makalah manling fix

29
Paper Hari, tanggal: Jum’at, 06 Maret 2015 Manajemen Lingkungan Gol/Kel: P2/2 Industri Dosen: Suprihatin PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH CAIR Rizka Isditami Syarif F34130041 Tiara Putri Damayanti F34130048 Ibnu Hajar F34130057 DEPARTRMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Upload: rizkaisditamisyarif

Post on 21-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Limbah cair manajemen lingkungan industri

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Manling Fix

Paper Hari, tanggal: Jum’at, 06 Maret 2015

Manajemen Lingkungan Gol/Kel: P2/2

Industri Dosen: Suprihatin

PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH CAIR

Rizka Isditami Syarif F34130041

Tiara Putri Damayanti F34130048

Ibnu Hajar F34130057

DEPARTRMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: Makalah Manling Fix

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia, banyak diciptakan pemuas atau pemenuhan kebutuhan manusia. Untuk itu munculah pabrik-pabrik industri sebagai pengolah bahan mentah untuk kemudian diolah dengan sedemikian rupa menjadi barang setengah jadi maupun barang siap pakai, untuk selanjutnya akan dikonsumsi masyarakat. Dalam jumlah produksi yang sagat besar tiap harinya akan menghasilkan sisa-sisa hasil dari proses pengolahan yang tidak terpakai. Sisa-sisa inilah (limbah) bila terakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat mencemari lingkungan bila tidak ada penanganan khusus.

Kemudian, masyarakat sebagai pelaku konsumsi pun akan “mengeluarkan” limbah-limbah sebagai hasil penggunaan hasil barang produksi tersebut. Limbah ini dinamakan limbah rumah tangga. Meskipun sedikit lebih “aman”, bukan berarti dapat seenaknya saja membiarkan limbah ini dibuang begitu saja. Karena limbah sekecil apapun bila dalam jumlah yang besar dapat memberikan kontribusi besar dalam hal kerusakan terhadap lingkungan. Untuk itulah diperlukan penanganan yang tepat dalam pengolahan limbah-limbah industri maupun limbah rumah tangga.

Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai, danau, dan laut. Jika jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, akan terjadi kerusakan lingkungan.

Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut belum mendapatkan perhatian yang serius. Sebenarnya, keberadaan limbah cair dapat memberikan nilai negatif bagi suatu kegiatan industri. Namun, penanganan dan pengolahannya membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga kurang mendapatkan perhatian dari kalangan pelaku industri, terutama kalangan industri kecil dan menengah.

Industri CPO, Tapioka, dan industri kulit merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri di bidang manapun untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya pemahaman mahasiswa tentang sumber, jumlah, dan karakteristik limbah agroindustri. Mengetahui polutan-polutan dalam limbah cair dan pengaruhnya pada lingkungan dan kesehatan, pencemaran lingkungan akibat limbah cair, serta prinsip pengelolaan terhadap limbah cair.

Page 3: Makalah Manling Fix

Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang sumber, jumlah, dan karakteristik limbah agroindustri (industri CPO, tapioka, dan industri kulit). Mengetahui polutan-polutan dalam limbah cair (bahan organik, nutrien, dan logam berat) dan pengaruhnya pada lingkungan dan kesehatan. Mengetahui pencemaran lingkungan akibat limbah cair, serta mengetahui prinsip pengelolaan limbah cair (minimisasi, reuse/recycling, treatment , dan discharge).

Page 4: Makalah Manling Fix

PEMBAHASAN

Pengertian Limbah Cair

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun mengatakan bahwa limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Keputusan Menteri Pertanian No. 818 Tahun 1998 tentang Laporan Pemantauan Limbah Cair Kegiatan/Usaha dan atau Industri Pertanian pasal 1 menyebutkan limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan/usaha dan atau industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sedangkan, menurut Enviromental Protection Agency (1977) mengatakan limbah cair adalah air yang membawa bahan padat terlarut tersuspensi dari tempat tinggal, kebun, bahan perdagangan, dan industri. Oleh karena itu, dapat disimpulkan limbah cair atau air buangan ( waste water) dalam cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Komposisi dari limbah cair menurut Sugiharto (1987) yaitu air limbah terdiri dari 99,9% air dan 0,1% bahan padat yang tersusun atas bahan organik (protein, karbohidrat, lemak) dan bahan anorganik (butiran, garam, metal).

Sumber, jumlah, dan karakteristik limbah cair

Sumber limbah dapat berasal dari berbagai kegiatan, yang secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu limbah cair domestik dan limbah cair industri. Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400 liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan perdagangan, ditambah dengan rembesan air tanah (infiltration). Limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya. Contoh dari limbah domestik adalah air bekas cucian, air bekas mandi, air bekas memasak, air limbah perkantoran, perdagangan, dan tempat-tempat ibadah. Sedangkan, limbah cair industri adalah buangan hasil proses atau sisa dari suatu kegiatan atau usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang (Asmadi 2012). Limbah industri lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik (Chandra 2006).

Penentuan karakteristik limbah cair dapat diketahui dari sifat-sifatnya dengan melihat berbagai parameter kualitas limbah cair tersebut. Berdasarkan hal tersebut, karakteristik limbah cair terdiri dari karakteristik fisik, karakteristik kimia, dan

Page 5: Makalah Manling Fix

karakteristik biologis. Karakter fisik ditentukan berdasarkan parameter total zat padat, total padatan terlarut, total tersuspensi, bau, temperatur, dan warna.

