makalah kardiovaskuler
Embed Size (px)
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT

Makalah
Anatomi fisiologi dan pengkajian fisik
kardiovaskuler
Di susun oleh :
Idza Amruhu rochim 1411012001
Afton yazid A 1411012005
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2014-2015

Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena hanya dengan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Anatomi fisiologi dan pengkajian fisik kardiovaskuler” dapat kami
selesaikan dengan baik sebagai persyaratan Akademik untuk memenuhi nilai pada
mata kuliah Sistem Kardiovaskuler pada Program Studi S1 Keperawatan di
Universitas Muhammadiyah Jember.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bpk Cipto susilo S.Pd., S. K. selaku pengajar dimata kuliah system
kardiovaskuler dan pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan tekun dan sabar dalam penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan
dan do’a untuk keberhasilan ini.
3. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jember yang telah bekerja keras dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat kami harapkan.
Dan semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca
serta perkembangan ilmu keperawatan pada umumnya.
Jember, 2014
Penulis

DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan
BAB II Pembahasan
A. Anatomi jantung
B. Curah Jantung
C. Denyut Jantung dan Daya Pompa Jantung
D. Siklus peredaran darah
E. engkajian/pemeriksaan fisik
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas
proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem
ini terdiri dari organ penggerak yangdisebut jantung, dan sistem saluran
yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang
mengalirkan darah menuju jantung. Jantung manusia merupakan jantung
berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan
organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagiantubuh.
Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan
tangan,terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu
selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk
mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang
melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung
berkontraksi secara periodik.Otot jantung berkontraksi terus menerus
tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantungmanusia merupakan
kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsangdari
otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.
B. Tujuan
1. Mengetahui lebih detil tentang letak anatomi jantung dan bagian-
bagian jantung
2. Mengetahui system vaskuler pada jantung
3. Mengetahui pengakajian pada pemeriksaan fisik jantung

BAB II
Pembahasan
A. Anatomi jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan
dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak)
miring ke sebalah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Letak jantung di
dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior). Sebelah
kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan
pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan IV dua jari di
papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang
disebut iktus kordis.(Pearce. Evelyn.C.2006)
Adapun selaput yang mengitari jantung di sebut pericardium, yang
terdiri atas dua lapis :

- Pericardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan selaput paru
- Pericardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu
sendiri, yang juga disebut epikardium
Diantara kedua lapisan selaput tersebut, terdapat sedikit cairan pelumas
yang berfungsi mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung
saat memompa. Cairan ini disebut cairan pericardium.(Heni dan
Elly.2001)
1. Struktur jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
a. Lapisan luar disebut epikardium atau pericardium viseralis
b. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium
c. Lapisan dalam disebut endokardium
2. Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis
disebut atrium(serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut
ventrikel (bilik).

a. Atrium
Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan
(reservoir) darah yang rendah oksigen dari seluruh
tubuh. Darah darah tersebut mengalir melalui vena kava
superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang
berasal dari jantung sendiri. Kemudian kemudian darah
di pompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke
paru.
Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen
dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis.
Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri, dan
selanjutnya keseluruh tubuh melalui aorta
Kedua atrium tersebut dipisahkan oleh sekat, yang disebut
septum atrium.
b. Ventrikel
Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot
yang disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang
disebut muskulus papilaris. Ujung muskulus papilaris
dihubungkan dengan tepi daun katup antrioventrikuler oleh
serat-serat yang disebut korda tendinae.
Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis
Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan
dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
ventrikel. (Heni dan Elly.2001)
3. Katup-katup Jantung

