makalah mandiri fero sulfat

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan penurunan jumlah sel darah merah (hematokrit) atau kadar hemoglobin (protein pengkangkut oksigen) di dalam sel darah merah di bawah nilai normal sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah untuk mengangkut oksigen. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Dalam hal anemia karena defisiensi besi merupakan masalah nutrisi yang paling sering terjadi di seluruh dunia. 1,2,3 Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di dalam badan perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah zat besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan 1

Upload: jofry-yan

Post on 05-Dec-2014

494 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Mandiri Fero Sulfat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan penurunan jumlah sel darah merah

(hematokrit) atau kadar hemoglobin (protein pengkangkut oksigen) di dalam sel

darah merah di bawah nilai normal sehingga menyebabkan penurunan kapasitas

sel darah merah untuk mengangkut oksigen. Anemia defisiensi besi adalah anemia

yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga

penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan

hemoglobin (Hb) berkurang. Dalam hal anemia karena defisiensi besi merupakan

masalah nutrisi yang paling sering terjadi di seluruh dunia.1,2,3

Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di

dalam badan perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah

zat besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh

badan dari makanan. Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu 4:

Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan.

Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.

Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan

penyerapan asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih

mudah diserap oleh mukosa usus.

Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat

meningkatkan absorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri

1

Page 2: Makalah Mandiri Fero Sulfat

menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan

melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam

askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 –

50 persen.

Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentukny kompleks

besi fosfat yang tidak dapat diserap.

Adanya fitat juga akan menurunkan ketersediaan Fe

Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe

Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan

Fe.

Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe

Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui

proses yang kompleks. Proses ini meliputi tahap – tahap utama sebagai berikut4 :

a. Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+ atau Fe2+

mula – mula mengalami proses pencernaan.

b. Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh

gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+

c. Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi FE3+. Fe3+ selanjutnya berikatan

dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin,

membebaskan Fe2+ ke dalam plasma darah.

d. Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan

transferitin Transferitin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk

2

Page 3: Makalah Mandiri Fero Sulfat

bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada dalam

keseimbangan.

e. Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di dalam

tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial), kemudian

dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan apoferritin membentuk

ferritin yang kemudian disimpan, besi yang terdapat pada plasma seimbang

dengan bentuk yang disimpan.

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi,

gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun5.

a. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari

tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi

cacing tambang (saluran cerna), menorrhagia atau metrorhagia, hematuria, atau

hemoptoe.

b. Faktor nutrisi yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau

kualitas besi (bioavaibilitas) besi -yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah

vitamin C, dan rendah daging

c. Kebutuhan besi yang meningkat seperti pada prematuritas, anak dalam masa

pertumbuhan dan kehamilan.

d. Gangguan absorpsi besi karena gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.

Defisiensi besi berkembang secara bertahap dan biasanya diawali dengan

adanya keseimbangan besi yang negatif, yaitu saat asupan besi tidak dapat

memenuhi kebutuhan harian zat besi sehingga cadangan zat besi makin menurun.

Jika cadangan kosong maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila

3

Page 4: Makalah Mandiri Fero Sulfat

kekurangan zat besi berlanjut terus maka penyediaan zat besi untuk eritropoesis

berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia

secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient

erythropoiesis.Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer sehingga disebut

iron deficiency anemia.4,5

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe

akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan

kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia defisiensi besi dengan

gambaran eritrosit hipokromik mikrositik, disertai penurunan kadar besi serum

dan saturasi transferin, peningkatan kapasitas ikat besi total, dan penurunan atau

hilangnya cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat lain.6

Manajemen anemia defisiensi besi yang efektif yaitu dengan menangani

penyebab mendasar anemia defisiensi besi dengan terapi zat besi. Prinsip terapi

adalah berusaha mengatasi penyebab anemia untuk mencegah kehilangan lebih

lanjut. Pemberian zat besi secara oral sebagai rute pilihan, terutama bila kadar besi

tubuh terlalu rendah untuk diatasi dengan perbaikan pola makan yang

mengandung zat besi. Pemberiaan sediaan oral terutama menggunakan garam-

garam fero seperti fero sulfat, fero fumarat, atau fero glukonat. Garam fero utama

yang banyak digunakan adalah garam Fero Sulfat (FeSO4) karena harganya yang

relatif murah dengan efektifitas yang setara dibandingkan garam fero lain.

