makalah larutan

57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari bentuk sediaannya yang beraneka ragam yang telah dibuat oleh tenaga kefarmasian. Menurut sediaannya seperti larutan,syrup, eliksir, tetes mata. Contohnya seperti sediaan larutan dan eliksir dimana penggunaan pada obat tersebut lebih mudah dan bervariatif dengan menggunakan sendok takar dalam penggunaan pada dosisnya. Sedangkan pada tetes mata yang merupaka sediaan steril lebih mudah juga dalam penguunaannya dimana bentuk dan sediaannnya sangat memudahkan masyarakat dalam penggunaannya. Tidak hanya dalam penggunaan, tetapi pada penyimpanannya pun dapat menambah wawasan pada masyarakat karena dalam penyimpanann pada sediaan tersebut harus lebih hati-hati dengan cara yang tidak biasa pada sediaan lainnya seperti tablet, pil yang tidak perlu menggunakan penyimpanan khusus. B. Rumusan Masalah KELOMPOKTIGA/ FARMASETIKADASAR/P2K-2015 1

Upload: izumi-miyamura

Post on 11-Jul-2016

799 views

Category:

Documents


66 download

DESCRIPTION

Farmasi

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari

bentuk sediaannya yang beraneka ragam yang telah dibuat oleh tenaga kefarmasian.

Menurut sediaannya seperti larutan,syrup, eliksir, tetes mata. Contohnya seperti

sediaan larutan dan eliksir dimana penggunaan pada obat tersebut lebih mudah dan

bervariatif dengan menggunakan sendok takar dalam penggunaan pada dosisnya.

Sedangkan pada tetes mata yang merupaka sediaan steril lebih mudah juga dalam

penguunaannya dimana bentuk dan sediaannnya sangat memudahkan masyarakat

dalam penggunaannya. Tidak hanya dalam penggunaan, tetapi pada penyimpanannya

pun dapat menambah wawasan pada masyarakat karena dalam penyimpanann pada

sediaan tersebut harus lebih hati-hati dengan cara yang tidak biasa pada sediaan

lainnya seperti tablet, pil yang tidak perlu menggunakan penyimpanan khusus.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari larutan, apa saja faktor yang mempengaruhi larutan, dan apa saja

bentuk sediaaan larutan?

2. Apa definisi dari syrup, eliksir, dan tetes mata?

3. Apa saja komponen, sifat fisika kimia, dan penggolongan dari syrup, eliksir, dan

tetes mata?

4. Bagaimana cara pembuatan, penyimpanan syrup, eliksir, dan tetes mata?

5. Apa saja keuntungan dan kerugian sediaan syrup, eliksir dan tetes mata?

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-20151

C. Tujuan

Dalam makalah ini, kami membagi tujuan atas 2 macam :

1. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata

kuliah Farmasetika Dasar berupa melakukan suatu diskusi dan mempresentasikan

hasil diskusi tersebut dengan materi “Larutan” dengan penugasan akhir yaitu

penyerahan makalah dari hasil presentasi tersebut.

2. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini, antara lain:

- Memahami tentang definisi dan pembagian larutan berdasarkan cara

pemberiannya.

- Memahami tentang definisi, cara pembuatan, serta kelebihan dan kekurangan

sirup.

- Memahami tentang definisi, cara pembuatan, serta kelebihan dan kekurangan

elixir.

- Memahami tentang definisi, cara pembuatan, serta kelebihan dan kekurangan

tetes mata.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-20152

BAB II

LARUTAN

A. Pengertian

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.

Misal : terdispersi secara molekular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang

saling bercampur.

Karena molekul-molekul dalam pelarut terdispersi secara merata, maka penggunaan

larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan

memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.

Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan menjadi tipe larutan sebagai berikut:

1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.

2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.

3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat

larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.

4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut

melebihi bataskelarutannya didalam air pada temperature tertentu.

Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute.

Solvent yang biasa dipakai :

1. Air, untuk macam-macam garam.

2. Spirtus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.

3. Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax dan fenol.

4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor dan sublimat.

5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.

6. Parafin, liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol dan

klorbutanol.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-20153

7. Eter minyak tanah, untuk minyak-minyak lemak.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan

1. Sifat dari solute dan solvent

Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam

anorganik larut dalam air. Solute yang non-polar larut dalam solvent yang non-polar pula.

Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

2. Cosolvensi

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan

pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam

campuran air dan gliserin atau solutio petit.

3. Kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut

memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi

umumnya adalah:

a. Dapat larut dalam air

Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut

kecuali nitrat basa. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

b. Tidak larut dalam air

Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan

hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat

tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur

Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut

dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-20154

Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat

tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.

Zat terlarut + pelarut → larutan + panas

Contoh : KOH dan K2SO4

Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :

a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.

b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.

c. Saturatio

d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.

5. Salting Out

Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan

lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau

terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air

akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama

dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut

dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut

dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam

larutan KI atau NaI jenuh.

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :

1. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas

permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

2. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta solute.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-20155

3. Pengadukan.

C.Macam-Macam Sediaan Larutan Obat

Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiannya dibedakan atas :

Larutan oral

Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan

atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran

cosolvent-air.

1. Potiones (obat minum)

Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (peroral). Selain berbentuk larutan

potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.

2. Sirup

Ada 3 macam sirup yaitu :

a. Sirup simpleks, mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 % b/v.

b. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan

digunakan untuk pengobatan.

c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau

penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat

yang tidak enak.

3. Elixir

Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis,

pengawet, pewarna dan pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai

pelarut digunakan campuran air – etanol. Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat

pada elixir dapat pula ditambahkan glicerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk

pengganti gula bisa digunakan sirup gula.

