makalah kelompok pkn 1

Upload: dinianggunpuspita

Post on 04-Nov-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Teori belajar

TRANSCRIPT

MAKALAHTeori Belajar dan PembelajaranDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SDDosen pengampu : Drs. Utoyo, M.PdDisusun oleh :1. Dini Anggun Puspita(1401412375)2. Tiyas Afriani(1401412413)3. Windyastuti(1401412499)4. Arifati Isnaeni(1401412512)5. Afif Akhmad Riski(1401412504)

Rombel 6A

PROGRAM STUDI PGSDFAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah Swt. karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Belajar dan Pembelajaran ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas perkuliahan Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai teori belajar sebagai bekal untuk mengaplikasikan dalam dunia pendidikan yang nyata. Terselesaikannya makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan baik secara moral, material maupun informasi yang diperlukan guna kelengkapan makalah ini. Untuk itu melalui kesempatan ini ijinkan kami mengucapakan terima kasih kepada yang terhormat :1. Bapak Drs. Utoyo, M. Pd selaku dosen pengajar mata kuliah Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD di S1 PGSD Universitas Negeri Semarang yang memberikan motivasi serta bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Tegal , 11 Maret 2015

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiPENDAHULUANA. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan2PEMBAHASANA. Teori Belajar3B. Model-model Pembelajaran11C. Pembelajaran PKn SD15PENUTUPA. Simpulan17B. Saran17DAFTAR PUSTAKA18

24

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangAdanya kemapuan untuk belajar dan menurunkan kemampuan belajar antar generasi merupakan ciri penting manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Secara individual, kemampuan belajardapat mengantarkan seseorang pada perkembangan pribadi yang mengarah pada tebentuknyapola kecakapan intelektual, kecakapan hidup, serta penguasaan keterampilan-keterampilan tertentu. Proses belajar dan pembelajaran merupakan dua istilah yang selalu berkaitan. Agarproses pembelajaran dapat belangsung, maka mesti ada peserta didik yang belajar dan pendidikyang berperan sebagai perancang, penilai proses dan hasil pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatupenguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Perubahan tingkah laku bukan di lihat dari perubahan sifat-sifat fisik misalnya tinggi dan berat badan,yang terjadi sebagai suatu perubahan fisiologis dalam besar otot/efisiensi dari proses-proses sirkulasi dan respirasi. Perubahan ini tidak termasuk belajar. Perilaku berbicara, menulis, bergerak dan lainnya memberi kesempatan kepada manusia untuk mempelajari perilaku-perilaku seperti berfikir, merasa, mengingat dan memecahkan masalah dan lain-lainnya perubahan ini termasuk hasil belajar.Istilah pembelajaran lebih dipengaruhi oleh perkembangan teknologi untuk kebutuhanbelajar, dimana peserta didik difasilitasi untuk dapat berkreativitas secara individual maupunkelompok dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untukmembantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar pesertadidik. Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatifdan menyenangkan, perlu diketahui berbagai teoribelajar. Proses pembelajaran dewasa ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-holistik yang menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatan atau subjek belajar. Seiringdengan hal ini, perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin mempermudah peserta didikdalam belajar. Adanya teori belajar ini akan mempermudah dalam penerapan materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, sehingga tujuan pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan bangsa secara kognitif, tetapi juga membentuk watak serta peradaban bangsa dapat tercapai. Oleh karena itulah, sebagai calon pendidik sangat penting sekali memahami berbagai teori belajar agar kelak dapat mengimplementasikan dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari latar belakang diatas yaitu :1. Apa yang dimaksud dengan belajar menurut pandangan para teoretisi belajar ?2. Bagaimana konsep pembelajaran?3. Bagaimana model pembelajaran PKn di Sekolah Dasar?

C. TujuanAdapun tujuan yang diharapkan dalam penulisan makalah ini yaitu :1. Untuk mengetahui definisi dan hakekat belajar menurut para teoritisi belajar.2. Untuk mengetahui konsep pembelajaran secara lebih komprehensif.3. Untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar.