Besarnya peran fero sulfat dalam terapi anemia defisiensi besi ini sehingga

penting untuk mengetahui bagaimana farmakologi, farmakodinamik,

4

Page 5: Makalah Mandiri Fero Sulfat

farmakokinetik, indikasi, kontraindikasi, keunggulan, efek samping, bentuk

sediaan, dosis, aturan pakai, serta interaksinya dengan obat lain.7,8

1.2 Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan kimia,

farmakologi, farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi, kontraindikasi, efek

samping, bentuk sediaan, dosis, cara pemberian, serta interaksi ferro sulfat dengan

obat lain bila diberikan bersamaan.

5

Page 6: Makalah Mandiri Fero Sulfat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Kimia 9

Nama Kimia : Besi (2+) sulfat

Rumus Molekul : FeSO4.7H2O

Berat Molekul : 278,01

Pemerian : Hablur, atau granul berwarna biru kehijauan, pucat, tidak

berbau dan rasa seperti garam. Merekah di udara kering.

Segera teroksidasi dalam udara lembab membentuk besi (III)

sulfat berwarna kuning kecoklatan.

pH : lebih kurang 3,7

Kelarutan : Mudah larut dalam air, tidak larut dalam etanol, sangat mudah

larut dalam air mendidih

Stabilitas : pada udara lembab, fero sulfat dengan cepat teroksidasi dan

menjadi feri sulfat berwarna kuning kecoklatan yang tidak

semestinya digunakan sebagai obat. Kecepatan oksidasi akan

dipecepat bila terdapat alkali atau terpapar cahaya.10

2.2 Nama Generik dan Nama Dagang

Nama Generik : Fero Sulfat

6

Page 7: Makalah Mandiri Fero Sulfat

Nama Dagang :

Ferobion -Ferrocemin -Fumater -Incremin -Emineton -dll

2.3 Farmakologi

Zat besi merupakan komponen penting dalam pembentukan hemoglobin.

Jumlah besi yang cukup diperlukan untuk eritropoiesis, kapasitas pengangkutan

oksigen yang efektif, serta produksi mioglobin. Zat besi juga merupakan kofaktor

dari beberapa enzim yang penting dalam metabolisme, termasuk sitokrom yang

terlibat dalam pengankutan elektron.10,11

Besi lebih mudah diabsorbsi dalam bentuk fero. Jumlah kebutuhan Fe

setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti umur, jenis kelamin, wanita

hamil dan menyusui.   Respon hematologik didapatkan dengan pemberian oral 3-

10 hari. Efek plasma yaitu peningkatan retikulosit (retikulositosis) pada 5-10 hari,

hemoglobin meningkat dalam 2-4 minggu. Absorbsi Fe melalui saluran cerna

terutama berlangsung melalui duodenum, dan lebih kedistal absorbsi akan lebih

berkurang.  Ekskresi melalui urin, keringat, mukosa intestinal dan saat haid.12

      

2.4 Farmakodinamik

Tubuh manusia sehat mengandung + 3,5 g Fe yang hampir seluruhnya

dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam bentuk

organik, yaitu sebagai ikatan nonion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik,

yaitu sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi dan reduksi. Kira-kira

70% dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial,

dan 30% merupakan Fe yang nonesensial. Fe esensial ini terdapat pada 13:

7

Page 8: Makalah Mandiri Fero Sulfat

1. hemoglobin + 66%

2. mioglobin 3%

3. enzim tertentu yang berfungsi dalam transfer elektron misalnya

sitokromoksidase, suksinil dehidrogenase dan xantin oksidase sebanyak 0,5%

4. transferin 0,1%

Besi nonesensial terdapat sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan

hemosiderin sebanyak 25%, dan pada parenkim jaringan kira-kira 5%. Cadangan

Fe pada wanita hanya 200-400 mg, sedang pada pria kira-kira 1 gr.13

2.5 Farmakokinetik

a. Absorbsi

Absorbsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum,

makin ke distal absorbsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah diabsorbsi

dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport

aktif. Ion fero yang sudah diabsorbsi akan diubah menjadi ion feri dalam sel

mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara

trasferin, atau diubah menjadi feritin dan disimpan dalam sel mukosa usus. Secara

umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah,

maka akan lebih banyak Fe diubah menjadi feritin. Bila cadangan rendah atau

kebutuhan meningkat, maka Fe yang baru diserap akan segera diangkut dari sel

mukosa ke sumsum tulang untuk eritropoesis. Eritropoesis dapat meningkat

sampai lebih dari 5 kali pada anemia berat atau hipoksia.13

8

Page 9: Makalah Mandiri Fero Sulfat

Jumlah Fe yang diabsorbsi sangat tergantung dari bentuk dan jumlah

absolutnya serta adanya zat-zat lain. Makanan yang mengandung + 6 mg Fe/1000

kilokalori akan diabsorbsi 5 – 10% pada orang normal. Absorbsi dapat

ditingkatkan oleh kobal, inosin, etionin, vitamin C, HCl, suksinat dan senyawa

asam lain. Asam akan mereduksi ion feri menjadi fero dan menghambat

terbentuknya kompleks Fe dengan makanan yang tidak larut. Sebaliknya absorbsi

Fe akan menurun bila terdapat fosfat atau antasida misalnya kalsium karbonat,

aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Besi yang terdapat pada

makanan hewani umumnya diabsorbsi rata-rata dua kali lebih banyak

dibandingkan dengan makanan nabati.13

Kadar Fe dalam plasma berperan dalam mengatur absorbsi Fe. Absorbsi

ini meningkat pada keadaan defisiensi Fe, berkurangnya depot Fe dan

meningkatnya eritropoesis. Selain itu, bila Fe diberikan sebagai obat, bentuk

sediaan, dosis dan jumlah serta jenis makanan dapat mempengaruhi absorbsinya.13

b. Transport

Setelah diabsorbsi, Fe dalam darah akan diikat oleh transferin (siderofilin),

suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian diangkut keberbagai jaringan,

terutama ke sumsum tulang dan depot Fe. Jelas bahwa kapasitas pengikatan total

Fe dalam plasma sebanding dengan jumlah total trasferin plasma, tetapi jumlah Fe

dalam plasma tidak selalu menggambarkan kapasitas pengikatan total Fe ini.

Selain transferin, sel-sel retikulum dapat pula mengangkut Fe, yaitu untu

keperluan eritropoesis. Sel ini juga berfungsi sebagai gudang Fe.13

c. Penyimpanan dan Ekskresi

9

Page 10: Makalah Mandiri Fero Sulfat

Fe yang tidak digunakan dalam eritropoesis akan disimpan sebagai

cadangan dalam bentuk terikat sebagai feritin. Feritin terutama terdapat dalam sel-

sel retikoloendotelial (hati, limpa dan ssumsum tulang) yang nantinya akan

digunakan oleh sumsum tulang dalam proses eritropoesis, 10% diantaranya

terdapat dalam labile pool yang cepat dapat dikerahkan untuk proses ini,

sedangkan sisanya baru digunakan bila labile pool telah kosong. Besi yang

terdapat dalam parenkim jaringan tidak dapat digunakan untuk eritropoesis.13

Bila Fe diberikan IV, akan cepat sekali diikat oleh apoferitin (protein yang

membentuk feritin) dan disimpan terutama dihati, sedangkan setelah pemberian

peroral terutama akan disimpan di limpa dan sumsum tulang. Fe yang berasal dari

pemecahan eritrosit akan masuk ke dalam hati dan limpa. Penimbunan Fe dalam

jumlah abnormal tinggi dapat terjadi akibat transfusi darah yang berulang-ulang

atau akibat penggunaan prefarat Fe dalam jumlah berlebihan yang diikuti absorbsi

yang berlebihan pula.13

Jumlah Fe yang diekskresi setiap hari sedikit sekali, biasanya sekitar 0,5 –

1 mg sehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan saluran

cerna yang terkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan

rambut yang dipotong. Pada proteinuria jumlah yang dikeluarkan dengan urin

dapat meningkat bersama dengan sel yang mengelupas. Pada wanita usia subur

dengan siklus haid 28 hari, jumlah Fe yang diekskresi sehubungan dengan haid

diperkirakan sebanyak 0,5 – 1 mg sehari.13

2.6 Indikasi

10

Page 11: Makalah Mandiri Fero Sulfat

Sediaan Fe hanya digunakan untuk pengobatan anemia defisiensi Fe.

