makalah neurosains

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dibidang neuroscience dan Human Genome mapping telah mengungkap banyak informasi tentang struktur dan kinerja otak manusia dan potensi genetiknya. Manusia memiliki keberbakatan yang jamak yang luar biasa yang membedakannya dengan hewan, meliputi aspek intelektual, moral, sosial, bahasa, dexterity, dan emosi. Otak manusia mengandung lebih dari satu milyar sel syaraf otak (neuron) dan hampir satu triliun sel glia. Setiap neuron tersebut dapat membentuk jaringan dengan dua puluh ribu neuron lainnya, sehingga membentuk trilyunan kombinasi yang siap memproses informasi yang tak terhingga. Otak tersusun oleh korteks, medula, dan batang otak yang membentuk satu kesatuan (triune), membentuk manusia seutuhnya yang memiliki kemampuan heart, head, dan hand yang tinggi. Belahan kanan dan kiri dengan jembatan korpus kolosum membentuk reaktor otak (cerebreactor), fisi dan fusi, yang memungkinkan proses berfikir tingkat tinggi. Bahkan kini ditengarahi bahwa konstelasi otak manusia mampu mencapai puncak spiritualitas yang ditengarahi sebagai gelombang keempat peradaban manusia. Hasil-hasil penelitian neuroscience tersebut memiliki implikasi dalam dunia pendidikan. Pendidikan harus mampu menstimulasi otak sehingga membuka gembok-gembok biune dan triune dan memfungsikan cerebreactor-nya. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, eksploratif, divergen, dan reflektif diperlukan untuk mengembangkan otak optimal. Otak mengendalikan semua fungsi tubuh. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental bisa ikut terganggu. Seandainya jantung atau paru-paru berhenti bekerja selama beberapa menit, Anda masih bisa bertahan hidup. Namun jika otak berhenti bekerja selama satu detik saja, maka tubuh berarti mati. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ yang paling penting dari seluruh organ di tubuh manusia. Selain paling penting, otak juga merupakan organ yang paling rumit. Membahas tentang neurosain secara detail bisa memakan waktu berhari-hari. Oleh karena itu disini kita akan membahas otak secara garis besarnya saja sekedar membuat kita paham bagian- bagian dan penerapannya dalam pembelajaran.

Upload: raga-sampela

Post on 17-Nov-2015

480 views

Category:

Documents


56 download

DESCRIPTION

Penjelasan mengenai neurosains dan aplikasinya dalam dunia pendidikan

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kemajuan dibidang neuroscience dan Human Genome mapping telah

    mengungkap banyak informasi tentang struktur dan kinerja otak manusia dan potensi

    genetiknya. Manusia memiliki keberbakatan yang jamak yang luar biasa yang

    membedakannya dengan hewan, meliputi aspek intelektual, moral, sosial, bahasa, dexterity,

    dan emosi. Otak manusia mengandung lebih dari satu milyar sel syaraf otak (neuron)

    dan hampir satu triliun sel glia. Setiap neuron tersebut dapat membentuk jaringan dengan

    dua puluh ribu neuron lainnya, sehingga membentuk trilyunan kombinasi yang siap

    memproses informasi yang tak terhingga. Otak tersusun oleh korteks, medula, dan batang

    otak yang membentuk satu kesatuan (triune), membentuk manusia seutuhnya yang memiliki

    kemampuan heart, head, dan hand yang tinggi. Belahan kanan dan kiri dengan jembatan

    korpus kolosum membentuk reaktor otak (cerebreactor), fisi dan fusi, yang memungkinkan

    proses berfikir tingkat tinggi. Bahkan kini ditengarahi bahwa konstelasi otak manusia

    mampu mencapai puncak spiritualitas yang ditengarahi sebagai gelombang keempat

    peradaban manusia. Hasil-hasil penelitian neuroscience tersebut memiliki implikasi dalam

    dunia pendidikan. Pendidikan harus mampu menstimulasi otak sehingga membuka

    gembok-gembok biune dan triune dan memfungsikan cerebreactor-nya. Kegiatan

    pembelajaran yang menyenangkan, eksploratif, divergen, dan reflektif diperlukan untuk

    mengembangkan otak optimal.

    Otak mengendalikan semua fungsi tubuh. Otak merupakan pusat dari keseluruhan

    tubuh. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan

    mental. Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental bisa ikut

    terganggu. Seandainya jantung atau paru-paru berhenti bekerja selama beberapa menit, Anda

    masih bisa bertahan hidup. Namun jika otak berhenti bekerja selama satu detik saja, maka tubuh

    berarti mati. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ yang paling penting dari seluruh organ

    di tubuh manusia. Selain paling penting, otak juga merupakan organ yang paling rumit.

    Membahas tentang neurosain secara detail bisa memakan waktu berhari-hari. Oleh karena itu

    disini kita akan membahas otak secara garis besarnya saja sekedar membuat kita paham bagian-

    bagian dan penerapannya dalam pembelajaran.

  • 2

    Pembelajaran yang selaras dengan penggunaan neurosains adalah pembelajaran yang

    menerapkan hypnoteaching. Pembelajaran di Indonesia selama ini banyak menggunakan

    metode pembelajaran konvensional dalam proses mengajar. Yaitu metode pembelajaran dengan

    cara ceramah dimana peran pendidik aktif dan peserta didik cenderung pasif. Beberapa pakar

    mengatakan metode tersebut tidak layak dipakai lagi. Metode pembelajaran hypnoteaching

    secara garis besar adalah metode pembelajaran yang penyampaian materinya menggunakan

    bahasa-bahasa bawah sadar yang mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap

    peserta didik.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah terkait materi neurosain adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana sistem saraf itu?

    2. Bagaimana struktur otak?

    3. Bagaimana keterkaitan emosi dengan otak?

    4. Bagaimana keterkaitan emosi dengan prestasi?

    5. Apa itu neurosains?

    6. Bagaimana aplikasi neorosains dalam pembelajaran?

    7. Seperti apakah pembelajaran hypnoteaching?

    8. Bagaimanah cara menjalankan hypnoteaching?

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Neuron dan Sistem Saraf

    Sel adalah bagian terkecil dari suatu organisme.[1] Susunan saraf terdiri dari sel-sel

    saraf. Di dalam sel saraf terdiri dari: (a) sel saraf, dan (b) serabut-serabut saraf. Sel saraf

    terdiri atas cytoplasma dan nucleus atau inti saraf. Cytoplasma atau pada umumnya disebut

    protoplasma mempunyai lanjutan pada kedua ujungnya. Fungsi dari lanjutan lanjutan

    (ujung-ujung saraf) itu ada yang membawa rangsangan ke sel saraf dan ini disebut

    sellulifetal. Ada pula ujung-ujung saraf yang membawa rangsang ke luar dari sel disebut

    sellulifugal. Lanjutan-lanjutan sitoplasma dari suatu sel disebut serabut-serabut saraf.

