makalah orkom kelompok 2

28
MATA KULIAH ORGANISASI KOMPUTER SISTEM BILANGAN DAN PENGKODEAN Disusun Oleh Rezkiana (1229040027) Aditya Martha Pratama (1229042039) Raiz Karman (1229042040) PROGRAM STUDI PEND. TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 1

Upload: jumadil-putra

Post on 08-Feb-2016

83 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

78yi

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Orkom Kelompok 2

MATA KULIAH

ORGANISASI KOMPUTER

SISTEM BILANGAN DAN PENGKODEAN

Disusun Oleh

Rezkiana (1229040027)

Aditya Martha Pratama (1229042039)

Raiz Karman (1229042040)

PROGRAM STUDI PEND. TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2013

1

Page 2: Makalah Orkom Kelompok 2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas

Rahmat dan Karunia-Nya kita berada dalam keadaan sehat walafiat sehingga kita

masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan

segala kesederhanannya.

Makalah ini secara garis besar membahas tentang Sistem Bilangan dan

Pengkodean. Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa

serta dapat membuka wawasan kita.

Penyusunan makalah kami upayakan semaksimal mungkin. akan tetapi,

kami pun menyadari akan kelemahan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang

kami miliki oleh karena itu, kami akan sangat berterima kasih dan menerima

dengan senang hati masukan–masukan dan kritik serta saran yang membangun

dari para pembaca guna kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun ,semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita.

Makassar, September 2013

Penyusun

iii

Page 3: Makalah Orkom Kelompok 2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

Bab 1 Pendahuluan......................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1

B. Pokok Permaslahan.................................................................................... 1

Bab 2 Pembahasan.......................................................................................... 2

A. Sistem Bilangan......................................................................................... 2

B. Pengkodean................................................................................................ 4

Bab 3 Penutup................................................................................................ 16

A. Kesimpulan................................................................................................ 16

Daftar Pustaka................................................................................................ 17

ii

Page 4: Makalah Orkom Kelompok 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem bilangan yang digunakan dalam sistem komputer ada 4, yaitu :

bilangan desimal, bilangan biner, bilangan oktal, dan bilangan heksadesimal.

Sedangkan sistem kode yang digunakan ada 4 yaitu : kode EBC, kode EBCDIC,

kode ASCII. Selanjutnya akan dijelaskan satu persatu.

Komputer mengolah data yang ada adalah secara digital, melalui sinyal listrik

yang diterimanya atau dikirimkannya. Pada prinsipnya, komputer hanya mengenal

dua arus, yaitu on atau off, atau istilah dalam angkanya sering juga dikenal dengan

1 (satu) atau 0 (nol) atau yang biasa disebut bilangan Biner. Kombinasi dari arus

on atau off inilah yang yang mampu membuat komputer melakukan banyak hal,

baik dalam mengenalkan huruf, gambar, suara, bahkan film-film menarik yang

anda tonton dalam format digital.

Jika penyajian data hanya menggunakan sistem bilangan, maka penyajian

tersebut sangat terbatas, yakni hanya dapat menyajikan data dalam bentuk

bilangan positif saja. Dengan menggunakan sistem pengkodean, dapat disajikan

berbagai macam jenis data seperti bilangan, simbol, maupun huruf ke dalam

besaran digital. Selain itu, dengan sistem pengkodean juga dapat disajikan

bilangan positif maupun bilangan negatif dan bahkan bilangan pecahan dengan

titik desimal.

B. Pokok Pembahasan

1. Sistem Bilangan dalam Organisasi Komputer

2. Pengkodean dalam Organisasi Komputer

1

Page 5: Makalah Orkom Kelompok 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Bilangan

Sistem bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili

besaran dari suatu item phisik. Didalam pemrograman dengan bahasa assembler,

bisa digunakan berbagai jenis bilangan. Jenis bilangan yang bisa digunakan, yaitu:

bilangan biner, oktaf, desimal dan hexadesimal. Pemahaman terhadap jenis-

jenis bilangan ini adalah penting, karena akan sangat membantu kita dalam

pemrograman yang sesungguhnya.