a. Katup atrioventrikuler
Katup yang memisahkan atrium dan ventrikel. Katup yang
terletak diantara atrum kanan dan ventrikel kanan mempunyai
tiga buah daun katup disebut katup Trikuspidalis. Sedangkan
katup mitral atau bikuspidalisn( dua kuspis ) terletak diatrium
dan ventrikel kiri. (Heni dan Elly.2001)
Normalnya, ketika ventrikel berkontraksi, tekanan ventrikel
akan mendorong daun-daun katup atrioventrikularis ke atas ke
rongga atrium. Jika terdapat tekanan cukup kuat untuk
mendesak katup, darah akan disemburkan ke belakang dari
ventrikel ke atrium. Oto papilaris dan korda tendinea
bertanggung jawab menjaga aliran darah tetap menuju ke satu
arah melalui katup atrioventrikularis. Otot papilaris adalah
bundle otot yang terletak disisi dinding ventrikel. Korda
tendinea adalah pita fibrosa yang memanjang dari otot papilaris
ke tepi bilah katup, berfungsi menarik tepi bebas katup dinding
ventrikel. Kontraksi otot papilaris mengakibatkan korda
tendineamenjadi tegang. Hal ini menjaga daun katup menutup
selama sistolik, mencegah aliran balik darah. Otot papilaris dan
korda tendinea hanya terdapat pada katup mitral dan
trikuspidalis dan tidak terdapat di katup semilunaris.(Smeltzer,
Brenda G.Bare.2002)

b. Katup semilunaris
Katup semilunaris terletak diantara tiap ventrikel dan arteri
yang bersangkutan. Katup pulmonal : terletak pada arteri
pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan,
katup antara ventrikel kiri dan aorta dinamakan : katup aorta.
Katup seminularis normalnya di bagi tiga kuspisyang simetris
disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan dengan
sebuah cincin serabut, yang berfungsi dengan baik tanpa otot
papilaris atau korda tendinea. Tidak terdapat katup antara vena-
vena besar dengan atrium. (Smeltzer, Brenda G.Bare.2002)
Adanya katup semilunaris memungkinkan darah mengalir
dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta
selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu
diastole ventrikel. Pembukaan katup terjadi pada waktu
masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan
ventrikel lebih tinggi dari pada tekanan di dalam pembuluh
arteri. Disebalah atas daun katup aorta terdapat tiga buah
penonjolan dinding aorta, yaitu disebut “sinus valsava”. Muara
arteri koronaria terletak pada tonjolan-tonjolan ini. Sinus-sinus

tersebut berfungsi melindungi muara koroner dari penyumbatan
oleh daun katup pada waktu aorta terbuka. (Heni dan
Elly.2001)
4. Pembuluh Darah
a. Arteri
Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah ke seluruh bagian tubuh dan alat tubuh. Arteri
koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolism tinggi terhadap oksigen dan
nutrisi. Jantung menggunakan 70% Sampai 80% oksigen yang
dihantarkan melalui arteri koronaria
Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang besar, yaitu: ramus
desenden anterior dan ramus sirkumpleks, arteri ini melingkari
jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu: sulkus
antrioventrikuler yang melingkari jantung di antara atrium dan
ventrikuler, dan sulkus interventrikuler yang memisahkan
kedua ventrikuler. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian
permukaan posterior jantung merupakan suatu bagian yang
kritis di pandang dari sudut anatomis, tempat ini dikenal
dengan sebutan kruks jantung, dan merupakan salah satu
bagian terpenting dari jantung. Nodus atrio ventrikuler ( Atrio
Ventrikuler Node-AVN) berlokasi pada titik pertemuan ini,
dan pembuluh darah yang melewati kruks tersebut merupakan
pembuluh yang memasok nutrisi AVN.
Arteri koroner kanan berjalan kesisi kanan jantung, pada
sulkus atrio ventrikuler kana. Pada dasarnya arteri koronaria
kanan member makan pada atrium kanan, ventrikel kanan dan
dinding sebelah dalam ventrikel kiri. Ramus sirkumfleks
memberi nutrisi pada atrium kiri dan dinding samping serta
bawah dari ventrikel kiri. Ramus desenden anterior memberi
nutrisi pada dinding depan ventrikel kiri yang massif.
Meskipun nodus SA (Sino Atrial Node –SAN) letaknya