    Serabut-serabut saraf yang berfungsi sellulifetal disebut dendrit. Dendrit berasal dari bahasa

    Yunani dendron yang berarti pohon.[2] Dendrit itu dan seluruh selaput yang menutupi sel

    tubuh menerima pesan dari neuron yang berdekatan. Pesan ini secara berurutan dikirim ke

    neuron lain (atau ke otot dan kelenjar) melalui sebuah penyambung sel yang menyerupai

    tabung panjang dan tipis yang disebut akson. Jika kason terkena rangsangan pada saatnya,

    akson itu akan mengeluarkan implus ke salah satu arah (yang menuju ke sel tubuh atau

    menjauhi sel tubuh). Tetapi impuls, saraf itu dapat menyeberangi penghubung antarneuron,

    yang disebut sinapsis, hanya dalam satu arah, dari akson ke arah sel tubuh atau dendrit.

    Sedangkan serabut-serabut saraf yang berfungsi sellulifugal disebut neurit. Gambar berikut

    merupakan gambar sebuah sel saraf dengan bagian-bagiannya.

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn4

  • 4

    Terdapat tiga jenis neuron, neuron sensorik (disebut juga neuron aferen)

    mengirimkan impuls yang diterima reseptor ke saraf pusat. Reseptor itu mengirimkan sel

    khusus dalam organ penginderaan, otot, kulit serta sendi yang mendeteksi adanya

    perubahan secara fisik atau kimiawi dan menyimpulkan kejadian tersebut ke dalam impuls

    yang menjalar sepanjang neuron sensorik. Neuron motorik (disebut juga neuron eferen)

    membawa isyarat yang keluar dari otak atau saraf sumsum tulang belakang ke organ efektor

    terutama otot dan kelejar. Interneuron, disebut juga neuron-neuron asosiatif menerima

    isyarat dari neuron sensorik dan mengirimkan impuls interneuron lain ke neuron motorik.

    Interneuron hanya terdapat dalam otak dan saraf sumsum belakang.

    Urat saraf merupakan kumpulan akson yang direntangkan yang terdapat dalam

    beratus-ratus atau beribu-ribu neuron aferen dan eferen. Diantara neuron terdapat sejumlah

    besar sel glial (berasal dari bahasa Yunani, glia yang berarti perekat) yang saling

    berjalinan secara erat. Sel glial membantu neuron melekat pada tempatnya dan memberinya

    zat makanan.[3] Jumlah sel glial ini lebih dari lima hingga sepuluh kali lipat dari jumlah sel

    saraf otak.[4]

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn6

  • 5

    B. Struktur otak

    Otak dibagi menjadi 4

    1. Cerebrum (Otak Besar)

    Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama

    Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang

    membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki

    kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan

    kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian

    ini. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian

    lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut

    sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal,

    Lobus Occipital dan Lobus Temporal.

    a. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.

    Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,

    kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol

    perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

    b. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti

    tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

    c. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan

    pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

  • 6

    d. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan

    visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek

    yang ditangkap oleh retina mata.

    Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi beberapa

    area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

    Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi

    dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu

    terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak

    kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh.

    Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri

    untuk logika dan berpikir rasional.

    2. Cerebellum (Otak Kecil)

    Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung

    leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:

    mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan

    gerakan tubuh. Cerebellum merupakan kunci dalam mendapatkan keterampilan

    motorik[5]. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan

    otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat

    menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil,

    dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn7

  • 7

    tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke

    dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.

    3. Brainstem (Batang Otak)

    Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian

    dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian

    otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur

    suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia

    yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.Batang otak dijumpai juga

    pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut

    dengan otak reptil. Otak reptil mengatur perasaan teritorial sebagai insting primitif.

    Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

    a. Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas

    dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah

    berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran

    pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

    b. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan

    menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi

    otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

    c. Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama

    dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

    4. Limbic System (Sistem Limbik)

  • 8

    Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, merupakan struktur sirkuit di

    tengah yang memutari thalamus.[6] Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah.

    Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan

    otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala,

    hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan,

    mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan

    seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang. Bagian

    terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah

    bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak. Sistem

    limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim

    disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl

    Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif,

    yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus

    lainnya.

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn8

  • 9

    C. Keterkaitan Emosi dengan Otak

    1. Teori Emosi

    Cannon (1927) menyatakan bahwa peranan utama emosi berada di talamus, yang

    merupakan bagian inti dari pusat otak.[7] Cannon berpendapat bahwa talamus

    memberikan respon terhadap stimulus yang membangkitkan emosi dengan mengirim

    impuls secara serempak ke korteks cerebral dan ke bagian tubuh yang lain. Perasaan

    emosional merupakan akibat keterbangkitan korteks dan sistem saraf simpatik. Menurut

    teori ini yang dikembangkan oleh Bard dan dikenal sebagai teori Cannon Bard,

    perubahan badani dan pengalaman emosi terjadi pada saat yang sama.

    Penelitian berikutnya memperjelas kenyataan bahwa hipotalamus dan sebagian

    tertentu dari sistem limbik, bukan talamus, merupakan pusat otak yang paling banyak

    terlibat langsung dalam integrasi respons emosional. Impuls dari kawasan ini

    dipancarkan ke inti sel dalam batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf

    otonom. Sistem saraf otonom bekerja secara langsung pada otot dan organ internal

    untuk menginisiasi beberapa perubahan badani yang mencirikan emosi dan bekerja

    secara tidak langsung dengan merangsang hormon adrenal untuk menimbulkan

    perubahan badani lainnya.

    Emosi bukan peristiwa sesaat, tetapi pengalaman yang terjadi selama beberapa

    saat. Pengalaman emosional dapat ditimbulkan oleh masukan eksternal pada sistem

    sensoris, kita melihat atau mendengar stimulus yang membangkitkan emosi. Tetapi

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn9

  • 10

    sistem saraf otonom menjadi aktif segera setelah itu, sehingga umpan balik dari

    perubahan badani menambah pengalaman emosional. Jadi, pengalaman sadar kita

    tentang emosi melibatkan integrasi informasi tentang keadaan fisiologis tubuh dan

    informasi tentang situasi yang membangkitkan emosi.

    Bentuk-bentuk emosi ada tiga aspek, yaitu: 1) aspek kognisi, 2) kesigapan, 3)

    perasaan. Penilaian seseorang terhadap situasi yang membangkitkan emosi merupakan

    faktor penentu respons emosional yang penting. Schachter (1971) yakin bahwa emosi

    merupakan fungsi interaksi faktor kognitif dan keadaan keterbangkitan fisiologis. Teori

    kognitif fisiologis tentang emosi mengemukakan bahwa umpan balik ke otak dari

    aktivitas fisiologis menimbulkan keadaan keterbangkitan yang tidak berbeda, tetapi

    emosi yang dirasakan ditentukan oleh label yang diberikan orang pada keadaan

    keterbangkitan itu.[8] Penentuan label merupakan proses kognitif, individu

    menggunakan informasi dari pengalaman masa lampau dan persepsinya tentang

    keadaan saat ini untuk menginterpretasi perasaannya. Interpretasi ini akan menentukan

    label yang mereka gunakan untuk memberikan keadaan emosional mereka.

