makalah lab activity fixxxxx

26
Makalah Lab Activity Fisiologi Pendengaran & Keseimbangan

Upload: nitrinitri

Post on 20-Oct-2015

84 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Makalah Lab Activity

Fisiologi Pendengaran & Keseimbangan

PENDAHULUAN

Anatomi Telinga

Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga

luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari membran timpani (Lee

K.J,1995; Mills JH et al, 1997). Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi

oleh kulit. Ke arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir

sepertiga lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang

melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai

tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan

menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz (Mills JH et al, 1997).

Organ konduksi di dalam telinga tengah ialah membran timpani, rangkaian tulang

pendengaran, ligamentum penunjang, tingkap lonjong dan tingkap bundar (Liston SL et al,1989;

Pickles JO,1991; Mills JH et al, 1997).

Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang berasal dari telinga luar

kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea bunyi akan diamplifikasi melalui

perbedaan ukuran membran timpani dan tingkap lonjong, daya ungkit tulang pendengaran dan

bentuk spesifik dari membran timpani. Meskipun bunyi yang diteruskan ke dalam koklea

mengalami amplifikasi yang cukup besar, namun efisiensi energi dan kemurnian bunyi tidak

mengalami distorsi walaupun intensitas bunyi yang diterima sampai 130 dB (Mills JH et al,

1997).

Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di bagian basal dan

melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti spiral. Beberapa komponen penting

pada organ corti adalah sel rambut dalam, sel rambut luar, sel penunjang Deiters Hensen’s,

Claudiu’s, membran tektoria dan lamina retikularis. Sel rambut dalam yang berjumlah sekitar

3500 dan sel rambut luar dengan jumlah 12000 berperan dalam merubah hantaran bunyi dalam

bentuk energi mekanik menjadi energi listrik (Ballenger JJ, 1996).

Fisiologi Pendengaran

Skema proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh telinga

luar, lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian

tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran tersebut melalui daya ungkit tulang

pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi

getar yang telah diamplifikasikan akan diteruskan ke telinga dalam dan di proyeksikan pada

membran basilaris, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan

membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,

sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi

pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran.

(Keith, 1989

Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh

Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang kanalis

semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus.Sakulus

dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor

khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah

saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin

selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus.

Labirin terletak di dalam bagian petrosus os tempolaris dan terdiri dari utrikulus, sakulus,

dan tigan kanalis semisirkularis. Labirin membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga

kecil yang terisi dengan perilimf; organmembranosa itu sendiri berisi endolimf. Urtikulus,

sakulus, dan bagian kanalis semisirkularisyang melebar (ampula) mengandung organ reseptor

yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan

Pergerakan endolimf di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik

krista, yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor pergerakan). Reseptor ini

menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi kepala terhadapruangan, ke batang otak.

Struktur ini juga memberikan pengaruh pada tonus otot. Implusyang berasal dari reseptor labirin

membentuk bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi untuk mengkoordinasikan otot

ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap

jenis pergerakan kepala.

PEMERIKSAAN PENDENGARAN

I. Audiometri

Orang percobaan:

Alat : Audiometer merk ADC, lengkap dengan telinga dan formulir.

Tombol dan skala yang berfungsi pada audiometer ADC meliputi :

Tombol 1 (T1) : tombol utama

Berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan alat

Tombol 2 (T2) : tombol frekuensi nada

Tombol ini memiliki frekuensi nada yang dapat di bangkitkan oleh alat

Tombol (T3) : tombol kekuatan nada

Dengan tombol ini kita dapat mangatur kekuatan nada

Tombol (T4) : tombol pemilih telepon telinga

Bila tombol ini menunjuk ke “B” berarti nada hanya di hantarkan ke telepon berwarna

hitam dan bila tombol menunjuk ke “G” berarti yang bekerja hanya telepon kelabu

Tombol (T5) : tombol penghubung nada

Dengan memutar telepon ini ke kiri,nada akan terdengar di telepon. Bila tombol di

lepas,nada tidak terdengar lagi.

