makalah mandiri sp 26

55
Evaluasi Program Puskesmas Mengenai Pemberantasan Panyakit DBD Prilly Pricilya Theodorus Semester Pendek Blok 26 / PBL 26 / 102009160 / B4 Februari 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510 e-mail : [email protected] Abstrak Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Oleh menteri Kesehatan Republik Indonesia, DHF telah ditetapkan menjadi salah satu penyakit menular yang harus dilaporkan dalam waktu satu kali dua puluh empat jam. Hal ini disebabkan karena angka kematian yang tinggi, angka kesakitan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, daerah yang terjangkit semakin meluas khususnya di daerah perkotaan yang padat dan adanya beberapa Kejadian Luar Biasa (KLB) yang berdampak pada bidang pariwisata. Penyakit DHF dalam dua puluh tahun terakhir merupakan penyakit yang menimbulkan keresahan masyarakat karena menyerang terutama pada anak-anak dan terjadinya kematian yang mendadak sesudah demam tinggi mendadak,

Upload: vithari-anna

Post on 13-Aug-2015

212 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Mandiri Sp 26

Evaluasi Program Puskesmas Mengenai Pemberantasan Panyakit DBD

Prilly Pricilya Theodorus

Semester Pendek Blok 26 / PBL 26 / 102009160 / B4

Februari 2013

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510

e-mail : [email protected]

Abstrak

Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia. Oleh menteri Kesehatan Republik Indonesia, DHF telah ditetapkan

menjadi salah satu penyakit menular yang harus dilaporkan dalam waktu satu kali dua puluh

empat jam. Hal ini disebabkan karena angka kematian yang tinggi, angka kesakitan cenderung

meningkat dari tahun ke tahun, daerah yang terjangkit semakin meluas khususnya di daerah

perkotaan yang padat dan adanya beberapa Kejadian Luar Biasa (KLB) yang berdampak pada

bidang pariwisata. Penyakit DHF dalam dua puluh tahun terakhir merupakan penyakit yang

menimbulkan keresahan masyarakat karena menyerang terutama pada anak-anak dan terjadinya

kematian yang mendadak sesudah demam tinggi mendadak, serta menyerang beberapa anggota

keluarga secara bersamaan atau selang beberapa hari dan penyakit ini sulit diramalkan

kesudahannya. Pada saat wabah menyerang anak-anak dengan tanda demam tinggi disertai

perdarahan dan syok. Vektor penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti yang banyak di

perkotaan dan Aedes Albopictus (transmitan co-vector) di perdesaan. Penularan DHF berkaitan

dengan musim penghujan khususnya pada permulaan dan pada akhir musim. Adapula jika cepat

terdeteksi dan ditangani dini, maka prognosisnya akan baik.

Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, penyakit menular, KLB, vektor nyamuk, musim hujan.

Page 2: Makalah Mandiri Sp 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu masalah kesehatan masyarakat

penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa dengan

kematian yang besar. 1

Di Indonesia nyamuk penular (vector) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti,

Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris,tetapi sampai saat ini yang menjadi vector utama dari

penyakit DBD adalah Aedes aegypti.1

Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang di tularkan melalui tusukan

nyamuk Aedes aegypty. Biasanya ditandai dengan demam yang bersifat bifasik selama 2-7 hari,

ptekie dan adanya manifestasi perdarahan, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai

manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan rejatan (syok) dan kematian.

Kejadian Luar Biasa DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence rate(IR)=

35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar

10,17%, namun pada tahun berikutnya IR cenderung meningakat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66

(tahun 2001); 19,24 (tahun 2002) dan 23,87 (tahun 2003).

Jumlah kasus DBD di Indonesia sebagai berikut, 44.548 orang (1996), dengan jumlah

kematian sebanyak 1.234 orang, tahun 1998 sejumlah 72.133 orang, denan jumlah kematian

sebanyak 1.414 orang. Tahun 1999 jumlah kasus 21.134 orang, tahun 200 jumlaj kasus 33.443

orang, tahun 2001 jumlah kasus 45.904 orang, tahun 2002 jumlah kasus 26.015 orang, dengan

jumlah kematian sebanyak 389 orang dan tahun 2005 jumlah kasus 38.635 orangm dengan

jumlah kematain sebanyak 539 orang.

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena

semakin baiknya sarana transporatasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku

masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vector nyamuk hampir pada di

seluruh pelosok tahan air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

Penyakit DBD sampai saat ini mesih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang utama di Indonesia. Sampai sekarang penyakit DBD belum di temukan obat maupun

vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah penyakit ini dengan memutuskan rantai

penularan yaitu dengan pengendalian vector. Vector utama penyakit DBD di Indonesia adalnya

Page 3: Makalah Mandiri Sp 26

nyamuk aedes aegypti. Tempat yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah genangan air

yang terdapat dalam wadah (container) tempat penampungan air artificial misalnya drum, bak

mandi, gentong, ember dan sebagainya; tempat penampungan air alamiah misalnya lubang

pohon, daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu; ataupun bukan tempat penampungan air

misalnya vas bunga, ban bekas, botol keras, tempat minum burung dan sebagainya.

Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan kita dengan cara 3M,

yaitu menguras tempat penampungan air dengan menyikat bagian dalam dan harus dikuras

paling sedikit seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan menimbun

dalam tanah barang-barang bekas ataupun sampah yang dapat menampung air hujan.

Insiden penyebaran penyakit DBD di pengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas

penduduk, kepadatan penduduk, adannya container buatan maupun alami di tempat pembuangan

akhir akhir sampah (TPA) ataupun di tempat sampah lainnya, penyuluhan dan perilaku

masyarakat, antara lain: pengetahuan, sikap, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),

foffing, abatisasi, dan pelaksanaan 3M (menguras, menutup dan mengubur).

Selain itu, pemerintah melalui puskesmas memberikan bantuan berupa pengasapan sarang

nyamuk (fogging) dan memberikan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk bagi daerah

yang memiliki penderita DBD (Depkes, 2004). Penyakit DBD mudah berkembang oleh karena:

antara rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak terbang aedes

aegypti 40-100 meter. Aedes aegypty betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitu

menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.

Kasus DHF cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan oleh

beberapa factor diantaranya: perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk; karena

pengaruh musim hujan, puncak gigitan terjadi pada pagi dan sore hari, perubahan musim

mempengaruhi manusia sendiri dalam bersikapnya, misalnya dengan lebih banyak berdiam

dirumah selama musim hujan. Jumlah penderita dan luas daerah penyebaran semakin bertambah

dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

1.2. Tujuan

o Untuk mengetahui upaya manajemen program puskesmas dalam melakukan

pemberantasan DHF melalui tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, serta

protektif.