    Kesigapan untuk melakukan tindakan bergantung pada sistem saraf autonom

    yang memiliki dua percabangan, sistem saraf simpatetik dan parasimpatik. Sistem saraf

    simpatetik mempersiapkan tubuh untuk respons yang singkat, intens dan melawan atau

    melarikan diri yang penuh semangat. Sistem saraf parasimpatetik meningkatkan

    pencernaan dan proses lain yang bertujuan mengonservasi energi serta menyiapkan diri

    untuk persiapan selanjutnya. Akan tetapi tiap situasi memerlukan pembangkitan sistem

    saraf simpatetik dan parasimpatetik dengan campuran yang unik.

    2. Amigdala

    Amigdala adalah struktur dalam sistem saraf berbentuk seperti almonds yang

    terletak di dasar lobus temporalis. Amigdala merupakan bagian dari sistem limbik yang

    terlibat dalam pengalaman emosional dan fungsi seksual. Struktur ini berperan dalam

    ingatan yang bersifat emosional dan terbentuk dari sebuah nukleus atau kluster badan

    sel. Amigdala tumbuh dan mencapai puncak perkembangannya sebelum usia 4

    tahun.[9] Karena itu pada anak-anak di bawah 4 tahun, sensasi dan rangsangan yang

    paling cepat ditangkap, dikonsilidasi dan disimpan adalah sensasi-sensasi yang bersifat

    emosional. Pengalaman-pengalaman emosional pada anak usia ini merupakan

    pengalaman hidup yang terpatri kuat. Pengalaman atau pelajaran pada usia ini akan

    berdampak lebih kuat jika diberikan dengan nuasa emosi yang tinggi, misalnya melalui

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn10http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn11

  • 11

    bermain. Amigdala menyimpan memori tentang peristiwa emosional, menerima input

    dari sistem visual, auditif dan pencernaan, termasuk bagian otak yang mengenal rasa

    dan sentuhan. Amigdala adalah peran stimulasi, regulasi, emosi dan respon emosional

    terhadap informasi sensor serta mengevaluasinya dengan cepat dalam menentukan nilai

    emosionalnya serta mengambil keputusan terhadap kejadian tertentu. Jadi amigdala

    adalah struktur yang menghubungkan antara emosional dan rasio atau kesadaran

    emosional (emotional awareness). Sebagai contoh, apabila kita menghadapi rasa takut

    maka hal ini adalah suatu komponen dari kondisi emosional yang cirinya adalah kondisi

    tergerak (a state of being moved). Komponen emosi lainnya adalah

    kesadaran (awareness) yang dirasakan. Emotional awareness kemudian timbul untuk

    menentukan tindakan yang diambilnya terhadap rasa takut tersebut.

    Joseph Le Doux (1996) dalam buku The Emosional Brain menulis bahwa sistem

    emosional utama yaitu rasa takut mencakup amigdala dan bagian frontal dari korteks

    singulat (cingulater cortex, yaitu struktur setengah lengkung yang melingkupi bagian

    tengah otak atau daerah limbik melalui jalur neuron, visual dan auditif yang mengait

    langsung ke struktur yang berbentuk almond tersebut).[10]Struktur ini ditemukan di

    setiap belahan bagian tengah otak. Amigdala mengirimkan serabut ke hipotalamus dan

    batang otak, tempat pernafasan, keringat, denyut jantung, pembuluh darah dan tonus

    otak dikendalikan.

    3. Belahan otak kiri dan kanan

    Hipotesis lain mengemukakan kaitan antara dua belahan dengan kategori emosi

    yang berbeda. Menurut Jeffrey Gray (1970), aktivitas belahan otak kiri terutama lobus

    frontal dan temporalnya berkaitan dengan sistem aktivasi perilaku. Hal tersebut ditandai

    dengan peningkatan aktivitas (saraf) autonom dari level rendah hingga tinggi dan

    kecenderungan untuk mendekat (ke orang lain) yang dapat mengindikasi kesenangan

    atau kemarahan. Peningkatan aktivitas lobus frontal dan temporal belahan otak kanan

    diasosiasikan dengan sistem inhibisi perilaku yang meningkatkan perhatian dan

    pembangkitan, menginhibisi tindakan dan menstimulasi emosi, antara lain rasa takut

    dan muak.[11]

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn12http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn13

  • 12

    Perbedaan antarkedua belahan otak berkaitan dengan kepribadian. Secara rata-

    rata, individu yang memiliki aktivasi korteks frontal lebih tinggi pada belahan otak kiri

    cenderung lebih bahagia, mudah bergaul dan lebih suka bersenang-senang. Individu

    yang memiliki aktivitas korteks frontal lebih tinggi pada belahan otak kanan cenderung

    lebih tertutup, tidak puas dengan hidup dan lebih mudah emosi yang tidak

    menyenangkan.[12]

    Belahan otak kanan lebih responsif terhadap stimulus emosional daripada

    belahan otak kiri. Sebagai contoh, mendengar suara tawa atau tangis akan lebih

    mengaktivasi amigdala kanan daripada amigdala kiri. Ketika seseorang mengamati

    wajah, perhatian yang dicurahkan untuk mengenali ekspresi emosi akan meningkatkan

    aktivitas korteks temporal belahan otak kanan.

    D. Keterkaitan Emosi Dengan Prestasi

    Pada proses belajar terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya yaitu

    keadaan psikis. Keadaan psikis atau emosi yang terjadi pada siswa misalnya perasaan sedih,

    takut, panik, kurang percaya diri atau emosi yang bersifat negatif yang dapat menyebabkan

    siswa enggan atau tidak bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Kemudian ada juga

    perasaan senang, bangga, terhibur, percaya diri dan persahabatan yang membuat mereka

    semangat untuk mengikuti pembelajaran.

    Prestasi siswa merupakan salah satu tujuan pendidikan yang penting mendapat

    perhatian. Pandangan lama mempercayai bahwa tingkat intelegensi (IQ) atau kecerdasan

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn14

  • 13

    intelektual merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mencapai prestasi belajar.

    Akan tetapi, menurut pandangan kontemporer, prestasi belajar siswa tidak hanya ditentukan

    oleh kecerdasan intelektual (Intellegence Quotient- IQ), melainkan juga oleh kecerdasan

    emosional (Emotional Quotient - EQ). Prestasi belajar yang baik dapat dicapai apabila siswa

    memiliki emosi yang stabil.

    Daniel Goleman mengemukakan bahwa intelegensi emosional jauh lebih penting

    daripada kemampuan skolastik seseorang dalam mempengaruhi prestasinya. Salah satu hal

    yang mendasari pandangan ini adalah bahwa gejolak perasaan sangat mempengaruhi proses

    berpikir. Misalnya, ketika seorang siswa tengah berada dalam kemarahan, konsentrasinya

    mudah terganggu sehingga pengambilan keputusannya pun mengalami hambatan. Jadi,

    sekalipun seseorang memiliki tingkat pendidikan tinggi tetapi jika tidak mampu

    mengendalikan emosinya dengan baik, cenderung mudah mengalami hambatan dalam

    berinteraksi sosial.[13]

    Menurut Salovey dan Mayer, kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan

    mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain,serta menggunakan perasaan perasaan itu

    untuk memandu pikiran dan tindakan. Kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang

    sangat diperlukan untuk berprestasi. Meskipun, seperti yang dikatakan Goleman, kita tidak

    boleh melupakan peran motivasi positif dalam mencapai prestasi. Motivasi positif itu

    berupa kumpulan perasaan antusiasme, gairah, dan keyakinan diri. Kesimpulan ini

    ditunjukkan oleh hasil berbagai studi terhadap para atlet olimpiade, musikus kelas dunia,

    dan para grand master catur yang menunjukkan adanya ciri yang serupa pada mereka. Ciri

    yang serupa itu berupa kemampuan memotivasi diri untuk tak hentihentinya berlatih

    secara rutin.