Kandungan total zat padat (total solid) dalam limbah cair didefinisikan sebagai seluruh perubahan yang tertinggal dari penguapan pada suhu 1030C sampai 1050C, sedangkan zat padat yang menguap pada suhu tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai zat padat. Total zat padat menurut ukurannya dapat dikelompokkan atas suspendes solid dan filtrable solid. Termasuk dalam suspended solid adalah bila padatan dapat ditahan dengan diameter minimum 1 mikron (1µ). Bagian dari suspended solid yang mengendap dalam Inhoff cone disebut settleabel solid yang merupakan taksiran voulem lumpur yang dpat dihilangkan melalui proses sedimentasi. Filtrable solid digolongkan atas colloidal solid dan dissolved solid, tergolong dalam colloidal solid adalah partikel yang berukuran antara 1 milimikron (1mµ) hingga 1µ. Sedangkan dissolved solid terdiri dari molekul dan ion organik maupun anorganik yang terkandung dalam air. Koloid ini tidak dapat dihilangkan dengan cara pengendapan dengan cara pengendapan biasa. Atas dasar ventilasi pada suhu 6000C zat padatan dapat pula dikelompokkan atas volatile suspended solid (fraksi organik) yang teroksidasi dan menjadi gas pada suhu tersebut dan fixed suspended solid (frajsu anorganik) yang tersisa dan tertinggal sebagai abu. Padatan terlarut (dissolve solids) ini terdiri dari berbagai macam material yang terlarut di dalam air, diantaranya mineral, garam, logam, serta anion. Sedangkan Total Dissolved Solids (TDS) merupakan jumlah dari padatan terlarut yang terdiri garam anorganik (terutama kalsium, magnesium, pottasium, sodium, bicarbonates, cchlorides dan sulfates dan sebagian kecil jumlah organik lain yang terlarut dalam air. Total Suspended Solids (TSS) merupakan hasil dari penyaringan padatan terlarut yang biasanya merupakan partikel koloid yang pengendapannya dilakukan dengan gravitasi. Bau limbah cair tergantung dari sumbernya, bau dapat disebabkan oleh bahan-bajan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air baik yang hidup maupun yang mati. Limbah cair mempunyai temperatur lebih itnggi daripada asalnya. Tinggi temperatur disebabkan oleh pengaruh cuaca, pengaruh kimia dalam limbah cair dan kondisi bahan yang dibuang ke dalam saluran limbah. Warna limbah cair menunjukkan kesegaran limbah tersebut, bila warna berubah menjadi hitam maka hal itu menunjukkan telah terjadi pencemaran.

Karakteristik kimia limbah cair disebabkan oleh adanya zat-zat organik didalam limbah cair yang berasal dari buangan manusia. Zat-zat organik tersebut dapat menghasilkan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap. Bahan kimia penting yang ada dalam limbah cair pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kandungan organik dan kandungan anorganik.

Pada umumnya berisikan kombinasi dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Elemen yang juga penting diantaranya belerang, fosfat, dan besi. Pada umumnya kandungan bahan organik yang dijumpai dalam limbah cair berisikan 40-60% protein, 25-50% karbohidrat, 10% bahan lainnya berupa lemak atau minyak. Jumlah dan jenis bahan organik yang semakin banyak sebagai contoh dalam pemakaian pestisida pertanian akan mempersulit pengelolaan limbah cair karena beberapa zat organik tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (Metcalf dan eddy 1991). Untuk menentukan kandungan organik dalam limbah cair umunya dipakai parameter biological oxygen demand (BOD) dan chemichal oxygen deman (COD). BOD adalah

Page 6: Makalah Manling Fix

banyaknya oksigen yang diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh bateri aerobik melalui proses biologis (biological oxidation) secara dekomposisi aerobik (Riady 1984). BOD ditentukan dengan mengukur oksigen yang diserap oleh sampel limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu, biasanya 5 hari, pada satu temperatur tertentu, umunya 200C. Pemeriksaan bakteri BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat limbah cair dan juga diperlukan untuk mendesain sistem penolahan limbah cair secara biologis di samping banyak dipakai untuk mengetahui cemaran organik (Mahida 1984). COD atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi zat-zat organik. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam air. Hasil pengukuran COD dapat dipergunakan untuk memperkirakan BOD ultimate atau nilai BOD tidak dapatditentukan kaena terdapat bahan-bahan beracun (Mahida 1984).

Kandungan anorganik terdiri dari DO (Dissolve Oxygen), pH, dan NH3

(ammonia). DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua makhluk hidup di air seperti ikan, udang, kerang, dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dlaam bahan organik manjadi kabondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurnag dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang, dan kerang akan mati. pH atau konsentrasi ion hidrogen merupakan parameter penting untuk kualitas air dan air limbah. pH sangat berperan dalam kehidupan biologi dan mikrobiologi. pH sangat berpengaruh dalam proses pengolahan air limbah. Baku mutu yang ditetapkan sebesar 6-9 pengaruh yang terjadii apabila pH terlalu rendah adalah penurunan oksigen terlarut, peningkatan aktivitas pernapasan serta penurunan selera makan. Oleh karena itu, sebelum limbah diolah, diperlkan pemeriksaan pH serta menambahkan larutan penyangga, gar dicapai pH yang optimal. Ammonia (NH3) merupakan senyawa alkali yang berupa gas tidak berwarna dan dapat larut dalam air. Pada kadar di bawah 1 ppm dapat dideteksi adanya bau yang menyengat. Kadar NH3 yang tinggi di dalam air selalu menunjukan adanya pencemaran. Dari segi estetika, NH3 mempunyai rasa kurang enak dan bau yang sangat menyengat, sehingga kadar NH3 harus rendah, pada air minum kadar NH3 harus nol dan pada air permukaan harus dibawah 0,5 mg/1 N (Alaerts dan Santika 1987).

Karakteristik biologis dari limbah cair tersebut berupa bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan. Protein adalah salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai kompleks, mudah terurai menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amino. Bahan yang mudah larut dalam air akan terurai menjadi enzim dan bakteri tertentu. Bahan ragi akan terfermentasi menghasilkan alkohol. Pati sukar larut dalam air, akan tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktifitas mikrobiologi. Bahan-bahan ini dalam limbah akan diubah oleh

Page 7: Makalah Manling Fix

mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sederhana seperti karbon dioksida dan air serta amoniak (Ginting 2006).