4. Netralisasi, saturatio dan potio effervescent.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-20156

a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan

bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Contohnya : solutio

citratis magnesici, amygdalas ammonicus.

b. Saturatio adalah Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa

tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.

c. Potio effervescent adalah Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.

5. Guttae (drops)

Guttae / obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak

dinyatakan lain maka dimaksudkan untuk obat dalam.

Larutan topikal

Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga pelarut

lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan topikal

pada mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio. Sediaan-sediaan

termasuk larutan topikal :

1. Collyrium

Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas pirogen, isotonis, digunakan untuk

membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.

2. Guttae Ophthalmicae

Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan

dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia dalam

bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi

atau goresan pada kornea.

3. Gargarisma

Gargarisma / obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat

yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai

pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Contohnya : Betadin gargle.

4. Guttae Oris

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-20157

Tetes mulut adalah Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih

dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak untuk ditelan.

5. Guttae Nasalis

Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat

kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet. Minyak

lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.

6. Inhalation

Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam

bentuk kabut kedalam saluran pernafasan. Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat

halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.

7. Injectiones/Obat suntik

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus

dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara

merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.

8. Lavement/Enema/Clysma

Cairan yang pemakaiannya per rectum / colon yang gunanya untuk membersihkan atau

menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik. Enema yang digunakan untuk

membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih feces sebelum operasi, tidak

boleh mengandung zat lendir. Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi sebagai

karminativa, emolient, diagnostic, sedativa, anthelmintic dan lain-lain.

9. Douche

Adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu alat kedalam vagina, baik untuk

pengobatan maupun untuk membersihkan. Karena larutan ini mengandung bahan obat atau

antiseptik. Contoh : Betadin Vagina Douche.

10. Epithema / Obat kompres

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-20158

Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat-tempat yang sakit

dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk

mngeringkan luka bernanah. Contoh : Rivanol.

11. Litus Oris

Oles bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut.

Contoh larutan 10 % Borax dalam gliserin.

BAB III

SIRUP, ELIXIR, TETES MATA

1. SIRUP

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-20159

Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi yang dikenal luas

oleh masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang beredar di pasaran dari berbagai macam

merk, baik yang generic maupun yang paten. Biasanya, orang-orang mengunakan sediaan

sirup karena disamping mudah penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan

aroma yang harum serta warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai kalangan,

terutama anak-anak dan orang yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya.

Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan

lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebiih dari 66%. Secara umum, sirup

dibagi menjadi 2 macam yaitu Non Medicated Syrup/Flavored Vehicle Syrup (Seperti cherry

syrup, cocoa syrup, orange syrup) dan Medicated Syrup/Sirup Obat (Seperti sirup piperazina

sitrat, sirup isoniazid). Non Medicated Sirup adalah sediaan syrup yang tidak mengandung

bahan obat, melainkan hanya mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna sedangkan

Sirup Obat mengandung bahan obat/Zat berkhasiat.

1.a. Definisi

Menurut farmakope Indonesia III, sirup adalah sedian cair berupa larutan yang

mengandung sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64.0% dan tidak lebih dari 66.0%.

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi

(Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat

atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Syrup adalah sediaan cair kental

yang minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005).

Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah

sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa (Anonim, 1979). Sirup adalah sediaan

cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa (Voigt,

1984).

1.b. Penggolongan Sirup

Bedasarkan fungsinya, sirup dikelompokan menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Medicated Syrup (sirup obat)

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

10

Merupakan sirup yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Sirup obat berupa

preparat yang sudah distandarisasi, dapat diberikan berupa obat tunggal atau dikombinasikan

dengan obat lain. Contoh sirup obat antara lain: Sirup sebagai ekspektorans contohnya yaitu

Sirup Thymi. Sirup Thymi et Serpylli = Sirup Thymi Compositus. Sirup Althae. Sirup

sebagai antitusif, contoh sirup Codeini, mengandung 2 mg Codein/ml sirup.

Sirup sebagai anthelmintik: cotoh sirup Piperazini, mengandung 1 g Piperazine dalam

bentuk hexahydrat/citrat dalam tiap 5 ml sirop. Sirup sebagai antibiotik contohnya yaitu Sirup

Kanamycin, mengandung 50 mg/ml, Sirup Chloramphenicol, umumnya mengandung 25

mg/ml, Sirup Ampicillin, umumnya mengandung 25 mg/ml, Sirup Amoxycillin, umumnya

mengandung 25 mg/ml, Sirup Cloxacillin, umumnya mengandung 25 mg/ml.

Dry Syrup atau sirup kering, berupa campuran obat dengan sakarosa, harus dilarutkan

dalam jumlah air tertentu sebelum dipergunakan. Keuntungan sirup kering dari pada sirup

cairan, biasanya sirup kering dapat tahan disimpan lebih lama. Contohnya Ampicillin

trihydrate “dry syrup”, ekivalen dengan 25 mg/ml sirup cairan kalau sudah dilarutkan dalam

jumlah air yang ditentukan.

2. Flavored Syrup (sirup korigen/pembawa)

Biasanya tidak digunakan untuk tujuan medis, namun mengandung berbagai bahan

aromatis atau rasa yang enak dan digunakan sebagai larutan pembawa atau pemberi rasa pada

berbagai sediaan farmasi lainnya, misalnya sebagai penutup rasa pahit pada Vitamin B

Kompleks yang diberikan kepada bayi atau anak-anak. Sirup golongan ini, mengandung

berbagai bahan tambahan, misalnya bahan antioksidan (antioxidant agent), pengawet

(preservative agent), pewarna (coloring agent), pemberi rasa (flavoring agent), dan bahan

pelarut (diluting agent). Sirup ini, ditambahkan sebagai korigens rasa untuk obat minum,

cukup dalam jumlah 10-20 ml untuk tiap 100 ml larutan obat.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

11

Sirup yang sering dipakai sebagai korigens-rasa, yaitu Sirup Simpleks, mengandung 65%

gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v, Sirup Aurantii, terutama untuk bahan obat yang

rasanya pahit, dan Sirup Rubi Idaei, terutama untuk bahan obat yang rasanya asam.