    Puncak kecerdasan emosional akan dapat dicapai jika seseorang mencapai keadaan

    flow, yaitu sebuah keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang sedang

    dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan itu, dan kesadarannya menyatu

    dengan tindakan. Flow merupakan prasyarat penguasaan keahlian tertentu, profesi, atau

    seni. Proses belajarpun memprasyaratkannya. Mahasiswamahasiswa yang belajar saat

    memasuki keadaan flow, maka prestasinya akan lebih baik, terlepas dari bagaimana potensi

    mereka diukur oleh testes prestasi, tulis Goleman

    Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional sangat

    berhubungan dengan prestasi. Dengan kecerdasan emosional yang tinggi, misalnya ketika

    seorang anak berada dalam keadaan flow maka mereka akan lebih mudah dalam menerima

  • 14

    pelajaran yang diajarkan oleh guru mereka yang pada akhirnya dapat mencapai prestasi

    belajar yang memuaskan. Jika kita mampu memberikan stimulus kepada otak agar

    memberikan respon berupa emosi-emosi yang kita harapkan dan mencapai keadaan flow

    untuk menunjang proses pembelajaran maka kita akan mampu meningkatkan prestasi

    belajar siswa.

    E. Neurosains

    Neurosains adalah ilmu yang khusus mempelajari neuron (sel saraf).[14] Ilmu syaraf

    atau neurosains adalah bidang ilmu yang mempelajari sistem saraf atau sistem neuron. Area

    studi mencakup struktur, fungsi, sejarah evolusi, perkembangan, genetika, biokimia,

    fisiologi, farmakologi, informatika, penghitungan neurosains dan patologi sistem saraf.

    Awalnya merupakan cabang dari ilmu biologi, namun ilmu ini telah berkembang dan

    menarik berbagai jenis ilmu lain untuk memanfaatkan pendekatan ilmu syaraf termasuk

    diantaranya adalah kognitif, neuro-psikologi, ilmu komputer, statistika, fisika dan

    kedokteran. Rentang bidang ilmu syaraf telah meluas dengan mengikut sertakan percobaan

    ilmiah secara sistematis maupun penyelidikan teoritis dari sistem saraf pusat maupun sistem

    saraf tepi dari organisme biologis. Metodologi empiris yang digunakan oleh ilmuwan ilmu

    syaraf saat ini telah berkembang dengan cepat. Dari studi molekuler dan seluler dari sel-sel

    saraf individu hingga pemotretan sensor, dan dan tugas motorik di otak.

    Sejarah Perkembangan Neurosains sendiri dimulai ketika ketika Cajal, ilmuwan

    Spanyol ( pemenang Nobel 1906/ menemukan 4 doktrin Neuron sbb:

    a. Sel saraf, sebagai unit sinyal dan blok pembentuk dasar otak disebut neuron. Neuron

    terdiri dari dendrite, badan sel dan axon. Dendrit adalah tunas dari badan sel yang

    menerima sinyal dari sel lain. Badan sel berupa selaput ( membrane) yang berisi

    nucleus ( DNA ). Axon yang terbentuk garis panjang dari badan sel adalah elemen yang

    menyampaikan informasi dendrite sel lain melalui terminal axon.

    b. Terminal axon menyampaikan informasi kedendrit sel lain di sinepsi, yaitu celah antara

    axon dengan dendrite sel lain. Sinepsi sebelum celah disebut presinaptik, dan

    sesudahnya disebut post sinaptik.

    c. Neuron membentuk sinapsis dan berkomunikasi dengan sel saraf tertentu saja.

    d. Sinyal dalam neuron berjalan kesatu arah saja, yaitu dari dendrit ke badan sel, axon,

    presinaptik, menyeberang celah sinaptik, dan dendrite sel beikutnya. Selanjutnya

    ditemukan bahwa neuron terdiri dari neuron (syaraf) sensorik, yaitu yang menerima

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn1http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_sarafhttp://id.wikipedia.org/wiki/Strukturhttp://id.wikipedia.org/wiki/Evolusihttp://id.wikipedia.org/wiki/Genetikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Biokimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fisiologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Farmakologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Informatikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Patologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Biologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kognisihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neuro-psikologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_komputerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Statistikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fisikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kedokteranhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Percobaan_ilmiah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Percobaan_ilmiah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Teorihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_pusathttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_tepihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_tepihttp://id.wikipedia.org/wiki/Organismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Biologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Molekulerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Selulerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Otak

  • 15

    rangsangan dari luar, neuron motorik, yang mengendalikan kegiatan kegiatan sel otot,

    dan interneuron, yang menjadi perantara diantara kedua neuron.

    Charles Sherrigon menemukan bahwa neuron tidak hanya dapat bersifat aktif

    (mengirimkan sinyal 0, tapi juga ada yang menggunakan terminal untuk menghentikan sel

    penerima menyampaikan informasi, atau bersifat penghambat (inhibitory), sehingga

    tindakan system syaraf ditentukan oleh integrasi kedua hal ini.

    Selanjutnya Luigi Galvani ( 1971 ) dan kemudian Herman Von Helmhotz

    (1859) menemukan bahwa terdapat aktivitas listrik pada sel-sel otot binatang dan bahwa

    axon menggunakan listrik sebagai alat untuk menyampaikan informasi sensorik dari luar ke

    spinal cord ( urat syaraf tulung belakang ) dan otak perintah dari otak ke otot. Pengukuran

    Helmhotz menunjukan bahwa kecepatan kawat metal menunjukkan bahwa kecepatan kawat

    metal menyampaikan pesan ( sinyal ) 186 ribu / detik sedangkan axon 90 kai/detik, namun

    bersifat aktif, untuk memastikan bahwa sinyal akan sampai dan tidak menurun kekuatannya.

    Hal ini disebut potential atau energi potensial.

    Edgar Douglas Adrian ( pemenang Nobel 1932 dengan Sherrigon ) menemukan

    bahwa bentuk, amplitude dan kekuatan energi potensial yang dihasilkan satu sel syaraf

    adalah sama, yang membedakannya hanya insensitasnya. Dengan demikian suatu stimlus

    yang kuat dari infosensorik akan meningkatkan jumlah energi potensial perdetik.

    Bernstein ( 1920 ) menunjukan bahwa energi potensial ditimbulkan oleh

    perbedaan ion antara yang terdapat di dalam dan diluar selaput sel, karena selaput sel

    memiliki saluran ( channel ) yang memungkinkan ion potassium positif mengalir dari dalam

    sel dalam membrane keanykan ion negative.

