makalah neuropati

26
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan laporan hasil akhir ini dengan baik tepat pada waktunya. Adapun judul dari laporan kami ini, yaitu NEUROPATI. Atas kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator tutorial ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan diharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat. Terima kasih. Medan, 16 Juni 2014 Penulis 1 | Page

Upload: naomirimaclaudya

Post on 23-Nov-2015

1.082 views

Category:

Documents


36 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan laporan hasil akhir ini dengan baik tepat pada waktunya.Adapun judul dari laporan kami ini, yaitu NEUROPATI. Atas kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator tutorial ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan diharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat. Terima kasih.

Medan, 16 Juni 2014

Penulis

Daftar Isi

KATA PENGANTAR1Daftar Isi2BAB I3PENDAHULUAN3A.Pemicu31.1 Klarifikasi Istilah31.2 Definisi Masalah41.3Analisa Masalah41.4 Kerangka Konsep51.5 Learning Objektif6BAB II7PEMBAHASAN72.1 Definisi Neuropati72.2 Klasifikasi Neuropati72.3Klasifikasi Neuropati menurut Derajat Keparahan82.4Etiologi Neuropati82.5Penatalaksanaan Neuropati92.6Prognosis Neuropati112.7Pencegahan Neuropati122.8Komplikasi Neuropati122.9Penegakkan Diagnosa Neuropati132.10 Anatomi dan Fisiologi dalam Menentukan Letak dan Luas Gangguan dari Neuropati152.11 Patofisiologi Neuropati16Kesimpulan17DAFTAR PUSTAKA18

BAB IPENDAHULUAN

A. Pemicu

Seorang pria berusia 58 tahun, dibawa ke IGD RS dengan keluhan nyeri dan rasa panas seperti terbakar yang dirasakan di kedua kaki.More Info:Tekanan darah 120/80 mmHg. Terdapat penurunan reflex patella dan akiles pada kedua kaki. Terdapat gangguan sensorik pada pemeriksaan vibrasi, posisi, dan nyeri pada kedua kaki.Anamnesis: penderita sering minum tuak, pernah muntah darah, dan dirawat di rumah sakit karena sakit lambung.Apa yang terjadi pada pria ini?

1.1 Klarifikasi Istilah

1.1.1 AchillesAchilles merupakan tendon pada bagian belakang tungkai bawah

1.1.2 Pemeriksaan VibrasiPemeriksaan vibrasi merupakan pemeriksaan gerakan maju-mundur/ getar

1.2 Definisi Masalah

1.2.1 Nyeri dan rasa panas seperti terbakar di kedua kaki

1.2.2 Penurunan reflex patella dan Achilles pada kedua kaki

1.2.4 Gangguan sensorik pada pemeriksaan vibrasi, posisi, dan nyeri pada kedua kaki

1.2.4 Pernah muntah darah

1.3 Analisa Masalah

1.3.1 Analisa dari nyeri dan rasa panas seperti tebakar di kedua kaki- Gangguan saraf sensorik- Infeksi- Inflamasi- Trauma1.3.2 Analisa dari penurunan reflex patella dan Achilles pada kedua kaki- Trauma- Gangguan saraf pusat1.3.3 Analisa dari gangguan sensorik pada pemeriksaan vibrasi, posisi, dan nyeri di kedua kaki- trauma1.3.4 Analisa dari riwayat pernah muntah darah- kelainan di lambung

1.4 Kerangka Konsep

Anamnesis:-Nyeri, rasa panas spt terbakar-Refleks KPR dan APR -Riwayat: sering minum tuak (alcohol) dan pernah muntah darahPem. Penunjang:-Ada gangguan terhadap pem. Vibrasi, posisi, dan nyeriDD: Neuropati ec alcoholPolyneuropatiPria, 58 tahun

1.5 Learning Objektif

1.5.1 Definisi Neuropati1.5.2 Klasifikasi Neuropati1.5.3 Klasifikasi Neuropati Menurut Derajatnya1.5.4 Etiologi Neuropati1.5.5 Penatalaksanaan Neuropati1.5.6 Prognosis Neuropati1.5.7 Pencegahan Neuropati1.5.8 Komplikasi Neuropati1.5.9 Penegakkan Diagnosa Neuropati1.5.10 Anatomi dan Fisiologi dalam Menentukan Letak dan Luas Gangguan dari Neuropati1.5.11 Patofisiologi Neuropati

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi Neuropati

Neuropati adalah gangguan fungsional atau perubahan patologis pada system saraf tepi, kadang terbatas hanya pada lesi non inflamatorik, berlawanan dengan neuritis; etiologinya mungkin diketahui/ mungkin juga tidak. Etiologi yang diketahui meliputi komplikasi penyakit lain (seperti diabetes atau porfiria) atau keadaan toksisitas (seperti keracunan arsenic, isoniazid, timbel, atau nitrofurantoin).