Penggunaan di luar indikasi ini cenderung menyebabkan penyakit penimbunan

besi dan keracunan besi. Anemia defisiensi Fe paling sering disebabkan oleh

kehilangan darah. Selain itu, dapat pula terjadi misalnya pada wanita hamil

(terutama multipara) dan pada masa pertumbuhan, karena kebutuhan yang

meningkat.13

2.7 Kontraindikasi

Sediaan besi dikontraindikasikan pada hemokromatosis, anemia hemolitik,

dan yang diketahui hipersensitif terhadap besi.10

2.8 Efek Samping

Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan

oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan yang

diabsorbsi pada tiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri

lambung (+ 7-20%), konstipasi (+ 10%), diare (+ 5%) dan kolik. Gangguan ini

biasanya ringan dan dapat dikurangi mengurangi dosis atau dengan pemberian

sesuadah makan, walaupun dengan cara ini absorbsi dapat berkurang. Perlu

diterangkan kemungkinan timbulnya feses yang berwarna hitam kepada

penderita.13,14

Perbedaan diantara berbagai macam sediaan besi salah satunya adalah

dalam hal iritasi lokal dan kerja astringennya, yang biasanya tidak diberikan oleh

senyawa kompleks besi. Semua senyawa fero dioksidasi dalam saluran cerna

11

Page 12: Makalah Mandiri Fero Sulfat

dengan melepaskan radikal hidroksil yang akan menyerang dinding saluran cerna

dan menghasilkan berbagai gejala dan ketidaknyamanan pada saluran cerna.3

Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat

suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan, peradangan

lokal dengan pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi

pada pemakaian IM dibandingkan IV. Selain itu dapat pula terjadi reaksi sistemik

yaitu pada 0,5 – 0,8% kasus. Reaksi yang dapat terjadi dalam 10 menit setelah

suntikan adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardi, flushing,

berkeringat, mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi.

Sedangkan reaksi yang lebih sering timbul dalam ½ - 24 jam setelah suntikan

misalnya sinkop, demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, perasaan sakit