    Bedasarkan penelitian terhadap neuron cumi, Alan Hodgkin dan Huxley (

    pemenang Nobel 1963 ) dan Katz menemukan baha energi potensial terbentuk karena

    masuknya ion sodium positif mengubah voltase internal sel dan menghasilkan upstroke,

    pada saat hampir sama saluran potassium terbuka dan ion potassium kelur dari sel,

    menhasilkan downstroke sehingga sel kembali pada voltase semula. Setiap energi potensial

    menjadi sel punya lebih banyak sodium di dalam , namun dikurangi dengan adanya protein

    yang mengangkut kelebihan ion sodium keluar. Setiap energi potensial menghasilkan aliran

    yang mengatifkan wilayah sebelahnya secara berantai, dengan cara ini maka sinyal dari

    pengalaman isual, motorik, pikiran atau memori dikirim dari satu neuron lainnya.

    Pada Oktober 2004, sekelompok ahli yang menekuni riset-riset otak berkumpul

    disebuah pegunungan, didharmasala India. Ini bukan pertemuan biasa, sekalian dilakukan

  • 16

    dalam bentuk diskusi ringan sebari rekreasi . Pesertanya bukan orang sembarangan ahli otak

    kelas dunia berkumpul membicarakan lihwal tentang otak,terutama kaitannya dengan

    meditasi dan rileksasi.pertemuan tersebut membicarakan topic perihal neuroplastisitas

    adalah kemampuan sel-sel saraf mengubah diri. Ini adalah soal kapasitas otak untuk

    berubah, baik karena pengaruh sengaja dari luar maupun karena perubahan metabolisme

    dalam otak .

    Menurut Balai lama, yang kemudian disetujui oleh para periset yang meneliti soal

    itu, otak bukanlah elemen tubuh yang statis, yang sudah jadi sehingga tidak bias berubah.

    Persoalannya kemudian adalah apa yang dapat dilakukan untuk dapat mengubah mesin

    supercanggih ini perubahan otak tidak mungkin terjadi tanpa intervensi serius, sistematis,

    dan terutama latihan-latihan mental. Potensi otak untuk berubah sangat tak terbatas , bahkan

    boleh dikatakan tidak terukur.

    Pada saat yang hampir bersamaan, di laboratorium Biomolekul Fakultas

    Kedokteran UGM Yogyakarta, pernah dilakukan penelitian dalam bidang neuronatomi

    ( Neurosains). Otak dalam skala kecil , yakni bagaimana stress mempengaruhi otak.

    Peneliti pernah melihat apa yang terjadi pada otak tikus putih ( Rattus norvegicus )setelah

    dipaparkan stress dalam jangka waktu tertentu. Yang saya lihat adalah perubahan pada

    jumlah penerima ( istilah ilmiahnya : respoter) dari zat penhantar informasi di otak (

    istilah ilmiahnya : Neuorotranmitter ) yang bernama dopamine, sudah jadi pakem dalam

    brainsains bahwa informasi dapat berlanjut di otak karena adanya perikatan antara respoter

    dan neurotransmiternya. Setiap neurotransmitter memiliki reseptor khusus, bahkan sebuah

    resepoter pun meiliki berbagai varian yang berbeda dengan yang ada dibagian yang lain

    tubuh, seperti pada pembuluh darah . Nah, perbedaan variasi resepoter inilah yang

    membedakan efek dari sebuah neurotransmitter. Bagian-bagian otak tidak saja berbeda

    dalam bentuknya, tetapijuga kandungan bahan organiknya, tetapi juga kandungan bahan

    inorganic didalamnya. Misalnya ,ada zat bernama enzim yang ada pada satu tempat, tetapi

    tidak ada pada tempat yang lain.

    Oleh karena itu, sekalipun yang sama karena pengaruh enzim ini, hasil akhir akan

    menjadi lain. Perbedaan enzim, reseptor, neuorotransmiter, dan segala zat kimia otak inilah

    yang membedakan otak saya dan anda, antara otak sehat dan otak sakit, antara normal dan

    nirnormal. Dalam brainsains, anda dan saya berbeda secara bermakna pada kadar zat-zat

    ini. Terlebih spesifik pada gen yang mengode zat-zat ini.Sekalipun secara makroanatormi

    otak kita tampak sama .

  • 17

    Dari penelitian sederhana yang dilakukan, peneliti menjumpai adanya perbedaan

    bermakna dalam kadar resptor antara tikus yang diberi stresor dan tikus yang enjoy tanpa

    stresor . Ringkasnya, intervensi dari luar ( berupa stresor ) sanggup mengubah struktur otak,

    terutama pada kadar resepter dan neurotransmitter. Kita,boleh jadi tidak menemukan

    perubahan bermakna pada otak yang dibedah sekalipun berasal dari dua orang yang

    berbeda, antara orang sakit dan orang sehat , antara orang Jawa dan Jawa-Tondano ( salah

    satu suku di Minahasa ), antara 2 ekor tikus sehat yang disayat-sayt otaknya.

    Perubahan pada otak memang terjadi pada level miskropik, yang hanya dapat

    diamati dengan alat dan cara khusus. Saya, misalnya menggunakan cat khusus (istilah

    ilmiahnya: cat imunohistokimia ) yang dibeli di Jepang Karen atidak dijual di Indonesia

    ( untuk diketahui : setetescat ini harganya lebih dari dua juta rupiah). Oleh karena itu,

    jangan heran jika orang sehat dan tidak sehat relative memiliki struktur makro yang sma.

    Plastistas otaklah yang membedakan bagaimana dank e mana otak kita berubah .

    F. Neurosains pembelajaran

    Neurosains pembelajaran adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan sistem saraf

    dengan pembelajaran dan perilaku.[15] Sel-sel saraf ini yang menyusun sistem saraf, baik

    susunan saraf pusat (otak dan saraf tulang belakang) maupun saraf tepi (31 pasang saraf

    spinal dan 12 pasang saraf kepala). Umumnya para neurosaintis memfokuskan pada sel

    saraf yang ada di otak. Sel saraf bukan merupakan unit terkecil, karena yang disebut unit

    terkecil adalah sinapsis (titik pertemuan dua sel saraf yang memindahkan dan meneruskan

    informasi). Bahkan, ini berlangsung pada tingkat molekuler seperti gen-gen. Semua yang

    berlangsung di tingkat sinapsis menjadi dasar dari sensasi, persepsi, proses belajar dan

    memori serta kesadaran. Otak merupakan komponen fisik dan fungsional yang mendasari

    proses belajar. Pengetahuan tentang otak tidak saja penting dalam proses

    pembelajaran (learning), tetapi keseluruhan dalam proses pendidikan.

    G. Aplikasi Neorosains dalam Pembelajaran

    Optimalisasi otak pada dasarnya adalah menggunakan seluruh bagian otal secara

    bersama-sama dengan melibatkan sebanyak mungkin indra secara serentak. Penggunaan

    berbagai media pembelajaran merupakan salah satu usaha membelajarkan seluruh bagian

    otak, baik otak kiri maupun otak kanan, rasional maupun emosional atau bahkan spiritual.

