makalah organisasi internasional (turki & uni eropa)

Upload: ridi-pradana

Post on 19-Jul-2015

1.423 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

MAKALAH ORGANISASI INTERNASIONAL UNI EROPA ADA APA DENGAN TURKI??

Di Susun Oleh : KELOMPOK 3 Angga reja fadlie Fina Carolina R. Henry januardo R. M. Ridi pradana Nashoikhul imam Nur Lailiyah Nurhafidz Januar D. Ria Rosiana S. Rosy Prameswari K. Teja dewatama ( 1002045095 ) ( 1002045139 ) ( 1002045075 ) ( 1002045141 ) ( 0902045105 ) ( 1002045090 ) ( 1002045118 ) ( 1002045106 ) ( 1002045123 ) ( 1002045088 )

HUBUNGAN INTERNASIONAL 2010 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang A (Aropean Union) adalah adalah sebuah organisasi antar-pemerintahan

dan supra-nasional, yang terdiri dari negara-negara Eropa, yang sejak 1 Januari 2007 telah memiliki 27 negara anggota. Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian A (yang lebih dikenal dengan Perjanjian Maastricht) pada 1992. Namun, banyak aspek dari A timbul sebelum tanggal tersebut melalui organisasi sebelumnya, kembali ke tahun 1950-an. Organisasi internasional ini bekerja melalui gabungan sistem

supranasional dan antarpemerintahan. Di beberapa bidang, keputusan-keputusan ditetapkan melalui musyawarah dan mufakat di antara negara-negara anggota, dan di bidang-bidang lainnya lembaga-lembaga organ yang bersifat supranasional menjalankan tanggung jawabnya tanpa perlu persetujuan anggota-anggotanya. Lembaga organ penting di dalam Uni Eropa adalah Komisi Eropa, Dewan A, Dewan Eropa, Mahkamah Eropa, dan Bank Sentral Eropa. Terdapat pula Parlemen Eropa yang anggota-anggotanya dipilih langsung oleh warga negara anggota. Turki adalah Negara di kawasan Eropa yang ingin sekali bergabung kedalam A. Jika kita melihat jauh ke belakang, ibukota Turki yakni Istanbul, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah kekaisaran Eropa. Sebab daerah ini pernah menjadi ibukota kekaisaran romawi kuno, tepatnya ibukota kekaisaran romawi timur. Daratan Turki terletak di kawasan dimana 3 benua membentuk dunia kuno. Benua asia, afrika dan Eropa berdekatan satu sama lain dan Turki terletak antara Eropa dan asia. Berdasarkan letak geografis dan latar belakang sejarah dari Turki itu sendiri, maka tentunya Negara tersebut ingin bergabung dengan A. Namun, keinginan tersebut tidak berjalan dengan mulus. Sudah beberapa tahun sejak

Turki mengajukan diri untuk menjadi anggota Uni Eropa. Namun, sampai saat ini masih belum juga diberikan keanggotaannya oleh Uni Eropa. Upaya-upaya yang dilakukan pun sudah sangat banyak sekali, mulai dari penyesuaian aturan perundang-undangan Uni Eropa, sampai kepada konsep ekonomi Uni Eropa itu sendiri, tapi tetap juga masih belum bisa diterima untuk masuk kedalam Uni Eropa. Dalam makalah ini kami akan membahas mengapa Uni Eropa masih belum menetapkan Turki sebagai anggota Uni Eropa. B. 1. 2. 3. Rumusan Masalah Bagaimanakah sejarah terbentuknya Uni Eropa? Mengapa Turki sangat ingin bergabung dengan Uni Eropa? Apa saja upaya yang dilakukan oleh Turki untuk masuk ke dalam Uni Eropa? 4. Bagaimana tanggapan anggota Negara-negara anggota Uni Eropa terhadap lamaran yg diajukan oleh Turki menjadi anggota Uni Eropa?

C. 1. 2. 3.

Tujuan Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Uni Eropa. Untuk mengetahui tujuan Turki bergabung dengan Uni Eropa. Untuk mengetahui upaya yang di tempuh Turki agar bisa masuk ke Uni Eropa.