Limbah cair dalam industri

a. Industri CPOKomoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi pertanian

Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat dan mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional. Salah satu hasil olahan kelapa sawit adalah minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) saat ini merupakan sumber minyak nabati terbesar di dunia. Di dalam proses pembuatan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO) melalui Tandan Buah Segar (TBS) maka akan dihasilkan berbagai macam air buangan/limbah.

Pertama dihasilkan air limbah drain (kondesat) dari setiap proses memakai sterilizer di proses ini. Pada proses ekstraksi berikutnya, CPO diperas dengan memasukkan bahan baku ke dalam screw press. Pada proses ini, adakalanya air yang mengandung minyak merembes keluar dari berbagai fasilitas. Pada proses purifikasi CPO ditambahkan air pemanas bersuhu 90°C, lalu CPO dimurnikan dengan mengekstrak zatpengotor di dalam CPO ke sisi lapisan air pemanas. Dari proses ini, kandungan minyak yang ada di dalam air limbah panas berkisar 1%. Setelah itu, minyak yang telah dikumpulkan melalui pengutip minyak dikembalikan ke proses purifikasi, dan dikumpulkan sebagai CPO. Air limbah yang dihasilkan dan proses pemisahan minyak & air masih mengandung minyak, karena itu selain dan kandungan minyak terpisah mengapung pada tangki adjusting, kandungan padatan juga akan mengendap. Air limbah yang kandungan minyaknya telah dipisahkan dialirkan ke proses pengolahan air limbah. Terdapat beberapa macam air limbah yang dihasilkan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), antara lain air limbah yang dihasilkan dan proses pembuatan CPO, air limbah yang mengalir bersama air hujan yang dihasilkan di lokasi penempatan TBS di dalam pabrik, air limbah yang merembes keluar ke lantai di dalam pabrik dari fasilitas produksi & pipa dll (termasuk yang tercampur dengan air hujan), air limbah dan fasilitas utiliti seperti boiler dll, dan air limbah umum dari kantor dan lainnya. Pada pabrik yang umum, semua air limbah ini dijadikan dalam satu penampungan lalu diolah.

Berikut ini adalah beberapa karakter dan air limbah dan proses pembuatan CPO yang merupakan sumber air limbah yang utama. Fluktuasi volume alirnya besar, pada proses pembuatan CPO dengan tekanan uap, maka pengolahan TBS merupakan sistem batch tak kontinu, sehingga air limbah dihasilkan tiap 1 batch. Contohnya, pada perebusan TBS, waktu pengolahan 90 menit, sehingga air limbah (kondensat) juga akan dibuang dari proses ini tiap 90 menit. Dengan catatan, bila ada 3 unit ketel pemanas pada fasilitas yang sama, air limbah akan dibuang tiap 30 menit.

Mutu air limbah berubah, karena dioperasikan dengan sistem batch, timing pembuangan air limbah dari tiap proses adalah berbeda, dan sulitnya air limbah menjadi homogen karena banyak mengandung unsur polutan/minyak, maka mutu air limbah mudah berubah-ubah. Selain itu, kelapa sawit sebagai bahan baku juga adalah hasil pertanian yang berdampak ke mutu air limbah.

Page 8: Makalah Manling Fix

Kadar minyaknya tinggi, dan nilai BOD/COD sangat tinggi. Kondensat dari proses pemasakan TBS bersuhu tinggi diatas 90°C, dan merupakan air limbah dengan nilai BOD tinggi dan berkadar minyak tinggi. Selain itu, dari proses digesting, eksraksi & purifikasi, air panas ditambahkan guna pemurnian, sehingga banyak dibuang air limbah mengandung minyak yang mengandung sludge (padatan organik) berasal dari TBS pada konsentrasi tinggi.

b. Industri Tapioka

Limbah cair industri tapioka merupakan limbah yang bersumber dari proses pencucian singkong, pencucian alat, dan pemisahan larutan pati (Ciptadi dan Nasution, 1978). Pengolahan 1 ton singkong menjadi tepung tapioka menghasikan sekitar 4.000-6.000 liter limbah cair (Djarwati et al., 1993). Kualitas limbah cair industri tapioka biasanya diukur dari konsentrasi padatan tersuspensi, pH, COD, dan BOD. Spesifikasi mutu standar limbah cair industri tapioka didasarkan pada ketetapan Mentri Lingkungan Hidup tahun 1995. Baku mutu untuk limbah cair industri tapioka dapat dilihat pada Tabel 1.

Menurut Fajarudin (2002), karakteristik limbah cair industri tapioka meliputi: Warna limbah cair industri tapioka transparan disertai suspensi berwarna putih. Zat terlarut dan tersuspensi akan mengalami penguraian hayati dan kimia yang akan mengakibatkan perubahan warna. Hal ini disebabkan karena kadar oksigen di dalam limbah cair menjadi nol, sehingga air limbah berubah menjadi warna hitam. Untuk parameter warna, bau dan kekeruhan tidak tercantum dalam Standar Baku Mutu Limbah karena ketiga parameter tersebut sulit untuk dihilangkan sehingga membutuhkan biaya yang mahal untuk dapat mencapai suatu standar yang ditetapkan oleh pemerintah.

Limbah industri tapioka menimbulkan bau yang tidak enak, hal ini disebabkan oleh adanya pemecahan zat organik oleh mikroba. Bau menyengat yang timbul di perairan atau saluran, biasanya timbul apabila kondisi limbahnya sudah menjadi anaerob atau tidak ada oksigen yang terlarut. Bau tersebut timbul karena penyusun protein dan karbohidrat terpecah, sehingga timbul bau busuk dari gas alam sulfida.