Page 4: Makalah Mandiri Sp 26

o Untuk melatih masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

o Untuk mengetahui status kejadian DHF disuatu wilayah.

o Mempelajari tentang Program-program puskesmas dalam melakukan pemberantasan

penyakit-penyakit melular yaitu Demam Berdarah Dengue

o Mempelajari tentang bagaimana peran Dokter di puskesmas dalam menjalankan tugasnya

sebagai pelayan kesehatan bagi masyarakat

o Mempelajari tentang peran dan fungsi Puskesmas bagi masyarakat

o Mempelajari tentang Upaya Kesehatan Pokok Puskesmas

Page 5: Makalah Mandiri Sp 26

BAB II

PEMBAHASAN

Skenario : Pada akhir tahun berdasarkan evaluasi program pemberantasan DHF masih

didapatkan prevalensi DHF berkisar 18% dengan tingkat CFR 4%. Rata-rata penderita datang

terlambat sehingga terlambat juga dirujuk ke Rumah Sakit. Berdasarkan pemantauan jentik,

didapatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah 60%. Berdasarakan pemantauan jentik didapatkan

angka bebas jentik 60 %. Dilihat dari situasi endemisitas desa, maka beberapa desa termasuk

desa endemis dan sisanya termasuk desa sporadik. Kepala Puskesmas akan melakukan

revitalisasi program pemberantasan DHF dan ingin didapatkan insidens yang serendah-

rendahnya dan CFR serendah-rendahnya dan CFR 0%.

A. Epidemiologi DBD

a. Agent : Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh

virus dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses)

yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family falvivirus, family flaviviridae dan

mempunyai 4 jenis serotype yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Yang di tularkan

melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini

terdapat di hampir seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih

dari 1000 meter diatas permukaan air laut.

Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype bersangkutan,

sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak

dapat memberi perlindungan yang memadai terhadap serotype yang lain. Serotype 3

merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukan

manifestasi klinis yang berat.1,2

b. Pejamu (host): virus dengue ditularkan kepada manusia lewat gigitan nyamuk Aedes

aegypty. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat mengigit

manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang ada dalam kelenjar liur

berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic ebcubation period) sebelum dapat di

Page 6: Makalah Mandiri Sp 26

tularkan kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina

dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission) , namun perananya dalam

penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam

nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidup (infektif). Didalam

tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period)

sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat

terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari

sebelum panas sampai 5 hari setelah demem timbul. 1,2,3

c. Lingkungan (environment).2,3

Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan vektor, sehingga

berpengaruh pula terhadap penularan penyakit DBD, antara lain sebagai berikut.

1) Lingkungan fisik, terdiri dari genangan air, khususnya genangan air yang tidak

kontak langsung dengan tanah, tempat penampungan air, air di pelepah atau batang

pisang, air di kaleng bekas atau ban bekas dan tanaman hias.

a. Letak geografis: Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di

berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik seperti Asia Tenggara,

Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap

tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang

dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda.

Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam

lima hari kadang-kadang disebut demam sendi. Disebut demikian karena demam

yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan

nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem

kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang

menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain

b. Musim: Secara nasional penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia setiap

tahun terjadi pada buan September s/d Februari dengan puncak pada bulan

Desember atau Januari yang bertepatan dengan waktu musim hujan.

Page 7: Makalah Mandiri Sp 26

Akan tetapi Untuk kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya

musim penularan terjadi pada bulan Maret s/d Agustus dengan puncak terjadi pada

bulan Juni atau Juli.4

2)  Lingkungan biologi: terdiri dari tanaman yang dapat menampung air pada

pelepah, daun maupun batangnya.

a. Populasi: Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi

virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah

insiden kasus DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan

semakin besar peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat

menyebar dengan cepat dalam suatu wilayah.

b. Nutrisi: Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada

hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi

peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik,

maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.

3)  Lingkungan sosial-ekonomi, berupa perilaku masyarakat yang kurang

memperhatikan kebersihan lingkungannya, terutama menguras bak atau tempat

penampungan air dan sampah-sampah yang dapat menampung air.

Puskesmas:4,5

Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan

kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat

pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau

kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian

wilayah kecamatan.

Tujuan:

Mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja

puskesmas.4

Page 8: Makalah Mandiri Sp 26

Fungsi:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

- Berupaya menggrakkan lintas sector dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar

menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

- Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap

program pembangunan di wilayah kerjanya.

- Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan dan pemulihan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat:

- Memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat

untuk hidup sehat.

- Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan.

- Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan.

- Pelayanan kesehatan perorangan

- Pelayanan kesehatan masyarakat

Kegiatan Pokok Puskesmas

Kegiatan pokok Puskesmas dikembangkan dari Basic Health Care Services (WHO) yang dikenal

sebagai Basic Seven yang terdiri atas :5

a. Mother and Child Health Care

b. Medical Care

c. Environmental Sanitation

d. Health Education

e. Simple Laboratory

f. Communicable Disease Control

g. Simple statistic

Page 9: Makalah Mandiri Sp 26

Pada Rakernas ke 111/1970, ditetapkan 6 Usaha Kesehatan Pokok seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta keinginan program di Tingkat Pusat, maka berkembang

menjadi 18 Usaha Kesehatan Pokok.

Upaya Kesehatan

Puskesmas bertangung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat.

Ada 2 Upaya :

a. Upaya kesehatan Wajib

Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmern nasional,regional dan global serta

mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyrakat. Upaya ini

harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia, meliputi:

- Upaya Promosi Kesehatan

- Upaya Kesehatan Lingkungan

- Upaya Kesehatan Ibu & Anak Serta Kb

- Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

- Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular

- Upaya Pengobatan

b. Upaya Kesehatan Pengembangan

Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di

masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan ini

meliputi:

- UpayaKesehatanSekolah

- UpayaKesehatanOlahraga

- UpayaKesehatanKesehatanMasyarakat

- UpayaKesehatanKerja

- UpayaKesehatanGigidanMulut

- UpayaKesehatanJiwa

- UpayaKesehatanMata

- UpayaKesehatanusialanjut

- UpayaPembinaanPengobatanTradisional

Page 10: Makalah Mandiri Sp 26

Stuktur Organisasi Puskesmas

- Kepala Puskesmas

- Unit Tata Usaha

- Unit Pelaksana Teknis Fungsional

Upaya Kesehatan Masyarakat

Upaya Kesehatan perorangan

- Jaringan Pelayanan

Puskesmas pembantu

Puskesmas Keliling

Bidan di Desa/Komunitas

Fungsi Petugas Puskesmas

1. Petugas Medis :

a. Dokter Umum : Melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel, pustu, posyandu.

b. Dokter Gigi :Melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, puskel, pustu.

c. Dokter Spesialis : Khusus untuk puskesmas rawat inap bagus juga ada kunjungan

dokter spesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan

penyakit dalam.