1. BILANGAN BINER

Sebenarnya semua bilangan, data maupun program itu sendiri akan

diterjemahkan oleh komputer ke dalam bentuk biner. Jadi pendefinisisan data

dengan jenis bilangan apapun(Desimal, oktaf dan hexadesimal) akan selalu

diterjemahkan oleh komputer ke dalam bentuk biner. Bilangan biner adalah

bilangan yang hanya terdiri atas 2 kemungkinan(Berbasis dua), yaitu 0 dan 1.

Karena berbasis 2, maka pengkorversian ke dalam bentuk desimal adalah dengan

mengalikan suku ke-N dengan 2N. Contohnya: bilangan biner 01112 = (0 X

23)+(1 X 22)+(1 X 21)+(1 X 20) = 710.

2. BILANGAN DESIMAL

Tentunya jenis bilangan ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua.

Bilangan Desimal adalah jenis bilangan yang paling banyak dipakai dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga kebanyakan orang sudah akrab dengannya.

Bilangan desimal adalah bilangan yang terdiri atas 10 buah angka(Berbasis 10),

yaitu angka 0-9. Dengan basis sepuluh ini maka suatu angka dapat dijabarkan

dengan perpangkatan sepuluh. Misalkan pada angka 12310 =(1 X 102)+(2 X

101)+(3 X 100).

2

Page 6: Makalah Orkom Kelompok 2

3. BILANGAN OKTAL

Bilangan oktal adalah bilangan yang berbasis 8 dan mempunyai delapan

seimbol yang berbeda yaitu:0,1,2,3,4,5,6,7. Sama halnya dengan jenis bilangan

yang lain, suatu bilangan oktal dapat dikonversikan dalam bentuk desimal dengan

mengalikan suku ke-N dengan 8 N.Contohnya bilangan 128 =(1 X 81)+(2 X 80)=

1010.

4. BILANGAN HEXADESIMAL

Bilangan hexadesimal merupakan bilangan yang berbasis 16. Dengan

angka yang digunakan berupa: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F.

Dalam pemrograman assembler, jenis bilangan ini boleh dikatakan yang paling

banyak digunakan. Hal ini dikarenakan mudahnya pengkonversian bilangan ini

dengan bilangan yang lain, terutama dengan bilangan biner dan desimal. Karena

berbasis 16, maka 1 angka pada hexadesimal akan menggunakan 4 bit.

Bila komputer menangani bilangan dalam bentuk binari yang diorganisasikan

dalam bentuk group 4 bit, akan lebih memudahkan untuk menggunakan suatu

simbol yang mewakili sekaligus 4 digit binari tersebut. Kombinasi dari 4 bit akan

didapatkan sebanyak 16 kemungkinan kombinasi yang dapat diwakili, sehingga

dibutuhkan suatu sistem bilangan yang terdiri dari 16 simbol atau yang berbasis

16, yaitu sistem bilangna hexadesimal. Digit 0 sampai dengan 9 tidak mencukupi,

maka huruf A, B, C, E, F dipergunakan. Misalnya bilangna binari 11000111 dapat

diwakili dengan bilangan hexadecimal menjadi C7

Nilai bilangan hexadesimal C7 tersebut dalam sistem bilangan desimal bernilai :

C716 = C X 161 + 7 X 160

= 12 X 16 + 7 X 1

= 192 + 7

= 19910

3

Page 7: Makalah Orkom Kelompok 2

B. Pengkodean

Data yang diproses dalam sistem digital, mikrokontroler, maupun

komputer digital umumnya dipresentasikan dengan menggunakan kode tertentu.