    Permainan warna, bentuk, tekstur dan suara sangat dianjurkan. Ciptakan suasana gembira

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn2

  • 18

    karena akan merangsang keluarnya endorfin dari kelenjar di otak dan selanjutnya

    mengaktifkan asetilkolin di sinapsis.[16] Seperti diketahui sinapsis yang merupakan

    penghubung antar sel saraf menggunakan zat kimia terutama asetilkolin sebagai

    neurotransmitternya. Dengan aktifnya aseltilkolin maka memori akan tersimpan dengan

    lebih baik. Lebih jauh suasana gembira akan mempengaruhi cara otak dalam memproses,

    menyimpan dan mengambil kembali informasi. Tiga hal penting dalam belajar menurut

    Susan (1997) adalah: 1) bagaimana mengambil dan menyimpan informasi dengan cepat,

    menyeluruh dan efisien, 2) bagaimana menggunakannya untuk menyelesaikan masalah,

    dan 3) bagaimana menggunakannya untuk menciptakan ide. Optimalisasi dapat dilakukan

    dengan membuatnya dalam keadaan waspada yang relaks sebelum dimasuki informasi.

    Musik yang menenangkan dan latihan pernafasan dapat menghilangkan pikiran

    yang mengganggu dan mengkondisikan otak agar waspada dan relaks. Musik juga dapat

    mengaktifkan otak kanan untuk siaga menerima infromasi dan membantu memindahkan

    infromasi tersebut ke dalam bank memori jangka panjang. Musik memang membantu

    proses transmisi pesan yang berlangsung di ujung-ujung saraf. Gelombang otak yang

    berada pada posisi alfa telah memungkinkan pemaduan, pengkodisian dan konsilidasi

    seluruh pesan yang masuk.[17] Kondisi relaks dan waspada merupakan pintu bawah sadar.

    Jika informasi dibacakan dengan dibarengi musik dan aroma menenangkan, maka akan

    mengambang di bawah sadar dan ditrasmisikan dengan lebih cepat serta disimpan dalam

    file yang benar.

    Disamping membutuhkan kondisi waspada yang relaks, otak juga membutuhkan

    oksigen untuk bekerjanya. Berhentinya pasokan oksigen akan merusak sel-sel saraf di otak.

    Ruang kelas dengan penyediaan oksigen yang berlimpah sangat kondusif untuk belajar.

    Pohon-pohon dengan daun rimbun di luar kelas dapat menjadi sumber oksigen. Olahraga

    yang dilakukan teratur, tidak hanya akan membugarkan tubuh namun juga akan

    memperkaya darah dengan oksigen dan meningkatkan pasokan okseigen ke otak.

    Kekurangan zat besi (sayuran hijau) akan menurunkan rentang perhatian, menghambat

    pemahaman dan secara umum mengganggu prestasi belajar. Kurangnya kalium (buah dan

    sayuran) akan menurunkan rentang perhatian, menghambat pemahaman, dan secara umum

    mengganngu prestasi belajar. Kurangnya kalium (buah dan sayuran) akan mengurangi

    aliran listrik di otak sehingga akan menurunkan jumlah informasi yang dapat diterima otak.

    Dengan demikian makan pagi dengan mengkonsumsi banyak buah, makan siang dengan

    prinsip empat sehat dan makan malam dengan menambahkan susu akan mengoptimalkan

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn15http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftn16

  • 19

    otak. Demikian juga dengan olahraga teratur dan minum banyak air putih sebagai

    penghilang racun akan mendukung kerja otak.

    Rekayasa lingkungan belajar yang nyaman dan relaks akan memudahkan

    pengambilalihan tugas dari otak kiri yang rasional ke otak intituitif yang menerima asupan

    informasi bawah sadar. Intuisi adalah persepsi yang berada di luar pancaindera meskipun

    tetap bukan hal mistik, karena tetap bersifat logis. Menyimpan informasi dengan pola

    asosiatif dan tidak linear merupakan langkah pertama menuju pengembangan kemampuan

    otak yang belum dikembangkan. Belajar melalui praktik akan melibatkan banyak indra

    sehingga memori akan lebih mantap. Setiap orang memiliki dominasi indra secara

    individual. Apabila guru dapat mendominasi indera pada masing-masing peserta didiknya

    maka akan dapat memberi layanan dengan tepat.

    H. Hypnoteaching

    Hipnosis berasal dari kata hypnos yang merupakan nama dewa tidur orang

    yunani.[18] Kata hypnosis pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter

    ternama di Inggris yang hidup antara tahun 1975-1860. Pada masa-masa praktiknya James

    Braid menggunakan metode hypnosis untuk menggantikan fungsi obat bius dalam

    mengurangi rasa sakit pasien saat menjalani proses operasi. Sebelum masa James Braid

    hypnosis dikenal dengan nama Mesmerism atau Magnetism. Milton H. Ericson, 1980

    mengatakan bahwa hypnosis adalah komunikasi verbal yang diikuti dengan nonverbal

    yang persuasif dan sugestif kepada seseorang sehingga dia menjadi kreatif kemudian

    bereaksi sesuai dengan sistem nilai dasar spiritual yang dimiliki. Persuasi verbal dapat

    digunakan dalam berbagai ruang lingkup baik dalam hal promosi produk ataupun motivasi

    yang diberikan guru kepada siswa dalam proses pembelajaran. Persuasi verbal di sekolah

    dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan memotivasi siswa

    bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan yang mereka cari yaitu

    prestasi yang terbaik. [19]

    Kata hypnosis sendiri sudah diubah ke dalam bahasa Indonesia menjadi hipnosis

    yang beberapa definisinya adalah sebagai berikut :

    1. Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke

    dalam kondisi trance hipnosis.

    2. Hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga

    tingkat sugestibilitas (daya terima) meningkat sangat tinggi.

  • 20

    3. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempersuasi seseorang sehingga

    mempengaruhi tingkat kesadarannya. Dicapai dengan menurunkan gelombang otak

    dari Betha menjadi Alpha dan Theta.

    4. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar.

    Hipnosis dapat diartikan sebagai suatu kondisi relaks, fokus atau konsenterasi,

    yang menjadi ciri khas dari kondisi tersebut dimana sensor-sensor panca indera manusia

    menjadi jauh lebih aktif. Definisi hipnosis yang dimuat dalam jurnal U.S Department of

    Education, Human Services Division, adalah; Hypnosis is the by-pass of the critical factor

    of The conscious mind followed by the establishment of acceptable selective thinking. atau

    Hipnosis adalah penembusan faktor kritis fikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu

    pemikiran atau sugesti. Selanjutnya dalam buku Professional Affairs Board of the British

    Psychological Society menyatakan bahwa hypnosis dapat mengurangi kecemasan, stres

    dan masalah psikologis lainnya. Dalam perkembangannya hinga saat ini, hypnosis sangat

    membantu dalam mengembangkan performa diri dan proses belajar mengajar.

