makalah katarak kel 9

37
ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III OLEH : KELOMPOK 9 LISTIA PUJI R G1D009052 GUSTOMO RIDHO M. G1D009053 DIDI IRAWAN G1D009054 DIANA AGUS R G1D009055 NAOMI FETTY S G1D009056 YUNIKO FEBBY H F G1D009057 SENJA PARAMITA G1D009058 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Upload: mojang-cenat-cenut

Post on 07-Aug-2015

1.665 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Katarak Kel 9

ASUHAN KEPERAWATAN

KATARAK

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah

Keperawatan Medikal Bedah III

OLEH :

KELOMPOK 9

LISTIA PUJI R G1D009052

GUSTOMO RIDHO M. G1D009053

DIDI IRAWAN G1D009054

DIANA AGUS R G1D009055

NAOMI FETTY S G1D009056

YUNIKO FEBBY H F G1D009057

SENJA PARAMITA G1D009058

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: Makalah Katarak Kel 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-

Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Asuhan

Keperawatan Mata Katarak. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada

junjungan Nabi Besar Muhammad SAW., beserta keluarga dan sahabat beliau.

Makalah ini diajukan kepada dosen pengampu mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah III untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah tersebut. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dukungan dan kerjasama yang baik

dengan berbagai pihak, maka akan sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan

penulisan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena

kekurangan dan keterbatasan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan. Dan akhirnya semoga makalah ini

bermanfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang konsern dalam pendidikan

keperawatan.

Purwokerto, Desember 2012

Penulis

Page 3: Makalah Katarak Kel 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak merupakan salah satu penyakit yang menyerang mata yang

merupakan salah satu jenis penyakit mata tenang visus menurun perlahan.

Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,

atau akibat keduanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif

(Mansjoer dkk, 2008).

Kata katarak berasal dari bahasa Latin, cataracta, atau dalam bahasa

Yunani, kataraktes, yang berarti terjun seperti air. Istilah ini dipakai orang

Arab sebab orang-orang dengan kelainan ini mempunyai penglihatan yang

seolah-olah terhalang oleh air terjun (American Academy Ophtalmology, Lens

and Cataract. Basic and clinical Science Course, Section, 2006)

Katarak dapat menimbulkan gangguan penglihatan seperti penglihatan

kabur, penglihatan bagian sentral hilang sampai menjadi buta setelah 10-20

tahun dari mulai terjadinya kekeruhan lensa (Kupler, 1984).

WHO memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia,

dimana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Angka kebutaan di Indonesia

tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara (Depkes

RI, 2003).

Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-

1996 menunjukkan bahwa angka kebutaan sebesar 1,5% 5. Penyebab

kebutaan adalah katarak sebesar 0,78%, glaucoma 0,2%, kelainan refraksi

sebesar 0,14%, dan penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia

sebesar 0,38%. Jumlah buta katarak di Indonesia, terdapat 16% buta katarak

pada usia produktif (40-54 tahun), pada hal sebagai penyakit degenerative

buta katarak umumnya terjadi pada usia lanjut (Depkes RI, 2003).

Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga – Survei Kesehatan

Nasional (SKRT – SUSENAS) tahun 2001, prevalensi katarak di Indonesia

sebesar 4,99%. Prevalensi katarak Jawa Bali sebesar 5,48% lebih tinggi

Page 4: Makalah Katarak Kel 9

dibandingkan dengan daerah Indonesia lainnya. Prevalensi katarak di daerah

perdesaan 6,29% lebih tinggi jika dibandingkan daerah perkotaan 4,5%

(Depkes RI, 2004).

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003, umlah katarak di

Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut yang

pada tahun 2000 diperkirakan sebesar 15,3 juta (7,4% dari total penduduk).

Jumlah ini cenderung akan bertambah besar dengan meningkatnya penduduk

Indonesia (pada tahun 2025 terjadi peningkatan sebesar 414% dibandingkan

dengan penduduk tahun 1990).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apa definisi, etiologi dan faktor pencetus, tanda dan gejala, patofisologi

dan pathway, penatalaksanaan medis, komplikasi klinis, pemeriksaan

penunjang dan laboratorium pada katarak?