2. Petugas Para Medis :

a. Bidan : Pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana asuhan kebidanan.

b. Perawat Umum : Pendamping tugas dokter umum, pelaksana asuhan keperawatan umum.

c. Perawat Gigi : Pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan keperawatan gigi.

d. Perawat Gizi: Pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah gizi masyarakat.

e. Sanitarian : Pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan institusi lainnya.

f. Sarjana Farmasi: Pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan kesehatan.

g. Sarjana Kesehatan Masyarakat :Pelayanan administrasi, penyuluhan, pencegahan dan

pelacakan masalah kesehatan masyarakat.

3. Petugas Non Medis :

a. Administrasi :Pelayanan administrasi pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas.

b. Petugas Dapur :Menyiapkan menu masakan dan makanan pasien puskesmas perawatan.

Page 11: Makalah Mandiri Sp 26

c. Petugas Kebersihan: Melakukan kegiatan kebersihan ruangan dan lingkungan puskesmas.

d. Petugas Keamanan: Menjaga keamanan pelayanan khususnya ruangan rawat inap.

e. Sopir: Mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayanan puskesmas keliling di luar gedung

puskesmas.

Peran Dan Fungsi Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas merupakan seorang dokter atau sarjana bidang Kesehatan.

Kepala Puskesmas mempunyai tugas memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan pelaksanaan

pelayanan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat dalam wi1ayah kerjanya.

Peranan Kepala Puskesmas

a. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Seorang Dokter.

b. Dokter Kepala Puskesmas Sebagai Seorang Manajer

- Organisasi Tatalaksana

- Bimbingan Teknis dan Supervisi

- Hubungan Kerja antar Instansi Tingkat Kecamatan

- Dokter puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayah kerjanya.

c. Dokter kepala puskesmas sebagai tenaga ahli pendamping camat

Tugas Kepala Puskesmas:

a. Membuat perencanaan puskesmas

Menganalisa kondisi, situasi dan kinerja puskesmas, apakah sudah baik, masih kurang

ataukah banyak yang belum beres, kemudian menentukan perencanaan kegiatannya.

b. Mengatur pelayanan puskesmas

Menata apa saja jenis kegiatan program pelayanan, siapa saja yang akan

menjalankannya bersama seluruh staf puskesmas

c. Menggerakkan pegawai puskesmas

Mendorong segenap komponen pelayanan puskesmas untuk melaksanakan tugas pokok

sesuai fungsinya dalam pelayanan kepada masyarakat

d. Mengevaluasi kinerja puskesmas

Page 12: Makalah Mandiri Sp 26

Menelaah hasil pencapaian program puskesmas secara terpadu dengan instansi terkait,

sebagai pedoman untuk menentukan perencanaan pelayanan puskesmas.

e. Menggalang kerjasama pelayanan puskesmas

Menjalin kerjasama internal puskesmas dan eksternal puskesmas, antara staf, pegawai,

petugas, aparat, pejabat, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan yang lainnya,

khususnya diwilayah kerja puskesmas

Peranan Dokter di Puskesmas

Tugas Pokok

Mengusahakan agar fungsi Puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik dan dapat

memberi manfaat kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Fungsi

- Sebagai seorang dokter

- Sebagai seorang manajer

Kegiatan Pokok

- Melaksanakan Fungsi Manajerial

- Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita. Menerima rujukan dan konsultasi.

- Mengkoordinir pembinaan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD

Kegiatan Lain: Menerima konsultasi dari semua kegiatan Puskesmas

Lima tugas utama seorang manajer atau kepala puskesmas, untuk menjalankan prinsip

manajemen puskesmas berikut ini:

1. Membuat perencanaan Puskesmas :menganalisa kondisi, situasi dan kinerja

puskesmas, apakah sudah baik, masih kurang ataukah banyak yang belum beres,

kemudian menentukan perencanaan kegiatannya.

2. Mengatur pelayanan Puskesmas : menata apa saja jenis kegiatan program

pelayanan, siapa saja yang akan menjalankannya bersama seluruh staf puskesmas

3. Menggerakkan pegawai Puskesmas : mendorong segenap komponen pelayanan

puskesmas untuk melaksanakan tugas pokok sesuai fungsinya dalam pelayanan

kepada masyarakat

Page 13: Makalah Mandiri Sp 26

4. Mengevaluasi kinerja Puskesmas :menelaah hasil pencapaian program puskesmas

secara terpadu dengan instansi terkait, sebagai pedoman untuk menentukan

perencanaan pelayanan puskesmas.

5. Menggalang kerjasasam pelayanan Puskesmas: menjalin kerjasama internal

puskesmas dan eksternal puskesmas, antara staf, pegawai, petugas, aparat,

pejabat, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan yang lainnya, khususnya

diwilayah kerja puskesmas

B. Sistem Puskesmas

Dalam menangani sebuah kasus permasalahan, perlu dievaluasi ulang apa saja pembentuk

unsur-unsur daripada pelaksanaan suatu program. Dalam hal ini yang perlu ditinjau ulang ialah

sistem daripada permasalahan tersebut. Sistem adalah gabungan elemen yang dihubungkan oleh

proses/struktur yang berfungsi untuk menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Ciri-ciri

sistem ialah:

- Mempunyai tujuan

- Terdiri dari beberapa elemen yang membentuk suatu kesatuan

- Mengubah input menjadi output

- Dipengaruhi oleh lingkungan

- Mempunyai mekanisme pegendalian mengatur diri sendiri dan adaptasi

Page 14: Makalah Mandiri Sp 26

Gambar 1. Skema sebuah Sistem8

Terdapat empat macam fungsi administrasi yang sudah disederhanakan menurut George R.

