makalah komunitas revisi print yang belum cover kata pengantar daftar isi

Upload: rossa-d-santoso

Post on 13-Jul-2015

331 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahanbahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS. Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains : 52%; contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9%;

infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983). Selain itu, Gun (1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik bagi pengelola maupun karyawan 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana konsep keperawatan komunitas pada kelompok kerja ? 1.3 Tujuan Umum Mengetahui konsep keperawatan komunitas pada kelompok kerja. 1.4 Tujuan instruksional khusus a. Mengetahui definisi upaya kesehatan kerja b. Mengetahui ruang lingkup kesehatan kerja c. Mengetahui kapasitas, beban, dan lingkungan kerja d. Mengetahui lingkungan kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan

BAB II KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS KERJA

2.1 Definisi Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban dan lingkungan kerjaagar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-Undang kesehatan tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri. Pemberian pelayanan kesehatan di bawah pengawasan medis pada orang sakit atau kecelakaan kerja atau orang yang menjadi sakit atau tiba-tiba mengalami kecelakaan kerja ( Departemen Tenaga Kerja AS ). Praktik keperawatan spesialis yang memberi pelayanan kesehatan kepada pekerja atau populasi pekerja yang berfokus pada promosi, proteksi dan perbaikan kesehatan pekerja dalam konteks kesehatan lingkungan kerja ( Asosiasi Perawatan Kesehatan Kerja Amerika ). Spesialisasi ilmu kesehatan beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental ataupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit, gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta faktor-faktor umum. ( Nasrul Effendi ).

2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk: 1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatanpada masyarakat pekerja yang diakibatkan olehkeadaan dan kondisi lingkungan kerjanya. 3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam

pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabakan oleh faktorfaktor yang membahayakan kesehatan. 4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

2.3 Kapasitas, Beban, Dan Lingkungan Kerja Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupaka 3 komponen utama dalam dunia kerja, di mana hubungan interaktif dan serasi antara katiga komponen tersebutakan menghasilkan kesempatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaanya dengan baik Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia, dan lain-lain) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguana atau penyakit akibat kerja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kedrja, serta faktor lainnya.

2.4 Lingkungan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja Yang Ditimbulkan Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja. Untuk mengatasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting adalah identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi. Untuk mengetahui dan mengantisipasi kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama sebagai berikut:

a. Pengenalan lingkungan kerja Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (walk through inspection), dan ini merupakan langkah dasar yang pertama kali dilakukan dalam upaya kesehatan kerja. b. Evaluasi lingkungan kerja Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga dapat dijadikan alat untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan. c. Pengendalian lingkungan kerja Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat atau bahan yang berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahap sebelumnya, tidak dapat menjamin sebuah lingkungn kerja yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan pengendalian teholigo yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan dikalangan para pekerja. 1. Pengendalian lingkungan (enviromental control meansure) Desain dan tata letak yang adekuat. Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya.

2. Pengendalian perorangan Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungipekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung perorangan harus sesuai da adekuat. Pembatasan waktu selama pekerja terpajan zat tertentu yang berbahaya dapat menurunkan resiko terkenanya bahaya kesehatan di lingkungan kerja. Kebersihan perorangan dan pakaiannyamrupakan hal yang penting terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia serta partikel lain. 2.4.1 Tujuan Penerapan Kesehatan Kerja Secara umum tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachma, 1990) a. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada ditempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat

b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan. 2.4.2 Kecelakaan Kerja Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor:

03/MEN/1998 tentang tata cara Pelaporan dan Pemeriksaaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Penyebab Kecelakaan Kerja Secara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah a. Penyebab dasar - Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya

kemampuan fisik, mental, dan psikologis; kurang dan lemahnya pengetahuan dan keterampilan; stres; dan motivasi yang tidak cukup - Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan kemampuan kepemimpinan dan/ atau pengawasan, rekayasa,

pembelian atau pengadaan barang, perawatan, alat-alat, perlengkapan serta bebrabagi penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja. b. Penyebab langsung - Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standar-usafe condition), yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan pengamanan, pelindung, dan rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat; bahan atau peralatan yang rusak; terlalu sesak atau sempit serta peneranga dan ventilasi yang kurang. - Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standar-unsafe act), yaitu tingkah laku, tindak tanduk, atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa wewenag; gagal untuk memberi peringatan dan pengamana; bekerja dengan kecepata yang salah; serta kegagalan memakai alat pelindung atau keselamatan diri secara benar.

