makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

51
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL MAKALAH Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Disusun Oleh: Dimas Triyuda Kusamah (142151221) Dini Nur Hanifah (142151233) Mutiara Sandra (142151208) Rizki Ashgi (142151220) Ronar Rizki Meisa (142151239) 2014 F

Upload: dini-nur-hanifah

Post on 08-Jan-2017

2.716 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN

MAKHLUK SOSIAL

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya

Dasar

Disusun Oleh:

Dimas Triyuda Kusamah (142151221)

Dini Nur Hanifah (142151233)

Mutiara Sandra (142151208)

Rizki Ashgi (142151220)

Ronar Rizki Meisa (142151239)

2014 F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGITASIKMALAYA

2015

Page 2: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas

rahmat dan hidayahnya penulis telah mampu menyelesaiakan sebuah makalah

yang berjudul “Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.”

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pendidikan

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

Sebagai makhluk individu  manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari

kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang

membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari

berbagai individu. Bagaimana hakikat masyarakat dan makna manusia sebagai

mahluk sosial? Apa saja tugas dan fungsi manusia sebagai makhluk sosial? Apa

saja hak-hak dan kewajiban individu? Bagaimana cara meniadakan stereotip dan

prasangka serta diskriminatif akibat interaksi sosial? Hal inilah yang akan penulis

bahas daam makalah ini.

Harapan penulis, semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan

dan pengalaman, dan dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan

terimakasih.

Makalah ini penulis akui masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam

hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah

ini.

Semoga bermanfaat.

Tasikmalaya, September 2015 Penulis

Page 3: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

D. Manfaat Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia sebagai Makhluk Individu dan Anggota Masyarakat

3

B. Hakikat Masyarakat dan Makna Manusia sebagai Makhluk Sosial 7

C. Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial 11

D. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan 12

E. Hak-hak dan Kewajiban Individu 15

F. Interaksi Sosial Memunculkan Berbagai Corak Stereotip dan Prasangka

yang Berakibat adanya Diskriminasi 21

G. Cara Meniadakan Stereotip dan Prasangka serta Diskriminasi 26

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 29

B. Saran 29

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik,

berbeda antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin

memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin

dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini

merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan

jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin menjadi orang lain

sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.

Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah

bahwa dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara

alamiah dengan sendirinya, tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan

manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu

hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia

hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu

dengan lainnya.

Dari kedua hal diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk

sosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam

kehidupan. Sebagai makhluk individu  manusia merupakan bagian dan unit

terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai

makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia

merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya

masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu

harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut.

Untuk itu, perlu kiranya penulis menulis sebuah makalah yang

mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menginspirasi pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian manusia sebagai individu dan anggota masyarakat?

Page 5: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

2. Bagaimana hakikat masyarakat dan makna manusia sebagai makhluk

sosial?

3. Apa fungsi dan tugas manusia sebagai makhluk sosial?

4. Bagaimana peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam

bermasyarakat dalam berbagai jenis kehidupan?

5. Apa saja hak-hak dan kewajiban individu?

6. Bagaimana interaksi sosial bisa memunculkan berbagai corak stereotip

dan prasangka yang berakibat adanya diskriminasi?

7. Bagaimana cara meniadakan stereotip dan prasangka serta diskriminasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Apa pengertian manusia sebagai individu dan anggota masyarakat.

2. Untuk mengetahui bagaimana hakikat maasyarakat dan makna manusia

sebagai makhluk social.

3. Untuk mengetahui apa fungsi dan tugas manusia sebagai makhluk social.

4. Untuk mengetahui bagaimana peran manusia sebagai individu dan

makhluk sosial dalam bermasyarakat dalam berbagai jenis kehidupan.

5. Untuk mengetahui apa saja hak-hak dan kewajiban individu.

6. Untuk mengetahui bagaimana cara interaksi sosial bisa memunculkan

berbagai corak stereotip dan prasangka yang berakibat adanya

diskriminasi.

7. Untuk mengetahui bagaimana cara meniadakan stereotip dan prasangka

serta diskriminasi.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan bagi

penulis dan penbaca untuk mengetahui lebih dalam mengenai Manusia

sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Page 6: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia sebagai Individu dan Anggota Masyarakat

Manusia adalah makhluk individu. Sebagai makhluk individu berarti

makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara

jiwa dan raganya. Kata "individu" berasal dari kata latin individuum, artinya

tidak terbagi. Jadi, kata itu mengandung pengertian sebagai suatu sebutan

yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan

terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu menyangkut tabiatnya dengan

kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan

hidup manusia. Individu bukan berarti menusia sebagai suatu keseluruhan

yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai

manusia perorangan, (Soelaeman, 2001:113).

Manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti makhluk

keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu

merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya,

termasuk kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya. Individu

adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan yang khas di

dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga memiliki kepribadian serta pola

tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil

pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu ke-utuhan

ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada dirinya, yaitu aspek

organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial kebersamaan.

Ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi, keguncangan pada satu aspek

akan membawa akibat pada aspek yang lainnya (Soelaeman, 2001:114).

Untuk menjadi suatu individu yang "mandiri" harus melalui proses yang

panjang. Tahap pertama, melalui proses pemantapan pergaulan yang

dilakukan di lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga ini secara

bertahap karakter yang khas akan terbentuk dan mengendap lewat sentuhan-

sentuhan interaksi: etika, estetika, dan moral agama. Sejak manusia

Page 7: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

dilahirkan, ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang lain untuk

memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah yang membentuk dirinya. Menurut

Sigmund Freud, super ego pribadi manusia sudah mulai terbentuk pada saat

manusia berumur 56 tahun (Gerungan, 1980:29).

Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir

identik dengan tingkah laku masa yang bersangkutan. Proses yang

meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai menjadi dirinya

sendiri disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Individu dibebani

berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, maka muncul

struktur masyarakat yang akan menentukan kemantapan masyarakat. Individu

dalam bertingkah laku menurut pribadinya ada tiga kemungkinan:

menyimpang dari norma kolektif, kehilangan individualitasnya atau takhluk

terhadap kolektif, dan mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh

pahlawan atau pengacau. Mencari titik optimum antara dua pola tingkah laku

(sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat) dalam situasi yang

senantiasa berubah, memberi konotasi "matang" atau "dewasa" dalam konteks

sosial. Sebutan "baik" atau "tidak baik" pengaruh individu terhadap

masyarakat adalah relatif (Soelaeman, 2001:114). Bertolak dari proses

penjabaran individualisasi manusia dalam masyarakat tersebut menunjukkan

bahwa manusia memiliki perilaku yang didorong oleh aspek individu dan

aspek sosial.