Cara kerja :

1. Alat di siapkan sebagai berikut :

a Tombol utama di putar pada “off”

b Tombol frekuensi nada di putar pada 125

c Tombol kekuatan nada di putar pada -10db

2. Audiometer di hubungkan dengan sumber listrik dan T1 di putar ke “ON”. S1

3. Orang percobaan di minta duduk membelakangi audiometer dan telepon di pada telinga

nya sehingga telepon black di telinga kiri

4. Memberi petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangan nya ke atas pada

saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon dan menurunkan

tangan nya pada saat mulai tidak terdengar lagi

5. Menunggu 2 menit untuk memanaskan alat

6. T5 di putar ke kiri dan di pertahankan selama pemeriksaan

7. T3 di putar perlahan lahan searah jarum jam sampai orang percobaan mangacungkan

tangan nya ke atas

8. Tombol tersebut terus di putar sebesar 10 db dan kemudian T3 tersebut di putar perlahan-

lahan berlawanan dengan arah jarum jam sampai orang percobaan menurunkan tangan

nya. Kemudian angka db di catat pada saat itu

9. Tindakan 7 dan 8 di ulangi dua kali di ambil angka terkecil sebagai hearing loss orang

percobaan pada frekuensi 125Hz.

10. Selama percbaan T5 sekali-kali di lepaskan ada waktu orang percobaan mengacungkan

tangan nya untuk menguji apakah orang pecobaan benar-benar mendengar nada atau

hanya berpura-pura mendengar

11. Hearing loss di ukur untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula dan di catat

hasil pengukuran nya pada formulir yang telah di sediakan

12. Pengukuran ini di ulangi untuk telinga yang lain

13. Audiogram orang percobaan di buat pada formulir yang telah di sediakan dengan data

yang di peroleh pada pengukuran.

Hasil percobaan :

Kesimpulan: Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin

rendah.

II. Pemeriksaan Pendengaran Dengan Penala

Alat yang diperlukan: Penala berfrekuensi 256 Hz

Pemeriksaan pendengaran dengan penala :

A. Cara Rinne

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya

ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus salah satu telinga orang percobaan.

3. Tanyakanlah kepada orang percobaan apakah ia mendengar bunyi penala

mendengung ditelinga yang diperiksa,bilademikian orang percobaan harus segera

memberi tanda bila dengungan bunyi itu menghilang.

Pertanyaan: dengan jenis hataran apakah orang mendengar dengungan pada tindakan

no.3?

Jawaban: hantaran tulang

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari proc. Mastoideus orang percobaan

dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya didepan liang telinga

yang sedang diperiksa itu.

Pertanyaan: dengan jenis hantaran apakah orang mendengar dengungan pada tindakan

no.4?

Jawaban: hantaran aerotympanal

5. Catatlah hasil pemeriksaan rinne sebagai berikut :

Positif: bila orang percobaan masih mendengar dengungan secara hantaran

aerotimpanal

Negative: bila orang percobaan tidak lagi mendengar dengungan secara hantaran

aerotimpanal.

B. Cara Weber

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti no.A1

2. Getarkanlah ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median

3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar dengungan bunyi penala

sama kuat di kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi?

Pertanyaan: apakah yang dimaksud dengan lateralisasi?

Jawaban: lateralisasi ialah peristiwa terdengarnya dengungan penala yang lebih kuat

pada salah satu telinga. Bila dengungan penala terdengar lebih kuat pada telinga kiri

disebut lateralisasi kiri

4. Bila pada orang percobaan tidak terdapat lateralisasi ,maka untuk menimbulkan

lateralisai secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangilah

pemeriksaannya

C. Cara Schwabah

1. Getarkanlah penala (frekuseni 256) dengan cara seprti A1.

2. Tekanlah ujung tangkai penala pad proc. Mastoideus salah satu telinga orang

percobaan

3. Suruh orang percobaan mengacungkan tangannnya pada saat dengungan bunyi

menghilang

4. Pada saat itu dengan segera pemiriksa memindahkan penala dari proc. Mastoideus

orang percobaan ke proc . mastoideusnya sendiri.pada pemeriksa ini telinga

sipemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh

orang percobaan masih dapat didengar oleh sipemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah

schwabah memendek.