1.c. Komponen Sirup

1.      Pemanis

Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang

dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun

pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sedangkan yang berkalori

rendah seperti laktosa.

2.      Pengawet Antimikroba

Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih

lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.

3.      Perasa dan Pengaroma

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang

berasal dari alam untuk membuat syrup mempunyai rasa yang enak karena sirup adalah

sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma

ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian

pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi

aroma citrus.

4.      Pewarna

Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen

lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan

keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan

warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Ada beberapa alasan mengapa sirup itu

berwarana, yaitu: lebih menarik dalam faktor estetikanya serta untuk menutupi kestabilan

fisik obat. Juga banyak sediaan syrup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung

pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

12

1.d. Sifat Fisika Kimia Sirup

1.      Viskositas

Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan

hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk

menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar

lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan

cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang

diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat

menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu

dipertahankan dalam batas tidak lebih dari 0,1 C.

2.      Uji mudah tidaknya dituang

Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini

berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan semakin

mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair

selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap

kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan

sirup kental dan sukar dituang.

3.      Uji Intensitas Warna

Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup

mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna

pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang

disimpan Selama waktu tertentu.

1.e. Pembuatan Sirup

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

13

Kecuali dinyatakan lain, Sirup dibuat dengan cara sebagai berikut : Buat cairan untuk

sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih

secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.

Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosida antrakinon, di

tambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot simplisia. Pada pembuatan sirop simplisia

untuk persediaan di tambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang cocok.sirop disimpan

dalam wadah tertutup rapar,dan di tempat yang sejuk.

Metode kerja pembuatan sirup yaitu sebagai berikut:

1. Melarutkan bahan- bahan dengan bantuan pemanasan

Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila dibutuhkan pembuatan sirup secepat

mungkin, komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh pemanasan. Pada cara ini

umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan dan dipanaskan sampai larut.

Contoh : sirup akasia, sirup cokelat

2. Melarutkan bahan-bahan dengan pengadukan tanpa pemanasan

Metode ini dilakukan untuk menghindari panas yang merangsang inverse

sukrosa. Prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama tetapi mempunyai

kestabilan yang maksimal. Bila bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling

baik adalah dengan melarutkannya dalam sejumlah air murni dan kemudian larutan

tersebut digabungkan ke dalam sirup. Contoh : sirup ferro sulfat.

Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa

(Colatura). Ada kalanya cairan obat seperti tingtur atau ekstrak cair digunakan

sebagai sumber obat dalam pembuatan sirup. Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu

mengandung bahan-bahan yang larut dalam alcohol dan dibuat dengan pembawa

beralkohol atau hidroalkohol. Jika komponen yang larut dalam alcohol dibutuhkan

sebagai bahan obat dalam pembuatan sirup, beberapa cara kimia umum dapat

dilakukan agar bahan-bahan tersebut larut dalam air, campuran dibiarkan sampai zat-

zat yang tidak larut dalam air terpisah sempurna dan menyaringnya dari campuran.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

14

Filtratnya adalah cairan obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam

sediaan sirup. Pada kondisi lain, apabila tingtur dan ekstrak kental dapat bercampur

dengan sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atau sirup

pemberi rasa sebagai obat. Contoh : Sirup sena.

a) Maserasi, Perkolasi, dan Infundasi

Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia

tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15-25 0C. Contoh :

Sirupus Rhei, Althaeae sirup.

Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut perkolator,

yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan

larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat

yang telah ditetapkan.Contoh :Sirupus cinnamomi, sirup aurantii corticis.

Infundasi adalah ekstraksi ekstraksi cara panas yang dilakukan dengan

menggunakan pelarut air pada temperatur 90° C selama 15 menit.

b) Persyaratan Mutu Dalam Pengerjaan Sirup

Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di

tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia. Kecuali dinyatakan lain, pada

pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v

atau pengawet lain yang cocok. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum

66 % sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah

dari 62 % sirup akan membusuk.

Bj sirup kira-kira 1,3. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa

( pecah menjadi glukosa dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi

dapat terjadi lebih cepat. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan

menyebabkan terjadinya gula invert. Gula invert adalah gula yang terjadi karena

penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri. Gula invert tidak

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

15

dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan berwarna

tua (terbentuk karamel), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.

Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat

ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati. Bila kadar sakarosa turun karena

inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air

dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat

ditambahkan bahan pengawet misalnya nipagin. Kadang-kadang gula invert

dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus Iodeti ferrosi.Hal ini

disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro

menjadi bentuk ferri. Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan

memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.

Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa

dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada

pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus.

Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan. Maksud menyerkai

pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih. Untuk penjernihan Sirup,

dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : Menambahkan kocokan zat putih telur

segar pada sirup . Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal karena

panas. Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan

melekat ke kertas saring.

1.f. Kestabilan Sirup dalam Penyimpan

Cara memasukkan sirup ke dalam botol penting untuk kestabilan sirup dalam

penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :

1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada

pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga

penjamuran.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

16

2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi ) sampai

penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian

gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang

menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.

3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak

berakibat terjadinya gula invert. Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga

menuliskan tentang penambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang

cocok.

Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang terbaik adalah cara ketiga.

Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai obat, misalnya :

chlorfeniramini maleatis sirupus ; Corigensia saporis, misalnya : sirupus simplex ; Corigensia

odoris, misalnya : sirupus aurantii ; Corigensia coloris, misalnya : sirupus Rhoedos ; sirupus

rubi idaei ; Pengawet, misalnya sediaan dengan bahan pembawa sirup karena konsentrasi

gula yang tinggi mencegah pertumbuhan bakteri.