Terdapat berbagai macam sistem kode seperti Binary-Coded Decimal (BCD),

gray, excess-3, kode 7-segment display, dan kode alfanumerik (ASCII dan

EBCDIC). Kode-kode tersebut disusun dengan suatu cara menggunakan bilangan

biner yang membentuk kelompok tertentu. Kelompok bilangan biner yang

membentuk suatu kode dibedakan penyebutnya. Kode biner 4-bit dinamakan

nibble, contoh: 11012, 10102, dan 10012. Kode biner 8-bit dinamakan byte, contoh:

100111002 dan 101010102. Dalam hal ini, 1 byte = 8-bit, 1 KiloByte = 1KB =

1024 byte = 210 byte. Kode biner 16-bit dinamakan word, contoh:

10011100101010102. Dan kode biner 32-bit dinamakan double word.

1. Kode BCD (Binary-Coded Decimal)

Kode BCD atau bilangan desimal yang dikodekan kedalam bilangan biner,

sering ditulis dalam bentuk BCD-8421 menggunakan kode biner 4-bit untuk

mempresentasikan masing-masing digit desimal dari suatu bilangan.

Dalam sistem kode BCD, terdapat 6 buah kode yang tidak dapat digunakan

(invalid code), yakni: 10102, 10112, 11002, 11012, 11102, 11112. Sehingga hanya

ada 10 kode BCD yang valid, yakni kode-kode untuk merepresentasikan bilangan

desimal dari 0 sampai dengan 9. Untuk lebih memahami kode BCD, coba

perhatikan contoh konversi berikut ini.

Contoh:

1. Konversi bilangan desimal 105,37510 ke bentuk kode BCD

1 0 5 , 3 7 5

0001 0000 0101 , 0011 0111 0101∴ 105,37510 = 100000101,001101110101BCD

2. Konversi kode BCD 100000101,001101110101BCD ke bentuk bilangan desimal

0001 0000 0101 , 0011 0111 0101

1 0 5 , 3 7 5

4

Page 8: Makalah Orkom Kelompok 2

∴ 100000101,001101110101BCD = 105,37510

Walaupun kode BCD nampak seperti sistem bilangan biner, namun keduanya

berbeda, karena BCD merupakan sistem pengkodean, sedangkan biner adalah

sistem bilangan.

2. Kode Excess-3 (XS-3)

Sistem pengkodean lain yang mirip dengan BCD adalah Excess-3. Untuk

menyusun kode XS-3 dari suatu bilangan desimal, masing-masing digit dari suatu

bilangan desimal yang akan dikodekan dengan XS-3, ditambah dengan bilangan

desimal 3, kemudian hasilnya dikonversi seperti cara pada konversi BCD.

Pada XS-3, terdapat 6 kode yang tidak dapat digunakan, yakni: 00002, 00012,

00102, 11012, 11102, 11112. Untuk lebih jelasnya, silahkan perhatikan contoh

berikut ini.

Contoh:1. Konversi bilangan desimal 1210 ke bentuk kode XS-3

1 2 → Sistem bilangan desimal

3 + 3 +

4 5

0100 0101 → Sistem kode XS-3∴ 1210 = 01000101XS-3

2. Konversi kode BCD 100111000101XS-3 ke bentuk bilangan desimal

1001 1100 0101 → Sistem kode XS-3

9 12 5

3 – 3 – 3 –

6 9 2 → Sistem bilangan desimal∴ 100111000101XS-3 = 69210

3. Kode Gray

5

Page 9: Makalah Orkom Kelompok 2

Kode gray memiliki keunikan, yakni setiap kali kode itu berubah nilainya

secara berurutan misalnya dari 2 ke 3 atau dari 5 ke 6, hanya terdapat 1-bit saja

yang berubah. Contoh: jika nilai kode gray berubah dari 2 ke 3, maka kode gray

berubah dari 0011GRAY ke 0010GRAY. Kode gray biasanya digunakan sebagai data

yang menunjukkan posisi dari suatu poros mesin yang berputar.

