makalah kelompok 6 lengkap

Upload: methiebachtiar

Post on 18-Jul-2015

424 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I LATAR BELAKANG1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis

1.1.1 Situasi Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir berasal dari kata tanjung dan pasir. Tanjung memiliki arti daratan yang menonjol di permukaan Laut Jawa dan arti pasir sendiri adalah permukaan tanahnya berpasir. Daerah ini merupakan suatu desa di daerah pesisir pantai yang terletak di utara Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang mempunyai luas wilayah 570 Ha dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian satu meter dari permukaan dan memiliki suhu udara 300-370C (Harti, 2010). Desa Tanjung Pasir berbatasan dengan sekitarnya seperti yang terlihat pada gambar 1.1 adalah sebagai berikut (Harti, 2010): a. b. c. d. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan Gambar 1.1 Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir

Sumber : dr Dwi Harti. Profil Puskesmas Tegal Angus.2010

Transportasi untuk mencapai wilayah Desa Tanjung Pasir sebagian besar dapat ditempuh dengan angkutan umum baik sepeda motor maupun mobil. Akan tetapi sebagian kecil hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Suasana sebelum memasuki Desa Tanjung Pasir melewati daerah Kampung Melayu Teluk Naga, selepas pasar maju sekitar 200 meter mengambil arah kanan. Kondisi fisik jalan menuju Desa Tanjung pasir dari arah Bandara Soekarno Hatta cukup baik menggunakan aspal meskipun ada beberapa jalan yang berlubang namun tidak begitu mengganggu perjalanan. Sedangkan kondisi fisik jalan menuju Desa Tanjung Pasir dari arah Tanjung Burung berupa bebatuan (Harti, 2010). Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 Kepala Dusun, 14 Rukun Warga (RW) dan 34 Rukun Tetanggan (RT). Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara berjenjang sebagai berikut (Harti, 2010):

a. b. c.

Dengan kantor kecamatan berjarak Dengan ibukota kabupaten berjarak Dengan ibukota provinsi berjarak

: 12 Km : 54 Km : 72 Km

Gambar 1.2 Peta Wilayah Desa Tanjung Pasir

Sumber : dr Dwi Harti. Profil Puskesmas Tegal Angus.2010

Desa Tanjung Pasir memiliki tiga musim yaitu musim penghujan, kemarau dan angin. Musim yang mempengaruhi Desa Tanjung Pasir pada kurun waktu satu tahun ini adalah musim angin. Angin bertiup dari arah barat atau barat daya dengan kecepatan 15 km/jam dengan curah hujan rata-rata 26,4 mm/tahun (Harti, 2010).

1.2

Gambaran Umum Desa Secara Demografi

1.2.1 Situasi Kependudukan Jumlah penduduk di wilayah Desa Tanjung Pasir sampai dengan bulan Juni tahun 2010 adalah 10.225 jiwa terdiri dari 4.115 jiwa laki-laki, dan 6.110 jiwa perempuan. Terdapat 1.853 kepala keluarga di Desa Tanjung Pasir. Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2 dan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah 3.7 jiwa (Harti, 2010).. Jumlah penduduk berdasarkan umur adalah sebagai berikut (Harti, 2010): 0 4 tahun 5 9 tahun 10 14 tahun 15 19 tahun 20 24 tahun 25 29 tahun 30- 34 tahun 35 39 tahun 40 44 tahun 45 49 tahun 50 54 tahun >55 tahun : 669 : 914 : 665 : 452 : 345 : 231 : 237 : 122 : 145 : 119 : 143 : 178 orang orang orang orang orang orang orang orang orang orang orang orang

Dilihat dari berbagai aspek, maka Desa Tanjung Pasir yang wilayahnya seluas 137 Ha berbatasan langsung dengan kota Jakarta atau Administratif Kepulauan Seribu yang mempunyai fungsi sebagai penyangga dari berbagai aspek kehidupan, yang tentunya sangat mempengaruhi berbagai pembangunan dan sebagai alat dari perkembangan teknologi, transformasi dan telekomunikasi yang semakin luas dengan jumlah penduduk sebesar 10.225 jiwa serta didukung dari sarana dan prasarana pendidikan dari tingkat TK sampai dengan tingkat SLTP/MTs (Harti, 2010). Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan berdasarkan data yang tercatat di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut (Harti, 2010) : a. b. c. Tamat akademi/sederajat Tamat Perguruan Tinggi/sederajat Buta huruf : 45 orang : 521 orang : 498 orang

1.2.2 Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi pembangunan manusia seutuhnya guna mencerdaskan dan meningkatkan kehidupan bangsa. Pendidikan dimaksud sebagai wadah untuk membina, mendidik dan memajukan pola pikir bangsa Indonesia agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berilmu, disiplin, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mempunyai dedikasi yang tinggi dalam melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa (Harti, 2010). Prasarana pendidikan di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut (Harti, 2010): a. TK ( Taman Kanak-Kanak) Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru : 5 buah : 153 orang : 5 orang

b. SDN (Sekolah Dasar) Negeri Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru : 2 buah : 1.269 orang : 28 orang

c. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru : 2 buah : 876 orang : 16 orang

d. SLTPN (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) Negeri Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru : - buah : - orang : - orang

e. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru : 1 buah : 413 orang : 16 orang

f. SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) Swasta Islam Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru : - buah : - orang : - orang

g. SMUN (Sekolah Menengah Umum) Negeri Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru : - buah : - orang : - orang

h. SMKN (Sekolah Menengah Kejuruan) Negeri Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru : - buah : - orang : - orang : - buah

i. Lembaga Pendidikan

Pendidikan Usia dini (PAUD) : - buah Kursus bahasa Kursus menjahit : - buah : - buah

1.2.3 Keadaan Sosial Ekonomi Keadaan ekonomi erat kaitannya dengan sumber mata pencaharian penduduk. Jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir terdiri dari 10.225 jiwa yang usia produktif dan pencari kerja diperkirakan sebanyak 2.039 jiwa. Secara umum dapat dijelaskan bahwa masyarakat Desa Tanjung Pasir bermata pencaharian sebagai nelayan, petani, pedagang dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap (Harti, 2010). Jumlah penduduk menurut mata pencaharian pokok adalah sebagai berikut (Harti, 2010): 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Nelayan Buruh/swasta Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pedagang Penjahit Tukang Batu Tukang kayu Peternak Pengrajin Montir Dokter/Bidan Supir Pengemudi Becak : 2.331 orang : 65 orang : 15 orang : 1.213 orang : 24 orang : 62 orang : 42 orang : 6 orang : 5 orang : 25 orang : 6 orang : 30 orang : 43 orang

14. 15. 16.

TNI / POLRI Pengusaha Petani

: 6 orang : 8 orang : 176 orang

Sarana perekonomian dan perdagangan di Desa Tanjung pasir antara lain (Harti, 2010): 1. Koperasi 2. Pasar 3. Warung/kedai 4. Kios Kelontong 5. Bengkel 6. Toko 7. Percetakan/sablon 8. Material/ toko bangunan 9. Swalayan 10. Super Mall 11. Pegadaian 12. Bank BRI 13. Bank Swasta 14. Pos Giro : 1 buah : - buah : 100 buah : 5 buah : 8 buah : 20 buah : - buah : - buah : - buah : - buah : - buah : - buah : - buah : - buah

Berdasarkan topografi, Desa Tanjung Pasir adalah kawasan pantai yang landai sehingga di Desa Tanjung Pasir terdapat tambak yang luasnya mencapai 570 Ha. Walaupun demikian, pada awalnya lahan di Tanjung Pasir tidak cocok untuk kegiatan budidaya karena kurang baiknya sistem irigasi yang ada. Baru setelah adanya perbaikan irigasi oleh pemerintah, kegiatan budidaya dapat berkembang lebih baik. Sedangkan berdasarkan kepemilikan tambak, dari total luas tambak yang ada di Desa Tanjung Pasir hanya sekitar 20% saja yang dimiliki oleh penduduk desa setempat, selebihnya merupakan milik orang Jakarta dan sekitarnya. Komoditas budidaya tambak utama yang ada di Desa Tanjung Pasir adalah ikan bandeng, mujair dan kakap (Harti, 2010). Desa Tanjung pasir juga merupakan daerah pariwisata yang biasanya di akhir pekan atau hari libur banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Tempat pariwisata yang terdapat di Desa Tanjung Pasir adalah taman buaya, resort, serta wisata pantai Tanjung Pasir. Tempat yang paling banyak dikunjungi biasanya adalah kawasan pantai. Namun keadaan pantai di Tanjung Pasir kurang terawat dengan baik. Banyak sampah yang tidak terurus dan air pantai

yang terlihat berwarna kecoklatan. Hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena masih banyaknya warga setempat yang membuang sampah rumah tangganya ke pantai. Desa Tanjung Pasir juga merupakan salah satu tempat yang bisa dimanfaatkan para wisatawan untuk menyebrang ke kawasan Pulau Seribu (Harti, 2010).

1.2.4 Keadaan Sosial Budaya Desa Tanjung Pasir memiliki beberapa suku di dalam masyarakatnya antara lain Betawi, Melayu dan sisanya adalah pendatang. Berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh kantor kepala desa setempat, mayoritas warga Desa Tanjung Pasir beragama Islam yaitu 97% dan sisanya menganut agama Kristen Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Suasana beragama warga Desa Tanjung Pasir cukup baik, rukun, aman, dan tentram, saling menghormati, dan tolong menolong (Harti, 2010). Jumlah penduduk berdasarkan agama adalah sebagai berikut (Harti, 2010): a. Islam b. Katolik c. Protestan d. Hindu e. Budha : 9.594 orang : 12 orang : 2 orang : 56 orang : 51 orang

Sarana peribadatan yang tersedia di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut (Harti, 2010): a) Masjid b) Musholla c) Majelis Taklim d) Gereja e) Pura ::: 6 unit : 30 unit : 12 unit

1.2.5 Transportasi Sarana transportasi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan menggunakan angkutan umum, ojek motor, becak serta sepeda (Harti, 2010).