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Perubahan tingkah laku tidak muncul begitu saja, tetapi sebagai akibat dari usaha orang tersebut. Oleh karena itu, proses terjadinya perubahan tingkah laku dengan tanpa adanya usaha tidak disebut belajar. Terdapat beberapa teori belajar yang dikenal, yaitu teori belajar yang berdasarkan psikologi stimulus-respon (S-R) dan yang berdasarkan psikologi kognitif. Menurut aliran psikologi S-R, tingkah laku seseorang dikendalikan oleh peristiwa yang berupa ganjaran yang datangnya dari luar dan dinamakan penguatan. Karena adanya stimulus tersebut (faktor-faktor lingkungan) muncul respon (tingkah laku). Stimulus dan Respon itu saling berasosiasi. Menurut psikologi S-R, belajar merupakan akibat adanya hubungan antara peristiwa-peristiwa (S) yang dirangsangkan kepada siswa dan respon (R) siswa terhadap rangsangan tersebut. Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa, pengetahuan merupakan konstruksi kognitif dari suatu kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktifitas seseorang. Dengan demikian belajar bukan sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon saja, tetapi juga melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori ini, kemampuan individu terbangun melalui proses interaksi yang terus menerus dan menyeluruh antara individu dan lingkungannya. Apa yang dipikirkan dan dipelajari seseorang diawali dari pengamatan, sedangkan berpikir dan belajar pada dasarnya melakukan perubahan struktur kognitif. Dari beberapa tokoh pengikut aliran ini, yang akan dibahas adalah Piaget dan Ausubel.1. Teori Belajar menurut Thorndike Berdasarkan teori stimulus-respon, Thorndike menyatakan bahwa cara belajar manusia dan binatang pada dasarnya sama, karena belajar pada dasarnya terjadi melalui pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon, Menurut Thorndike, terjadinya asosiasi stimulus dan respon berdasarkan tiga hukum, yaitu: a. Hukum kesiapan, yang mempunyai tiga ciri: (1) Jika seseorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan tersebut dilaksanakan, maka dia akan puas dan tidak melakukan tindakan yang lain. (2) Jika seseorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan itu tidak dilaksanakan, maka dia tidak puas dan akan melakukan tindakan yang lain. (3) Jika seseorang tidak mempunyai keinginan untuk bertindak, tetapi dia melakukan tindakan itu, maka dia merasa tidak puas dan akan melakukan tindakan lain. b. Hukum latihan, yang berprinsip utama pada latihan (pengulangan). Oleh karena itu, jika guru sering memberi latihan (S) dan siswa menjawabnya (R), maka prestasi belajar siswa pada pelajaran tersebut akan meningkat. Thorndike menyatakan bahwa pengulangan tanpa ganjaran tidak efektif, karena asosiasi S dan R hanya diperkuat oleh ganjaran. Jadi hukum latihan ini mengarah pada banyaknya pengulangan, yang biasa disebut drill. c. Hukum akibat, yang menunjukkan bahwa jika suatu hubungan dapat dimodifikasi seperti halnya hubungan antara stimulus dan respon, dan hubungan tersebut diikuti oleh peristiwa yang diharapkan, maka kekuatan hubungan yang terjadi semakin meningkat. Sebaliknya, jika kondisi peristiwa yang tidak diharapkan mengikuti hubungan tersebut, maka kekuatan hubungan yang terjadi semakin berkurang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seseorang akan melakukan pekerjaan jika hasil pekerjaan itu akan memberikan rasa menyenangkan/ memuaskan,. Sebaliknya, jika hasil tersebut tidak membawa dampak menyenangkan, maka seseorang tidak melaksakan pekerjaan tersebut. Jika dikaitkan dengan pembelajaran PKn, teori ini cocok diterapkan pada anak kelas satu, karena mereka merasa senang apabila memperoleh hadiah dari gurunya.2. Teori Belajar menurut Skinner Menurut pandangan B. F. Skinner (1958), belajar merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Pengertian belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Skinner berpendapat bahwa ganjaran merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar, tetapi istilahnya perlu diganti dengan penguatan. Ganjaran adalah sesuatu yang menggembirakan, sedangkan penguatan adalah sesuatu yang mengakibatkan meningkatkatnya suatu respon tertentu. Penguatan tidak selalu berupa hal yang menggembirakan, tetapi dapat terjadi sebaliknya. Penguatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah sesuatu yang cenderung meningkatkan pengulangan tingkah laku, sedangkan penguatan negatif adalah sesuatu yang jika dihapuskan cenderung menguatkan tingkah laku. Sebagai contoh penguatan positif adalah memberikan pujian terhadap siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik, atau menunjukkan raut muka cemberut kepada siswa yang tidak dapat menyelesaikan tugas. Skinner membedakan respon menjadi dua macam, yaitu respondent conditioning dan operant conditioning. Respondent conditioning adalah respon yang diperoleh dari beberapa stimulus yang teridentifikasi, dan respon tersebut bersifat relatif tetap. Sebagai contoh, seorang siswa diberi soal sederhana dan siswa dapat menyelesaikannya sendiri. Dengan peristiwa ini, siswa merasa yakin atas kemampuannya, sehingga timbul respon mempelajari hal-hal berikutnya yang sesuai atau kelanjutan dari apa yang dapat dia selesaikan tadi. Dalam hal ini, Hudoyo (1990) menyatakan bahwa stimulus berupa masalah itu dapat diibaratkan sebagai makanan yang dapat menimbulkan keluarnya air liur. Hudoyo (1990) selanjutnya mengatakan bahwa stimulus yang demikian pada umumnya mendahului respon yang ditimbulkan. Belajar dengan respondent conditioning ini hanya efektif jika suatu respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu. Seorang siswa belajar dengan sunguh-sungguh sehingga saat ulangan dia bisa menyelesaikan hampir semua soal yang diberikan sehingga mendapatkan nilai yang bagus. Dengan nilai yang bagus ini dia merasa sangat senang dan dalam hatinya ia berniat untuk belajar lebih giat lagi. Dalam hal ini, nilai yang bagus itu merupakan operant coditioning. Jadi operant conditioning adalah suatu respon terhadap lingkungannya yang diikuti oleh stimulus-stimulus tertentu. Dengan demikian teori belajar menurut Skinner hampir sama dengan teori yang sampaikan Thorndike, hanya istilah ganjaran perlu diganti dengan penguatan, yang dibedakan menjadi dua yaitu penguatan positip dan penguatan negatif. Sesuai dengan contoh tersebut kiranya tidak sukar bagi Anda untuk memanfatkan teori ini dalam pembelajaran yang anda lakukan.3. Teori Belajar menurut Robert M. GagneSejalan dengan Thorndike dan Skinner, Gagne juga salah satu tokoh penganut aliran psikologi Stimulus-Respon (S-R). Gagne berpendapat bahwa terjadinya belajar seseorang karena dipengaruhi faktor dari luar dan faktor dari dalam diri orang tersebut dimana keduanya saling berinteraksi (Nasution, 2000:136). Faktor dari luar (eksternal) yaitu stimulus dan lingkungan dalam acara belajar, dan faktor dari dalam (internal) yaitu faktor yang menggambarkan keadaan dan proses kognitif siswa. Keadaan internal menunjukkan pengetahuan dasar (yang berkaitan dengan bahan ajar), sedangkan proses kognitif menunjukkan bagaimana kemampuan siswa mengolah/mencerna bahan ajar. Kondisi internal belajar ini berinteraksi dengan kondisi eksternal belajar, dan dari interaksi tersebut tampaklah hasil belajar. Untuk lebih memperjelas interaksi tersebut, disusun suatu bagan yang mengilustrasikan interaksi antara komponen esensial belajar dan pembelajaran sebagai benikut ini (Dimyati dan Mujiono: 1999).