4.

Untuk mengetahui Negara mana saja yang mendukung dan menolak masuknya Turki ke dalam Uni Eropa.

BAB II PEMBAHASAN

1. Sejarah Uni Eropa Uni Eropa (UNI EROPA) adalah organisasi internasional dari negaranegara Eropa yang dibentuk untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan memperkuat hubungan antara negara-negara anggotanya. Kantor utamanya berada di Brussels, Belgia dan beranggotakan 27 negara anggota Sejak 1 Januari 2007 diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Swedia (sejak 1 Januari 1995) Finlandia (sejak 1 Januari 1995) Estonia (sejak 1 Mei 2004) Latvia (sejak 1 Mei 2004) Lituania (sejak 1 Mei 2004) Polandia (sejak 1 Mei 2004) Denmark (sejak 1973) Jerman (sejak permulaan) Belanda (sejak permulaan) Belgia (sejak permulaan) Luksemburg (sejak permulaan) Irlandia (sejak 1973) Britania Raya (sejak 1973) Perancis (sejak permulaan)

15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

Portugal (sejak 1986) Spanyol (sejak 1986) Italia (sejak permulaan) Malta (sejak 1 Mei 2004) Austria (sejak 1 Januari 1995) Slovenia (sejak 1 Mei 2004) Republik Ceko (sejak 1 Mei 2004) Slowakia (sejak 1 Mei 2004) Hongaria (sejak 1 Mei 2004) Yunani (sejak 1981) Siprus selatan (sejak 1 Mei 2004) Bulgaria (sejak 1 Januari 2007) Rumania (sejak 1 Januari 2007)

Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal dengan Perjanjian Maastricht) yang ditandatangani pada tanggal 7 januari 1992, dan di berlakukan pada 1 november 1993. Namun Uni Eropa tidak terbentuk begitu saja, organisasi ini berasal dari sebuah organisasi bernama Uni Eroparopean Coal and Steel Community (ECSC) pada tahun 1951, yang kemudian berubah menjadi Uni Eroparopean Community pada tahun 1967, yang beranggotakan Belgia, Prancis, Jerman Barat (yang sekarang telah bersatu dengan Jerman Timur), Yunani, Italia, Luxemburg dan Belanda. Kemudian lima negara lain bergabung dengan EC ini yaitu Denmark, Irlandia, Inggris Raya, Portugal dan Spanyol. Namun, pada tahun 1991 ke 12 negara anggotanya menandatangani Perjanjian Uni Eropa yang lebih dikenal

dengan Perjanjian Maastricht yang kemudian diratifikasi oleh semua negara anggotanya. Tahun 1995 Austria, Finlandia dan Swedia bergabung dengan Uni Eropa, disusul 10 negara lain pada tahun 2004 yaitu Siprus, Republik Ceko, Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Malta, Polandia, Slovakia dan Slovenia. Bulgaria dan Rumania adalah negara anggota Uni Eropa yang bergabung pada tahun 2007. Tujuan Uni Eropa yang sebelumnya hanya untuk meningkatkan integritas ekonomi kemudian berkembang ke bidang-bidang lain seperti kebijakan luar negeri, isu sosial, pertahanan dan keamanan dan persoalan hukum. Dibawah perjanjian Maastricht Uni Eropa menjadi sebuah kawasan yang bebas diduduki oleh setiap warga negara Eropa manapun, hingga setiap warga negara Eropa bebas untuk hidup, bekerja, dan belajar di negara manapun di Eropa. Tujuan lain dari Uni Eropa adalah untuk mengimplementasikan Economic and Monetary Union (EMU) dengan memperkenalkan satu mata uang Eropa yaitu Uni Eroparo untuk semua negara anggota Uni Eropa. Pada tahun 2002, mata uang ini telah menggantikan 12 mata uang negara anggota Uni Eropa. Kelimabelas negara lainnya yang belum menggunakan Uni Eroparo sebagai mata uangnya yaitu Inggris Raya, Denmark, Swedia dan 10 negara yang baru bergabung pada tahun 2004 serta 2 negara yang baru bergabung pada tahun 2007. Perluasan keanggotaan Uni Eropa pada dasarnya disebabkan oleh beberapa hal antara lain : 1. Alasan ekonomi Dengan adanya perluasan keanggotaan, berarti akan tercipta perluasan pasar, dan hal tersebut akan menguntungkan Uni Eropa sebagai institusi yang bergerak dalam bidang ekonomi 2. Keamanan