Contoh:

1. Konversi bilangan desimal 1310 ke kode gray

1310 = 11012 → Konversi desimal ke biner

1 → + → 1 → + → 0 → + → 1 → Sistem bilangan biner

↓ ↓ ↓ ↓ → Carry hasil penjumlahan diabaikan

1 0 1 1 → Sistem kode gray∴ 1310 = 1011GRAY

2. Konversi kode gray 1011GRAY ke bentuk bilangan decimal

1 0 1 1 → Sistem kode gray

↓ ↓

↓ → Carry hasil penjumlahan diabaikan

1 + 1 + 0 + 1 → Sistem bilangan biner

11012 = 1310 → Konversi biner ke decimal∴ 1011GRAY = 1310

4. Kode 7-Segment Display

Hasil pemrosesan sinyal dari suatu rangkaian digital merupakan sinyal

digital dalam bentuk kode-kode biner. Jika hasil tersebut tetap disajikan dalam

bentuk aslinya yakni kode biner, maka kita akan mengalami kesulitan dalam

membacanya karena kita tidak terbiasa menggunakan kode biner dalam kehidupan

sehari-hari. Kebiasaan kita adalah menggunakan sajian bilangan dalam bentuk

bilangan desimal. Agar menjadi mudah dibaca, maka kode-kode biner tersebut

perlu diubah tampilannya menggunakan tampilan desimal. Piranti yang digunakan

untuk menampilkan data dalam bentuk desimal adalah LED 7-Segment Display.

6

Page 10: Makalah Orkom Kelompok 2

Untuk menampilkan bilangan desimal, display ini memerlukan penggerak

berbentuk kode-kode biner. Bentuk display 7-segment ditunjukkan pada gambar

dibawah ini.

7-segment display

Setiap segment dari tampilan tersebut berupa LED yang susunannya membentuk

suatu konfigurasi tertentu. Gambar (a) menunjukkan wujud dari 7-segment display

dilihat dari atas, sedangkan gambar (b) menunjukkan segmen-segmen peraga 7-

segment jenis common cathode. Pada jenis ini, diperlukan sinyal high (1) untuk

menyalakan setiap segmennya. Pada gambar (c) ditunjukkan segmen-segmen

peraga 7-segment jenis common anode, dimana diperlukan sinyal low (0) untuk

menyalakan setiap segmennya. 1 byte dapat mengkodekan keadaan penuh sebuah

7-segment display. Pengkodean bit yang paling populer adalah gfedcba dan

abcdefg, dimana pada kedua pengkodean tersebut biasanya menganggap 0 adalah

off dan 1 adalah on.

Tabel pengkodean heksa untuk menampilkan 0 s/d F

Digi

t

gfedcba abcdef

g

a b c d E f g

0 0x3F 0x7F on on on on on on off

1 0x06 0x30 off on on of

f

off of

f

off

2 0x5B 0x6D on on off on on of

f

on

7

Page 11: Makalah Orkom Kelompok 2

3 0x4F 0x79 on on on on off of

f

on

4 0x66 0x33 off on on of

f

off on on

5 0x6D 0x5B on of

f

on on off on on

6 0x7D 0x5F on of

f

on on on on on

7 0x07 0x70 on on on of

f

off of

f

off

8 0x7F 0x7F on on on on on on on

9 0x6F 0x7B on on on on off on on

A 0x77 0x77 on on on of

f

on on on

B 0x7C 0x1F off of

f

on on on on on

C 0x39 0x4E on of

f

off on on on off

D 0x5E 0x3D off on on on on of

f

on

E 0x79 0x4F on of

f

off on on on on

F 0x71 0x47 on of

f

off of

f

on on on

Agar setiap segmen beroperasi dengan benar, maka setiap segmen

membutuhkan tegangan setidaknya 2 volt, dan arus 5 mA. Jika kita memiliki

sumber tegangan DC 5 volt (Vcc = 5 volt), maka nilai resistor disetiap

segmennya adalah:

R = (Vcc - 2 volt)/5 mA = 600 Ω → Menggunakan resistor 680 Ω akan

bekerja baik.