Bagan di atas menjelaskan bahwa: (1) belajar merupakan interaksi antara

Bagan di atas menjelaskan bahwa: (1) belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dan stimulus dan lingkungan; (2) proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yang terdiri atas informasi verbal, ketrampilan intelek, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Informasi verbal merupakan kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa. Keterampilan intelek merupakan ketrampilan yang berfungsi untuk Pendidikan Kewarganegaraan SD 1- 7berhubungan dengan lingkungan hidupnya. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengarahkan aktivitas kognitifnya. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi. Sikap merupakan kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Menurut Gagne, ada tiga tahap dalam belajar yaitu (1) persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi; (2) pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), yang digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantik, pembangkitan kembali, respon, dan penguatan; dan (3) alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum (Dimyati dan Mudjiono, 1999:12). Dengan demikian menurut Gagne hasil belajar merupakan hasil interaksi stimulus dari luar dengan pengetahuan internal siswa. 4. Teori Belajar menurut Piaget Jean Piaget, psikolog-kognitif dari Swiss ini, berpendapat bahwa proses berpikir manusia merupakan suatu perkembangan bertahap dari berpikir intelektual kongkrit ke abstrak secara berurutan melalui empat tahap. Urutan tahapan itu tetap bagi setiap orang, tetapi usia kronologis bagi setiap orang yang memasuki tiap tahap berpikir berbeda-beda tergantung kondisi masing-masing individu. Keempat tahap tersebut adalah: (1) tahap sensori motor pada usia 0-2 tahun, (2) tahap praoperasional pada usia 2-7 tahun, (3) tahap periode operasi kongkrit pada usia 7-12 tahun, dan (4) yang terakhir adalah tahap operasi formal pada usia 12 tahun ke atas. Istilah operasi di sini dimaksudkan suatu proses berfikir logis yang merupakan aktivitas mental (bukan aktivitas sensori motor). Pada tahap sensori motor anak belum mempunyai kesadaran konsep obyek yang tetap, sedangkan pada tahap operasi kongkrit pola pikir anak mulai menunjukkan hubungan fakta-fakta riil yang diamati dengan pengalaman lampau. Dalam hal ini anak belum memperhitungkan semua kemungkinan yang akan terjadi. Pada tahap operasi formal anak telah mampu melihat hubungan abstrak antar dua peristiwa atau lebih, sehingga mampu menyelesaikan masalah-masalah dengan cara yang lebih baik dan kompleks dibandingkan dengan pada saat pada tahap sebelumnya. Piaget berpendapat bahwa proses belajar terdiri dari tigatahap, yaitu tahap asimilasi, tahap akomodasi dan equilibrasi/penyeimbangan (Sukmaningadji, S. 2006) Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung diintegrasikan dan menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki seseorang. Akomodasi, adalah proses menstrukturkan kembali mental sebagai suatu akibat adanya pengalaman atau adanya informasi baru. Sedangkan penyeimbangan adalah penyesuaian yang berkesinambungan antaraasimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, belajar itu tidak hanya menerimainformasi dan pengalaman saja, tetapi juga terjadi penstrukturan kembali informasi dan pengalaman lamanya untuk mengakomodasikan informasi dan pengalaman baru tersebut. Dengan demikian teori Piaget menunjukkan bahwa pikiran manusia mengalami perkembangan yang mempengaruhi proses berpikirnya, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran guru perlu memikirkan tingkat perkembangan intelektual siswa. Saat siswa belajar dalam diri siswa terjadi interaksi antara pengamatan atau pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki, yang diberi istilah asimilasi dan akomodasi. Pembelajaran dalam PKn sedapat mungkin diusahakan munculnya asimilasi dan akomodasi kognitif.5.Teori Belajar menurut Bruner Dalam teori belajarnya, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendirisuatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan teori belajar menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan . Hal ini tergantung pada hasil yang diharapkan, di samping motivasi siswa, minat, keinginan dan dorongan untuk menemukan sendiri. Selain itu, Bruner juga mengangkat empat tema pendidikan yaitu: (1) mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan, (2) kesiapan (readiness) siswa untuk belajar, (3) nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi, (4) motivasi atau keinginan siswa untuk belajar, dan kemampuan guru untuk memotivasinya. Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual, bahkan dalam tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dididik berdasarkan kurikulumyang berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu:(1) Apa yang menjadi ciri khas manusia itu? (2) Bagaimana manusia mendapatkan ciri khas itu? (3) Bagaimana ciri khas manusia itu dibentuk? `Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam teori belajar Bruner terdapat tiga tahap proses belajar, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhioleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa. Pembelajaran PKn seyogyanya juga dapat memberikan informasi yang jelas dan evaluasi hasil belajar siswa.6.Teori Belajar menurut Ausubel David Ausubel merupakan salah satutokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Suatu bahan ajar, informasi, atau pengalaman baru seseorang akan bermakna jika pengetahuan yang baru dikenal itu dapat disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Jika demikian, orang tersebut dapat dengan mudah mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Hudoyo, H (1990:54) menyatakan bahwa Ausubel menggunakan istilah pengatur lanjut (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari oleh peserta didik, agar belajar tersebutmenjadi bermakna. Pengatur lanjut itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, dan sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain. Dengan demikian, kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Jika informasi atau pengalaman baru bermakna bagi siswa, maka siswa dapat memahaminya dengan mudah dan sedikit kemungkinan mengalami kesulitan dalam menyusun suatu kesimpulan yang merupakan hasil interaksi antara pengetahun baru dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Jadi kebermakmaknaan suatu bahan ajar sangat ditentukan oleh keterkaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki anak didik, bukan dari proses mendapatkan pengetahuan tersebut. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun, asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis, akan memperoleh hasil belajar yang baik pula. Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu (1) belajar dengan penemuan yang bermakna, (2) belajar dengan ceramah yang bermakna, (3) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan (4) belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna. Dari empat kemungkinan tipe belajar Ausubel yang disebutkan di atas, dua tipe belajar pertamalah yang akan memberikan hasil yang baik. Sejalan dengan ini, pembelajaran PKn SD perlu memperhatikan kebermaknaan.