Untuk penyimpanan sediaan sirup yaitu dalam wadah tertutup rapat dan di tempat

sejuk. Sedangkan untuk penetapan kadar sakarosa mtode kerjanya yaitu :

1. Timbang seksama + 25 gram sirup dalam labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml air

dan sedikit larutan Aluminium hidroksida p. Tambahkan larutan timbal ( II ) sub

asetat p tetes demi tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.

2. ]Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10 ml filtrat pertama.

Masukkan + 45,0 ml filtrat kedalam labu tentukur 50 ml, tambahkan campuran 79

bagian volume asam klorida p dan 21 bagian vol. Air secukupnya hingga 50,0 ml.

Panaskan labu dalam tangas air pada suhu antara 68 o dan 70 oC selama 10 menit,

dinginkan dengan cepat sehingga suhu lebih kurang 20 oC.

3. Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang

penyerap.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

17

4. Ukur rotasi optik larutan yang belum di inversi dan sesudah inversi menggunakan

tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yang sama antara 10 o dan 25 o C.

Hitung kadar dalam %, C12H22O11 dengan rumus :

C = 300 x ( α1 - α2 )

( 144 - 0,5 t )

C = Kadar sacharosa dalam %

α1 = rotasi optik larutan yang belum di inversi

α2 = rotasi optik larutan yang sudah di inversi

t = suhu pengukuran

1.g. Contoh-contoh Sediaan Sirup

1.      Ferrosi Iodidi Sirupus

Cara pembuatan : 20 bagian ferrum pulveratum dicampur dengan 60 bagian

air, tambahkan 41 bagian Iodium sedikit demi sedikit sambil digerus. Setelah warna

coklat hilang maka larutan disaring, dimasukkan kedalam larutan ½ bagian acidum

citricum dan 600 bagian sakarosa dalam 200 bagian air panas. Untuk mencegah

terjadinya oksidasi dari ferro Iodida maka ujung corong masuk kedalam larutan

sakarosa. Sisa serbuk besi pada kertas saring dicuci dengan air sampai diperoleh 1000

bagian sirup.

Guna acidum citricum adalah untuk mempercepat inversi sakarosa, menjadi

glukosa dan fruktosa yang merupakan reduktor kuat yang berguna untuk mencegah

oksidasi ferro lodidum. Ferro Iodidum selalu dibuat baru.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

18

2.      Sirupus Simplex = Sirup Gula

Cara pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil paraben

0,25 % secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk

3.      Auranti Sirupi = Sirup Jeruk Manis

Cara pembuatan : campur 10 bagian kulit buah jeruk manis yang telah

dipotong kecil-kecil dengan 20 bagian larutan metil paraben 0,25%. Biarkan dalam

tempat tertutup selama 12 jam. Pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi dengan

larutan metil paraben 0,25% secukupnya hingga diperoleh 37 bagian perkolat.

Tambahkan 63 bagian gula pada suhu kamar atau pada pemanasan perlahan-lahan

dalam tempat tertutup hingga diperoleh 100 bagian sirup.

Pemerian : cairan kental, jernih, warna coklat, bau khas aromatik.

4.      Sirupus Thymi = Sirup Thymi

Cara pembuatan : campurlah 15 bagian herba timi dengan air sesukupnya dan

diamkan 12 jam dalam bejana tertutup. Masukan dalam perkolatordan sari dengan air,

perkolat dipanasi sampai 90 0C dan diserkai hingga diperoleh 36 bagian hasil

perkolat. Masukan dalam bejana tertutup dan tambahkan 64 bagian gula panaskan

dengan pemanasan lemah hingga diperoleh 100 bagian sirup.

Sirup-sirup yang tercantum dalam FI ed III yaitu :

1. Chlorpheniramini maleatis sirupus

2. Cyproheptadini hydrochloridi sirupus

3. Dextrometorphani hydrobromidi sirupus

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

19

4. Piperazini citratis sirupus

5. Prometazini hydrochloridi sirupus

6. Methidilazini hydrochloridi sirupus

7. Sirupus simplex yang dibuat dengan melarutkan 65 bagian sacharosa dalam larutan

metilparaben secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup.

8. Dalam perdagangan dikenal “dry syrup” yaitu syrup berbentuk kering yang kalau

akan dipakai ditambahkan sejumlah pelarut tertentu atau aqua destilata, biasanya

berisi zat yang tidak stabil dalam suasana berair. (Akfar PIM/2010).

1.h. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Syrup

Adapun keuntungan dari sediaan sirup yaitu :

1.      Merupakan campuran yang homogen.

2.      Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.

3.      Obat lebih mudah diabsorbsi.

4.      Mempunyai rasa manis.

5.      Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak.

6.      Membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat tablet.

Sedangkan kerugian dari sediaan sirup yaitu :

1.      Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.

2.      Volume dan bentuk larutan lebih besar.

3.      Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup.

2. ELIKSIR

2.a. Latar belakang

Dalam istilah kimia farmasi, larutan dapat dipersiapkan dari campuran yang mana saja

dari tiga macam keadaan zat yaitu padat, cair dan gas, misalnya suatu zat terlarut padat dapat

dilarutkan baik dalam zat padat lainnya, cairan atau gas, dengan cara yang sama untuk zat

rerlarut dan gas, ada 9 tipe campuran homogen yang mungkin dibuat. Bagaimanapun, dalam

farmasi perhatian terhaap larutan sebagian besar terbataspada pembuatan larutan dari suatu

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

20

zat padat, zat cair dalam suatu pelarut cair dan tidak begitu sering larutan suatu gas dalam

pelarut cair.

Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan”cair yang mengandung

satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karerna bahan-

bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan ke dalam golongan produk

lainnya”. Sesungguhnya, banyak produk farmasi yang menurut prinsip kimia fisik merupakan

campuran homogen dari zat-zat terlarut yang dolarutkan dalam pelarut, menurut prinsip

farmasi digolongkan ke dalam jenis produk lainnya. Misalnya larutan obat-obat dalam air

yang mengandung gula digolongkan sebagai syrup; larutan yang mengandung hidroalkohol

yang diberi gula (kombinasi dari air dan etil alkohol) disebut eliksir.

Larutan oral, syrup dan eliksir, dibuat dan digunakan karena efek tertentu dari zat obat

yang ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan memberikan efek sistemik.

Kenyataan bahwa obat-obat itu diberikan dalam bentuk larutan, biasanya berarti bahwa

apsorpsinya dalam sistem saluran cerna ke dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi

lebih cepat dari pada dalam bentuk sedaan suspensi atau padat dari zat obat yang sama.

Obat-obat cair menampilkan masalah menarik dalam rancangan bentuk sediaan.

Banyak diantaranya merupakan zat-zat yang mudah menguap oleh karena harus disegel

secara fisik dari atmosfer untuk menjamin keberadaannya. Masalah lainnya adalah bahwa

obat-obat tersebut dimaksudkan untuk pemberian obat pada umumnya tidak dapat

diformulasikan menjadi bentuk tablet, tanpa mengalami modifikasi obat yang besar.

Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang ada.

Umumnya, eliksir-eliksir resmi yang ada diperdagangkan mengandung zat obat tunggal.

Keuntungan utama dari hanya satu obat tunggal yang terkandung, bahwa dosis yang

diperlukan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan meminum eliksir lebih banyak atau

kurang, padahal bila dua atau lebih zat obat ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin

meningkatkan atau menurunkan kadar satu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan

bersamaan mengatur dosis obat lain yang ada, perubahan yang tidak diinginkan.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

21

Karena itu untuk pasien yang memerlukan minum lebih dari satu obat, banyak dokter

memilih untuk minum sediaan yang terpisah dari tiap obat sehingga bila dibutuhkan

pengaturan dosis satu obat, dapat dikerjakan tanpa dosis obat lainnya secara bersamaan ikut

diatur. Eliksir analgetik/ antipiretik paracetamol 300 mg/10 ml digunakan untuk mengurangi/

menghilangkan nyeri dan menurunkan demam terutama pada pasien yang tidak tahan

terhadap aspirin. Eliksir terutama digunakan untuk pasien pediatrik (anak-anak).

2.b. Definisi

Elixir adalah cairan jernih, rasanya manis, larutan hidroalkohol digunakan untuk

pemakaian oral, umumnya mengandung flavuoring agent untuk meningkatkan rasa enak.

Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air

maupun alkohol.

Proporsi jumlah alkohol yang digunakan bergantung pada keperluan.

Zat aktif yang sukar larut dalam air dan larut dalam alkohol perlu kadar alkohol yang lebih

besar.

Kadar alkohol berkisar antara 10-12%.

Umumnya konsentrasinya 5-10%.

Namun, ada eliksir yang menggunakan alkohol 3% saja, dan yang tertinggi dapat mencapai

44%.

Pemanis yang biasa digunakan gula atau sirup gula, namun terkadang digunakan sorbitol,

glycerinum, dan saccharinum.

2.c. Eliksir Dan Sirup

Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena

mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibanding dengan sirup di dalam

menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Eliksir mudah dibuat larutan, maka lebih

disukai dibanding sirup.

2.d. Pembagian Eliksir

Medicated Elixirs :

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

22

mengandung bahan berkhasiat obat

Non Medicated Elixirs :

digunakan sebagai bahan tambahan

Pemilihan cairan pembawa bagi zat aktif obat dalam sediaan eliksir harus

mempertimbangkan kelarutan dan kestabilannya dalam air dan alcohol

Bila non medicated elixir akan digunakan sebagai bahan pengencer, kandungan akhir

dari alkohol dalam sediaan harus diperhitungkan.

Karakteristik flavor dan warna yang terdapat dalam non medicated elixir jangan

bertentangan dengan medicated elixir secara umum dan dengan seluruh komponen

yang terdapat dalam formula.

- Untuk menjaga kerusakan sediaan dan mikroorganisme perlu ditambahkan perserpativ

Eliksir yang mengandung vesikel lebih dari 20% yang terdiri dari alkohol,

propilenglikol, atau gliserol, perlu ditambah anti jamur dan anti ragi. Demikian pula

yang kandungan sirup di dalamnya tinggi, walaupun dapat menghambat pertumbuhan

bakteri, tetapi tidak bagi ragi dan jamur, perlu ditambahkan anti ragi dan anti jamur.

Sebagai pengawet dapat digunakan turunan asam benzoate ( senyawa esternya )

2.e. Cara Pembuatan Eliksir :

1. Mencampur zat padat dengan pelarut atau campuran pelarut (kosolven) sambil

diaduk hingga larut.

2. Bahan yang larut dalam air dilarutkan terpisah dengan zat yang larut dalam pelarut

alkohol. Larutan air ditambahkan kedalam larutan alkohol, agar penurunan kekuatan

alkohol dalam larutan secara gradien mencegah terjadinya pemisahan atau endapan.

3. Gliserin, sirup, sorbitol, dan propilenglikol dalam eliksir memberikan peranan pada

kestabilan zat terlarut dan dapat meningkatkan viskositas.

2.f. Evaluasi dan Uji

1. Organoleptis

Diamati apakah elixir yang dibuat sudah sesuai dengan standar elixir yaitu berupa

larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

23

2. Kejernihan

Dilakukan dengan cara mengamati dengan mata sediaan larutan elixir, apakah ada

partikelnya atau tidak bila tidak berarti larutan tersebut sudah jernih.

