makalah kewarganegaraan

40
KATA PENGANTAR Syukur kehadiran Tuhan yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini merupakan pengetahuan tentang Kasus pelanggaran HAM di Indonesia, semua ini dirangkum dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat . Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya, Pembaca akan masuk pada inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang Kasus pelanggaran HAM di Indonesia Akhirnya, kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum semmpurna untuk menjadi lebih sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda semua. Terimakasih. 1

Upload: anthony-woenarwan

Post on 27-Sep-2015

45 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kewarganegaraan

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Syukur kehadiran Tuhan yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini merupakan pengetahuan tentang Kasus pelanggaran HAM di Indonesia, semua ini dirangkum dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat .Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya, Pembaca akan masuk pada inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang Kasus pelanggaran HAM di Indonesia Akhirnya, kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum semmpurna untuk menjadi lebih sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda semua. Terimakasih.

DAFTAR ISI1. KATA PENGANTAR................................................................12. DAFTAR ISI...............................................................................23. BAB I PENDAHULUAN...........................................................34. BAB II ISI...................................................................................55. BAB III PENUTUP..................................................................26

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang MasalahHak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia.Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.1.2 Rumusan MasalahDalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: Apa pengertian dan ruang lingkup HAM Sejarah HAM Hak asasi dalam UUD 1945 HAM menurut UU NO 39 TH 1999 Kewajiban Asasi Manusia HAM pada tatanan global; serta HAM di Indonesia: Masalah dan penegakannya Contoh pelanggaran HAM : Kasus Pembunuhan Ade Sara

BAB IIISI2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Hak Asasi Manusia (HAM)HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.Menurut John Locke HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.Ruang lingkup HAM meliputi: Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain; Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada; Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.2.2 Sejarah HAMSEJARAH INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Umumnya para pakar Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris. Magna Charta antara lain mencanangkan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolut (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat pada hukum), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimintai pertanggungjawaban di muka umum. Dari sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hukum lagi dan mulai bertanggungjawab kepada hukum. Sejak itu mulai dipraktekkan kalau raja melanggar hukum harus diadili dan harus mempertanggungjawabkan kebijakasanaannya kepada parlemen. Jadi, sudah mulai dinyatakan dalam bahwa raja terikat kepada hukum dan bertanggungjawab kepada rakyat, walaupun kekuasaan membuat Undang-undang pada masa itu lebih banyak berada di tangan raja. Dengan demikian, kekuasaan raja mulai dibatasi sebagai embrio lahirnya monarkhi konstitusional yang berintikan kekuasaan raja sebagai simbol belaka. Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih konkret, dengan lahirnya Bill of Rights di Inggris pada tahun 1689. Pada masa itu mulai timbul adagium yang intinya adalah bahwa manusia sama di muka hukum (equality before the law). Adagium ini memperkuat dorongan timbulnya negara hukum dan demokrasi. Bill of rights melahirkan asas persamaan. Para pejuang HAM dahulu sudah berketatapan bahwa hak persamaan harus diwujudkan betapapun beratnya resiko yang dihadapi karena hak kebebasan baru dapat diwujudkan kalau ada hak persamaan. Untuk mewujudkan semua itu, maka lahirlah teori Roesseau (tentang contract social/perjanjian masyarakat), Motesquieu dengan Trias Politikanya yang mengajarkan pemisahan kekuasaan guna mencegah tirani, John Locke di Inggris dan Thomas Jefferson di Amerika dengan hak-hak dasar kebebasan dan persamaan yang dicanangkannya. Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of Independence yang lahir dari paham Roesseau dan Montesqueu. Jadi, walaupun di Perancis sendiri belum dirinci apa HAM itu, tetapi di Amerika Serikat lebih dahulu mencanangkan secara lebih rinci. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam oerut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir, ia harus dibelenggu.Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, dimana hak-hak yang lebih rinci lagi melahirkan dasar The Rule of Law. Antara lain dinyatakah tidak boleh ada penangkapan dan penahanan yang semena-mena, termasuk ditangkap tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Dinyatakan pula presumption of innocence, artinya orang-orany yang ditangkap kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah. Dipertegas juga dengan freedom of expression (bebas mengelaurkan pendapat), freedom of religion (bebas menganut keyakinan/agama yang dikehendaki), the right of property (perlindungan terhadap hak milik) dan hak-hak dasar lainnya. Jadi, dalam French Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang menjamin tumbuhnyademokrasi maupun negara hukum yang asas-asasnya sudah dicanangkan sebelumnya. Perlu juga diketahui The Four Freedoms dari Presiden Roosevelt yang dicanangkan pada tanggal 6 Januari 1941, dikutip dari Encyclopedia Americana, p.654 tersebut di bawah ini :"The first is freedom of speech and expression everywhere in the world. The second is freedom of every person to worship God in his own way-every where in the world. The third is freedom from want which, translated into world terms, means economic understandings which will secure to every nation a healthy peacetime life for its inhabitants-every where in the world. The fourth is freedom from fear-which, translated into world terms, means a worldwide reduction of armaments to such a point and in such a through fashion that no nation will be in a position to commit an act of physical agression against any neighbor-anywhere in the world." Semua hak-hak ini setelah Perang Dunia II (sesudah Hitler memusnahkan berjuta-juta manusia) dijadikan dasar pemikiran untuk melahirkan rumusan HAM yang bersifat universal, yang kemudian dikenal dengan The Universal Declaration of Human Rights yang diciptakan oleh PBB pada tahun 1948.