Kekeruhan, adanya padatan terlarut dan tersuspensi di dalam air limbah tapioka menyebabkan air keruh. Kekeruhan ini terjadi karena zat organik terlarut yang sudah terpecah atau zat-zat tersuspensi dari pati, sehingga air limbah berubah menjadi emulsi keruh. Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, dimana molekul–molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tapi saling antagonistik dan biasanya terjadi pada air dan minyak (Winarno, 1992).

BOD (Biochemical Oxygen Demand), limbah cair industri tapioka mengandung pati, sedikit lemak, protein dan zat organik lainnya yang ditandai banyaknya zat-zat terapung dan menggumpal. Jumlah zat organik yang terlarut dalam limbah cair tapioka dapat diketahui dengan melihat nilai BOD. Jumlah zat organik yang terlarut dalam limbah cair tapioka dapat diketahui dengan melihat nilai BOD. Angka BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk keperluan aktivitas mikroba dalam memecah zat organik secara biologis di dalam limbah cair. Angka BOD dinyatakan dalam satuan mg/l atau ppm (part per

Page 9: Makalah Manling Fix

million) dan biasanya pula dinyatakan dalam beban yaitu gram atau kilogram per satuan waktu.

COD (Chemical Oxygen Demand), COD merupakan parameter limbah cair yang menunjukkan jumlah zat organik biodegradasi dan non biodegradasi dalam air limbah. Zat tersebut dapat dioksidasi oleh bahan kimia K2Cr2O7 dalam asam, misalnya sulfat, nitrit kadar tinggi, dan zat-zat reduktor lainnya. Besarnya angka COD biasanya dua sampai tiga kali lebih besar dari BOD.

pH limbah cair tapioka sangat dipengaruhi oleh kegiatan mikroba dalam pemecahan bahan organik. Air buangan cenderung asam, dan pada keadaan asam ini terlepas zat-zat yang mudah menjadi gas. Dari hasil percobaan, pada saat pembuatan tapioka pH larutan 6,51 namun setelah air limbah berumur tujuh jam mulai terjadi penurunan pH menjadi 5.8 setelah 13 jam pH menjadi 4.91 dan setelah satu hari menjadi pH 4.84 (Nurhasanah dan Pramudyanto, 1993).

Padatan Tersuspensi akan mempengaruhi kekeruhan air dan warna air. Apabila terjadi pengendapan dan pembusukkan zat-zat tersebut di dalam badan perairan penerima limbah cair, maka akan mengurangi nilai guna perairan tersebut. Sianida Industri tapioka kebanyakan menggunakan bahan baku singkong beracun, karena harganya murah. Singkong beracun adalah jenis singkong yang banyak mengandung sianida. Sianida sangat beracun, namun sejauh ini kandungan sianida bukan merupakan penyebab utama timbulnya kasus pencemaran oleh buangan industri tapioka.

Ubi kayu mengandung senyawa sianogenik linamarin. Komponen ini apabilaterhidrolisis dapat menjadi glukosa, aseton, dan asam sianida (HCN). HCN terhidrolisa jika kontak dengan udara (O2), oleh karena itu kandungan sianida bukan penyebab utama timbulnya pencemaran. Menurut Barana dan Cereda (2000), limbah cair industri tapioka memiliki kandungan sianida sebanyak 33,59 ppm.

c. Industri KulitKulit jadi adalah kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu

dan urat daging di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dan jumlah yang relatif banyak dan beberapa jenis bahan kimia, sehingga usaha ini akan menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai polutan organik dari bahan baku dan polutan kimia dari bahan pembantu proses.

Limbah cair industri penyamakan berasal dari larutan yang digunakan unit pemprosesan itu sendiri yaitu perendaman air, penghilangan bulu, pemberian bubur kapur, perendaman ammonia, pengasaman, penyamaan, pemucatan, pembarian warna coklat, dan pewarnaan dan dari bekas cuci , tetesan serta tumpahan. Penghilangan bulu dengan kapur dan sulfida biasanya merupakan penyumbang utama beban pencemaran dalam pabrik penyamaan. Limbah dengan BOD dan PTT tinggi berasal dari cairan bekas perendaman, cairan kapur bekas dan cairan penyamaan nabati. Ciran samak krom mengandung krom-trivalen kadar tinggi. Perendaman ammonia meninggalkan banyak campuran nitrogen-amonia dan sedikit bahan organik. Limbah cair dari operasi penghilangan bulu mengandung bulu dan sulfida (Santi DN 2004)

Sebagian besar industri kulit yang ada di Indonesia merupakan industri rumah tangga dan industri kecil yang berkembang di wilayah-wilayah tertentu, sehingga membentuk sentra-sentra industri. Industri ini mempunyai ciri-ciri yang hampir

Page 10: Makalah Manling Fix

sama, yaitu berkembang dengan modal usaha kecil, teknik produksi sederhana, belum mengutamakan faktor kelestarian lingkungan, belum mampu mengolah limbah yang dihasilkan samapai baku mutu yang berlaku, keselamatan dan kesehatan kerja kurang mendapatkan perhatian, kegiatan riset dan pengembangan usaha minim. Dengan kondisi demikian, maka sebagian besar industri masih sangat memerlukan adanya uluran tangan dari pemerintah untuk pengmebangan usaha peningkatan teknik produksi untuk meningkatkan kualitas produk, penggunaan teknik produksi yang ramah lingkungan, dan usaha pengolahan limbah guna melestarikan lingkungan.

Salah satu industri kulit yang memerlukan perhatian khusus adalah sentra industri kecil (SIK) pernyamakan kulit di Sukaregang, Garut yang berdiri sejak 1920. SIK ini menempati kawasan seluas 80 ha dengan jumlah pengrajin sebanyak 330. Kegiatan SIK ini sejak tahun 1998 mulai menurun karena krisi ekonomi yang melanda Indonesia, sehingga para pengrajin mengalami kesulitan untuk melakukan impor bahan baku dan untuk pembelian bahan kimia pembantu proses produksi. Dalam setiap produksi, limbah cair yang dihasilkan ±400 m3 per hari (Yulianti dkk 2005).