diatrium kanan, tetapi anya 55% kebutuhan nutrisinya di pasok
oleh arteri koronaria kanan, sedangkan 42% lainya di pasok
oleh cabang arteri sirkumfleks kiri.
Nutrisi untuk nodus AV dipasok oleh arteri yang melintasi
kruks, yakni 90% dari arteri koroner kanan dan 10% dari arteri
sirkumfleks.
b. Arteriol
Cabang-cabang paling ujung dari system arteri, berfungsi
sebagai katup pengontrol untuk mengantur pengaliran darah ke
kapiler. Arteriol juga mempunyai dinding yang kuat. Arteriol
mampu kontriksi/ menyempit secara komplit atau dilatasi/
melebar sampai beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat
mengatur aliran darah. Dinding arteriol mengandung sedikit
jaringan elastis dan lebih banyak otot polos. Otot ini dipersarafi
oleh serabut saraf kolinergik yang fungsinya vasodilatas.
Arteriol merupakan penentu utama resistensi/tahanan aliran
darah, perubahan kecil pada diameternya menyebabkan
perubahan yang besar terhadap resistensi perifer.
c. Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Diameternya
kira-kira 0,008mm. dindingnya terdiri dari suatu lapisan
endotel. Bagian tubuh yang tidak terdpat kapiler yaitu: rambut,
kuku, dan tulang rawan.
Fungsi kapiler:
Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan
cairan jaringan
Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
Menyerap zat makanan yang terdapat di usus
Menyaring darah yang terdapat di ginjal
Pembuluh darah rambut/kapiler pada umunya meliputi sel-sel
jaringan, oleh karenanya secara langsung berhubungan dengan

sel. Karena dindingnya sangat tipis maka plasmanya dan zat
makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar sel.
d. Vena jantung
Merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian/alat-alat tubuh masuk kedalam jantung. Distribusi vena
koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri koroner.
System vena jantung mempunyai tiga bagian, yaitu:
Vena tebesian merupakan system yang terkecil,
menyalurkan sebagian darah dari miokardium atrium kanan
dan ventrikel kanan.
Vena kardiaka anterior mempunyai fungsi yang cukup
berarti, mengosongkan sebagian besar isi vena ventrikel
langsung ke atrium kanan.
Sinus koronarius dan cabangnya, merupakan system vena
yang paling besar dan paling penting; berfungsi
menyalurkan pengembalian darah vena miokard ke dalam
atrium kanan melalui ostium sinus koronarius yang
bermuara di samping vena kava inferior.
Berfungsi sebagai jalur transportasi darah dari jaringan kembali
ke jantung. Karena tekanan dalam system vena rendah(0-
5mmHg), maka dinding vena tipis namun berotot dan ini
memungkin vena berkontraksi sehingga memounyai
kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai
kebutuhan tubuh.
e. Venul
Dinding venul sedikit lebih tebal dari pada dinding kapiler.
Venul berfungsi menampung darah dari kapiler dan secara
bertahap bergabung kedalam vena yang lebih besar.
5. Otot jantung
Otot jantung, tidak seperti otot lurik atau otot polos, mempunyai
periode refraktori yang panjang, pada saat sel tidak dapat

distimulasi untuk berkontraksi. Hal tersebut mmelindungi jantung
dari kontraksi berkepanjangan(tetani). Yang dapat mengakibatkan
henti jantung mendadak. Otot jantung mempunyai cirri-ciri yang
khas, kemampuan berkontraksi otot jantung sewaktu sistol maupun
diastole tidak bergantung pada rangsangan saraf. Konduktivitas
( daya hantar ), kontriksi melalui setiap serabut otot jantung secara
halus sekali dan sangat jelas dalam berkas his.
Ritme, kekuatan gelombang yang dimiliki otot jantung secara
otomatis dengan tidak bergantung pada saraf. Serabut miokardium
memiliki potensial membrane istirahat sekitar -90mV. Tiap-tiap
serabut dipisahkan oleh membrane, tetapi depolarisasi menyebar
melalui serabut-serabut ini secara radial seolah-olah serabut
tersebut merupakan suatu kesatuan(sintisium) karena adanya taut
celah. Potensial aksi transmembran satu sel otot jantung ditandai
oleh depolarisasi cepat, pendataran (plateau)., dan proses
repolarisasi lambat. Depolarisasi awal di timbulkan oleh aliran
masuk Na+ melalui pembukaan kanal Na+ yang cepat.aliran masuk
Ca2+ melalui pembukaan kanal Ca2+ yang lebih lambat
menghasilkan fase datar, dan repolarisasi disebabkan aliran K+
keluar melalui berbagai tipe kanal K+. Perekaman eksternal
keseluruh aktivitas listrik semua serabut oto jantung dilakukan
dengan EKG .(Genong.2008)
B. Curah Jantung
Curah Jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel
selama satu satuan waktu. Curah jantung pada orang dewasa normal
sekitar 5L/menit namun sangat bervariasi, tergantung kebutuhan
metabolisme tubuh. Curah jantung (CO) sebanding dengan volume
sekuncup (SV) kali frekuensi jantung(HR).
CO = SV x HR
Volume sekuncup adalah sejumlah darah yang disemburkan setiap
denyut. Maka curah jantung dapat dipengaruhi oleh perubahan volume
sekuncup maupun frekuensi jantung. Frekuensi jantung istirahat pada