8

Page 12: Makalah Orkom Kelompok 2

5. Kode Alfanumerik (ASCII dan EBCDIC)

Dalam penggunaan komputer secara umum, walaupun kode yang diolah

dalam komputer itu sendiri adalah bilangan biner, tetapi selain bilangan desimal

juga diproses huruf dan tanda baca/tanda khusus lainnya. Untuk memroses data

seperti ini, tentunya diperlukan sistem pengkodean yang lebih luas dari pada

sistem-sistem pengkodean yang telah dibahas sebelumnya. Kode ini disebut kode

"Alphanumeric" dan sering disingkat dengan nama "Alphameric". Dua jenis kode

alfanumerik yang paling umum dipakai dalam dunia komputer sekarang ini

adalah: ASCII (American Standard Code for Information Interchange) dan

EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code).

ASCII terdiri atas 7-bit bilangan biner yang dapat mengkodekan semua angka

desimal, huruf abjad (baik huruf besar maupun kecil), tanda-tanda khusus dan

tanda baca, dan beberapa kode kendali/kontrol yang umum dipakai dalam

komunikasi data. Dalam prakteknya, walaupun kode ASCII terdiri dari 7-bit,

kebanyakan kode ASCII menggunakan 8-bit dengan 1-bit tambahan yang dipakai

sebagai bit parity. Sistem kode EBCDIC terdiri atas 8-bit, digunakan dalam

komputer-komputer IBM tipe 360 dan 370.

Pada tabel dibawah ini akan ditunjukkan kedua jenis kode alfanumerik yang

disebut di atas. Dalam EBCDIC, untuk 4-bit paling kiri, angka dinyatakan dengan

11112 (F16), huruf kapital dinyatakan dengan C16 sampai E16, dan untuk huruf kecil

dinyatakan dengan bilangan heksadesimal 8 sampai A, sedangkan untuk tanda

lainnya dinyatakan dengan 01xx2, dengan x dapat berarti 0 atau 1. Dalam ASCII,

karakter dengan kode dibawah 2016 digunakan sebagai kode kendali komunikasi,

angka dikodekan dengan 3016 sampai 3916, huruf kapital dikodekan dengan 4116

sampai 5A16, huruf kecil dikodekan dengan 6116 sampai 7A16, dan kode yang

lainnya digunakan untuk tanda-tanda baca. Dengan demikian, sudah jelas bahwa

kode ASCII lebih mudah untuk diingat.

Tabel ASCII (American Standard Code for Information Interchange)

9

Page 13: Makalah Orkom Kelompok 2

Tabel EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code)

10

Page 14: Makalah Orkom Kelompok 2

6. Penggunaan Sistem Pengkodean

11

Page 15: Makalah Orkom Kelompok 2

Sejak ditemukannya radio maka penggunaannya semakin lama semakin

banyak dan berbagai macam. Hal ini menimbulkan permasalahan yaitu padatnya

jalur komunikasi yang menggunakan radio. Bisa dibayangkan jika pada suatu kota

terdapat puluhan stasiun pemancar radio FM dengan bandwidth radio FM yang

disediakan antara 88 MHz – 108 MHz. Tentunya ketika knob tunning diputar

sedikit maka sudah ditemukan stasiun radio FM yang lain. Ini belum untuk yang

lain seperti untuk para penggemar radio kontrol yang juga menggunakan jalur

radio. Bahkan untuk pengontrollan pintu garasi juga menggunakan jalur radio.