1.2.6 Kesehatan Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan Instansi terkait, dalam hal ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain (Harti, 2010):

1. Peningkatan Gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap Posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil. 2. Pencegahan penyakit, vaksinasi filariasis (kaki gajah), imunisasi polio bagi balita, pemberian vitamin A. 3. Penyuluhan kesehatan dan penyakit antara lain demam berdarah dengue, flu burung, chikungunya, dan sejenisnya. 4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan makanan yang bernutrisi 5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya. 6. Pemanfaatan dengan ditanami sayur mayur dan tanaman obat keluarga (TOGA), tabulapot, dan tabulakar.

Sebagai penunjang kegiatan tersebut, dibutuhkan sarana kesehatan yang tersedia di Desa Tanjung Pasir (Harti, 2010): 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Poskesdes Pos KB Keluarga Posyandu Pos Mandiri Klinik Bersalin/BKIA Praktek dokter/Bidan Praktek Bidan Paraji Keluarga Berencana : 1 unit : - unit : 6 unit : - unit : - unit : 4 unit : 4 unit : 4 orang : : - unit : 334 Pasang

a. Jumlah Pos/ Klinik KB b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) c. Jumlah Akseptor KB 1. 2. 3. 4. 5. : Pil IUD Kondom Suntik Implan

: 127 orang : 14 orang : - orang : 190 orang : 13 orang

GAMBARAN KELUARGA BINAANKeluarga Binaan 1

A. Keluarga Tn. Mukhlis Tabel 1.1 Data Dasar Keluarga Tn.MukhlisNo Nama Status Keluarga Kepala keluarga Istri Adik kandung Tn.Mukhlis Ibu Kandung Tn. Mukhlis Anak Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Usia Pendidikan Pekerjaan

1 2 3

Tn.Mukhlis Ny. Ipah Tn.Jaelani

28 tahun 24 tahun 22 tahun

SD SD SD

Tukang Buah Ibu rumah tangga Buruh Pabrik

4

Ny .Rohmani An.Eka

Perempuan Laki-laki

58 Tahun 4 tahun

Tidak sekolah Belum sekolah Belum sekolah

Ibu rumah tangga

5.

-

6.

By.Dewi

Anak

perempuan

5 bln

-

B. Anggota Keluarga Tn. Mukhlis Keluarga Tn.Mukhlis tinggal di RT03 / RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga Tn. Mukhlis Terdiri dari satu keluarga dimana Tn. Mukhlis sebagai kepala rumah tangga berusia 28 tahun dengan latar belakang pendidikan SD dengan seorang istri Ny. Ipah berusia 24 tahun dengan latar belakang pendidikan SD. An. Eka sebagai anak kandung berusia empat tahun. By.Dewi sebagai anak kandung berusia 5 bulan. Ny.Rohmani sebagai ibu kandung dari Tn Mukhlis berusia 58 tahun , dan Tn.Jaelani sebagai adik kandung Tn.Mukhlis berusia 22 tahun Tn. Mukhlis menikah saat berusia 20 tahun dan Ny. Ipah berusia 16 tahun. Usia pernikahan mereka 8 tahun, mereka diberi keturunan yang pertama tiga tahun setelah mereka menikah. Setelah memiliki anak pertama Ny. Ipah tidak menggunakan KB, saat usia pernikahan 8 tahun mereka kemudian diberikan keturunan ke 2

C. Tempat Tinggal Keluarga Tn. Mukhlis Keluarga Tn. Mukhlis tinggal di rumah milik sendiri, yang berukuran 10 x 6 m dan tidak bertingkat. Rumah ini berada pada lingkungan yang pedesaan dan padat, berdinding tembok pada sisi kanan dan kirinya, dan berlantai keramik kecuali pada dapur berlantaikan tanah , kamar mandi dan jamban masih berlantaikan semen . Atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon sehingga bila hujan, air hujan terkadang masuk ke dalam rumah.Ventilasi rumah ini terdapat 7 buah berada pada atas pintu dan jendela ruang tamu dan kamar tidur, 2 buah jendela pada ruang tamu dan 2 buah jendela dikamar tidur. Rumah yang terdiri dari ruang tamu / keluarga, tiga kamar tidur , satu buah dapur, satu buah kamar mandi jamban dan terdapat sumur . Tn. Mukhlis dan keluarga makan 2 kali sehari. Ny. Ipah memasak makanan sendiri dirumahnya .

D. Ekonomi Keluarga Tn. Mukhlis Pendapatan Tn. Mukhlis sebagai penjual buah Rp. 50.000 Rp. 100.000 , -/perjualan . Pendapatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dan disimpan untuk biaya tidak terduga lainnya seperti berobat apabila sakit.

E. Lingkungan Keluarga Tn. Mukhlis Keluarga Tn. Mukhlis memiliki sumur gali yang terletak di samping rumah. Air sumur tersebut berwarna kuning . Ny. Ipah menggunakan air sumur tersebut hanya untuk mencuci dan mandi. Untuk keperluan minum dan masak mereka menggunakan air bersih yang dibeli di pengecer.. Keluarga Tn. Mukhlis biasa mengumpulkan sampah dalam satu tempat, lalu apabila sudah penuh dibakar di halaman depan rumah sehingga asapnya masuk ke dalam rumah. Kebiasaan ini dilakukan karena tidak adanya petugas kebersihan yang mengambil sampah yang sudah menumpuk di sekitar lingkungan rumah mereka yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak. Dikeluarga Tn. Mukhlis ada dua anggota keluarga yang merokok yaitu Tn.Mukhlis dan Tn. Jaelani

F. Kesehatan Keluarga Tn. Mukhlis Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli obat warung terlebih dahulu. Namun, jika dengan obat warung keadaannya tidak juga membaik barulah

dibawa ke puskesmas Tegal Angus. Mereka lebih memilih berobat di puskesmas karena tempat prakteknya yang berada di dekat rumah dan tiap berobat kepadanya dirasa cocok dan biaya berobatnya dirasakan terjangkau. Keluhan yang sering adalah demam, batuk, pilek, dan diare. Saat ini An. Eka menderita sakit batuk dan pilek akibat jajan Es dan snack diluar. By.Dewi juga pernah dibawa ke dukun desa untuk diurut karena bayi terus-menerus menangis dan orang tuanya lebih memilih untuk membawanya ke dukun desa daripada ke pelayanan kesehatan setempat

G. Bayi dalam Keluarga Tn. Mukhlis Tn. Mukhlis dan Ny.Ipah memiliki By.Dewi yang memiliki riwayat kelahiran, berat badan lahir 3800 gram dan panjang lahir 49 cm. Dilahirkan secara normal dengan bantuan dukun beranak. By.Dewi yang saat ini berusia 5 bulan diasuh secara bergantian dengan Ny. Ipah dan Ny. Rohmani, Ny. Ipah rutin memberikan Air Susu Ibu (ASI) . Berat badan By.Dewi sekarang 6 kilogram. By.Dewi rutin dibawa ke posyandu setiap bulan dan sudah diberikan imunisasi rutin hingga yang terakhir DPT/HB 3.

Setiap hari By.Dewi mandi dua kali. Air yang digunakan adalah air sumur dan air bilasan. Setelah mandi dikeringkan menggunakan handuk kering kemudian diberi minyak telon dan bedak. Buang air besar biasanya dua kali sehari, setelah buang air besar dibersihkan dengan air dan sabun. Apabila tiba- tiba buang air kecil, yang dilakukan Ny. Ipah adalah mengelap dengan celana yang dipakai tanpa membersihkan dengan air dan sabun terlebih dahulu. Pada saat usia lima bulan ini, By. Dewi sudah dapat tengkurap dan bisa

membalikkan badannya. By. Dewi sudah dapat membalas senyuman dan mengeluarkan suara gembira bernada tinggi. Apabila diberikan suara-suara, By.Dewi dapat memberikan respon. Riwayat penyakit terakhir yang dialami By. Dewi adalah Diare selama tiga hari dengan frekuensi 3-4 x perhari, diare tersebut dikarenakan pemberian makanan pendamping ASI berupa bubur bayi, By. Dewi tidak dibawa ke balai pengobatan terdekat, namun setelah 3 hari By. Dewi sembuh setelah pemberian makanan pendamping ASI dihentikan. Dan pada saat ini By. Dewi menderita batuk, flu, dan sedikit demam akibat tertular oleh kakaknya An. Eka, namun Ny.Ipah tidak membawa bayinya ke pusat kesehatan terdekat tetapi setelah diberikan penjelasan tentang penyakit yang dialami bayinya dan dampak yang dapat terjadi selanjutnya karena penyakit bayinya tersebut Ny. Ipah langsung membawa bayinya ke puskesmas.

Keluarga Binaan 2 . A. Keluarga Tn. Rahman Tabel 1.1 Data Dasar Keluarga Tn. SukriNo Nama Status Keluarga Kepala keluarga Istri Tn.Rahman Ipar Tn.rahman Istri Tn.Indra, adik kandung Ny.Ika Ipar Tn.Rahman Istri Tn.Risko Adik kandung Ny.ika Anak kandung Tn.rahman Anak kandung Tn.Risko Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Usia Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1 2 3 4

Tn. Rahman Ny. ika Tn. Indra Ny.Nurul

30 tahun 24 tahun 25 tahun 22 tahun

SMA SMA SMA SMA

Pegawai kecamatan Ibu rumah tangga Buruh pabrik Buruh pabrik

5.

Tn. Risko

Laki-laki

23 tahun 19 tahun

SMA

Pegawai Bandara Buruh pabrik

6.

Ny.Lili

Perempuan

SMA

7.

An.Dafa

Laki-laki

2 tahun 9 bulan

-

-

8.