Integrasi Negara-negara tersebut dapat menciptakan stabilitas kawasan. Hal ini akan memperkuat keamanan dan stabilitas Negara anggota yang juga dapat menstabilkan keamanan Eropa sebagai suatu kawasan yang dapat berperan dalam politik global sehingga dapat mempertahankan diri secara bersama dari ancaman yang datang. 3. Identitas Integrasi tersebut untuk meyatukan persamaan sejarah dan budaya diantara Negara-negara Eropa. Sehingga dapat menciptakan suatu kesatuan yang terintegrasi. Satu hal yang perlu dipahami sebelum membahas tentang masalah keanggotaan di Uni Eropa adalah perihal supranasional. Banyak kalangan yang masih menganggap bahwa Uni Eropa merupakan organisasi supranasional yang berada diatas semua negara anggotanya. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena negara yang menjadi anggota di Uni Eropa masih memiliki kedaulatan sendiri. Uni Eropa bukanlah negara federal yang menganggap anggotanya sebagai negara bagian dan harus patuh sepenuhnya pada kebijakan pusat. Secara teori, syarat untuk dapat menjadi anggota Uni Eropa sebenarnya sangat mudah. Hanya ada tiga syarat yakni; Negara Demokratis, Menerapkan konsep pasar bebas, dan mampu serta bersedia menerapkan semua hukum yang ada di Uni Eropa. Adapun terkait masalah geografis, apakah negara tersebut masuk kedalam wilayah Eropa atau bukan, dinilai secara politis oleh lembaga di Uni Eropa. Jika negara tersebut memang layak untuk dianggap sebagai negara Eropa maka akan dimasukkan kedalam kategori negara Eropa. Tapi mengapa pada prakteknya,untuk menjadi anggota sangat sulit?ini dikarenakan Uni Eropa sangat selektif dalam memilih anggota,meskipun secara teori ketiga syarat tersebut sudah terpenuhi, akan tetapi jika secara politis tidak dapat diterima oleh Uni Eropa maka lamaran yang diajukan akan langsung ditolak.sebagai contoh pada saat Uni Soviet runtuh, banyak negara bekas Uni Soviet yang menyatakan sikap untuk bergabung kedalam Uni Eropa namun

sebagian besar ditolak. Belarus terlalu otoriter, Moldova terlalu miskin, Ukraina terlalu besar, dan Rusia terlalu menakutkan bagi Uni Eropa.

2. Keinginan Turki untuk bergabung di Uni Eropa Uni Eropa merupakan organisasi regional yang paling sukses membawa negara-negara anggotanya dalam kemakmuran baik dari segi keamanan, politik, bahkan ekonomi. Hal ini tidak lepas dari pengalaman mereka yang sangat panjang. Secara garis besar, integrasi Uni Eropa terlebih dahulu berlangsung dengan membangun fondasi ekonomi baru kemudian membangun organisasi regional yang besar. Dari sini dapat kami simpulkan bahwa tidak semua negara Eropa bisa bergabung dalam organisasi ini. Keinginan Turki untuk dapat bergabung dengan Uni Eropa menjadi sangat menarik dikarenakan keinginan tersebut sudah muncul semenjak terjadinya Perang Dingin. Banyak yang merasa aneh ketika Turki menyatakan diri ingin bergabung dengan Uni Eropa, apalagi Turki sangat identik dengan kekhalifahan Islam, dan bagi orang awam malah sering digolongkan ke wilayah Timur Tengah. Apakah wilayah Turki ada di daratan Eropa? Kalau kita melihat peta, memang Turki seolah menempatkan satu kakinya di Eropa dan satu kaki lagi di Timur Tengah (berbatasan dengan Iran, Irak). Namun tentunya banyak yang bertanya mengapa Turki tetap ingin bergabung dengan Uni Eropa, dalam maklah ini kami akan membahas hal-hal apa saja yang menjadi alasan Turki ingin bergabung dengan Uni Eropa . Alasan Turki ingin bergabung dengan Uni Eropa pada masa Perang Dingin berlangsung. Pada masa ini alasan Turki bergabung dengan Uni Eropa lebih ditekankan pada bidang politik, yaitu faktor ancaman dari Uni soviet dan faktor tekanan dari Yunani. Faktor ancaman dari Uni soviet