orang dewasa rata-rata 60-80 denyut/menit dan rata-rata volume sekuncup
sekitar 70ml/denyut.
Kontrol frekuensi jantung. Karena fungsi jantung adalah menyuplai
darah ke seluruh jaringan tubuh, maka keluarannya harus dapat berubah
sesuai perubahan kebutuhan metabolisme jaringan itu sendiri. Misalnya,
selama latihan, curah jantung total dapat meningkat sampai empat kali,
sampai 20L/menit. Peningkatan tersebut dapat di capai dengan cara
meningkatkan frekuensi jantung dan volume sekuncup sebanyak dua kali
lipat. Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi akibat control reflex yang
dimediasi oleh system saraf otonom , meliputi bagian simpatis dan
parasimpatis.
Kontrol volume sekuncup volume sekuncup terutama ditentukan
oleh tiga factor : (1). Kontraktilitas intrinsic otot jantung, (2) derajat
peregangan otot jantung sebelum kontraksi (preload), dan (3) tekanan yang
harus di lawan otot jantung untuk menyemburkan darah selama kontraksi
(afterload).
Kontratilitas intrinsik adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
tenaga yang di bangkitkan oleh kontraksi miokardium pada kondisi
tertentu. Kontraksi ini dapat meningkat akibat katekolamin yang beredar,
aktivitas saraf simpati, dan berbagai obat (seperti digitalis) serta dapat
menurun akibat hipoksemia dan asidosis. Peningkatan kontraktilitas dapat
terjadi pada peningkatan volume sekuncup.
C. Denyut Jantung dan Daya Pompa Jantung
Pada saat jantung normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh
system parasimpatis dominan dalam mempertahankan kecepatan denyut
jantung sekitar 60 hingga 80 denyut/menit. Kecepatan denyut jantung
dalam keadaan sehat di pengaruhi oleh pekrjaan, tekanan darah, emosi,
cara hidup dan umur. Pada waktu banyak pergerakan, kebutuhan oksigen
meningkat dan pengeluaran karbondioksida juga meningkat sehingga
kecepatan jantung bisa mencapai 150x/menit dengan daya pompa 20-25
liter/menit. Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan oleh
ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga tidak terjadi penimbunan.

Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal
mengimbanginya denga daya pompa jantung maka vena-vena dekat
jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik
dlam jangka waktu lama, bisa menjadi edema.(anonym,
repository.usu.ac.id)
D. Siklus peredaran darah(Peredaran Darah pada Manusia( Sistem
Transportasi) )
Transportasi adalah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan keseluruh
tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan daritubuh. Alat
transportasi pada manusia terutama adalah darah. Di dalam tubuh darah beredar dengan
bantuan alat peredaran darah yaitu jantung dan pembuluh darah.Selain peredaran darah,
pada manusia terdapat juga peredaran limfe (getah bening)dan yang diedarkan melalui
pembuluh limfe. Pada hewan alat transpornya adalah cairan tubuh, dan pada hewan
tingkat tinggi alat transportasinya adalah darah dan bagian-bagiannya. Alat peredaran
darah adalah jantung dan pembuluh darah. Sistem kardiovaskular adalah sistem yang
memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi menuju sel-sel tubuh dan dari
sel-sel tubuh. Sistemini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem
saluran yang terdiridari arteri dan vena.Peredaran darah manusia merupakan peredaran
darah tertutup dan ganda ataurangkap. Peredaran darah tertutup artinya dalam
peredarannya darah selalu mengalirdi dalam pembuluh darah. Peredaran darah ganda
artinya dalam satu kali beredar,darah melalui jantung sebanyak dua kali sehingga
terdapat peredaran darah besar danperedaran darah kecil.
Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah yang dimulai dari jantung menuju
ke paru-paru, kemudian kembali ke jantung. Pada saat darah beradadi paru-paru, terjadi
pertukaran gas oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) secaradifusi. Oksigen dari
udara berdifusi ke darah, sedangkan karbon dioksida dari darahberdifusi ke udara.
Darah yang meninggalkan paru-paru kaya akan oksigen.Kemudian masuk ke atrium
kiri melalui vena pulmonalis.
Peredaran darah besar yaitu peredaran darah dari bilik kiri jantung ke
seluruhtubuh, kemudian kembali ke serambi kanan jantung. Pada saat darah berada
dikapiler, terjadi pertukaran gas oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Oksigen
daridarah berdifusi ke sel-sel tubuh sedangkan karbon dioksida dari selsel tubuh

berdifusike dalam darah. Kemudian darah yang miskin oksigen dan kaya karbon
dioksidamenuju vena. Darah dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan melalui
pembuluhbalik besar atas (vena cava superior ) sedangkan darah dari tubuh bagian
bawahmasuk ke atrium kanan melalui pembuluh balik besar bawah (vena cava
inferior ). (http://www.scribd.com/doc/28952802/Peredaran-Darah-Pada-Manusia)
1. Sirkulasi sistemik:
a. Mengalir darah ke berbagai organ
b. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda
c. Memerlukan tekanan permulaan yang besar
d. Banyak mengalami tahanan
e. Kolom hidrostatik panjang
2. Sirkulasi pulmonal
a. Hanya mengalirkan darah ke paru-paru
b. Hanya berfungsi untuk paru-paru
c. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah
d. Hanya sedikit mengalami tahanan

e. Kolom hidrostatik pendek
3. Sikulasi koroner
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi
yang cukup pada otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh
permukaan jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui
cabang-cabang intra – miokardial yang kecil-kecil.
Aliran darah koroner meningkat pada :
a. Aktifitas
b. Denyut jantung
c. Rangsang system saraf simpati
E. Pengkajian dan pemeriksaan fisik
1. Pengkajian temuan fisik
Pengkajian temuan fisik dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh
dari riwayat kesehatan. Informasi dasar diperoleh dari pasien dating. Bagi
pasien jantung akut, pemeriksaan fisik dilakukan dengan mengukur tanda
vital secara rutin (tiap 4 jam, atau lebih sering bila perlu). Karena perawat
jaga dibagian perawatan akut bertugas selama 24 jam, maka mereka adalah
yang dapat mengetahui pertama kali setiap perubahan yang terjadi.
Perubahan harus diketahui sedini mungkin, sebelum terjadi komplikasi
lebih serius, perubahan arus dilaporkan kepada dokter dan dicatat secara
rinci pada status pasien.
Selain pengkajian keadaan umum pasien, pengkajian jantung harus pula
berisi evaluasi sebagai berikut:
1. Efektivitas jantung sebaagai pompa
2. Volume dan tekanan pengisian
3. Curah jantung
4. Mekanisme kompensasi
Factor yang menunjukkan bahwa jantung tidak mampu berkontraksi secara
memadai atau berfungsi secara efektif sebagai pompa meliputi: penuruna
tekanan nadi, pembesaran jantung, dan adnya murmur dan irama gallop
( bunyi jantung abnormal).