By. Syakila

Perempuan

4 bulan

-

-

B. Anggota Keluarga Tn.Rahman Keluarga Tn. Rahman Tinggal di RT 03 /RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga Tn. rahman Terdiri dari 3 keluarga dimana Tn. Rahman sebagai kepala rumah tangga berusia 30 tahun dengan latar belakang pendidikan SMA dengan seorang istri Ny. Ika berusia 24 tahun dengan latar belakang pendidikan SMA. Tn.Indra sebagai ipar usia 25 tahun dengan istri Ny.Nurul berusia 25 tahun. Tn. Risko sebagai ipar berusia 23 tahun dengan istri Ny. Lili berusia 19 taun. An. Dafa sebagai anak

kandung dari pasangan Tn.Rahman dan Ny.Ika berusia 2 thn 9 bln . By. Syakila sebagai anak kandung dari pasangan Tn.Risko dan Ny. Lili berusia 4 bulan . Tn. Rahman menikah saat berusia 26 tahun dan Ny. Ika berusia 20 tahun. Usia pernikahan 4 tahun, mereka diberi keturunan dua tahun lebih setelah menikah. Tn. Indra menikah saat berusia 22 tahun dan Ny. Nurul berusia 19 tahun. Usia pernikahan 3 tahun, mereka diberi keturunan satu tahun lebih setelah menikah tetapi saat usia bayi 15 hari , bayi meninggal. Tn. Risko menikah saat berusia 19 tahun dan Ny. lili berusia 15 tahun. Usia pernikahan 4 tahun , mereka diberi keturunan saat usia 4 tahun pernikahan

C. Tempat Tinggal Keluarga Tn. Rahman Keluarga Tn. Rahman tinggal di rumah milik keluarga istrinya rumah tidak berdinding

bertingkat. Rumah ini berada pada lingkungan pedesaan dan sedikit padat,

tembok pada sisi kanan dan kirinya, dan berlantai ubin , dapur dan ruang makan berlantaikan semen . Atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon sehingga bila hujan, air hujan terkadang masuk ke dalam rumah.Ventilasi rumah ini terdapat 9 buah jendela berada pada ruang tamu dan kamar tidur, empat buah jendela pada ruang tamu dan masing-masing jendela pada ruang kamar. Rumah yang terdiri dari ruang tamu , empat kamar tidur yang masing-masing, satu buah dapur , satu buah kamar mandi dan jamban , dan satu buah gudang tempat penyimpanan beras. Tn. rahman dan keluarga makan 3 kali sehari.

D. Ekonomi Keluarga Tn. Rahman Pendapatan Tn. Rahman dan keluarga tidak menentu . Pendapatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan disimpan untuk biaya tidak terduga lainnya seperti berobat apabila sakit.

E. Lingkungan Keluarga Tn. Rahman Keluarga Tn. Rahman memiliki sumur gali yang terletak di belakang rumah.. Air sumur berwarna bening .Tn. Rahman menggunakan air sumur tersebut hanya untuk mencuci dan mandi. Untuk keperluan minum dan masak mereka menggunakan air bersih yang berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Keluarga ini mendapatkan air PDAM tersebut dengan cara membeli per dirijen

Keluarga Tn. Rahman biasa mengumpulkan sampah dalam satu tempat, lalu apabila sudah penuh dibakar di halaman depan rumah sehingga asapnya masuk ke dalam rumah. Kebiasaan ini dilakukan karena tidak adanya petugas kebersihan yang mengambil sampah yang sudah menumpuk di sekitar lingkungan rumah mereka yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak.

F. Kesehatan Keluarga Tn. Rahman An.Dafa anak dari pasangan Tn. Rahman dan Ny. Ika pernah mengalami sakit pertusis pada usia 1 tahun 6 bulan dan suka mengalami sakit diare sampai usia 1 tahun 6 bulan. Dan sampai sekarang paling sering terjangkit batuk pilek. Pasangan Tn.Indra dan Ny. Nurul pernah memiliki keturunan pada tahun 2010 yang telah meninggal setelah berusia 15 hari dikarenakan diare Pasangan Tn.Risko dan Ny. Lili sebelum memiliki anak ( An. syakila) juga pernah memiliki keturunan yang telah meninggal pada saat masih didalam kandungan, pada saat itu usia kandungannya 10 bulan, menurut keterangan anaknya tersebut meninggal dikarenakan keracunan air ketuban.

G. Bayi dalam Keluarga Tn. Rahman Tn. Risko memiliki bayi bernama syakila riwayat kelahiran, berat badan lahir 3100 gram dan panjang lahir 49 cm. Dilahirkan secara normal dengan bantuan bidan tetapi karena proses persalinan yang lama akhirnya persalinan pun dirujuk ke rumah sakit . By. Syakila yang saat ini berusia 4 bulan diasuh oleh. Ny. Ika tantenya saat ibu nya sedang pergi bekerja , berat badan bayi syakila ssekarang 6,7 kg sesuai dengan data KMS dengan kenaikan berat badan tiap bulan yang baik karena berada didaerah hijau sesuai dengan data KMS . seharihari syakila diberikan susu formula. Setiap hari By. syakila mandi dua kali. Air yang

digunakan adalah air sumur dan air bilasan.. Buang air besar biasanya dua kali syakila sudah dapat membalas senyuman dan mengeluarkan suara gembira bernada tinggi. Apabila diberikan suara-suara, By. Syakila dapat merespon. Minggu lalu syakila terserang kejang karena diare namun orang tua syakila tidak langsung membawa Syakila ke balai pengobatan terdekat dikarenakan kepercayaan adat istiadat bahwa bila seorang bayi yang sedang sakit karena diguna-guna

Keluarga Binaan 3

A. Keluarga Ny. Asmah Tabel 1.1 Data Dasar Keluarga Ny. AsmahN o Nama Status Keluarga Kepala keluarga Anak Jenis Kelamin Perempuan Laki laki Usia Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1 Ny. Asmah 2 Tn. Zakaria

55 tahun 23 tahun

Tidak sekolah SD

Ibu rumah tangga buruh pabrik

3 Ny. Halimah 4 By. luthfiana

Menantu

Perempuan

17 tahun 4 bulan

SMP

Ibu rumah tangga

Cucu kandung

Perempuan

B.

Anggota Keluarga Ny. Asmah

Keluarga Ny. Asmah tinggal di RT 03 /RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga Ny. Asmah terdiri dari satu keluarga dimana Ny. Asmah sebagai kepala rumah tangga berusia 55 tahun tanpa latar belakang pendidikan memiliki seorang anak Tn. Zakaria berusia 55 tahun yang berlatar belakang pendidikan SD dan saat ini berkerja sebagai buruh pabrik. Tn zakaria memiliki seorang istri Ny. Halimah berusia 17 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP. By. Luthfiana sebagai anak kandung pertama berusia empat bulan dengan riwayat persalinan normal dan dibantu bidan desa. Tn. Zakaria menikah saat berusia 22 tahun dan Ny. Halimah berusia 16 tahun. Usia pernikahan 1 tahun, mereka diberi keturunan beberapa bulan setelah menikah. Ny. Halimah belum memakai KB dan saat ditanya, belum merencanakan kapan akan menggunakan KB. C. Tempat Tinggal Keluraga Ny. Asmah Keluarga Ny. Asmah tinggal di rumah milik sendiri, yang berukuran 7 x 6 m dan tidak bertingkat. Rumah ini berada pada lingkungan yang kumuh dan padat, berdinding tembok

pada sisi kanan dan kirinya, dan berlantai semen. Atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon sehingga bila hujan, air hujan terkadang masuk ke dalam rumah.Ventilasi rumah ini terdapat lima buah jendela berada pada ruang tamu dan kamar tidur, dua buah jendela pada ruang tamu, satu buah jendela berukuran 50 x 30 cm dan tiga buah jendela yang lain berukuran 20 x 30 cm masing masing di kamar tidur. Rumah yang terdiri dari ruang tamu yang berukuran 2 x 3 m, dua kamar tidur yang masingmasing berukuran 2 x 2 m, satu buah dapur yang berukuran 3 x 3 m, satu buah tempat untuk mencuci pakaian dan kamar mandi yang berukuran 2 x 3 m dan terdapat sumur dengan kedalaman 3 m,serta teras depan rumah yang digunakan sebagai warung dengan ukuran 2 x 2 m.

Ny. Asmah dan keluarga makan 3 kali sehari. Ny. Halimah memasak makanan dirumahnya dengan contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah tahu, tempe, ikan. Semua makanan dimasak sampai matang. Peralatan makan yang digunakan sebagian besar terbuat dari pecah belah.

D. Ekonomi Keluarga Ny. Asmah Pendapatan Tn. Zakaria sebagai buruh pabrik Rp. 300.000 ,-/minggu. Pendapatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan disimpan untuk biaya tidak terduga lainnya seperti berobat apabila sakit. E. Lingkungan Keluarga Ny. Asmah Keluarga Ny. Asmah memiliki sumur gali yang terletak di belakang rumah. Sumur tersebut berdiameter 0,5 m dengan kedalaman sekitar 3 m. Keluarga Ny. Asmah biasa mengumpulkan sampah dalam satu tempat, lalu apabila sudah penuh dibakar di halaman depan rumah sehingga asapnya masuk ke dalam rumah. Kebiasaan ini dilakukan karena tidak adanya petugas kebersihan yang mengambil sampah yang sudah menumpuk di sekitar lingkungan rumah mereka yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak.

F. Kesehatan Keluarga Ny. asmah Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli obat warung terlebih dahulu. Namun, jika dengan obat warung keadaannya tidak juga membaik barulah

dibawa ke mantri atau puskesmas Tegal Angus yang berjarak sekitar 500 m. Mereka lebih memilih berobat di mantri atau puskesmas karena tempat prakteknya yang berada di dekat rumah dan tiap berobat kepadanya dirasa cocok, Biaya berobatnya dirasakan terjangkau. Jika penyakit yang dirasa cukup berat baru dibawa ke tempat praktek dokter umum. Keluhan yang sering adalah demam, batuk dan pilek.

G. Bayi dalam Keluarga Ny. Asmah Tn. Zakaria memiliki bayi Luthfiana memiliki riwayat kelahiran, berat badan lahir 3000 gram dan panjang lahir 50 cm. Dilahirkan secara normal dibantu dukun dan bidan. Selama kehamilan Ny. Halimah rutin memeriksakan kehamilannya tiap bulan ke bidan, tidak ada riwayat sakit selama kehamilan tersebut. By. Luthfiana yang saat ini berusia empat bulan diasuh sendiri. Ny. Halimah rutin memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama empat bulan, dan hingga saat ini belum diberikan makanan pendamping maupun susu formula. Berat badan 6,5 kilogram sesuai KMS dan kenaikan berat badan tiap bulannya baik karena berada di area hijau pada KMS. By. Luthfiana rutin dibawa ke posyandu setiap bulan dan sudah diberikan imunisasi sesuai dengan ketentuan. Setiap hari By. Luthfiana mandi dua kali, menggunakan sabun bayi batangan. Air yang digunakan adalah air sumur dan air bilasan. Setelah mandi dikeringkan menggunakan handuk kering kemudian diberi minyak telon dan bedak. Buang air besar biasanya dua kali sehari. By. Luthfiana bisa tengkurap kemudian berbalik sendiri, merespon bila dipanggil dan menoleh bila melihat benda bergerak. Penyakit yang sering dialami By. Luthfiana adalah batuk pilek dan diare, hampir selalu terjadi tiap bulannya. By. Luthfiana belum pernah mengalami demam. Apabila sakit biasanya langsung dibawa ke dukun urut yang diakui hampir selalu membaik setelah diurut. Bila sakit terus berlanjut dan tidak kunjung membaik, by. Luthfiana dibawa ke puskesmas Tegal angus atau ke mantri terdekat.