pada seluruh badan danensefalopatia. Reaksi sistemik lebih sering terjadi pada

pemberian IV, demikain pula syok atau henti jantung.13

2.9 Bentuk Sediaan Obat

Sediaan besi oral diindikasikan untuk profilaksis maupun terapi anemia

defisiensi besi. Sedian besi oral tersedia dalam bentuk berbagai garam fero dari

sulfat, fumarat, glukonat, suksinat, glutamat, dan laktat. Tidak ada perbedaan

absorbsi di antara garam-garam Fe ini. Jika ada, mungkin disebabkan oleh

perbedaan kelarutannya dalam asam lambung. Dalam bentuk garam sitrat, tartrat,

karbonat, pirofosfat ternyata Fe sukar diabsorbsi, demikian pula sebagai garam

ferri (Fe+++).11,13

12

Page 13: Makalah Mandiri Fero Sulfat

Sediaan besi oral umumnya mengandung besi non-heme dalam bentuk

garam fero, yang umumnya merupakan senyawa fero anorganik dan organik

sederhana ataupun senyawa kompleks fero. Garam fero lebih dipilih karena

memiliki kelarutan yang lebih tinggi daripada garam feri sehingga lebih mudah

diabsorpsi daripada garam feri.10

Sediaan yang banyak digunakan dan murah ialah hidrat sulfas ferosus

(FeSO4.7H2O) 300 mg yang mengandung 20% Fe. Untuk anemia berat biasanya

diberikan 3 x 300 mg sulfas ferosus sehari selama 6 bulan. Dalam hal ini mula-

mula absorbsi berjumlah + 45 mg sehari, dan setelah depot Fe dipenuhi menurun

menjadi 5 – 10 mg sehari. Selama kausa anemia belum disingkirkan terapi harus

diteruskan. Pada mereka yang intoleran terhadap dosis setinggi ini, dapat

dikurangi sampai jumlah yang diterima atau bila perlu sedian diganti dengan

sediaan parenteral.13,15,16

Perhitungan dosis sediaan besi harus selalu berdasarkan jumlah besi

elementalnya, seperti dapat dilihat pada tabel berikut.17

Tabel Persentasi Besi Elemental

Nama Sediaan Besi Elemental Jumlah Besi Elemental

Fero Sulfat 20 % 300 mg 60 mg

Fero sulfat, eksikatus 30 % 200 mg 60 mg

Fero glukonat 12 % 300 mg 35 mg

Fero Fumarat 33 % 200 mg 65 %

13

Page 14: Makalah Mandiri Fero Sulfat

Dalam hal bentuk sediaan, bentuk tablet ataupun kapsul lebih disukai

daripada bentuk cair seperti sirup. Sediaan besi dalam bentuk sirup yang

umumnya ditujukan untuk anak-anak, dapat membuat gigi berwarna kecoklatan.18

Penggunaan sediaan untuk suntikan IM dan IV hanya dibenarkan bila

pemberian oral tidak memungkinkan misalnya penderita bersifat intoleran

terhadap sediaan oral, atau pemberian oral tidak menimbulkan respons

terapeutik.13

Iron dextran (imferon) mangandung 50 mg Fe setiap ml (larutan 5%)

untuk penggunaan IM atau IV. Respons terapeutik terhadap suntikan IM ini tidak

lebih cepat daripada pemberian oral. Dosis total yang diperlukan dihitung

berdasarkan beratnya anemia yaitu 250 mg Fe untuk setiap gram kekurangan Hb.

Pada hari pertama disuntikan 50 mg, dilanjutkan de4ngan 100 – 250 mg setiap

hari atau beberapa hari sekali. Penyuntikan dilakukan pada kuadran atas luar m.

Gluteus dan secara dalam untuk menghindari pewarnaan kulit.13

Untuk memperkecil reaksi toksik pada pemberian IV, dosis permulaan

tidak boleh melebihi 25 mg, dan diikuti dengan peningkatan bertahap untuk 2-3

hari sampai tercapai dosis 100 mg/hari. Obat harus diberikan perlahan lahan yaitu

dengan menyuntikan 20-50 mg/menit.13

2.10 Cara Pemberian

Sediaan besi oral umumnya harus diberikan di antara waktu makan (misal

30 menit – 1 jam atau 2 jam sesudah makan) untuk absorbsi besi yang maksimal.

Namun untuk meminimalkan efek samping pada saluran cerna dapat dikonsumsi

14

Page 15: Makalah Mandiri Fero Sulfat

bersamaan dengan makanan. Pada penderita yang sulit mentoleransi sediaan besi

oral dapat dicoba untuk diberikan dalam dosis kecil dengan frekuensi pemberian

lebih sering pada awalnya lalu dosis ditingkatkan secara bertahap atau dengan

mengganti dengan bentuk sediaan lainnya.10

2.11 Dosis

Dosis terapi yang umum untuk dewasa adalah 50 – 100 mg besi elemental

tiga kali sehari. Dosis yang lebih kecil (60-120 mg Fe per hari) juga

direkomendasikan terutama untuk meminimalkan intoleransi saluran cerna.

Pemberian dosis kecil ini kemungkinan akan diikuti dengan kecepatan

pengembalian zat besi yang lambat dan bertahap.19

Dosis untuk dewasa yang kekurangan Fe yaitu 300 mg, dua kali sehari

sampai 300 mg 4 kali sehari atau 250 mg (lepas lambat) dalam 1-2 kali sehari.

Untuk profilaksis 300 mg/hari. Dosis untuk anak-anak dengan anemia karena

defisiensi Fe parah yaitu 4-6 mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi, snemia karena

defisiensi Fe ringan -sedang yaitu 3 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis terbagi, dan

profilaksis 1-2 mg/kg/hari sampai dosis maksimum 15 mg/hari.12

         

2.12 Interaksi Obat

Penggunaan bersamaan vitamin C lebih dari 200 mg per 30 mg Fe akan

meningkatkan absorpsi oral Fe. Absorpsi oral Fe dan tetrasiklin akan menurun

jika digunakan bersamaan. Absorpsi fluorokuinolon, levodopa, metildopa dan

penisilinamin akan menurun karena terbentuknya kompleks Fe-kuinolon

15

Page 16: Makalah Mandiri Fero Sulfat

(terbentuk kelat). Penggunaan bersamaan antasida, bloker H2 atau inhibitor

pompa proton akan menurunkan absorpsi (menurunkan produksi asam lambung).