1. Magna Charta (1215)Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan disebut Magna Charta. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.

2. Revolusi Amerika (1776)Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris disebut Revolusi Amerika. Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi ini.

3. Revolusi Prancis (1789)Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut. Declaration des droits de Ihomme et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis. Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan (fraternite).

4. African Charter on Human and People Rights (1981)Pada tanggal 27 Juni 1981, negara-negara anggota Organisasi Persatuan Afrika (OAU) mengadakan konferensi mengenai HAM. Dalam konferensi tersebut, semua negara Afrika secara tegas berkomitment untuk memberantas segala bentuk kolonialisme dari Afrika, untuk mengkoordinasikan dan mengintensifkan kerjasama dan upaya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Afrika.

5. Cairo Declaration on Human Right in Islam (1990)Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam merupakan deklarasi dari negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam di Kairo pada tahun 1990 yang memberikan gambaran umum pada Islam tentang hak asasi manusia dan menegaskan Islam syariah sebagai satu-satunya sumber. Deklarasi ini menyatakan tujuannya untuk menjadi pedoman umum bagi negara anggota OKI di bidang hak asasi maunsia.

6. Bangkok Declaration (1993)Deklarasi Bangkok diadopsi pada pertemuan negara-negara Asia pada tahun 1993. Dalam konferensi ini, pemerintah negara-negara Asia telah mengegaskan kembali komitmennya terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Mereka menyatakan pandangannya saling ketergantungan dan dapat dibagi hak asasi manusia dan menekankan perlunya universalitas, objektivitas, dan nonselektivitas hak asasi manusia.

7. Deklarasi PBB (Deklarasi Wina) Tahun 1993Deklarasi ini merupakan deklarasi universal yang ditandatangani oleh semua negara anggota PBB di ibu kota Austria, yaitu Wina. Oleh karenanya dikenal dengan Deklarasi Wina. Hasilnya adalah mendeklarasikan hak asasi generasi ketiga, yaitu hak pembangunan. Deklarasi ini sesungguhnya adalah re-evaluasi tahap dua dari Deklarasi HAM, yaitu bentuk evaluasi serta penyesuaian yang disetuju semua anggota PBB, termasuk Indonesia.

