi tiga bagian yaitu masa

sebelum penjajahan, masa penjajahan, dan masa kemerdekaan.

1. Pada masa sebelum penjajahan

Pada masa sebelum penjajahan, pajak atas tanah telah dikenal sejak zaman kerajaan-

kerajaan Hindu berkuasa di Nusantara dengan nama drwyahaji. Salah satu kerajaan besar di

masa lalu, Mataram, dalam sejarah disebutkan telah menerapkan tanah pertanian sebagai

objek pajak. Saat itu pajaknya dipungut berdasarkan luas tanah. Selain di Jawa, di kerajaan

Aceh dikenal pula pungutan atas tanah ladang yang dikenal dengan istilah wase tanah

disamping pungutan-pungutan lainnya.

2. Pada masa penjajahan

Pada masa penjajahan, dikenal adanya jenis pajak bumi yang disebut Land Rent. Jenis

pajak ini diperkenalkan oleh Sir Stanford Rafles, seorang Gubernur Jenderal Inggris di

Indonesia pada tahun 1811 sampai dengan tahun 1816. Land Rent dikenakan terhadap semua

jenis tanah produktif dan wajib pajaknya adalah desa (kepala desa) bukan perseorangan,

karena para kepala desa dianggap sebagai penyewa yang harus membayar sewa tanah.

6

Page 7: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Besarnya tarif Land Rent bervariasi antara 20% hingga 50% dari hasil produksi pertanian

tergantung pada jenis produksinya.

Pada masa penjajahan Belanda (1816) pemungutan Land Rent tetap dipertahankan

dengan mengganti namanya menjadi Landrente dan besarnya tarif juga diubah menjadi 20%

dari produksi pertanian. Selanjutnya pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia (1942-

1945), nama Land Rent atau Landrente diubah menjadi Land Tax.

3. Masa kemerdekan

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, nama Land Tax atau

pajak tanah disebut dengan Pajak Bumi dan pada tahun 1951 sampai dengan 1959 nama

jawatan pengelola Pajak Bumi tersebut adalah Jawatan Pendaftaran Tanah Milik Indonesia

(PTMI) yang mempunyai tugas mendaftar dan mengeluarkan surat pendaftaran sementara

bagi tanahtanah milik yang terdaftar.

B. Objek PBB

1. Yang menjadi objek Pajak Bumi dan Banguan (PBB) adalah Bumi dan Bangunan

2. Bumi adalah permukaan bumi atau tanah dan isi yang ada dibawahnya, termasuk tanah

perkarangan, sawah, ladang, empang, dan perairan dalam (Pasal 1 UU No. 12 Tahun

1994)

3. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap di bumi,

tanah atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha maupun tempat yang diusahakan

( Pasal 1 UU No. 12 Tahun 1985 dan UU No. 12 Tahun 1994).

Yang termasuk pengertian bangunan yaitu :

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek bangunan seperti hotel, pabrik

dan emplasemennya yang merupakan satu kesatuan yang komplek dengan bangunan

tersebut.

b. Jalan tol

c. Kolam reang

d. Pagar rumah

e. Tempat olahraga

f. Galangan kapal

g. Tempat penampungan/kliang minyak, air dan gas, pipa minyak

7

Page 8: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

h. Serta fasilitas yang memberikan manfaat

(Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun 1985 JO UU No. 12 Tahun 1994)

Sedangkan yang tidak termasuk objek PBB (Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1985 JO Undang-Undang Nomor 12 TAHUN 1994 ) yaitu ;

1. Tanah atau bangunan yang digunakan semata-mata untuk kepentingan umum yaitu seperti

tempat ibadah, rumah sakit, sekolah dan lain sebagainya.

2. Tanah atau bangunan yang digunakan untuk kuburan atau pemakaman umum

3. Tanah atau bangunan yang dijadikan sebagai tempat peninggalan purbakala seperti

museum

4. Tanah atau bangunan yang dgunakan oleh perwakilan diplomatik atau konsulat

berdasarkan asas perlakuan timbal balik

5. Tanah yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, taman nasional, tanah

pengembalan yang dikuasai oleh desa dan tanah negarayang belum dibebani suatu hak.

6. Bangunan yang dipergunakan oleh perwakilan organisasi internasional yang ditentukan

oleh menteri keuangan.

