makalah manajem luka bakar

56
MAKALAH INTEGUMEN II “Managemen Luka Bakar” DOSEN TUTORIAL: Ns.IMRAN, S.Kep OLEH KELOMPOK IV KELAS : 3 A / Semester V PRODI : SI REGULER ANDI MAULANA ARIS TRI WICAKSONO AYUNITA B DIAH FAURI YANI ETIK SUSILAWATI PUTRI RAHAYU TRI WULANDARI SITI HALWA BERRI HANDOKO M. ZAMRONNY NISWATUL JANNAH SUPARMANTO RIKA APRIANTI NURUL FAJRI WARIHARDI

Upload: warihardi

Post on 11-Aug-2015

181 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

makalah manajemen luka bakar

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Manajem Luka Bakar

MAKALAH INTEGUMEN II

“Managemen Luka Bakar”

DOSEN TUTORIAL: Ns.IMRAN, S.Kep

OLEH KELOMPOK IV

KELAS : 3 A / Semester V

PRODI : SI REGULER

ANDI MAULANA

ARIS TRI WICAKSONO

AYUNITA B

DIAH FAURI YANI

ETIK SUSILAWATI

PUTRI RAHAYU

TRI WULANDARI

SITI HALWA

BERRI HANDOKO

M. ZAMRONNY

NISWATUL JANNAH

SUPARMANTO

RIKA APRIANTI

NURUL FAJRI

WARIHARDI

YUNDA ROHANINGSIH

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADYAH PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2012 / 2013

Page 2: Makalah Manajem Luka Bakar

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan limpahan karunia – Nya

kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap

tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan,

hal ini di sebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena

itu, kritik dan saran serta masukan yang konstruktif sangat kami harapkan guna kesempurnaan

di masa mendatang.

Selama menyelesaikan makalah ini tidak terlepas pula dari bantuan baik secara langsung

maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Penghargaan dan ucapan serta haturan terima kasih

pada dosen pembimbing mata kuliah yang bersangkutan ini dan teman – teman yang telah

mendukung dalam pembuatan makalah kami ini.

Harapan kami semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca dan

teman – teman semua.Namun, apabila terjadi kekeliruan di dalam pembuatan makalah ini, kami

mohon maaf sebesar – besarnya.Karena kami hanya manusia yang daif dan mempunyai banyak

kekurangan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pontianak,2 Desember 2012

Penyusun

Page 3: Makalah Manajem Luka Bakar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja baik di rumah,

di tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Anak-anak kecil dan orang tua

merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Penyebab luka bakar

pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan kimia, aliran listrik

dan lain-lain.

Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat

mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan penyebab

luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan

dalam memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka bakar yang hanya

sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena tersiram air panas dengan luka bakar

karena terkena zat kimia atau radiasi membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas

luka bakarnya sama.

Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan rehabilitasnya masih

sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil.

Mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien, maka pasien luka

bakar memerlukan penanganan yang serius.

B. MasalahRumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah:

1) Jelaskan patofisiologi dari luka bakar !

2) Jelaskan respon local dan luas dari luka bakar !

3) Apa saja fase darurat/ resusitasi perawatan luka bakar ?

4) Bagaimana penatalaksanaan kehilangan cairan dan syok pada pasien dengan luka bakar ?

C. Tujuan1) Dapat memberikan penjelasan mengenai patofisiologi luka bakar.

2) Dapat memberikan penjelasan mengenai respon local dan luas dari luka bakar.

3) Dapat menjelaskn fase darurat / resusitasi perawatan luka bakar.

4) Dapat memberikan penjelasan dari penatalaksanaan kehilangan cairan dan syok pada

pasien dengan luka bakar.

Page 4: Makalah Manajem Luka Bakar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI LUKA BAKAR

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia

dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam ( Irna Bedah RSUD

Dr.Soetomo, 2001 ).

Luka bakar adalah luka yang dapat timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok

listrik, atau bahan kimia ( Corwin, 2001 ).

Luka oleh karena kontak dengan agen bersuhu tinggi, seperti api, air panas, listrik,

bahan kimia radiasi, suhu sangat rendah ( Mansyoor, dkk, 2000 ).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh kontak

dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi ( Yefta

Moenadjat, 2003 ).

Cedera kulit oleh karena perpindahan energi dari sumber panas ke kulit ( Effendi,

1999; Smeltzer & Bare, 2002 ).

2. ETIOLOGI LUKA BAKAR

a) Air panas

b) Api

c) Listrik, petir, radiasi

d) Bahan kimia ( sifat asam dan basa kuat )

e) Ledakan kompor, udara panas

f) Ledakan ban. Bom

g) Sinar matahari

h) Suhu yang sangat rendah ( frost bite )

3. KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan

disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan

full thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -

tiga.

Page 5: Makalah Manajem Luka Bakar

Kedalaman dan

penyebab luka

bakar

Bagian

kulit yang

terkena

Gejala Penampilan luka Perjalanan

kesembuhan

Derajat satu

( superfisial ):

tersengat

matahari,

terkena api

dengan

intensitas

rendah

Epidermis Kesemutan,

hiperestesia

(supersensivitas

), rasa nyeri

mereda jika

didinginkan

Memerah, menjadi

putih ketika ditekan

minimal atau tanpa

edema

Kesembuhan

lengkap dalam

waktu satu

minggu,

terjadi

pengelupasan

kulit

Derajat-dua

(partial-

thickness):

tersiram air

mendidih,

terbakar oleh

nyala api

Epidermis

dan bagian

dermis

Nyeri,

hiperestesia,

sensitif terhadap

udara yang

dingin

Melepuh, dasar luka

berbintik-bintik

merah, epidermis

retak, permukaan

luka basah, terdapat

edema

Kesembuhan

dalam waktu

2-3 minggu,

pembentukan

parut dan

depigmentasi,

infeksi dapat

mengubahnya

menjadi

derajat-tiga

Derajat-tiga

(full-

thickness):