2.4.3

Penyakit Akibat Kerja Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER-

01/MEN/1998 tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja bahwa yang dimaksud penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa ciri penyakit akibat kerja adalah dipengaruhi oleh populasi pekerja; disebabka oleh penyakit yang spesifik; ditentukan oleh pemajanan di tempat kerja; ada atau tidaknya kompensasi. Contohnya adalah keracunan timbal, asbestosis dan silikosis. Jenis Penyakit Akibat Kerja a. Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut (silikosis, antrakilosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis merupakan faktor utama penyebab cacat dan kematian. b. Penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu logam berat c. Penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debukapas, vlas, henep (serat yang diperoleh dari batang tanaman) d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan e. Alveollitis alergika disebabkan oleh faktor dari luar akibt penghirupan debu organik. Diagnosa Spesifik Penyakit Akibat Kerja 1. Anamnesa 2. Riwayat Pekerjaan (kunci awal diagnosa) 3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan tidak bekerja 4. Pemeriksaan fisik 5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis 6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene perusahaan 7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain Penerapan Konsep Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit pada Penyakit Akibat Kerja

a. Peningkatan kesehatan b. Perlindungan khusus c. Diagnosa (deteksi) dini dan pengobatan tepat d. Pemulihan kesehatan 2.4.4 Tingkat Pencegahan Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Akibat Kerja 1. Peningkatan Kesehatan y y y Pendidikan kesehatan kepada pekerja Peningkatan dan perbaikan gizi Penyediaan perumahan dan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja y y Rekreasi bagi pekerja Pemeriksaan sebelum kerja

2. Perlindungan khusus y y y y Imunisasi Higiene dan sanitasi lingkungan kerja yang sehat Pengenalan dan perlindungan diri terhadap bahaya akibat kerja Perlindungan terhadap faktor karsinogen dan alergi

3. Diagnosa dini dan pengobatan yang tepat y y y Mencari tenaga kerja terhadap gangguan penyakit tertentu General check up secara teratur Penyaringan

4. Pencegahan kecacatan y Pengobatan yang adekuat untuk mencegah dan menghentikan proses penyakit y Perawatan yang baik

5.Pemulihan y y y y Latihan dan pendidikan untuk melatih ketrampilan yang ada Penempatan tenaga cacat secara selektif Menyediakan tempat kerja yang dilindungi Terapi kerja di rumah sakit

2.4.5 Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja y y y y y y y y y y 2.4.5 Substitusi Ventilasi umum Ventilasi keluar setempat Isolasi Pakaian atau alat pelindung Pemeriksaan sebelum kerja Pemeriksaan kesehatan secara berkala Penerangan yang cukup Pendidikan kesehatan Lingkungan kerja yang sehat

FUNGSI DAN TUGAS PERAWAT DALAM KESEHATAN KERJA Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamata dan kesehatan

kerja (K3) di industri adalah sebagai berikut: a. Fungsi perawat 1. Mengkaji masalah kesehatan 2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja 3. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja 4. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan b. Tugas perawat 1. Mengawasi lingkungan kerja 2. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan 3. Membantu dokter dalam melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan pekerja 4. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja 5. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah kesehatan 6. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja 7. Ikut berperan dalam keselamatan kerja

8. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja 9. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3