Manusia sebagai individu memiliki unsur jasmani dan rohani; unsur fisik

dan psikis; unsur jiwa dan raga. Seseorang dikatakan sebagai individu bila

unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Unsur-unsur yang terdapat

dalam diri manusia tersebut tidak dapat terbagi apalagi terpisahkan. Jika

unsur-unsur tersebut tidak dapat menyatu maka seseorang tidak dapat disebut

sebagai individu. Oleh sebab itu, orang yang sudah mati disebut "jasad" atau

"mayat" karena yang tinggal hanya raga, jiwanya sudah tidak ada. Raga tidak

dapat hidup sebagaimana manusia utuh selaku individu apabila tanpa jiwa.

Dengan kata lain, yang disebut manusia sebagai makhluk individu

mencerminkan adanya satuan terkecil yang tidak dapat terbagi lagi tetapi

Page 8: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

memiliki unsur-unsur jasmani dan rohani atau fisik dan psikis, atau jiwa dan

raga yang utuh menyatu.

Meskipun semua manusia sebagai individu memiliki unsur jiwa dan raga

yang menyatu, tetapi antara satu orang dengan orang yang lainnya memiliki

perbedaan dan kekhasannya baik secara fisik dan psikis. Secara fisik

misalnya, ada yang berambut ikal tetapi juga ada yang berambut lurus, ada

yang gemuk atau kurus, tinggi atau pendek, dan seterusnya. Secara psikis

juga ada perbedaan, misalnya ada yang pemalu, pemarah, penyabar, periang,

dan lain-lain. Dengan kata lain, individu dapat dikenali dengan mudah

melalui aspek fisik maupun psikisnya.

Manusia selaku makhluk individu di samping memiliki keinginan-

keinginan atau motif-motif juga memiliki kebutuhan-kebutuhan secara

pribadi. Motif-motif yang melatarbelakangi manusia selaku individu berbuat

sesuatu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bisa bersifat majemuk, berubah-

ubah, dan berbeda-beda, atau bahkan bisa jadi tidak disadari oleh individu.

Adapun manusia selaku individu juga membutuhkan berbagai kebutuhan,

antara lain: kebutuhan fisiologis (pakaian, pangan, tempat, seks, dan

kesejahteraan individu), yang kemudian disebut sebagai kebutuhan primer;

kebutuhan rasa aman; kebutuhan akan rasa afeksi (yaitu kebutuhan untuk

menjalin hubungan atau keakraban dengan orang lain); kebutuhan akan harga

diri (esteem needs); kebutuhan untuk mengetahui dan memahami (need to

know and understand); kebutuhan rasa estetika (aesthetic needs); kebutuhan

untuk aktualisasi diri (self actualization); kebutuhan transendence, yaitu

kebutuhan untuk mengetahui dan menyelami dunia di luar dirinya seperti

spiritualitas dan rasa religiusitas (berkeyakinan akan keberadaan Tuhan).

Dengan adanya kebutuhan pribadi itulah manusia selaku individu

mempunyai hubungan dengan dirinya sendiri, yaitu ada dorongan untuk

mengabdi kepada dirinya sendiri. Tindakan-tindakannya diarahkan untuk

memenuhi kepentingan pribadinya meskipun dalam kapasitasnya bisa jadi

menjadi bentuk perbuatan yang bernilai pengabdian kepada masyarakatriya.

Untuk itulah perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh motivasinya dalam

Page 9: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

melakukan aktivitasnya. Motivasi atau dorongan perilaku tersebut memiliki

kekuatan yang berbeda-beda. Berbagai bentuk motivasi individu tersebut

berupa: kebutuhan untuk berbuat lebih baik dari orang lain (achievement);

kebutuhan untuk memuji, menyesuaikan diri, dan mengikuti pendapat orang

lain (defence); kebutuhan untuk membuat rencana secara teratur (order);

kebutuhan untuk menarik perhatian orang lain dan berusaha menjadi pusat

perhatian (exhibition); kebutuhan untuk mandiri, tidak mau tergantung orang

lain dan tidak mau diperintah orang lain (autonomy); kebutuhan untuk

menjalin persahabatan dengan orang lain, kesetiaan, berpartisipasi

(affiliation); kebutuhan untuk memahami perasaan dan mengetahui tingkah

laku orang lain (intraception); kebutuhan untuk mendapatkan simpati,

bantuan, dan kasih sayang orang lain (succorance); kebutuhan untuk bertahan

pada pendapatnya, menguasai, memimpin, menasehati orang lain

(dominance); kebutuhan akan rasa berdosa, salah, perlu diberi hukuman

(abasement); kebutuhan untuk membantu, menolong, dan simpati kepada

orang lain (nurturance); kebutuhan untuk melakukan perubahan-perubahan,

tidak menyukai rutinitas (channge); kebutuhan untuk bertahan pada suatu

pekerjaan; tidak suka diganggu (endurance); kebutuhan untuk aktivitas sosial

individu dalam mendekati lawan jenis, mencintai lawan jenis

(heterosexuality); kebutuhan untuk mengkritik, membantah, menyalahkan,

senang terhadap Semua perilaku individu yang didorong oleh keinginan

memenuhi kebutuhan primer dan motivasi yang melekat pada pribadinya

dapat menjadi tolak ukur kepribadian seseorang dalam aktivitas sosialnya.

Sinyalemen ini menjadi indikasi atau pertanda seberapa besar makna individu

tersebut berperan dalam kehidupan, sehingga eksistensinya sebagai manusia

individu dapat diakui memiliki makna, baik secara pribadi maupun terhadap

lingkungannya. Manusia sebagai individu akan memiliki arti bagi

kehidupannya apabila peran dirinya bermakna bagi orang lain, keluarga,

maupun masyarakat secara luas. Salah satu tanggung jawab manusia selaku

pribadi yaitu membawa dirinya ke jalan yang lurus, sehingga terpelihara iman

dan Islamnya, serta selalu ingat kepada Allah dan bersyukurlah karena nikmat

Page 10: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam alQur'an, Surat al-

Fatihah, ayat 5 dan 6; al-Baqarah, ayat 21, 152, dan 153, dan seterunya.

Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia (individu) yang telah

memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat-istiadat yang sama-sama

ditaati dalam lingkungannya.

Syarat-syarat suatu masyarakat:

1. Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak.

2. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah

tertentu.

3. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk

menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Menurut Ellwood, faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia hidup

bersama adalah:

1. Dorongan untuk mencari makan

2. Dorongan untuk mempertahankan diri terutama pada keadaan tertentu.

3. Dorongan untuk melangsungkan jenis.

B. Hakikat Masyarakat dan Makna Manusia sebagai Makhluk Sosial

1. Masyarakat

a. Pengertian masyarakat

Istilah masyarakat dalam bahasa inggrisnya society,yang berarti

kumpulan orang yang sudah lama terbentuk,memiliki sistem sosial atau

struktur sosial tersendiri dan memiliki kepercayaan,sikap,dan perilaku

yang dimiliki bersama.

Menurut Paul B. Horton & Hunt, Masyarakat merupakan kumpulan

manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang

cukup lama tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan

yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok

atau kumpulan manusia.

Unsur-unsur masyarakat antara lain:

1) Kumpulan orang

2) Sudah terbentuk dengan lama

Page 11: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

3) Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri

4) Memiliki kepercayaan(nilai), siap dan perilaku yang dimiliki

bersama

5) Adanya kesinambungan dan dan pertahanan diri

6) Memiliki kebudayaan

b. Hakikat nilai, moral dalam kehidupan di masyarakat

Dalam masyarakat ini.. manusia tidaklah dapat hidup sendiri.

Mereka hidup berinteraksi dengan orang lain.dalam interaksi itulah.

manusia harusnya memiliki suatu etika hidup bermasyarakat. Etika bisa

dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan

bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Nilai erat hubungannya dengan masyarakat,baik dalam bidang etika yang

mengatur kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.Manusia

sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai sebagai suatu yang

objektif,apabila ia memandang nilai itu ada tanpa ada yang

menilainya,tetapi ada sebagian sesuatu yang ada dan menuntun manusia

dan kehidupannya.jadi nilai nilai memang tidak akan ada dan tidak akan

hadir tanpa hadirnya penilaian.Oleh karena itu nilai melekat dengan

subjek penilaian.

c. Interaksi sosial dan pelapisan sosial

Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial yang

dinamakan proses sosial    karena interaksi sosial merupakan hubungan-

hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut orang perorangan

dengan sekelompok manusia.Apabila dua orang bertemu interaksi sosial

dimulai,pada saat itu mereka saling menegur,berjabat tangan bahkan

mungkin ada yang berkelahi.

1) Interaksi sosial

Interaksi adalah proses di mana orang berkomunikasi saling

memengaruhi dalam pikiran dan tindakan.Seperti kita ketahui bahwa

manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari hubungan yang

Page 12: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

satu dengan yang lain.Ada beberapa pengertian interaksi yang ada di

masyarakat, di antaranya:

Menurut H. Booner, merumuskan interaksi sosial adalah

hubungan antara dua individu atau    lebih,di mana kelakuan individu

yang satu memengaruhi,mengubah atau memperbaiki kelakuan

individu yang lain atau sebaliknya

 Menurut Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial

adalah hubungan antara orang-orang secara individu,antar kelompok

dan orang perorangan dengan kelompok.

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu

dengan individu, antar kelompok dengan kelompok, antar individu

dengan kelompok.

Interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan

Ada pun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi

sosial yaitu:

a) Faktor imitasi

Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam

proses interaksi sosial.Salah satu segi   positifnya yaitu imitasi

dapat membawa kaidah-kaidah yang berlaku.

b) Faktor sugesti

Yang dimaksud sugesti di sini yaitu pengaruh psikis,baik

yang datang dari dirinya maupun dari orang lain,yang pada

umumnya diterima tanpa adanya daya kritik

c) Faktor identifikasi

Identifikasi dalam fisiologi berarti dorongan untuk menjadi

identik(sama) dengan orang lain.

d) Faktor simpati

Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu

terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis

rasional,melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga

pada proses identifikasi. Bahkan orang akan tiba-tiba merasa

Page 13: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

tertarik pada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan

cara-cara tingkah laku menarik baginya.

2. Makna Manusia sebagai makhluk sosial

Artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan

sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan

sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu

membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk

berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.

Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk

sosial.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga di karenakan pada

diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang

lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok

dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan

atau teman.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk

sosial, karena beberapa alasan, yaitu :

a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial

b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain

c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain

d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah

manusia

e. Manusia sebagai makhluk yang berhubungan dengan lingkungan

hidup

Hubungan antara manusia dengan alam, paling tidak ada tiga paham,

yaitu paham determinisme, paham posibilisme, dan paham optimisme

teknologi. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menjadi

dasar pesatnya kemajuan tekhnologi.

Page 14: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

C. Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk bermasyarakat. Dalam

bentuk konkretnya, manusia bergaul, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan

manusia lainnya.

1. Fungsi Manusia dalam Masyarakat

Dalam kehidupan masyarakat yang dinamis dan selalu berkembang

menuju kemajuan, individu-individu yang bergabung di dalamnya

mampu mengembangkan potensi dan kemampuan berkreasi serta

menemukan inovasi yang tidak sama antara satu sama lain.

2. Tugas Manusia dalam Masyarakat

Manusia di masyarakat bertugas sebagai pembentuk, pelaku, dan

pemakai masyarakat itu sendiri.

3. Masyarakat sebagai Wadah Pemanusiaan Individu

Di masyarakat, individu akan menjadi makhluk sosial. Jika individu

tidak hidup di masyarakat, dia tidak akan mengenali bahwa dirinya

makhluk sosial yang sangat bergantung pada orang lain.