5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga

tidak dapat didengar oleh sipemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin schwabah

normal atau schwabah memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan

pemeriksaan sebagai berikut: penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula

ditekankan ke proc. Mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi kemudian

ujung tangkai penala segera ditekankan ke proc. Mastoideus o.p bila dengungan

(setalah dinyatakan berhenti oleh sipemeriksa) masih dapat didengar oleh orang

percobaan ini,hasil pemeriksaan ialah schwabah memanjang. Bila dengungan setelah

dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh orang percobaan

maka hasil pemeriksaan ialah schwabah normal.

Hasil Percobaan & Kesimpulan

A. Cara Rinne

Hasil :

uji rinne positif :

Yaitu ketika garputala yang digetarkan diletakkan di proc. Mastoideus orang percobaan

tidak terdengar lagi, namun ketika diletakkan di depan meatus skustikus eksternus akan

terdengar lagi, karena orang percobaan masih mendengar dengungan secara hantaran

aerotimpanal.

Kesimpulan :

Tes Rinne adalah tes untuk membandingkan antara hantaran melalui tulang dengan

hantaran melalui udara pada satu telinga pasien.

Tes rinne positif jika pasien mendengar di depan maetus akustikus eksternus lebih keras.

Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus

lebih lemah atau lebih keras dibelakang (proc. mastoideus).

Pada pasien yang pendengarannya masih baik, maka hantaran melalui udara lebih baik

dari hantaran melalui tulang.

AC=Air Conduction (Konduksi Udara)

BC=Bone Conduction (Konduksi Tulang)

B. Cara Weber

Hasil :

Lateralisasi negatif (tidak ada): kedua telinga orang percobaan sama-sama mendengar

dengungan dengan kekuatan yang sama.

Kesimpulan :

Tes Weber adalah tes untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga orang

percobaan. Jika telinga op mendengar lebih keras pada 1 telinga maka terjadi lateralisasi

ke sisi telinga tersebut. Jika kedua telinga op sama-sama mendengar dengungan dengan

kekuatan yang sama maka berarti tidak ada lateralisasi. Ini terjadi karena getaran melalui

tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh

bagian kepala. Pada keadaan patologis pada meatus akustikus eksternus atau cavum

timpani misalnya pada otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau

pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan

didengarkan di sebelah kanan. Lateralisasai terjadi ke sisi telinga yang mengalami

kelainan.

C. Cara Schwabah

Hasil:

Schwabah normal yaitu ketika dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang

percobaan juga tidak dapat didengar oleh si pemeriksa. Dan ketika dilakukan tes lagi

untuk memastikan, dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak

dapat didengar oleh orang percobaan.

Kesimpulan :

Tes Weber adalah tes untuk membandingkan hantaran tulang antara pemeriksa dengan

pasien. Yaitu dengan membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara

pemeriksa (normal) dengan probandus. Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat

ditimbulkan oleh getaran yang datang melalui udara & getaran yang datang melalui

tengkorak, khususnya osteo temporale.

Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan masih dapat

didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah schwabah memendek. Apabila

dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga tidak dapat

didengar oleh sipemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin schwabah normal atau

schwabah memanjang. Dan kita lakukan lagi tes untuk memastikannya. Bila dengungan

(setalah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat didengar oleh orang

percobaan ini, hasil pemeriksaan ialah schwabah memanjang. Bila dengungan setelah

dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh orang percobaan

maka hasil pemeriksaan ialah schwabah normal.

PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN

I. Percobaan dengan Kursi Barany

A. Gerakan Bola Mata (Nistagmus)

1.) Alat & Bahan

- Orang percobaan

- Kursi Barany

2.) Cara

- Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya

memegang erat tangan kursi.

- Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepalanya 30° ke depan.

o P-28.4: apa maksud tindakan penundukan kepala orang percobaan 30° ke depan?

- Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.

- Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.

- Bukalah saputangan dan suruhlah orang percobaan melihat jauh ke depan.

- Perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan cepat nistagmus

tersebut.

o P-28.5: apa yang dimaksud dengan rotatory nystagmus dan postrotatory

nystagmus?

3.) Jawaban Pertanyaan

o P-28.4: maksudnya adalah supaya kanalis semisirkularis hosrisontal benar-benar

terletak pada bidang horizontal. Dengan demikian didapatkan efek pemutaran

kursi Barany terbesar pada kanalis semisirkularis tersebut.

o P-28.5: rotatory nystagmus adalah nistagmus yang terjadi selama pemutaran.

