makalah mandiri pbl 15

26
Human Imunnodeficiency Virus Adhe William Fanggdae 102007122 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat [email protected] I. PENDAHULUAN Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1981 dan virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983. Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit dihampir setiap negara didunia (pandemi), termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta orang dewasa dan 1,7 juta anak-anak. Di Indonesia berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat Jenderal P2M dan PLP Departemen Kesehatan RI sampai dengan 1 Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23 1

Upload: adhe-william-fanggidae

Post on 15-Sep-2015

251 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

bisa

TRANSCRIPT

MAKALAH MANDIRI PBL

Human Imunnodeficiency Virus

Adhe William Fanggdae102007122Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat

[email protected]

I. PENDAHULUAN

Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1981 dan virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983.

Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit dihampir setiap negara didunia (pandemi), termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta orang dewasa dan 1,7 juta anak-anak. Di Indonesia berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat Jenderal P2M dan PLP Departemen Kesehatan RI sampai dengan 1 Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23 propinsi di Indonesia. Data jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia pada dasarnya bukanlah merupakan gambaran jumlah penderita yang sebenarnya. Pada penyakit ini berlaku teori Gunung Es dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil dari yang semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa dibalik 1 penderita yang terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum diketahui.

Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja mengenai penyakit (AIDS ), virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negatif berbagai bidang seperti kesehatan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi baik oleh negara maju maupun negara berkembang.

Sampai saat ini obat dan vaksin yang diharapkan dapat membantu memecahkan masalah penanggulangan HIV/AIDS belum ditemukan. Salah satu alternatif dalam upaya menanggulangi problematik jumlah penderita yang terus meningkat adalah upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak yang mengharuskan kita untuk tidak terlibat dalam lingkungan transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV.

II. Isi 1) Anamnesis Identitas pasien

Keluhan utama

- Merasa lemah selama 3 bulan terakhir (malaise)

- Demam

- Berat badan turun

- Batuk dengan dahak sedikit darahKeluhan penyerta

-diare

-sesak nafas

Riwayat Sosial

- sudah menikah atu belum

- Berganti ganti partner sexual

- Tidak pernah memakai kondom saat berhubungan intim

2) Pemeriksaan fisik

a) Umum

Tanda vital :

Tekanan darah

Suhu

RR

Nadi

TB

BB

b) Lokalis

Palpasi

Pemeriksaan KGB

Auskultasi3) Penunjang

a) Laboratorium

Leukosit

Hematokrit

b) Elisa

Pada pemeriksaan didapatkan anti HIV : +

Tes HIV (Elisa)

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang terinfeksi HIV sangatlah penting, karena pada infeksi HIV gejala klinisnya dapat baru terlihat setelah bertahun tahun lamanya.

Terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis infeksi HIV. Secara garis besar dapat dibagi menjadi pemeriksaan serologic untuk mendeteksi antibody terhadap HIV dan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV. Deteksi adanya virus dilakukan dengan isolasi dan biakan virus, deteksi antigen, dan deteksi materi genetic dalam darah pasien.

Pemeriksaan yang lebih mudah dilaksanakan adalah pemeriksaan terhadap antibody HIV . Sebagai penyaring biasanya digunakan teknik ELISA, aglutinasi atau dot-blot immunobinding assay. Metode yang biasanya digunakan di Indonesia adalah ELISA.

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tes terhadap antibody HIV ini yaitu adanya masa jendela. Masa jendela adalah waktu sejak tubuh terinfeksi HIV sampai mulai timbulnya antibody yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan. Antibody mulai terbentuk pada 4-8 minggu setelah infeksi. Jadi jika pada masa ini hasil tes HIV pada seseorang yang sebenarnya sudah terinfeksi HIV dapat memberikan hasil negative. Untuk itu jika kecurigaan akan adanya risiko terinfeksi cukup tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan ulangan 3 bulan kemudian.