Keluarga Binaan 4

A. Keluarga Tn. Dasfirmansyah Tabel 1.2 Data Keluarga Tn. Dasfirmansyah NaNamaa SSStatusu s Keluarga Tn. Dasfirmansyah Ny. Daniati An. Miftah Kepala keluarga Istri Anak pertama By. Faqih Anak kedua Tn. Mudini Kepala keluarga Ny. Yuli Istri Perempuan 22 tahun SD Ibu rumah tangga Anak pertama Orang tua Adik kandung Adik Nn. Rifatul Nn. Ulfiah kandung Adik kandung Perempuan Perempuan 20 tahun 19 tahun SMP SMA Buruh Siswa Perempuan Perempuan 49 tahun 21 tahun SD SMA Laki-laki 2 tahun Ibu rumah tangga Buruh Laki-laki 28 tahun SMP Montir Laki-laki 5 bulan Perempuan Perempuan 26 tahun 6 tahun SD SD Buruh Siswa Laki-laki 30 tahun SD Tidak bekerja Jenis Kelamin UsUsia Pendidikan PPPekerjaan

An. Wildan

Ny. Kholilah Nn. Engkoy

Adik Nn. Itah kandung Perempuan 16 tahun SMA Siswa

B. Anggota Keluarga Tn. Dasfirmansyah Keluarga Tn. Dasfirmansyah tinggal di RT 03/RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga Tn. Dasfirmansyah terdiri dari satu keluarga dimana Tn. Dasfirmansyah sebagai kepala rumah tangga berusia 30 tahun dengan seorang istri Ny. Daniati berusia 26 tahun . Ny. Kholilah sebagai orang tua dari Ny. Daniati berusia 49 tahun. Tn. Mudini 28 tahun sebagai adik ipar dari Ny. Daniati beristrikan Ny. Yuli berusia 22 tahun. Nn. Engkoy, Nn. Rifatul, Nn. Ulfiah, Nn. Itah sebagai adik kandung dari Ny. Daniati C. Tempat Tinggal Tn. Dasfirmansyah Keluarga Tn. Dasfirmansyah tinggal di rumah dengan status kepemilikan milik sendiri yang terletak di lingkungan padat. Luas bangunan sekitar 6 x 7 m. Dinding rumah terbuat dari tembok pada seluruh ruangan. Lantai rumah terbuat keramik. Rumah Tn. Dasfirmansyah terdiri dari enam ruangan, yang terdiri dari ruang tamu yang bersatu dengan ruang keluarga, kamar tidur utama, dua kamar tidur, dapur, kamar mandi dan sumur. Sistem ventilasi rumah Tn. Dasfirmansyah belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 20% dari luas lantai rumah. Ventilasi di rumah Tn. Dasfirmansyah hanya terdapat di beberapa ruangan. Ventilasi di ruang tamu dua buah jendela kusen disertai ventilasi angin di atasnya. Pada ruang keluarga terdapat jendela dan ventilasi angin. Di kamar depan terdapat jendela disertai ventilasi angin di atasnya. Di kamar kedua dan ketiga tidak terdapat jendela karena ventilasi yang kurang memadai sehingga kondisi kamar menjadi lembab dan sumpek akibat pencahayaan yang kurang. Total luas ventilasi rumah bila dibandingkan dengan luas lantai rumah adalah 3,8%. Atap rumah keluarga Tn. Dasfirmansyah terbuat dari genteng susun yang belum disertai plafon sebagai alasnya. Ketinggian atap rumahnya 3 m. Atap rumahnya akan bocor di beberapa titik bila terjadi hujan, dan banyak sarang laba-laba pada tiang-tiang penyangga atap rumah. Kamar mandi keluarga Tn. Dasfirmansyah terletak di sebelah dapur, dan kamar mandi tersebut sudah

tersedia fasilitas jamban di dalamnya. Kamar mandi digunakan hanya untuk mandi, lantai kamar mandi terbuat dari semen. Terdapat sumur di belakang rumah keluarga Tn. Dasfirmansyah.

D.Ekonomi Keluarga Tn. Dasfirmansyah Keluarga Tn. Dasfirmansyah termasuk keluarga dengan status sosial-ekonomi menengah ke bawah. Sumber penghasilan keluarga didapatkan dari Tn. Mudini yang bekerja sebagai montir. Ny. Daniati (istri Tn. Dasfirmansyah )bekerja menajdi buruh. Dan Nn. Engkoy dan Nn. Rifatul. Anak pertama Ny. Daniati dan Tn. Dasfirmansyah, An. Miftah masih sekolah duduk dibangku SD kelas satu dan By. Faqih dan masih bayi. Menurut Ny. Daniati sumber pendapatan tersebut dirasakan cukup untuk menutupi berbagai kebutuhan rumah tangga. Hal ini karena pendapatan Ny. Daniati sebagai buruh sebesar Rp. 1.000.000,00 adalah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keluarga Tn. Dasfirmansyah makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny. Kholilah dan Ny. Yuli selaku ibu rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab untuk menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa nasi disertai ikan laut, lauk tahu atau tempe, dan sayur bening. Hanya sesekali saja keluarga ini memakan daging, ataupun ayam. Mereka biasa makan bersama-sama di ruang keluarga. Alat makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari piring kaca dan plastik, gelas kaca dan plastik, serta sendok atau garpu yang terbuat dari logam dan plastik. Keluarga ini memasak dengan menggunakan kompor gas.

E.Lingkungan Keluarga Tn. Dasfirmansyah Persediaan air bersih keluarga Tn. Dasfirmansyah menggunakan air sumur dengan cara ditimba, dimana dalam satu hari membutuhkan air dipakai untuk memasak dan, mandi, dan mencuci pakaian. Keluarga Tn. Dasfirmansyah membuang sampah ke depan rumah dan langsung membakarnya. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya tempat pembuangan sampah di sekitar rumah mereka. Jarak antara rumah dan tempat pembakaran sekitar 10 m.

F.Kesehatan Keluarga Tn. Dasfirmansyah Bila sakit, keluarga Tn. Mustar biasa berobat Puskesmas Tegal Angus, yang dekat dengan rumahnya dan biayanya hanya 3.000,00 rupiah. Jika penyakit yang dirasa cukup berat, maka mereka segera membawanya ke dokter. Keluarga ini tidak memiliki asuransi ataupun jaminan kesehatan untuk berobat. Oleh sebab itu, mereka selalu membayar sendiri

setiap pengobatan atau jasa kesehatan yang mereka gunakan. Menurut keluarga ini, tarif pelayanan kesehatan di puskesmas masih terjangkau, tetapi kualitas pelayanannya kurang memuaskan karena proses pendaftaran yang berbelit dan lamanya antrian untuk berobat.

G.Bayi dalam Keluarga Tn. Dasfirmansyah Kelahiran anak pertama (An. Miftah) terjadi satu tahun setelah Tn. Dasfirmansyah dan Ny. Daniati menikah dan proses kelahirannya ditolong oleh dukun dan bidan dirumah Tn. Dasfirmanssyah. Setelah itu enam tahun setelah kelahiran anak pertama Ny. Daniati melahirkan kembali yang dibantu oleh dukun dan bidan. Ny. Daniati mengikuti program Keluarga Berencana (KB) yang menggunakan kontrasepsi hormonal suntik tiga bulanan setelah melahirkan anak pertama dan kedua Ny. Daniati memberikan ASI pada setiap anaknya sampai usia tiga bulan. Setelah menginjak usia empat bulan diberikan susu. Untuk masalah imunisasi, Ny. Daniati rutin membawa anakanaknya ke posyandu sesuai dengan jadwal imunisasi sewaktu kecil. Tn. Dasfirmansyah memiliki kebiasaan merokok yang sudah dimulai sejak ia remaja sampai sekarang. Dalam sehari Tn. Dasfirmansyah merokok sekitar satu bungkus sehari. Ny. Daniati merawat by. Faqih pada satu bulan kelahiran By. Faqih, karna Ny. Daniati bekerja sebagai buruh jadi By. Faih dititipkan kepada neneknya Ny. Kholilah. Ny. Kholilah rutin menimbang setiap bulan di Posyandu dan rutin melakukan imunisasi, hal ini biasa dilihat dari KMS By. Faqih. Di Posyandu sering ada penyuluhan dari Bidan Desa setempat dan selalu menyempatkan hadir untuk mengikutinya. Untuk mandi sehari-hari By. Faqih selalu menggunakan air dingin dua kali sehari dengan air sumur yang ditimba dari belakang rumahnya. Sabun mandi By. Faqih tersendiri yaitu dengan sabun bayi., setelah mandi By. Faqih selalu dikeringkan dengan handuk. Untuk kebersihan jika By. Faqih ngompol yang kami amati adalah hanya di lap dengan kain atau celana bekas dipakai sebelumnya, hal ini sempat menjadi perhatian kami namun karena tidak terlihatnya iritasi pada kulit By. Faqih lalu kami pun mengabaikan hal tersebut. By. Faqih hanya menggunakan popok jika berpergian jauh. Aktivitas By.Faqih lebih banyak dihabiskan di rumah ketimbang diluar. Dalam hal kebersihan mainan By. Faqih jarang dicuci padahal dia sedang memasuki fase oral dimana senang memasukan apa saja kedalam mulut mungilnya dan hal ini kurang disadari oleh ibu Daniati dan ibu Kholilah. Kuku By. Faqih dibersihkan satu minggu sekali dan telingnya tiga hari sekali.

Keluarga Binaan 5

A.Keluarga Tn. Paredi Tabel 1.1 Data Dasar Keluarga Tn.ParediNo Nama Status Keluarga Kepala keluarga Istri Anak Anak Anak Anak Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Usia Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1 2 3 4

Tn.Paredi Ny. Iroh An.Ripaldi An.Egi S

35 tahun 32 tahun 12 tahun 7 Tahun 4 tahun 4 bln

SD SD SD SD Tidak sekolah Tidak sekolah

Buruh pabrik Ibu rumah tangga Pelajar Pelajar -

5. 6.