SEJARAH NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Desember 1948, tidak berlebihan jika dikatakan sebagai puncak peradaban umat manusia setelah dunia mengalami malapetaka akibat kekejaman dan keaiban yang dilakukan negara-negara Fasis dan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Deklarasi HAM sedunia itu mengandung makna ganda, baik ke luar (antar negara-negara) maupun ke dalam (antar negara-bangsa), berlaku bagi semua bangsa dan pemerintahan di negara-negaranya masing-masing. Makna ke luar adalah berupa komitmen untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan antar negara-bangsa, agar terhindar dan tidak terjerumus lagi dalam malapetaka peperangan yang dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan makna ke dalam, mengandung pengertian bahwa Deklarasi HAM seduania itu harus senantiasa menjadi kriteria objektif oleh rakyat dari masing-masing negara dalam menilai setiap kebijakan yang dikelauarkan oleh pemerintahnya. Bagi negara-negara anggota PBB, Deklarasi itu sifatnya mengikat. Dengan demikian setiap pelanggaran atau penyimpangan dari Deklarasi HAM sedunia si suatu negara anggota PBB bukan semata-mata menjadi masalah intern rakyat dari negara yang bersangkutan, melainkan juga merupakan masalah bagi rakyat dan pemerintahan negara-negara anggota PBB lainnya. Mereka absah mempersoalkan dan mengadukan pemerintah pelanggar HAM di suatu negara ke Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui lembaga-lembaga HAM internasional lainnya unuk mengutuk bahkan menjatuhkan sanksi internasional terhadap pemerintah yang bersangkutan. Adapun hakikat universalitas HAM yang sesungguhnya, bahwa ke-30 pasal yang termaktub dalam Deklarasi HAM sedunia itu adalah standar nilai kemanusiaan yang berlaku bagi siapapun, dari kelas sosial dan latar belakang primordial apa pun serta bertempat tinggal di mana pun di muka bumi ini. Semua manusia adalah sama. Semua kandungan nilai-nilainya berlaku untuk semua. Di Indonesia HAM sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM di Sulawesi Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam buku-buku adat (Lontarak). Antara lain dinyatakan dalam buku Lontarak (Tomatindo di Lagana) bahwa apabila raja berselisih faham dengan Dewan Adat, maka Raja harus mengalah. Tetapi apabila para Dewam Adat sendiri berselisih, maka rakyatlah yang memustuskan. Jadi asas-asas HAM yang telah disorot sekarang, semuanya sudah diterpkan oleh Raja-Raja dahulu, namun hal ini kurang diperhatikan karena sebagian ahli hukum Indonesia sendiri agaknya lebih suka mempelajari teori hukum Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HAM sudah lama lahir di Indonesia, namun dalam perkembangannya tidak menonjol karena kurang dipublikasikan.Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak masyarakat. Ada yang bertanya mengapa tidak disebut hak dan kewajban asasi. Juga ada yang bertanya mengapa bukan Social Rights. Sesungguhnya dalam Human Rights sudah implisit adanya kewajiban yang harus memperhatikan kepentingan masyarakat. Demikian juga tidak mungkin kita mengatakan ada hak kalau tanpa kewajiban. Orang yang dihormati haknya berkewajiban pula menghormati hak orang lain. Jadi saling hormat-menghormati terhadap masing-masing hak orang. Jadi jelaslah kalau ada hak berarti ada kewajiban. Contoh : seseorang yang berhak menuntut perbaikan upah, haruslah terlebih dahulu memenuhi kewajibannya meningkatkan hasil kerjanya. Dengan demikian tidak perlu dipergunakan istilah Social Rights karena kalau kita menghormati hak-hak perseorangan (anggota masyarakat), kiranya sudah termasuk pengertian bahwa dalam memanfaatkan haknya tersebut tidak boleh mengganggu kepentingan masyarakat. Yang perlu dijaga ialah keseimbangan antara hak dan kewajiban serta antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum (kepentingan masyarakat). Selain itu, perlu dijaga juga keseimbangan antara kebebasan dan tanggungjawab. Artinya, seseorang memiliki kebebasan bertindak semaunya, tetapi tidak memperkosa hak-hak orang lain. Ada yang mengatakan bahwa pelaksanaan HAM di Indonesia harus sesuai dengan latar belakang budaya Indonesia. Artinya, Universal Declaration of Human Rights kita akui, hanya saja dalam implementasinya mungkin tidak sama dengan di negara-negara lain khususnya negara Barat yang latar belakang sejarah dan budayanya berbeda dengan kita. Memang benar bahwa negara-negara di dunia (tidak terkecualai Indonesia) memiliki kondisi-kondisi khusus di bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya, yang bagaimanapun, tentu saja berpengaruh dalam pelaksanaan HAM. Tetapi, tidak berarti dengan adanya kondisi yang bersifat khusus tersebut, maka prinsip-prinsip mendasar HAM yang universal itu dapat dikaburkan apalagi diingkari. Sebab, universalitas HAM tidak identik dengan "penyeragaman". Sama dalam prinsip-prinsip mendasar, tetapi tidak mesti seragam dalam pelaksanaan. Disamping itu, apa yang disebut dengan kondisi bukanlah sesuatu yang bersifat statis. Artinya, suatu kondisi tertentu tidak dapat dipergunakan sebagai patokan mutlak. Kondisi itu memiliki sifat yang berubah-ubah, dapat dipengaruhi dan diciptakan dari waktu ke waktu.

1. Pada masa prakemerdekaanPemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Orang Indonesia pertama yang secara jelas mengungkapkan pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng Kartini. Pemikiran itu diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan.

2. Pada masa kemerdekaan

I. Pada masa orde lamaGagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang dalam sidang BPUPKI. Tokoh yang gigih membela agar HAM diatur secara luas dalam UUD 1945 dalam sidang itu adalah Mohammad Hatta dan Mohammad Sukiman. Tetapi, upaya mereka kurang berhasil. Hanya sedikit nilai-nilai HAM yang diatur dalam UUD 1945. Sementara itu, secara menyeluruh HAM diatur dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950.

II. Pada masa orde baruPelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya. Ini terjadi terutama karena HAM dianggap sebagai paham liberal (Barat) yang bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila. Karena itu, HAM hanya diakui secara sangat minimal. Komisi Hak Asasi Manusia dibentuk pada tahun 1993. Namun, komisi tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik karena kondisi politik. Berbagai pelanggaran HAM terus terjadi, bahkan disinyalir terjadi pula berbagai pelanggaran HAM berat. Hal itu akhirnya mendorong munculnya gerakan reformasi untuk mengakhiri kekuasaan orde baru.