2. Bagaimana asuhan keperawatan dengan katarak?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penyusunan makalah ini, secara umum bertujuan untuk mengetahui

konsep dasar penyakit katarak dan asuhan keperawatan yang dapat

ditegakkan pada klien dengan katarak.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi definisi, etiologi dan faktor pencetus, tanda dan gejala,

patofisologi dan pathway, penatalaksanaan medis, komplikasi klinis,

pemeriksaan penunjang dan laboratorium pada katarak.

b. Mengidentifikasi pengkajian yang perlu dilakukan pada klien dengan

katarak.

c. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

klien dengan katarak.

Page 5: Makalah Katarak Kel 9

d. Mengidentifikasi intervensi keperawatahn secara umum yang dapat

diterapkan pada klien dengan katarak.

D. Manfaat

Manfaat penyusunan makalah ini adalah memperoleh pengetahuan

tentang definisi, etiologi dan faktor pencetus, tanda dan gejala, patofisologi

dan pathway, penatalaksanaan medis, komplikasi klinis, pemeriksaan

penunjang dan laboratorium pada katarak. Selain itu, pengetahuan tersebut

nantinya dapat diterapkan secara tepat dalam memberikan penanganan

katarak pada klien dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien

klien katarak dengan tepat.

Page 6: Makalah Katarak Kel 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Katarak merupakan salah satu penyakit yang menyerang mata yang

merupakan salah satu jenis penyakit mata tenang visus menurun perlahan.

Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,

atau akibat keduanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif

(Mansjoer dkk, 2008).

Kata katarak berasal dari bahasa Latin, cataracta, atau dalam bahasa

Yunani, kataraktes, yang berarti terjun seperti air. Istilah ini dipakai orang

Arab sebab orang-orang dengan kelainan ini mempunyai penglihatan yang

seolah-olah terhalang oleh air terjun (American Academy Ophtalmology, Lens

and Cataract. Basic and clinical Science Course, Section, 2006).

Menurut Kadek dan Darmadi (2007) katarak adalah kekeruhan lensa

mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada

retina . Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara

bertahap (Springhouse Co). Derajat disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak

dipengaruhi oleh lokasi dan densitas keburaman . Intervensi diindikasikan

jika visus menurun sampai batas klien tidak dapat menerima perubahan dan

merugikan atau mempengaruhi gaya hidup klien (yaitu visus 5/15). Katarak

biasanya mempengaruhi kedua mata tetapi masing-masing berkembang

secara independen . perkecualian ,katarak traumatic bisanya unilateral dan

katarak congenital biasanya stasioner.

Tindakan operasi mengembalikan pandangan mata kurang lebih

95% klien (Springhouse Co). Tanpa pembedahan , katarak yang terjadi dapat

menyebabkan kehilangan pandangan komplet. Katarak terbagi menjadi jenis

menurut perkembangan (katarak congenital) dan menurut proses degenerative

( katarak primer dan katarak komplikata).

Page 7: Makalah Katarak Kel 9

1. Katarak Kongenital

Katarak congenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada

saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir.

Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

menderita rubella, DM, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemia.

Ada pula yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti

mikroftalmus, aniridia, koloboma,keratokonus, ektopia leentis,

megalokornea, hetekronia iris. Kekeruhan dapat dijumpai dalam bentuk

arteri hialoidea yang persisten, katarak Polaris anterior, posterior, katarak

aksialis, katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis dan katarak

kongenita membranasea.

2. Katarak Primer

Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu atarak

juvenilis (umur <20 tahun), katarak senilis (umur >50 tahun ). Katarak

primer dibagi menjadi empat stadium :

1) Stadium Insipien

Jenis katarak ini adalah stadium paling dini . Visus belum

terganggu , dengan koreksi masih bisa 5/5 -6/6. Kekeruha terutama

terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda.

2) Stadium Imatur

Kekeruhan sebelum mengenai seluruh lapisan lensa , terutama

terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nucleus lensa .

Shadow test posotif . Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang

menyebabkan lensa menjadi cembung sehingga indeks refraksi

berubah dan mata menjadi miopa. Keadaan ini disebut intumesensi.