Meskipun beberapa pengusaha telah membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang dapat beroperasi dengan baik. IPAL terpadu juga telah dibangun oleh BAPEDAL dan Pemda dengan total kapasitas pengolahan 700 m3/ hari, tetapi belum ada yang beroperasi dengan benar. Dengan berkembangnya usaha penyamakan kulit SIK Sukaregang jumlah perusahaan semakin banyak. Sampai saat ini telah tercatat 330 usaha penyamakan kulit di SIK Sukaregang, sehingga limbah yang dihasilkan juga semakin besar. Dari data awal yang diperoleh, jumlah total limbah cair dari SIK Sukaregang sebanyak 6.000 m3/hari, sehingga IPAL yang telah ada tidak mampu lagi untuk mengolah limbah sampai memenuhi baku mutu yang berlaku.

Proses penyamakan banyak menggunakan air sebagai pelarut maupun sebagai pembersih. Air bekas proses penyamakan akan terbuang sebagai limbah cair. Kandungan polutan dalam limbah cair tersebut antara lain bahan kimia embantu proses, lemak, protein, dan bahan organik lainnya dari kulit dan daging (kotoran dari lokasi kerj, bulu, serpihan kulit dan daging). Limbah cair ini dihasilkan dari berbagai sumber (unit porses) dan setiap sumber yang ada akan menghasilkan limbah dengan karakteristik yang berlainan.

Polutan-polutan dalam limbah cair Industri

Dalam kegiatan operasional di Pabrik Kelapa Sawit, disamping akan dihasilkan produk utama (main product) berupa CPO dan PKO, juga akan dihasilkan produk sampingan (by-product), baik berupa limbah padat maupun limbah cair dan juga polutan ke udara bebas (khusus bagi PKS yang menggunakan incenerator). Limbah cair pabrik kelapa sawit adalah salah satu produk samping dari pabrik minyak kelapa sawit yang berasal dari kondensat dari proses sterilisasi, air dari proses klarifikasi, air hydrocyclone (claybath), dan air pencucian pabrik. Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung berbagai senyawa terlarut termasuk, serat-serat pendek, hemiselulosa dan turunannya, protein, asam organik bebas dan campuran mineral-mineral lihat Tabel 1 (Loekito 2002).

Page 11: Makalah Manling Fix

Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa pencemaran. Limbah cair pabrik kelapa sawit masih memiliki potensi sebagai pencemaran lingkungan karena berbau, berwarna, mengandung nilai COD, BOD serta padatan tersuspensi yang tinggi. Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke badan penerima, maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang tajam dan dapat merusak ekosistem badan penerima (Alaerts, G., 1987 dan Betty, J.S., 1996). Selain itu limbah cair kelapa sawit merupakan nutrien yang kaya akan senyawa organik dan karbon, dekomposisi dari senyawa-senyawa organik oleh bakteri anaerob dapat menghasilkan biogas (Deublein dan Steinhauster 2008). Jika gas-gas tersebut tidak dikelola dan dibiarkan lepas ke udara bebas maka dapat menjadi salah satu penyebab pemanasan global karena gas metan dan karbon dioksida yang dilepaskan adalah termasuk gas rumah kaca yang disebut-sebut sebagai sumber pemanasan global saat ini. Emisi gas metan 21 kali lebih berbahaya dari CO2 dan metan merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca terbesar (Sumirat dan Solehudin 2009).

Selain limbah cair dari industri kelapa sawit, ternyata industri tapioka juga menghasilkan banyak limbah cair yang cukup berbahaya. Limbah cair dari industri tepung tapioka mengandung senyawa-senyawa organik tersuspensi seperti protein, lemak, karbohidrat yang mudah membusuk dan menimbulkan bau tak sedap maupun senyawa anorganik yang berbahaya seperti CN, nitrit, ammonia, dan sebagainya (Lihat Tabel 2 dan 3). Hal inilah yang sering menjadi keluhan terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar industri tersebut karena dapat membahayakan kesehatan serta merusak keindahan. Oleh karena itu limbah cair industri tapioka tidak dapat langsung dibuang ke perairan karena air limbah akan mengalami infiltrasi dan perkolasi sehingga dapat mencemari air tanah. Sifat racun sianida ini sangat hebat karena dapat merusak hepar dan mengganggu proses sintesis ATP menjadi ADP (Riyanti dkk 2010).

Apabila air ini di buang ke badan air yang maka akan terjadi proses pembusukan organik yang terkandung didalamnya. Jika daya dukung alami dari badan air tersebut tidak cukup untuk menetralisir, akan terjadi penurunan kualitas sehingga daya guna dari badan air tersebut berkurang sehingga oksigen habis dan bakteri aerob akan hidup. Di dalam proses peruraian bahan senyawa organik akan pecah menjadi senyawa air yang lebih sederhana salah satu zat yang dihasilkan adalah bau busuk. Dalam jangka waktu tertentu jika terjadi pembusukan yang tidak sempurna, perairan berwarna putih kotor akan berubah menjadi hitam legam. Apabila jangka waktu peruraian berlangsung lama proses ini akan berlangsung terus sepanjang aliran sungai ke badan airnya. Pada jarak yang cukup jauh yang bau busuk yang sangat menusuk pada kondisi oksigen disertai perubahannya maka akan membusuk keseimbangan akuatik di dalam perairan sehingga produktifitas menurun atau bahkan memusnahkan biota perairan itu karena busuk serta warna dan kandungan zat yang terdapat didalam perairan sebagian bersifat racun yang akan berbahaya bagi kesehatan masyarakat sekitar (Prayitno 2008).