B. Model-Model Pembelajaran 1.Model pembelajaran dengan pendekatan induktif dan deduktif. Kedua pendekatan ini merupakan pendekatan yang ditinjau dari interaksi antara siswa dengan bahan ajar. Kedua pendekatan ini saling bertentangan. Pendekatan deduktif merupakan suatu penalaran dari umum ke khusus, sedangkan pendekatan induktif suatu penalaran dari khusus ke umum. Menurut teori belajar Peaget, tingkat perkembangan intelektual siswa SD masih pada tahap berfikir kongkrit sehingga jika dikaitkan dengan kedua pendekatan ini lebih cocok dengan pendekatan induktif. Dalam pendekatan induktif penyajian bahan ajar dimulai dari contoh-contoh kongkrit yang mudah dipahami siswa. Berdasarkan contoh-contoh tersebut siswa diharapkan mampu menyusun suatu kesimpulan di bawah bimbingan guru. Menurut Purwanto (2002: 47), kebenaran kesimpulan yang disusun secara induktif ini ditentukan tepat tidaknya (atau representative tidaknya) contoh yang dipilih. Biasanya, semakin banyak contoh yang diberikan, semakin besar pula tingkat kebenaran kesimpulannya. Bagaimana penerapan pendekatan induktif ini dalam pembelajaran PKn? Misalkan anda akan melaksanakan pembelajaran di SD dengan topik kedisiplinan. Awali dengan memberikan contoh-contoh. Misalnya, pada suatu keluarga dengan dua anak sekolah di SD dan satu anak di SMP; ada aturan bahwa sepulang sekolah, anak-anak harus segera ganti kakaian, menempatkan pakaian di tempat yang telah tersedia, cuci tangan dan baru makan. Aturan yang lain lagi, menjelang tidur malam harus sudah disiapkan peralatan sekoah dan bersikat gigi. Dari tiga anak tadi ada yang mentaati aturan, dan ada yang tidak. Skenerio ini diinformasikan kepada siswa (langsung oleh guru, atau dengan gambar, atau dengan semacam drama). Dari contoh itu, anak disuruh menetapkan siapa yang paling disiplin dan siapa yang tidak. Kemudian diakhiri dengan kesimpulan, apa yang dimaksud disiplin itu. Jadi dalam pembelajaran dengan pendekatan induktif diawali dari contoh-contoh dan diakhiri dengan suatu kesimpulan, sedangkan sebaliknya dinamakan pendekatan deduktif. Untuk siswa SD, penggunaaan pendekatan induktif akan lebih bagus, karena anak pada usia SD masih dalam tingkat perkembangan kongkrit (sesuai dengan teori Piaget). 2. Model pembelajaran dengan pendekatan ekspositori Pendekatan ekspositori merupakan suatu pendekatan yang ditinjau dari interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini semata-mata siswa tinggal menerima apa yang disajikan oleh guru. Jadi guru telah mempersiapkan dan merencanakan secara sistimatis sehingga siswa dapat menerimanya dengan mudah. Untuk itu dalam proses pembelajaran guru perlu melakukan apersepsi, yaitu mengingatkan kembali pengetahuan yang berkaitan dengan bahan ajar yang akan disajikan. Dalam pembelajaran ini guru menjelaskan panjang lebar, jika perlu guru membuat gambar maupun menggunakan media yang dianggap dapat lebih mempermudah siswa memahami bahan ajar yang disampaikan. Sekarang ini, kiranya tidak ada lagi guru yang melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori, di mana guru tidak memberi kesempatan bertanya kepada siswanya, bahkan sebaliknya, guru mendorong dan menyuruh siswa supaya bertanya, sehingga interaksi tidak hanya satu arah. Yang jelas, dalam pembelajaran model ekspositori ini pada dasarnya siswa tinggal menerima apa yang diberikan guru., berbeda dengan ketrampilan proses, yang mana siswa diberi kesempatan untuk menganalisis suatu permasalahan yang disajikan guru. Sebagai contoh, misalnya guru menjelaskan mengapa kita harus menghormati jasa pahlawan. Untuk ini diawali dari contoh pemberontakan-pemberontakan untuk melawan penjajah dan selalu dapat dipadamkan oleh penjajah. Selanjutnya guru menjelaskan munculnya ide persatuan untuk mencapai kemerdekaan karena Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa persatuan bangsa. Tindak lanjut dari ide tersebut, guru menerangkan proses terjadinya sumpah pemuda dan akhirnya tergalang semua kekuatan bangsa untuk bersama-sama melawan penjajah. Dengan gaya mimik yang cukup simpatik, dilengkapi gambar-gambar yang relevan, guru dapat membuat siswa serius mengikuti cerita guru. Akhirnya guru menjelaskan dan mengarahkan pentingnya kita menghormati para pahlawan. 