Cembungnya lensa akan mendorong iris kedepan, menyebabkan sudut

bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi

glaucoma.

3) Stadium Matur

Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan

berukuran normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya

Page 8: Makalah Katarak Kel 9

sehingga semua sinar yang masuk pipil dipantulkan kembali. Shadow

tes negative .Di pupil tampak lensa seperti mutiara.

4) Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)

Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus

lensa turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nucleus terbayang

sebagai setengah lingkaran dibgian bawah dengan warna berbeda dari

yang diatasnya yaitu kecoklatan .Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul

lensa yang menjadi lebih permeable sehingga isi korteks dapat keluar

dan lensa menjadi kempis yang dibawahnya terdapat nucleus

lensa.Keadaan ini disebut katarak morgani.

(Carpenito dan Lynda, 2000)

3. Komplikasi katarak

Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagian komplikasi dari

penyakit lain . Penyebab katarak jenis ini adalah :

a. Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaucoma, ablasio

retina yang sudah lama , uveitis, myopia maligna.

b. Penyakit siskemik , DM, hipoparatiroid, sindromdown, dermatritis

atopic.

c. Trauma , trauma tumpul, pukulan , benda asing didalam mata terpajan

panasa yang berlebihan , sinar X , radio aktif, terpajan sinar matahari,

toksik kimia.

(Ilyas, 2005)

B. PATOFISIOLOGI

Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Lensa yang

normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti

kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung

tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada

korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan

posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna

menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri

di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan

bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju (Ilyas, 2008).

Page 9: Makalah Katarak Kel 9

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang

memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia

dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan

pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam

lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu

transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran

dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan

bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita

katarak (Ilyas, 2008).

Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma

atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan

yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak

meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin

antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama (Guyton, 1997).

Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen,penurunan

air,peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut

menjadi tidak larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan

air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan

densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serta lensa yang lebih tua. Saat

serat lensa yang baru diproduksi dikorteks,serat lensa ditekan menuju sentral.

Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hinlangnya transparansi

lensa yang tidak terasanyeri dan sering bilateral (Ilyas, 2005).

Selain itu berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan

metabolism pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini , menyebabkan

perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada

akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang

diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk

memalui kornea yang dihalangi oleh lensa yang keruh atau huram. Kondisi

ini memburamkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibat otak

mengiterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang

Page 10: Makalah Katarak Kel 9

tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning ,

bahkan menjadi coklat atau hitam dank lien mengalami kesulitan dalam

membedakan warna (Mansjoer, 2008).

Page 11: Makalah Katarak Kel 9

PATHWAY

Usia lanjut dan proses penuaan

Congenital atau bisa diturunkan.

Cedera mata Penyakit metabolik (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier kesekitar

daerah lensa)

Hilangnya tranparansi lensa

Perubahan kimia dlm protein lensa

koagulasi

mengabutkan pandangan

Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa

Usia meningkat

Penurunan enzim menurun

Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri

prosedur invasive

pengangkatan katarak

Resiko tinggi

terhadap infeksi

Kurang terpapar

terhadap

informasi tentang

prosedur

tindakan

pembedahan

Ansietas

Gangguan penerimaan

sensori/status organ indera

Menurunnya ketajaman

penglihatan

Gangguan persepsi sensori-

perseptual penglihata

n

Defisit perawata

n diri

Resiko Cedera

Tidak mengenal sumber

informasi

Kurang pengetahuan

Page 12: Makalah Katarak Kel 9

C. TANDA DAN GEJALA

Menurut Priska tahun 2008, latarak biasanya tumbuh secara perlahan

dan tidak menyebabkan rasa sakit. Pada tahap awal kondisi ini hanya akan

mempengaruhi sebagian kecil bagian dari lensa mata anda dan mungkin saja

tidak akan mempengaruhi pandangan. Saat katarak tumbuh lebih besar maka

noda putih akan mulai menutupi lensa mata dan mengganggu masuknya

cahaya ke mata. Pada akhirnya pandangan mata akan kabur dan mengalami

distorsi. Berikut adalah tanda dan gejala yang terdapat pada penyakit katarak:

1. Pandangan mata yang kabur, suram atau seperti ada bayangan awan atau

asap. Noda putih yang semakin berkembang akan mengalami pandangan

mata menjadi kabur, objek terhadap suatu benda menjadi sulit untuk

dikenali bahkan tak dapat membedakan warna cahaya.