Terry, antara lain:6,7

i. Planning (perencanaan)

Menurut Billy E. Goets, planning adalah kemampuan untuk memilih satu kemungkinan dari

beberapa kemungkinan yang tersedia yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan. Dalam

kehidupan sehari-hari dikenal beberapa istilah yang agak identik dengan perencanaan.9 Istilah

yang dimaksud adalah:6

Peramalan (forcasting)

Penyelesaian masalah (problem solving)

Penyusunan program (programming)

Penyusunan rancangan (designing)

Pengkajian kebijakan (policy analysis)

Proses pengambilan keputusan (decision making process)

Macam perencanaan ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana, tingkatan rencana

maupun dari ruang lingkup adalah:7

i) Ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana dalam waktu jangka panjang, jangka

menengah atau jangka pendek

ii) Ditinjau dari tingkatan rencana dari aspek induk, operasional atau harian

iii) Ditinjau dari ruang lingkup yang mencakupi

Strategik

Taktis

Menyeluruh

Terpadu

Unsur-unsur planning (perencanaan) antara lain adalah rumusan misi, rumusan masalah,

rumusan tujuan umum dan khusus, rumusan kegiatan, asumsi perencanaan, strategi

Page 15: Makalah Mandiri Sp 26

pendekatan, waktu, organisasi dan tenaga pelaksana, biaya dan metoda penilaian dan

kriteria keberhasilan

ii. Organization (pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk

melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat

dicapai dengan memuaskan. Definisi lain menyebutkan pengorganisasian adalah pengaturan

sejumlah personil yang dimiliki untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah

disepakati dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggungjawabnya.9 Unsur-

unsur pokok dalam pengorganisasian antara lain:6

Hal yang diorganisasikan seperti kegiatan, tenaga pelaksana

Proses pengorganisasian

Hasil pengorganisasian.Prinsip pokok organisasi antara lain:

Mempunyai pendukung

Mempunyai tujuan

Mempunyai kegiatan

Mepunyai pembagian tugas

Mempunyai perangkat organisasi

Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang

Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah danarah.

iii. Actuating (penggerakkan/pelaksaanaan)

Actuating (penggerakkan/pelaksaanaan) adalah melaksanakan rencana yang telah dibuat dan

yang telah ditetapkan bentuk organisasi yang akan melaksanakan rencana tersebut. Sebagai

seorang manager didalam pelaksanaan rencana/program (kesehatan) harus mempunyai

pengetahuan/ kemampuan :6,9

Motivasi (motivation)

Komunikasi (communication)

Kepemimpinan (leadership)

Pengarahan (directing)

Page 16: Makalah Mandiri Sp 26

Pengawasan (controlling)

Supervisi (supervision)

iv. Controlling (pengawasan)

Controlling adalah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan

pelaksana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana. Definisi lain

menyebutkan controlling (pengawasan) adalah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu

program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sehingga tujuan yang telah

ditetapkan dapat tercapai. Untuk melaksanakan pengawasan perlu diperhatikan:6,9

Obyek pengawasan, yaitu hal-hal yang akan diawasi dari pelaksanaan program

Metoda pengawasan, yang merupakan mekanisme umpan-balik

Proses pengawasan, merupakan langkah – langkah yang terdiri: merumuskan rencana,

tujuan dan standar pengawasan, mengukur penampilan, membandingkan hasil dengan

standar, menarik kesimpulan dan melaksanakan tindak lanjut

1. Man

Dokter

Menjadi seorang dokter adalah sebuah aktivitas mulia bila dilandasi dengan niat yang

baik. Selain mempelajari berbagai macam teori mengenai penyakit dan obat-obatan

yang sangat detail, seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang

lain, agar dapat memberikan pelayanan holistik pada pasiennya.

WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam “ 5 stars doctor”,

antara lain:

1. Health care provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter

sebagai tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya.

Tindakan kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan

rehabilitatif.

2. Decision maker (pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu

memberikan keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut

pandang medis dari ilmu yang dikuasainya.

Page 17: Makalah Mandiri Sp 26

3. Community leader (pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat,

seorang dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat

menjadi contoh bagi komunitas disekelilingnya

4. Manager (manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari

sebuah lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu,

kemampuan mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga

merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.

5. Communicator (penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti

memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di

masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan

kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi,

menyampaikan sesuatu dengan baik merupakan softskill yang harus dimiliki setiap

dokter

Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan

tenaga kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian

dan petugas administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-

masing disiplin ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas

profesi.

Koordinator P2M dan PKM

Petugas Laboratorium

Petugas Administrasi

Kader aktif

Jumantik

2. Money:

Dana untuk pelaksanaan program dapat diperoleh di:

1. APBD : sebagai contoh, APBD menyediakan

anggaran untuk pengawasan dan monitoring, sarana diagnosis,

bahan cetakan, kegiatan pemecahan masalah di kotamadya.

Page 18: Makalah Mandiri Sp 26

2. Swadaya Masyarakat : contoh, menyediakan anggaran untuk

operasional, pemeliharaan, pelaksanaan, pencegahan dan

penanggulangan DBD

3. Matrial:

Medis

Meliputi hal-hal dibawah ini :

a. Poliklinik set : stetoskop, timbangaan BB, thermometer, tensimeter, senter

b. Alat pemeriksaan hematokrit

c. Alat penyuluhan kesehatan masyarakat

d. Formulir laporan Standart Operasional dan KDRS (kasus DBD di Rumah

Sakit)

e. Obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik)

f. Buku petunjuk program DBD

g. Bagan penatalaksanaan kasuk DBD

h. Larvasida

Non-Medis

Meliputi hal-hal dibawah ini :

a. Gedung puskesmas

b. Ruang tunggu

c. Tuang administrasi

d. Ruang periksa

e. Ruang tindakan

f. Laboratorium

g. Apotik

h. Perlengkapan administrasi

i. Formulir laporan

4. Method:

Terdapat metode untuk:

Page 19: Makalah Mandiri Sp 26

1. Penemuan penderita tersangka DBD

Kasus dilihat dari jumlah suspek DBD yang datang ke puskesmas

2. Rujukan penderita DBD

Semua kasus tersangka dilaporkan 1 x 24 jam

3. Diagnosis pasti penderita DBD: ditegakan bila mememukan criteria klinis

pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi serta didapatkan

peningkatan (positif) pada pemeriksaan Elisa (IgM/IgG)

4. Surveilans kasus DBD: dilakukan berdasarkan lapaoran kasus setiap

klinik, dokter praktek umum, puskesmas serta rumah sakit

5. Surveilans vector DBD: : pemantauan jentik berkala (PJB) dilakukan oleh

petugas kesehatan dan jumantik di tempat-tempat penampungan air (TPA)

yang menjadi perindukan nyamuk (bak mandi, drum, vas bunga, kaleng

bekas) di rumah-rumah yang di pilih secara acak dan dilaksanakan secara

acak dan dilaksanakan secara teratur setiap 3 bulan

6. Pemeberatasan vector

a. Abatisasi selektif

Pemberian bubuk abate yang dilakukan oleh petugas kesehatan ,

jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air yang

tidak dapat dikuras. Caranya dengan menaburi tempat tersebut dengan

bubuk abate sesuai dengan dosis satu sendok peres ( 10 gram) untuk

100 liter air.

b. Kegiatan 3M

Dengan ‘ Bulan Gerakan 3 M’ yang perwujudannya melalui jumat

bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan dengan

pengawasan kader PKK: menguras, menutup dan mengubur tempat

pertumbuhan jentik.

c. Fogging fokus

Pengasapan menggunakan insektisida yang dilakukan pada titik fokus

dan sekitarnya dengan jarak radius 100 meter atau kurang lebih 20

rumah sekitarnya. Dilakukan 2 siklus dengan dengan jarak seminggu.

