makalah mata fix
DESCRIPTION
makalah mataTRANSCRIPT
Kasus 2
BAB I
KATA PENGANTAR
Pertama, kami ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-
Nyalah, kami dapat menyusun laporan ini sampai selesai pada waktu yang telah ditetapkan.
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kriteria penilaian dalam Modul Pengantar 10.
Adapun tujuan kami dalam penulisan laporan ini adalah untuk menjelaskan kasus tentang mata.
Laporan ini dapat terselesaikan karena adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah bekerja sama
secara intensif. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu penyusunan laporan ini dari awal hingga akhir.
Kami mohon maaf jika ada kesalahan penulisan yang kurang berkenan di hati para pembaca.Kami
berharap agar laporan ini dapat berguna bagi para pembaca . Dan kami pun menyadari bahwa laporan ini jauh dari
sempurna. Akhir kata dari kami yakin tiada karya yang sempurna tanpa saran dan kritik dari para pembaca.
Jakarta, 8 juni 2013
Penyusun
1
BAB II
PENDAHULUAN
Visus adalah ketajaman atau kejernihan dari penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan
pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui
sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata
yang memberikan keluhan mata. Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan
Optotipi Snellen, seperangkat lensa mata, keratoskop Placido, Kipas Lancester Regan.
Keratoskop Placido dan kipas lancester Regan digunakan untuk mengetahui kelainan
Astigmatisme.
Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan cahaya sehingga bayangan tidak fokus tepat
di retina mata yang mengakibatkan penglihatan menjadi kabur. Pada kondisi normal, saat mata
beristirahat bayangan dapat fokus tepat di retina sehingga penglihatan tajam dan jelas. Ada
beberapa macam kelainan refraksi : Miopia, Hipermetropia, Astigmatisme. Miopia (Rabun Jauh)
adalah Keadaan dimana bayangan sinar jatuh di depan retina. Ditandai dengan kabur melihat
jauh, jelas melihat dekat. Ditolong dengan kacamata minus. Hipermetropia (Rabun Dekat) adalah
Keadaan dimanan bayangan sinar jatuh di belakang retina. Ditandai dengan kabur melihat dekat
dan jauh, cepat lelah kalau membaca dekat. Ditolong dengan kacamata plus sedangkan
Astigmatisme adalah Keadaan dimana bayangan sinar jatuh pada titik yang berbeda di retina.
Ditandai garis lurus tampak bengkok, tulisan menjadi dobel dan berbayang. Ditolong dengan
kacamata silinder.[1]
2
LAPORAN KASUS
Seorang anak laki-laki usia 6 tahun datang diantar ibunya ke poliklinik tempat anda bekerja.
Anak tersebut mengeluh sukar melihat huruf di papan tulis. Hal ini sudah berlangsung sejak 1,5
bulan yang lalu dan bertambah berat. Selain itu, anak ini juga mengeluh pusing , sakit kepala ,
mata suka berair dan suka mengereyitkan dahinya.
Dari pemeriksaan didapatkan pemeriksaan generalis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan mata didapatkan :
VOD : 6/30 ---- S(-) 2.5 D → 6/6
VOS : 6/60 ---- S(-) 3.5 D C(-) 2D axis 1800 → 6/6
3
BAB III
PEMBAHASAN
Pemeriksaanvisus
Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter, karena
pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Pada
pemeriksaan tajam pengelihatan dipakai kartu baku atau standar, misalnya kartu baca snellen
yang setiap hurufnya membentuk sudut 5 menit pada jarak tertentu sehingga huruf pada baris
tanda 60, berarti huruf tersebut membentuk huruf 5 menit pada jarak 60 meter; dan pada baris
tanda 30 berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 30 meter. Huruf pada baris
tanda 6 adalah huruf yang membentuk sudut 5 menit pada jarak 6 meter sehingga huruf ini pada
orang normal akan dapat dilihat dengan jelas.[2]
Dengan kartu snellen standar ini dapat di tentukan tajam pengelihatan atau kemampuan melihat
seseorang, seperti :
bila tajam pengelihatan 6/6 maka Ia berarti dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter
bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30 , berarti
tajam pengelihatan pasien adalah 6/30
bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka50, berarti
tajam pengelihatan pasien adalah 6/50
bila tajam pengelihatan adalah 6/60 berarti Ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter
yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter
bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka di lakukan uji
hitung jari, jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter
bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang di perlihatkan pada
jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan
4
hanya dapat dinilai sampai1:60. Yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1
meter
dengan uji lambaian tangan maka dapat di nyatakan tajam pengelihatan pasien yang lebih
buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada
jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter.
Berarti tajam pengelihatannya adalah 1/300
kadang kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat
lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
bila pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
pengelihatannya adalah nol atau buta total
Bila seseorang diragukan apakah pengelihatannya berkurang akibat kelainan refraksi ,
maka di lakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole pengelihatan lebih baik, maka berarti
ada kelainan refraksi yang masih dapat di koreksi dengan kacamata. Bila pengelihatan
berkurang dengan di letakkanya pinhole di depan mata Berarti ada kelainan organik atau
kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun.[2]
Pemeriksaan visus untuk yang astigmatisma
KeratoskopPlasido : alat yang berbentuk seperti raket tenis meja ini di gunakan untuk
melihat apabila ada kerusakan di lengkung kornea. Caranya pasien melihat melalui
lobang yang ada di tengah keratoskop dan menghadap cahaya terang. Lalu di lihat apabila
ada keanehan bentuk atau kerusakan di lengkung korena dan bentuknya yang konsentris
bulat atau tidak.