III. Pada masa reformasiMasalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah menjadi tekad dan komitmen yang kuat dari segenap komponen bangsa terutama pada era reformasi sekarang ini. Kemajuan itu ditandai dengan membaiknya iklim kebebasan dan lahirnya berbagai dokumen HAM yang lebih baik. Dokumen itu meliputi UUD 1945 hasil amendemen, Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Pada tahun 2005, pemerintah meratifikasi dua instrumen yang sangat penting dalam penegakan HAM, yaitu Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR) menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 2005, dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) menjadi Undang-Undang No. 12 tahun 2005.

2.3 Hak Asasi dalam UUD 1945Masalah Hak Asasi Manusia (HAM) secara jelas diatur dalam UUD 1945 yang diamandemen. Tapi, bukan berarti sebelum itu UUD 1945 tidak memuat masalah HAM. Hak asasi yang diatur saat itu antara lain hak tentang merdeka disebut pada bagian pembukaan, alinea kesatu. Kemudian, hak berserikat diatur dalam pasal 28, hak memeluk agama pada pasal 29, hak membela negara pada pasal 30, dan hak mendapat pendidikan, terdapat pada pasal 31.Dalam UUD 1945 yang diamandemen, HAM secara khusus diatur dalam Bab XA, mulai pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.Pasal 28 A :Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.Pasal 28 B :(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan sah. (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.Pasal 28 C :(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.Pasal 28 D: (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. (2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. (3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. (4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.Pasal 28 E :(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta hendak kembali. (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuruninya. (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.Pasal28FSetiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasidenganmenggunakansegalajenissaluranyangtersedia.**)Pasal28G(1) Setiap orang berhakatasperlindungan diripribadi, keluarga, kehormatan, martabat,danhartabendayangdibawah kekuasaannya, sertaberhakatas rasaaman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidakberbuatsesuatuyang merupakanhakasasi.**)(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politikdarinegaralain.**)Pasal28H(1)Setiaporangberhakhidupsejahteralahirdanbatin,bertempattinggal,danmedapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanankesehatan.**)(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untukmemperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapaipersamaandankeadilan.**)(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkanpengembangandirinyasecarautuhsebagaimanusiayangbermartabat.**)(4) Setiap orang berhakmempunyai hakmilik pribadi dan hakmilik tersebut tidakbolehdiambilalihsecarasewenangwenangolehsiapapun.**)Pasal28I(1) Hakuntukhidup,hakuntuktidakdisiksa,hakkemerdekaanpikiran danhati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagaipribadidihadapanhukum,danhakuntuk tidakdituntutatasdasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangidalamkeadaan apapun.**)(2) Setiap orang berhakbebasatas perlakuan yangbersifat diskriminatif atas dasarapapundanberhakmendapatkan perlindungan terhadapperlakuan yangbersifatdiskriminatifitu.**)(3) Identitasbudayadanhakmasyarakat tradisionaldihormati selarasdengan perkembanganzamandanperadaban.**)(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasimanusia adalahtanggungjawabnegara,terutama pemerintah.**)(5) Untukmenegakandanmelindungihakassimanusiasesuai denganprinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundanganundangan. **)Pasal28J(1) Setiaporangwajibmenghormatihakasasimanusiaorang lain dalamtertib kehidupanbermasyarakat,berbangsa,dan bernegara.**)(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksudsematamatauntukmenjaminpengakuanserta penghormatanatas hak kebebasanorang lain danuntukmemenuhi tuntutan yangadil sesuai dengan pertimbanganmoral, nilainilai agama, keamanan, dan ketertiban umumdalamsuatumasyarakat demokratis.**)2.4 HAM Menurut UU NO 39 TH 1999Pengertian HAM, menurut UU 39/1999 tentang HAM, adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.Pemikiran-pemikiran yang mendasari lahirnya UU ini, sebagaimana disebut pada bagian Umum Penjelasan Pasal demi Pasal, adalah sebagai berikut:a. Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta dengan segala isinya;b. pada dasarnya, manusia dianugerahi jiwa, bentuk, struktur, kemampuan, kemauan serta berbagai kemudahan oleh Penciptanya, untuk menjamin kelanjutan hidupnya;c. untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia, diperlukan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia, karena tanpa hal tersebut manusia akan kehilangan sifat dan martabatnya, sehingga dapat mendorong manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya (homo homini lupus);d. karena manusia merupakan makhluk sosial, maka hak asasi manusia yang satu dibatasi oleh hak asasi manusia yang lain, sehingga kebebasan atau hak asasi manusia bukanlah tanpa batas;e. hak asasi manusia tidak boleh dilenyapkan oleh siapapun dan dalam keadaan apapun;f. setiap hak asasi manusia mengandung kewajiban untuk menghormati hak asasi manusia orang lain, sehingga di dalam hak asasi manusia terdapat kewajiban dasar;g. hak asasi manusia harus benar-benar dihormati, dilindungi, dan ditegakkan, dan untuk itu pemerintah, aparatur negara, dan pejabat publik lainnya mempunyai kewajiban dan tanggungjawab menjamin terselenggaranya penghormatan, perlindungan, dan penegakan hak asasi manusia.2.5 Kewajiban Asasi ManusiaHakekatnya dalam kehidupan manusia ada dua dimensi kehidupan yaitu dimensi individu dan dimensi sosial. Pada tataran individu, seseorang akan membangun pada dirinya praktek dan pengembangan nilai yang akan mengarahkan berbagai tindakan dirinya dalm upaya mencapai rasa puas diri.Walaupun demikian rasa puas diri yang hendak dicapai dapat dibagi dalam dua gradasi yaitu gradasi pertama adalah adanya kebutuhan dan keinginan yang bersifat individu. Pada gradasi kedua yang bersifat lebih tinggi adalah kesadaran sosial juga mempunyai jenis kebutuhan sosial dan keinginan sosial. Pada