makalah kejang demam keperawatan anak

32
Untuk Memenuhi Tugas Studi Keperawatan Anak Oleh : KELOMPOK 4 MUHAMMAD ROZIKHIN 201233040 LARAS ANGGRAENY 201233063 VALENTINA DWI GITA 201233051 SEPTYA REFINDA 201233035 TEDDY SETIADI 201233032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KEJANG DEMAM PADA ANAK

Upload: muhammad-rozikhin

Post on 28-Nov-2015

73 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tugas Keperawatan Anak

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

Untuk Memenuhi Tugas Studi Keperawatan Anak

Oleh :

KELOMPOK 4

MUHAMMAD ROZIKHIN 201233040LARAS ANGGRAENY 201233063VALENTINA DWI GITA 201233051SEPTYA REFINDA 201233035TEDDY SETIADI 201233032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGULJAKARTA

2013

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KEJANG DEMAM PADA ANAK

Page 2: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan

rahmat-Nya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Penyakit Kejang

Demam Pada Anak ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Di dalam penyusunan makalah ini, kami merasa bahwa masih banyak

hambatan yang dihadapi, namun berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak, hambatan-hambatan tersebut dapat kami atasi sedikit demi sedikit. Untuk

itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Arief Kusuma, selaku Rektor Universitas Unggul;

2. dr. Idrus Jus’at, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan;

3. Mira Asmirajanti, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan;

4. Nurlaila, S.Kp., M.Kep., selaku Pembimbing dan Penguji;

5. Keluarga tercinta dan seluruh civitas akademika Universitas Esa Unggul.

Di samping itu, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Hal ini dapat diibaratkan “tidak ada gading yang tidak retak”. Oleh

sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam penulisan

makalah ini. Demikian pula halnya kami juga mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat

menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi

makalah ini sepenuhnya menjadi tangung jawab kami dan seberapapun

sederhananya makalah ini, kami harapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak

yang membaca makalah ini.

Jakarta, Desember 2013

Penyusun

Page 3: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara

sebagai mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan

pelepasan listrik serebral yang berlebihan.

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba

yang suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat

sementara.

Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

(suhu rektal di atas 38°c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering

dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh

adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau

virus.

Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang

menyebabkanperubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral

yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.

B. Anatomi Otak & Fisiologi

1. Anatomi

a. Otak

Gambar 1. Otak

Page 4: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena

merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari syaraf

sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang

dibungkus oleh selaput otak yang kuat.

Bagian-bagian otak :

1) Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon yang

terletak di bawah sulkus hipotalamik dan di depan nukleus

interpundenkuler hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan

daerah inti. Terletak pada anterior dan inferior talamus

berfungsi mengontrol dan mengatur sistem syaraf autonom

juga bekerja dengan hipofisis untuk mempertahankan

keeimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh

melalui peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan

mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis,

juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan, sebagai

pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan

pusat respon emosional.

2) Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel

dan aktivitasprimernya sebagai pusat penyambung sensasi bau

yang diterima semua impuls memori, sensasi dan nyeri melalui

bagian ini.

3) Traktus Spinotalamus (serabut-serabut segera menyilang kesisi

yang berlawanan dan masuk ke medulla spinulis dan naik).

Bagian ini bertugas mengirim impuls nyeri dan temperatur ke

talamus dan kortek serebri.

4) Kelenjar Hipofisis dianggap sebagai masker kelenjar karena

sejumlah hormon-hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar

ini. Hipofisis merupakan bagian otak yang tiga kali lebih

sering timbul tumor pada orang dewasa.

5) Hipotesis Termostatik : mengajukan bahwa suhu tubuh diatas

titik tersebut akan menghambat nafsu makan.

Page 5: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

6) Mekanisme Aferen : empat hipotesis utama tentang

mekanisme aferen yang terlibat dalam pengaturan masukan

makanan telah diajukan, dan keempat hipotesis itu tidak ada

hubunganya satu dengan yang lain.