Postrotatory nystagmus adalah keadaan normal setelah dilakukan pemutaran

yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu putaran dihentikan memiliki arah

berlawanan

4.) Hasil Percobaan

Pada percobaan ini, setelah orang percobaan diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10

kali, maka pada mata orang percobaan terjadi nistagmus horizontal, dan gerakan ke

kanan lebih cepat dibanding gerakan bola mata ke kiri.

B. Tes Jatuh

1.) Alat & Bahan

- Orang percobaan

- Kursi Barany

2.) Cara

- Suruhlah orang percobaan duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya

memegang erat tangan kursi. Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan

bungkukkan kepala dan badannya sehingga posisi kepala membentuk sudut 120°

dari posisi normal.

o P-28.7: apa maksud penundukan kepala orang percobaan 120° dari posisi

normal?

- Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakan.

- Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah orang

percobaan menegakkan kembali kepala dan badannya.

- Perhatikan kemana di akan jatuh dan tanyakan kepada orang percobaan kemana

rasanya ia akan jatuh.

- Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada orang percobaan lain dengan:

o Memiringkan kepala kerah bahu kanan sehingga kepala miring 90° terhadap

posisi normal.

o Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60°.

o P-28.8: apa maksud tindakan diatas terhadap posisi kanalis semisirkularis

tertentu?

- Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe pada

kanalis semisirkularis yang terangsang.

3.) Jawaban Pertanyaan

o P-28.7: agar kanalis semisirkularis posterior ada pada bidang horizontal.

o P-28.8:

Dengan memiringkan kepala kerah bahu kanan sehingga kepala miring 90°,

terjadi perangsangan pada kanalis semisirkularis anterior dan posterior.

Setelah kepala orang percobaan ditegakkan kembali terjadi kesan berputar

seolah-olah pada bidang sagital.

Dengan menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60°,

maka kanalis semisirkularis ada pada bidang horizontal, tetapi arah putaran

yang sama akan menyebabkan penyimpangan crista cupularis yang

berlawanan arah.

4.) Hasil Peercobaan

- Ketika selesai berputar dengan menundukkan kepala 120° dan kemudian membuka

mata, maka orang percobaan akan merasa jatuh kearah kanan.

- Ketika selesai berputar dengan memiringkan kepala ke arah bahu kanan sebesar

90° dan kemudian membuka mata, orang percobaan akan merasa jatuh ke

belakang, tetapi ke arah kiri.

- Ketika selesai berputar dengan menengadahkan sebesar 60° kemudian membuka

mata, maka orang percobaan akan merasa jatuh ke arah kiri.

C. Kesan (Sensasi)

1.) Alat & Bahan

- Orang percobaan

- Kursi Barany

2.) Cara

- Gunakan orang percobaan yang lain. Suruhlah orang percobaan duduk di kursi

Barany dan tutuplah kedua matanya dengan saputangan.

- Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur

bertambah dan kemudian kurangilah kecepatan putarnya secara berangsur-angsur

pula sampai berhenti.

- Tanyakan pada orang percobaan arah perasaan berputar:

o Sewaktu kecepatan putar masih bertambah

o Sewaktu kecepatan putar menetap

o Sewaktu kecepatan putar dikurangi

o Segera setelah kursi dihentikan

- Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang

dirasakan oleh orang percobaan.

3.) Hasil Percobaan

Dengan adanya sensasi dari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kearah

kiri.

Kesimpulan percobaan:

Bahwa apparatus vestibular mendeteksi perubahan posisi dan pergerakan

kepala. Kanalis semisirkularis mendeteksi percepatan atau perlambatan anguler atau

roptasional kepala. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-ranbut pada

utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara

horizontal.

D. Tes Penyimpangan Penunjukan ( Past Pointing Test of Barany )

- Alat:

o Kursi Barany

- Cara Pemeriksaan:

o Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dan tutuplah kedua

matanya dengan sapu tangan.

o Suruhlah sekarang orang percobaan dengan kedua tangannya memegang erat

tangan kursi, menundukkan kepala 30o kedepan.

o Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

o Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah orang

percobaan menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan

penunjukkan seperti di atas.

o Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukkan oleh orang percobaan.