4. Tugas Keluarga Membina Individu sebagai Makhluk Sosial

Keluarga bertugas menjadikan anak-anaknya sebagai wahana atau

tempat pembentuk kepribadian individu. Keluarga juga bertugas

mentransfer kebudayaan yang ada di masyarakat untuk diberikan kepada

keluarga. Sehingga individu-individu yang ada di keluarga tahu budaya

atau peraturan apa saja yang ada di masyarakat.

5. Individu sebagai Anggota Keluarga

Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki

oleh manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama

ekonomi.

6. Individu sebagai Anggota Masyarakat

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia (individu) yang telah

memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat-istiadat yang sama-sama

ditaati dalam lingkungannya.

Page 15: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

D. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan

Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan yang Meliputi Jenis-

Jenis Tatanan Hidup Berkelompok

1. Konsep Kelompok Sosial Budaya

a. Lingkungan Sosial Budaya adalah sejumlah manusia yang hidup

berkelompok dan saling berinteraksi secara teratur guna memenuhi

kepentingan bersama.

b. Bentuk Sosial Budaya artinya setiap kelompok sosial budaya

mempunyai batas-batas yang telah ditentukan.

c. Cara Hidup Sosial Budaya artinya sikap, perbuatan, dan tjuan serta

pencapaiannya sudah dipolakan oleh organisasi kelompok dalam

seperangkat tuntunan atau pedoman tertulis yang disebut Anggaran

Dasar dan Kode Etik.

d. Tujuan Sosial Budaya adalah setiap kelompok sosial budaya

mempunyai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam anggaran

dasar dan kode etik kelompok sosial budaya.

2. Kebutuhan Manusia

Sebagai makhluk budaya, manusia mempunyai berbagai kebutuhan

yang bervariasi. Kebutuhan manusia pada dasarnya meliputi tiga jenis

kebutuhan:

a. Kebutuhan Jasmani atau Fisik

b. Kebutuhan Rohani atau Kejiwaan

c. Kebutuhan Biologis

d. Pemenuhan Kebutuhan adalah apabila tiga kebutuhan diatas dapat

dipenuhi melalui masyarakat, berlakulah bahwa manusia adalah

makhluk sosial.

Sebagai masyarakat yang hidup berkelompok ada beberapa tahapan yang

harus kita ketahui untuk menjalankan hidup berkelompok, yaitu :Hakikat

Norma, Adat Istiadat dan Kebiasaan dalam bermasyarakat. Hakikat Norma

yang meliputi :

Page 16: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

1. Norma Kesopanan yaitu Peraturan yang bersumber dari pergaulan hidup

dalam sekelompok manusia.

2. Norma Kesusilaan yaitu Peraturan yang bersumber dari suara batin / hati

nurani manusia yang diyakinin sebagai pedoman hidupnya.

3. Norma Agama yaitu Serangkaian peraturan yang bersumber dari Tuhan

Yang Maha Esa.

4. Norma Hukum yaitu Aturan yang dibuat oleh Negara ercantum secara

jelas dalam perundang – undangan.

Maka dari itu sebagai masyarakat kita wajib mentaati norma-norma

tersebut yang nantinya akan dibawa ke dalam sebuah Kelompok /

bermasyarakat .

Adat Istiadat yaitu dimana setiap orang mempunyai adat istiadat yang

berbeda – beda dari cara pelaksaannya maupun agama itu sendiri. Maka dari

itu setiap orang harus mempunyai sifat toleransi , saling menghormati, tidak

saling mencela, menjelek-jelekan satu sama lainnya karena kalau kita tidak

mempunyai sifat seperti itu maka dalam membangun sebuah kelompok akan

sangat sulit, akan cepat terpecah belah dan cepat diadu domba.

Kebiasaan yaitu Tata cara hidup yang dianut oleh setiap masyarakat

dalam waktu yang lama dan memberi pedoman bagi setiap masyarakat yang

bersangkutan untuk berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai hal

yang terjadi dalam hidupnya.

Adapun Ciri-Ciri Kelompok Sosial : Adanya kesadaran pada tiap anggota

kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang

lain. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara

mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan

yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.

Kelompok Sosial dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu :

Kelompok Sosial Primer, Kelompok Sosial primer memiliki hubungan

yang bersifat personal dan akrab antara anggotanya.

Page 17: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

Kelompok Sosial Sekunder, Kelompok Sosial Sekunder didefenisikan

sebagai Kelompok Sosial yang bersifat impersonal dan besar.

Kelompok Sosial In-Group dan Out-Group, Kelompok sosial merupakan

tempat di mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai kami atau

kamu, kita atau mereka. “In-Group adalah kelompok sosial dimana seorang

individu mengidentifikasikan dirinya sebagai “kita” atau “kami”. Sedangkan

Out-Group adalah kelompok sosial di luar in group, atau di luar kita, di luar

kami. Kelompok di luar itu adalah mereka.

o Sikap Individu Setiap Tatanan Kelompok

ü Toleransi sebagai Nilai dan Norma

Toleransi dalam pengertian yang telah disampaikan, yang merupakan

keyakinan pokok (akidah) dalam beragama, dapat kita jadikan sebagai nilai

dan norma. Kita katakan sebagai nilai karena toleransi merupakan gambaran

mengenai apa yang kita inginkan, yang pantas, yang berharga, yang dapat

mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Dan nilai

(toleransi) akan sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat. Demikian

juga toleransi, dapat kita jadikan suatu norma, yaitu suatu patokan perilaku

dalam suatu kelompok

tertentu. Norma memungkinkan seseorang menentukan terlebih dahulu

bagaimana tindakannya itu akan dinilai orang lain untuk mendukung atau

menolak perilaku seseorang.

ü Toleran dan Prinsip Hidup

Berinteraksi dengan jiwa toleran dalam setiap bentuk aktivitas, tidak

harus membuang prinsip hidup (beragama) yang kita yakini. Kehidupan yang

toleran justru akan menguatkan prinsip hidup (keagamaan) yang kita yakini.