Adanya ancaman dari Uni Soviet pada saat itu yang akhirnya memaksa Turki harus bergabung dengan berbagai organisasi yang dibentuk Blok Barat. Turki menganggap bahwa bergabung dengan organisasi barat merupakan hal yang sangat krusial dalam menentukan

kebijakan keamanan nasional dan dapat memberikan andil yang sangat besar dalam menentukan kebijakan luar negerinya. Dimulai dengan bergabungnya Turki dengan NATO, kemudian OECD (the Organizations for Economic Cooperation and Development), kemudian Turki juga

melanjutkan proses integrasinya ke dunia barat dengan bergabung dalam Uni Eroparopean Communities.

Faktor tekanan dari Yunani

Seperti yang diketahui Turki dan Yunani mempunyai perselisihan politik diantaranya adalah masalah Siprus. Ketika Yunani juga memasukkan permohonan menjadi anggota Uni Eroparopean Community, Turki mulai ketakutan dan dengan segera ikut mengajukan

permohonannya. Selain faktor ketakutan politik terebut, Turki juga memiliki alasan ekonomi. Dimana produk ekspor Turki dan Yunani hampir sama, jika Yunani diterima kedalam keanggotaan Uni Eroparopean Community, maka barang-barang ekspor Turki akan mengalami penurunan penjualan yang tajam dikarenakan Uni Eroparopean Community pasti lebih memilih barang dari anggotanya sendiri. Turki tidak ingin ini terjadi dikarenakan ekspor mereka ke Eropa sendiri sudah sangat lemah. Pada masa ini hubungan Turki dan Eropa tetap saja lemah dikarenakan masih terjadi kesenjangan sosio-politik dan ekonomi antara Turki dan Uni Eropa. Hal ini diperparah setelah Perang Dingin berakhir dimana fungsi dan posisi politik Turki bagi bangsa-bangsa Eropa NATO sudah tidak lagi terlalu penting. Alasan Turki ingin bergabung dengan Uni Eropa setelah masa Perang Dingin berakhir. Pada masa ini alasan Turki bergabung dengan Uni Eropa lebih ditekankan pada faktor geografis dan sejarah,faktor ekonomi, faktor keamanan, kemudian faktor geopolitik. Faktor geografis dan sejarah

Turki merupakan salah satu negara yang strategis di dunia, negara Turki berada dalam kawasan Bulan Sabit dan jalur perdagangan sutra. Keinginan Turki menjadi anggota Uni Eropa

dikarenakan faktor sejarah Turki sendiri. Pada masa Kerajaan Romawi, Turki dijadikan pusat kekuasaan Romawi di pintu timur Eropa dengan membangun Konstatinopel. Pada saat itu Konstatinopel lebih bercorak Eropa karena dijalankan sendiri oleh pemerintahan Kerajaan Romawi. Namun ketika ketika pemerintahan Turki dikuasai oleh Ottoman, Konstatinopel diganti namanya menjadi Istambul. Oleh Ottoman Istambul dijadikan pusat kota dengan bercorakkan Asia dan Islam. Turki saat ini sudah jauh berbeda dengan pada masa romawi kuno. Turki saat ini menjadi negara dengan penduduk mayoritas muslim. Letak geografis Turki adalah Timur dekat, Eropa Selatan dan Laut Tengah bagian Timur. Daratan Turki terletak di kawasan dimana 3 benua membentuk dunia kuno. Benua Asia, Afrika dan Eropa berdekatan satu sama dan Turkiterletak di antara Eropa dan Asia. Terjadi hubungan antara keinginan Turki bergabung dalam Uni Eropa dengan revolusi budaya yang dibawa oleh Kemal Pasha Attaturk pada masa pemerintahannya. Turki mulai mengklaim secara geografis bahwa Turki merupakan bagian dari Eropa ketika revolusi terjadi yang mengakibatkan semua kebudayaan Turki berubah menjadi Western Culture dan yang tidak terpungkiri ada sebagian wilayah dari Turki yang masuk ke Benua Eropa. Berdasarkan letak geografis dan latar belakang sejarah dari Turki inilah yang menyatakan bahawa mereka layak masuk ke Eropa dan menjadi anggota Uni Eropa. Faktor ekonomi