Objek pajak yang digunakan oleh negara

Yang dimaksud dengan objek paja ini adalah objek pajak yang dimiliki /dikuasai atau

digunakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan

pemerintahan.

Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan,

penentuan pengenaaan pajaknya diatur lebih lanjut oleh Peraturan Pemerintah. ( Pasal 3 angka

(2) UU No. 12 Tahun 1984 JO UU No. 12 Tahun 1994).

C. Subjek PBB

Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan

memperoleh manfaat atas bumi atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas

bangunan. Subjek PBB dikenakan kewajiban membayar PBB berdasarkan ketentuan perundang-

undangan perpajakan yang beraku menjadi Wajib Pajak. Atau ringkasnya Wajib Pajak adalah orang

pribadi atau badan yang secara nyata :

8

Page 9: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

- mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau;

- memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau;

- memiliki bangunan, dan/atau;

- menguasai bangunan, dan/atau;

- memperoleh manfaat atas bangunan.

Sebagaimana yang diatur dalam UU no 28 tahun 2009 pasal 78

1) Hak Wajib Pajak

1. Memperoleh formulir SPOP secara gratis pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP),

Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) atau tempat

lain yang ditunjuk.

2. Memperoleh penjelasan, keterangan tentang tata cara pengisian maupun penyampaian kembali

SPOP pada KPP atau KP2KP.

3. Memperoleh tanda terima pengembalian SPOP dari KPP, atau KP2KP.

4. Memperbaiki/mengisi ulang SPOP apabila terjadi kesalahan dalam pengisian

dengan melampirkan foto kopi bukti yang sah (sertifkat tanah, akta jual beli tanah, dan lain-lain).

5. Menunjuk orang/pihak lain selain pegawai Direktorat Jenderal Pajak dengan surat kuasa

khusus bermeterai, sebagai kuasa Wajib Pajak untuk mengisi dan

menandatangani SPOP.

6. Mengajukan permohonan tertulis mengenai penundaan penyampaian SPOP sebelum batas

waktu dilampaui dengan menyebutkan alasan-alasan yang sah.

2) Kewajiban Wajib Pajak PBB

1. Mendaftarkan Objek Pajak dengan cara mengisi SPOP.

2. Mengisi SPOP dengan jelas, benar, dan lengkap:

3. Menyampaikan kembali SPOP yang telah diisi WP ke KPP Pratama atau KP2KP setempa

selambat-lambatnya 30 hari setelah formulir SPOP diterima.

4. Melaporkan perubahan data Objek Pajak/WP ke KPP Pratama atau KP2KP setempat dengan

cara mengisi SPOP sebagai perbaikan/pembetulan SPOP sebelumnya.

9

Page 10: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

D. Pendaftaran dan Pendataan Objek PBB

1) Pendaftaran Objek dan Subjek PBB

Pendaftaran objek PBB dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir

SPOP secara jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan dikembalikan ke Kantor Pelayanan

Pajak yang bersangkutan atau tempat yang ditunjuk untuk pengambilan dan pengembalian SPOP

dengan dilampiri bukti-bukti pendukung seperti :

- sket/denah objek pajak;

- fotokopi KTP dan NPWP;

- fotokopi sertifkat tanah;

- fotokopi akta jual beli;

- atau bukti pendukung lainnya.

Formulir SPOP disediakan dan dapat diambil gratis di Kantor Pelayanan Pajak atau tempat

lain yang ditunjuk atau melalui teknologi internet dengan mencetak langsung dari : www.pajak.go.id.

Mendaftarkkan objek PBB dengan mengisi SPOP secara jelas, benar, dan lengkap serta

ditandatangani dan disampaikan ke tempat yang ditunjuk yang wiayah kerjanya meliputi letak objek

PBB selambatnya 30 hari seteah diterimanya SPOP oleh subjek Pajak. . Pelaksanaan tata cara

pendaftaran objek pajak sebagaimana yang diatur oelh Menteri Keuangan. SPOP adalah sarana bagi

Wajib Pajak untuk mendaftarkan Objek PBB yang akan dipakai sebagai dara untuk menghitung PBB

yang terhutang yang dimaksud dengan jelas dan benar adalah :

Jelas, berarti penulisan data yang diminta dalam SPOP dibuat sedemikian rupa,

sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan negara maupun Wajib

Pajak sendiri;

Benar, berarti data yang dilaporkan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;

Lengkap berarti seluruh bagian yang harus diisi oleh Wajib Pajak terisi semua dan

ditandatangani.