BAB 3 K3 di RUMAH SAKIT

3.1

Lingkungan Kesehatan Rumah Sakit Rumah sakit yang besar, merupakan salah satu tempat kerja yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja bagi karyawannya, seperti terpapar : berbagai bahan kimia, biologi, ergonomi dan psikologis bahaya fisik. Jadi isu-isu Kesehatan dan Keselamatan yang berkaitan dengan keselamatan pribadi dan perlindungan pekerja adalah sangat penting Rumah sakit juga memainkan peran integral dalam perlindungan masyarakat melalui isu-isu yang lebih luas termasuk cedera dan pencegahan penyakit, pengawasan kesehatan dan pemberitahuan penyakit, dan manajemen bencana. Akhirnya, rumah sakit juga peduli dengan perlindungan lingkungan melalui pengelolaan sampah strategi mereka, dan khususnya, pengumpulan dan pembuangan limbah terkontaminasi. Oleh karena itu, diskusi tentang Kesehatan Lingkungan masalah yang berhubungan dengan rumah sakit dapat dengan mudah dibagi menjadi 4 bagian perlindungan: perlindungan pasien, perlindungan

penduduk (komunitas), serta lingkungan dan perlindungan tubuh.

1. Perlindungan Pribadi Bahaya Fisik a. Radiasi Ada berbagai bahaya radiasi yang berkaitan dengan pencitraan medis (x ray, scan nuklir memanfaatkan isotop radioaktif) dan onkologi radiasi yang memanfaatkan radiasi pengion dari berbagai sumber untuk mengobati berbagai tumor ganas. Sumber-sumber ini termasuk (i) sumber tertutup yang mengandung bahan radioaktif seperti isotop radium, kobalt dan strontium, dan (ii) akselerator linear memancarkan gelombang pendek panjang gelombang gamma. b. Back Injury

Staf rumah sakit dan terutama perawat rentan untuk terkena cedera terutama saat member perawatan pada pasien. Rumah sakit sekarang diminta untuk memberikan pelatihan untuk meningkatkan skill dan kemampuan perawat.

2. Perlindungan Pribadi Bahaya Kimia Bahan kimia beracun yang digunakan di rumah sakit meliputi: Industri pembersih yang digunakan oleh staf kebersihan. Sterilisasi Kimia, di gluteraldehyde khususnya digunakan untuk sterilisasi endoskopi dan peralatan lainnya yang tidak bisa disterilisasi uap. Bahan pengawet seperti formaldehida digunakan untuk menyimpan dan memelihara jaringan tubuh sebelum histopatologi. Reagen kimia yang digunakan di rumah sakit Laboratorium Patologi. Obat sitotoksik membutuhkan persiapan sebelum pemberian parenteral untuk pasien kanker. Pengolahan bahan kimia untuk pengembangan film X-ray. Prinsip hirarki untuk mengendalikan bahaya kimia dengan baik, meliputi : Eliminasi (menggunakan proses alternatif atau strategi misalnya pakai.). Substitusi (menggunakan bahan kimia beracun). Isolasi (menjaga kimia yang relevan dalam satu daerah terisolasi jika memungkinkan). Enclosure atau Lampiran (misalnya asap lemari gluteraldehyde, persiapan kandang untuk sitotoksik, mesin anestesi sirkuit tertutup dengan pembilasan dari emisi gas buang). Ventilasi (X-ray prosesor). Perlindungan personal (sarung tangan, kacamata, plastik dll gaun yang sesuai).

Personal hygiene atau kebersihan pribadi (mencuci tangan setelah digunakan). General cleanliness (membersihkan tumpahan, penyimpanan yang sesuai, dll).

Sekali lagi, staf yang relevan harus memiliki pelatihan dan pendidikan dalam penggunaan salah satu bahan kimia, dan harus diberitahu tentang setiap bahaya yang termasuk risiko rendah.