terbakar nyala

api, terkena

cairan mendidih

dalam waktu

yang lama,

tersengat arus

Epidermis,

keseluruhan

dermis dan

kadang-

kadang

jaringan

subkutan

Tidak terasa

nyeri, syok,

hematuria

(adanya darah

dalam urin) dan

kemungkinan

pula hemolisis

(destruksi sel

darah merah),

Kering, luka bakar

berwarna putih

seperti bahan kulit

atau gosong, kulit

retak dengan bagian

lemak yang tampak,

terdapat edema

Pembentukan

eskar,

diperlukan

pencangkokan

, pembentukan

parut dan

hilangnya

kontur serta

fungsi kulit,

Page 6: Makalah Manajem Luka Bakar

listrik kemungkinan

terdapat luka

masuk dan

keluar (pada

luka bakar

listrik)

hilangnya jari

tangan atau

ekstrenitas

dapat terjadi

GAMBAR LUKA BAKAR SESUAI DENGAN DERAJAT LUKA

Gambar luka bakar derajat I (superfisial) Gambar luka bakar derajat II (partial-thickness)

gambar klasifikasi luka bakar Gambar luka bakar III (Full – thicknes )

Page 7: Makalah Manajem Luka Bakar

4. RESPON LOKAL DAN LUAS LUKA BAKAR

a) Respon lokal

Pada luka bakar terjadi 2 respon:

1) Respon  lokal

2) Respon sistemik

Pada respon lokal terdapat 3 zona menurut Jackson:

1) Zona koagulasi → terjadi kerusakan maksimum, bersifat irreversibel (tidak bisa

kembali meskipun dengan penanganan adekuat)

2) Zona stasis → terjadi penurunan aliran darah (pucat), bersifat reversibel

dengan penanganan adekuat

3) Zona hiperemia→ terjadi penurunan perfusi, berwarna kemerahan, sembuh

meskipun tanpa penanganan.

b) Luas Luka Bakar

1) Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan Rule of Nine dari Wallace,

yaitu :

Kepala dan leher  = 9 %

Ekstremitas atas  = 2 x 9% (kiri dan kanan)

Page 8: Makalah Manajem Luka Bakar

Paha dan betis – kaki = 4 x 9%  (kanan dan kiri)

Dada, perut, bokong dan punggung = 4 x 9%

Perineum dan genitalia = 1 %

2) Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan

kepala anak lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh   karena

itu, digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10 – 15 –20  dari Lund dan

Browder untuk anak.

a) Untuk anak  :

Kepala dan leher 15 %

Bagian depan dan belakang masing – masing 20 %

Ekstremitas atas kanan dan kiri masing – masing 10 %

Ekstremitas bawah kanan dan kiri masing – masing 15 %

b)  Luasnya luka bakar:

rumus 10 untuk bayi

rumus 10-15-20 untuk anak

rumus 9 untuk orang dewasa

c) Klasifikasi luka bakar

Berat atau kritis bila :

Derajat 2 dengan luas > 25 %

Derajat 3 dengan luas >10 % atau terdapat di muka, kaki, dan tangan

Luka bakar disertai dengan trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas

atau fraktur

Luka akibat listrik

Sedang bila :

Derajat 2 dengan luas 15 – 25 %

Derajat 3 dengan luas <10% kecuali muka , kaki dan tangan

Ringan bila :

Derajat 2 dengan luas < 15 %

Derajat 3 < 2 %

Page 9: Makalah Manajem Luka Bakar

5. PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR

Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air,

natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan

terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi.

Kehilangan cairan tubuh pada klien luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain: peningkatan mineralokortikoid (retensi air, natrium, klorida, ekskresi kalium),

peningkatan permeabilitas pembuluh darah, perbedaan tekanan osmotik intra dan ekstra

sel.

Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler

yang mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan diikuti

dengan; penurunan curah jantung, hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi

pada organ mayor, edema menyeluruh.

Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma ke ginjal dan GFR

akan menurun yang mengakibatkan penurunan haluaran urine.

Sepertiga dari klien-klien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang

berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak terjadi cedera pulmoner, hipoksia

(starvasi oksigen) dapat dijumpai. Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh

jaringan tubuh klien akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan

hipermetabolisme dan repon lokal.

Cedera inhalasi merupakan penyebab utama kematian pada korban-korban

kebakaran. Karbonmonoksida mungkin merupakan gas yang paling sering menyebabkan

cedera inhalasi karena gas ini merupakan produk sampingan pembakaran bahan-bahan

organik. Efek patofisiologiknya adalah hipoksia jaringan yang terjadi ketika

karbonmonoksida berikatan dengan hemoglobin untuk membentuk karboksihemoglobin.

Respon umum yang biasa terjadi pada klien luka bakar >20% adalah penurunan

aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek repson hipovolemik

dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.

Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Semua tingkat

respon imun akan dipengaruhi nsecara merugikan. Kehilangan integritas kulit diperparah

lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan kadar

imunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, dan penurunan jumlah

Page 10: Makalah Manajem Luka Bakar

limfosit ( limfositopenia ). Imunosupresi membuat klien luka bakar berisiko tinggi untuk

mengalami sepsis.

Hilangnya kulit juga menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhunya.

Karena itu klien-klien luka bakar dapat memperlihatkan suhu tubuh yang rendah dalam

beberapa jam pertama pasca luka bakar, tetapi kemudian setelah keadaan

hipermetabolisme menyetel kembali suhu inti tubuh, klien luka bakar akan mengalami

hipertermi selama sebagian besar periode pasca luka bakar kendati tidak terdapat infeksi.

6. Fase Emergent/ Darurat (Resusitasi)

Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan

membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah injury.

Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan

memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk ke dalam fase emergensi adalah

A. Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)

Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat kejadian

luka bakar dan berakhir ketika sampai di institusi pelayanan emergensi. Pre-hospital

care dimulai dengan memindahkan/menghindarkan klien dari sumber penyebab LB

dan atau menghilangkan sumber panas

Petunjuk perawatan klien luka bakar sebelum di rumah sakit

1. Jauhkan penderita dari sumber LB

· Padamkan pakaian yang terbakar

· Hilangkan zat kimia penyebab LB

· Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia

· Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering

dan tidak menghantarkan arus (nonconductive)

Page 11: Makalah Manajem Luka Bakar

2. Kaji ABC (airway, breathing, circulation):

· Perhatikan jalan nafas (airway)

· Pastikan pernafasan (breathibg) adekwat

· Kaji sirkulasi

3. Kaji trauma yang lain

4. Pertahankan panas tubuh

5. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena

6. Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)

B. Penanganan dibagian emergensi

Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan dari tindakan yang telah

diberikan pada waktu kejadian. Jika pengkajian dan atau penanganan yang dilakukan

tidak adekuat, maka pre hospital care di berikan di bagian emergensi. Penanganan luka

(debridemen dan pembalutan) tidaklah diutamakan bila ada masalah-masalah lain yang

mengancam kehidupan klien, maka masalah inilah yang harus diutamakan

1. Penanganan Luka Bakar Ringan

Perawatan klien dengan LB ringan seringkali diberikan dengan pasien rawat jalan.

Dalam membuat keputusan apakah klien dapat dipulangkan atau tidak adalah

dengan memperhatiakn antara lain

a. kemampuan klien untuk dapat menjalankan atau mengikuti intruksi-instruksi dan

kemampuan dalam melakukan perawatan secara mandiri (self care)

b.lingkungan rumah. Apabila klien mampu mengikuti instruksi dan perawatan diri

serta lingkungan di rumah mendukung terjadinya pemulihan maka klien

dapatdipulangkan.

Page 12: Makalah Manajem Luka Bakar

Perawatan di bagian emergensi terhadap luka bakar minor meliputi :

a. Managemen nyeri

Managemen nyeri seringkali dilakukan dengan pemberian dosis ringan

morphine atau meperidine dibagian emergensi. Sedangkan analgetik oral

diberikan untuk digunakan oleh pasien rawat jalan.

b. Profilaksis tetanus

Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus adalah sama pada penderita LB

baik yang ringan maupun tipe injuri lainnya. Pada klien yang pernah mendapat

imunisasi tetanus tetapi tidak dalam waktu 5 tahun terakhir dapat diberikan

boster tetanus toxoid. Untuk klien yang tidak diimunisasi dengan tetanus human

immune globulin dan karenanya harus diberikan tetanus toxoid yang pertama

dari serangkaian pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid.

c. Perawatan luka awal

Perawatan luka untuk LB ringan terdiri dari membersihkan luka (cleansing)

yaitu debridemen jaringan yang mati; membuang zat-zat yang merusak (zat

kimia, tar, dll); dan pemberian/penggunaan krim atau salep antimikroba topikal

dan balutan secara steril. Selain itu juga perawat bertanggung jawab

memberikan pendidikan tentang perawatan luka di rumah dan manifestasi klinis

dari infeksi agar klien dapat segera mencari pertolongan. Pendidikan lain yang

diperlukan adalah tentang pentingnya melakukan latihan ROM (range of

motion) secara aktif untuk mempertahankan fungsi sendi agar tetap normal dan

untuk menurunkan pembentukan edema dan kemungkinan terbentuknya scar.

Dan perlunya evaluasi atau penanganan follow up juga harus dibicarakan

dengan klien pada waktu itu.

d. Pendidikan / penyuluhan kesehatan

Page 13: Makalah Manajem Luka Bakar

Pendidikan tentang perawatan luka, pengobatan, komplikasi, pencegahan

komplikasi, diet, berbagai fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat yang dapat

di kunjungi jika memmerlukan bantuan dan informasi lain yang relevan perlu

dilakukan agar klien dapat menolong dirinya sendiri.

2. Penanganan Luka Bakar Berat.

Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian emergensi

akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi ) dan

trauma lain yang mungkin terjadi; resusitasi cairan (penggantian cairan yang

hilang); pemasangan kateter urine; pemasangan nasogastric tube (NGT);

pemeriksaan vital signs dan laboratorium; management nyeri; propilaksis tetanus;

pengumpulan data; dan perawatan luka.

Berikut adalah penjelasan dari tiap-tiap penanganan tersebut, yakni sebagai berikut.

a. Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang

mungkin terjadi.

Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan, dan sirkulasi unutk

lebih memastikan ada tidaknya kegawatan dan untuk memastikan penanganan

secara dini. Selain itu melakukan pengkajian ada tidaknya trauma lain yang

menyertai cedera luka bakar seperti patah tulang, adanya perdarahan dan lain-

lain perlu dilakukan agar dapat dengan segera diketahui dan ditangani.

b. Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang)

Bagi klien dewasa dengan luka bakar lebih dari 15 %, maka resusitasi cairan

intravena umumnya diperlukan. Pemberian intravena perifer dapat diberikan

melaui kulit yang tidak terbakar pada bagian proximal dari ekstremitas yang

terbakar. Sedangkan untuk klien yang mengalami luka bakar yang cukup luas

atau pada klien dimana tempat-tempat untuk pemberian intravena perifer

terbatas, maka dengan pemasangan kanul (cannulation) pada vena central

(seperti subclavian, jugular internal atau eksternal, atau femoral) oleh dokter

Page 14: Makalah Manajem Luka Bakar

mungkin diperlukan. Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan dan

kemudian dilanjutkan dengan resusitasi cairan.