Segalanya menjadi jelas dan tegas tatkala kita meletakkan sikap mengerti dan

memahami terhadap apapun yang nyata berbeda dengan prinsip yang kita

yakini. Kita bebas dengan keyakinan kita, sedangkan pihak yang berbeda

(yang memusuhi sekalipun) kita bebaskan terhadap sikap dan keyakinannya.

o Peranan Status Kepemimpinan Dalam Kelompok

Page 18: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak

dapat dipisahkan secara struktur maupun fungsional. Banyak muncul

pengertian – pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan. Ciri – ciri

Kepemimpinan yang ideal yaitu :

1. Memiliki pengetahuan umum yang luas

2. Kemampuan bertumbuh dan berkembang

3. Memiliki sifat Inkuisitif / Rasa ingin tahu

4. Memiliki Kemampuan Analitik

5. Memiliki daya ingat yang kuat

6. Keterampilan mendidik memiliki kemampuan menggunakan kesempatan

untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilaku

dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.

7. Bertindak secara Objektive Pemimpin Visioner Kepemimpinan visioner

adalah kepemimpinan yang ditujukan untuk member arti pada kerja dan

usaha yang perlu dilakukan bersama – sama oleh para anggota

perusahaan dengan cara member arahan dan makna pada kerja dan usaha

yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas

E. Hak-hak dan Kewajiban Individu

1. Hak

Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan

penggunaannya tergantung kepada kita sendiri. Hak adalah kuasa untuk

menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan

melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga

yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.

Hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,

kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah

ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas

sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

Ada beberapa hak di masyarakat Indonesia, diantaranya sebagai berikut :

a. Hak Legal dan Hak Moral

Page 19: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu

bentuk. Hak legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial.

Contoh kasus,mengeluarkan peraturan bahwa veteran perang

memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran yang telah

memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan

tersebut.

Hak moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja.

Hak moral lebih bersifat soliderisasi atau individu. Contoh kasus, jika

seorang majikan memberikan gaji yang rendah kepada wanita yang

bekerja di perusahaannya padahal prestasi kerjanya sama dengan pria

yang bekeja di perusahaannya. Dengan demikian majikan ini

melaksanakan hak legal yang dimilikinya tapi dengan melanggar hak

moral para wanita yang bekerja di perusahaannya. Dari contoh ini jelas

sudah bahwa hak legal tidak sama dengan hak moral.

T.L. Beauchamp berpendapat bahwa memang ada hak yang bersifat

legal maupun moral hak ini disebut hak-hak konvensional. Contoh jika

saya menjadi anggota klub futsal Indonesia, maka saya memperoleh

beberapa hak. Pada umumnya hak–hak ini muncul karena manusia

tunduk pada aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang disepakati

bersama. Hak konvensional berbeda dengan hak moral karena hak

tersebut tergantung pada aturan yang telah disepakati bersama anggota

yang lainnya. Dan hak ini berbeda dengan hak Legal karena tidak

tercantum dalam sistem hukum.

b. Hak Khusus dan Hak Umum

Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa

manusia atau karena fungsi khusus yang dimilki orang satu terhadap

orang lain. Contoh: jika kita meminjam Rp. 10.000 dari orang lain

dengan janji akan saya akan kembalikan dalam dua hari, maka orang lain

mendapat hak yang dimiliki orang lain.

Hak Umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi

tertentu, melainkan semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh

Page 20: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

semua manusia tanpa kecuali. Di dalam Negara kita Indonesia ini disebut

dengan “ hak asasi manusia”.

c. Hak Individual dan Hak Sosial

Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang

dimiliki individu-individu terhadap Negara. Negara tidak boleh

menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak

yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak mengikuti hati nurani, hak

mengemukakan pendapat, perlu kita ingat hak-hak individual ini

semuanya termasuk yang tadi telah kita bahas hak-hak negative.

Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap Negara

saja, akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-

anggota lain. Inilah yang disebut dengan hak sosial. Contoh: hak atas

pekerjaan, hak atas pendidikan, hak ata pelayanan kesehatan. Hak-hak ini

bersifat positif.

2. Kewajiban

Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan

(sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Ketika lahir, manusia secara

hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap manusia mempunyai

hak dan kewajiban  yang berbeda, tergantung pada hal-hal tertentu

misalnya, jabatan atau kedudukan dalam masyarakat. K. Bertens dalam

bukunya yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran

Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya menunjukkan hukum

dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan

undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur

kehidupan masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law,

bukan right).

Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna yang

selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna

yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna

mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna

berdasarkan moral.

Page 21: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

3. Hak dan Kewajiban Pada Pasal 27 Sampai 34 UUD 1945

Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan

melaksanakan hak dan kewajiban kita dengan tertib. Hak dan kewajiban

warga negara tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD

1945. Pasal pasal itu diantaranya :

a. Hak dan kewajiban dalam bidang politik 

Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara

bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

Pasal ini menyatakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban,

yaitu:

1) Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan

pemerintahan.

2) Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.

Pasal 28 menyatakan, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan

berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan

sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Arti pesannya adalah:

1) Hak berserikat dan berkumpul.

2) Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat).

3) Kewajiban untuk memiliki kemampuan beroganisasi dan

melaksanakan aturan-aturan lainnya, di antaranya: Semua organisasi

harus berdasarkan Pancasila sebagai azasnya, semua media pers

dalam mengeluarkan pikiran (pembuatannya selain bebas harus pula

bertanggung jawab dan sebagainya)

b. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya 

Pasal 31 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara

berhak mendapat pengajaran”.

Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “Pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistim pengajaran nasional, yang diatur

dengan undang-undang”.

Page 22: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan

nasional Indonesia”.

Arti pesan yang terkandung adalah:

1) Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik

umum maupun kejuruan.

2) Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan

daerah.

3) Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang

kependidikan.

4) Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan

ketertibannya.

5) Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan.

6) Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.

Selain dinyatakan oleh pasal 31 dan 32, Hak dan Kewajiban

warga negara tertuang pula pada pasal 29 ayat (2) yang menyatakan

bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

agamanya dan kepercayaannya itu”. Arti pesannya adalah:

7) Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral

keagamaannya, sehingga di samping kehidupan materiil juga

kehidupan spiritualnya terpelihara dengan baik.

8) Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

c. Hak dan kewajiban dalam bidang Hankam 

Pasal 30 menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan

wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Arti pesannya:

o bahwa setiap warga negara berhak dan wajib dalam usaha pembelaan

negara.

d. Hak dan kewajiban dalam bidang Ekonomi 

Pasal 33 ayat (1), menyatakan, bahwa “Perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”.