3. Densitas (Bobot Jenis)

Dilakukan denganmenggunakan piknometer yaitu dengan cara :

a. Ambil dan timbang piknometer yang bersih

b. Letakkan diatas arloji dan diisi denag larutan elixir yang akan diuji

c. Masukkan pikno kedalam bekerglass 200 ml yang berisi es dan gumpalan es

d. Biarkan sampai suhu 20°C

e. Segera ambil tetesan cairan yang berada diluar ujung kapiler dengan kertas saring

menyedot sisi ujung kapiler terus tutup kapilernya dengan tudung cepat-cepat

f. Biarkan suhu mencapai suhu kamar terlebih dahulu, baru bagian luar pikno dilap

g. Timbang pikno dengan isinya

h. Bobot jenis dihitung dengan rumus :

b-a

c - a

a = berat piknometer kosong; b = berat gliserin sebelum uji; c = berat gliserin setelah uji

4. Viskositas

Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada

beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :

a. Viskometer kapiler / Ostwald

Viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang

dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena

gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan

dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui

( biasanya air ) untuk lewat 2 tanda tersebut.( Moechtar,1990 )

Jika h1 dan h2 masing-masing adalah viskositas dari cairan yang tidak diketahui dan

cairan standar , r1 dan r2 adalah kerapatan dari masing-masing cairan, t1 dan t2

adalah waktu alir dalam detik.

Rumusnya adalah:

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

24

1h = ρ1 . t1 η1 = ρ1 . t1 . h2

2h ρ2 . t2 ρ2 . t2

b. Viskometer Hoppler

Berdasrkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan

sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah

menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang hampir

tikal berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari

harga resiprok sampel. ( Moechtar,1990 )

c. Viskometer Cup dan Bob

Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan

dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan

viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi

disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi.

Penurunan konsentrasi ini menyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar

memadat. Hal ini disebut aliran sumbat. ( Moechtar,1990 )

d. Viskometer Cone dan Plate

Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian

dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan

bermacam kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang semit antara papan yang

diam dan kemudian kerucut yang berputar. ( Moechtar,1990 )

5. pH

Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter, yaitu disesuaikan dengan pH

usus karena sediaan diabsorbsi di usus jadi pH sediaan harus sama dengan pH usus.

2.g. Kelebihan dan Kekurangan Eliksir

Kelebihan :

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

25

+ Mudah ditelan dibandingkan dengan tablet atau kapsul.

+ Rasanya enak

+ Larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi.

Kekurangan :

- Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak

- Mengandung bahan mudah menguap, sehingga harus disimpan dalam botol kedap dan

jauh dari sumber api.

3. TETES MATA

3.a. Definisi

Tetes mata menurut FI edisi III adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi

digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar

kelopak mata dan bola mata. Pada dasamya komponen tetes mata steril adalah :

a. Zat aktif

b. Cairan pembawa berair

c. Zat pengawet seperti : fenilraksa (II) nitrat atau fenilraksa (II) asetat 0,002 % b/v,

benzalkonium klorida 0,01 % b/v atau klorheksidina asetat 0,01 % b/v yang

pilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang

terkandung di dalamnya selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan,

sebagai contoh benzalkonium tidak cocok digunakan sebagai pengawet untuk tetes

mata yang mengandung anestetik local.

3.b. Karakteristik Sediaan Mata

Kejernihan :

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

26

Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara

normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga

bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk

menghilangkannya. pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih.

Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan

kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa

permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini

penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan

tutup. keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadah dan

tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan.

Normalnya dilakukan test sterilitas.

Stabilitas :

Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat,

pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan

tipe pengemasan

Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8 namun

demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan.

Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pH 5,

kedua obat stabil dalam beberapa tahun.

Tambahan untuk pH optimal, jika sensitivitas oksigen adalah satu faktor, stabilitas

adekuat diinginkan antioksidan. kemasan plastik, polietilen densitas rendah “Droptainer”

memberikan kenyamanan pasien, dapat meningkatkan deksimental untuk kestabilan dengan

pelepasan oksigen menghasilkan dekomposisi oksidatif bahan-bahan obat.

Buffer dan pH :

Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu

7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

27

garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi

kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH asam.

pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi

optimum untuk kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai kapsitas adekuat untuk

memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. kapasitas buffer adalah

kunci utama, situasi ini.

Tonisitas :

Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan

berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnefudosifat koligatif

larutan adalah sama. larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan

0,9% laritan Na Cl.

Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu yang

diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl.

Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan

intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan ketika total stabilitas produk

dipertimbangkan.

Viskositas :

USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang

lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti

metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk

meningkatkan viskositas.

Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak

dalam mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama

kontak dalam mata.

Additives/Tambahan :

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

28

Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian

pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat,

digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung

garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan.

Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.

Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan nonionik,

kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya

suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan.

Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan sebaiknya dengan

karakteristik bahan-bahah. surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi

dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet.

Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir

invariabel sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02%

dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet

digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata komersial.

3.c. Syarat-Syarat Tetes Mata

1.      Harus steril atau bebas dari mikroorganisme

Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan

berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau terlukanya mata sehingga

sebaiknya dilakukan sterilisasi atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri.

2.      Sedapat mungkin harus jernih

Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat.

Filtrasi dengan kertas saring atau kain wol tidak dapat menghasilkan larutan bebas partikel

melayang. Oleh karena itu, sebagai material penyaring kita menggunakan leburan gelas,

misalnya Jenaer Fritten dengan ukuran pori G 3 – G 5.

3.      Harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

29

Harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan biasa, larutan

yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Namun, daerah pH 5.5-11.,4,

masih dapat diterima. Pengaturan pH sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri,

meskipun kita sangat sulit merealisasikannya.