c) Western blot test

Digunakan sebagai pemeriksaan konfirmasi setelah dilakukan pemeriksaan ELISA dengan hasil positif pada sample serum. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi antibody terhadap protein HIV dengan berat molekul spesifik. Antibody terhadap protein inti virus p24 atau glikoprotein selubung gp41, gp120, atau gp160 adalah antibody yang paling sering terdeteksi.

d) CD4

Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respons imun yang progresif. Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilens ditegakkan apabila terdapat infeksi oportunistik atau CD4+ kurang dari 200sel/mm3.

e) PCR

Umumnya digunakan untuk mendeteksi virus RNA pada specimen klinis. Pemeriksaan ini menggunakan metode enzimatik untuk mengamplifikasi RNA HIV. Tes yang berdasarkan molecular ini sangat sensitive dan membentuk dasar penentuan plasma viral load. Kadar RNA HIV penting untuk penanda perkiraan perkembangan penyakit dan alat yang bermanfaat untuk memantau efektivitas pengobatan antivirus.f) Radiologi

Karena kuat timbulnya infeksi oportunistik, maka pasien AIDS umumnya mudah terserang penyakit paru (seperti TB paru kompleks) meski penyakit ini jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik. Sehingga pada gambaran foto thorax terdapat warna putih (opaq) pada lapang pandang paru yang disebut kompleks Ghon yang merupakan penampakan khas pada TB paru kompleks primer, karena adanya mekanisme pertahanan tubuh pada daerah yang diserang oleh kuman.III. DIAGNOSIS

a) Working diagnosis: HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae.Seorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibody atau pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh.

Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilens ditegakkan apabila terdapat infeksi oportunistik atau CD4+ kurang dari 200sel/mm3.

b) Diferensial diagnosis

1. TB paru

Sebenarnya gambaran klinis TB non AIDS dan TB AIDS sangat mirip sehingga sulit untuk membedakan mana yang disertai infeksi HIV dan mana yang tidak. Namun demikian ada perbedaan-perbedaan yang menjadi karakteristik infeksi TB pada AIDS, yaitu pada TB AIDS akan lebih sering dijumpai kelainan di luar paru-paru, khususnya kelenjar getah bening. Sedangkan kelainan paru lebih sering dijumpai di lobus bawah. Pemeriksaan laboratorium untuk sputum BTA seringkali negatif walaupun gambaran foto rontgen dadanya menunjukkan kelainan yang luas.

Setidaknya ada tiga mekanisme yang menyebabkan terjadinya TB pada penderita HIV, yaitu reaktivasi, adanya infeksi baru yang progresif serta terinfeksi.

Seperti telah disebutkan diatas, pada infeksi HIV terjadi penurunan CD4. Penurunan ini berakibat pada reaktivasi kuman TBC yang dorman. Mekanisme lain adalah timbulnya infeksi baru yang progresif akibat terpaparnya pengidap HIV oleh kuman TB.

Pengobatan yang diberikan pada penderita TB dan AIDS pada dasarnya serupa dengan pengobatan TB pada umumnya. Hanya saja, fase lanjutan sebaiknya diperpanjang (6 bulan sejak BTA-nya negatif). Walaupun prinsip pengobatannya sama, hasil akhir pengobatan tidaklah demikian. Mungkin saja pengobatan dengan obat anti TB menunjukkan hasil yang baik dari sudut penanganan tuberkulosisnya, tetapi prognosis umum penderita tetap saja buruk. Selain itu efek samping obat juga lebih mudah terjadi pada penderita. Sebaiknya pada penderita HIV diberi obat pencegah dengan INH, khususnya di negara dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi, seperti Indonesia.