Page 23: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

Pasal 33 ayat (2), menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang

penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak

dikuasai oleh negara”.

Pasal 33 ayat (3), menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pasal 34 menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar

dipelihara oleh negara”. Arti pesannya adalah:

1) Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan

tersedianya barang dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh

daya beli rakyat.

2) Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak

terlantar.

3) Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah

berbagai sumber daya alam.

4) Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang

berazaskan kekeluargaan, tidak merugikan kepentingan orang lain.

5) Kewajiban membantu negara dalam pembangunan misalnya

membayar pajak tepat waktu.

Penjabaran lanjut mengenai hak dan kewajiban warga negara

dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Contoh hal

dan kewajiban WNI dalam bidang pendidikan pada pasal 31 dijabarkan

kedalam UU No 20 tahun 2003 ttg Sisdiknas. Disamping adanya hak dan

kewajiban warga negara terhadap negara , dalam UUD 1945 hasil

amandemen I telah dicantumkan adanya hak asasi manusia dan

kewajiban dasar manusia yaitu pada pasal 28 I – J UUD 1945.

Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara

terhadap warga negara. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara

pada dasarnya merupakan kewajiban dan hak warga terhadap negara.

Beberapa contoh kewajiban negara adalah kewajiban negara untuk

menjamin sistem hukum yang adil, kewajiban negara untuk menjamin

Page 24: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

hak asasi warga negara , kewajiban negara untuk mengembangkan sistem

pendidikan nasional untuk rakyat, kewajiban negara memberi jaminan

sosial, kewajiban negara memberi kebebasan beribadah. Beberapa contoh

hak negara adalah hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan, hak

negara untuk dibela, hak negara untuk menguasai bumi air dan kekeyaan

untuk kepentingan rakyat

F. Interaksi Sosial Memunculkan Berbagai Corak Stereotip dan Prasangka

yang Berakibat adanya Diskriminasi

Di dalam berinteraksi dengan orang lain kita terkadang tidak dapat lepas

dari apa yang disebut sebagai prasangka dan stereotipe. Prasangka menurut

Mar' at (1984) adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai ke arah negatif,

namun dapat pula dugaan tersebut bersifat positif. Dugaan tersebut umumnya

mengarah pada penilaian negatif yang diwarnai oleh perasaan yang muncul

sesaat. Di dalam interaksi sosial, prasangka memiliki relevansi dengan

komponen afektif yang bersifat negatif terutama bila dihubungkan dengan

kelompok minoritas dan kelompok etnis (Mar'at, 1984). Menurut Wolf

(dalam Mar' at, 1984) proses terbentuknya prasangka merupakan prasangka

sosial yang memiliki konotasi negara dalam hubungannya antara mayoritas

dan minoritas.

Oleh karena itu, Mar' at (1984) menjabarkan beberapa faktor penentu

prasangka, yaitu antara lain:

1. Kekuasaan faktual yang terlibat hubungan antara mayoritas dan minoritas

2. Fakta tentang perlakuan terhadap kelompok mayoritas dan minoritas

3. Fakta mengenai kesempatan usaha pada mayoritas dan minoritas

4. Fakta mengenai unsur geografis, dimana keluarga minoritas menduduki

daerah-daerah tertentu

5. Posisi dan peranan dari sosial ekonomi yang pada umumnya dikuasai

oleh kelompok minoritas

Page 25: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

6. Potensi energi eksistensi dari kelompok minoritas dalam

mempertahankan hidupnya

Adapun beberapa hipotesa yag menjadi penyebab terjadinya prasangka antara

lain adalah:

1. Adanya ketegangan situasi yang senantiasa relatif dan bersifat individual

atau kelompok sentris

2. Dalam tiap-tiap kelompok akan selalu terdapat minoritas

3. Adanya persaingan yang menimbulkan prasangka

Kedua adalah stereotipe. Stereotipe adalah persepsi terhadap suatu objek

yang tidak dapat diubah atau kaku (Chaplin, 1995), yang sifatnya terlalu

umum dan seringkali keliru(Atkinson dkk., 1993). Dalam membahas baik

prasangka maupun stereotipe, kita tidak dapat lepas dari mentalset dan konsep

interaksi sosial. Permasalahan yang akan muncul dapat digolongkan

menjadidua, yaitu: image dan sikap (Mar' at, 1984) .Image menyangkut

persepsisosial sehingga tiap hubungan antar manusia, Antar kelompok, dan

antar bangsa telah ada suatu mental set tersendiri tentang opini, sistem nilai,

norma, konsep tertentu. Hubungan ini akan mengarah kepada komponen

emosional yang relevan dengan hubungan interaksi ini. Sikap terhadap

pengertian pengertian sinonim yang sebenarnya adalah prasangka dapat

diidentifikasikan dengan sikap yang merupakan predisposisi sosial. Di

samping prasangkatersebut dapat pula disamakan dengan opini atau

kepercayaan (belief).

o Gejolak Diskriminasi Dalam Interasi Sosial

Berbagai kerusuhan dan ketegangan sosial yang terjadi di tanah air dalam

dasa warsa sejak akhir 1980-an sampai pada tingkat tertentu menunjukkan

bahwa realitas bangsa Indonesia yang multi-etnik dan multi-agama ini belum

dapat dikelola dengan baik. Kerusuhan-kerusuhan tersebut mengisyaratkan

bahwa pendekatan dan strategi yang telah diterapkan, terutama selama

pemerintahan Orde Baru, tak lagi tepat untuk digunakan dalam konteks masa

kini. Oleh karena itu, seluruh komponen bangsi Indonesia, baik pemerintah,

Page 26: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

perguruan tinggi, maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya perlu

berusaha menemukan cara-cara yang lebih tepat dalam mengelola keaneka-

ragaman masyarakat ini.