2.2 Klasifikasi Neuropati

Neuropati diklasifikasikan menurut:2.2.1 Onset serangan Neuropati akutMisalnya: Polineuropati Idiopatik Akut Neuropati kronikMisalnya: Berri-berri, Diabetes Melitus, lepra

2.2.2 Jumlah saraf yang terlibat Mononeuropati Simpleks Mononeuropati Kompleks Polineuropati

2.2.3 Letak lesi Aksonopati distalMerupakan gangguan pada akson MielinopatiMerupakan gangguan pada selubung mielin NeuronopatiMerupakan gangguan pada badan sel saraf di cornu anterior, medulla spinalis, atau pada dorsal root ganglion.

2.3 Klasifikasi Neuropati menurut Derajat Keparahan

2.3.1 Neuropati ringanPada derajat keparahan yang ringan hanya terdapat gangguan sensorik saja2.3.2 Neuropati sedangPada derajat keparahan sedang meliputi gangguan sensorik dan gangguan motorik2.3.3 Neuropati beratPada neuropati dengan derajat keparahan berat selain ada gangguan sensorik dan gangguan motorik, terdapat juga atrofi otot

2.4 Etiologi Neuropati

Beberapa hal yang dapat menyebabkan neuropati antara lain:2.4.1 DiabetesTerjadi pada 60% pasien dengan diabetes baik tipe 1 atau 2. Salah satu penyebab tersering dari polineuropati. Risiko neuropati dapat meningkat pada pre diabetes terutama pada sesorang yang sulit mengontrol kadar gula darah.

2.4.2 Penyakit AutoimunPenyakit autoimun yang sering menyebabkan neuropati perifer adalah systemic lupus eritematosus (SLE), Rheumatoid Arthritis, dan Guillan Bare Syndrome

2.4.3 Penyakit MetabolikHipertiroidism dan Amyloidosis merupakan gangguan metabolic yang dapat menyebabkan neuropati perifer

2.4.4 Penyakit HerediterBeberapa penyakit herediter yang menyebabkan neuropati perifer seperti charcot-Maric Tooth disease (CMT), Dejerine-Sottas syndrome (salah satu jenis CMT tetapi lebih berat dan progresifnya lebih cepat)

2.4.5 Penyakit InfeksiPenyakit Lyme (salah satu jenis penyakit menular pada manusia dan hewan dengan perantara/vektor berupa kutu), HIV/AIDS, Hepatitis B, kusta

2.4.6 Gangguan Sirkulasi (Iskemik)2.4.7 Chronic Kidney Disease atau Liver Failure2.4.8 Trauma atau kompresi dari saraf (merupakan penyebab tersering kerusakan saraf)2.4.9 Tekanan berlebih saat gerakan berulang missal pada carpal tunnel syndrome2.4.10 Defisiensi vitamin (khususnya vitamin B)2.4.11 Penyalahgunaan alcohol2.4.12 Tumor Paraneoplastik2.4.13 Keracunan2.4.14 Obat-obatan kemoterapi untuk pengobatan kanker seperti Vincristine, Taxanes

2.5 Penatalaksanaan Neuropati

Pendekatan umum dalam penatalaksaaan neuropati perifer dapat dibagi menjadi tiga garis besar:Pertama, upaya membalikkan proses patofisiologi jika jenis kerusakannya dapat dijelaskan. Kedua, metabolism saraf dapat dijelaskan agar dapat mendorong terjadinya regenerasi. Ketiga, bahkan jika saraf pada neuropati sendiri tidak bisa diperbaiki, terapi simtomatik merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan.

2.5.1 Perubahan gaya hidupPerubahan gaya hidup meliputi hal-hal yang tidak boleh dilakukan , dimana hal-hal tersebut dapat memicu terjadinya neuropati. Seperti contohnya mengurangi minum minuman beralkohol, diet untuk mengontrol kadar gula darah, dan mengkonsumsi makanan bervitamin guna menghindari neuropati akibat defisiensi besi.