An.widya v An.rapli K

B. Anggota Keluarga Tn. Paredi Keluarga Tn. Paredi Tinggal di RT03/RW04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga Tn. Paredi Terdiri dari satu keluarga dimana Tn. Paredi sebagai kepala rumah tangga berusia 35 tahun dengan latar belakang pendidikan SD dan seorang istri Ny. Iroh berusia 32 tahun dengan latar belakang pendidikan SD. Mempunyai 4 orang anak, terdiri dari 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Dua diantaranya masih duduk di bangku SD. Jarak usia antara setiap anak cukup jauh, 3 sampai 5 tahun. Tn. Paredi menikah saat berusia 20 tahun dan Ny. Iroh berusia 17 tahun. Mereka diberi keturunan setelah hampir 1 tahun menikah. Ny.Iroh mengaku menggunakan KB suntik setelah kelahiran anak pertamanya. Saat ini diganti dengan pil KB. Sekarang usia pernikahan mereka hampir 13 tahun.

C. Tempat Tinggal Keluarga Tn. Paredi Keluarga Tn.Paredi tinggal di rumah milik sendiri, yang berukuran 8 x 8 m, hanya 1 lantai dan terdiri dari 2 kamar. Dapur dan sumur berdampingan. Rumah ini berada pada lingkungan pedesaan, dindingnya terbuat dari bata dan semen, lantai tidak diubin hanya

disemen saja, tidak terdapat kamar mandi, kegiatan mencuci piring, baju dan mandi dilakukan di sumur. Jamban mereka letaknya cukup jauh dari belakang rumah, sehingga setiap ingin BAB mereka pergi ke jamban yang terletak di empang. Atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon sehingga bila hujan, air hujan terkadang merembes ke dalam rumah. Ventilasi rumah ini cukup baik, terdapat 6 daun jendela: 2 berada pada ruang tamu dan 2 di kamar tidur utama, 2 di kamar tidur ke dua. Pada ruang tengah tidak terdapat jendela dan ventilasi. Pada sumur dan dapur terdapat 3 ventilasi tanpa jendela. Tn.Paredi dan keluarga makan 2-3 kali sehari dengan menu sederhana. Keseharian hanya sayur, tempe, tahu dan ikan. Untuk daging sapi dan ayam mereka mengaku jarang mengkonsumsi. Ny. Iroh memasak makanan sendiri dirumahnya .

D. Ekonomi Keluarga Tn. Paredi Pendapatan Tn.Paredi bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan Rp.40.000 Rp.50.000 , /perhari . dan hanya bekerja 6 hari dalam seminggu. Pendapatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan untuk biaya sekolah anaknya, sisanya disimpan untuk biaya tidak terduga lainnya seperti berobat apabila sakit. Sebelum Ny.Iroh melahirkan anak ke-4, ia membantu suaminya mencari nafkah dengan membuka warung kopi di tepi pantai Tj.Pasir setiap sabtu dan minggu saja. Pendapatan bisa mencapai Rp.50.000 bahkan lebih bila keadaan pantai lagi ramai pemgunjung. Tapi karena saat ini sedang mempunyai bayi, bu Iroh tidak lagi membuka warung kopi.

E. Lingkungan Keluarga Tn.Paredi Keluarga Tn.Paredi memiliki sumur gali yang terletak di dalam rumah yang menyatu dengan dapur. Air sumur tersebut berwarna kekuning. Ny.Iroh menggunakan air sumur tersebut hanya untuk mencuci dan mandi. Untuk keperluan minum dan masak mereka menggunakan air pam dan galon. Pembuangan sampah rumah tangga biasanya dibuang ke belakang rumah, apabila sudah menumpuk mereka akan membakar sampah tersebut. Jamban mereka terletak di empang milik ayah dari Tn.Pardi, sehingga pembuangan kotoran langsung ke empang. Listrik di rumah mereka, menggunakan listrik bersama dengan rumah tetangga (paralel) sehingga hanya menyala pada malam hari. Pencahayaan sangat kurang di rumah keluarga Tn.Paredi. dan kebersihan rumah yang sangat kurang sehingga menimbulkan banyak debu dan udara terasa kotor.

F. Kesehatan Keluarga Tn.Paredi Dari keterangan yang didapat, kesehatan keluarga ini masih baik. Tidak ada penyakitpenyakit khas dan bersifat kronis yang tampak. Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli obat warung terlebih dahulu. Namun, jika keadaannya tidak juga membaik barulah dibawa ke mantri atau puskesmas Tegal Angus. Mereka lebih memilih berobat di mantri atau puskesmas karena tempat prakteknya yang berada di dekat rumah dan merasa cocok, biaya berobatnya terjangkau bahkan gratis karena Tn.Paredi mempunyai jamkesmas. Keluhan yang sering adalah demam, batuk, pilek dan diare. Saat ini An.Rapli menderita sakit batuk. Ny.Iroh mengaku sebelumnya Rapli pernah menderita demam dan didiagnosa tifoid oleh bidan di puskesmas.

G. Bayi dalam Keluarga Tn. Paredi Dalam keluarga Tn.Paredi memiliki bayi laki-laki bernama Rapli Kurniawan dengan riwayat kelahiran, berat badan lahir 3800 gram dan panjang lahir 49 cm. Dilahirkan secara persalinan normal dibantu oleh dukun setempat. Selama kehamilan Ny.Iroh rutin memeriksakan kehamilannya ke posyandu atau bidan tiap bulan. Bu Iroh punya riwayat hipertensi selama kehamilan tetapi tidak mengganggu janin. Bayi Rapli yang saat ini berusia 4 bulan diasuh sendiri oleh bu Iroh dan diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, bu Iroh berencana akan memberikan Asi hingga Rapli usia 1 tahun sama seperti kakaknya yang lain. dan hingga saat ini belum diberikan makanan pendamping maupun susu formula. Berat badan 7 kilogram sesuai KMS dan kenaikan berat badan tiap bulannya baik karena berada di area hijau pada KMS. Bayi Rapli rutin dibawa ke posyandu setiap bulan dan sudah diberikan imunisasi sesuai dengan ketentuan. Setiap hari bayi Rapli mandi dua kali, menggunakan sabun bayi batangan. Air yang digunakan adalah air sumur. Setelah mandi dikeringkan menggunakan handuk kering kemudian diberi minyak telon dan bedak. Buang air besar biasanya dua kali sehari, setelah buang air besar dibersihkan dengan air tanpa sabun. Apabila tiba- tiba buang air kecil dielap dengan celana yang dipakai tanpa membersihkan dengan air dan sabun terlebih dahulu. By. Rapli bisa tengkurap kemudian berbalik sendiri, merespon bila dipanggil dan menoleh bila melihat benda bergerak. Riwayat Penyakit yang dialami bayi Rapli adalah batuk pilek dan diare, pernah juga demam tinggi dan didiagnosa tifoid oleh bidan. Apabila sakit biasanya dibawa ke dukun urut yang diakui hampir selalu membaik setelah diurut. Bila sakit tidak membaik, langsung dibawa ke puskesmas Tegal angus atau ke mantri terdekat.

Keluarga Binaan 6

A.Keluarga Tn. Suherman Tabel 1.1 Data Dasar Keluarga Tn.SuhermanNo Nama Status Keluarga Kepala keluarga 1 Istri Anak Anak Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Usia Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1 2 3 4.

Tn.Suherm an Ny. Arwini An.siti R An. Saninatun

27 tahun 26 tahun 10 tahun 2 bulan 36 tahun 35 tahun 13 tahun 6 Tahun 20 Tahun

SD SD SD

Buruh pabrik Ibu rumah tangga Pelajar

-

-

5.

Tn.Mursidi

Kepala Keluarga 2 Istri Anak

Laki-laki Perempuan

SD

Nelayan

6. 7.

Ny. Juniarsih An. Febriansah An. Ubaydilah

SD

Konveksi

SMP

Pelajar

perempuan 8.. Anak Perempuan Perempuan 9. nn. Aryati Adik Perempuan Orang tua

-

-

SMA

Buruh pabrik Ibu rumah tangga

10.

Ny. yurah

65 tahun

SD

B. Anggota Keluarga Tn. Suherman Keluarga Tn. Paredi Tinggal di RT03/RW06 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga Tn. Suherman Terdiri dari dua keluarga dimana keluarga pertama Tn. Suherman sebagai kepala rumah tangga berusia 27 tahun dengan latar belakang pendidikan SD dengan seorang istri Ny. Arwini berusia 26 tahun dengan latar belakang pendidikan SD. Mempunyai 2 orang anak, terdiri dari 2 anak perempuan. Satu diantaranya masih duduk di bangku SD. Jarak usia antara setiap anak cukup jauh, 9 tahun 10 bulan.

Tn. Suherman menikah saat berusia 18 tahun dan Ny. Arwini berusia 17 tahun. Mereka diberi keturunan setelah hampir 1 tahun menikah. Ny.Arwini mengaku menggunakan KB suntik setelah kelahiran anak pertamanya. Saat ini diganti dengan pil KB. Sekarang usia pernikahan mereka hampir 8 tahun. keluarga kedua Tn. Mursidi sebagai kepala rumah tangga berusia 36 tahun dengan latar belakang pendidikan SD dengan seorang istri Ny. Juniarsih berusia 35 tahun dengan latar belakang pendidikan SD. Mempunyai 2 orang anak, terdiri dari 1 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Satu diantaranya masih duduk di bangku SMP. Jarak usia antara setiap anak cukup jauh, 7 tahun. Tn. Mursidi menikah saat berusia 18 tahun dan Ny. Arwini berusia 17 tahun. Mereka diberi keturunan setelah hampir 7 tahun menikah. Ny.Arwini mengaku menggunakan KB suntik setelah kelahiran anak pertamanya. Saat ini diganti dengan pil KB. Sekarang usia pernikahan mereka hampir 20 tahun.