Jika kondisi ini tidak ada peraturannya maka akan terjadi tumpang tindih pada

jalur radio tersebut. Alternatifnya yaitu dengan menggunakan cahaya sebagai

media komunikasinya. Cahaya dimodulasi oleh sebuah sinyal carrier seperti

halnya sinyal radio dapat membawa pesan data maupun perintah yang banyaknya

hampir tidak terbatas dan sampai saat ini belum ada aturan yang membatasi

penggunaan cahaya ini sebagai media komunikasi.

a. Spektrum Cahaya dan Respon Mata Manusia

Pada dasarnya penggunaan modulasi cahaya penggunaannya tidak ada

batasnya namun modulasinya harus menggunakan sinyal carrier yang

frekuensinya harus sangat tinggi yaitu dalam orde ribuan megahertz. Biasanya

modulasi dengan frekuensi carrier yang tinggi ini digunakan untuk madulasi sinar

laser atau pada transmisi data yang menggunakan media fiberoptic sebagai media

perantaranya. Untuk transmisi data yang menggunakan media udara sebagai

media perantara biasanya menggunakan frekuensi carrier yang jau lebih rendah

yaitu sekitar 30KHz sampai dengan 40KHz. Infra merah yang dipancarkan

melalui udara ini paling efektif jika menggunakan sinyal carrier yang mempunyai

frekuensi di atas.

b. Cara Kerja Remote Infra Merah

12

Page 16: Makalah Orkom Kelompok 2

Semua remote kontrol menggunakan transmisi sinyal infra merah yang

dimodulasi dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu yaitu pada frekuensi

30KHz sampai 40KHz. Sinyal yang dipancarkan oleh transmitter diteria oleh

receiver infra merah dan kemudian didecodekan sebagai sebuah paket data biner.

Panjang sinyal data biner ini bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan

yang lain sehingga suatu remote kontrol hanya dapat digunakan untuk sebuah

produk dari perusahaan yang sama dan pada tipe yang sama. Hal ini dapat

dicontohkan pada remote TV SONY hanya bisa digunakan untuk remote VCD

SONY dan sebaliknya tetapi tidak dapat digunakan untuk TV merek yang lain.

Pada transmisi infra merah terdapat dua terminologi yang sangat penting yaitu :

‘space’ yang menyatakan tidak ada sinyal carrier dan ‘pulse’ yang menyatakan

ada sinyal carrier.

c. Pulse-Space Terminologi

Pengkodean pada remote infra merah pada dasarnya ada tiga macam dan

semuanya berdasarkan pada panjang jarak antar pulsa atau pergeseran urutan

pulsa.

Pulse-Width Coded Signal. Pada pengkodean ini panjang pulsa merupakan kode

informasinya. Jika panjang pulsa ‘pendek’ (kira-kira 550us) maka dikatakan

sebagai logika ‘L’ tetapi jika panjang pulsa ‘panjang’ (kira-kira 2200us) maka

menyatakan logika ‘H’. Pulse Width Coded Signals

Space-Coded Signals. Pada pengkodean ini didasarkan pada panjang/pendek

space. Jika panjang pulsa sekitar 550us atau kurang maka dinyatakan sebagai

logika ‘L’ sedangkan jika panjang space lebih dari 1650us maka dinyatakan

sebagai logika ‘H’. Space Width Coded Signal

Shift Coded Signal. Pengkodean ini ditentukan pada urutan pulsa dan space.

Pada saat ‘space’ pendek, kurang dari 550us dan ‘pulse’ panjang, lebih dari

1100us maka dinyatakan sebagai logika ‘H’. Tetapi sebaliknya jika ‘space’

panjang dan ‘pulse’ pendek maka dinyatakan sebagai logika ‘L’.

d. Shift Coded Signal

13

Page 17: Makalah Orkom Kelompok 2

Pengkodean ini merupakan hal yang sangat penting karena tanpa

mengetahui sistem pengkodean pada sisi transmitter infra merah maka disisi

receiver tidak bisa mendekodekan data/perintah apa yang dikirmkan. Selain itu

didalam pengkodean ini perlu disisipkan suatu data yang dinamakan sebagai

‘device address’ sebelum data atau perintah. Device addres ini menyatakan nomor

alamat peralatan jika terdapat lebih dari satu alat yang dapat dikendalikan oleh

sebuah remote kontrol pada suatu area tertentu.

e. Transmitter Infra Merah

Infra merah dapat digunakan baik untuk memancarkan data maupun sinyal

sura. Keduanya membutuhkan sinyal carrier untuk membawa sinyal data maupun

sinyal suara tersebut hingga sampai pada receiver.