2.5.2 Mengobati penyebabMengobati penyebab yang mendasari neuropati dapat mencegah kerusakan lebih jauh dan dapat membantu penyembuhan lebih baik. Pada kasus infeksi bakteri contohnya pada lepra atau penyakit Limme, dapat diberikan antibiotic untuk menghancurkan bakteri penyebab infeksi. Neuropati yang berkaitan dengan obat-obatan, bahan kimia dan racun diobati dengan menghentikan pajanan terhadap agen yang merusak. Bahan kimia seperti EDTA digunakan untuk membantu tubuh mengkonsentrasikan dan membuang beberapa racun. Neuropati dapat diobati dengan memperbaiki kadar gula darah, namun gagal ginjal kronis mungkin memerlukan dialisis atau bahkan transplantasi ginjal untuk mencegah atau mengurangi kerusakan saraf. Pada beberapa kasus seperti trauma kompresi atau tumor dapat dilakukan pembedahan untuk menghilangkan tekanan pada saraf.Pada situasi krisis seperti onset GBS, dilakukan pertukaran plasma immunoglobulin intravena dan pemberian steroid. Intubasi dan ventilasi mungkin dilakukan untuk membantu system pernapasan. Pengobatan mungkin lebih difokuskan pada manajemen gejala daripada penyebab yang mendasarinya, setidaknya sampai diagnosis definitive dibuat.

2.5.4 Perawatan suportif dan terapi jangka panjangBeberapa neuropati perifer tidak bias disembuhkan atau membutuhkan waktu untuk . Pada kasus-kasus tersebut, monitoring jangka panjang dan perawatan suportif dilakukan. Pemeriksaan-pemeriksaan dapat diulang untuk mengetahui perkembangan neuropatinya. Jika terdapat keterlibatan saraf otonom, monitoring secara berkala dari kardiovaskuler perlu dilakukan. Karena nyeri dikaitkan dengan banyak neuropati perencanaan penatalaksanaan nyeri mungkin perlu untuk dilakukan terutama jika nyeri menjadi kronis. Sebagaimana dengan penyakit kronis lainnya, paling baik tidak memakai narkotik. Obat-obat yang mungkin digunakan pada nyeri neuropati termasuk diantaranya amitriptiline, karbamazepin, dan krim capsaisin.2.5.5 PembedahanPembedahan mungkin diperlukan pada kondisi tertentu pada Neuropati perifer. Sebagai contoh, jika neuropati karena sindrom carpal tunnel atau kompresi saraf yang disebabkan oleh pecahnya diskus atau tumor, pada kondisi ini operasi mungkin diperlukan untuk menyelesaikan penyebab dan meringankan nyeri neuropatik. Pembedahan rekonstruksi diperlukan untuk perubahan structural yang dapat terjadi karena komplikasi neuropati (misalnya: pemanjangan tendon Achilles)2.5.6 Stimulus Spinal Cord Spinal Cord Stimulation (SCS) adalah proses pemberian rangsangan listrik ke kolom dorsal saraf tulang belakang melalui pembedahan implant elektroda yang terhubung ke perangkat stimulasi listrik. SCS untuk mengurangi rasa sakit pada pasien dengan nyeri neuropati yang tak merespons pengobatan konvensional. Namun dilaporkan 70% dari penderita ini melaporkan terjadi nyeri kembali satu tahun setelah pembedahan SCS lebih efektif nyeri spontan dibandingkan jenis nyeri lainnya (misalnya allodynia). Study terus dilakukan menyelidiki perlunya penambahan pompa baclofen intertekal (sejenis obat yang dimasukkan ke dalam liquor) pada metode SCS untuk pasien menderita berbagai jenis nyeri neuropatik yang tidak respon terhadap SCS.

2.6 Prognosis Neuropati

Hasil akhir neuropati sangat tergantung pada penyebabnya. Neuropati perifer sangat bervariasi dari gangguan yang reversible sampai komplikasi yang bersifat fatal. Pada kasus yang paling baik, saraf yang rusak akan ber-regenerasi. Sel saraf tidak bisa digantikan jika mati namun mempunyai kemampuan untuk pulih dari kerusakan. Kemampuan pemulihan tergantung kerusakan dan umur seseorang dan keadaan kesehatan orang tersebut. Pemulihan berlangsung dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun karena pertumbuhan sel saraf sangat lambat. Pemulihan sepenuhnya mungkin tidak bisa terjadi dan sulit ditentukan prognosis hasil akhirnya. Jika disebabkan keadaan degeneratif seperti penyakit Charcot-Marie-Tooth, kondisi akan bertambah buruk. Mungkin terdapat periode dimana penyakit tersebut mencapai kondisi statis namun belum ada pengobatan yang telah ditemukan untuk penyakit ini. Sehingga gejala-gejala akan terus berlangsung dan memburuk. Beberapa neuropati berakibat fatal. Keadaan yang fatal ini telah dikaitkan dengan kasus difteri, keracunan botulisme dan lain-lain. Beberapa penyakit dengan neuropati juga bisa berakibat fatal namun penyebab kematian tidak selalu berkaitan dengan neuropati, seperti halnya pada kanker.