Page 20: Makalah Mandiri Sp 26

Fogging fokus ini dilakukan jika penyelidikan epidemiologi (PE)

positif, yaitu:

Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 2 kasus

DBD lain

Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 3 kasus

demam.

Ada kasus DBD meninggal

d. Fogging massal

Dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah daerah endemis merah pada

awal dan akhir musim penghujan.

7. Penyuluhan kesehatan

Perorangan: penyuluhan langsung dengan cara tanya jawab/ konsultasi

terhadap individu yang berobat di puskesmas.

Kelompok: dilakukan dengan mengadakan ceramah di tempat umum

dan di sekolah melalui diskusi, dan menggunakan poster.

8. Pelatihan kader PSN : kader PSN dilatih di puskesmas kecamatan

9. Pencatatan dan pelaporan kasus

C. Proses (management function)

1. Perencanaan

Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect

DBD yang datang ke puskesmas

Tersangka DBD menurut WHO:

kriteria klinis:

Demam mendadak tinggi tanpa sebab yang jelas selama 2-7

hari

Manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji tourniquet

positif

Pembesaran hati

Page 21: Makalah Mandiri Sp 26

Syok

kriteria labolatorium:

Trombositopenia (jumlah tombosit kurang dari atau sama

dengan 100.000/uL

Hemokonsentrasi, dapat di lihat peningkatan hematokrit.

Rujukan penderita DBD : Semua kasus tersangka dilaporkan 1 x 24 jam

Diagnosis pasti penderita DBD : ditegakan bila mememukan criteria klinis

pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi serta didapatkan

peningkatan (positif) pada pemeriksaan Elisa (IgM/IgG)

Surveilans kasus DBD : Dilakukan setiap hari kerja, pada pukul 08.00- 14.00

berdasarkan laporan kasus setiap klinik, dokter parktik umu, Puskesmas serta

Rumah sakit

Surveilans vector pemantauan jentik berkala : Dilakukan 4 kali pertahun oleh

petugas kesehatan dan jumantik di tempat- tempat penampungan air yang

menjadi tempat perindukan nyamuk.

Pemberantasan vector

Abatisasi selektif : akan dilakukan 4 kali pertahun oleh

petugas kesehatan , jumantik dan kader kelurahan pada tempat

penampungan air yang tidak dapat dikuras ,pada hari kerja

Kegiatan 3M : 4 kali perbulan , oleh masyarakat setiap

hari Jumat pukul 09.00-09.30 WIB

Fogging fokus : dilakukan jika penyelidikan epidemiologi (

PE) positif yaitu,:

Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 2

kasus DBD lain

Dalam radius 100 m darirumah penderita DBD, ada 3 kasus

demam

Page 22: Makalah Mandiri Sp 26

Ada 3 kasus yang meninggal

Fogging massal : dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah pada

daerah endemis merah pada awal dan akhir musim penghujan

Penyuluhan Kesehatan : Perorangan dan Kelompok

Penyuluhan kesehatan

Perorangan : setiap hari kerja ,pada pukul 08.00- 14.00 WIB.

Kelompok : 4 kali pertahun dilakukan dengan mengadakan

cerama di temoat umum dan sekolah.

Pelatihan kader PSN : 1 kali pertahun

Pencatatatan dan pelaporan kasus :pencatatan yang dilakuka pada jam kerja,

seiap bulanan, tribulanan , semester, dan tahunan dan pelaporan akan dilakukan

setiap tanggal 5 di awal bulan.

2. Organisasi

Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam rangka melaksanakan

program pemberantasan DBD. Serta juga terdapat strukur organisasi tertulis dan

pemberian tugas yang jelas dalam melaksanakan tugasnya.

Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang

dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan

organisasi. Atas dasar pengertian tersebut, fungsi pengorganisasian juga meliputi proses

mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi atau

mengatur sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Susunan organisasi

Puskesmas terdiri dari:

a. Unsur pimpinan : Kepala Puskesmasb.

b. Unsur pembantu pimpinan : Urusan Tata Usaha

c. Unsur Pelaksana.

Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional. Jumlah unit tergantung

kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing. Unit-unit terdiri dari:Unit I,

Page 23: Makalah Mandiri Sp 26

Unit II, Unit III, Unit IV, Unit V, Unit VI, Unit VII. Kepala Puskesmas, mempunyai

tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikegiatan Puskesmas yang dapat

dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional.

Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas di bidang kepegawaian, keuangan,perlengkapan dan

surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan.

Unit I.mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga

berencanadan perbaikan gizi. Unit II,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan

pemberantasan penyakit,khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium

sederhana. Unit III,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut,

kesehatan tenaga kerjadan manula. Unit IV,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

perawatan kesehatan masyarakat, kesehatansekolah dan olah raga, kesehatan jiwa,

kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya. Unit V,mempunyai tugas melaksanakan

kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatanmasyarakat dan penyuluhan kesehatan

masyarakat. Unit VI,mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan

rawat nginap. Unit VII,mempunyai tugas melaksanakan kefarmasian.

3. Pelaksanaan

Proses bimbingan kepada staf agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas pokoknya sesuai

dengan keterampilan yang dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia:

Penemuan penderita tersangka : dilakukan setiap hari kerja ( dari

hari senin sampai jumat, dari pukul 08.00 sampai 14.00

Rujukan : dilakukan setiap penemuan kasus penderita yang

langsung merujuk ke rumash sakit setiap hari dan waktu kerja.