Pendaparan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan pH larutan tetes mata.

Penambahan dapar dalam pembuatan obat mata harus didasarkan pada beberapa

pertimbangan tertentu. Air mata normal memiliki pH lebih kurang 7,4 dan mempunyai

kapasitas dapar tertentu. Secara ideal obat tetes mata harus mempunyai pH yang sama dengan

larutan mata, tetapi hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yang

tidak cukup larut ataupun tidak stabil pada pH 7,4. Oleh karena itu system dapar harus dipilih

sedekat mungkin dengan pH fisiologis yaitu 7,4 dan tidak menyebabkan pengendapan atau

mempercepat kerusakan obat. Jika harga pH yang di tetapkan atas dasar stabilitas berada

diluar daerah yang dapat di terima secara fisiologis, maka kita wajib menambahkan larutan

dapar dan melakukan pengaturan pH melalui penambahan asam atau basa.

Pembuatan obat mata dengan system dapar mendekati ph fisiologis dapat dilakukan

dengan mencampurkan secara aseptik larutan obat steril dengan larutan dapar steril.

Walaupun demikian, perlu diperhatikan mengenai kemungkinan berkurangnya kestabilan

obat pada pH yang lebih tinggi, pencapaian dan pemeliharaan sterilitas selama proses

pembuatan. Berbagai obat, bila didapar pada pH yang dapat digunakan secara terapeutik,

tidak akan stabil dalam larutan untuk jangka waktu yang lama sehingga sediaan ini dibuat

dalam bentuk sediaan akan direkonstitusikan segera sebelum digunakan.

Tujuan pendaparan obat tetes mata adalah :

a.       Mengurangi rasa sakit

b.      Menjaga stabilitas obat dala larutan

c.       Control aktivitas terapetik

4.      Harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, maka dikehendaki

sedapat mungkin harus isotonis.

Karena kandungan elektrolit dan koloid di dalamnya, cairan air mata memiliki

tekanan osmotik, yang nilainya sama dengan darah dan cairan jaringan. Besarnya adalah

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

30

0,65-0,8 M Pa (6,5-8 atmosfir), penurunan titik bekunya terhadap air 0,520K atau

konsentrasinya sesuai dengan larutan natrium klorida 0,9% dalam air.

Cairan mata isotonis dengan darah dan mempunyai nilai isotonis sesuai dengan

larutan NaCl P 0,9%. Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat

diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat

mencuci keluar bahan obatnya. Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima dari pada

hipotonis.

Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan

enyediakan kadar vahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat

dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah kecil, pengenceran

dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisnya hanya sementara.

Tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata tidak berarti, jika

digunakan larutan hipertonik dalam jumlah besar untuk membasahi mata. Jadi yang penting

adalah larutan obat mata sebisa mungkin harus mendekati isotonik. Untuk membuat larutan

mendekati isotonis, dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya

digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril.

5.      Zat pengawet dala larutan tetes mata

Syarat zat pengawet bagi larutan obat tetes mata:

1. Harus bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Terutama sifat bakteriostatik

terhadap

pseudomonas aeruginosa, karena sangat berbahaya pada mata yang terinfeksi.

2.      Harus tidak mengiritasi  jaringan mata, kornea, dan konjungtiva.

3.      Harus kompatibel dengan bahan obat.

4.      Tidak menimbulkan alergi.

5.      Dapat mempertahankan aktivitasnya dalam kondisi normal.

Tipe zat pengawet yang dianjurkan untuk larutan obat tetes mata ada 4 macam :

a.       Esters dari p-hidroksi as.benzoat, terutama nipagin dan nipasol.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

31

b.      Senyawa merkuri organic, seperti fenil merkuri nitrat, timerosol.

c.       Zat pembasah kationik seperti, benzalkonium khlorid dan setil peridinium

klorid.

d.      Derivate alcohol seperti, klorbutanol, fenil etil alcohol.

6.      Viskositas dalam larutan mata

Tetes mata dalam air mempunyai kekurangan karena dapat ditekan keluar dari saluran

konjungtiva oleh gerakan pelupuk mata. Namun, melalui peningkatan viskositas tetes mata

dapat mencapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yag

lebih panjang. Viskositas diperlukan agar larutan obat tidak cepat dihilangkan oleh air mata

serta dapat memperpanjang lama kontak dengan kornea, dengan demikian dapat mencapai

hasil terapi yang besar. Biasanya yang digunakan untuk enaikkan viskositas ialah CMC

dengan kadar 0,25-1%.

Viskositas sebaiknya tidak melampaui 49-50 mPa detik (40-50 cP) sebab jika tidak,

maka akan terjadi penyumbatan saluran air mata. Kita memakai larutan dengan harga

viskositas 5-15 mPa detik (5-15 cP).

7.      Surfaktan dalam pengobatan mata

Surfaktan sering digunakan dala larutan mata karena mempunyai fungsi sebagai zat

pembasah atau zat penambah penetrasi.

Efek surfaktan adalah :

a. Menaikkan kelarutan, hingga menaikkan kadar dari obat kontak dengan mata.

b. Menaikkan penetrasi ke dalam kornea dan jaringan lain

c. Memperlama tetapnya obat dalam konjungtiva, pada pengenceran obat oleh air

mata.

Surfaktan yang sering digunakan adalah benzalkonium-klorid 1 : 50.000 jangan lebih

dari 1 : 3000. Surfaktan lain juga yang dipakai adalah benzalkonium klorid, duponal

M.E dan aerosol OT atau OS. Pemakaian surfaktan jangan lebih dari 0,1%. Lebih

encer lebih baik.

8.      Pewadahan

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

32

Wadah untuk larutan mata, larutan mata sebaiknya dibuat dalam unit kecil, tidak

pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. A botol 7,5 ml adalah

ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil

memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah

pemaparan kontaminan.