.Runtuhnya kekaisaran Ottoman membuat strategi politik Turki berubah, dengan lebih mendekatkan diri pada negara-negara Eropa (Barat) yang dianggap sebagai negara yang dapat memberikan jaminan kesejahteraan Turki selanjutnya. Masyarakat Turki yang pro terhadap UNI EROPA beranggapan bahwa perekonomian dan kesejahteraan mereka akan meningkat bila Turki sudah menjadi anggota UNI EROPA. Turki berharap investasi asing dari Barat akan mengalir ke negara mereka. Apalagi dengan sekitar 70 juta penduduk Turki yang pekerjanya rela dibayar murah, Turki memiliki potensi besar untuk dijadikan tempat membangun pabrik, sekaligus tempat pemasaran produk-produk Barat. Dibandingkan dengan Eropa yang angka kelahirannya sangat rendah, bahkan minus di beberapa negara dan tenaga kerja yang tersedia menuntut gaji tinggi.

Faktor ekonomi menjadi sangat dominan, karena seperti yang kita ketahui laju pertumbuhan ekonomi suatu negara sebelum dan sesudah bergabung dengan Uni Eropa jelas terlihat perbedaannya. Negara yang bergabung dengan Uni Eropa harus menyesuaikan pertumbuhan ekonominya dengan negara-negara besar di Uni Eropa dan hal ini memberikan efek yang sangat cepat merangsang pertumbuhan ekonomi negara yang baru bergabung. Ditambah lagi dengan kestabilan mata uang Uni Eroparo yang tentunya menguntungkan bagi negaranegara Uni Eropa sendiri. Kemudian adanya paket bantuan dari Uni Eropa kepada negara-negara anggota Uni Eropa yang tergolong masih terbelakang dari anggota lain ikut mendorong faktor Turki bergabung dalam Uni Eropa.

Faktor keamanan

Seperti yang kita ketahui memiliki pengalaman dalam bidang keamanan. Dimulai dari perang 30 tahun, Perang Dunia I dan disusul Perang dunia II. Karena pengalaman Eropa tersebut, Turki menganggap Uni Eropa dapat mempersatukan dan menjaga stabilitas keamanan antara negara Eropa beserta kawasannya. Keberadaan Jerman, Perancis, Inggris, dan negara-negara besar lainnya semakin meyakinkan Turki bahwa Uni Eropa merupakan wilayah strategis untuk membentuk sebuah aliansi besar demi terciptanya pertahanan dan keamanan di dalam maupun di luar negeri. Faktor geopolitik

Manusia sendiri pada dasarnya cenderung akan mencari teman di suatu wilayah yang dianggap menguntungkan daripada mencari teman di tempat yang tidak menguntungkan. Hal ini merupakan kecenderungan alami yang terlihat jelas dalam perilaku Turki. Turki melihat bahwa kawasan Eropa lebih stabil baik dilihat dari segi keamanan maupun dari segi ekonomi dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain yang ada di sekitar Turki, maka dari itu Turki sangat ingin sekali bergabung dengan Uni Eropa. Jika Turki berhasil bergabung kedalam Uni Eropa, maka kekuatannya di tingkat regional akan menjadi semakin kuat karena memiliki kawasan ekonomi yang sangat luas dan juga

kekuatan militer yang sangat besar pula karena secara tidak langsung keanggotaannya di Uni Eropa akan memperkuat posisinya di NATO.