Di samping faktor politik, ekonomi, dan paham keagamaan, perbedaan

latar belakang etnik merupakan faktor yang sering mewarnai berbagai

kerusuhan selama ini, sebagaimana tercermin pada kerusuhan di Pontianak

(etnik Dayak melawan etnik Madura), Jakarta (etnik Jawa/Sunda melawan

etnik Cina), dan Surakarta (etnik Jawa melawan etnik Cina dan Arab). Dalam

beberapa kasus kerusuhan, factor faktor tersebut teranyam satu sama lain

sedemikian rupa, sehingga faktor yang satu sulit dipisahkan dari faktor

lainnya. Meskipun faktor perbedaan etnik sering dinafikan dalam berbagai

pernyataan resmi, kenyataan menunjukkan bahwa terdapat suatu kelompok

etnik tertentu yang menjadi sasaran dan sekaligus korban dominan di dalam

kerusuhan-kerusuhan tersebut.

Dalam kasus kerusuhan Mei 1988 di Jakarta dan Surakarta, misalnya,

pemicu-nya adalah faktor politik tetapi kemudian berkembang menjadi

sentimen etnik. Sementara itu, kerusuhan di Surakarta pada tahun 1980,

pemicunya adalah kecelakaan lalu-lintas antara dua pemuda, tetapi kemudian

berkembang menjadi kerusuhan anti-Cina. Kenyataan ini menyiratkan bahwa

perbedaan latar belakang etnik potensial untuk memicu kerusuhan, mengubah

inti persoalan kerusuhan, atau meningkatkan eskalasi kerusuhan. Surakarta

merupakan salah satu kota yang memiliki keanekaragaman etnik dan agama

serta memiliki sejarah kerusuhan yang berulang-ulang, sejak sebelum

kemerdekaan hingga akhir abad ke-20 dengan faktor pemicu yang berbeda-

beda.

Hasil penelitian Mulyadi dkk. (1999) tentang radikalisasi sosial

masyarakat Surakarta menunjukkan adanya pola keberulangan peristiwa

kerusuhan dan menyebutkanangkan frekuensi kejadian sedemikian tinggi

dalam sejarah kota Surakarta Kenyataan di atas menunjukkan betapa relasi

antaretnik di Surakarta merupakan konflik laten yang potensial meletus

sewaktu-waktu dalam bentuk kerusuhan. Konflik laten ini potensial untuk

Page 27: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

berubah menjadi konflik manifes karena adanya bentuk-bentuk bias dalam

relasi antaretnik, baik dalam bentuk streotip (pendapat atau pandangan yang

menggeneralisasikan ciri-ciri seseorang atau sekelompok orang berdasarkan

keanggotaannya dalam kelompok tertentu), prasangka (atau sikap negatif

pada orang atau kelompok yang dicitrakan dalam streotip tertentu dalam

diskriminasi (perilaku nyata yang membedakan orang/kelompok secara tidak

adil) yang terlestarikan, baik secara sadar atau tak sadar,  dalam kehidupan

nyata sehari-hari sebagian besar masyarakat Surakarta.

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya rekayasa sosial yang

mampu mengeliminasi proses pelestarian stereotip, prasangka, dan

diskriminasi tersebut.Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mengeliminasi

kesalahpahaman antar etnik di Surakarta, terutama antara masyarakat

keturunan Jawa dan masyarakat keturunanCina, melalui berbagai forum

semacam yang telah dilakukan oleh PWS (PaguyubanWong Solo) dan PMS

(Perkumpulan Masyarakat Surakarta). Akan tetapi, inisiatif-inisiatif tersebut

bisa dikatakan kurang memiliki agenda-agenda yang berkelanjutan, hanya

melibatkan orang-orang dewasa yang sibuk dan telah memiliki status sosial

ekonomi mapan, serta sebagian besar di antaranya adalah kaum pria.

Mengingat pentingnya relasi sosial yang harmonis lintas etnik dan agama

ini, upaya-upaya integrasi perlu dilakukan oleh berbagai pihak, secara

berkelanjutan, dan dilakukan secara lebih awal dengan melibatkan generasi

muda (remaja).Meskipun dalam konteks wacana publik dan di kalangan elit

organisasikemasyarakatan, persoalan keanekaragaman ini tidak dirasakan

sebagai masalah, kenyataan di tingkat akar-rumput menunjukkan bahwa

bentuk-bentuk stereotip, prasangka, dan diskriminasi merupakan sesuatu yang

nyata dan tak bisa dipungkiri. Ketika Pusat Studi Budaya dan Perubahan

Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta menyelenggarakan suatu

kegiatan yang melibatkan remaja lintas etnikdan agama, misalnya, stereotipe

dan prasangka tersebut terungkap secara eksplisit, baik dalam pernyataan

lisan maupun sikap peserta di awal kegiatan. Kenyataan itu menyiratkan

bahwa tatanan dan relasi sosial masyarakat Surakarta saat ini sebenarnya

Page 28: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

mempunyai kontribusi pada pelestarian bentuk-bentuk stereotip dan

prasangka antaretnik, sehingga perlu upaya-upaya terpadu yang dapat

mengurangi atau bahkan menghilangkan bentuk-bentuk bias relasi sosial

tersebut.

Sebagaimana halnya keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan yang

ada di Indonesia, keberadaan kelompok etnik Cina di Indonesia juga menjadi

kontroversi dalam integrasi bangsa Indonesia. Kehadiran pemukim Cina di

Indonesia pertama kali diperkirakan terjadi pada abad V (Sa’dun, ed., 1999:

56; Taher, 1997a: 31). Para pemukim Cina pertama tersebut melakukan

perdagangan dengan membawa keramik, sutera, dan benang sutera; ketika

pulang mereka membawa kayu cendana, sarang burung, emas, dan lain

sebagainya (Sa’dun, ed., 1999: 56).Migrasi orang-orang Cina dalam jumlah

besar diperkirakan terjadi pada abadXVII, bersamaan denganmasuknya

bangsa Barat ke Nusantara, dan pada awalabad XX, setelah Perang Dunia I,

ketika orang-orang Cina tidak hanya datang ke Indonesia tetapi juga ke

negara-negara Asia Tenggara lainnya (Sa’dun, ed., 1999:56-61; Taher, 1997:

3169; Skinner, 1957: 28-29).