Limbah cair industri selanjutnya ialah industri penyamakan kulit. Industri penyamakan kulit merupakan salah satu contoh industri yang berbahaya karena menghasilkan sejumlah limbah, baik berupa padatan maupun cairan yang keduanya menimbulkan dampak pencemaran bagi lingkungan. Salah satu aktivitas biologis pada limbah penyamakan kulit yang memiliki pengaruh terhadap industri maupun

Page 12: Makalah Manling Fix

lingkungannya adalah adanya kemungkinan terjadinya cemaran mikroorganisme khususnya bakteri. Mengingat limbah penyamakan kulit sebagian besar terdiri atas protein, lemak dan air, maka potensi untuk menjadi media tumbuh bakteri sangatlah besar (Said dan Likadja 2012).

Limbah yang dihasilkan dari industri penyamakan kulit ini juga menimbulkan bau yang sangat menyengat oleh adanya pembusukan berbagai sisa kulit dan daging terutama lemak dan protein, serta limbah cair yang mengandung sisa bahan penyamak kimia seperti sodium sulfida, khrom, kapur dan amoniak. Khrom yang dikandung merupakan khrom trivalen (Cr3+) dan khrom heksavalen (Cr6+) yang sangat beracun. Limbah khrom heksavalen (Cr6+) bersifat lebih toksik daripada khrom trivalen (Cr3+). Khrom sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, di luar tubuh dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata, dan di dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaanLimbah cair tersebut juga mempunyai biological oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand (COD) yang sangat tinggi (Pawiroharsono 2008).

Pengaruh limbah cair pada lingkungan dan kesehatanSecara umum limbah cair dari berbagi industri sagat berbahaya bagi

kesehatan manusia. Menurut Munkono (2000) limbah cair dapat menyebabkan berbagai penyakit yang berasal dari mikrobiologi, seperti tifoid yang disebabkan kuman Salmonella thyposa, kolera disebabkan bakteri Vibrio kolera, Leptospirosis yang disebabkan Spicorocheata, Disentri yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica dan lain sebagainya. Selain dari mikrobiologi limbah cair yang mengandung BOD, COD, TTS, pH, dan Amonia dalam air dapat berbahaya bagi kesehatan, misalnya apabila limbah cari yang mengandung BOD dan COD rendah dibuang ke perairan akan menyebabkan tingginya bahan organik yang telah ditumbuhi bakteri-bakteri pathogen sehingga menimbulkan bau menyegat dan pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan penyakit kulit, iritasi pada mata dan pada titik ekstrim dapat menimbulkan keracunan akut.

Kegiatan industri telah banyak menimbulkan perubahan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Dampak dari kegiatan industri yang paling besar terlihat adalah pada daerah perairan. Beberapa dampak akibat pencemaran limbah cair diantaranya adalah dampak terhadap kualitas air permukaan dan air tanah, dampak terhadap biota air, dampak terhadap kesehatan, dampak terhadap estetika lingkungan, dan dampak terhadap udara (bau).

Semakin banyaknya jumlah limbah yang masuk ke lingkungan tanpa pengolahan menyebabkan semakin beratnya beban lingkungan untuk menampung dan melakukan degradasi terhadap limbah tersebut. Jika kemampuan lingkungan penerima limbah sudah terlampaui, akan mengakibatkan pencemaran dan terjadi akumulasi materi di lingkungan bersangkutan. Penumpukan materi tak terkendali akan menimbulkan berbagai dampak seperti bau menyengat, pemandangan yang kotor, dan menimbulkan masalah estetika lain yang tidak diharapkan.

Pencemaran lingkungan akibat limbah cairBerdasarkan hasil survei dan analisa kualitas air sungai dan air laut di daerah

sekitar kawasan industri tapioka, industri CPO, dan industri kulit menunjukkan bukti bahwa kualitasnya telah di bawah standar kualitas air permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa telah ada pembuangan limbah yang jumlahnya di atas daya

Page 13: Makalah Manling Fix

tampung lingkungan penerima, sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas air yang ada. Salah satu contohnya adalah kondisi kali mati di Muncar dan kondisi pantai di muncar yang terlihat kotor, hitam, dan banyak endapan atau padatan hasil pembusukkan bahan organik buangan dari lingkungan sekitarnya

Banyaknya zat pencemar yang ada dalam air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air limbah tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan yang ada dalam perairan yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dan mengurangi perkembangannya. Selain disebabkan oleh kurangnya oksigen, kematian kehidupan dalam air dapat juga disebabkan oleh adanya zat beracun. Selain kematian ikan-ikan, dampak lainnya adalah kerusakan pada tanaman/tumbuhan air.

Pengaruh langsung terhadap kesehatan banyak disebabkan oleh kualitas air bersih yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengingat sifat air yang mudah sekali terkontainasi oleh berbagai mikroorganisme dan mudah sekali melarutkan berbagai materi. Dengan kondisi sifat yang demikian air mudah sekali berfungsi sebagai media penyalur ataupun penyebar penyakit.

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam, antara lain : air sebagai media untuk hidup mikroba patogen; air sebagai sarang insekta penyebar penyakit; jumlah air bersih yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan dirinya; air sebagai media untuk hidup vektor penyebar penyakit. Beberapa contoh penyakit yang dapat ditimbukan oleh air adalah diare pada anak, Hepatitis A, dan polio. Masuknya berbagai polutan dari sumber pencemar ke manusia pada umumnya tidak terjadi secara langsung, tetapi lebih banyak melalui media jaring-jaring rantai makanan. Jika hal ini sudah terjadi, untuk mengatasinya memerlukan biaya yang sangat besar, waktu yang lama dan metode sulit untuk dilakukan dan pada umumnya dimulai dengan memutus rantai dari sumbernya.

Beberapa contoh pencemaran lingkungan akibat limbah cair adalah yang terjadi di daerah Jawa Timur yang disebabkan oleh PT Tjiwi Kimia, yaitu sengai yang ada di sekitar pabrik memiliki kandungan amonia yang tinggi, bau tidak sedap dan gagal panen ikan, aroma seperti minyak tanah, dan air sungai menjadi keruh. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya populasi mikro invertebrata dari golongan yang sensitiv dan didominasi oleh molusca dan cacing darat. Selain itu, terjadi penurunan populasi jenis remis.