Periode resuscitasi dimulai dengan tindakan resusitasi cairan dan diakhiri

bila integritas kapiler kembali mendekati keadaan normal dan perpindahan

cairan yang banyak mengalami penurunan. Resusitasi cairan dimulai untuk

meminimalkan efek yang merusak dari perpindahan cairan.

Tujuan resuscitasi cairan adalah untuk mempertahankan ferfusi organ vital

serta menghindari komlikasi terapi yangtidak adekuat atau berlebihan. Terdapat

beberapa formula yang digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan seperti

tampak dalam tabel diatas.Banyaknya/jumlah cairan yang pasti didasarkan pada

berat badan klien dan luasnya injury luka bakar. Faktor lain yang menjadi

pertimbangan meliputi adalah adanya inhalasi injuri, keterlambatan resusitasi

awal, atau kerusakan jaringan yang lebih dalam. Faktor-faktor ini cenderung

meningkatkan jumlah/banyaknya cairan intravena yang dibutuhkan untuk

resusitasi adekuat di atas jumlah yang telah dihitung. Dengan pengecualian pada

formula Evan dan Brooke, cairan yang mengandung colloid tidak diberikan

selama periode ini karena perubahan-perubahan pada permeabilitas kapiler yang

menyebabkan kebocoran cairan yang banyak mengandung protein kedalam

ruang interstitial, sehingga meningkatkan pembentukan edema.

Selama 24 jam kedua setelah luka bakar, larutan yang mengandung colloid

dapat diberikan, dengan dextrose 5% dan air dalam jumlah yang bervariasi.

Sangat penting untuk diingat bahwa senmua formula resusitasi yang ada

hanyalah sebagai alat bantu dan harus disesuaikan dengan respon fisiologis

klien. Keberhasilan atau keadekuatan resusitasi cairan pada orang dewasa

ditandai dengan stabilnya vital signs, adekuatnya output urine, dan nadi perifer

yang dapat diraba

Page 15: Makalah Manajem Luka Bakar

c. Pemasangan kateter urine

Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap jam.

Output urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan keadekuatan

dari resusitasi cairan.

d. Pemasangan nasogastric tube (NGT)

Pemasangan NGT bagi klien LB 20 % -25 % atau lebih perlu dilakukan untuk

mencegah emesis dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi. Disfungsi

ganstrointestinal akibat dari ileus dapat terjadi umumnya pada klien tahap dini

setelah luka bakar. Oleh karena itu semua pemberian cairan melalui oral harus

dibatasi pada waktu itu.

e. Pemeriksaan vital signs dan laboratorium

Vital signs merupakan informasi yang penting sebagai data tambahan untuk

menentukan adekuat tidaknya resuscitasi. Pemeriksaan laboratorium dasar akan

meliputi pemeriksaan gula darah, BUN (blood ures nitrogen), creatini, elektrolit

serum, dan kadar hematokrit. Kadar gas darah arteri (analisa gas darah), COHb

juga harus diperiksa, khususnya jika terdapat injuri inhalasi. Tes-tes

laboratorium lainnya adalah pemeriksaan x-ray untuk mengetahui adanya

fraktur atau trauma lainnya mungkin perlu dilakukan jika dibutuhkan.

Monitoring EKG terus menerus haruslah dilakukan pada semua klien dengan

LB berat, khususnya jika

disebabkan oleh karena listrik dengan voltase tinggi, atau pada klien yang

mempunyai riwayat iskemia jantung atau dysrhythmia.

f. Management nyeri

Penanganan nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat narcotik intravena,

seperti morphine. Pemberian melalui intramuskuler atai subcutan tidak

dianjurkan karena absorbsi dari jaringan lunak tidak cukup baik selama periode

ini bila hipovolemia dan perpindhan cairan yang banyak masih terjadi.

Page 16: Makalah Manajem Luka Bakar

Demikian juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi secara oral tidak

dianjurkan karena adanya disfungsi gastrointestial.

g. Propilaksis tetanus

Propilaksis tetanus pada klien LB adalah sama, baik pada luka bakar berat

maupun luka bakar yang ringan.

h. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan tanggung jawab yang sangat penting bagi team

yang berada di ruang emergensi. Kepada klien atau yang lainnya perlu

ditanyakan tentang kejadian kecelakaan LB tersebut. Informasi yang diperlukan

meliputi waktu injuri, tingkat kesadaran pada waktu kejadian, apakah ketika

injuri terjadi klien berada di ruang tertutup atau terbuka, adakah truma lainya,

dan bagaimana mekanisme injurinya. Jika klien terbakar karena zat kimia,

tanyak tentang zat kimia apa yang menjadi penyebabnya, konsentrasinya,

lamanya terpapar dan apakah dilakuak irigari segera setelah injuri. Sedangkan

jika klien menderita LB karena elektrik, maka perlu ditanyakan tentang

sumbernya, tipe arus dan voltagenya yang dapat digunakan untuk menentukan

luasnya injuri. Informasi lain yang diperlukan adalah tentang riwayat kesehatan

klien masa lalu seperti kesehatan umum klien. Informasi yang lebih khusus

adalah berkaitan dengan penyakit-penyakit jantung, pulmoner, endokrin dan

penyakit ginjal karena itu semua mempunyai implikasi terhadap treatment.

Disamping itu perlu pula diketahui tentang riwayat alergi klien, baik terhadap

obat maupun yang lainnya.

i. Perawatan luka

Luka yang mengenai sekeliling ekstremitas dan torak dapat mengganggu

sirkulasi dan respirasi, oleh karena itu harus mendapat perhatian. Komplikasi ini

lebih mudah terjadi selama resusitasi, bila cairan berpindah ke dalam jaringan

interstitial berada pada puncaknya. Pada LB yang mengenai sekeliling

ekstremitas, maka meninggikan bagian ekstremitas diatas jantung akan

Page 17: Makalah Manajem Luka Bakar

membantu menurunkan edema dependen; walaupun demikian gangguan

sirkulasi masih dapat terjadi. Oleh karena pengkajian yang sering terhadap

perfusi ekstremitas bagian distal sangatlah penting untuk dilakukan.