Kipas Lancaster – Regan: kipas ini biasanya ada di atas optotopi snellen dimana kipas ini
tersusun atas garis – garis hitam yang membentuk sudut yang berjarak 10 derajat antar
garis. Lalu pasien melihat diantara garis – garis tersebut manakah yang buram, dan di
ambil sudut tegak lurus dari garis yang buram tersebut.[3]
Pengertian dari hasil pemeriksaan visus mata kanan dan kiri
5
Dari kasus yang ada didapatkan hasil visus opticum dextra (VOD) dan visus opticum
sinistra (VOS). VOD menunjukkan Pada mata kanan pasien dapat melihat pada jarak pandang
6m , sedangkan orang normal 30m . Menggunakan lensa sferis negatif 2,5 D sampai terjadi
perbaikan visus mata kanan pasien yang mengalami refraksi yakni miopia pada mata kanan
pasien.
Pada mata kiri pasien, pasien dapat melihat pada jarak pandang 6m , sedangkan pada
orang normal dapat melihat pada jarak 60m. Menggunakan lensa sferis negatif 3,5 D . Namun
masih kurang jelas lalu ditambahkan lensa silindris dengan pemeriksaan kipas lancester regan
dan dapat melihat pada lensa silindris negatif 2 D axis 180 derajat.
Macam-macam kelainan refraksi
Kelainan refraksi mata atau refraksi anomali adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina tetapi di bagian depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopi, hipermetropi, dan astigmatisma.
A. Miopi
Miopi adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan didepan retina. Untuk mengoreksinya dipakai lensa sferis minus. [4]
Bentuk dari Miopi menurut penyebabnya:
a) Miopi aksial: Diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal, walaupun kornea dan kurvatura lensa normal dan lensa dalam posisi anatominya normal. Miopia dalam bentuk ini dijumpai pada proptosis sebagai hasil dari tidak normalnya besar segmen anterior, peripapillary myopic crescent dan exaggerated cincin skleral, dan stafiloma posterior.
b) Miopi kurvatura : Mata memiliki diameter antero-posterior normal, tetapi kelengkungan dari kornea lebih curam dari rata-rata, misal : pembawaan sejak lahir atau keratokonus, atau kelengkungan lensa bertambah seperti pada hiperglikemia sedang ataupun berat, yang menyebabkan lensa membesar.
c) Miopi karena peningkatan indeks refraksi : Peningkatan indeks refraksi daripada lensa berhubungan dengan permulaan dini atau moderate dari katarak nuklear sklerotik. Merupakan penyebab umum terjadinya Miopi pada usia tua. Perubahan kekerasan lensa meningkatkan indeks refraksi, dengan demikian membuat mata menjadi miopi.
6
d) Miopi karena pergerakan lensa ke anterior Keadaan ini sering terlihat setelah operasi glaukoma dan akan meningkatkan miopi pada mata.
Gambar miopi.[5]
B. Hipermetropi
Hipermetropi (hyperopia) atau ‘Far – sightedness’ adalah suatu kelainan refraksi daripada mata dimana sinar – sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibiaskan dibelakang retina, oleh karena itu bayangan yang dihasilkan kabur. Untuk mengoreksinya dipakai lensa sferis plus. [4]
Struktur Hipermetropi berdasarkan pada konfigurasi anatomi dari bola mata :
a) Hipermetropi Aksial : Bola mata lebih pendek dari normal pada diameter antero-posterior, meskipun media refraksi (misalnya lensa atau kornea) normal.
b) Hipermetropi kurvatura: Keadaan dimana kelengkungan lensa atau kornea lebih tipis dari normal dan power refraksinya turun. Sekitar setiap 1 mm penurunan dari radius kelengkungan tersebut menghasilkan Hipermetropia 6 D
c) Hipermetropi indeks refraksi : Terjadi penurunan indeks refraksi akibat penurunan dari densitas beberapa atau seluruh bagian dari system optik mata, juga penurunan power refraksi mata. Biasanya terjadi pada usia tua dan juga pada penderita diabetes terkontrol.
7
8
Gambar hipermetropi. [6]
C. Astigmatisma
Astigmatisme adalah kondisi dimana sinar-sinar sejajar yang masuk ke bola mata, oleh media refrakta dibiaskan tidak sma pada setiap meredian, sehingga terjadi lebih dari satu titik focus.[7]
Jenis astigmatisma:
a) Astigmatisme myopicus simplex
b) Astigmatisme hypermetropicus simplex
9
c) Astigmatisme myopicus compositus
d) Astigmatisme hypermetropicus compositus
10
e) Astigmatisme mixtus
D. Afakia
Afakia secara literature berarti tidak adanya lensa dalam mata. Afakia akan mengakibatkan Hipermetropia tinggi. [4]
Penyebab :
a) Kongenital. Suatu keadaan yang jarang dimana lensa tidak ada sejak lahir. b) Afakia paska operasi. Terjadi setelah operasi ICCE ( Intra Capsular Cataract
Extraction ), ECCE ( Extra Capsular Cataract Extraction ). c) Post Traumatik. Diikuti oleh trauma tumpul atau tembus, yang mengakibatkan
subluksasi atau dislokasi dari lensa. d) Posterior dislokasi dari lensa ke vitreus akan menyebabkan optikal Afakia.