tataran individu, cara mencapainya tentu tidak diperkenankan bila kehendak tersebut bila akan dieksekusi sudah jelas akan merugikan orang lain, demikian pula pada level kehidupan sosial.Pada tataran praktek, seseorang yang mempunyai self awareness yang akan dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Peran agama yang merupakan rujukan nilai yang akan membentuk dan memancarkan perilakunya disamping akar budayanya, bila diaktualisasikan akan memancarkan pola praktek kewajiban manusia. Dalam konteks atau semangat ini, maka semua agama telah jelas mengajarkan nilai-nilai toleransi dan pembentuk motivasi perilaku luhur, baik untuk tujuan ke-akheratan maupun untuk tujuan ke-duniawi-an. Demikian pula dalam konstruksi hubungan dan perilaku sosial, misalnya, agama Islam telah memberikan rujukan nilai seperti mekanisme musyawarah dalam menyelesaikan persoalan, kemudian tolong-menolong dalam hal kebaikan, tanpa melihat perbedaan agama, suku, status sosial dll. Nilai-nilai seperti ini yang perlu dilakukan re-aktualisasinya dalam konstruksi hubungan sosial dalam wadah Indonesia ini sehingga menumbuhkan proses-proses sinergitas-positif. Bila keadaan ini yang terjadi maka proses pensejahteraan bangsa tentu akan lebih terpacu atau lebih akseleratif. Karenanya dimensi hubungan horizontal dalam nilai-nilai agama ini yang perlu mendapat prioritas dalam aktualisasi diri, baik sejak pemahamannya maupun dalam aspek praktikalitasnya. Maka karakter yang membentuk perilaku ini sesungguhnya merupakankewajiban asasi manusia(KAM) sebagai makhluk ibadah.Maka dalam sebuah komunitas yang bernama bangsa yang dibangun atas kesamaan nilai-nilai budaya, maka dalam wadah kebangsaan perlu dibangun sebuah konstruksi teologi yang mampu keluar dari kesempitan (aliran) agama dan mampu mendorong umat menyapa baik komunitas internalnya maupun yang di luarnya. Ada dua hal yang potensial yang dapat dicapai dalam pengembangan teologi kebangsaan. Pertama, sikap bahwa manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri, maka dalam kesadaran ini semangat memberi (giver) merupakan sikap terbaik sebagai pengganti dari sikap selalu menuntut hak, tanpa diimbangi dengan pengertian adanya kewajiban (taker). Kedua, dalam beragama dan soal-soal keagamaan, yang mendorong manusia sebagi makhluk ibadah untuk selalu berbuat baik dapat dikembangkan menjadi perilaku yang baku dan menjadi sikap yang tidak ter-buru-buru atau mudah menggunakan alasan agama untuk menghakimi orang lain.Untuk itu, bila dengan berbagai kejadian yang ada didunia ini dapat dianggap sebagai sedang terjadinya krisis nilai, yang merupakan akar dari berbagai krisis yang ada, maka bila digunakan teori seven habit-nya Covey, maka pada tataran : Kemauan Mengutamakan yang Utama (First Thing First- Yang penting dan mendesak) dengan penjelasan sebgai berikut :Kemampuan manusia berupa kemauan apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup teratur mengutamakan yang utama, dan penuh displin dalam membuat tata letak antara prioritas utama, kepentingan, dan urgensitas. Keteraturan dan displin tidak dapat diraih tanpa kemauan keras untuk merebut tanggung jawab. Orang yang tahu tata letak akan membuat kebiasaan hidup efektif.Pada level aktualisasi yang rendah, kemampuan ini akan menghasilkan kebiasaan hidup berupa mentalitas jalan-pintas, atau the simple answer, menolak tanggung jawab hidup sehingga tidak terjadi keteraturan. Membesar-besarkan hal yang kecil dan mengabaikan hal yang menjadi benih-benih peristiwa besar (kebocoran atau kemampetan talang). Orang yang malas tidak berarti hidupnya efektif meskipun ia menolak bertanggung jawab karena pada dasarnya hidup ini tidak memberi pilihan antara bertanggung jawab atau tidak, melainkan harus bertanggung jawab. Maka dalam hal ini dalam asumsi sedang terjad globalisasi krisis nilai, maka nilai utama atau First Thing First yang harus ditegakkan saat ini adalah mulai dengan menegakkan dan mempraktekkan kewajiban asasi manusia atau (KAM). Marilah bangsa indonesia membangun identitas karakternya dengan semaraknya praktek moralitas giver, sebagai manifestasi ari kesadaran nilai KAM.2.6 Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran GlobalSebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM ,yaitu:a. HAM menurut konsep Negara-negara Barat:1. Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.2. Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.3. Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.4. Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.b. HAM menurut konsep sosialis:1. Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat2. Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada.3. Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:1. Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.2. Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap kepalakeluarga3. Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagaianggota masyarakat.d. HAM menurut konsep PBB;Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin olehElenor Rooseveltdan secara resmi disebutUniversal Decralation of Human Rights.Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai: Hak untuk hidup Kemerdekaan dan keamanan badan Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara Hak untuk mendapat hak milik atas benda Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan Hak untuk bebas memeluk agama Hak untuk mendapat pekerjaan Hak untuk berdagang Hak untuk mendapatkan pendidikan Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.2.7 HAM di Indonesia : Masalah dan PenanganannyaSejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui sutu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar negaraserta hukum internasional yang berlaku.Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme, serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009 sebagai gerakan nasional2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/ menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat berjalan sewajarnya.5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi.6. Peningkatan penegakan hukum terhadao pemberantasan tindak pidana terorisme dan penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.8. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum dan HAM.9. Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Kasus Ade Sara