3. Perlindungan Pribadi Bahaya Biologi Pengelolaan bahaya biologi seharusnya secara komprehensif tercakup dalam rumah sakit Pengendalian Infeksi Manual, dengan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan dan dipantau oleh Komite Pengendalian Infeksi . Ada 3 mode penting penularan penyakit dari pasien ke staf: a. Paparan aerosol dan droplet Termasuk virus infeksi saluran pernapasan bagian atas, campak dan TB. Tindakan pencegahan termasuk (1) menjaga jarak (> 1m) dari frontal batuk sebanyak mungkin (2) mencuci tangan setelah setiap kontak dengan pasien dan terutama menghindari menggosok mata sebelum dicuci (3) masker wajah filtrasi tinggi (di mana berlaku - umumnya tidak praktis dalam pengaturan pasien rawat jalan) (4) mengisolasi pasien rawat inap di ruang tekanan udara negatif. b. Skin contact exposure-includes Staphylococcus aureus and Varicella . Pencegahan membutuhkan gaun pelindung dan sarung tangan. c. Paparan cairan menular melalui kulit, mata, selaput lendir, dan paparan parenteral-termasuk hepatitis B, hepatitis C, dan HIV dari semua cairan tubuh kecuali keringat, serta gastroenteritis dan hepatitis A dari cairan tinja. Tindakan pencegahan termasuk kewaspadaan universal (sarung tangan, gaun, kacamata dan

masker), dan pengelolaan yang sesuai benda tajam, tumpahan, dan limbah terkontaminasi.

Pencegahan diri dari paparan biologi adalah : a. Mencuci tepat untuk mulut, mata atau paparan kulit b. Bantuan pertama untuk menangani cedera benda tajam c. Profilaksis untuk eksposur risiko tinggi d. Insiden pelaporan.

4. Perlindungan Pribadi Bahaya Psikologis Rumah sakit adalah tempat stres bagi pasien yang sakit dan terluka dan keluarga mereka. Namun pegawai di Rumah Sakit juga bisa stres karena faktor-faktor berikut: a. Kerja Shift, bertugas panggilan, kelelahan b. Beban kerja dan permintaan tinggi. c. Pelecehan atau ancaman verbal dari pasien tidak puas atau mabuk.

d. Tingginya atau harapan yang tidak realistis dari supervisor dan manajemen. e. Terdapat masalah pada pekerjaan atau hubungan kerja

interpersonal. f. Frustasi karena sumber daya yang terbatas

Rumah Sakit adalah bagian dari permintaan yang tinggi, industri jasa harapan yang tinggi dan sangat bergantung pada staf untuk, aman, efektif dan efisien layanan pengiriman ramah. Untuk mengoptimalkan produktivitas dan sikap staf, manajemen senior harus berkomitmen untuk memastikan iklim organisasi yang kondusif dengan semangat staf yang tinggi, prioritas yang jelas dan arah, tujuan kinerja realistis dan beban kerja, komitmen terhadap pendidikan yang berkelanjutan dan jaminan kualitas, resepsi untuk umpan balik staf, dan dukungan dengan layanan konseling bagi staf menekankan semua komponen penting.

2.3

Perlindungan Terhadap Pasien Cedera pencegahan untuk pasien mungkin memerlukan beberapa intervensi berikut jika diperlukan: a. Ketekunan dalam menjaga tempat tidur khususnya untuk pasien-pasien dengan keadaan tidak sadar b. Kamar Mandi bantu toilet / khususnya untuk orang tua c. Perawat dan mobilisasi fisioterapi d. Berjalan bantu bagi penyandang cacat, dan selama pemulihan. e. terapi home care untuk bantuan rumah.

2.3.1

Keamanan Pangan Dapur Rumah Sakit menyiapkan makanan untuk pasien rawat inap Hal ini jelas penting bahwa makanan penyimpanan, penanganan dan persiapan dilakukan dengan standar tertinggi dan tak menimbulkan resiko bagi sakit atau dikompromikan pasien sudah. Di dapur, Catering Supervisor bertanggung jawab untuk mendokumentasikan dan mengelola pangan rencana rumah sakit, dan laporan melalui Hotel Manajer Pelayanan kepada Direktur Layanan Korporasi.

2.4

Peranan Rumah Sakit Rumah sakit jelas memiliki peran besar dalam pengelolaan bencana di mana mereka menghasilkan bencana di beberapa korban. Prosedur untuk mobilisasi sumber daya untuk (1) (2) (3) menerima dan triase menilai, resusitasi dan menstabilkan menyediakan perawatan definitif untuk dan memfasilitasi transfer antar-rumah sakit pasien harus secara jelas didokumentasikan dalam bencana eksternal rencana tersebut rumah sakit.