3. Model pembelajaran dengan Pendekatan Proses Dalam pendekatan ini guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sedemikian sehingga siswa terlibat secara aktif dalam berbagai pengalaman. Atas bimbingan guru siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai sendiri suatu kegiatan. Menurut Sagala (2003), dalam pendekatan proses ini yang dapat dilakukan siswa antara lain: mengamati gejala yang timbul, mengklasifikasikan, mengukur besaran-besarannya, mencari hubungan konsep- konsep yang ada, mengenal adanya masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis data dan menyimpulkan. Dalam pembelajaran PKn tidak semua aktifitas seperti tersebut diatas dilaksakan. Sebagai contoh, guru bermaksud membelajarkan sikap menghargai jasa pahlawan. Guru dapat mengawalinya dengan bercerita seperti contoh pada pembelajaran pendekatan ekspositori, tetapi guru tidak cerita terus sampai kesimpulan akhir, tetapi siswa diminta untuk menganalisisnya. Guru sekedar memberi data, fakta adanya pemberontakan-pemberontakan. Siswa diminta menganalisis mengapa pemberontakan itu terjadi, mengapa pemberontakan selalu dapat dipadamkan, sehingga siswa dapat menyimpulkan sendiri mengapa harus menghargai jasa pahlawan. Jika siswa kesulitan, guru dapat membimbingnya. Jadi, pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi murid sendiri yang menemukan. 4. Model pembelajaran dengan pendekatan sosial. Model pendekatan sosial merupakan model yang lebif tefokus pada hubungan individu (siswa) dengan individu lain (bukan guru ataupun teman sekelasnya). Dalam pendekatan ini siswa terlibat dalam alam demokratis dan bekerja secara produktif di dalam masyarakat. Dari beberapa model pendekatan yang ada, akan dibahas model pembelajaran bermain peran, model pembelajaran simulasi sosial, dan model diskusi kelompok a) Model bermain Peran Dalam model bermain peran, siswa dapat berperan sebagai dan berperilaku seperti orang lain sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan pengalaman baru yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga semata-mata semua siswa dapat masuk di dalamnya, ikut merasakan dan ikut mengalaminya. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi seperti pada cerita tersebut, serta dapat mengembangkannya. Contoh pada pendekatan induktif di atas tadi dapat dilaksanakan dengan model bermain peran. b) Model simulasi sosial Model pembelajaran ini beranggapan bahwa siswa merupakan bagian suatu system yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri yang mempunyai tiga fungsi, yaitu (1) menghasilkan gerakan/tindakan yang diinginkan, (2) membandingkan kesesuaian tindakan dengan rerencana yang telah ditetapkan (mendeteksi kesalahan), dan memanfaatkan kesalahan untuk mengarahkan kepada jalur yang semestinya. Contoh ini sudah banyak diterapkan pada simulasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. c) Model diskusi kelompok Dalam model diskusi kelompok, guru membentuk kelompok-kelompok siswa untuk melakukan diskusi. Anggota kelompok sekitar 4-5 siswa dengan anggota yang heterogen (ada laki-laki, ada perempuan dengan kualitas yang bervariasi). Dalam pelaksanaan diskusi, guru hendaknya telah menetapkan aturan cara mainnya, sehingga siswa semata-mata melakukan kompetisi sehat, sehingga proses pembelajaran dapat lebih hidup, dan mendorong siswa menjadi kreatif dan inovatif. Misalnya, guru memberi tugas kepada kelompok untuk berdiskusi menyusun suatu cerita yang mengungkapkan sikap tertentu. Hasil diskusi dibaca di depan kelas, dan guru memberikan komentar serta mengakhirinya dengan memberikan skor.