2. Sulit melihat pada malam hari. Penderita penyakit mata apapun akan

merasa kesulitan ketika melihat suatu objek atau cahaya pada malam

hari, hal ini dikarenakan lensa mata akan membaca kefokusan objek yang

diterima oleh lensa mata.

3. Sensitif pada cahaya. Penderita mata katarak akan merasa sensitif pada

intensitas cahaya yang diterima oleh lensa mata, mata menjadi sensitif

karena ketidakmampuan retina menerima cahaya dan lensa mata tidak

dapat memfokuskan cahaya untuk dikirim ke retina.

4. Terdapat lingkaran cahaya saat memandang sinar. Pada saat lensa mata

memandang atau menangkap cahaya atau sinar, lensa mata hanya mampu

menangkap sinar seperti sebuah lingkaran.

5. Membutuhkan cahaya terang untuk membaca atau ketika beraktifitas

Penderita katarak sangat membutuhkan pencahayaan yang cukup terang

ketika melakukan berbagai aktivitas.

6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena ketidaknyamanan

tersebut. Penderita katarak yang menggunakan alat bantu untuk membaca

dan melihat, cenderung lebih sering mengganti kacamata atau kontak

lensa karena faktor ketidaknyamanan seperti ketika dirasa mata tidak lagi

dapat melihat atau menangkap suatu objek benda atau cahaya sekalipun,

Page 13: Makalah Katarak Kel 9

penderita katarak mampu mengganti kacamata atau kontak lensa 2x

dalam sebulan.

7. Warna memudar atau cenderung menguning saat melihat. Penderita

katarak hanya mampu melihat dan menangkap cahaya seperti sebuah

lingkaran, namun lama-kelamaan akan memudar karena urat syaraf retina

akan menguning jika melihat suatu objek benda terlalu lama.

8. Pandangan ganda jika melihat dengan satu mata. Penderita katarak tidak

membahayakan fisik jika diketahui sejak dini dan belum memasuki

stadium yang semakin parah. Jika dalam kondisi yang parah, penderita

katarak akan merasakan rasa nyeri di sekeliling mata, sering sakit kepala,

kemudian terjadi peradangan. Kemudian objek atau cahaya yang

ditangkap seperti berbayang jika katarak yang diderita hanya sebelah.

9. penyebab katarak itu terjadi, yakni seiring bertambahnya usia tingkat

kesehatan suatu tubuh akan semakin menurun tak terkecuali mata, karena

mata merupakan organ terpenting dari segala organ tubuh yang bekerja

maksimal terkadang waktu istirahat yang dibutuhkan oleh mata

berkurang, sehingga ketebalan, kejernihan, tingkat kefokusan pun

semakin menurun. Lensa mata terdiri dari air dan serat protein. Tingkat

usia juga mempengaruhi kondisi mata seseorang, mulai dari perubahan

warna pada lensa mata, struktur mata, protein dan vitamin mata semakin

berkurang dan menurun. Beberapa serat protein akan menggumpal dan

menyebabkan noda pada lensa mata.

D. PENATALAKSANAAN MEDIS

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat

sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka

penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka

yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.

Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yangterbaik yang dapat

dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang

mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen

Page 14: Makalah Katarak Kel 9

posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit

retina atau saraf optikus, seperti diabetes dan glaukoma (Priska, 2008).

1. Bedah Katarak Senil.

Bedah katarak senil dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa

intrakapsular dan ekstraksi lensa ekstrakapsular menurut Priska tahun 2008

adalah sebagai berikut:

a) Ekstraksi lensa intrakapsular

Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum

dilakukan pada katarak senil. Lensa dikeluarkan berama-sama dengan

kapsul lensanya dengan memutus zonula Zinn yang telah pula

mengalami degenerasi.

Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan dengan

urutan berikut :

1. Dibuat flep konjungtiva dari jam 9.00 sampai 3.00 melalui jam 12.

2. Dilakukan fungsi bilik mata depan dengan pisau.

3. Luka kornea diperlebar seluas 1600

4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaucoma blokade pupil pasca

bedah.

5. Dibuat jahitan korneosklera.

6. Lensa dikeluarkan dengan krio.

7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah.

8. Flep konjungtifa dijahit.

Faktor yang mempersulit saat pembedahan yang dapat terjadi

adalah pecahnya kapsul lensa sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan

bersama-sama kapsulnya. Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa

ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul posterior akan tertinggal.

Selain itu, prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan juga dapat

mempersulit pembedahan.

Bedah ekstraksi lensa intrakapsular saat ini sudah jarang

digunakan, namun masih dikenal pada negera dengan ekonomi rendah

karena dianggap merupakan teknik yang masih baik untuk

mengeluarkan lensa keruh yang mengganggu penglihatan dengan

Page 15: Makalah Katarak Kel 9

ongkos rendah. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebih besar lagi

dibandingkan dengan teknik ekstrakapsuler. Pada teknik ini, ahli

bedah akan mengeluarkan lensa mata beserta selubungnya. Berbeda

dengan kedua teknik sebelumnya, pemasangan lensa mata buatan pada

teknik pembedahan intrakapsuler bukan pada tempat lensa mata

sebelumnya, tapi ditempat lain yaitu di depan iris. Teknik ini sudah

jarang digunakan. Walaupun demikian, masih dilakukan pada kasus

trauma mata yang berat

b) Ekstraksi Lensa Ekstrakapsular

Pada ekstraksi lensa kapsuler dilakukan tindakan sebagai berikut :

a. Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat

dari jam 10.00 – 14.00

b. Dibuat pungsi bilik mata depan.

c. Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior.

d. Dibuat luka dari jam 10 sampai jam 2.

e. Nucleus lensa dikeluarkan.

f. Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul

posterior saja.

g. Luka kornea dijahit.

h. Flep konjungtifa dijahit.

Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang

akan membuat katarak sekunder. Cara ini umumnya dilakukan pada

katarak yang sudah parah, dimana lensa mata sangat keruh sehingga

sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga

dilakukan pada tempat-tempat dimana teknologi fakoemulsifikasi

tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebih lebar,

karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa

dikeluarkan, lensa buatan dipasang untuk menggantikan lensa asli,

tepat di posisi semula. Teknik ini membutuhkan penjahitan untuk

menutup luka. Selain itu perlu penyuntikan obat pemati rasa di sekitar

mata.

Page 16: Makalah Katarak Kel 9

2. Fakoemulsifikasi

Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi katarak

modern menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi, dengan sayatan 3 mm

pada sisi kornea. Fakoemulsifikasi adalah tehnik operasi katarak terkini.

Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di

kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak,

selanjutnya mesin phaco akan menyedot massa katarak yang telah hancur

tersebut sampai bersih. Sebuah lensa Intra Ocular (IOL) yang dapat dilipat

dimasukkan melalui irisan tersebut. Untuk lensa lipat (foldable lens)

membutuhkan insisi sekitar 2.8 mm, sedangkan untuk lensa tidak lipat

insisi sekitar 6 mm. Karena insisi yang kecil untuk foldable lens, maka

tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang

memungkinkan dengan cepat kembali melakukan aktifitas sehari-hari

Prisla (2008).

Indikasi teknik fakoemulsifikasi berupa calon terbaik pasien muda

dibawah 40-50 tahun, tidak mempunyai penyakit endotel, bilik mata

dalam, pupil dapat dilebarkan hingga 7 mm. Kontraindikasinya berupa

tidak terdapat hal – hal salah satu diatas, luksasi atau subluksasi lensa.