JAKARTA, KOMPAS.com Jaksa penuntut umum Aji Susanto menolak pembelaan yang diberikan oleh tim pengacara Assyifa Ramadhani soal usia Assyifa saat membunuh Ade Sara Angelina Suroto. Aji mengatakan, Assyifa sudah bisa diproses secara hukum walau masih berusia muda.

"Yang disebut anak-anak adalah berusia 12 tahun. Lebih dari 18 tahun dikatakan dewasa," ujar Aji di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (25/11/2014).

Sementara itu, batas waktu antara usia 12 hingga 18 tahun disebut masa remaja. Aji mengatakan, Assyifa telah melewati fase usia remaja dan sudah memasuki usia dewasa. Dengan demikian, Assyifa dianggap mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Dia mengatakan, tidak ada toleransi bagi usia Assyifa ketika membunuh. "Di satu sisi, dia memang baru dewasa. Di sisi lain, dia sudah bisa ditindak secara hukum," ujar Aji.

Pada sidang pekan lalu, pengacara Assyifa, Syafri Noer, menyebutkan, ketika peristiwa pembunuhan itu, Assyifa baru saja menginjak usia 18 tahun. Assyifa memang berulang tahun pada 14 Februari, sedangkan pembunuhan itu terjadi pada 3 Maret.

Karena itu, Syafri mengingatkan kepada majelis hakim bahwa Assyifa baru saja menginjak usia dewasa. Karena itu, Syafri menganggap Assyifa belum dapat mempertimbangkan dengan baik mengenai akibat dari setiap perbuatannya. Pembunuhan yang dilakukan oleh Assyifa dianggap sebagai hasil pemikiran Assyifa yang belum stabil. Emosi yang masih meledak-ledak digunakan Syafri sebagai alasan agar perbuatan Assyifa bisa dimaklumi..

JAKARTA, KOMPAS.com Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menegur Assyifa Ramadhani, salah satu terdakwa kasus pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto, saat memberi keterangan dalam persidangan yang dilangsungkan pada Selasa (21/10/2014).

Hakim menganggap, pernyataan Assyifa selalu memberatkan terdakwa lain, Ahmad Imam Al Hafitd. Assyifa mengatakan, semua kejadian pembunuhan itu awalnya dipicu oleh Hafitd.

Assyifa mengaku sering meminta pulang sesaat sebelum kejadian itu berlangsung. Namun, kata dia, Hafitd bersikeras melanjutkan penculikan itu. Assyifa beralasan, dia memukul Ade Sara atas perintah Hafitd.