C. Tempat Tinggal Keluraga Tn. Suherman Keluarga Tn.Suherman tinggal di rumah milik sendiri, yang berukuran 8 x 7 m, hanya 1 lantai dan terdiri dari 2 kamar. Dapur dan sumur berdampingan. Rumah ini berada pada lingkungan yang pedesaan, dindingnya terbuat dari bata dan semen, lantai keramik hanya terdapat kamar mandi, kegiatan mencuci piring, baju dan mandi dilakukan di sumur. Atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon sehingga bila hujan, air hujan terkadang masuk ke dalam rumah. Ventilasi rumah ini kurang baik, terdapat 2 daun jendela: 2 berada pada ruang tamu, Pada kedua kamar tidur tidak terdapat jendela dan ventilasi. Pada sumur dan dapur terdapat 2 ventilasi tanpa jendela. Tn.Suherman dan keluarga makan 2-3 kali sehari dengan menu sederhana. Keseharian hanya sayur, tempe, tahu. Untuk daging sapi, ayam atau ikan mereka mengaku jarang mengkonsumsi. Ny. Arwini memasak makanan sendiri dirumahnya .

D. Ekonomi Keluarga Tn. Suherman Pendapatan Tn.Suherman, Tn. Mursidi , Ny.Juniarti, nn.Aryati bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan Rp.40.000 /perhari . dan hanya bekerja 5 hari dalam seminggu. Pendapatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan untuk biaya sekolah anaknya, sisanya disimpan untuk biaya tidak terduga lainnya seperti berobat apabila sakit.

Ny. Arwini menjadi ibu rumah tangga , tidak bekerja dikarenakan mengasuk anak nya yg masih bayi berumur 2 bulan. Sebelum itu Ny. Arwini pernah membuka usaha warung makan indomie di sekitar pasar.

E. Lingkungan Keluarga Tn.Suherman Keluarga Tn.Paredi memiliki sumur gali yang terletak di dalam rumah yang berdekatan dengan wc. Air sumur tersebut berwarna kekuningan. Ny.Arwini menggunakan air sumur tersebut hanya untuk mencuci dan mandi. Untuk keperluan minum dan masak mereka menggunakan air pam dan galon. Mereka mengaku merasa penuh sesak dalam anggota keluarga yang banyak tanpa dilengkapi luas dan fasilitas ruang tidur yang cukup. Rumah tersebut hanya terdiri dari 2 kamar yang berisikan keluarga Tn. Suherman dan Tn Mursidi saja , selebihnya tidur di ruang tamu tanpa beralaskan tempat tidur, tepatnya tidur diatas lantai keramik. Pembuangan sampah rumah tangga biasanya dibuang ke belakang rumah, apabila sudah menumpuk mereka akan membakar sampah tersebut. Wc mereka terletak berdekatan dengan lokasi sumur berada, dengan fasilitas wc jongkok yang di tutupi setengah pintu dari kayu.. Listrik di rumah mereka, menggunakan listrik PLN. Pencahayaan sangat kurang di rumah keluarga Tn.Suherman.kebersihan rumah yang sangat kurang sehingga menimbulkan banyak debu,udara terasa kotor dan lembab dikarenakan sangat minim nya ventilasi di rumah Tn. Suherman

F. Kesehatan Keluarga Tn.Suherman Dari keterangan yang didapat, kesehatan keluarga ini masih baik. Tidak ada penyakitpenyakit khas dan bersifat kronis yang tampak. Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli obat warung terlebih dahulu. Namun, jika keadaannya tidak juga membaik barulah dibawa ke mantri atau puskesmas Tegal Angus. Mereka lebih memilih berobat di mantri atau puskesmas karena tempat prakteknya yang berada di dekat rumah dan merasa cocok, biaya berobatnya terjangkau bahkan gratis karena Tn.Suherman mempunyai jamkesmas. Keluhan yang sering adalah demam, batuk, pilek dan diare.

G. Bayi dalam Keluarga Tn. Suherman Tn. Suherman memiliki bayi bernama By.Safinatun ( merupakan anak kedua ) yang memiliki riwayat kelahiran, berat badan lahir 3600 gram dan panjang lahir 50 cm. Dilahirkan

secara normal di dukun beranak dekat rumah. By. Safinatun saat ini berusia dua bulan diasuh sendiri. Ny. Arwini memberikan Air Susu Ibu (ASI) hanya pada bulan pertama kemudian dilanjutkan dengan susu Formula, dikarenakan ASI dari Ny. Arwini kurang mencukupi kebutuhan By. Safinatun. Berat badan 3,8 kilogram dan kenaikan berat badan tiap bulannya kurang baik. By. Safinatun rutin dibawa ke posyandu setiap bulan dan sudah diberikan imunisasi awal yaitu imunisasi Polio dan DPT pada tanggal 12 Febuari 2011 Setiap hari By. Safinatun mandi sehari sekali, menggunakan sabun bayi batangan. Air yang digunakan adalah air sumur. Setelah mandi dikeringkan menggunakan handuk kering kemudian diberi minyak telon dan bedak. Buang air besar biasanya dua kali sehari, setelah buang air besar dibersihkan dengan air dan sabun. Apabila tiba- tiba buang air kecil, yang dilakukan Ny. Arwini adalah mengelap dengan celana yang dipakai tanpa membersihkan dengan air tanpa sabun terlebih dahulu. Menurut Ny. Arwini By.Safinatun tidak rewel , anteng dan mudah untuk di beri susu. Saat Pemberian Asi Ny. Arwini mengaku tidak membersihkan dahulu puting dan sekitar payudara. By.Safinatun ini sudah dapat membalas senyuman dan mengeluarkan suara- suara gemuruh saat keadaan tidak nyaman maupun lagi gembira. Apabila diberikan suara-suara, By.Safinatun masih belum dapat menoleh ke

sumber suara tersebut. Penyakit yang pernah dialami By.Safinatun adalah batuk pilek, namun jarang terjadi. Apabila sakit biasanya langsung dibawa ke puskesmas Tegal angus atau ke mantri terdekat.

AREA PERMASALAHAN

Latar Belakang Pemilihan Masalah

Setelah mengamati, mewawancarai, dan melakukan observasi masing-masing keluarga binaan di RT 03 RW. 04, Desa Tegal Angus terdapat berbagai macam permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu:

Kurangnya kesadaran pemberian asupan ASI pada bayi . Kurangnya peran serta ibu dalam menjaga kualitas dan kuantitas ASI , sepertikurangnya asupan makanan ibu.

Kurangnya penyuluhan tentang cara merawat bayi yang baik dan benar , dan jugakurangnya kesadaran ibu dalam hal mengikuti penyuluhan kesehatan .

Pola asuh yang salah dalam merawat bayi secara turun temurun. Penanganan yang lambat terhadap penyakit pada bayi . Ketidaktahuan keluarga akan bahaya penularan penyakit . Melakukan persalinan ke dukun beranakDari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut, diputuskan untuk mengangkat permasalahan tentang pola asuh yang salah pada tumbuh kembang bayi khususnya dalam masalah kesehatan

BAB IIKERANGKA TEORI (menurut teori WHO)1.Thought and Feeling

-

Kurangnya insting sebagai ibu untuk merawat dan membesarkan anaknya sendiri Kurangnya pelaksanaan pemberian ASI eksklusif pada bayi Keterbatasan biaya sehingga ibu tidak bisa menjadi fasilitator yang baik untuk bayinya

-

Kurangnya kesadaran dari ibu untuk menciptakan ikatan batin anatara ibu dan bayinya

-

Ibu tidak memperhatikan asupan nutrisinya untuk menjaga kualitas dan kuantitas ASI Kurangnya kesabaran ibu dalam menghadapi bayi yang sedang rewel atau sakit

2.Personal references

-

Ibu kurang mendapatkan informasi tentang cara merawat dan mengasuh bayi yang baik dan benar

-

Kurangnya pengetahuan untuk menjemur bayi dibwah matahari pagi Ibu tidak memperhatikan masalah kebersihan dan kesehatan

-

Inisiatif ibu yang rendah untuk mencari informasi tentang pola asuh terhadap bayi yang baik

3.Resources

-

Karena tingkat pendidikan ibu yang rendah sehingga ibu tidak merencanakan pendidikan yang tinggi untuk masa depan anaknya

-

Kurangnya kedisiplinan ibu dalam memberikan ASI membersihkan popok bayi

,

memandikan dan

-

Kesadaran ibu yang rendah dalam memperhatikan kesehatan bayi Pengetahuan ibu yang rendah terhadap imunisasi Penghasilan yang tidak mencukupi sehingga kebutuhan pokok bayi tidak terpenuhi Ibu tidak cepat tanggap untuk membawa bayi ke pelayanan kesehatan apabila bayi terserang diare dan batuk

4.Culture

-

Kebiasaan ibu meletakan bayi dilantai Ibu tidak membiasakan membersihkan puting sebelum memberikan ASI Kepercayaan terhadap mitos-mitos yang tidak terbukti kebenaranya Kebiasaan melahirkan di dukun beranak sehingga bisa menyebabkan infeksi pada bayi dan ibu

KERANGKA KONSEP

Pemikiran dan Perasaan ( Thoughts and feelings ) Kurangnya insting sebagai ibu untuk merawat dan membesarkan anaknya sendiri Kurangnya pelaksanaan pemberian ASI eksklusif pada bayi Ibu tidak memperhatikan asupan nutrisinya untuk menjaga kualitas dan kuantitas ASI

Referensi seseorang ( Personal references )

-

Inisiatif ibu yang rendah untuk mencari informasi tentang pola asuh terhadap bayi yang baik

-

Ibu tidak memperhatikan masalah kebersihan dan kesehatan bayi

Ketersediaan sumber daya ( Resources ) Ibu tidak cepat tanggap untuk membawa bayi ke pelayanan kesehatan apabila bayi terserang diare dan batuk.