Prosedurnya dengan getaran yang terkendali sehingga insiden prolaps

menurun. Insisi yang dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya astigmat

berkurang dan edema dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca bedahnya

cepat, waktu operasi yang relatif labih cepat, mudah dilakukan pada

katarak hipermatur. Tekanan intraokuler yang terkontrol sehingga prolaps

iris, perdarahan ekspulsif jarang. Kerugiannya berupa dapat terjadinya

katarak sekunder sama seperti pada teknik Ekstra Kapsuler, sukar

dipelajari oleh pemula, alat yang mahal, pupil harus terus dipertahankan

lebar, endotel ’loss’ yang besar. Penyulit berat saat melatih keterampilan

berupa trauma kornea, trauma iris, dislokasi lensa kebelakang, prolaps

badan kaca. Penyulit pasca bedah berupa edema kornea, katarak sekunder,

sinekia posterior, ablasio retina (Tana, 2006).

Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah

pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang

Page 17: Makalah Katarak Kel 9

bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah

infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama

beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep.

Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan

pelindung mata sampai luka pembedahan sembuh.Untuk mencegah

astigmat pasa bedah Ekstra Kapsuler, maka luka dapat diperkecil dengan

tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan fako ini lensa yang

katarak di fragmentasi dan diaspirasi (Tana, 2006).

3. SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang

merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih

menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.

Adapun penatalaksanaan pada saat post operasi antara lain :

1. Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan

diperbolehkan:

Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama.

Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi

2. Tidak diperbolehkan membungkuk pada wastafel atau bak mandi;

condongkan sedikit kepala ke belakang saat mencuci rambut. Hindari

memakai sabun mendekati mata

3. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan

kacamata pada siang hari.

4. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang tidak

dioperasi, dan tidak diperbolehkan telungkup.

5. Aktivitas dengan duduk.

6. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan.

7. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai dihindari (paling

tidak selama 1 minggu). Dianjurkan untuk melipat lututdan punggung

tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai

8. Hindari menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup, mengejan saat

defekasi, batuk, bersin, dan muntah

Page 18: Makalah Katarak Kel 9

(American Academy Ophtalmology, Lens and Cataract. Basic and clinical

Science Course, Section, 2006)

E. KOMPLIKASI KLINIS

1. Glaucoma

2. Uveitis

3. Kerusakan endotel kornea

4. Sumbatan pupil

5. Edema macula sistosoid

6. Endoftalmitis

7. Fistula luka operasi

8. Pelepasan koroid

9. Bleeding (Ilyas, 2008)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Diagnostik

Keratometri

Pemeriksaan lampu slit

Oftalmoskopi

Ct - scan ultrasauna (echografi)

Perhitungan sel endotel penting untuk falkoemulsifikasi dan implantasi

Olkamoskopi tidak langsung menunjukan area gelap di reflek merah

yang normalnya homogen.

Pemeriksaan slip lamp memastikan diagnosis kekeruhan lensa.

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :

a. Identitas

Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai

identitas pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah

terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak

juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil

terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis

terjadi pada usia > 40 tahun.

Page 19: Makalah Katarak Kel 9

b. Riwayat penyakit sekarang

Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi

pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.

c. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,

hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya

memicu resiko katarak.

d. Aktifitas istirahat

Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas

biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.

e. Neurosensori

Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan

kabur / tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan

bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat

atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak

lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata,

pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut).

Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu

pada pupil ( katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan

kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata).

f. Nyeri / kenyamanan

Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-

tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.

g. Pembelajaran / pengajaran

Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat

keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji

riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan

vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan

pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

2. Diagnosa

Pre operasi :

Page 20: Makalah Katarak Kel 9

a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan

gangguan penerimaan sensori/status organ indera.

b. Kurang pengetahuan berhubungan tentang prognosis, pengobatan

berhubungan dengan kurang terpajan informasi, keterbatasan kognitif.

c. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / rencana tindakan

pembedahan.

d. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan

– kehilangan vitreus, pandangan kabur.

Post operasi :

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi.

b. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan

dengan kurang terpajan informasi, keterbatasan kognitif.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan penglihatan

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi

jaringan tubuh.

e. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan

– kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.