f. Konverter Sinyal Suara Menjadi Frekuensi

Untuk transmisi sinyal suara biasanya digunakan rangkaian voltage to

frequency converter yang berfungsi untuk merubah tegangan sinyal suara menjadi

frekuensi. Dan jika sinyal ini dimodulasikan sengan sinyal carrier maka akan

menghasilkan suatu modulasi FM. Modulasi jenis ini lebih disukai karena paling

kebal terhadap perubahan amplitudo sinyal apabila sinyal mengalami gangguan di

udara. Untuk transmisi data biasanya sinyal ditransmisikan dalam bentuk pulsa-

pulsa seperti telah dijelaskan di atas. Ketika sebuah tombol ditekan pada remote

kontrol unti maka IR akan mentransmitkan sebuah sinyal yang akan dideteksi

sebagai urutan data biner.

g. Penerima Infra Merah

Untuk aplikasi jarak jauh maka perlu adanya pengumpulan sinar

termodulasi yang lemah. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan photodioda

yang sudah mempunyai semacam lensa cembung yang akan mengumpulkan sinar

termodulasi tersebut. Biasanya menggunakan lensa tambahan yang dinamakan

dengan lensa FRESNEL yang terbuat dari bahan plastik dan kemudian

diumpankan ke photodioda dengan jarak tertentu pada fokus lensa FRESNEL ini.

14

Page 18: Makalah Orkom Kelompok 2

Untuk aplikasi remote ontrol biasanya cukup menggunakan lensa yang dimiliki

oleh photodioda/phototransistor dengan penguatan tertentu. Untuk penggunaan

yang harus dapat menerima pancaran sinyal infra merah yang sudut datangnya

besar maka harus menggunakan dua atau lebih photodioda. Photodioda yang baik

adalah photodioda yang mampu mengumpulkan sinar termodulasi tepat pada

wafer silikonnya dan hal inilah yang mempengaruhi kualitas

photodioda/phototransistor yang dibeli di pasaran. Pada saat photodioda

mendeteksi adanya sinar infra merah maka akan terdapat arus bocor sebesar 0.5

uA dan ini juga tergantung pada kekuatan sinar infra merah yang datang dan sudut

datangnya. Kekuatan sinar dan sudut datang merupakan faktor penting dalam

keberhasilan transmisi data melalui infra merah selain filter dan penguatan pada

bagian receivernya.

BAB III

15

Page 19: Makalah Orkom Kelompok 2

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem Bilangan adalah (number system) adalah suatu cara untuk

mewakili besaran dari suatu item phisik. Sistem bilangan antara lain

Bilangan Biner, Desimal, Oktal, dan Hexadesimal

2. Pengkodean (Encoding) adalah proses perubahan karakter data yang akan

dikirim dari suatu titik ke titik lain dengan kode yang dikenal oleh setiap

termianal yang ada, dan menjadikan setiap karakter data dalam sebuah

informasi digital ke dalam bentuk biner agar dapat ditransmisikan. Suatu

terminal yang berbeda menggunakan kode biner yang berbeda untuk

mewakili setiap karakter.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 20: Makalah Orkom Kelompok 2

Bahrul. 2010. “Sistem Bilangan dan Kode”. www.bkomps.blogspot.com, diakses 25 Oktober 2013.

Bonatia, Wahyu. 2012. “Sistem Pengkodean Bilangan”. www.bespus-community.blogspot.com, diakses 25 Oktober 2013.

Ibrahim, KF. 1991. Teknik Digital. Yogyakarta: PT. Andi Yogyakarta.

Maulana. 2010. “Sistem Bilangan dan Kode”. www.maulanahrp.wordpress.com, diakses 25 Oktober 2013.

Netvy, Vitri. 2009. “Sistem Pengkodean Data”. www.vitrinetyysiskom.blogspot.com, diakses 25 Oktober 2013.

17