Escharotomy merupakan tindakan yang tepat untuk masalah gangguan

sirkulasi karena LB yang melingkari bagian tubuh. Seorang dokter melaukan

insisi terhadap eschar yang akan mengurangi/menghilangkan konstriksi

sirkulasi. Umumnya dilakukan ditempat tidur klien dan tanpa menggunakan

anaetesi karena eschar tidak berdarah dan tidak nyeri. Namun jaringan yang

masih hidup dibawah luka dapat berdarah. Jika perfusi jaringan adekuat tidak

berhasil, maka dapat dilakukan fasciotomy. Prosedur ini adalah menginsisi

fascia, yang dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi.

Demikian juga, escharotomy dapat dilakukan pada luka bakar yang mengenai

torak untuk memperbaiki ventilasi. Setelah dilakukan tindakan escharotomy,

maka perawat perlu melakukan monitoring terhadap perbaikan ventilasi.

Perawatan luka dibagian emergensi terdiri-dari penutupan luka dengan sprei

kering, bersih dan baju hangat untuk memelihara panas tubuh. Klien dengan

luka bakar yang mengenai kepala dan wajah diletakan pada posisi kepala elevasi

dan semua ekstremitas yang terbakar dengan menggunakan bantal sampai diatas

permukaan jantung. Tindakan ini dapat membantu menurunkan pembentukan

edema dependent. Untuk LB ringan kompresdingin dan steril dapat mengatasi

nyeri. Kemudian dibawa menuju fasilitas kesehatan.

Page 18: Makalah Manajem Luka Bakar

6. PENATALAKSANAAN KEHILANGAN CAIRAN DAN SYOK

Setelah menangani kesulitan pernapasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah

mencegah terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang

hilang. Perubahan cairan dan Elektrolit Pada Fase Emergensi/Resusitasi dalam

Perawatan Luka Bakar

Fase Akumulasi Cairan (Fase Syok)

Plasma menuju cairan interstisial (Edema pada tempat yang

terbakar)

Observasi penjelasan

Dehidrasi yang

Menyeluruh

Berkurangnya

volume darah

Berkurangnya

haluran urin

Plasma mengalir keluar (bocor) lewat

pembuluh darah kapiler yang rusak

Terjadi sekunder akibat hilangnya plasma

penurunan tekanan darah dan berkurangnya

curah jantung

Terjadi sekunder akibat:

- kehilangna aliran darah renal

- kehilangan cairan

- Retensi Na&air karena peningkatan

kortek adrenal (hemolisis sel darah merah

yang menyebabkan

hemoglobinuria&mionekrosis/mioglobinuria

Page 19: Makalah Manajem Luka Bakar

Kadar K+ yang

Berlebihan

Kadar Na+ yang

kurang/deficit

Trauma seluler yang massif menyebabkan

pelepasan ion K+ ke dalam cairan

ekstraseluler

Sejumlah besar ion Na+ hilang dalam cairan

edema yang terperangkap dan mengalami

eksudasi serta berpindah ke dalam sel

ketika ion K+ dilepas dari dalam sel

Kehilangan ion-ion bikarbonat menyertai

kehilangan natrium

Komponen darah yang cair mengalir ke

dalam ruang ekstravaskuler

Page 20: Makalah Manajem Luka Bakar

Asidosi metabolic

(deficit basabikarbonat)

Hemokonsentrasi

(Kenaikan

hematokrit)

Selang infus dan kateter urin harus sudah terpasang sebelum resusitasi cairan dimulai. Hasil

pengukuran BB dan tes laboratorium juga dicatat dan dipantausecara ketat.

Penggantian Cairan

Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama dihitung oleh dokter

berdasarkan luas luka baker. Beberapa kombinasi kategori cairan dapat digunakan

(1) koloid-whole blood, plasma serta plasma ekpander, dan

(2)kristaloid/elektrolit-larutan natrium klorida fisiologik atau larutan ringer laktat.

Resusitasi cairan yang adequate menghasilkan sedikit penurunan volume darah selama

24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma dalam nilai yang

normal pada akhir periode 48 jam.

Pedoman Rumus untuk Penggantian Cairan Pada Pasien Luka Bakar

Rumus Konsensus

Larutan Ringer Laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml X kg BB X %

luas luka baker.

Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya.

Page 21: Makalah Manajem Luka Bakar

Rumus Evans

1. Koloid: 1ml X kg BB X % luas luka bakar

2. Elektrolit (saline): 1ml X kg BB X % luas luka bakar

3. Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible

Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam

selanjutnya.

Hari 2: Separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari sebelumnya,

seluruh penggantian cairan insensible.

Maksimum 10.000 selama 24 jam. Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50%

luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.

Rumus Brooke Army

1. Koloid: 0,5ml X kg BB X % luas luka baker

2. Elektrolit (larutan ringer laktat): 1,5ml X kg BB X % luas luka baker

3. Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible

Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam

selanjutnya.

Hari 2: Separuh dari cairan koloid, separuh elektrolit, seluruh penggantian cairan

insensible.

Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung

berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.

Page 22: Makalah Manajem Luka Bakar

Rumus Parkland/Baxter

Larutan ringer laktat: 4ml X kg BB X luas luka baker

Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam

selanjutnya.

Hari 2: Bervariasi. Ditambahkan koloid Larutan Salin Hipertonik

Larutan pekat natrium klorida dan laktat dengan konsentrasi 250-300 mEq

natrium perLiter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk mempertahankan

volume keluaran urin yang diinginkan. Jangan meningkatkan kecepatan infuse selama

8 jam pertama pasca luka baker. Kadar natrium serum harus dipantau dengan ketat.