Bila terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah

tes tersebut sampai orang percobaan tidak salah lagi menyentuh jari tangan

pemeriksa.

- Hasil:

o Sebelum Kursi Barany diputar, orang percobaan masih dapat menunjuk jari

pemeriksa dengan mata tertutup dengan benar.

o Setelah dilakukan percobaan, kursi Barany diputar ke kanan sebanyak 10 kali

dalam 20 detik, ditemukan pada orang percobaan terjadi penyimpangan

penunjukkan yang berlawanan arah dengan arah putaran yaitu ke kiri dari jari

pemeriksa.

- Kesimpulan:

o Past pointing yang terjadi merupakan suatu fenomena subjektif. Koreksi yang

tidak disadari yang dilakukan kea rah yang berlawanan disebabkan oleh

sensasi yang salah. Kalau mata terbuka kesalahan ini tidak terjadi. Past

pointing arahnya berlawanan.

A. Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis.

- Alat:

o Penutup Mata

o Tongkat atau statif

- Cara Pemeriksaan:

o Suruhlah orang percobaan, dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30o,

berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum

jam, sebanyak 10 kali dalam 30 detik.

o Suruhlah orang percobaan berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan

lurus kemuka.

o Perhatikan apa yang terjadi.

o Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan

arah jarum jam.

- Hasil:

o Setelah orang percobaan diputar searah jarum jam sebanyak 10 kali dalam 30

detik dengan kepala ditundukkan 30o, orang percobaan terlihat berjalan

cenderung menyimpang ke kiri, dengan badan miring ke kanan, dan

sebaliknya.

- Kesimpulan:

o Setelah orang percobaan diputar searah jarum jam, cairan endolimf dalam

kanalis semisirkularis horisontalis berputar ke kanan, orang percobaan akan

jatuh ke arah kiri tetapi dengan mata yang tertutup dan badan yang miring ke

kanan, karena berusaha supaya tetap dapat berjalan lurus.

II. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis

Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh dari kanalis semisirkularis

Dasar Teori

Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis

semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala.

Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan

endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia.

Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan

menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke

posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singka

tmelanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambatunutk

berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus

berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

Alat dan bahan

Tongkat statif

Cara kerja

a. Suruhlah o.p. dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30 derajat, berputar

sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali

dalam 30detik

b. Suruhlah o.p. berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka

c. Perhatikan apa yang terjadi. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang

berlawanan dengan arah jarum jam

 

Hasil Pengamatan dan Analisa

O.P. berjalan tidak lurus dan miring hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, lebih

merasa pusing saat diputar ke arah jarum jam (yang pertama).

 

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian-

bagiannya dalam hubungannya dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada

continousvisual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya

dalam batang otak dan serebelum. Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat

30˚, kalau seseorangmenunduk dengan sudut 30˚ maka posisi kanalis semisirkularis

lateral dibidang horizontal. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan

cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak.

Tanya Jawab

P.28.9

a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan lurus ke muka setelah

berputar 10 kali searah dengan jarum jam? 

Jawab : o.p. akan berjalan miring ke kanan, tidak lurus ke depan

b.Bagaimana keterangannya? 

Jawab : Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika

terdapat penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.

Kesimpulan

Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta

pergerakan cairan endolimph-perilimph.

 

III. Pengaruh Kedudukan kepala dan Mata yang Normal Terhadap

Keseimbangan Badan

Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh kedudukan kepala dan mata terhadap keseimbangan badan.

Dasar Teori

Mekanisme Vestibular Untuk Menstabilkan Mata

Bila seorang mengubah arah gerakannya dengan cepat atau mencondongkankepalanya ke salah satu sisi,

misalnya ke depan atau ke belakang, orang itu tak mungkin dapat mempertahankan bayangan yang stabil

pada retinanya, kecuali bila ia mempunyai beberapa mekanisme pengatur yang secara otomatis dapat

mempertahankan arah pandangan matanya. Selain itu, sebenarnya untuk mendeteksi suatu bayangan

diperlukan sedikit saja bantuan mata, kecuali bila mata itu dipertahankan untuk terfiksasi memandang

suatu objek dalam waktu yang cukup lama sampai memperoleh bayangan yang jelas. Untungnya, setiap

kali kepala berputar tiba-tiba, sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan mata berputar

dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul akibat adanya refleks yang

dijalarkan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis medial menuju nuclei

okulomotor.