3. Upaya Turki untuk menjadi anggota Uni Eropa

Tahap awal permohonan keanggotaan Turki dapat terhitung sejak tahun 1959, saat negara ini permohonan untuk bergabung menjadi anggota Uni Eroparopean Economic Community. Kemudian berlanjut pada penandatanganan perjanjian Ankara pada tahun 1963, yang menjelaskan pembentukan asosiasi antara EEC dan Turki demi penguatan dan keseimbangan yang berkelanjutan dalam perdagangan antara anggota Uni Eroparopean Economic Community dan Uni Eropa. Perjanjian Ankara juga menggaris bawahi bahwa Uni Eropa secara penuh memperhatikan kebutuhan Turki untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan lapangan kerja serta kualitas kehidupan masyarakatnya. Perjanjian Ankara dapat dilihat sebagai titik temu antara kepentingan Uni Eropa dan kepentingan dalam negeri Turki. Upaya Turki ini berlanjut pada tahun 1965, saat dilakukan penambahan protocol dalam perjanjian Ankara untuk mempersiapkan Turki memasuki custom union bersama EEC. Pada tahun 1987 Turki mengajukan permohonan untuk menjadi anggota penuh dari EEC. Permohonan ini diterima, ditandai dengan terbentuknya custom union antara Dewan Asosiasi Uni Eropa dengan Turki pada tahun 1995. Pada tahun 1997, Turki telah diakui layak untuk masuk sebagai negara calon anggota dan pada tahun 1999 Turki diumumkan secara resmi oleh Komisi Uni Eropa sebagai salah satu kandidat negara anggota. Proses masuknya Turki ke Uni Eropa terlihat mulus hingga tahun 1999. Berselang 11 tahun hingga kini, Turki belum juga mendapat lampu hijau untuk diterima dalam Uni Eropa. Berbagai pertanyaan kemudian muncul, apakah Turki memang belum dapat memenuhi Copenhagen Criteria seperti yang disyarakan oleh Uni Eropa? Atau ada kepentingan lain yang membuat proses aksesi Turki dalam Uni Eropa terhambat?

Pasca 1999, setelah Turki menjadi kandidat anggota Uni Eropa negara ini berupaya melakukan penyesuaian diri, sesuai yang tercantum pada ketentuan Copenhagen Criteria. Proses pemyesuaian diri ini dimulai sejak tahun 2002, yang dikenal dengan Turki Harmonization Packages, yang hingga kini telah dilakukan sebanyak tujuh kali . Proses penyesuaian diri yang pertama ditandai dengan adopsi hukum anti terorisme dalam Turkish criminal law. Ini menunjukkan upaya Turki untuk turut memerangi terorisme, sebagai musuh bersama Uni Eropa. Upaya Turki lainnya dapat dilihat pada paket harmonisasi yang ketiga (third harmonization package) yang dilakukan pada Agustus 2002. Paket harmonisasi ketiga ini menghapuskan hukuman mati dalam undang-undang Turki, memperbolehkan pemberitaan dan proses pendidikan menggunakan bahasa ibu, termasuk di dalamnya bahasa Kurdi. Serta memperbolehkan kepemilikan property oleh kaum minoritas. Pada tahun 2004, Komisi Eropa mengeluarkan keputusan bahwa negosiasi mengenai aksesi Turki harus segera dilaksanakan. Terkait dengan upaya Turki untuk memenuhi Copenhaggen Criteria secara luas. Pada tahun 2005, Komisi Uni Eropa menggaris bawahi permasalahan Cyprus dalam upaya pengajuan diri Turki menjadi anggota. Masalah Cyprus memang telah menjadi masalah dalam negeri Turki sejak decade 1960an. Konflik ini terjadi antara Cyprus dengan Yunani sebagai akibat dari terbentuknya negara Cyprus. Sebelumnya, pada tahun 1950-an, Turki menganggap permasalahan Siprus sebagai masalah internal Inggris, sebagai negara yang memiliki kewenangan di Siprus pada saat itu. Pada perkembangannya, Turki ikut terlibat dalam pembentukan Republik Siprus yang menekankan esensi pada apa yang disebut sebagai bi-national partnership state. Ketika konflik muncul dan ter-eskalasi menjadi masalah perebutan pengaruh antara Yunani dan Turki, kepentingan Turki dalam permasalahan Siprus adalah menjadi basis penyokong terhadap komunitas Turki (Cyprus Turki) yang hidup di Siprus sebagai golongan minoritas. Sedangkan kepentingan Yunani adalah untuk menggulingkan pemerintahan Republik Siprus kemudian mendirikan negara Siprus yang terunifikasi dengan Yunani (Cyprus Yunani). Permasalahan Cyprus inilah yang kemudian menyebabkan proses aksesi Turki menjadi terhambat. Pada 2005 di tengah upaya perundingan aksesi pihak Uni Eropa meminta Turki untuk