Komite Rumah Sakit Bencana bertanggung jawab atas kesiapan dan perencanaan rumah sakit untuk pengelolaan banyak korban, dan secara teratur harus meninjau Komite juga harus memastikan kecukupan cadangan dan air pasokan listrik ke rumah sakit setelah dampak bencana alam.

2.5

Perlindungan Lingkungan dan Pengelolaan Sampah Sampah klinis (biomedis) , pembuangan sampah menimbulkan beberapa isu khusus yang berhubungan dengan bahan infeksius, bahan kimia berbahaya dan obat-obatan, dan bagian tubuh. Komponen utama dari suatu sistem pengelolaan limbah meliputi : a. Pemilahan sampah di sumber-kontainer tajam, tempat sampah umum, dan tempat sampah sitotoksik - semua standar dan warna-kode. b. Penyimpanan dan transportasi-penyimpanan dingin untuk sampah terkontaminasi dan bagian tubuh; transportasi yang aman, kontainer bukti kebocoran. c. Pengolahan limbah-limbah terkontaminasi sterilisasi (autoclave uap); pembakaran sitotoksik, farmasi dan bagian tubuh dalam insinerator memenuhi semua standar yang relevan dan undang-undang.

2.6

Tujuan Penerapan Keperawatan Terhadap Kesehatan Komunitas di Rumah Sakit Tujuan penerapan keperawatan terhadap kesehatan komunitas kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes secara umum sebagai berikut (Rachman, 1990): a. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat. b. Agar sumbersumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan. c. Penyebab dasar

Faktor manusia atau pribadi, antara lain : kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologis, kurang/lemahnya pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress dan motivasi yang kurang / salah. Faktor kerja atau lingkungan, antara lain: ketidakcukupan kemampuan memimpin atau pengawasan, rekayasa (engineering), pembelian atau pengadaan barang, perawatan (maintenance), alat alat perlengkapan dan barangbarang atau bahanbahan, standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja. d. Penyebab langsung Kondisi berbahaya (yang tidak memenuhi standar/unsafe

condition), misalnya peralatan pengaman, pelindung yang tidak memadahi atau memenuhi syarat, bahan/peralatan yang rusak dan tidak memadai, systemsystem tanda peringatan yang kurang memadai, bising, paparan radiasi dan ventilasi atau penerangan yang kurang. Tindakan berbahaya (yang tidak standar/unsafe act), misalnya: mengoperasikan alat tanpa wewenang, gagal member peringatan dan pengamanan, bekerja dengan kecepatan yang salah,

menggunakan alat yang rusak.

Selain itu juga untuk mencegah dan mengurangi terjadinya penyakit akibat kerja (PAK), yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa cirri penyakit akibat kerja adalah dipengaruhi populasi pekerja, disebabkan oleh penyebab yang spesifik, ditentukan pemajanan di tempat kerja, ada tidaknya kompensasi. Contohnya : keracunan timbel (Pb), asbestosis dan silicosis 2.7 Fungsi dan Peran Perawat dalam Kesehatan, Keselamatan Komunitas Kerja di Rumah Sakit 2.7.1 Fungsi Perawat Mengkaji masalah kesehatan pasien. Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada pasien.

Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pasien. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

2.7.2

Tugas Perawat Mengawasi lingkungan kerja di rumah sakit. Memelihara fasilitas kesehatan di rumah sakit Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pasien. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan di lingkungan rumah sakit.