AIDS merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan TBC beberapa tahun belakangan ini. Infeksi HIV adalah faktor risiko yang amat kuat untuk terjadinya penyakit tuberkulosis. Pada negara-negara dengan angka kejadian TBC yang tinggi (seperti Indonesia) maka sekitar 50 % atau lebih penduduk dewasanya telah terinfeksi kuman TB, dan di dalam tubuhnya terdapat kuman TB dalam keadaan menetap. Mereka tidak menjadi sakit karena daya tahan tubuhnya masih dalam keadaan baik. Bila daya tahan tubuh tersebut rusak oleh karena AIDS, maka penyakit TBnya akan dapat muncul, karena ada reaktivasi endogen dari kuman dormant dalam tubuh. Di sisi lain, mereka yang telah terinfeksi HIV tidak dapat menahan dirinya terhadap kemungkinan infeksi baru tuberkulosis secara eksogen dari sekitarnya.

Biasanya dibutuhkan waktu bertahun-tahun antar terjadinya infeksi HIV dengan timbulnya AIDS. Timbulnya tuberkulosis dapat merupakan salah satu gejala pertama yang menunjukkan bahwa seseorang telah terinfeksi HIV. Sebuah laporan WHO tahun 1995 menyebutkan bahwa TB merupakan komplikasi serius pada 50%-70% kasus AIDS di Asia.

2. Sifilis

Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, yang dapat menyerupai banyak penyakit mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.

Etiologi

Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, amiia Spirochaetaceae, dan genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya natara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup tujuh puluh dua jam.

Klasifikasi

Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita(didapat). Sifilis kongenita dibagi menjadi : dini (sebelum 2 tahun), lanjut (sesudah dua tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dibagi menurut dua cara, secara klinis dan epidemiologik. Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi tiga stadium : stadium I (S I), stadium II (S II), dan stadium III (S III). Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi :

1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I, S II, stadium rekuren, dan stadium laten dini.

2. Stadium lanjut tak menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan S III.

Pembantu diagnosis

Sebagai pembantu diagnosis ialah:

I. Pemeriksaan T. Palidium (mikroskop lapangan gelap)

II. Tes Serologik Sifilis ( T. S. S)

- Treponemal : TPI, TPHA, FTA-ABS

- Non Treponemal (tes reagen) : VDRL, RPR3. Sarcoma Kaposi

Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer. 4. Limfoma maligna

Adalah proliferasi neoplastik pada sistem retikuloendotelial dan sistem imun tubuh. Terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan kurang lebih 1 tahun. Pada pasien didapati gejala limfadenopati, anemia, manifestasi perdarahan (ptekie, epistaxis, ekimosis), dan hepatosplenomegali.MANISFESTASI KLINIK Infeksi biasanya terjadi 3-12 minggu setelah pajanan hampir seluruh kasus mengalami demam, ruam, dan limfadenitis servikal. Infeksi ini terjadi bersamaan dengan lonjakan kadar RNA HIV plasma >1 juta kopi/ml (puncak 4-8minggu) dan penurunan cd4 hingga 300-400. Pemulihan simtomatik terjadi setelah 1-2 minggu meskipun kadar cd4 jarang kembali ke nilai sebelumnya. Diagnosis ditegakan melalui deteksi RNA HIV dalam serum atau melalui uji imunoblot.

Fase asimtomatik (klasifikasi CDC kategori A)

Selama kurun waktu yang bervariasi individu yang terinfeksi biasanya tetap sehat tanpa bukti penyakit HIV kecuali untuk kemungkinannya adanya limfadenopaty generalisata persisten (persistent generalized lympadenopathy, PGL : didefenisikan sebagai pembesaran kelenjar pada dua tau lebih lokasi ekstraingiunal) terdapat penurunan pada cd4 50-150.Fase simtomatik (kategori B )

Bukti klinis gangguan ringan sistem imun selanjutnya menggambarkan pindahan dari orang menjadi sindrom yang terkait denga AIDS . berdsarkan definis bukan kondisi penentu AIDS dan termasuk, penurunan berat badan kronik, demam, atau diare, kandidiasis oral atau vagina, infeksi herpes zooster rekuren, penyakit radang panggul berat.

AIDS (kategori C)

Penyakit tahap lanjut saat menghitung cd4 menurun hingga