11
Optik Afakia dari mata : perubahan optik terjadi setelah keluarnya lensa.
1. Mata menjadi Hipermetropia tinggi
2. Total power mata berkurang dari 60 D menjadi 44D
3. Fokal poin anterior menjadi 23.2 mm didepan kornea
4. Posterior fokal poin sekitar 31 mm dibelakang kornea atau sekitar 7 mm
dibelakang mata normal ( panjang bola mata anterior-posterior sekitar 24 mm )
Terapi : untuk mengkoreksi Afakia terdiri dari kacamata, kontak lensa, intraokular lensa.
12
Diagnosis
Pada pemeriksaan mata di dapatkan:
VOD: 6/30 S (-) 2,5 D -> 6/6
VOC: 6/60 S(-) 3,5 D C(-) 2D axis 180 derajat -> 6/6
Interprestasi hasil pemeriksaan:
VOD :
Pada mata kanan pasien dapat melihat pada jarak pandang 6 m,sedangkan orang normal 30 meter. Mengunakan lensa sferis negatif 2,5 D terkecil dengan visus terbaik.
Dari hasil pemerisaan mata kanan pasien,pada mata kanan pasien mengalami kelainan refraksi yakni miopia karena pada mata kanan pasien rabun jauh dan, dapat melihat dengan lensa sferis negatif dengan visus terbaik.
VOS ;
Pada mata kiri Pasien, pasien dapat melihat pada jarak pandang 6 meter sedangkan pada orang normal bisa melihat pada jarak 60 meter. Menggunakan lensa sferis negatif 3,5 D (masih kurang jelas)
Ditambahkan lensa silindris dengan pemeriksaan kipas lancester regan, dan dapat melihat pada lensa silindris negatif 2 D axis 180 derajat.
Cara memeriksa visus seseorang yang tidak bisa membaca/melihat huruf-huruf di optotipi Snellen dapat menggunakan hitung jari dengan visus normal 60/60, bila hitung jari juga tidak terbaca dapat menggunakan lambaian tangan dengan visus normal 300/300 dan apabila lambaian tangan juga tidak terbaca dapat menggunakan sinar dengan visus /~
13
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasi pemeriksaan mata pasien yaitu VOD : 6/30 --- S(-) 2,5 D -> 6/6 dan
VOS : 6/60 --- S(-) 3,5 D C (-) 2D axis 180◦ -> 6/6. Dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
ganguan pada mata yaitu pada mata kanan mengalami rabun jauh (miopia) dan mata kiri
mengalami rabun jauh dengan disertai silindris (Astigmatisme myopia kompositus).
Astigmatisme atau mata silindris adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke
dalam mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis.
Astigmatisme merupakan kelainan pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan
pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisme berkas
sinar tidak difokuskan ke retina di dua garis titik api yang saling tegak lurus.
Astigmatisme myopia kompusitus adalah kondisi dimana mata seseorang mengalami
rabun jauh sekaligus silindris. Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan
titik B berada di antara titik A dan retina. Berdasarkan faktor penyebabnya Astigmatisme
dibedakan atas Astigmatisme kornea dan Astigmatisme Internal. Astigmatisme kornea
14
disebabkan oleh kelengkungan permukaan kornea yang tidak spherical (seperti lengkung bola)
sedangkan Astigmatisme internal disebabkan oleh adanya ketidaksamaan daya bias pada semua
meredian di internal bolamata, baik pada lensa mata maupun pada badan kaca (vitreus humor).
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 3th ed. Jakarta : Badan Pnerbit FKUI ; 2006 : p.81-3
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta : Badan Pnerbit FKUI ; 2011 : p.65-7
3. Test and diagnosis astigmatism. [Online] 2012. [cited 6 juli 2013]. Available from : http://www.mayoclinic.com/health/astigmatism/DS00230/DSECTION=tests-and-diagnosis
4. Kelainan refraksi mata. [Online] 2011. [cited 8 juni 2013]. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31556/5/Chapter%20I.pdf
5. Gambar miopi. [Online]. 2010. [cited 7 juli 2013]. Available from: http://www.nei.nih.gov/health/errors/myopia.asp
6. Gamabr hipermetropi. [Online] 2012. [cited 7 juli 2013]. Available from: http://www.ssc.education.ed.ac.uk/resources/vi&multi/eyeconds/Hyper.html
7. Astigmatism. [Online] 2011. [cited 7 juli 2013]. Available from: http://www.eyesite.nhs.uk/TeenSight/EyeInfo/Conditions/Astigmatism
8.
15