C.Pembelajaran PKn SD Menurut Corey (1986), pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga. Sedangkan menurut Nurani (2003), konsep pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan, sehingga terjadi pembelajaran. Jadi, dalam pembelajaran semua kegiatan guru diarahkan untuk membantu siswa mempelajari suatu materi tertentu baik berupa pelajaran, ketrampilan, sikap, kerohanian dan sebagainya. Untuk dapat membantu siswa secara baik, guru harus benar-benar merencanakan pembelajaran dengan matang, dan untuk ini guru perlu mengetahui latar belakang serta kemampuan dasar siswa. Latar belakang siswa yang dimaksud di sini bukan sekedar latar belakang ekonomi, lingkungan, asal sekolah/pra sekolah, orang tua dan sebagainya, tetapi juga keberadaan siswa di kelas. Mengapa latar belakang siswa yang berkaitan dengan lingkungan hidup serta orang tua siswa perlu diketahui oleh guru? Latar belakang siswa yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan orang tua siswa perlu diketahui oleh guru, khususnya guru yang melaksanakan pembelajaran PKn. Pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan sikap seseorang khususnya anak-anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan teman bermainnya. Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu, membimbing, dan memotivasi siswa mempelajari suatu informasi tertentu dalam suatu proses yang telah dirancang secara masak mencakup segala kemungkinan yang terjadi. Perlu diketahui bahwa berdasarkan pengalaman, bagaimanapun rincinya dan lengkapnya suatu perencanaan pembelajaran masih ada kemungkinan menyimpang dari perencanaan tersebut. Dalam hal ini guru yang berpengalamanlah yang dengan mudah dapat mengatasi permasalahan yang muncul diluar perencanaan tersebut. Sebagai bahan pertimbangan dalam mempersiapkan diri untuk melaksanakan tugas utama (pembelajaran), perlu memahami model-model pendekatan pembelajaran yang akan dibahas berikut. Menurut Sagala (2003), pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas pembelajaran yang dipilih guru dalam rangka mempermudah siswa mempelajari bahan ajar yang telah ditetapkan oleh guru dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Untuk menetapkan pendekatan pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan secara khusus kondisi siswa secara keseluruhan, karena siswalah yang paling dominan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana sikap siswa terhadap model pembelajaran yang dipilih guru. Model pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempunyai andil cukup besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam memilih model pembelajaran guru perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru menggunakan satu atau lebih model pembelajaran, tergantung pada bahan ajar, tujuan pembelajaran, kondisi siswa, dan lingkungannya. Model pendekatan pembelajaran terpadu merupakan hubungan antar tema-tema dalam satu mata pelajaran (connected), keterhubungan antara mata pelajaran satu dengan lainnya (integrated dan webbed). Pembelajaran terpadu seperti ini bermanfaat untuk menambah wawasan guru, dan dapat membantu siswa untuk menerima materi secara utuh.