Respon terhadap Fe akan tertunda dengan adanya kloramfenikol, suplemen Zn

(dosis besar besi menurunkan absorbs Zn).    Sereal (mengandung asam fitat),

serat makanan, teh, kopi, telur dan susu akan menurunkan absorpsi besi.12

2.13 Over dosis / Keracunan

Gejala keracunan besi meliputi iritasi saluran cerna, erosi mukosa saluran

cerna, gangguan hati dan ginjal, koma, hematemesis, dan asidosis. Overdosis besi

yang parah dapat diatasi dengan pemberian deferoksamin yang diberikan secara

intravena. Dosis toksik besi adalah di atas 35 mg/kgBB.20

Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa, kebanyakan

terjadi pada anak akibat menelan terlalu banyak tablet FeSO4 yang mirip gula-

gula. Intoksikasi akut ini dapat terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 gr. Kelainan

utama terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai terjadi

nekrosis. Gejala yang timbul sering kali berupa mual, muntah, diare, hematemesis

serta feses berwarna hitam karena perdarahan pada saluran cerna, syok dan

akhirnya kolaps kardiovaskuler dengan bahaya kematian. Efek korosif dapat

menyebabkan stenosis pilorus dan terbentuknya jaringan parut berlebihan di

kemudian hari.13

Gejala keracunan tersebut diatas dapat timbul dalam waktu 30 menit atau

setelah beberapa jam meminum obat. Terapi yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut : pertama-tama diusahakan agar penderita muntah, kemudian diberikan

16

Page 17: Makalah Mandiri Fero Sulfat

susu atau telur yang dapat mengikat Fe sebagai kompleks protein Fe. Bila obat

diminum kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat dilakukan bilasan lambung dengan

menggunakan larutan natrium bikarbonat 1%. Akan tetapi, bila masuknya obat

telah lebih dari 1 jam, maka telah terjadi nekrosis sehingga bilasan lambung dapat

menyebabkan perforasi. Selanjutnya keadaan syok dehidrasi dan asidosis harus

diatasi. Selain itu, deferoksamin yang merupakan zat pengkelat (chelating agent)

spesifik untuk besi, efektif untuk mengatasi efek toksik sistemik maupun lokal.

Intoksikasi menahun dapat mengakibatkan hemosiderosis.13

2.14 Pemantauan Terapi Fero Sulfat

Respon terapi dapat dievaluasi dengan mengetahui peningkatan Hb dan

hitung retikulosit. Respon positif jika ditemukan kenaikan konsentrasi Hb 0,1-0,3

g/dL atau kenaikan Ht 1% pada hari keempat. Retikulosit meningkat dalam 3-5

hari dimulai pengobatan, mencapai puncaknya pada hari ke-7-10. Untuk mencapai

nilai Hb yang diharapkan membutuhkan waktu rata-rata 1-2 bulan. Sekali kadar

Hb mencapai normal, maka terapi besi terus dilanjutkan paling tidak hingga 3

bulan berikutnya untuk mengembalikan cadangan besi.21,22

17

Page 18: Makalah Mandiri Fero Sulfat

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Adapun simpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan

besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis

berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang.

2. Manajemen anemia defisiensi besi yang efektif yaitu pemberiaan sediaan besi

oral, yang banyak digunakan adalah Fero Sulfat (FeSO4) karena harganya

yang relatif murah dan efektif.

3. Absorbsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum. Setelah

diabsorbsi, Fe dalam darah akan diikat oleh transferin (siderofilin)

yangdiangkut keberbagai jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot Fe.

Fe yang tidak digunakan dalam eritropoesis akan disimpan sebagai cadangan

dalam bentuk terikat sebagai feritin

4. Indikasi sediaan Fe Sulfat hanya digunakan untuk pengobatan anemia

defisiensi Fe.

5. Sediaan besi dikontraindikasikan pada hemokromatosis, anemia hemolitik,

dan yang diketahui hipersensitif terhadap besi.

18

Page 19: Makalah Mandiri Fero Sulfat

6. Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi dengan gejala yang

timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung (+ 7-20%), konstipasi (+ 10%),

diare (+ 5%) dan kolik.