2) Pendataan PBB

Pendataan dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak dengan menggunakan formulir SPOP dan

dilakukan sekurang-kurangnya untuk satu wilayah administrasi desa/kelurahan.

Pendataan dapat dilakukan dengan cara:

a. Penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP:

10

Page 11: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang pada umumnya belum/tidak

mempunyai peta, daerah terpencil atau potensi PBB relatif kecil.

b. Identifkasi Objek Pajak

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/

peta foto yang dapat menentukan posisi relatif OP tetapi tidak mempunyai data administrasi PBB

tiga tahun terakhir secara lengkap.

c. Verifkasi Objek Pajak

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang sudah mempunyai peta garis/peta foto yang dapat

menentukan posisi relatif OP dan mempunyai data administrasi PBB tiga tahun terakhir secara

lengkap.

d. Pengukuran Bidang Objek Pajak

Dapat dilaksanakan pada daerah/wilayah yang hanya mempunyai sket peta desa/kelurahan dan

atau peta garis/peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif OP.

Pendataan objek PBB Pedesaan dan Perkotaan menggunakan formulir SPOP (Surat

Pemberitahuan Objek Pajak). SPOP yang telah diisi dan ditandatangani oleh Wajib Pajak kemudian

disampaikan kepada Kepala Daerah yang wilayah kerjanya meliputi objek pajak. Berdasarkan

SPOP, Kepala Daerah menerbitkan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang). Apabila Wajib

Pajak setelah ditegur secara tertulis oleh Kepala Daerah tidak juga menyampaikan SPOP atau

berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar

yang dihitung berdasarka SPOP yang disampaikan Wajib Pajak, maka Kepala Daerah dapat

mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)

Sanksi

Barang siapa yang tidak sengaja :

1. Tidak mengembaikan SPOP kepada Direktorat Jendera Pajak

2. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar dan tidak lengkap

Sehingga menimbukan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana sekurangnya

selama 6 bulan atau denda setingginya 2x lipat dari pajak terutang.

11

Page 12: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

E. Cara Mengitung PBB

1) Dasar Pengenaan PBB

Dasar pengenaan PBB adalah “Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)”. NJOP ditetapkan per wilayah

berdasarkan keputusan Menteri Keuangan dengan mendengar pertimbangan Bupati/Walikota serta

memperhatikan :

a. harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar;

b. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan

fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya;

c. nilai perolehan baru;

d. penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti.

Meski pada dasarnya penetapan nilai jual objek pajak adalh 3 tahun sekali, namun untuk

daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunan mengakibatkan Nilai Jual Objek Pajak

cukup besar maka penetapan niai jual ditetapkan setiap sekai 1 tahun. Dalam menetapkan besarnya

NJOP Mentri Keuangan mendengar pendapat Gubernur dengan memperhatikan Self Assisment

System.

2) NJOP ( Nilai Jual Objek Pajak )

adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan

bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Obyek Pajak ditentukan melalui perbandingan

harga dengan obyek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak

Pengganti. Nilai Jual Objek Pajak ini biasanya dicari terlebih dahulu untuk menghitung PBB, dengan

cara mengalikan luas dari bangunan atau tanah dengan harga jual yang telah dibandingkan dengan

daerah tempat objek pajak berada.

3) NJKP ( Nilai Jual Kena Pajak )

Nilai jual kena pajak adalah nilai jual dari objek pajak yang telah dikurangi dengan Nilai Jual tidak

Kena Pajak dimana nilai dari NJKP itu adalah

Dasar Perhitungan PBB

Objek Pajak Persentase

12

Page 13: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Perkebunan 40%

Kehutanan 40%

Pertambangan 40%

Objek Pajak Lain

NJOP ≥1.000.000.000 40%

NJOP < 1.000.000.000 20%

4) NJOPTKP ( Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak)

Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak adalan batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena

pajak. Besarnya NJOPTKPN untuk setiap daerah Kabupaten/ Kota adalah maksimal Rp. 12.000.000

dan minima Rp. 10.000.000

5) Rumus Menghitung PBB

Rumus penghitungan PBB Pedesaan dan Perkotaan = Tarif x (NJOP-NJOPTKP)

13

Page 14: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut UU No 12 tahun 1985 tentang PBB dan telah diubah dengan UU No 12 th 1994

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap Bumi dan

atau Bangunan. Dimana yang tergolong bumi yaitu bumi, sawah, ladang, empang, perairan

dan lain sebagainya. Sedangkan yang tergolong bangunan yaitu berupa tanah atau bangunan

yang dilekatkan secara tetap di atas bumi dimana dapat dirasakan manfaatnya.