PENUTUP

A. SimpulanBerdasarkan penjelasan di atas mengenai teori belajar dan pembelajaran, dapat disimpulkan sebagai berikut, : Individu dikatakan belajar apabila terjadi perubahan perilaku yang dapat diamati relative lama. Teori belajar adalah cara-cara yang digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Manfaat teori belajar yakni sebagai berikut :1. Sebagai Landasan dalam penerapan materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian. 2. Memberi dorongan kepada siswa agar menjadi manusia yang bebas tidak terikat oleh pendapat orang lain 3. Dapat mengindentifikasikan keberhasilan aplikasi teori 4. Mengetahui berbagai macam prilaku atau ciri-ciri siswa dan menemukan cara-cara untuk menyikapinya. 5. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan dinamis. 6. Membantu menyalurkan dan mengoptimalkan potensi masing-masing siswa.

B. SaranDemikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman mau memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKARuminiati.2007.Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD.Jakarta :Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Penerapan Model WebbedPembelajaran terpadu menggunakan model webbed dimulai dengan menentukan tema. Sebagai contoh tema yang sudah ditentukan bersama adalah Lingkungan. Dari tema ini dikembangkan dan dipadukan menjadi sub-sub tema yang ada pada beberapa mata pelajaran, misalnya :

a. IPASub tema : Mengenal berbagai bentuk energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.Siswa diajarkan tentang macam-macam bentuk energy dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya energy cahaya kita manfaatkan sebagai penerangan saat kita belajar dll.b. Matematika Sub tema : mengenal bangun datarSiswa diajarkan tentang bentuk-bentuk bangun datar misalnya, misalnya ban sepedah kita berbentuk lingkaran, buku tulis berbentuk persegi, penggaris berbentuk persegi panjang dst.c. PknSub tema : tenggang rasa, kedisiplinanSiswa diajarkan tentang bagai mana cara manusia bersikap dan bertingkah laku sebagai makhluk social separti sikap tenggang rasa dan bekerja sama dengan orang lain.d. Bahasa IndonesiaSub tema : membuat ringkasanSiswa menceritakan dengan kata-katanya sendiri tentang bentuk-bentuk energy, dan bentuk bangun datar yang kita jumpai di lingkungan sekitar.

A. Kesimpulan.Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu, misalnya mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PKN dipadukan menjadi satu sehingga tercipta satu pokok pembelajaran atau tema. Maka dari itu, dengan adanya metode ini, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.Selain itu metode ini juga memiliki kelemahan kelemahan yang harus kita perhatikan, antara lain kecenderungan pemilihan tema yang terlalu dangkal membuat materi yang kita sampaikan menjadi kurang bermanfaat bagi siswa. Model Webbed ini akan berguna jika diterapkan pada kelas rendah karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan (holistic).

SDN 3 Bojonglopangs Weblog Blog Sekolah SDN 3 Bojonglopang Beranda Tentang Kami Buku Tamu Download Model Pembelajaran PKn (bag II) Modelterpadu12 09 2008 Pembelajaran PKn telah dibahas pada artikel terdahulu, yaitu pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Berikut ini merupakan pendekatan yang lainnya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn. Tentu saja pendekatan ini tidak hanya untuk mata pelajaran PKn saja, tetapi dapat diaplikasikan ada pembelajaran yang lainnya. Pendekatan tersebut adalah Model Pembelajaran Terpadu.Model Pembelajaran Terpadu.Pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan tema-tema yang over lapping untuk dikemas menjadi satu tema besar kemudian dibahas dalam suatu pembelajaran. Model pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran dengan pendekatan yang menekankan pada aspek-aspek bersifat umum seperti thinking skills, social skill, values and attitudes. Model Pembelajaran ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.Ada tiga model pembelajaran terpadu, namun di sini kita bahas tiga model, yaitu model webbed, model connected dan model integrated.1. Contoh Pembelajaran Terpadu Model ConnectedPembelajaran terpadu model connected, hanya memadukan topik-topik yang hampir sama dalam satu mata pelajaran saja. Untuk lebih jelasnya marilah kita cermati contoh di bawah ini:

Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran keterhubungan sebagai berikut :(1) Guru menentukan tema-tema yang dipilih dari silabus, (2)Guru mencari tema yang hampir sama/relevan dengan tema-tema yang lain, (3) Tema-tema tersebut diorganisasikan pada tema induk seperti pada gambar di atas yang cakupannya lebih luas, (4) Guru menjelaskan materi yang terdiri dari beberapa tema di atas, (5) Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang diajarkan, (6) Dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok kecil, (7) Dengan bimbingan guru pula siswa diminta untuk mengerjakan pertanyaan yang telah disiapkan dan mengerjakan tugas kelompok dari guru, (7) Guru memberikan kesimpulan, penegasan, evaluasi secara tertulis dan sebagai tindak lanjut guru menugaskan pada siswa untuk menyusun portofolio dan dikumpulkan minggu depan2. Pembelajaran Terpadu Model WebbedDalam model pembelajaran ini guru memilih tema yang sama atau hampir sama dari beberapa standar kompetensi dengan lintas mata pelajaran atau pada bidang studi yang berbeda. Misal PKn dengan IPS, IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Lebih jelasnya silakan memperhatikan contoh Webbed di bawah ini.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-laba sebagai berikut.: (1) Guru menyiapkan tema utama seperti nilai juang dalam perumusan Pancasila, dan tema lain yang telah dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang Studi, (2) Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema matematika, kesenian, bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema nilai juang dalam perumusan Pancasila supaya tidak over lapping, (3) Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas, (4) Guru memilih konsep atau informasi yang bisa mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.3. Model Pembelajaran Terpadu Integrated.Model integrated yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa tema yang serumpun pada mata pelajaran. Tema yang akan dipilih adalah Mengenal Pentingnya Alam Seperti Dunia Tumbuhan Dan Hewan. Tema tersebut dipadukan seperti dalam bagan di bawah ini