2. Fisiologi

Hipotalamus mempunyai fungsi sebagai pengaturan suhu tubuh

dan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.

a. Pirogen Endogen

Demam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin disebabkan oleh

pelepasan prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan prostaglandin

kedalam hipotalamus menyebabkan demam. Selain itu efek

antipiretik aspirin bekerja langsung pada hipotalamus, dan aspirin

menghambat sintesis prostaglandin.

b. Pengaturan Suhu

Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi

makanan, dan oleh semua proses vital yang berperan dalam metabolisme

basal. Panas dikeluarkan dari tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran)

dan penguapan air disaluran nafas dan kulit. Keseimbangan pembentukan

pengeluaran panas menentukan suhu tubuh, karena kecepatan reaksi-reaksi

kimia bervariasi sesuai dengan suhu dank arena sistem enzim dalam tubuh

memiliki rentang suhu normal yang sempit agar berfungsi optimal, fungsi

tubuh normal bergantung pada suhu yang relatif konstan.

C. Etiologi

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak ,

truma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan

gejala putus alcohol dan gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik

subkutan, sabagian kejang merupakan idiopatuk.

Page 6: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

1. Intrakranial

a. Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik

b. Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau

intra ventricular

c. Infeksi : Bakteri virus dan parasit

d. Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri

2. Ekstra cranial

a. Gangguan metabolik :Hipoglikemia, hipokalsemia,

hipomagnesimia, gangguan elektrolit (Na dan K).

b. Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat

c. Kelainan yang diturunkan: Gangguan metabolism asam amino,

ketergantungan dan kekurangan asam amino.

3. Idiopatik

Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5.

D. Klasifikasi Kejang

Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan

dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang

tonik dan kejang mioklonik.

1. Kejang Tonik

Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat

badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi

dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa

pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan

ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi

tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang

tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap

epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi

selaput otak atau kernikterus.

Page 7: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

2. Kejang Klonik

Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan

pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis

kejang klonik fokal berlangsung 1–3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak

disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik.

Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma

fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.

3. Kejang Mioklonik

Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan

atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan

tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda

kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada

kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.

E. Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak

diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk

metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi

dimana oksigen disediakan dengan peraataraan fungsi paru dan diteruskan ke otak

melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang

melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam

adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane

sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit

dilalui oleh ion natrium (NA+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).

Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,

sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis

dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang

disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan

potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang

terdapat pada permukaan sel.

Page 8: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi

atau aliran listrik dari sekitarnya.

3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada

seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubu,

dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu

tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan

dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion Natrium

melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas

muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke

membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan

terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan

tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang

pada kenaikan suhu tertentu.

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu

38oC pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu

40 oC. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam

lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam

penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan

tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama ( lebih

dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan

oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,

hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerob, hipotensi

arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin

Page 9: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan

metabolisme otak meningkat.

Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya

kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting

adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga

meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan

kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah

mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” di

kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang

demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak

hingga terjadi epilepsi.

F. Manifestasi Klinik

1. Kejang parsial ( fokal, lokal )

a. Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat

mencakup satu atau lebih hal berikut ini :

1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi

Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,

dilatasi pupil.

2) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,

merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.

3) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

4) Kejang tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.

b. Parsial kompleks

1) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai

kejang parsial simpleks.

2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik :

mengecap–ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel

yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.

3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

Page 10: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )

a. Kejang absens

1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.

2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung

kurang dari 15 detik.

3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan

konsentrasi penuh

b. Kejang mioklonik

1) Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot

yang terjadi secara mendadak.

2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila

patologik berupa kedutan-kedutan sinkron dari bahu, leher,

lengan atas dan kaki.

3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam

kelompok

4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.

c. Kejang tonik kronik

1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku

umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang

berlangsung kurang dari 1 menit.

2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.

3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.

4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal.

d. Kejang atonik

1) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan

kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.

2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

Page 11: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

G. Komplikasi

Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada

orang tua, sebagian kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka

panjang, kejang demam tidak mengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan

mental atau kesulitan belajar / ataupun epiksi.

Epilepsi pada anak di artikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam kecil

kemungkinan epilepsi timbul setelah kejng demam. Sekitar 2 – 4 anak kejang

demam dapat menimbulkan epilepsi, tetapi bukan karena kejang demam itu

sendiri kejang pertama kadang dialami oleh anak dengan epilepsi pada saat

mereka mengalami demam. Namun begitu antara 95 – 98 % anak yang mengalami

kejang demam tidak menimbulkan epilepsi.

Komplikasi yang paling umum dari kejang demam adalah adanya kejang

demam berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami kejang berulang jika ,ereka

demam kembali. Sekitar 33% anka akan mengalami kejang berulang jika mereka

demam kembali resiko terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika :

1. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidak

terlalu tinggi.

2. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yang sempit.