Tujuan: meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk mengurangi edema

dan mencegah komplikasi paru.

Page 23: Makalah Manajem Luka Bakar

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan data baik data subyektif maupun data obyektif. Data subyektif diperoleh

berdasarkan hasil wawancara baik dengan klien ataupun orang lain, sedangkan data

obyektif diperoleh berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan fisik.

1. Data biografi

Langkah awal adalah melakukan pengkajian terhadap data biografi klien yang meliputi

nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, ras, dan lain-lain.

2. Luas luka bakar

Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode yang ada, yaitu

metode “rule of nine” atau metode “Lund dan Browder”, seperti telah diuraikan

didepan

3. Kedalaman luka bakar

Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka bakar derajat

I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah diuraikan didepan

4. Lokasi/area luka

Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian khusus, oleh

karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar

mengenai derah wajah, leher dan dada dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi

dada yang diantaranya disebabkan karena edema pada laring .

Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi

ke daerah ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar.

Luka bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea,

kerusakan retina dan menurunnya tajam penglihatan

Page 24: Makalah Manajem Luka Bakar

Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing)

serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan.

Lebih lanjut data yang akan diperoleh akan sangat tergantung pada tipe luka bakar,

beratnya luka dan permukaan atau bagian tubuh yang terkena luka bakar.

Data tersebut melipuri antara lain pada aktivitas dan istirahat mungkin terjadi

penurunan kekuatan otot, kekakuan, keterbatasan rentang gerak sendi (range of motion

/ ROM) yang terkena luka bakar, kerusakan massa otot. Sedangkan pada sirkulasi

kemungkinan akan terjadi shok karena hipotensi (shok hipovolemia) atau shock

neurogenik, denyut nadai perifer pada bagian distal dari ekstremitas yang terkena luka

akan menurun dan kulit disekitarnya akan terasa dingin. Dapat pula ditemukan

tachikardia bila klien mengalami kecemasan atau nyeri yang hebat. Gangguan irama

jantung dapat terjadi pada luka bakar akibat arus listrik. Selain itu terbentuk edema

hampir pada semua luka bakar. Oleh karena itu pemantauan terhadap tanda-tanda vital

(suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah) penting dilakukan.

Data yang berkaitan dengan respirasi kemungkinan akan ditemukan tanda dan gejala

yang menunjukan adanya cidera inhalasi, seperti suara serak, batuk, terdapat partikel

karbon dalam sputum, dan kemerahan serta edema pada oropharing, lring dan dapat

terjadi sianosis. Jika luka mengenai daerah dada maka pengembangan torak akan

terganggu. Bunyi nafas tambahan lainnya yang dapat didengar melalui auskultasi

adalah cracles (pada edema pulmoner), stridor (pada edema laring) dan ronhi karena

akumulasi sekret di jalan nafas.

Data lain yang perlu dikaji adalah output urin. Output urin dapat menurun atau bahkan

tidak ada urin selama fase emergen. Warna urine mungkin tampak merah kehitaman

jika terdapat mioglobin yang menandakan adanya kerusakan otot yang lebih dalam.

sedangkan pada usus akan ditemukan bunyi usus yang menurun atau bahkan tidak ada

bunyi usus, terutama jika luka lebih dari 20 %. Oleh karena itu maka dapat pula

ditemukan keluhan tidak selera makan (anoreksia), mual dan muntah.

5. Masalah kesehatan lain

Page 25: Makalah Manajem Luka Bakar

Adanya masalah kesehatan yang lain yang dialami oleh klien perlu dikaji.

Masalah kesehatan tersebut mungkin masalah yang dialami oleh klien sebelum terjadi

luka bakar seperti diabetes melitus, atau penyakit pembuluh perifer dan lainnya yang

akan memperlambat penyembuhan luka. Disamping itu perlu pula diwaspadai adanya

injuri lain yang terjadi pada saat peristiwa luka bakar terjadi seperti fraktur atau trauma

lainnya. Riwayat alergi perlu diketahui baik alergi terhadap makanan, obat-obatan

ataupun yang lainnya, serta riwayat pemberian imunisasi tetanus yang lalu.

6. Data Penunjang

a. Sel darah merah (RBC): dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell)

karena kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh

menurunnya produksi sel darah merah karena depresi sumsum tulang.

b. Sel darah putih (WBC): dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White

Blood Cell) sebagai respon inflamasi terhadap injuri.

c. Gas darah arteri (ABG): hal yang penting pula diketahui adalah nilai gas darah arteri

terutama jika terjadi injuri inhalasi. Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2.

d. Karboksihemoglobin (COHbg) :kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat

lebih dari 15 % yang mengindikasikan keracunan karbon monoksida.

e. Serum elektrolit :

1) Potasium pada permulaan akan meningkat karena injuri jaringan atau kerusakan sel

darah merah dan menurunnya fungsi renal; hypokalemia dapat terjadi ketika

diuresis dimulai; magnesium mungkin mengalami penurunan.

2) Sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan kehilangan air dari tubuh;

selanjutnya dapat terjadi hipernatremia.

1. Sodium urine :jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi

cairan, sedangkan jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya

resusitasi cairan.

Page 26: Makalah Manajem Luka Bakar

2. Alkaline pospatase : meningkat akibat berpindahnya cairan interstitial/kerusakan

pompa sodium.

3. Glukosa serum : meningkat sebagai refleksi respon terhadap stres. BUN/Creatinin :

meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi renal, namun demikian

creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan.

4. Urin : adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan kerusakan

jaringan yang dalam dan kehilangan/pengeluaran protein. Warna urine merah

kehitaman menunjukan adanya mioglobin

5. Rontgen dada: Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi.

6. Bronhoskopi: untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan

adanya edema, perdarahan dan atau ulserasi pada saluran nafas bagian atas

7. ECG: untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena

elektrik.