3.d. Cara Pembuatan Tetes Mata

Tetes mata steril harus memenuhi syarat sterilitas, berupa larutan jernih, bebas

partikel asing serat dan benang, isotonis dan isohidris. Adapun cara pembuatan tetes mata

kecuali dinyatakan lain digunakan salah satu cara sebagai berikut :

a. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat pengawet

tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan dengan

penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan dengan cara

sterilisasi pemanasan dengan otoklaf.

b. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat

pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan disterilkan dengan

cara penyaringan melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah akhir yang

steril kemudian ditutup kedap menurut tehnik aseptic.

c. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat

pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan dengan

penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan dengan cara

pemanasan dengan bakterisida (sterilisasi cara B yang tertera pada FI edisi lll).

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

33

Semua alat yang digunakan untuk pembuatan tetes mata, begitu juga wadahnya harus bersih

betul sebelum digunakan. jika perlu disterilkan. Tetes mata steril dikemas dalam botol plastik

atau kaca yang tertutup kedap dilengkapi dengan penetes.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :

Nilai isotonisitas ● Pendaparan

Pengawet ● Pengental

Pengkhelat

3.e. Penggunaan Tetes Mata

1. Cuci tangan

2. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah

3. Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke

dalam botol untuk membawa larutan ke dalam penetes

4. Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian

bawah sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari.

5. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan

berkedip paling kurang 30 detik

6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat

7. Jika penetesnya terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap ke

bawah

8. Jangan pernah menyentuhkan penetes denga permukaan apapun

9. Jangan mencuci penetes

10. Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika

dipindahkan

11. Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri

farmasi uunutk farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari

kontaminasi

12. Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

34

13. Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu

botol saja

14. Jika kamu menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu

beberapa menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain

15. Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin

16. Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak

berkedip lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat tempat

kerjanya.

3.f.. Keuntungan dan Kerugian obat tetes mata :

Keuntungan :

Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal homogeny, bioavailabilitas, dan

kemudahan penanganan.

Suspense mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat

memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu

terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek

terapinya.

Tidak menganggu penglihatan ketika digunakan

Kerugian :

Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat

antara obat dan permukaan yang terabsorsi.

3.g. Penggolongan obat mata berdasarkan farmakologi :

1.      Obat mata sebagai anti-infektif dan antiseptik.

Contohnya : Albucetine eye drop 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan oint 3,5 g.

2.      Obat mata mengandung corticosteroid.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

35

Contohnya : Celestone eye drop 5 ml.

3.      Obat mata sebagai antiseptik dengam kortikosteroid.

Contohnya : Cendo Xitrol 5 ml dan 10 ml.

4.      Obat mata mempunyai efek midriatik .

Contohnya : Cendo Tropine 5 ml, 10 ml dan 15 ml.

5.      Obat mata mempunyai efek miotik.

Contohnya : Cendo Carpine 5 ml, 10 ml dan 15 ml.

6.      Obat mata mempunyai efek glaukoma.

Contohnya : Isotic Adretor 5 ml.

7.      Obat mata mempunyai efek lain.

Contohnya : Catarlent eye drop 15 ml.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

36

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sirup :

Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sakarosa. Kecuali

dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebiih dari 66%.

Secara umum, sirup dibagi menjadi 2 macam yaitu Non Medicated Syrup/Flavored

Vehicle Syrup (Seperti cherry syrup, cocoa syrup, orange syrup) dan Medicated

Syrup/Sirup Obat (Seperti sirup piperazina sitrat, sirup isoniazid). Non Medicated

Sirup adalah sediaan syrup yang tidak mengandung bahan obat, melainkan hanya

mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna sedangkan Sirup Obat

mengandung bahan obat/Zat berkhasiat.

Elixir :

Perbedaan antara elixir dan sirup adalah dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya

kurang manis dan kurang kental karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif

dibanding dengan sirup di dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Eliksir

mudah dibuat larutan, maka lebih disukai dibanding sirup.

Tetes Mata :

Dari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa obat tetes mata haruslah :

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

37

a. Steril

b. Bebas dari partikel tersuspensi kecuali bentuk suspense

c. Sedapat ungkin isotonis dan isohidris

d. Dibufer

e. Dalam  wadah kecil, praktis dan steril

f. Mengandung zat bakteriostatik untuk menjaga sterilitas dan stabilitas .

Formulasi suspense obat mata dapat dibuat jika diperlukan untuk

membuat produk yang bertujuan mengingkatkan waktu kontak kornea, atau

diperlukan untuk obat tidak larut atau tidak stabil dalam pembawa air.

B.      Saran

Diharapkan pembaca dapat memahami isi makalah kami dan memperluas wawasan

dari berbagai sumber lain. Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kami harapkan saran

dari pembaca untuk kemajuan makalah ini.

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Kristina, A.S, 2007, Kapita Selekta Dispensing I, Yogyakarta: Universitas Gadjahmada

2. Anonim, 1978, Formularium Nasional Edisi Kedua, Jakarta : Departemen Kesehatan RI

3. Filzahazny, 2009, Elixir, http://filzahazny.wordpress.com/2009/03/18/elixir/

4. Anonim, 2007, http://ilmu-kedokteran.blogspot.com/2007/11/all-about-viskositas-pipit.html

5. http://alyridwan.blogspot.co.id/2014/02/tekhnologi-farmasi-sediaan-sirup.html

6. https://rgmaisyah.wordpress.com/2009/06/06/tetes-mata/

7. http://afnifarma.blogspot.co.id/

8. http://dekvhieagadisdesa.blogspot.co.id/2012/10/eliksir.html

KelompokTiga/FarmasetikaDasar/P2K-2015

39