    John Gruzelier, (Psikolog dari Imperial College di London) melakukan riset

    menggunakan FMRI, sebuah alat untuk mengetahui aktivitas otak. Gruzelier menemukan

    bahwa seseorang yang berada dalam keadaan terhipnosis, aktivitas didalam otaknya

    meningkat khususnya dibagian otak yang berpengaruh terhadap proses berfikir tingkat

    tinggi dan perilaku. Dia menyebutkan bahwa manusia mampu melakukan hal-hal yang dia

    sendiri tidak berani memimpikannya, sehingga hipnosis sangat berdampak dalam

    memotivasi dan meningkatkan kinerja.Pada proses belajar mengajar, hipnosis atau

    hypnoteaching juga baik untuk memotivasi siswa, meningkatkan kemapuan

    berkonsenterasi, kepercayaan diri, kedisiplinan dan keorganisasian.[20]

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian hypnoteaching, dapat

    disimpulkan bahwa hypnoteaching adalah cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus

    imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar, sejak

    pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri yang dilakukan dengan menggunakan bahasa-

    bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara penuh

    pada ilmu yang disampaikan oleh guru.

    I. Penerapan Hipnosis Dalam Mengajar (Hypnosis in Teaching)

    Ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan guru untuk melakukan hypnoteaching,

    antara lain [21] :

  • 21

    1. Niat dan motivasi siswa

    Kesuksesan seseorang tergantung pada niat seseorang untuk bersusah payah dan kerja

    keras dalam mencapai kesuksesan tersebut. Niat yang besar akan memunculkan

    motivasi serta komitmen yang tinggi pada bidang yang di tekuni.

    2. Pacing

    Langkah kedua ini adalah langkah yang sangat penting. Pacing berarti menyamakan

    posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain atau peserta didik.

    Prinsip dasar di sini adalah manusia cenderung, atau lebih suka berkumpul /

    berinteraksi dengan sejenisnya / memiliki banyak kesamaan. Secara alami dan

    naluriah, setiap orang pasti akan merasa nyaman dan senang untuk berkumpul dengan

    orang lain yang memiliki kesamaan dengannya sehingga akan merasa nyaman berada

    di dalamnya. Dengan kenyamanan yang bersumber dari kesamaan gelombang otak ini,

    maka setiap pesan yang disampaikan dari orang satu pada orang-orang yang lain akan

    dapat diterima dan dipahami dengan sangat baik. Cara-cara melakukan pacing pada

    siswa: Bayangkan kita adalah seusia siswa-siswa kita. Disamping juga melakukan

    aktivitas dan merasakan hal-hal yang dialami siswa-siswa kita pada masa sekarang.

    Bukan pada saat kita masih sekolah dulu. Gunakan bahasa yang sesuai dengan bahasa

    yang sering digunakan oleh siswa-siswa kita. Kalau perlu gunakan bahasa gaul yang

    sedang trend di kalangan siswa-siswa. Lakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah

    yang sesuai dengan tema bahasan kita. Sangkutkan tema pelajaran yang kita bawakan

    dengan tema-tema yang sedang trend di kalangan siswa-siswa kita. Selalu update

    pengetahuan kita tentang tema, bahasa hingga gossip terbaru yang sedang trend di

    kalangan siswa. Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka tanpa sadar gelombang

  • 22

    pikiran kita telah sama dengan para siswa. Akibatnya adalah siswa-siswa kita merasa

    nyaman untuk bertemu dengan kita.

    Sebenarnya, pikiran fokus bukan sekedar memperhatikan dan mendengar apa yang

    sedang siswa pelajari. Dalam hal ini, diperlukan juga strategi jitu memindahkan

    gelombang pikiran seseorang dari level pikiran beta menuju ke level pikiran alpha.

    a. Pikiran Beta

    Gelombang pikiran beta berada pada frekuensi 14-30 Hz. Pada kondisi ini, seorang

    mampu melakukan aktivitas dan penggunaan pikiran lebih dari satu fokus.

    Bagaimana jika dalam proses belajar-mengajar gelombang pikiran masih berada

    dalam level beta? Hal yang terjadi adalah saat belajar, seorang siswa masih

    terbayang bagaimana asyiknya bermain bersama teman-temannya, perasaan

    mencekam karena masih ada pekerjaan rumah (PR) pelajaran lain yang belum

    selesai dikerjakan dan sebagainya.

    b. Pikiran Alpha

    Gelombang pikiran alpha berada pada frekuensi 8-13,9 Hz. Pada kondisi ini,

    seseorang benar-benar dalam kondisi relaks dan fokus. Kondisi inilah yang

    dimaksud dengan kondisi hipnosis, yaitu saat seseorang mudah menyerap

    informasi secara maksimal tanpa adanya pikiran-pikiran lain yang mengganggu.

    c. Pikiran Theta

    Gelombang pikiran Theta berada pada frekuensi 4-7,9 Hz. Pada kondisi ini,

    seseorang telah berada dalam kondisi setengah tidur atau sering disebut kondisi

    meditatif.

  • 23

    Dalam kondisi ini ide-ide kreatif muncul dan jika kita tidak mengendalikan diri,

    kita bisa langsung memasuki kondisi tidur pulas. Pikiran theta bukan merupakan

    kondisi hipnosis yang diperuntukkan dalam proses belajar-mengajar di kelas.

    d. Pikiran Delta

    Gelombang pikiran delta berada pada frekuensi 0,1 -3,9 Hz. Pada kondisi ini,

    seseorang dikatakan dalam keadaan tidur pulas atau dengan kata lain, kita

    memasuki area tidak sadarkan diri.

    Di sinilah peranan penting Hypnoteaching yang bekerja pada level pikiran alpha.

    Dalam level ini, kita mengkondisikan seseorang agar masuk dalam hypnosis state

    (kondisi hipnosis). Dengan demikian, diharapkan setiap informasi bisa dengan mudah

    masuk ke dalam memori jangka panjang siswa tanpa adanya distorsi dari pikiran-

    pikiran lain yang membebaninya. Seorang guru sangat berperan dalam membuat siswa-

    siswa bisa memasuki gelombang pikir alpha.

    3. Leading

    Leading berarti memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing kita lakukan.

    Setelah melakukan pacing, maka peserta didik akan merasa nyaman dengan kita. Pada

    saat itulah hampir setiap apapun yang kita ucapkan atau tugaskan pada peserta didik,

    maka peserta didik akan melakukannya dengan suka rela dan bahagia. Sesulit apapun

    materinya, maka pikiran bawah sadar peserta didik akan menangkap materi pelajaran

    dengan mudah, maka sesulit apapun soal ujian yang diujikan, akan ikut menjadi

    mudah, dan peserta didik akan dapat meraih prestasi belajar yang gemilang.

    4. Gunakan kata positif

    Langkah berikutnya adalah langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading.

    Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak

    mau menerima kata negatif. Kata-kata yang diberikan oleh pendidik entah langsung

    maupun tidak langsung sangat mempengaruhi kondisi psikis peserta didik. Kata-

    kata yang positif dari pendidik dapat membuat peserta didik merasa lebih percaya diri

    dalam menerima materi yang diberikan. Kata-kata tersebut dapat berupa ajakan dan

    himbauan. Jadi apabila ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh peserta didik,

    hendaknya menggunakan kata ganti yang positif untuk mengganti kata-kata negatif

    tadi. Sebagai contoh apabila akan menenangkan kelas yang ramai, biasanya kata

  • 24

    perintah yang keluar adalah jangan ramai. Kata-kata jangan ramai ini dalam

    pengaplikasian hypnoteaching hendaknya diganti dengan mohon tenang, dan

    sebagainya.