"Kan akuudahminta pulang. Aku jugaudahlarang Hafitd. Hafitd yangnyuruhaku buat kayakgitu," jawab Assyifa sambil terisak-isak.

Absoroh mengatakan, apabila sudah melarang Hafitd dan meminta pulang, Assyifa seharusnya tidak perlu ikut menyiksa Ade Sara. Absoroh menganggap keterangan Assyifa tidak masuk logika karena tetap menyiksa Ade Sara, meskipun sudah melarang Hafitd.

"Walau punya hak ingkar, kan tidak bisa lepas dari logika. Hakim bisa saja memberatkan hukumanmu karena pernyataanmu berbelit-belit," ujar Hakim Absoroh.

Hakim juga mengingatkan bahwa Ade Sara sudah berbuat baik dengan Assyifa. Ade Sara sudah meluangkan waktunya untuk menemani Assyifa yang ingin mencari informasi tempat les. Bahkan, Ade Sara ingin membantu Assyifa untuk berbaikan dengan Hafitd saat bertengkar.

Majelis hakim memandang Assyifa dengan tatapan sedih. Salah satu hakim mengatakan bahwa Assyifa harus menggunakan falsafah Jawa untuk tidak selalu menyalahkan orang lain dan berkaca terhadap diri sendiri.

Hakim juga menjelaskan, Assyifa tidak sepatutnya melukai Ade Sara yang sedang menuntut cita-cita.

"Kamu tahugak, dari Stasiun Gondangdia ke Ghoete-Institute itu tidak ada angkot. Dia dari rumah naik angkot, naik kereta. Begitu luar biasa perjuangan dia meraih cita-cita," ujar hakim."Saudara selalu berkata disuruh Hafitd dan Hafitd," tambahnya.

Assyifa pun tak menjawab, dan hanya menatap dengan mata yang penuh air mata dan wajah yang memerah.

JAKARTA, KOMPAS.com- Hari ini, terdakwa pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto, yaitu Ahmad Imam Al Hafitd dan Assyifa Ramadhani, akan melanjutkan sidang pidana mereka. Sidang yang beragendakan pembacaan putusan sela ini dijadwalkan akan dimulai pukul 11.00 WIB di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat."Iya, besok (hari ini) ada sidang putusan sela," ujar ayah Ade Sara, Suroto, ketika dihubungi tadi malam (15/9/2014).Sidang ini akan memutuskan ditolak atau diterimanya eksepsi yang dilakukan kedua tersangka dua minggu lalu. Apabila eksepsi diterima, maka sidang selesai dan jaksa akan membuat dakwaan baru. Namun, jika eksepsi ditolak, sidang akan dilanjutkan pada minggu depannya dengan agenda pemeriksaan saksi.Dua minggu lalu, kedua tim penasihat hukum Hafitd dan Assyifa telah menyampaikan nota keberatannya. Kuasa hukum Hafitd dan Assyifa sudah mengungkapkan keberatannya atas penggunaan Pasal 340 soal pembunuhan berencana dalam dakwaan primer. Pasal itu dianggap tidak tepat. Mereka berpendapat, jaksa tidak mencantumkan detail percakapan yang menunjukkan adanya unsur pembunuhan berencana yang dilakukan oleh kedua terdakwa.Pengacara Assyifa, Syafri Noer, mengeluhkan soal ketidakjelasan pelaku utama dan pelaku penyerta. Jaksa penuntut umum juga dinilai memisahkan kasus kedua terdakwa sehingga satu terdakwa akan menjadi saksi bagi terdakwa lainnya."Ini saksi mahkota namanya. Walau disumpah, dia juga seorang terdakwa yang akan membela kepentingan sendiri," ujar pengacara Assyifa, Syafri Noer.Hal terakhir, Syafri juga akan membantah soal penyebab kematian Ade Sara. Dalam dakwaan, Ade Sara ditulis meninggal akibat benturan. Padahal, berdasarkan hasil visum, Ade Sara meninggal karena tersedak kertas.Sementara itu, kuasa hukum Hafitd, yaitu Hendrayanto, memberikan tiga poin pembelaan terhadap dakwaan yang diberikan jaksa penuntut umum pada tiga pekan lalu. Hendrayanto beserta tim penasihat hukum lainnya menyatakan kembali ketidaksetujuannya terhadap dakwaan jaksa.Hendrayanto mengacu pada Pasal 54 KUHP yang menyatakan tersangka atau terdakwa berhak mendapatkan bantuan hukum dari penasihat hukum pada setiap tingkat pemeriksaan, terlebih jika dakwaannya adalah pidana mati. Hendrayanto mengatakan, peraturan tersebut dilanggar oleh jaksa penuntut umum yang telah membiarkan terdakwa mengikuti persidangan tanpa kuasa hukum sehingga, menurut Hendrayanto, dakwaan tersebut tidak dapat diterima.Pembelaan kedua, Hendrayanto merasa dakwaan yang dibuat jaksa hanya melihat dari tekanan publik. Dia berharap jaksa dapat membuat dakwaan berdasarkan fakta-fakta. Pembelaan ketiga, Hendrayanto juga menganggap surat dakwaan yang dibuat jaksa tidak cermat.Menurut dia, kronologi yang diceritakan tidak sesuai dengan ancaman pidana yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum. Pada Selasa (9/9/2014) lalu, Jaksa Penuntut Umum juga telah memberikan tanggapannya dalam sidang tanggapan jaksa. Saat itu, Jaksa penuntut umum (JPU) pada perkara pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto menolak semua nota keberatan atau eksepsi terdakwa karena alasan keberatan itu tidak jelas.Jaksa Aji Susanto mengatakan, pembunuhan yang dilakukan Ahmad Imam Al Hafitd dan Assyifa Ramadhani telah direncanakan. "Dia itu sempat berpikir. Saat itu dia bisa dong memutuskan antara membunuh atau tidak, tapi dia tetap melakukannya," kata Aji kepada wartawan seusai persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa lalu.