Prinsip pengelolaan limbah caira. Minimasi

Pengelolaan limbah pada dasarnya bertujuan untuk mengendalikan pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan industri. Upaya pengelolaan limbah yang pertama sekali diupayakan adalah meminimisasi limbah dengan cara reduksi pada sumbernya dan diikuti dengan pemanfaatan limbah baik dalam pabrik (on-site), maupun di luar pabrik (off-site) tersebut. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang akan menyebar di lingkungan, secara preventif langsung pada sumber pencear.pemanfaatan limbah adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya yang menyebar di lingkungan, dengan cara memanfaatkannya melalui cara penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle), perolehan kembali (recovery). Setelah upaya minimisasi limbah dilakukan dengan maksimal, kemudian limbah yang terbentuk selanjutnya diolah dengan

Page 14: Makalah Manling Fix

memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. Setiap upaya pengolahan limbah umumnya akan menghasilkan sisa akhir, misalnya lumpur (sludge). Sisa akhir proses pengolahan limbah tersebut sebelum dibuang ke lingkungan, harus diolah terlebih dahulu, misalnya menggunakan matriks semen.

Minimasi pada industri CPO dapat dilakukan dengan tahap sterilsasi (15% jumlah limbah cair) dan penjernian (75% jumlah limbah cair) adalah sumber utama air limbah. Hidrolikon yang dipakai untuk memisahkan daging dari kulit keras (batok) juga merupakan sumber utama air limbah (10% jumlah limabah cair). Pensterilan tandan buah menghasilkan kondensat kukus dan air cuci. Air cuci juga dihasilkan oleh pemerasan minyak, pemisahan biji atau serat dan tahap pencucian daging-dalam. Air panas dipakai untuk mencuci ayakan getar sebelum tangki penjernih minyak. Air yang dipisahkan dari minyak dan dari Lumpur tangki penjernih merupakan sumber utama minyak, padatan tersuspensi dan bahan organick lain. Kondensat kukus berasal dari pensterilan, pengringan minyak, pemisahan biji dan pengeringan daging-dalam. Pemisahan buah dari tandan dan prosees pemasakan seharusnya tidak menghasilkan air limbah. Kilang yang efisien mengggunakan air 2 m3/ton hasil minyak, sedangkan kilang yang boros menghabiskan berlipat ganda. Kilang- kilang di Indonesia saat ini menggunakan kira-kira 5 m3/ton sampai 7 m3/ton hasil (1,0 sampai 1,4 m3/ton tandan buah segar).

Minimasi dalam industri kulit ini dapat dilakukan dengan 1) regenerasi (penjernihan cairan induk) dan penggunaan ulang larutan penyamak krom, 2) Daur ulang 100 % larutan penyamak nabati sekarang banyak diterapkan, 3) Pengumpulan limbah dari penghilangan sisa daging untuk pakan hewan atau bahan pembuatan lem, 4) Menyimpan bulu untuk dijual kepada pabrik karpet 5) Regenerasi lerutan penghilang bulu, 6) Penggunaan proses-proses baru seperti enzim,oksidasi, dimetilamin atu soda kostik untuk penghilangan bulu, dan 7) Penggunaan proses penyamaan krom baru, yang melibatkan asam dikarboksilat dan garam-garam sebagai pengganti krom.

Idealnya, suatu kegiatan industri berusaha untuk mencegah pencemaran sebelum pencemaran itu terjadi. Konsep pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi bersih yang akan melandasi program produksi bersih. Suatu pendekatan penting pada proses produksi bersih dalam suatu proses adalah menggunakan upaya minimisasi limbah. Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi, dengan jalan redduksi pada sumbernya dan/atau pemanfaatan limbah.

b. Reuse and RecyclingReused merupakan usaha dalam mencegah terjadinya sampah dengan cara

menggunakan kembali satu jenis produk secara berulang. Prinsip Reused telah diterapkan oleh beberapa produsen seperti dnegan prinsip isi ulang (refill). Reused merupakan sistem pencegahan terjadinya sampah dalm tingkat masyarakat. Menggunakan barang yang sudah tidak sesuai fungsinya untuk fungsi yang lain merpakan cara memperpanjang umur produk dan mencegahnya menjadi sampah.

Recycle merupakan hirarki terendah dalam upaya mengurangi sampah. Recycle banyak dilakukan pada posisi “pipe-end” dari barang produk atau dengan kata lain dilakukan setelah produk menjadi sampah. Limbah dari satu kegiatan

Page 15: Makalah Manling Fix

baik itu industri maupun perorangan belum tentu merupakan “limbah” bagi kegiatan atau orang lain.

c. TreatmentPengolahan air limbah dengan buantan alat dilakukan pada Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama), secondary treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment (pengolahan lanjutan) (lihat gambar 1). Primary treatment merupakan pengolahan pertama yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter (saringan) dan bak sedimentasi. Beberapa alat yang digunakan adalah saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan multimedia, percoal filter, mikrostaining, dan vacum filter. Secondary treatment merupakan pengolahan kedua, bertujuan untuk mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan menstabilisasikan zat organik dalam limbah. Pengolahan limbah rumah tangga bertujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik, nutrisi nitrogen, dan fosfor. Penguraian bahan organik ini dilakukan oleh makhluk hidup secara aerobik (menggunakan oksigen) dan anaerobik (tanpa oksigen). Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan mikroorganisme dengan bantuan oksigen sebagai electon acceptor dalam air limbah. Selain itu, aktivitas aerobik ini dilakukan dengan bantuan lumpur aktif (activated sludge) yang banyak mengandung bakteri pengurai. Hasil akhir aktivitas aerobik sempurna adalah CO2, uap air, dan excess sludge. Secara anaerobik, penguraian bahan organic dilakukan tanpa menggunakan oksigen. Hasil akhir aktivitas anaerobik adalah biogas, uap air, dan excess sludge. Tertiary treatment merupakan lanjutan dari pengolahan kedua, yaitu penghilangan nutrisi atau unsur hara, khususnya nitrat dan posfat, serta penambahan klor untuk memusnahkan mikroorganisme patogen.