Diagnosis penderita DBD : didapatkan dari laporan rumah sakit rujukan

Surveilans kasus DBD : dilakukan setiap hari kerja

Surveilans vektor pengamatan jentik berkala: dilakukan 4kali setahun oleh

petugas kesehatan, jumantik, dan kader kelurahan pada tempat penampungan air

pada hari puku 08.00- 14.00

Pemberantasan vektor

Page 24: Makalah Mandiri Sp 26

i. Abatisasi selektif :dilakukan 4x setahun oleh petugas

kesehatan , jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air

yang tidak dapat dikuran pada hari kerja pukul 08.00 -14.00 WIB

ii. Kegiatan 3 M : 4xperbulan oleh masyarakat setiap

hari kerja 08.00- 14.00

iii. Fogging fokus

iv. Fogging massal

Penyuluhan kesehatan

i. Perorangan : setiap hari kerja

ii. Kelompok : 4x/ tahun dilakukan dengan

mengadakan ceramah di tempat umum dan di sekolah.

Pelatihan kader PSN :1x/tahun

Pencatatan dan pelaporan kasus : pencatatan dilakukan oleh petugas

Puskesmas 1kali 24 jam setelah menerima laporan dari Rumah sakit rujukan dan

dilaporkan pada tanggal 5 setiap bulannya

4. Pengawasan dan pengendalian

Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi

penyimpangan. Fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar kinerja staf

(standar performance sesuai dengan prosedur tetap).

Standar digunakan manager untuk menilai hasil kegiatan staf atau unit (kelompok)

kerja. Jika ditemukan penyimpangan, fungsi pengawasan managerial harus mampu

melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang telah terjadi. Pengawasan dan

pengendalian dilaksanakan Melalui pencatatan dan pelaporan yang

dilakukan:Bulanan, Triwulanan, Tahunan.

D. Keluaran

Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam system

dari kegiatan pemberantasan DBD

Page 25: Makalah Mandiri Sp 26

Penemuan penderita tersangka DBD : dilihat dari jumlah pasien suspect DBD yang

datang ke puskesmas

Contoh : 128 orang/tahun

Rujukan penderita DBD : Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD, seperti mendadak

panas tinggi 2-7hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38OC sampai 40OC

atau lebih, tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik

merah itu tidak hilang, kadang-kadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi

muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif.

Contoh : dilakukan rujukan 100% kasus

Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang

nyamuk)

Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan

melalui jalur-jalur informasi yang ada:

a. Penyuluhan Kelompok: PKK, Organisaasi social masyarakat lain, kelompok

agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.

b. Penyuluhan Perorangan: Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, Kepada

penderita/keluarganya di puskesmas, Kunjungan rumah oleh kader/ petugas

puskesmas

c. Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll .

Surveilans kasus DBD : hasil Angka Bebas Jentik

Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa semua tempat atau bejana

yang dapat menjadi tempat berkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dengan mata

telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik,yaitu dengan cara visual. Cara ini

cukup dilakukan dengan melihat ada tidaknya jentik disetiap tempat genangan air

tanpa mengambil jentiknya. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan

jentik Aedes aegypti adalah:

House Indeks (HI), yaitu persentase rumah yang terjangkit larva dan atau pupa. HI

= Jumlah Rumah Yang Terdapat Jentik x 100%

Page 26: Makalah Mandiri Sp 26

Container Indeks (CI), yaitu persentase container yang terjangkit larva atau pupa.

CI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100%

Breteau Indeks (BI), yaitu jumlah container yang positif per-100 rumah yang

diperiksa. BI = Jumlah Container Yang Terdapat Jentik x 100 rumah

Dari ukuran di atas dapat diketahui persentase Angka Bebas Jentik (ABJ), yaitu

jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah yang diperiksa.

ABJ = Jumlah Rumah Yang Tidak Ditemukan Jentik x 100%

Jumlah Rumah Yang Diperiksa

Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular

DBD. Angka Bebas Jentik sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui

gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD.

Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam

mencegah DBD di lingkunagnnya masing-masing belum optimal.

Contoh : 3x/ tahun dengan cakupan ABJ 96,07%

Surveilans vector : melalui Pengamatan Jentik Berkala

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang

dilakukan tiap 3 bulan sekali disetiap desa/kelurahan endemis pada 100

rumah/bangunan yang dipilih secara acak (random sampling). Angka Bebas Jentik dan

House Indeks lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu wilayah.

Pemberantasan vector :

Perlindungan perseorangan, yaitu memberikan anjuran untuk mencegah gigitan

nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah.

Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di

took-toko seperti baygon, dll.

a. Menggunakan insektisida

- Abatisasi : adalah menaburkan bubuk abate ke dalam penampung air untuk

membunuh larva dan nyamuk. Cara melakukan abatisasi : untuk 10 liter air cukup

dengan 1 gram bubuk abate. Bila tidak ada alat untuk menakar gunakan sendok

makan. Satu sendo makan peres ( diratakan atasnya) berisi 10 gram abate,

selanjutnya tinggal membagi atau menambah sesuai jumlah air.dalam takaran

Page 27: Makalah Mandiri Sp 26

yang dianjurkan seperti di atas, aman bagi manusia dan tidak akan menimbulkan

keracunan. Penaburan abate perlu di ulang selama 3 bulan.7

- Fogging dengan malathion atau fonitrothion. Melakukan pengasapan saja tidak

cukup, karena penyemprotan hanya mematikan nyamuk dewasa.

a. Tanpa insektisida

Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan penyuluhan 3M:

- Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali

- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

- Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang

bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastic bekas dan

lain-lain.

Selain itu ditambah dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M Plus, seperti :

- Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lain seminggu sekali

- Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

- Tutup lubang-lubang pada potongan bamboo, pohon dan lain-lain, misalnya

dengan tanah.

- Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah

pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-tempat lain yang dapat menampung

air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah kosong, dan lain-lain.

- Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk

- Pasang kawat kasa di rumah

- Pencahayaan dan ventilasi memadai

- Jangan biarkan menggantuk pakian di rumah

- Tidur menggunakan kelambu

- Gunakan obat nyamuk untuk mencegah gigtan nyamuk

E. Dampak

Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD

a. Langsung : apakah terjadi penurunan angka morbiditas dan mortalitas kasus

DBD

b. Tidak langsung : apakah terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Page 28: Makalah Mandiri Sp 26

F. Promotif

Promosi Kesehatan

Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PNS (pemberantasan sarang nyamuk),

penyuluhan tentang informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui

jalur informasi yang ada :

a. Penyuluhan kelompok : PKK, organisasi social masyarakat lain, kelompok agama, guru,

murid di sekolah, pengelola tempat umum/instansi.

b. Penyuluha perorangan : kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, kepada

penderita/keluarganya di puskesmas

c. Kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas.

d. Penyuluhan melalu media massa : TV, radio dan lain-lain (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I,

Pusat)

Menggerakan masyarakat untuk melaksanankan PSN penting terutama sebelum musim

penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh kepala wilayah setempat.