3. Ada faktor turunan dari ayah ibunya.

Risiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam

tergantung dari faktor:

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.

2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak

menderita kejang demam.

3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

Namun begitu faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia.

Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar

kemungkinan mengalami kejang berulang.

Page 12: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektroensefalogram ( EEG ) : Untuk membantu menetapkan jenis dan

fokus dari kejang.

2. Pemindaian CT : Menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri

biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan

menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk

memperlihatkan daerah–daerah otak yang tidak jelas terliht bila

menggunakan pemindaian CT.

4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk

mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan

lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak.

5. Uji laboratorium

a. Pungsi lumbal : Menganalisis cairan serebrovaskuler.

b. Hitung darah lengkap : Mengevaluasi trombosit dan hematokrit.

c. Panel elektrolit

d. Skrining toksik dari serum dan urin

e. GDA

f. Kadar kalsium darah

g. Kadar natrium darah

h. Kadar magnesium darah

I. Penatalaksanaan

1. Pengobatan fase akut

Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri

setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus di

perhatikan adalah sebagai berikut:

a. Anak harus di baringkan di tempat yang datar dengan posisi

menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya

tersedak.

Page 13: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

b. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut sianak seperti

sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat

menyumbat jalan nafas.

c. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.

d. Sebagian besar kejang berlangsung singkat & dan tidak

memerlukan penanganan khusus.

e. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera di

bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan

anak untuk di bawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih

berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan

bahwa penanganan lebih baik di lakukan secepat mungkin tanpa

menyatakan batasan menit.

f. Setelah kejang berakhir ( jika < 10 menit ), anak perlu di bawa

menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika

ada kakakuan leher, muntah-muntah yang berat,atau anak terus

tampak lemas.

Jika anak di bawa kefasilitas kesehatan, penanganan yang akan di lakukan

selain point-point di atas adalah sebagai berikut :

1. Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat.

2. Pemberian oksigen melalui face mask.

3. Pemberian diazepam 0.5 mg / kg berat badan per rectal (melalui) atau

jika terpasang selang infuse 0.2 mg / kg per infus.

4. Pengawasan tanda-tanda depresi pernafasan

Jika kejang masih berlanjut :

1. Pemberian diazepam 0.2 mg / kg per infuse diulangi. Jika belum

terpasang selang infus 0.5 mg / kg per rektal.

2. Pengawasan tanda – tanda depresi pernapasan.

3. Pemberian fenobarbital 20 – 30 mg / kg per infuse dalam 30 menit

atau fenitoin 15–40 mg / kg per infuse dalam 30 menit.

Page 14: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

4. Pemberian Fenitoin hendaknya di sertai dengan monitor EKG (rekam

jantung).

J. Pengkajian

Pengkajian Fokus

1. Aktifitas dan istirahat

Gejala : keletihan,kelemahan umum,keterbatasan dalam beraktivitas atau

bekerja yang di timbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau

pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.

Tanda : perubahan tonus atau kekuatan otot, gerakan involunter.

2. Sirkulasi atau kontraksi otot ataupun sekelompok otot

Gejala : Ikfal,hiperfensi,peningkatan nadi,sianosis

Postiktal : tanda-tanda fital normal atau depresi dengan penurunan.

3. Eliminasi nadi dan pernafasan.

Gejala : inkontinensia episodic

Tanda : a. Iktal adalah peningkatan tekanan kandung kemih tonus spingfer

b. postikal adalah otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia

(baik urin atau Fekal).

4. Makanan dan Cairan

Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang

berhubungan efektifitas kejang.

Tanda : kerusakan jaringan atau gigi ( cidera selama kejang).

5. Nyeri atau kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri otot, atau punggung, nyeri abdominal

Tanda : tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot, tingkah

laku distraksi atau gelisah

6. Pernafasan

Gejala : iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat

peningkatan sekresi mucus.

7. Keamanan

Gejala : riwayat terjatuh atau trauma, fraktur

Page 15: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

Tanda : trauma pada jaringan lunak atau ekimosis penurunan kekuatan

atau tonus otot secara menyeluruh.

K. Tumbuh Kembang Anak

Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus,

perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan perkembangan

perilaku/adaptasi sosial.

1. Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus pada tiap tahap perkembangan anak adalah

sebagai berikut:

Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan

hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi, mencoba

memegang dan memasukkan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi

terlepas,memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua

tangan, serta menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar.