2.7 Pencegahan Neuropati

Neuropati perifer dapat dicegah hanya pada bentuk dimana penyakit yang mendasari bisa dicegah. Hal-hal yang dapat dilakukan seseorang untuk pencegahan diantaranya adalah vaksinasi terhadap penyakit-penyakit yang menyebabkan neuropati seperti polio dan difteri. Pengobatan pada cedera fisik sesegera mungkin dapat menolong mencegah kerusakan saraf yang permanen atau memburuk. Kehati-hatian dalam menggunakan obat-obatan dan bahan-bahan kimia tertentu, sangat disarankan untuk mencegah terpajan terhadap bahan-bahan neurotoksik. Pengendalian penyakit-penyakit kronis seperti diabetes dapat juga mengurangi kemungkinan terjadinya neuropati. Meskipun bukan merupakan tindakan pencegahan, skrining genetik dapat digunakan pada beberapa kondisi yang diwariskan namun tidak secara keseluruhan. Pada beberapa kasus, adanya gen tertentu tidak selalu berarti bahwa orang tersebut akan terkena penyakit tersebut, karena masih dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor-faktor lain yang terlibat.

2.8 Komplikasi Neuropati

1. Komplikasi syaraf DM dikaki dan tungkai bawahNeuropati pada tungkai dan kaki akan terasa didaerah tungkai bawah dan kaki bagian kiri dan kanan, gejalanya mulai dari kesemutan, dan jika parah maka akan terjadi baal atau banyak disebut dengan mati rasa. Kadang-kadang nya terjadi panas, seperti rasa kita terkena cabai pedas. Jika orang merasakan nyeri dengan denyut terus menerus maka bisa sajakan mengganggu tidurnya.2. Neuropati pada saluran pencernaanNeuropati pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare dan biasanya akan terjadi pada waktu malam hari. Namun juga ada sebagian orang yang mengalami gangguan konstipasi akibat dari neuropati saluran pencernaan ini.3. Neuropati kandung kemihUntuk kandung kemih keluhannya adalah kencing yang tidak lancer, jika tidak diobati dengan baik maka akan timbul infeksi dan rasa sakit pada saluran kandung kemih tsb.

2.9 Penegakkan Diagnosa Neuropati

Pendekatan klinis awal dalam mendiagnosis neuropati perifer adalah menentukan adanya tanda dan gejala yang ada hubungannya dengan disfungsi saraf perifer. Pada beberapa kasus, pasien dengan neuropati kemungkinan terdapat multiple patologis. Penyakit saraf merupakan diagnosis banding utama.2.9.1 AnamnesisMelihat durasi untuk mengkatagorikan dimana fase berada: Akut < 4 minggu Sub akut 4-12 minggu Kronik > 12 mingguVaskuilitis yang disebabkan oleh mononeuropati hiperakut biasanya terjadi 27-72 jamPada neuropati demielinisasi akut/ acute inflammatory demyelinisation progressive (AIDP) didefinisinya memiliki waktu puncak 4 minggu setelah gejala awal, dan jika berkembang hingga 8 bulan disebut kronis.2.9.2 Pemeriksaan Fisika. Pemeriksaan penyebab kerusakan saraf, seperti: pemeriksaan kekuatan otot, serta bukti adanya kram/ fasikulasi, mengidentifikasikan keterlibatan serat motorikb. Tindakan evaluasi kemampuan pasien untuk merasakan adanya getaran, sentuhan ringan, posisi tubuh, suhu, dan nyeri akan mengungkapkan adanya kerusakan saraf sensorik dan menentukan jenis saraf yang terlibat.2.9.3 Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan darahMendeteksi adanya diabetes, defisiensi vitamin, disfungsi hati atau ginjal, dan kelainan metabolic lainnya.b. CT-ScanMendeteksi kerusakan tulang dan pembuluh darah, tumor otak tertentu dan kista, hernia disk, ensefalitis, spinal stenosis (penyempitan saluran tulang belakang), dan gangguan lainnya.c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)Dapat menunjukan kualitas dan ukuran otot, mendeteksi penggantian lemak terhadap jaringan otot, mendeteksi penggantian lemak terhadap jaringan otot, dan menentukan apakah suatu saraf telah mengalami kompresi.d. Elektromiograf (EMG)Dievaluasi dengan memasukan jarum halus ke dalam otot untuk membandingkan jumlah aktivitas listrik yang ada pada saat otot mengalami istirahat dengan terjadi kontraksie. Kecepatan Konduksi Saraf (NCV)Berfungsi mengukur tingkat kerusakan pada serabut saraf yang lebih besar dan membedakan apakah gejala tersebut disebabkan oleh degenerasi selubung myelin atau akson.