3. Rencana keperawatan

BAB III

PENUTUP

Page 21: Makalah Katarak Kel 9

1. Kesimpulan

Katarak merupakan gangguan pada lensa mata akibat dari hidrasi lensa

atau denaturasi protein ataupun keduanya yang berjalan secara progresif.

Katarak ini sering mengenai pada orang-orang usia produktif dan juga pada

orang yang sudah lanjut usia, hal ini mungkin terjadi karena kurangnya

pengetahuan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak

seperti terkena pajanan sinar radiasi secara langsung dan berkala, trauma,

penyakit sistemik, adanya zat pathogen yang menginvasi dan juga kurangnya

pengetahuan terhadap bagaimana cara mencegahnya.

2. Saran

1. Tenaga kesehatan

Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang

katarak dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita

memberikan informasi atau health education mengenai katarak kepada

para lansia yang utama.

2. Pemerintah

Untuk mengurangi angka kebutaan yang diakibatkan katarak, pemerintah

sudah mencanangkan program vision 2020 untuk menanggulangi kebutaan

di Indonesia. Dengan terus berputarnya waktu diharapkan pemerintah bisa

mempercepat program tersebut dengan pertimbangan semakin

meningkatnya kebutaan yang diakibatkan karena katarak.

3. Masyarakat

Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya

katarak dan meningkatkan pola hidup yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: Makalah Katarak Kel 9

American Academy Ophtalmology, Lens, And Cataract, Basis And Clinical

Science Course, Section 11. 2005-2006. Sanfransisco: p 21-32, 96-37,

153-154.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek

Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Departmen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Rencana Strategis Nasional

Penanggunalangan Gangguan Penglohatan dan Kebutaan (PGPK) untuk

mencapai Vision 2020. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Khusus dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Gangguan Kesehatan Indera

Penglihatan dan Pendengaran. Analisis Data Morbiditas-Disabilitas,

SKRT-SURKRSNAS 2001. Sekretariat SURKESNAS: Direktorat Jenderal

Bina Kesehatan Khusus dan Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan

Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Ilyas, S. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI

Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edition. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Kadek dan S. Darmadi. 2007. Gejala rubela bawaan (kongenital) berdasarkan

pemeriksaan serologis dan RNA virus. Surabaya RSUD Soetomo:

Indonesian Journal of Clonical Pathology and Medical Laboratory Vol. 13

No.2

Kupfer, C. 1984. the consequest of cataract: a global challenge. UK: Trans

Ophtalmol Soc.

Mansjoer, Arif., et al. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media

Aesculapius

Priska, Dewi Kusuma. 2008. Perbedaan Tajam Penglihatan Pasca Operasi

Katarak Senilis di RSUP dr. Kariadi Semarang Periode 1 Januari 2007 –

Page 23: Makalah Katarak Kel 9

31 Desember 2007. Semarang: eprint.undip.ac.id di akses pada tanggal 10

Desember 2012.

Tana, Lusianawaty. 2006. Faktor resiko dan upaya pencegahan katarak pada

kelompok pekerja. Jakarta: Puslitbang pemberantasan penyakit, Badan

Litbangkes Depkes RI. Media Litbang Kesehatan Vol XVI Nomot 1 Tahun

2006.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: Makalah Katarak Kel 9

American Academy Ophtalmology, Lens, and Cataract, Basis and Clinical

Science Course, Section 11. 2005-2006. Sanfransisco: p 21-32, 96-37,

153-154.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek

Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Departmen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Rencana Strategis Nasional

Penanggunalangan Gangguan Penglohatan dan Kebutaan (PGPK) untuk

mencapai Vision 2020. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Khusus dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Gangguan Kesehatan Indera

Penglihatan dan Pendengaran. Analisis Data Morbiditas-Disabilitas,

SKRT-SURKRSNAS 2001. Sekretariat SURKESNAS: Direktorat Jenderal

Bina Kesehatan Khusus dan Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan

Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Ilyas, S. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI

Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edition. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Kupfer, C. 1984. The Consequest of Cataract: a Global Challenge. UK: Trans

Ophtalmol Soc.

Mansjoer, Arif., et al. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media

Aesculapius

http://mypotik.blogspot.com/2010/08/penyakit-katarak.html

Page 25: Makalah Katarak Kel 9