8. Foto Luka: sebagai dokumentasi untuk membandingkan perkembangan

penyembuhan luka bakar.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

no diagnosa Tujuan & kritera hasil intervensi

1 Bersihan jalan

nafas tidak efektif

b/d banyaknya

scret mucus

KH:Pasien

tidak sesak nafas,

auskultasi suara

paru bersih,

tanda vital

Airway Manajemen

· Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ekstensi jika memungkinkan.

· Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi

· Identifikasi pasien secara actual atau potensial untuk membebaskan jalan nafas.

Page 27: Makalah Manajem Luka Bakar

· Lakukan terapi dada jika memungkinkan

· Keluarkan lender dengan suction

Asukultasi suara nafas

· Lakukan suction melalui ET

· Atur posisi untuk mengurangi dyspnea

· Monitor respirasi dan status oksigen jika memungkinkan

Airway suction

· Tentukan kebutuhan suction melalui oral atau

tracheal

· Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah

suction

· Informasikan pada keluarga tentang suction

· Masukan slang jalan nafas melalui hidung untukmemudahkan suction

· Bila menggunakan oksigen tinggi (100% O2)

gunakan ventilator atau rescution manual.

· Gunakan peralatan

steril, sekali pakai untukmelakukan prosedur

tracheal suction.

· Monitor status O2 pasien dan status hemodinamik sebelum,selama, san sesudah suction.

· Catat type dan jumlah sekresi dengan segera

2 Gangguan

pertukaran gas

berhubungan

KH:

· Menunjukkan

Airway manajemen

· Bebaskan jalan nafas Dorong bernafas

Page 28: Makalah Manajem Luka Bakar

dengan perubahan

membran kapiler -alveolar

peningkatan

Ventilasi dan

oksigen cukup

· AGD dbn

dalam lama dan tahanbatuk

· Atur kelembaban udara yang sesuai

· Atur posisi untuk mengurangi dispneu

· Monitor frekuensi nafas b/d penyesuaian

Oksigen

Monitor Respirasi

· Monitor kecepatan,irama,kedalaman dan upaya bernafas

· Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan

dada, menggunakan alat bantu dan retraksi otot intercosta

· Monitoring pernafasan hidung, adanya ngorok

· Monitor pola nafas, bradipneu, takipneu,

hiperventilasi, resirasi kusmaul dll

· Palpasi kesamaanekspansi paru Perkusi dada anteriordan posterior dari keduaparu

· Monitor kelelahan otot diafragma

· Auskultasi suara nafas, catat area penurunan dan atau ketidakadanya ventilasi dan bunyi nafas

· Monitor kegelisahan,cemas dan marah

· Catat karakteristik batuk dan lamanya

· Monitor sekresi

Pernafasan

Monitor dispneu dan

Page 29: Makalah Manajem Luka Bakar

kejadian perkembangan

dan perburukan

· Lakukan perawatan terapi nebulasi bila perlu

· Tempatkan pasien kesamping untuk

mencegah aspirasi

Manajemen asam basa

· lakukan pemeriksaan laboratoriuam

( missal AGD,urin dan tingkatan serum)

· Monitor AGD selama PH rendah

· Pertahankan kebersihan jalan udara (suction dan terapi dada)

· Monitor pola respiorasi

· Monitor kerja pernafsan (kecepatan pernafasan)

3 Nyeri akut

berhubungan

dengan agen injury:

fisik

KH:

· Klien

melaporkan nyeri

berkurang dg scala

2-3

· Ekspresi wajah

tenang

· klien dapat

istirahat dan tidur

· v/s dbn

Manajemen nyeri

· Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan

faktor presipitasi.

· Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.

· Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri kliensebelumnya.

· Kontrol factor lingkungan yang mempengaruhi nyeriseperti suhu ruangan,

Page 30: Makalah Manajem Luka Bakar

pencahayaan, kebisingan.

· Kurangi factor presipitasi nyeri.

Pilih dan lakukan

penanganan nyeri

(farmakologis/non

farmakologis)..

· Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,

distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..

· Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

· Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrolnyeri.

· Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain

tentang pemberiananalgetik tidak berhasil.

Analgetik

· Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.

· Cek riwayat alergi..

· Tentukan analgetikpilihan, rute pemberian dan dosis optimal.

· Monitor TV

· Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul & Evaluasi gejalaefek sampingnya.

4 Deficit volume KH: Manajemen Cairan

Page 31: Makalah Manajem Luka Bakar

cairan b/d

peningkatan

permeabilitas

kapiler dan

kehilangan cairan

akibat evaporasi

dari luka bakar

· Urine 30 ml/jam

· V/S dbn

· Kulit lembab

dan tidak ada

tanda-tanda

dehidrasi

· Monotor diare, muntah

· Awasi tanda-tanda hipovolemik (oliguri, abd.

Pain, bingung)

· Monitor balance cairan

· Monitor pemberian cairan parenteral

· Monitor BB jika terjadi penurunan BB

drastis

· Monitor td dehidrasi Monitor v/s

· Berikan cairan peroral sesuai kebutuhan

· Anjurkan pada keluarga agar tetap memberikan ASI danmakanan yang lunak

· Kolaborasi u/ pemberian terapinya

5 Hypertermi b/d

proses infeksi

dengan kriteria:

- Bebas dari

kedinginan

- Suhu tubuh

stabil 36-37 C

Termoregulasi

· Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforsis

· Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai

indikasi

· Berikan kompres hangat hindari penggunaan akohol

· Berikan minum sesuai Kebutuhan

Kolaborasi untukpemberian antipiretik

· Anjurkan menggunakan pakaian

tipis menyerap keringat.

· Hindari selimut tebal

6 Ketidak seimbangan

KH: Manajeman Nutrisi

Page 32: Makalah Manajem Luka Bakar

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan pemasukan

faktor biologis

· Mengkonsumsi

nutrisi yang

adekuat.