mengakui eksistensi negara Cyprus Yunani, serta membuka pelabuhan dan bandaranya untuk Yunani. Namun Turki mengajukan tuntutan lain pada Yunani. Turki berkenan membuka bandara dan pelabuhannya, dengan syarat pembentukan Turkish Republic of Northern Cyprus. Pada November 2006 Turki dilaporkan belum membuka pelabuhan dan bandaranya bagi petugas administrator Cyprus Yunani. Presiden Uni Eropa saat itu yang dijabat oleh Finlandia mengeluarkan pernyataan bahwa upaya negosiasi dengan Turki terkait masalah Cyprus mencapai kegagalan Dampaknya, komisi Uni Eropa mengeluarkan keputusan jika Turki tetap bersikeras tidak bersedia membuka bandara dan pelabuhannya bagi perwakilan Cyprus Yunani maka kesepakatan yang telah tercapai sebelumnya akan dipertimbangkan kembali. Namun Hingga kini upaya dari Turki untuk diterima menjadi anggota Uni Eropa masih dalam tahap lobbying.Usaha Turki yang dimulai sejak tahun 2005 untuk menjadi anggota Uni Eropa selalu mendapatkan jalan buntu dan penolakan dari anggota Uni Eropa lainya.Padahal jika dilihat dari ekonomi, dan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan, Turki layak menjadi anggota Uni Eropa.Namun, para pemimpin negara Uni Eropa selalu menolak untuk menerima keanggotaan Turki di Uni Eropa. Adapun yang menjadi alasan penolakan dari pemimpin di negara Uni Eropa dikarenakan Turki memiliki beberapa ancaman antara lain, Turki memiliki populasi sebesar 74 Juta jiwa, hal ini akan membahayakan dan memberi ancaman bagi negara Uni Eropa yang memiliki populasi besar seperti Jerman dengan 80 Juta jiwa. Karena dalam Uni Eropa setiap hasil poling di tentukan berdasarkan jumlah populasi penduduk. Sehingga jika Turki bergabung dengan Uni Eropa akan menjadi halangan bagi negara besar dengan populasi yang kalah banyak dari Turki sebut saja Perancis sebesar (61 Juta penduduk) terancam. Lamanya proses aksesi Turki, semakin ke belakang justru dapat dipandang sebagai hasil dari proses daily governance yang sarat kepentingan politik. Di luar pertimbangan konstitusional, terdapat pertimbangan lain yang menghasilkan penundaan status keanggotaan Turki yaitu Isu yang pertama adalah mengenai banyaknya presentase warga Muslim di Turki. Hal ini menimbulkan kekhawatiran negara-negara anggota, melihat sejarah pertikaian Turki dengan