Yang menjadi objek dari PBB ini yaitu bumi dan bangunan itu sendiri seperti yang termuat

diatas. Namun tidak semua yang ada di bumi ini menjadi objek dari pengenann PBB,

diantaranya segala sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama seperti dalam bidang

ibadah, sosial, pemakaman yang digunakan secara bersama, tempat peninggalan purbakala

(museum), tanah atau bangunan yang digunakan diplomatik negara, tanah atau bangunan

yang digunakan untuk hutan lindung, hutan suaka alam, serta tanah atau bangunan yang

dipergunakan oleh organisasi internasioanal yang dibawah kekuasaan Menteri Keuangan.

Yang menjadi subjek dari PBB itu sendiri yaitu orang-orang memiliki tanah atau bangunan

yang dirasakan manfaatnya seperti dijadikan tempat tinggal, tempat usaha dan atau tempat

yang diusahakan, maka untuk mereka ini wajib untuk menyetorkan PBB kepada pemerintah.

Dalam PBB ini adanya pndaftaran dan pendataan dari PBB tersebut. Pendaftaran objek

PBB dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP secara

jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak

yang bersangkutan dengan melaimpirkan syara-syarat tertentu sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Sedangkan dalam pendataan PBB, pendataan dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan

Pajak dengan menggunakan formulir SPOP dan dilakukan sekurang-kurangnya untuk satu

wilayah administrasi desa/kelurahan.

Pada saat akan melakukan pembayaran tentu harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang

sudah termuat dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai PBB tersebut, dimana dasar

dari pengenaan PBB yaitu NJOP (Nilai Jual Objek Pajak), NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) dan

NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak).

14

Page 15: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

B. Saran

PBB ini sangat berguna bagi pembangunan serta melengkapi sarana dan prasarana di

Indonesia (khususnya daerah tempat tinggal kita). Oleh karena diharapkan kepada masyarakat

sekitar untuk lebih meningkatkan kesadaran serta kemauan untuk membayar PBB ini. Karena

semua ini yang akan menikmati adalah kita sendiri. Jika kesadaran masyarakat untuk

membayar PBB ini meningkat maka pembangunan atau perbaikan saranan dan prasaran yang

seharusnya diperbaiki akan berjalan dengan lancar sehingga akan tercipta pembangunan

ekonomi yang baik pula.

Dan bagi pemerintah hendaknya lebih memperluas sosialisasi kepada masyarakat

mengenai pentingnya pembayaran pajak (PBB), sehingga masyarakat mempunyai motivasi

dalam pembayaran PBB ini karena dapat memperlancar pembangunan ekonomi sehingga

kemakmuran dan kesejahteran dari masyarakat akan tercipta.

15

Page 16: MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DAFTAR PUSTAKA

Tanjung, Mirna.2003.Buku Ajar Perpajakan.Bagian penerbitan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Padang:Padang.

Undang-undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah

http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-pendaftaran-dan-pendataan-objek-pajak-bumi-dan-bangunan

dilihat pada tanggal 29-03-2014

http://www.piramidasoft.com/?p=432 dilihat pada tanggal 29 Maret 2014

http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-ketentuan-umum-pajak-bumi-dan-bangunan-pbb dilihat

tanggal 29 Maret 2014

http://mantri-klasir.blogspot.com/2013/01/sejarah-pajak-bumi-dan-bangunan-pbb_16.html dilihat

pada tanggal 29 Maret 2014

http://become-teacher.blogspot.com/2013/06/sejarah-pajak-bumi-dan-bangunan.html dilihat pada

tanggal 29 Maret 2014

http://jojogaolsh.wordpress.com/subjek-dan-objek-pbb/ dilihat pada tanggal 29 Maret 2014

http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=568 dilihat pada tanggal 29 Maret 2014

16