· Identifikasi

kebutuhan nutrisi.

· Bebas dari

tanda malnutrisi.

· Kaji pola makan klien

· Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya

· Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan

· kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan

kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan

tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c

· monitor intake nutrisi dan kalori

· Monitor pemberian masukan cairan lewat

parenteral.

Nutritional therapi

- kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT

- berikan makanan melalui NGT k/p

- berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan

- monitor penurunan dan peningkatan BB

- monitor intake kalori dan gizi

7 Risiko infeksi b/d

Penurunan imunitas tubuh,

prosedur invasive

KH:

Bebas dari

tanda dangejala

infeksi.

· Keluarga tahu

tanda-tanda infeksi.

· Angka leukosit

normal.

Kontrol Infeksi

-Batasi pengunjung.

- Bersihkan lingkungan pasien secara benar setiap setelah digunakan pasien.

-Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien, dan ajari cuci tangan yang benar.

- Pastikan teknik perawatan luka yang sesuai jika ada.

- Tingkatkan masukkan gizi yang cukup.

Page 33: Makalah Manajem Luka Bakar

- Tingkatkan masukan cairan yang cukup.

- Anjurkan istirahat.

Berikan therapi

antibiotik yang sesuai, dan

anjurkan untuk minum

sesuai aturan.

-Ajari keluarga cara menghindari infeksi serta tentang tanda dan gejala infeksi dan segera untuk melaporkan keperawat kesehatan.

-Pastikan penanganan aseptic semua daerah IV

(intra vena).

Proteksi infeksi

-Monitor tanda dan

gejala infeksi.

-Monitor WBC.

-Anjurkan istirahat.

-Ajari anggota keluarga cara-cara menghindari

infeksi dan tanda-tanda dan gejala infeksi.

-Batasi jumlahpengunjung.

- Tingkatkan masukan gizi dan cairan yang

cukup

8 Cemas

berhubungan

KH:

ekspresi wajah

Pengurangan Kecemasan

· Bina hubungan saling percaya.

Page 34: Makalah Manajem Luka Bakar

dengan krisis

situasional,

hospitalisasi

tenang , anak /

keluarga mau

bekerjasama dalam

tindakan askep.

· Kaji kecemasan keluarga dan identifikasi

kecemasan pada keluarga.

· Jelaskan semua prosedur pada keluarga.

· Kaji tingkat pengetahuan dan persepsi pasien dari stress situasional.

· Berikan informasi factual tentang diagnosa

dan program tindakan.

Temani keluarga

pasien untuk mengurangi

ketakutan dan

memberikan keamanan.

· Anjurkan keluargauntuk mendampingi

pasien.

· Berikan sesuatu objek sebagai sesuatu simbol

untuk mengurang kecemasan orangtua.

· Dengarkan keluhankeluarga.

Ciptakan lingkungan

yang nyaman.

· Alihkan perhatian keluarga untuk mnegurangi kecemasan keluarga.

· Bantu keluarga dalammengambil keputusan.

· Instruksikan keluargauntuk melakukan teknik

relaksasi.

9 Kerusakan kriteria hasil : Wound care

Page 35: Makalah Manajem Luka Bakar

integritas jaringan

d.b mekanikal (luka

bakar)

· melaporkan

penurunan sensasi

atau nyeri pada area

kerusakan jaringan/

luka

mendemonstrasikan

pemahaman

rencana tindakan

untuk perawatan

jaringan dan

pencegahan injuri

· keadaan luka

membaik

(kering)dan

peningkatan

jaringan granulasi

· Kaji area luka dan tentukan penyebabnya

· Tentukan ukurankedalaman luka

· Monitor area luka minimal sehari sekali thd

perubahan warna,kemerahan, peningkatan

suhu, nyeri dantanda-tanda infeksi

· Monitor kondisi sekitar luka, monitor praktek klien dalam peran serta merawat luka, jenis sabun/pembersih yangdigunakan, suhu air, frekuensi membersihkan kulit/ area luka dan sekitar luka

· Anjurkan klien untuk tidak membasahi area luka dan sekitar luka

· Minimalkan paparan terhadap kulit (area luka

dan sekitarnya)

Buat rencana

mobilisassi bertahap: miring kanan/kiri, ½

duduk, duduk, berdiri dan berjalan, gunakan alatbantu jika perlu

· Gunakan lotion untuk

kelembabkan kulit

· Dorong intake protein adekuat

· Anjurkan ibu untuk menghindari cedera,

menghindar dari benda berbahaya, menghindar

penekanan terhadap area luka menghindar batuk,mengejan terlalu kuat

Page 36: Makalah Manajem Luka Bakar
Page 37: Makalah Manajem Luka Bakar

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia

dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam ( Irna Bedah RSUD

Dr.Soetomo, 2001 ).

Luka bakar adalah luka yang dapat timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok

listrik, atau bahan kimia ( Corwin, 2001 ).

Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut

sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness.

Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -tiga.

Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan

disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar,

faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan

memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita

dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga.

Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang

pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk

sembuh bagi penderita luka bakar.

B. SARAN

Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan sesuai

medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu kesembuhan

luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada

dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat

memicu luka bakar.

Page 38: Makalah Manajem Luka Bakar

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., et al. (1995). Nursing care plans guidelines for planning patient care. (2nd ed.).

Philadelphia: F.A. Davis Co.

Luckmann & Sorensen. (1993). Medical-surgical nursing a psychophysiologic approach, (4th

ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Co.

Nettina, S. (1996). The Lippincott manual of nursing practice. (6th ed.). Lippincott: Lippincott-

Raven Publisher.

Thompson, J.M. (1987). Clinical nursing. St. Louis: Mosby.

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth ? editor,

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi bahasa

indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001