Suku Kurdi. Ditakutkan keberadaan komunitas Muslim dapat mengganggu stabilitas keamanan Uni Eropa. Penolakan terkait keberadaan komunitas Muslim di Turki, meski tidak disampaikan secara eksplisit, diutarakan oleh Perancis yang merupakan negara sekuler dengan berbagai aturan ketat mengenai pemisahan kehidupan beragama dan kehidupan bernegara. Kekhawatiran ini ditambah dengan tipologi politik dalam negeri Turki, yang mayoritas dikuasai oleh Partai beraliran Islam Sunni. Permasalahan kedua adalah kasus Cyprus yang hingga kini belum juga terselesaikan. Uni Eropa memandang kasus ini sebagai pengingkaran atas kewajiban perlindungan terhadap golongan minoritas, seperti yang tercantum pada Copenhagen Criteria. Keberanian Turki untuk mengumumkan pembentukan Turkish Republic of Northern Cyprus membuat Uni Eropa gerah. Aksi Turki ini jelas berseberangan dengan keputusan Uni Eropa, yang justru menerima bagian Cyprus Yunani sebagai anggota. Kasus Cyprus inilah yang menjadi arena pertentangan antara Turki dengan negara anggota Uni Eropa. Yunani, yang didukung oleh Jerman jelas menentang bergabungnya Turki. Sebab dengan mendapatkan status keanggotaan posisi tawar Turki dalam kasus Cyprus akan lebih kuat. Dukungan Jerman pada Yunani dalam kasus Cyprus adalah bentuk dari relasi dalam NATO. Penolakan Yunani mungkin tidak akan berarti signifikan, sebab negara ini juga tengah disorot status keanggotaannya akibat hutang dalam negerinya yang menumpuk. Namun penolakan Jerman akan membawa dampak yang cukup kuat, terkait dengan tingginya hak suara (qualified majority voting) yang dimiliki Jerman. Penolakan oleh Jerman seakan sebuah harga mati bagi sulitnya Turki masuk ke dalam institusi Uni Eropa. Namun, untuk membantu Turki mewujudkan cita-citanya menjadi jembatan antara Timur dan Barat, penting bagi organisasi-organisasi masyarakat sipil di negara-negara anggota Uni Eropa dan di Turki untuk mengubah persepsi negatif tentang pihak lain. Dalam Uni Eroparobarometer 2007, serangkaian survei yang dilakukan oleh Komisi Eropa, mengungkap bahwa 85 persen orang Eropa berpendapat bahwa perbedaan budaya antara Turki dan Eropa terlalu signifikan untuk Turki bisa menjadi anggota Uni Eropa dan opini ini penting.

Berbagai hasil jajak pendapat ini jelas memperlihatkan bahwa ada kekurangan informasi tentang Turki di negara-negara Uni Eropa, dan kekurangan informasi tentang Uni Eropa di Turki.Karena itu, diperlukan adanya upaya mempengaruhi persepsi publik, yang bisa dilakukan terutama melalui kerja-kerja masyarakat sipil. Program pertukaran mahasiswa Erasmus, yang diadakan oleh Uni Eropa, antara universitas Turki dan Eropa, telah membantu menghilangkan prasangka, dan program kerjasama lintasbatas yang melibatkan organisasi masyarakat sipil di perbatasan antara Turki, Yunani dan Bulgaria, telah menciptakan landasan bagi orang-orang dari budaya berbeda untuk bekerja bersama. Di ranah lingkungan hidup, proyek-proyek yang menghimpun kelompok pecinta lingkungan Yunani dan Turki telah menciptakan lingkungan yang ramah bagi rakyat kedua negara untuk bekerja berdampingan mencapai tujuan bersama, yakni menciptakan pembangunan ramah lingkungan yang berkelanjutan di Laut Aegea. Dengan cara ini, persepsi warga Eropa terhadap Turki, dan juga Islam, bisa diubah, sehingga melonggarkan jalan masuknya Turki ke Uni Eropa. Sebaliknya, keanggotaan Turki akan meningkatkan kredibilitas Uni Eropa di negara-negara di dunia Muslim. Perkembangan yang saling berkaitan ini punya potensi meningkatkan stabilitas kawasan dan memperkuat hubungan bertetangga, sesuatu yang telah sangat lama diupayakan Turki maupun Uni Eropa. Bahkan, masyarakat Turki memilih mendukung referendum yang akan memperbarui konstitusi era kudeta 1980-an, dan merestrukturisasi sistem peradilan dan menguatkan hak-hak perempuan, anak-anak dan orang cacat. Perubahan juga termasuk pencabutan sebuah pasal dalam konstitusi yang membuat para pemimpin kudeta militer 1980 kebal dari pengadilan atau pembalasan hukum.