Alat dan Bahan

- Garis lurus dilantai

Cara Kerja

1. Suruhlah OP berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan

dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalanya dantanyakan apakah ia mengalami kesulitan dalam mengikuti

garis tersebut.

2. Ulangi percobaan nomor 1 dengan mata tertutup

3. Ulangi percobaan nomor 1 dan 2 dengan :

a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri

b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

Hasil dan Pembahasan

Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50% yang

paling berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi

pengeliminasian dari isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan

kuat ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya

kecenderungan adanya deviasi kearah berlawanan dimana OP memiringkan kepalanya agar

tidak jatuh.

Tanya Jawab

P-28.3. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan ?

.Jawab :

Ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi

kepala,maka jika mata tertutup dengan kepala, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah kepala

miring dan diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala supaya tidak

jatuh. Bila kepala dimiringkan terjadi perangsangan asimetris pada reseptor proprioseptif di otot leher dan alat

vestibuler yang menyebabkan tonus yang asimetris pula pada otot-otot ekstrimitas. Dalam keadaan seperti di

atas mata yang terbuka berusaha untuk mempertahankan sikap badan yang seimbang sebagai kompensasi.

Bilamata ditutup ketidakseimbangan ini akan lebih jelas.

1. Mata terbuka dengan kepala dan badan dalam sikap biasa OP mampu mengikuti garis yang ada tanpa

adanya kesulitan

2. Mata terbuka dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri OP cenderung berjalan kearah kiri

3. Mata terbuka dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan OP cenderung berjalan kearah kanan

4. Mata tertutup dengan kepala dan badan dalam sikap biasa OP sudah tidak bisa mengikuti garis yang

ada, keseimbangannya terganggu

5. Mata tetutup dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri ketidakseimbangan OP makin nyata.

6. Mata tertutup dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan ketidakseimbangan OP makin nyata.

Hal di atas dipengaruhi oleh

1. Proprioseptif leher

Apparatus vestibular hanya mendeteksi orientasi dan gerakan kepala. Oleh karenaitu, pada prinsipnya

pusat-pusat saraf juga menerima informasi yang sesuaimengenai orientasi kepala sehubungan dengan

keadaan tubuh. Bila kepalacondong ke salah satu sisi akibat menekuknya leher, impuls yang

berasalproprioseptif leher dapat mencegah sinyal yang terbentuk di dalam apparatusvestibular

mencetuskan rasa ketidakseimbangan pada seseorang.

2. Informasi proprioseptif dan eksteroseptif dari bagian-bagian tubuh lainnya

Informasi proprioseptif yang berasal dari bagian tubuh selain leher juga pentinguntuk menjaga

keseimbangan.

Kesimpulan

Pada saat mata OP terbuka OP masih dapat merasakan rangsang bayangan yang stabil pada retinanya, sehingga

OP mampu berjalan lurus ketika posisi badan dalam sikap biasa dan dengan posisi kepala miring. Namun pada

saat kepala ditutup, dapat terlihat adanya gangguan keseimbangan yang nyata pada posisi tubuh yang dalam sikap

biasa dan dengan posisi kepala miring kesalah satu sisi. Hal ini menunjukan mata (visual) sangat

berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita. Selain itu juga dipenngaruhi oleh

berbagai faktor yaitu :

1. Proprioseptif leher

2. Informasi proprioseptif dan eksteroseptif dari bagian-bagian tubuh lainnya

REFERENSI

1. Ludman, Harold. ABC of Ear, Nose and Throat. Blackwell Publishing. Fifth Edition. 2007.

2. Ganong, William F. 2008. Edisi 22. Jakarta: EGC

3. Sherwood, Laurale. Fisiologi Manusia. 2001. Edisi 2. Jakarta : EGC

4. Fisiologi Guyton

5. THT FKUI

6. (Best & Taylor’s Physiological Basis of Medical Practice, Ed. 8 halaman 109, 1966)