7. Sediaan yang banyak digunakan dan murah ialah sediaan oral hidrat sulfas

ferosus (FeSO4.7H2O) 300 mg yang mengandung 20% Fe.

8. Sediaan besi oral umumnya harus diberikan di antara waktu makan (misal 30

menit – 1 jam atau 2 jam sesudah makan) untuk absorbsi besi yang maksimal.

Namun untuk meminimalkan efek samping pada saluran cerna dapat

dikonsumsi bersamaan dengan makanan.

9. Dosis untuk dewasa yang kekurangan Fe yaitu 300 mg, dua kali sehari sampai

300 mg 4 kali sehari atau 250 mg (lepas lambat) dalam 1-2 kali sehari.

10. Penggunaan bersamaan vitamin C lebih dari 200 mg per 30 mg Fe akan

meningkatkan absorpsi oral Fe.

11. Dosis toksik besi adalah di atas 35 mg/kgBB. Gejala yang timbul sering kali

berupa mual, muntah, diare, hematemesis serta feses berwarna hitam karena

perdarahan pada saluran cerna, syok dan akhirnya kolaps kardiovaskuler

dengan bahaya kematian.

12. Respon terapi dapat dievaluasi dengan mengetahui peningkatan Hb dan hitung

retikulosit.

19

Page 20: Makalah Mandiri Fero Sulfat

DAFTAR PUSTAKA

1. Berkow R. 1997. The Merck Manual of Medical Information. New York : Pocket Books Health.

2. Kennedy G, Nantel G, dan Shetty P. 2005. The Scourge of “Hidden Hunger” : Global dimensions of Micronutrient Deficiencies. FAO Corporate Document Repository. Diperoleh dari www.fao.org/DOCREP/005/y8346m/y8346m02. htm

3. Gasche C. Lomer ECM. Cavill I, dan Weiis G.. Iron, anemia, and inflammatory bowel disease. Review Article.Gut. 2004;53:1190-7.

4. Wahyuni AS. 2004. Anemia Defisiensi Besi pada Balita. USU Digital Library.5. Bakta, I.M. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.6. NAAC (National Anemia Action Council). 2005. Iron Deficiency Anemia. AS

: National Anemia Action Council, Inc. Diperoleh dari www.anemia.org.7. Provan D. 2005. Iron deficiency Anemia. ABC of Clinical Hematology8. Mukhopadhyay D, dan Mohanambun K. Iron defficiency aneima in older

people : investigation, managenment, and treatment (commentary). Age and Ageing. 2002;31:87-91

9. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta: departemen Kesehatan RI.

10. ASHP. 2002. AHFS Drug Information. Bethesda : American Society of Health System Pharmacist, Inc.

11. USDPI. 1989. Drug Information for The Health Care Professional. Edisi 9. Vol IA. United States Pharmacopeial Convention, Inc.

12. Informasi obat oleh Dinas Kesehatan Jawa Barat. www.diskes.jabarprov.go.id.13. Ganiswara SG.2004. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: Bagian

Farmakologi FKUI.14. Gennaro RA. 1990. Pharmaceutical Sciences. Edisi 18. Pennsylvania : Mack

Publishing Company.15. McDiarmid T dan Johnson DE. Are any oral iron formulations better tolerated

than ferous silphate? Journal of Family Practice 2002:51(6)16. Ibrahim D. 2005. Oral Iron Supplements : A review. Artikel online dari

university of Saskatchewan Pharmacy & Nutrition.htm17. Little RD. Ambulatory management of common form of anemia. Journal of

Am.Fam.Physician. 1999:59(6)18. Tripathi, K.D 2001. Essential of Medical Pharmacology. India : Jaypee

Brothers Medical Publisher.19. Katzung GB. 2004. Basic & Clinical Pharmacological. Edisi 9. Singapore :

McGraw Hill.

20

Page 21: Makalah Mandiri Fero Sulfat

20. Gennaro RA. 2000. Remington : The Science and Practice of Pahrmacy. Edisi 20. Pennsylvania : Mack Publishing Company.

21. Zimmermann MB, Hurrel RF. Nutritional iron deficiency. The Lancet 2007:370(9586): 511-20

22. Timmcke JQ 2005. A New Approach to Deliver Iron to A Deficient Population : Formulation Focus.

21