Langkah-langkah pembelajaran terpadu model integrated sebagai berikut:(1) guru menentukan salah satu tema dari mata-pelajaran PKn yang akan dipadukan dengan tema-tema pada mata pelajaran lain, (2) guru mencari tema-tema dari mata-pelajaran lain yang memiliki makna yang sama, (3) guru memadukan tema-tema dari beberapa mata pelajaran yang dikemas menjadi satu tema besar, (4) guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan konsep-konsep beberapa mata-pelajaran, (5) guru menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.Share tulisan ini di Berbagi TerkaitMODEL PEMBELAJARAN PKn UNTUK SEKOLAH DASAR (bag I)dalam "Metoda pembelajaran"Desain Penelitian Tindakan Kelasdalam "guru"PENGAMATAN/ OBSERVASIdalam "guru" LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PENELITIAN TINDAKANKELAS 10 kemampuan dasar bagi guru yangprofessional

Aksi Comments RSS Lacak balikInformation Tanggal : September 12, 2008 Tag: belajar, connecten, integrated, Kurikulum, Metoda, metoda pembelajaran sekolah, model terpadu, SD, siswa, terpadu, webbed Kategori : Metoda pembelajaran11 responses1 04 2010 nesti (05:42:32) : Bisa tolong minta contoh yang model shared? terimakasih sebelumnya.Balas 13 10 2010 tinnimah (04:03:37) : makasih banget bwt tambahan pelajarannygood luck bwt penulis.Balas 13 10 2010 tinnimah (04:04:42) : lebih rinci lg jg blhbiar ilmu kita tambah.Balas 10 12 2010 MODEL PEMBELAJARAN PKN TERPADU henrihabeahan (02:42:10) : [] Model Pembelajaran PKn (bag II) Model terpadu []Balas 4 04 2011 adhy (03:36:32) : bisa tlong mita model pembelajaran pkn sd kelas rendah, mkasihBalas 20 09 2011 dex rat (05:49:15) : saya mau contoh skripsi NonPTK di SD tentang b.indo dgn PPKNBalas 20 09 2011 dex rat (05:50:09) : cepat yaBalas 7 03 2012 totok pagiono (16:59:41) : saya mau contoh observasi pada mata pelajaran ipsBalas 12 07 2012 Luthfiah Faqih (20:34:57) : Terimakasih atas informasi yang sangat berharga sekaliBalas 21 11 2012 18mei2010 (01:54:32) : bagaimana cara/penerapan pendekatan pluralistik dalam pembelajaran PKn untuk materi komunikasi antar sosial budaya kepada siswa SDBalas 23 05 2014 nazira FC (14:16:20) : Thank you artikelnya T O P banget. sangat berguna bagi para guru SDBalas Kami tunggu komentar Anda Top of Form

Bottom of FormTop of Form

Bottom of FormMENU :

Terima kasih telah berkunjungKami mohon maaf bila tidak semua komentar yang anda kirim, dapat kami publish. Semua dikarenakan pertimbangan ketidaksopanan, hasutan, kampanye politik, fitnah, SARA, atau hal-hal lain yang kami anggap tidak pantas untuk dipublikasikan. Terima kasih

Tulisan Teratas Survival : Cara Menentukan Arah Mata Angin Tanpa Kompas Janji Atlit dan Janji Wasit Gambar Keadaan Sekolah dari Seluruh Dunia Administrasi Gugus Depan (Pramuka) Model Pembelajaran PKn (bag II) Model terpaduPembaca Online

Arsip Dilihat 226,559 KaliTerakhir BerkomentarHerlena Rifa on Rencana Tindak Lanjut

Toko Furniture Jepar on Mengajak Siswa Berkreasi denga

nazira FC on Model Pembelajaran PKn (bag II

nazira FC on MODEL PEMBELAJARAN PKn UNTUK S

crock pot chicken on experimen sains : memasukan te

kadir on Administrasi Gugus Depan

Posting Terakhir Mengajak Siswa Berkreasi dengan Lilin Aromaterapi Sang Penemu Teknologi 4G Itu Anak Kediri Pohon Natal Lucu dari Kertas Benarkah Ular Takut pada Garam WOW! Tahun 2014, Gaji PNS Eselon I Capai Rp 70 Juta dan Eselon II Tembus 60 Juta FacebookBlog sekolah SDN 1 Bojonglopang SDN 1 Cihampelas Bandung SDN 12 Sragen SDN 2 Bojonglopang SDN Cibaregbeg SDN Leuweungkolot 01 SDN tunaskarya SMPN 1 Jampangtengah Stemba SurabayaBlog tetangga Blog Guru Biologi Cari Karir Creativesimo Dena Fariz Faisal Saleh Opini bebas Pendidikan KreatifBlogroll Buku pelajaran digital E-dukasi.net makalhkumakalahmu Pendidikan luar biasa

Blog di WordPress.com. The Freshy Theme. Ikuti Follow SDN 3 Bojonglopang's WeblogTop of FormGet every new post delivered to your Inbox.Bottom of FormBuat situs dengan WordPress.com