    5. Berikan pujian

    Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran adalah adanya reward and

    punisment. Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian

    merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka berikanlah

    pujian dengan tulus pada peserta didik. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk

    melakukan yang lebih dari sebelumnya.

    6. Modeling

    Modeling adalah proses memberi tauladan atau contoh melalui ucapan dan perilaku

    yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching.

    Setelah peserta didik menjadi nyaman dengan kita. Maka perlu pula kepercayaan (trust)

    peserta didik pada kita dimantapkan dengan perilaku kita yang konsisten dengan

    ucapan dan ajaran kita. Sehingga kita selalu menjadi figur yang dipercaya.

    Hypnosis Teaching, memanfaatkan proses kondisi hypnosis state dengan

    penekanan pada fungsi pikiran bawah sadar. Artinya pada kondisi ini masih dapat

    menerima masukan dari luar, dengan memberdayakan alam bawah sadarnya, seorang

    pendidik dapat menggunakan kondisi tersebut kepada siswanya untuk mengajar di kelas,

    sehingga terjalin komunikasi yang efektif.

    Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran adalah menggunakan bahasa-

    bahasa yang sugestif dan dapat menyebabkan relaks serta nyaman bagi siswa maupun

  • 25

    pendidiknya sendiri. Di samping mempertimbangkan pilihan kata-kata, yang lebih penting

    lagi adalah intonasi suara dan body language pendidik dalam proses

    pembelajaran. Albert Mehrabain dalam artikelnya Psykology Today mengatakan bahwa

    informasi tersampaikan hanya 7% melalui kata-kata, sedangkan 38% melalui suara

    selebihnya 55% melalui body language.

    Pendidik memasukkan affirmasi positif atau sugesti positif kepada pikiran bawah

    sadar siswa pada kondisi siswa hypnosis state. Affirmasi yang berupa ucapan-ucapan

    positif ini untuk mengantikan nilai-nilai negatif dalam pikiran bawah sadar. Dengan

    pemberdayaan Kekuatan Pikiran Bawah Sadar (Subconscious Mind) diharapkan dapat

    meningkatkan prestasi siswa, dan menerapi siswa-siwa yang bermasalah

  • 26

    BAB III

    PENUTUP

    Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari isi makalah ini antara lain yaitu :

    1. Neurosains adalah ilmu yang khusus mempelajari neuron (sel saraf). Ilmu syaraf

    atau neurosains adalah bidang ilmu yang mempelajari sistem saraf atau sistem

    neuron. Area studi mencakup struktur, fungsi, sejarah evolusi, perkembangan,

    genetika, biokimia, fisiologi, farmakologi, informatika, penghitungan neurosains

    dan patologi sistem saraf. Awalnya merupakan cabang dari ilmu biologi, namun

    ilmu ini telah berkembang dan menarik berbagai jenis ilmu lain untuk

    memanfaatkan pendekatan ilmu syaraf termasuk diantaranya adalah kognitif, neuro-

    psikologi, ilmu komputer, statistika, fisika dan kedokteran.

    2. Rekayasa lingkungan belajar yang nyaman dan relaks akan memudahkan

    pengambilalihan tugas dari otak kiri yang rasional ke otak intituitif yang menerima

    asupan informasi bawah sadar.

    3. Hipnosis dapat diartikan sebagai suatu kondisi relaks, fokus atau konsenterasi, yang

    menjadi ciri khas dari kondisi tersebut dimana sensor-sensor panca indera manusia

    menjadi jauh lebih aktif

    4. Hypnoteaching adalah cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus imajinatif yang

    dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar, sejak

    pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri yang dilakukan dengan menggunakan

    bahasa-bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi

    secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru.

    5. Hypnosis Teaching, memanfaatkan proses kondisi hypnosis state dengan

    penekanan pada fungsi pikiran bawah sadar. Artinya pada kondisi ini masih dapat

    menerima masukan dari luar, dengan memberdayakan alam bawah sadarnya,

    seorang pendidik dapat menggunakan kondisi tersebut kepada siswanya untuk

    mengajar di kelas, sehingga terjalin komunikasi yang efektif.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_sarafhttp://id.wikipedia.org/wiki/Strukturhttp://id.wikipedia.org/wiki/Evolusihttp://id.wikipedia.org/wiki/Genetikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Biokimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fisiologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Farmakologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Informatikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Patologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Biologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kognisihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neuro-psikologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neuro-psikologi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_komputerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Statistikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fisikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kedokteran

  • 27

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Ki Fudyartanta, Psikologi Umum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 103.

    [2] Agus Dharma, (ed), Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan Edisi I, (Jakarta: Erlangga,

    1983), hlm. 44.

    [3] Agus Dharma, (ed), Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan Edisi I, (Jakarta:

    Erlangga, 1983), hlm. 47

    [4] Dr. Jean Mark Ruben & Ann Daufur, 49 Langkah Mencerdaskan Otak Merawat Daya

    Pikir Sejak Dini, (Jakarta: Almahira, 2009), hlm. 7

    [5] Dale H. Learning Theories..., hlm. 48

    [6] Dale H., Learning Theories....., hlm. 49-50.

    [7] Agus Dharma, (ed), Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan Edisi II, (Jakarta: Erlangga,

    1983), hlm. 83

    [8] Agus Dharma, (ed), Pengantar...., hlm. 85

    [9] Pasiak, Manajemen....,hlm. 74.

    [10] Conny R. Semiawan, Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana,

    (Jakarta: PT Indeks, 2009), hlm. 54.

    [11] J.W. Kalat, Biopsikologi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) hlm. 134.

    [12] Ibid., hlm. 134.

    [13] Goleman, Daniel. 2003. Emotional Intellegence. Jakarta: PT Gramedia

    [14] Taufik Pasiak, Manajemen Kecerdasan Memberdayakan IQ, EQ dan SQ untuk

    Kesuksesan Hidup, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006), hlm. 46.

    [15] Dale H. Schunk, Learning Theories An Educational Perspektif, terj. Eva Hamidah

    dan Rahmat Fajar, Cet. I, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 20.

    [16] Wara Kushartanti, Neurosains dalam Pembelajaran di TK, dalam file pdf.

    [17] Taufik Pasiak. 2007. Brain Management for self improvement. Bandung: PT Mizan

    Pustaka.

    [18] Novian Triwidia Jaya. 2010. Hypnoteaching bukan sekedar mengajar. Bekasi :

    Dbrain.

    [19] Hakim, A. 2010. Hypnosis in Teaching Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar.

    Jakarta: Visimedia.

    [20] Ismuzaroh, S. 2013. Penerapan Hypnoteaching Melalui Neuro-Inguistic

    Programming Dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal JPII 2 (2) (2013) 178-182

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref3http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref4http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref5http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref6http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref7http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref8http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref9http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref10http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref11http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref12http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref13http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref14http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref1http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref2http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref15http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3363431692455109845#_ftnref16

  • 28

    [21] Noer, Muhammad. 2010. Hypnoteaching For Succes Learning. Yogyakarta :

    Pedagogia