Sosio Budaya ( Culture ) Kebiasaan melahirkan di dukun beranak sehingga bisa menyebabkan infeksi pada bayi dan ibu Kepercayaan terhadap mitos-mitos yang tidak terbukti kebenarannya

Alasan pemilihan diagnosis Pada area permasalahan yang pertama didapatkan 50 % dari keluarga binaan kami kurangnya kesadaran pemberian asupan ASI pada bayi pada area permasalahan yang kedua didapatkan 100 % dari keluarga binaan kami kurangnya peran serta ibu dalam menjaga kualitas dan kuantitas ASI , seperti kurangnya asupan makanan ibu. Pada area permasalahan yang ketiga 100 % dari keluarga binaan didapatkan kurangnya penyuluhan tentang cara merawat bayi yang baik dan benar , dan juga kurangnya kesadaran ibu dalam hal mengikuti penyuluhan kesehatan. Pada area permasalahan yang keempat didapatkan 100 % dari keluarga binaan kami pola asuh yang salah dalam merawat bayi secara turun temurun . Pada area permasalahan yang lima 100 % dari keluarga binaan kami yang didapatkan penanganan lambat terhadap penyakit pada bayi . seperti hal nya jika keadaan bayi mengalami penurunan kesehatan seperti flu , batuk, demam maupun toksikasi yang menyebabkan diare , ibu atau keluarga setempat tidak langsung membawa ke pusat balai pengobatan terdekat melainkan memanggil pijat urut oleh ahli urut. jika tidak

ada perbaikan ibu memberikan obat warung dengan keterbatasan info obat dan efek samping yang akan berdampak buruk pada bayi. Pada area permasalahan yang ke enam 83 % dari keluarga binaan kami yang ditemukan. seperti hal nya berupa ketidaktahuan keluarga akan bahaya penularan penyakit Pada area permasalahan yang ketujuh 83 % dari keluarga binaan melakukan persalinan ke dukun beranak Berdasarkan data yang didapatkan dari puskesmas, jumlah kelahiran hidup di wilayah kerja puskesmas Tegal Angus pada tahun 2010 adalah 1008 bayi, dengan jumlah bayi lahir mati adalah 4 bayi. Jumlah kematian bayi adalah 6 bayi dengan sebab kematian karena asfiksia, diare, BBLR, penyakit infeksi. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di puskesmas Tegal Angus sudah mencapai target yaitu 85,07%. Akan tetapi dalam rangka upaya menurunkan jumlah kematian ibu, persalinan oleh tenaga kesehatan perlu ditingkatkan, upaya kemitraan dengan dukun harus terus dibina karena masih ada ibu hamil yang melakukan persalinan dengan pertolongan dukun Dari semua masalah yang ada diatas yang terjadi pada keluarga binaan , diputuskan untuk mengangkat permasalahan tentang Pola asuh yang salah pada tumbuh kembang bayi dalam masalah kesehatan

KEPUSTAKAANPada area permasalahan yang pertama didapatkan 50 % dari keluarga binaan kami kurangnya kesadaran pemberian asupan ASI pada bayi dan pada area permasalahan yang kedua didapatkan 100% dari keluarga binaan kami kurangnya peran serta ibu dalam menjaga kualitas dan kuantitas ASI , seperti kurangnya asupan makanan ibu. Pada awal kehidupan bayi, sangat bergantung pada Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan makanan bayi mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi dalam jumlah yang diperlukan sampai usia enam bulan. ASI tidak memberatkan organ pencernaan, ginjal dan menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal. (Lubis 2000, Roesli 2000, Pudjiadi 2000:18 dan Arisman 2004:43). ASI kolostrum merupakan cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara, berupa cairan kental, warna kekuning-kuningan dan keluar pada hari kesatu sampai hari keempat atau ketujuh. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, sedangkan karbohidrat dan lemak lebih rendah dibanding ASI matur (Roesli U., 2001) . Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10- 17 kali lebih banyak dari ASI matur . Kolostrum merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat tidak terpakai dari usus bayi baru lahir, sehingga saluran pencernaan bayi siap untuk mencerna makanan (Lawrence, 1994) . Kolostrum mengandung zat kekebalan yang sangat berguna melindungi bayi dari berbagai alergi dan53 penyakit infeksi. Kolostrum harus diberikan kepada bayi, karena dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kehidupannya (Depkes, 2003) . Penelitian Clemens et. all. (1999), di pedesaan Mesir menunjukkan bayi yang diberi kolostrum dapat menurunkan kejadian diare pada 6 bulan pertama kehidupannya. Menurut WHO (2006), definisi ASI eksklusif adalah bayi hanya menerima ASI dari ibu atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat. Pemberian ASI eksklusif menurut Depkes (2003) adalah pemberian ASI saja tanpa diberi makanan atau minuman lain sejak lahir sampai usia 6 bulan, kecuali pemberian obat dan vitamin. Pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah sebagai berikut setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu 12-1 jam), memberikan kolostrum, tidak memberikan makanan atau minuman (seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu, pisang) kepada bayi sebelum diberikan ASI, ASI diberikan sesuai kemauan bayi tanpa perlu dibatasi waktu dan

frekuensi (pagi, siang dan malam hari) dan memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Peranan ASI terhadap pencegahan diare sangat penting, karena adanya faktor proteksi pada ASI ( Soetjiningsih, 1998:189-193 dan Depkes RI, 2001), antara lain : 1. Imunoglobulin yang predominan pada ASI adalah SIgA (secretory immunoglobulin A), sekitar 90% dari semua antibodi pada ASI. SIgA adalah molekul yang resisten terhadap enzim proteolitik dari saluran pencernaan dan pH lambung, menunjukkan copro antibodies yang aktif pada tinja bayi yang minum ASI. SIgA bekerja sebagai antisepticintestinal paint yang melindungi permukaan usus bayi terhadap invasi mikroorganisme patogen (termasuk E.coli) dan protein asing. ASI juga mengandung laktoferin yang mempunyai efek bakteriostatik. 2. Laktoferin adalah sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan dan unsaturated iron-binding compound yang mengadakan kompetisi dengan

mikroorganisme dalam usus terhadap Fe. Diperkirakan laktoferin bekerja sinergisme dengan SIgA terutama terhadap bakteri E.coli patogen. 3. Lisozim (muramidase) adalah enzim yang melindungi bayi dari bakteri E.coli dan Salmonella, jumlahnya 300 kali lebih banyak dari pada susu sapi.

Peran keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak menentukan tumbuh kembang. Perilaku ibu dalam menyusui atau memberi makan, cara makan yang sehat, memberi makanan bergizi dan mengontrol besar porsi yang dihabiskan akan meningkatkan status gizi anak Bayi harus sesegera mungkin disusui setelah lahir. Pemberian kesempatan isap pada bayi akan merangsang proses laktogenesis dan galaktopoisis. Frekuensi menyusui sesuai permintaan bayi yang ditandai dengan bayi menangis atau gelisah dan tiap kali diberikan 510 menit per payudara. Praktek yang baik bila ibu hanya memberi ASI saja sampai umur 6 bulan. Selanjutnya ASI diberikan sampai umur 2 tahun, disamping pemberian MP-ASI, akan menunjang pertumbuhan bayi yang baik ( Husaini, 2000) . Saat menyusui, sebaiknya ibu dalam posisi duduk atau baring santai, sehingga lambung bayi menempel pada ibu. Ibu memegang belakang bahu bayi dengan leher bayi sedikit teregang. Ibu menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting. Tanda posisi menyusui telah tepat bila bayi terlihat santai dan senang saat menyusu. Bila posisi mengisap tidak benar, puting bisa nyeri dan bayi jadi gelisah (Bahar, B., 2000). Praktek pemberian makan untuk bayi usia 0-4 bulan cukup diberi ASI, makanan lain tidak diperlukan. Pemberian MP-ASI pada usia 0-4 bulan memberi risiko terkena sakit,

seperti diare. Penelitian di Bangladesh menemukan 41% sampel makanan dan 50% sampel air telah terkontaminasi bakteri E.coli (Black, seperti dikutip Akre, 1994). Bayi umur 4-6 bulan di Indonesia sudah mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI yakni buah 1-2 kali dan makanan lunak 1 kali. Saat berumur 6-9 bulan bayi diberi ASI plus buah 1-2 kali dan makanan lembek 2 kali. Umur 9-12 bulan bayi tetap diberi ASI, plus buah 1-2 kali dan makanan lembek 3 kali. Pada anak usia lebih 1 tahun masih tetap diberi ASI plus buah 1-2 kali, makanan pokok dan lauk pauk 4 kali atau lebih (Soekirman, S.W., 2006).

Pada area permasalahan yang ketiga 100 % dari keluarga binaan didapatkan kurangnya penyuluhan tentang cara merawat bayi yang baik dan benar , dan juga kurangnya kesadaran ibu dalam hal mengikuti penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan tentang cara merawat bayi sangat penting bagi kesehatan bayi , penyuluhan dan informasi kesehatan bisa didapatkan di balai kesehatan terdekat . Banyak ibu yang masih terpaku dengan tradisi dan kebiasaan yang salah dalam hal merawat bayi sehingga dapat membahayakan kesehatan bayi karena masih kurangnya pengetahuan tetang informasi terkini tentang tata cara perawatan kesehatan pola asuh yang baik dan benar .

Pada area permasalahan yang keempat didapatkan 100 % dari keluarga binaan kami pola asuh yang salah dalam merawat bayi secara turun temurun .

Bayi dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang, seperti kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan akan (Tanuwidjaya, 2002:13-19) : a. Nutrisi yang adekuat dan seimbang, nutrisi sebagai bahan pembangun tubuh mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama di tahuntahun pertama kehidupan, dimana bayi sedang mengalami pertumbuhan sangat pesat, terutama pertumbuhan otak. b. Perawatan kesehatan dasar Pemberian imunisasi sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Upaya deteksi dini, pengobatan dini dan tepat, diperlukan untuk mengurangi morbiditas pada bayi dan anak. Kesehatan bayi dan anak harus mendapat perhatian dari orang tua dengan cara membawa bayi atau anak yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. c. Pakaian layak, bersih dan aman d. Perumahan layak dengan konstruksi bangunan yang aman dan menjamin kesehatan

penghuninya. e. Higiene diri dan sanitasi lingkungan Kebersihan perorangan dan lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh kembang bayi dan anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakit- penyakit kulit dan saluran pencernaan, seperti diare.

Kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih) Kebutuhan asih yaitu kebutuhan terhadap emosi yang meliputi kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri, mandiri, dorongan, rasa memiliki dan kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman. Kebutuhan stimulasi (asah) Kebutuhan ini merupakan cikal bakal proses pembelajaran bayi dan anak, dengan menstimulasi yaitu perangsangan yang datang dari lingkungan luar berupa latihan atau bermain. Teori positive deviance (Zeitlin, 1990) menyatakan bahwa berbagai stimulus rutin diberikan oleh ibu atau pengasuh kepada bayi, baik stimulus visual, verbal dan auditif dapat menyebabkan stimulasi growth hormone, metabolisme energi menjadi normal dan imun respon lebih baik. Peranan pengasuhan ini pertama kali diindentifikasi dalam Joint Nutrition Support Program in Iringa, Tanzania dan kemudian digunakan pada berbagai studi positive deviance di berbagai negara. Peranan determinan pola asuhan terhadap pertumbuhan bayi cukup besar, dimana pola asuhan yang baik dapat meningkatkan tingkat kecukupan gizi dan kesehatan bayi (Tanuwidjaya, 2002:13-19) . Pola asuh ibu yang baik sangat penting peranannya, karena mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Pola pengasuhan ibu berkaitan erat dengan keadaan ibu terutama kesehatan, pendidikan, pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak (Suharsi, 2001).. Anak yang diasuh dengan baik oleh ibunya dapat lebih berinteraksi secara positif dibanding bila anak diasuh selain ibunya. Pengasuhan anak oleh ibu membuat anak merasa aman, anak akan memperoleh pasangan dalam berkomunikasi dan ibu berperan sebagai model bagi anak berkaitan dengan keterampilan verbal secara langsung (Rahayu, 2001) . Kemampuan ibu untuk mengambil keputusan berdampak luas pada kehidupan seluruh anggota keluarga dan menjadi dasar penyediaan pola pengasuhan yang tepat dan bermutu, termasuk asuhan nutrisi (Depkes, 2000). Pola pengasuhan ibu berhubungan langsung dengan keadaan gizi anak dan usaha ibu merangsang anak untuk makan dan turut menentukan volume makan pada anak (Jusat, dkk., 2000) . Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan optimal, baik

fisik, mental dan sosial (Zetlin 2000, Jusat, dkk. 2000, Soekirman 2000, LIPI 2004:102). Pada dasarnya pengasuhan adalah suatu sikap dan praktek yang dijalankan oleh orang dewasa (ibu atau pengasuh lain) meliputi : pemberian ASI, cara memberi makan kepada anak (child feeding), perawatan dasar, memberi rasa aman, melindungi anak, tidur bersama, memandikan dan memakaikan pakaian, membiasakan menggunakan toilet, menjaga kebersihan, mencegah dari kuman patogen dan serangan penyakit, pencegahan dan pengobatan saat anak sakit, berinteraksi dan memberikan stimulasi, bermain bersama dan bersosialisasi, memberi kasih sayang serta menyediakan tempat tinggal yang layak dan lingkungan sehat, agar anak dapat tumbuh kembang dengan. (Soetjiningsih, 1998 dan Jusat, dkk. 2000) . Pengasuhan bayi meliputi aktivitas perawatan yang terkait dengan penyiapan makanan dan menyusui, pencegahan dan pengobatan penyakit, memandikan anak, membersihkan pakaian anak dan rumah (Bahar B., 2000). Pola asuh yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, antara lain : stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau hukuman, kelompok sebaya, stress, lingkungan bermain, cinta dan kasih sayang serta kualitas interaksi antara anak dan orang tua. Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua terutama ibu berinteraksi dengan anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut yakni pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan kasih sayang. (Soetjiningsih, 1998:9-10 dan Supariasa 2001:31) . Pengasuhan bayi sangat berhubungan dengan keadaan ibu, seperti kesehatan ibu (fisik dan mental), status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga dan di masyarakat, sifat pekerjaan seharihari dan adat kebiasaan (Zeitlin 1991, Soekirman 2000, LIPI 2004:102).

1. Praktek Ibu Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu praktek atau tindakan. Sikap dapat diwujudkan menjadi praktek, diperlukan faktor pendukung, antara lain : fasilitas dan support dari pihak lain, misal suami, orang tua atau mertua sangat penting untuk mendukung terbentuknya praktek. Praktek adalah perbuatan atau tindakan nyata dan pengukurannya dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau beberapa bulan lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Praktek dibagi menjadi empat tingkatan yaitu persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adaptasi. Persepsi adalah tahap

mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil (praktek tingkat pertama), misalnya ibu dapat memilih makanan yang bergizi untuk bayinya. Respon terpimpin, bila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar berdasarkan contoh (praktek tingkat kedua), misal ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari mencuci, memotong dan lamanya memasak. Tahap mekanisme adalah bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan kebiasaan, misalnya ibu mengimunisasi bayinya pada umur-umur tertentu tanpa diperintah (praktek tingkat tiga). Adaptasi merupakan praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi tingkat kebenarannya, misalnya ibu dapat memilih dan memasak makanan bergizi untuk bayinya dengan bahan yang mudah didapat dan murah (Notoatmodjo 1997) .

a.Praktek ibu menyusui atau memberi makan bayi Peran keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak menentukan tumbuh kembang. Perilaku ibu dalam menyusui atau memberi makan, cara makan yang sehat, memberi makanan bergizi dan mengontrol besar porsi yang dihabiskan akan meningkatkan status gizi anak.Bayi harus sesegera mungkin disusui setelah lahir. Pemberian kesempatan isap pada bayi akan merangsang proses laktogenesis dan galaktopoisis. Frekuensi menyusui sesuai permintaan bayi yang ditandai dengan bayi menangis atau gelisah dan tiap kali diberikan 510 menit per payudara. Praktek yang baik bila ibu hanya memberi ASI saja sampai umur 6 bulan. Selanjutnya ASI diberikan sampai umur 2 tahun, disamping pemberian MP-ASI, akan menunjang pertumbuhan bayi yang baik (Husaini 2000) . Saat menyusui, sebaiknya ibu dalam posisi duduk atau baring santai, sehingga lambung bayi menempel pada ibu. Ibu memegang belakang bahu bayi dengan leher bayi sedikit teregang. Ibu menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting. Tanda posisi menyusui telah tepat bila bayi terlihat santai dan senang saat menyusu. Bila posisi mengisap tidak benar, puting bisa nyeri dan bayi jadi gelisah .Praktek pemberian makan untuk bayi usia 0-4 bulan cukup diberi ASI, makanan lain tidak diperlukan. Pemberian MP-ASI pada usia 0-4 bulan memberi risiko terkena sakit, seperti diare. Penelitian di Bangladesh menemukan 41% sampel makanan dan 50% sampel air telah terkontaminasi bakteri E.coli . Bayi umur 4-6 bulan di Indonesia sudah mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI yakni buah 1-2 kali dan makanan lunak 1 kali. Saat berumur 6-9 bulan bayi diberi ASI plus buah 1-2 kali dan makanan lembek 2 kali. Umur 9-12 bulan bayi tetap diberi ASI, plus buah 1-2 kali dan makanan lembek 3 kali. Pada anak usia lebih 1 tahun masih tetap diberi ASI plus buah 1-2

kali, makanan pokok dan lauk pauk 4 kali atau lebih (Bahar, B., 2000)

b. Praktek ibu merawat bayi Perawatan dasar terkait dengan aktivitas mencegah bayi jangan sakit. Pencegahan dimaksudkan dengan memberi bayi imunisasi. Oleh sebab itu, dibutuhkan kemauan dan kemampuan ibu membawa bayi diimunisasi di posyandu atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Bayi usia 2 bulan atau lebih tapi kurang dari 14 bulan dan belum imunisasi, dapat diberi imunisasi dengan urutan dan interval pemberian serupa dengan bayi yang diberi imunisasi dengan jadwal tepat. Penanggulangan diare dapat dilakukan oleh ibu dengan cara tetap memberikan ASI dan memberikan larutan gula garam. Jika bayi sudah dikenalkan dengan MP-ASI, maka dapat diberi makanan padat gizi sedikitsedikit tidak merangsang, tetapi sering. Bayi yang menderita diare tidak boleh dipuasakan. Praktek cuci tangan tiap melakukan pekerjaan terkait makanan atau menyusui dan minum air yang telah dimasak, merupakan bentuk praktek perawatan bayi yang dapat mencegah terjadi diare, termasuk usaha mencegah makanan dari gangguan lalat dan kontaminasi lain (Bahar B., 2000).

c.Praktek ibu menjaga kebersihan diri dan bayinya Praktek ibu dari aspek higiene perorangan berhubungan dengan kemampuan ibu untuk menjaga kebersihan diri sendiri dan bayinya, agar tetap segar dan bersih, sehingga dapat tumbuh dengan sehat. Kemampuan ibu membersihkan diri dan bayinya dengan cara mandi dan menggunakan sabun mandi, menjaga kebersihan pakaian ibu dan bayi, membersihkan bagian tubuh bayi, terutama setelah buang air kecil atau buang air besar dan mengganti popok ketika akan tidur malam. praktek higiene pada bayi perlu diperhatikan di daerah lipatan kulit, kebersihan kuku, kebersihan bayi setelah berkemih atau buang air besar dan kebersihan tali pusat, apakah sudah mengering atau ada infeksi (tali pusat pada lazimnya mengering 24 jam dan akan lepas 4-10 hari setelah lahir) , (Bahar, B., 2000) .

2. Alokasi Waktu Ibu Bersama Bayi Pola asuh dengan pendekatan alokasi waktu ibu bersama bayinya adalah total waktu yang dicurahkan ibu dalam kebersamaan, interaksi dan merawat bayinya selama 24 jam terakhir.. Alokasi waktu untuk kegiatan rumah tangga tidak termasuk kegiatan pribadi dan santai atau istirahat yang dilakukan di dalam rumah, karena merupakan waktu yang cukup panjang untuk kegiatan produktif ibu jumlahnya 49,54 jam per minggu atau sekitar 7 jam per

hari. Hal ini dapat diasumsikan bahwa waktu ibu yang dialokasikan untuk merawat anak cukup besar yaitu sekitar 17 jam sehari (Thaha, 1995:73).

Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Pertumbuhan Bayi Engle (1992) menyatakan bahwa ada enam faktor yang berkaitan dengan ibu sebagai perawat bayi dan anak, yaitu 1) kesehatan ibu yang kurang baik atau buruk; 2) pendidikan rendah atau kepercayaan yang salah; 3) kesehatan mental dan kepercayaan diri yang rendah; 4) kurangnya dorongan sosial dari masyarakat, keluarga dan suami; 5) beban kerja ibu besar dan 6) kurangnya sumber daya atau rendahnya kemampuan ibu dalam mengontrol sumber daya yang tersedia. faktor kuat yang mempengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan asuh (p