Page 16: Makalah Manling Fix

PENUTUP

Simpulan

Limbah cair adalah air yang membawa bahan padat terlarut tersuspensi dari tempat tinggal, kebun, bahan perdagangan, dan industri. Komposisi dari limbah cair yaitu air limbah terdiri dari 99,9% air dan 0,1% bahan padat yang tersusun atas bahan organik (protein, karbohidrat, lemak) dan bahan anorganik (butiran, garam, metal). Sumber limbah dapat berasal dari berbagai kegiatan, yang secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu limbah cair domestik dan limbah cair industri. Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya.

Penentuan karakteristik limbah cair dapat diketahui dari sifat-sifatnya dengan melihat berbagai parameter kualitas limbah cair tersebut. Berdasarkan hal tersebut, karakteristik limbah cair terdiri dari karakteristik fisik, karakteristik kimia, dan karakteristik biologis. Karakter fisik ditentukan berdasarkan parameter total zat padat, total padatan terlarut, total tersuspensi, bau, temperatur, dan warna. Karakteristik kimia limbah cair disebabkan oleh adanya zat-zat organik didalam limbah cair yang berasal dari buangan manusia. Zat-zat organik tersebut dapat menghasilkan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap. Bahan kimia penting yang ada dalam limbah cair pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kandungan organik dan kandungan anorganik.Karakteristik biologis dari limbah cair tersebut berupa bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan. Protein adalah salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai kompleks, mudah terurai menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amino.

SaranSebaiknya responsi yang dilakukan terjadi secara aktif yaitu presentator

mempresentasikan secara komunikatif dengan audience dan sebaliknya audience dapat bertanya tentang materi tersebut. Materi limbah cair ini juga sebaiknya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengurangi penggunaannya unutk masa depan yang lebih baik.

Page 17: Makalah Manling Fix

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts G.1987.Metode Penelitian Air. Surabaya (ID) : Usaha Nasional Asmadi. 2013. Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Cetakan Pertama.

Yogyakarta(ID): Gosyen Publishing.Chandra B.2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta(ID): Penerbit buku

kedokteran . Deublein D dan Steinhauster A.2008. Biogas from Waste and Renewabe Resources. An Introduction. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, WeinheimLoekito H.2002.Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol 3 (3) : 25.Mukono HJ.2000. Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan . Surabaya (id) : Airlangga

University Press.Ngan M A.2000.Management Of Palm Oil Industrial Effluents. Advance In Oil Palm

Research.Vol. 2(1): 3-5Pawiroharsono S.2008. Penerapan Enzim Untuk Penyamakan Kulit Ramah

Lingkungan.Jurnal Teknik LIngkungan.Vol 9. No 1: 51-58.Prayitno H T.2008.Pemisahan Padatan Tersuspensi Limbah Cair Tapioka Dengan

Teknologi Membran Sebagai Upaya Pemanfaatan Dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan [Tesis].Semarang (ID) : Universitas Diponegoro

Rahmatul R H, Avief N, Nonot S dan Siti N.2013.Produksi Biogas Dari Limbah Cair Industri Tepung Tapioka Dengan Reaktor Anaerobik 3.000 Liter Berdistributor. Jurnal Teknik Pomits. Vol 2 (1) : 3.

Riyanti F, Lukitowati P dan Afrilianza.2010. Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka. Jurnal Penelitian Sains. Vol. 13 (3): 5-7.

Said M I dan Likadja J C.2012.Isolasi dan Identifikasi Bakteri Yang Berpotensi Sebagai Penghasil Enzim Protease Pada Industri Penyamakan Kulit PT. ADHI SATRIA ABADI (ASA).Jurnal Ilmu Teknologi Pertanian.Vol 2(2) : 8.

Santi DN.2004. Pengelolaan Limbah Cair Pada Industri Penyamakan Kulit Industri Pulp Dan Kertas Industri Kelapa Sawit.Medan (ID): e-USU Repository.

Sumirat U dan Solehudin A.2009. Nitrous Oksida(N2O) Dan Metan (CH4) Sebagai Gas Rumah Kaca. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia. Vol. 7:2.

Yulianti D, Winarno K, Mudyantini W.2005. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Karet PTPN IX Kebun Batu Jamus Karanganyar Hasil Fitoremediasi dengan Azolla microphylla Kaulf untuk Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa Linn.).BioSMART. Vol 7 (2): 125.

Page 18: Makalah Manling Fix

Lampiran

Tabel 1. Sifat dan Komponen LCPKS

ParameterRata-rata

(mg/l)

Minyak 4000COD 25000

BOD 50000Total Solid 40500

Suspended Solid 18000Total Volatile Solid 34000

Total Nitrogen 750Mineral Rata-rata

Kalium 2270Magnesium 615

Kalsium 439

Besi 46,5Tembaga 0,89

(Ngan 2000)

Tabel 3. Kandungan Bahan Organik

per 100 gr Limbah Cair Tapioka

NutrisiKandungan

(gr)

Karbohidrat 25,37Lemak 0,19Serat 1,2Protein 0,91

(Rahmatul dkk 2013)

Gambar 1. Wastewater treatment

Tabel 2. Karakter Limbah Cair Tapioka danPeraturan Pemerintah

(Rahmatul dkk 2013)

Parameter JumlahBatas Peraturan

COD, (mg/l)

36000 400

pH 6 6 – 9densitas, (mg/l) 1.063 -

Page 19: Makalah Manling Fix