BAB IV TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS KERJA

4.1 Community As Client/As Partner Model Dalam teori ini terdapat Sembilan element, yaitu 1 data inti dan 8 data subsistem. Berikut rinciannya : y Data Inti (sejarah dan riwayat, demografi, karakteristik umur dan sex, suku bangsa, tipe keluarga, data statitistik,kepercayaan agama) y 8 subsistem : - Lingkungan fisik - Pelayanan kesehatan dan social - Ekonomi - Keamanan dan Transportasi - Politik dan pemerintahan - Komunikasi - Pendidikan - Rekreasi Dari subsistem diatas maka dapat digolongkan menjadi beberapa dimensi untuk memudahkan dalam pengkajian yaitu : y y y y y y Dimensi Biofisikal Dimensi Psikologi Dimensi Fisik Dimensi Sosial Dimensi Tingkah Laku Dimensi Sistem Kesehatan

Perawat komunitas harus memperhatikan kelima dimensi tersebut karena akan sangat mempengaruhi derajat kesehatan masing-masing individu. y Dimensi Biofisikal

Faktor biologi manusia yang perlu dikaji pada status kesehatan pekerja termasuk di dalamnya adalah kematangan dan usia, warisan genetik dan fungsi fisiologis y Dimensi Psikologis Pada pengkajian dimensi psikologis perawat komunitas mengidentifikasi masalah psikologi pada lingkungan kerja dan mengkaji faktor yang berkontribusi terhadap masalah psikologinya. Masalah psikologi dapat dimanifestasikan dengan adanya penyalahgunaan obat, gangguan kejiwaan, neurosis, dan kekerasan, kelemahan.

Beberapa indikasi adanya masalah psikologi yang perlu dikaji : y y y y y y y y Sering tidak masuk kerja Perubahan mood, perubahan dalam berhubungan dengan orang lain Peningkatan insidensi kecelakaan Kelemahan, kelelahan, penurunan energi Penurunan atau peningkatan berat badan Peningkatan tekanan darah Penyakit yang berhubungan dengan stress (gastritis, ulkus peptikum)

Dimensi Fisik Lingkungan fisik merupakan faktor yang turut mempengaruhi derajat kesehatan dalam lingkungan kerja. Kategori lingkungan fisik yang berisiko menyebabkan gangguan kesehatan seperti :

1. Bahan kimia 2. Radiasi, suara, getaran, terpapar panas dan dingin 3. Aliran listrik, api dan lantai y Dimensi Sosial Lingkungan sosial dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi status kesehatan dapat bersifat positif dan negatif. Yang termasuk lingkungan sosial diantaranya : kualitas interaksi sosial di antara pekerja, nilai terhadap pekerjaan dan kesehatan, ada tidaknya diskriminasi, jenis kelamin atau tekanan lain yang dapat mempengaruhi produktifitas pekerja. y Dimensi Tingkah Laku

Faktor

gaya

hidup

yang

dipertimbangkan

di

sini

termasuk

:

- Jenis pekerjaan - Istirahat dan latihan - Penggunaan alat pengaman Pedoman Pengkajian Kesehatan Lingkungan Kerja Dari dimensi- dimensi tersebut maka pengkajain yang bisa dilakuakn adalah : y Dimensi Biopsikal meliputi : 1. Umur, jenis kelamin, suku bangsa pekerja 2. Apakah ada kondisi kecacatan pada populasi pekerja 3. 4. 5. 6. 7. 8. y Berapa angka insidensi dan prevalensi penyakit Apakah ada faktor predisposisi terjadinya penyakit Bagaimana tingkat ketidakhadiran Apa jenis pekerjaannya Bagaimana status imunisasinya Bagaimana hasil skrining testnya\

Dimensi Psikologi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bagaimana organisasi hari kerjanya Bagaimana kualitas keindahan lingkungannya Bagaimana hubungan antar pekerja Bagaimana hubungan pekerja dengan atasan Bagaimana nilai dan sikap pekerja Bagaimana gaya supervisi pimpinan Bagaimana evaluasi pekerjaan Bagaimana pembagian kerjanya Bagaimana kontrol kerjanya

10. Apakah ada sumber stress dalam lingkungan kerja 11. Bagaimana tingkat konflik keluarga 12. Apakah ada program manajemen stress di lingkungan kerja y Dimensi Fisik 1. 2. Bagaimana sistem transportasi pekerja Bagaimana keamanan area parkir

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Bagaimana penggunaan pestisida dan racun dalam lingkungan kerja Apakah ada polusi dalam lingkungan kerja Bagaimana sistem pemadam kebakaran Apakah ada potensi terpapar substansi beracun Bagaimana tingkat keterpaparan terhadap cuaca Apakah ada potensi terjadinya jatuh Apakah ada binatang atau serangga di lingkungan kerja