Di antara faktor penting penyebab kedua gelombang migrasi tersebut

adalah situasi dalam negeri Cina. Pada abad XVII, orang-orang Cina banyak

keluar dari negaranya karena negeri Cina sedang dilanda peperangan,

kekacauan, dan kelaparan yang disebabkan oleh pergolakan politik dalam

negeri, ketika Dinasti Ming runtuh dan digantikan oleh Dinasti Qing Manchu

(Sa’dun, ed., 1999: 57; Sukisman, 1992: 2-20). Begitu pula, migrasi orang-

orang Cina pada awal abad XX juga banyak disebabkan oleh kekacauan

dalam negeri Cina, ketika kaum nasionalis Cina di bawah kepemimpinan Sun

Yat Sen melakukan revolusi untuk meruntuhkan Dinasti Qing Manchu

(Sa’dun, ed., 1999: 61; Sukisman, 1992: 118-131; Clubb, 1964: 36-43).

Sejak awal kemerdekaan, masyarakat Indonesia menyadari bahwa

masalah hubungan antaretnik dapat menjadi potensi konflik sosial jika tidak

diatasi dengan baik. Cara-cara yang diusulkan untuk mengatasi persoalan

Page 29: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

hubungan antar-etnik tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua

arus paham utama, yaitu: “integrasi” dan “asimilasi”.

Paham “integrasi”, yang dipelopori oleh Baperki (Badan

Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia), berpandangan bahwa

persoalan hubungan antaretnik dapat diatasi dengan memberikan pengakuan

sepenuhnya pada kelompok etnik Cina sebagai salah satu suku bangsa,

sebagaimana Jawa, Sunda, Dayak, dan suku-suku lain-lain di Indonesia

(Coppel, 1994: 91; Taher, 1997a: 124).

Sedangkan paham “asimilasi”, yang dipelopori oleh LPKB (Lembaga

Pembina Kesatuan Bangsa) dan Bakom-PKB (Badan Komunikasi

Penghayatan Kesatuan Bangsa) berpandangan bahwa persoalan hubungan

anteretnis dapat diatasi bila kelompok keturunan Cina membaur dan

mencairkan diri dengan masyarakat lokal (Coppel, 1994: 93; Taher, 1997a:

125). Salah satu bentuk pendidikan yang menyajikan pengalaman

berkehidupan bersama dan menghargai berbagai perbedaan adalah yang

selama ini disebut dengan pendidikan multikultural, atau pendidikan

toleransi, atau pendidikan perdamaian.

G. Cara Meniadakan Stereotip dan Prasangka serta Diskriminasi

1. Stereotipe:

a. Jangan hanya memandang suatu kelompok atau individu dari satu

sisi saja dan mengabaikan sisi lainnya yang merupakan sebuah

kelengkapan dalam diri objek dan dilewatkan. Kita harus

menyadari bahwa setiap individu terlahir dengan keunikan

tersendiri sehingga tidak perlu disamakan dengan individu yang

lain apalagi kelompok.

b. Menumbuhkan rasa saling menghargai terhadap perbedaan pada

suatu kelompok. Maka dari itu sudah saatnya masyarakat lebih

objektif dalam menerima sebuah stereotipe yang hadir di tengah

kehidupan bermasyarakat. Di antaranya menanamkan rasa toleransi

dalam merajut sebuah keberagaman yang dimuai sejak dini, hal ini

Page 30: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

perlu dilakukan mengingat stereotipe dapat terus-menerus

dilestarikan melalui komunikasi yang beredar di kalangan

masyarakat, dan dapat diturunkan ke generasi berikutnya.

2. Prasangka:

a. Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena

dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara

mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak

menjadi fanatik.

b. Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda: i) contact

hypothesis—pandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota

dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka

diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya

ketika kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu. ii)

extended contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan

bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya

sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok

out-group dapat mengurangi prasangka terhadap kelompok

tersebut.

c. Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari

kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai

anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari

in-group.

d. Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak

berprasangka, pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada

stereotype).

e. Pengaruh sosial untuk mengurangi prasangka.

3. Diskriminasi

Untuk menghindari sikap diskriminasi seseorang harus mempunyai sikap

kebersamaan. sikap ini memiliki tujuan tentang adanya kesetaraan ,

kesamaan , keseimbangan , keselarasan , serta penghargaan terhadap

manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan . menempatkan kesejajaran antar

Page 31: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

sesama menghantarkan setiap orang memberikan yang terbaik pada

ketaqwaan yang tinggi. sehingga sikap kebersamaan menjadi jalan baru

untuk melakukan kebajikan dalam membangun kebersamaan untuk

kemaslahatan morlitas yang berkualitas.

Page 32: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki fungsi

masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai

makhluk individu  manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari

kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial

yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan

dari berbagai individu. Kita sebagai manusia tidak dapat hidup sendiri karena

kita membutuhkan satu sama lain. satu sama lain.

B. Saran

Kita sebagai manusia memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi

dan dilakukan dengan baik. Dalam Interaksi sosial pasti akan selalu muncul

yang namanya streotip, prasangka dan diskriminasi. Oleh karena itu kita

sebagai manusia harus bisa meminimalisirkan hal tersebut agar tidak terjadi

konflik diantara manusia

Page 33: Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Andika. (2014). Menghindari Sikap Diskriminasi. [Online]. Tersedia:

http://sikapdiskriminasi.blogspot.co.id/2014/05/menghindari-sikap

diskriminasi.html. [27 September 2015]

Avianti, Annisa. (2010). Prasangka Penyebab Dampak dan Cara Mengatasinya.

[Online].Tersedia

:https://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/27/prasangka-penyebab-

dampak-dan-cara-mengatasinya/. [27 September 2015]

Setiyawat, Rina. (2013). Stereotipe dan Prasangka. [Online]. Tersedia:

http://klinikbk.blogspot.co.id/2013/07/.html. [27 September 2015]

Pratama, Rey. (2012). Fungsi Dan Peran Manusia Sebagai Individu Dan Mahkluk

Sosial. [Online]. Tersedia: http://freedomrez.blogspot.co.id/2012/04/fungsi-

dan-peran-manusia-sebagai.html. [27 September 2015]

Kelompok7_ISBD Akuntansi. (2012). Bab 4 Manusia sebagai Makhluk Individu

dan Sosial. [Online]. Tersedia: http://isbd7akt.blogspot.co.id/2012/04/bab-4-

manusia-sebagai-makhluk-individu.html. [27 September 2015]