2. Perkembangan Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar pada tiap tahap perkembangan anak adalah

sebagai berikut :

Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan

kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar

dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di

pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna,

mengangkat kepala sambil berbaring telentang, berguling dari telentang ke

miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha merangkak.

3. Perkembangan Bahasa

Berikut ini akan disebutkan perkembangan bahasa pada tiap tahap usia

anak.

Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya

kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup,

berseloteh, mengucapkan kata “ooh/aah”, tertawa dan berteriak, mengoceh

spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.

Page 16: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

4. Perkembangan Perilaku /Adaptasi Sosial

Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah

sebagai berikut :

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan

kemampuan mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas

senyum bila diajak tersenyum ; mengenal ibunya dengan penglihatan,

penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pada wajah manusia;

waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga; membentuk

siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh;

membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang

menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang

tak dikenal (asing).

L. Pathways Kejang Demam

Page 17: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

M. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan output berlebihan

(dehidrasi).

3. Risiko terjadi kerusakn sel otak berhubungan dengan kejang.

4. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang.

5. Risiko kurang nutrisi berhubungan dengan anoreksia.

6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya

informasi.

N. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Diagnosa Keperawatan : Potensial terjadi kejang ulang

berhubungan dengan hipertermi

Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan

dengan hiperthermi

Kriteria hasil :

a. Tidak terjadi serangan kejang ulang.

b. Suhu 36,5 – 37,5ºC (bayi), 36 – 37,5ºC (anak)

c. Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)

100-110 x/menit (anak)

d. Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)

24 – 28 x/menit (anak)

e. Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan :

a. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah

menyerap keringat.

Rasional : Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang

ketat dan tidak menyerap keringat.

b. Berikan kompres dingin

Rasional : Perpindahan panas secara konduksi

Page 18: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

c. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)

Rasional : Saat demam kebutuhan akan cairan tubuh

meningkat.

d. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam

Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan

yang akan dilakukan.

e. Batasi aktivitas selama anak panas

Rasional : Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan

meningkatkan panas.

f. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai instruksi.

Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan

sebagai propilaksis

2. Diagnosa Keperawatan : Potensial terjadi trauma fisik berhubungan

dengan kurangnya koordinasi otot

Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

Kriteria Hasil :

a. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

b. Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.

c. Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi

kejang.

Rencana Tindakan :

a. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat

tidur yang rendah.

Rasional : meminimalkan injuri saat kejang

b. Tinggalah bersama klien selama fase kejang.

Rasional : meningkatkan keamanan klien.

c. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.

Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.

d. Letakkan klien di tempat yang lembut.

Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada

Page 19: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang.

e. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.

Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang

terganggu.

f. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang

Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

3. Diagnosa Keperawatan / Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga

sehubungan keterbataaan informasi

Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit

anaknya.

Kriteria hasil :

a. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.

b. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

c. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

Rencana Tindakan :

a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang

dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.

b. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang

demam

Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat

membantu menambah wawasan keluarga.

c. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.

Rasional : Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan

perawatan

d. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang

dan mencegah kejang demam, antara lain :

1) Jangan panik saat kejang

2) Baringkan anak ditempat rata dan lembut.

3) Kepala dimiringkan.

Page 20: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

4) Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang

basah, lalu dimasukkan ke mulut.

5) Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera

minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.

6) Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan

beri banyak minum

7) Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.

Rasional : Sebagai upaya alih informasi dan mendidik

keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.

e. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun

panas, bila anak panas.

Rasional : Mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan

serangan kejang ulang.

f. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit

infeksi dengan menghindari orang atau teman yang menderita

penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.

Rasional : Sebagai upaya preventif serangan ulang

g. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi

agar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa

anaknya pernah menderita kejang demam.

Rasional : Imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang

dapat menyebabkan kejang demam

Page 21: Makalah Kejang Demam Keperawatan Anak

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing, SM. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak.

Jakarta: Gaya Baru

Lynda, Juall C. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:

EGC

Marilyn, E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Matondang, Corry S. 2000. Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi ke 2. Jakarta:

Sagung Seto

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Rendle, John. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi ke 6. Jakarta: Binapura Aksara

Santosa, NI. 1989. Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan). Jakarta: DEPKES

RI

Santosa, NI. 1993. Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta:

DEPKES RI

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Suharso, Darto. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: F.K.

Universitas Airlangga Surabaya

Sumijati, M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang

Lazim Terjadi Pada Anak. Surabaya: PERKANI

Wahidiyat, Iskandar. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta: Info Medika