JAKARTA, KOMPAS.com Salah satu terdakwa pembunuh Ade Sara Angelina Suroto, Ahmad Imam Al Hafitd, dituntut hukuman seumur hidup. Hukuman itu dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum Toton di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (4/11/2014).

"Menjatuhkan pidana kepada Saudara Ahmad Imam Al Hafitd bin Sulaiman Ownie dengan pidana selama seumur hidup," ujar Toton.

Sebelum membacakan beban hukuman yang diterima oleh Hafitd, jaksa membacakan ulang ringkasan keterangan saksi yang telah dilakukan pada sidang-sidang yang lalu. Ahmad Imam Al Hafitd (19) menjadi terdakwa karena telah melakukan pembunuhan terhadap Ade Sara bersama kekasihnya, Assyifa Ramadhani.

Ade dianiaya dengan cara disetrum dan dicekik, serta mulat disumpal menggunakan kertas dan tisu. Saat sidang keterangan terdakwa, Hafitd mengaku bahwa dialah yang menyetrum dan membuang jasad Ade Sara di Jalan Tol Bintara Kilometer 49, Bekasi Barat, Kota Bekasi.

Pada kasus ini, Hafitd dan Assyifa didakwa dengan tiga pasal berlapis. Pada dakwaan primer ini, kedua terdakwa dikenakan Pasal 340 KUHPjunctoPasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati.

Pasal ini dikenakan berdasarkan hasil otopsi yang menunjukkan adanya gumpalan dalam rongga mulut Ade Sara serta adanya gangguan proses pernapasan. Sumbatan pada rongga mulut menyebabkan Ade Sara meninggal dalam kondisi lemas.

Pasal tersebut subsider dengan Pasal 338 KUH Pidana tentang PembunuhanjunctoPasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana. Pasal lebih subsider lagi adalah Pasal 353 ayat 3 KUH Pidana tentang Penganiayaan yang Menyebabkan KematianjunctoPasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanHAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.Dan untuk kasus Ade sara , pembunuh tersebut membunuh dengan rasa tega padahal ada waktu untuk mempertimbangkan segala masalah dengan baik tetapi ia menginginkan jalan membunuh. Tetapi Jaksa penuntut umum sudah melakukan tindakan yang benar karena memberikan hukuman terberat dengan penjara seumur hidup. Pelaku pembunuhan juga merasa bahwa dirinya tidak bersalah dengan membelit-belit dalam menjawab pertanyaan JPU. Bahkan hingga menyangkal kesaksian dari para saksi, dan terlebih pengacara tersangka menginginkan klien nya dibebaskan bukan diringankan hukuman nya ini memperlihatkan etika baik dari sang pelaku utama. Untungnya para JPU dikuatkan hatinya untuk memberikan efek jera kepada tersangka.3.2 Saran-saranSebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAMkita dengan orang lain.Dan untuk kasus Ade sara, sebaiknya kita sebagai manusia mepertimbangkan segala sesuatu dengan baik, jika suatu permasalahan dapat diselesaikan dengan baik mengapa tidak memilih jalan yang baik. Kita sebagai manusia hendaknya bertingkah laku dengan baik, kita hidup di dunia ini hanya sementara, kita hanya seperti menumpang , jadi kita hanya bertemu sekali dengan kawan-kawan kita, mengapa kita tidak menanam kebaikan , saat sudah meninggal kita akan menuai kebaikan tersebut. Jadi marilah kita menanam kebaikan karena yang menuai kita sendiri bukan orang lain. Semoga Ade sara mendapatkan jalan ke surga AMIN. Semoga kebaikannya memberikan buah yang baik.

1