Di tingkat puskesmas,ausaha pemberantasan sarang nyamuk seyogyanya diintegrasikan

dalam program sanitasi

G. Preventif 10

Pemberantasan vektor

a. Pengasapan (fogging/ ULV)

pelaksana : petugas kesehatan dinas kabupaten/kota. Puskesmas dan tenaga lain yang

telah dilatih

lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit

sasaran : rumah dan tempat-tempat umum

insektisida : sesuai dengan dosis

alat : mesin fog atau ULV

cara pengasapan/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan inerval 1 minggu

Page 29: Makalah Mandiri Sp 26

b. Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)

pelaksana : masyarakat di lingkungan masing-masing

lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya dan

merupakan satu kesatuan epidemiologis.

Sasaran : semua tempat potensial bagi perindukan nyamuk; tempat penampungan

air, barang bekas, lubang pohon/tiang pagar, tempat minum burung dan sebagainya, di

rumah/bangunan dan tempat umum.

Cara : melakukan kegiatan 3M plus

untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit Demam Berdarah, setiap keluarga perlu

melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan cara “3M” yaitu:

1. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak

mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid bila tempat-tempat tersebut

tidak bisa dikuras

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapatmasuk dan

berkembang biak di dalamnya

3. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan misalnya

ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain

c. Larvasidasi

pelaksana : tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas puskesmas/dinas

kesehatan kabupaten/kota

lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit

sasaran : tempat penampungan air(TPA) di rumah dan tempat-tempat umum

Larvasida : sesuai dengan dosis

Cara : larvasidasi dilaksanakan di seluruh wilayah KLB

Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi

temephos yangdigunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau

10gram (± 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini

mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth

regulator.

H. Kuratif

Page 30: Makalah Mandiri Sp 26

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma

sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan

sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan

komplikasi perlu perawatan intensif.3,10

a. Tirah baring selama masih demam

b. Obat antipiretik atau kompres panas hangat.

c. Untuk menurunkan suhu dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/salisilat tidak

dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.

d. Diajurkan pemberian cairan elektrolit (mencegah dehidrasi sebagai akibat demam,

anoreksia dan muntah) per oral, jus buah, sirup, susu. Disamping air putih, dianjurkan

diberikan selama 2 hari.

e. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok. Periode kritis adalah pada saat suhu

turun pada umumnya hari ke-3 -5 fase demam.

f. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu

menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan vena.

Jenis cairan kristaloid : larutan ringer laktat ( RL), larutan ringer asetat (RA), larutan garam

faali (GF), detroksa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), detroksa 5% dalam larutan

ringer asetat (D5/RA). (catatan :auntukresusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA

tidak boleh larutan yang mengandung dekstran) Cairan koloid : dekstran 40, plasma, albumin

I. Protektif

Penyakit DBD sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya, untuk itu yang bisa dilakukan

adalah melakukan tindakan protektif dengan mencegah dan membatasi penyebaran penyakit

DBD melalui upaya memutuskan rantai penularan. Tindakan protektif dipengaruhi oleh prilaku

dan kebiasaan masyarakat.10

1. Prilaku Masyarakat

Adalah reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Atau dapat pula diartikan

suatu tindakan yang dilatarbelajangi oleh pengetahuan, sikap dan praktek.

a. Pengetahuan

Merupakan hasil dari tahu, kemudian meningkat menjadi memahami, mengaplikasi,

menganalisis, dan mensistesis serta mengevaluasi dari obyek yang diterima oleh panca indera.

Page 31: Makalah Mandiri Sp 26

Indicator untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi:

- pengetahuan tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara

pencegahan DBD)

- pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan

- pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)

Salah satu pengetahuan adalah tentang penanaman tanaman antinyamuk seperti cayuputih,

sereh,jahe, lengkuas, kemangi, kencur, jeruk purut, lavender. Pengetahuan mengenai

pemeliharaan ikan cupang, cere kepala timah dapat pula dilakukan untuk pemberantasan

biologic.

b. Sikap

Merupakan penilaian dari reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau obyek. Indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesadaran

seperti diatas:

- sikap tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara pencegahan

DBD)

- sikap tentang cara pemeliharaan kesehatan

- sikap tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)

c. Praktik./Tindakan

Merupakan proses lanjutan yang diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang

diketahui atau disikapi. Indikato praktik kesehatan ini mencakup:

- praktik/tindakan sehubungan dengan penyakit mencakup pencegahan dan pengobatan

penyakit DBD

- praktik/tindakan sehubungan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mencakup

mengkonsumsi makanan dan gizi seimbang

- praktik/ tindakan sehubungan kesehatan lingkungan mencakup pembuangan sampah pada

tempatnya.

2. Kebiasaan Masyarakat

Page 32: Makalah Mandiri Sp 26

Berhubungan dengan penyakit DBD adalah kebiasaan tidur siang dan menggantung baju. Hal ini

berhubungan dengan kebiasaan menggigit vector penyakit DBD yang aktif pada pagi dan siang

hari serta kesenangan vector untuk beristirahat dan bersarang didalam rumah pada baju/barang

yang tergantung. Untuk mengubah kebiasaan masyarakat mungkin kesulitan tetapi yang bisa

dilakukan adalah memberi pemahaman tindakan protektif seperti memakai obat nyamuk

bakar/elektrik/spray/repellen atau memakai kelambu saat tidur siang serta melipat baju yang

bergantungan.

J. Pemberdayaan Masyarakat (jumantik)

DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sampai saat ini masih menjadi

permaslahan yang sangat sulit untuk diberantas. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit

DBD merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah baik lintas sektor maupun lintas

program dan masyarakat termasuk sektor swasta.

Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam upaya pemberantasan penyakit DBD antara lain

membuat kebijakan dan rencana strategis penanggulangan penyakit DBD, mengembangkan

teknologi pemberantasan, mengembangkan pedoman pemberantasan, memberikan pelatihan dan

bantuan teknis, melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan serta penggerakan masyarakat.

Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik Berkala

(PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik).

Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara

mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik

nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan kepadatan

(populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan jentiknya dengan

meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara terus menerus. Tugas pokok

seorang Jumantik adalah melakukan pemantauan jentik, penyuluhan kesehatan, menggerakkan

pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan periodik serta melaporkan hasil kegiatan

tersebut kepada Supervisor dan Petugas Puskesmas sehingga akan dapat dihasilkan sistem

pemantauan jentik berkala yang berjalan dengan baik. Untuk itu peran Jumantik akan dapat

maksimal apabila masyarakat dapat membantu kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk

memberikan kesempatan kepada Jumantik memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya.