10. Apakah ada alargen tumbuhan dan racun di lingkungan kerja 11. Bagaimana kondisi suhu, penerangan, ventilasi 12. Bagaimana tingkat kebisingan 13. Bagaimana pengolahan makanan dan penyimpanannya 14. Bagaimana fasilitas toiletnya 15. Bagaimana fasilitas pembuangan limbah dan pengolahan sampah y Dimensi Sosial 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. y Bagaimana kondisi ekonomi pekerja Bagaimana sistem penggajian pekerja Bagaimana sistem pelayanan kesehatan yang ada Bagaimana pengorganisasian antar pekerja Apakah ada potensi terjadi kekerasan di lingkungan kerja Apakah ada konflik dalam organisasi Bagaimana latar belakang budaya pekerja Apakah bahasa yang digunakan Bagaimana tingkat pendidikan pekerja

Dimensi Tingkah laku 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bagaimana pola komunikasi antar pekerja Bagaimana kualitas pemberian nutrisi Bagaimana status nutrisi pekerja Bagaimana pengetahuan tentang nutrisi Apakah ada kebiasaan konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat Bagaimana pola aktivitas pekerja Bagaimana istirahat pekerja

y

Dimensi Sistem Kesehatan

1. Bagaimana pelayanan kesehatan di lingkungan kerja 2. 3. 4. Bagaimana kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan Bagaimana penggunaan fasilitas kesehatan oleh pekerja Bagaimana tingkah laku pekerja dalam mencari pelayanan kesehatan

5. Bagaimana kemudahan mendapatkan informasi kesehatan 6. Bagaimana kontrol dan monitoring terhadap pelayanan kesehatan

BAB 5 PENUTUP

5.1

Kesimpulan Makalah ini menyajikan gambaran singkat tentang bagaimana rumah sakit berkaitan dengan perlindungan pekerja, mereka, masyarakat dan lingkungan pasien. berbagai fungsi ini berada di bawah pengawasan, pengendalian dan peninjauan secara luas berbeda unit kerja dan komite multidisiplin dalam organisasi tersebut. Rumah sakit merupakan salah satu lembaga pelayanan kesehatan dan oleh karena itu memiliki kesempatan baik untuk mengambil peran proaktif dalam masyarakat dengan: a. Mempromosikan kesehatan pekerja melalui tempat kerja yang dan menghilangkan stres bagi pekerja mereka. b. c. Mempromosikan kesehatan masyarakat di masyarakat Meningkatkan komitmen untuk kegiatan jaminan kualitas untuk memaksimalkan perlindungan pasien terhadap hasil yang merugikan. d. Meningkatkan kesehatan lingkungan dengan dukungan untuk pengurangan limbah, pemakaian ulang dan daur ulang, penggunaan yang efisien energi, lingkungan bangunan ramah, dan hijau, kebun organik. Bertujuan untuk praktek terbaik dalam semua bidang akan menghasilkan lebih bahagia, dan lebih aman sehat staf dan pasien, dan masyarakat yang lebih sehat lebih aman, dan lingkungan yang lebih aman dan lebih hijau.

4.2

Saran Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu diterapkan di seluruh Rumah Sakit yang ada di Indonesia, hal ini untuk meningkatan Kesehatan dan Kesejahteraan Perawat dan Pasien.

DAFTAR PUSTAKA

bsodleir@orion_online.com.au di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.

Http : //ohsonline.com/whitepapers/2010/09 di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.

__________ Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Rumah Sakit

(Studi Observasional di RSUD dr. Soetomo Surabaya), Jurnal Ilmiah Internasional. Http : //lib.atmaja.ac.id di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib. _________tugassekolahonline.blogspot.com/.../konsep-keperawatan-kesehatankomunitas.html di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.

Win. Handayani : Jurnal, Analisis Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perawat. 2009. Http : //eprints.undip.ac.id/ di akses hari rabu tanggal 13 Oktober 2010 jam 19.00 wib.