2.10 Anatomi dan Fisiologi dalam Menentukan Letak dan Luas Gangguan dari Neuropati

Sistem persarafan terdiri dari neuron dan nerologia yang tersusun membentuk system saraf pusat dan perifer. Sistem saraf pusat itu dibagi menjadi otak dan medulla spinalis sedangkan system saraf tepi merupakan system saraf diluar system saraf pusat yang membawa pesan dan system saraf tepi/ perifer adalah perpanjangan medulla spinalis disebut system saraf spinal.Sistem saraf cranial terbagi menjadi 12 saraf dan system saraf spinal 3 saraf di tiap saraf tersebut terdapat saraf motorik, sensorik, maupun otonom. Saraf motorik adalah saraf yang membawa pesan dari otak ke tubuh dan bertanggung jawab terhadap kemampuan bergerak dari bagian tubuh seperti tangan dan kaki Saraf sensorik adalah saraf yang membawa informasi dari organ (contoh: kulit) ke system saraf pusat dan diproses dalam bentuk sensasi, contohnya: rasa raba, perubahan suhu, dan vibrasi. Saraf otonom adalah seperti detak jantung, tekanan darah, pernafasan, pencernaan, dan fungsi kandung kemih

Potensial aksi yang terbentuk di salah satu jenis organ reseptor dihantarkan kea rah sentral disepanjang serabut aferen, yang merupakan penonjolan perifer neuron somatosik pertama yang badan sel nya terletak di ganglion radikal dorsalis.Serabut aferen dari area tubuh tertentu berjalan bersamaan disusunan saraf tepi, saraf tersebut tidak hanya mengandung serabut untuk sensasi superficial dan dalam serabut aferen somatic, tetapi juga serabut aferen otot lurik (serabut eferen somatic) dan serabut yang mensarafi organ dalam, kelenjar keringat, dan otot polos pembuluh darah (serabut aferen visceral dan serabut eferen visceral)Serabut atau akson semua jenis bergabung bersama di dalam rangkaian selubung jaringan ikat (endononium, perinokornium, dan epinorium) untuk membentuk kabel saraf prenorium juga mengandung pembuluh darah yang menyuplai saraf (vasa nervosum).

2.11 Patofisiologi Neuropati

Ada beberapa proses patologi yang mengenai serabut saraf, antara lain:1. Degenerasi WallerianTerjadi degenerasi akson dan selubung mielinke arah distal dari lesi. Degenerasi bisa juga keproksimal satu atau dua segmen.2. Demielinisasi segmentalTimbul bila terjadi lesi pada sel Schwann proses dimulai didaerah nodus ranvier dan meluas tak teratur mengenai segmen-segmen internodus lain.Akson dapat mengalami degenerasi atau tidak terganggu sama sekali.

3. Degenerasi Akson primerDisebut juga dengan aksonopati.Degenarasi akson ini biasanya diikuti oleh demielinisasi segmental yang sekunder.Sering pada uremia,keracunan alkohol,lepra,karsinoma

Kesimpulan

Pasien berusia 58 tahun menderita neuropati dengan tipe polineuropati et causa alcohol.

Medan, 16 Juni 2014 Mengesahkan

dr. Ivonne Ruth Situmeang

DAFTAR PUSTAKA

Harsono. 2006. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gajah Mada University PressMahadewa, Tjokorda Gde Bagus. 2013. Saraf Perifer. Jakarta: Gramedia PustakaMarkam, Soemarmo. Penuntun Neurologi. Jakarta: Bina AksaraPrice, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGCRambe, H dan Hasan Sjahrir. 1979. Neurologi Umum. Staff Bagian syaraf FK USU/RSUP MedanSnell, S. Richard (Ed). 2007. Neuroanatomi Klinik Edisi 2. Editor: dr. Sjamir M.S. Jakarta: EGC

1 | Page