Page 33: Makalah Mandiri Sp 26

Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang ditunjuk oleh

unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung jawab melakukan

pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja serta melaporkan

hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik tidak hanya terdiri dari

petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat sekitar dan anak-anak sekolah.

Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal cirri-ciri jentik nyamuk Aedes

aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki cirri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam air.

Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun

kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya

hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat

penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong.

Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air.

Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk baru.

Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air  di sekitar rumah. Jika

tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena untuk bernafas

jentik akan muncul ke permukaan.  ocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri jentik aedes aegypti. Jika

sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentik aedes aegypti, maka dilakukan abatisasi dan

pencatatan.

Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik ditemukan untuk

membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi tanggal pemeriksaan,

kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama  dan alamat keluarga, jumlah semua

penampungan air yang diperiksa, serta jumlah container yang di temukan jentik. Data tersebut

akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil pencatatan ini dilaporkan ke

Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas Kesehatan.

Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(1) Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik.

(2) Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti : bak mandi,

tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan)

Page 34: Makalah Mandiri Sp 26

pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 (satu) menit untuk memastikan

keberadaan jentik.

(3) Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga/pot,

tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain.

(4) Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan

senter.

Adapun metode kurvey jentik kecara visual dapat dilakukan kubagai berikut :

Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air

tanpa mengambil jentiknya. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes

aegypti biasanya menggunakan persamaan house index kubagai berikut :

Angka Bebas Jentik (ABJ):

Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular DBD.

Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M

menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah

95% menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD di lingkungannya

masing-masing belum optimal.11

M. Penetapan Status Kejadian

Didalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa (KLB) yang

artinya sebagai berikut:12

1) Wabah

Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas secara cepat

baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.

2) Kejadian Luar Biasa

Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian

kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk

dalam kurun waktu tertentu.

b) Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:

Page 35: Makalah Mandiri Sp 26

(1)Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di suatu

daerah.

(2)Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih dibandingkan

dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam,

hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.

(3)Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari,

minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

Bila dicurigai adanya wabah perlu dilakukan penelitian di lapangan, maksudnya ialah:

- Untuk mengetahui adanya penderita-penderita lain atau penderita-penderita tersangka DHF

yang perlu dikonfirmasi laboratorium.

- Menentukan luas daerah yang terkena dan luas daerah yang perlu ditanggulangi.

- Penilaian sumber-sumber (inventory) mengenai keadaan umumaketempat, mengenai fasilitas

dan faktor-faktor yang berperanan penting pada timbulnya wabah.

- Setiap kakus demam berdarah/tersangka demam berdarah perlu dilakukan kunjungan rumah

oleh petugas Puskesmas untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik di rumah kakus tersebut

dan 20 rumah di sekelilingnya. Bila terdapat jentik, masyarakat diminta melakukan

pemberantasan sarang nyamuk (Pada umumnya Penyemprotan/fogging, dilaksanakan oleh

Dinas Kesehatan Dati II. Prioritas fogging adalah pada areal dengan kakus-kakus demam

berdarah yang mengelompok, dan yang meninggal).12

Untuk menentukan KLB, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai klasifikasi daerah

(kelurahan) endemis DBD :, 3,11

- Desa rawan I (endemis) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD

- Desa rawan II (sporadic) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir ada kasus DBD

- Desa rawan III (potensial) yaitu dalam 3 tahun tidak ada kasus, tetapi berpenduduk padat,

transportasi rawan, dan ditemukan jentik >5%

- Desa bebas yaitu desa yang tidak pernah ada kasus

Bila terjadi KLB/wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval I

minggu), PSN DBD. Iarvasidasi, penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit, dan kegiatan

penaggulangan lainnya yang diperlukan, seperti: pembentukan posko pengobatan dan posko

penanggulangan, penyelidikan KLB. pengumpulan dan pemeriksaan spesimen serta peningkatan

kegiatan surveilans kasus dan vektor, dan lain-lain.11

Page 36: Makalah Mandiri Sp 26

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan tujuan dari Puskesmas yaitu mendukung tercapainya pembangunan kesehatan

nasional maka Puskesmas memegang peranan penting dalam suksesnya program pemberantasan

penyakit menular (P2M) yang merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas.

Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, penting

bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan menbandingkan antara

cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target

variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan

DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan

dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.

Tujuan dari program penelitian puskesmas ini untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD

sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada untuk dapat meningkatkan ABJ dan untuk

menurunkan angka kesakitan DBD

Page 37: Makalah Mandiri Sp 26

DAFTAR PUSTAKA

1. Nasruddin. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian DBD di

Kabupaten Sukoharjo. Laporan Penelitian Analitik. Yogyakarta: Program Pascasarjana,

Universitas Gadjah Mada.2000.

2. Kadar, A. Epidemiologi dan Penyakit Menular. Magelang: Balai Pelatihan

Kesehatan.2003.

3. Widoyono. Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam: Penyakit Tropis Epidemiologi,

Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta. Erlangga.2008.

4. Kebijakan Dasar Puskesmas. Diunduh dari

http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/buku/kebijakan%20dasar%20puskesmas.pdf.

22 Februari 2013.

5. Thomas S. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). Edisi

3. Jakarta; Departemen Kesehatan 2007.

6. Tjiptoherijanto, prijono, Said Z. Abidin, Reformasi Administrasi dan Pembangunan

Nasional 1993. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta; h 44-6

7. Dr Charles Boelen.The Five-Star Doctor: An Asset to Health Care Reform.World Health

Organization, Geneva, Swedan. Diunduh dari

www.who.int/entity/hrh/en/HRDJ_1_1_02.pdf. 22 Februari 2013 .

8. Trihono. Arrime, pedoman management puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia; 2002.

9. Ferry Efendi,Makhfudli.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Penerbit Salemba Medika.Jakarta,2009; h 274-85

10. Hadinegoro SR, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana Demam Berdarah

Dengue di Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan. 2001.

Page 38: Makalah Mandiri Sp 26

11. Sungkar S. Widodo AD, Suartanu N. Evaluasi program pemberantasan demam berdarah

dengue di Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Maj Kedokt Indon 2006;56:108-12.

12. Hadisantoso. Modul Latihan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

(PSN DBD). Cetakan IV. Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Jakarta.1998.