Jumlah darah yang mengisi atriumdan ventrikel serta tekanan yang terjadi
(dinamakan volume dan tekanan pengisian) dapat diperkirakan derajat
distensi vena jugularis (JVD). Dan ada atau tidaknya kongesti paru, edema
parifer, dan perubahan tekanan darah postural yang terjadi pada saat
bangun atau berdiri. Curah jantung dicerminkan oleh frekuensi jantung,
tekanan nadi, tahanan vaskuler perifer, haluaran urin, dan manifestasi
system saraf pusat.
Urutan pemeriksaan berjalan secara logis dari kepala ke kaki, dan bila
telah terlatih dapat dilakukan hanya dalam waktu sekitar 10 menit: (1)
keadaan umum, (2) tekanan darah, (3) nadi,(4) tangan, (5) kepala dan
leher, (6) jantung, (7) paru, (8) abdomen dan (9) kaki serta tangan.
2. Keadaan umum
Observasi tingkat distres pasien tingkat kesadaran harus dicatat dan
dijelaskan. Evaluasi terhadap kemampuan pasien untuk berfikir secara
logis sangat penting dilakukan karena merupakan cara untuk menentukan
apakah oksigen mampu mencapai otak (perfusi otak). Anggota keluarga
terdekat dapat mengingatkan pemeriksa bila ada perubahan tingkah laku
sampai ke yang paling kecil. Catat tingkat ansietas pasien pada status,
disertai setiap factor emosional yang mempengaruhi, perawat harus
mengusahakan agar pasien merasa nyaman sepanjang pemeriksaan.
PENGKAJIAN KLIEN DENGAN GANGGUAN FUNGSI
KARDIOVASKULER
A. Anamnesa
Yang perlu diungkap dalam wawancara yaitu :
1. Keluhan utama : menanyakan tentang gangguan terpenting yang
dirasakan klien sehingga ia perlu pertolongan. Keluhan tersebut antara lain
: sesak nafas, batuk lendir atau darah, nyeri dada, pingsan, berdebar-debar,
cepat lelah dll.
2. Riwayat penyakit sekarang : menanyakan tentang perjalanan tentang
timbul keluhan sehingga klien meminta pertolongan. Misalnya : sejak

kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut
terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana pertama kali
keluhan timbul, apa yang sedang dilakukan ketika keluhan ini terjadi,
keadan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha
untuk mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau
tidakkah usaha tersebut, dll.
3. Riwayat penyakit terdahulu : menanyakan tentang penyakit-penyakit
yang pernah dialami sebelumnya. Misalnya : apakah klien pernah dirawat
sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang
berat, dsb.
4. Riwayat keluarga : menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami
oleh keluarga, serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka
penyebab kematian juga ditanyakan.
5. Riwayat pekerjaan : menanyakan situasi tempat bekerja dan
lingkungannya.
6. Riwayat geografi : menanyakan lingkungan tempat tinggalnya.
7. Riwayat allergi : menanyakan kemungkinan adanya alergi terhadap
cuaca, makanan, debu dan obat.
8. Kebiasaan social : menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya
minum alcohol atau obat tertentu.
9. Kebiasaan merokok : menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah
berapa lama, berapa batang perhari dan jenis rokok.
Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, maka data biography juga
merupakan data yang perlu diketahui, yaitu : Nama, umur, jenis kelamin,
tempat tinggal, suku dan agama yang dianut oleh klien.
B. Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien.

Pemeriksaan fisik kardiovaskuler adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis yang memeriksa seluruh bagian tubuh pasien yang berhubungan dengan
jantung dan pembuluh darah.
1. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Raut muka
· Bentuk mukan: bulat, lonjong dll
· Ekspresi tampak sesak, gelisah, kesakitan
· Tes syaraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa nervus
V, VII
b. Bibir
· Biru (sianosis) pada penyakit jantung bawaan TF, TGA, dll
· Pucat (anemia)
c. Mata
· Konjungtiva :
Pucat (anemia)
Ptechie (perdarahan bawah kulit/selaput lendir) pada endokarditis bacterial
· Sklera
Kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati dll.
· Kornea
Arkus senilis (garis melingkar putih/abu-abu ditepi kornea) berhubungan
dengan peningkatan kolesterol/penyakit jantung koroner
· Eksopthalmus
Berhubungan dengan tirotosikosis
· Gerakan bola mata
Lateral (N. VII), medial (N.III), bawah nasal (N.IV), atas (N.III), dll.
· Reflek kornea
Kapas disentuhkan pada kornea, maka mata akan terpejam (N.V)
· Funduscopy
Yaitu pemeriksaan fundus mata dengan opthalmoscop untuk menilai
kondisi pembuluh darah retina pada penderita hipertensi.
d. Tekanan Vena Jugularis (jugular Venous Pressure)
Penderita dalam posisi berbaring setengah duduk, kemudian diperhatikan :

Denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba, tetapi bisa
dilihat. Akan tampak gelombang a (kontraksi atrium), gelombang c (awal
kontraksi ventrikel-katup tricuspid menutup), gelombang v ( pengisian
atrium-katup tricuspid masih menutup).
Pengembungan Vena, normal setinggi manubrium sterni.
Bila lebih tinggi daripada itu maka berarti tekanan hidrostatik atrium
kanan meningkat, misalnya pada gagal jantung kanan.
e. Arteri karotis
· Palpasi :
Berdenyut keras seperti berdansa (pada insufisiensi katup aorta)
Paling tepat untuk memeriksa sirkulasi pada henti jantung
Perlu dibandingkan kiri dan kanan, untuk mengetahui adanya penyempitan
pembuluh darah di daerah itu.
· Auskultasi
Bising (bruit) pada penyempitan arteri karotis, penyempitan katup aorta.
f. Kelenjar tiroid
· Inspeksi
Tengadah sedikit, telan ludah, teliti bentuk dan simetrisnya.
· Palpasi
Jari telunjuk dan tengah kedua tangan ditempatkan pada kedua sisi isthmus,
pemeriksa berada dibelakang penderita. Jari tengah dan telunjuk meraba
trakea dari atas kebawah, mulai dari tulang krikoid, kemudian meraba-raba
kesamping mulai dari garis tengah trakea setinggi isthmus.
Teliti : bentuk, konsistensi, dan ukurannya.
· Auskultasi
Bising pada kelenjar tiroid menunjukkan vaskularisasi yang meningkat,
disebabkan oleh hiperfungsi.
g. Trakea
Pemeriksa berdiri disamping kanan penderita, tempelkan jari tengah pada
bagian bawah trakea. Pada perabaan keatas, kebawah dan kesamping,
kedudukan trakea dapatlah ditentukan apakah ditengah, bergeser

kekanan/kiri. Bila pada tiap denyut jantung trakea terasa tertarik kebawah
(tanda oliver), kemungkinan ad aneurisma aorta atau tumor mediastinum.
2. Pemeriksaan fisik jantung
a. Atrium Kanan
Paling jauh disisi kanan (2 cm disebelah kanan tepi sternum, setinggi sendi
kosto sternalis ke 3 – 6).
b. Ventrikel kanan
Menempati sebagian besar dari proyeksi jantung pada permukaan dada.
Batas bawah adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke 6
dengan apeks jantung.
c. Ventrikel Kiri
Tak begitu tampak dari depan. Daerah tepi kiri atas 1,5 cm merupakan
daerah ventrikel kiri jantung merupakan garis yang menghubungkan apeks
jantung dengan sendi kosto sternalis ke 2 sebelah kiri.
d. Atrium kiri
Letaknya paling posterior, tak terlihat dari depan kecuali sebagian kecil saja yang
terletak di belakang kostosternalis kiri ke 2.
a. Inspeksi (periksa pandang)
Menentukan :
Bentuk prekordium
Denyut pada apeks jantung
Denyut nadi pada dada
Denyut vena
· Bentuk prekordium
Normal kedua belah dada simetris
Bila cekung / cembung sesisi berarti ada ppnyakit jantung / paru sesisi
Cekung
Pada perikarditis menahun, fibrosis / atelektasis paru, skoliosis,
kifoskoliosis, akibat beban yang menekan dinding dada (pemahat, tukang
kayu, dll.)
Cembung atau menonjol

Pada pembesaran jantung, efusi perikard, efusi fleura, tumor paru, tumor
mediastinum, skoliosis, atau kifoskoliosis. Penonjolan akibat efusi fleura/ perikard
merupakan penonjolan daerah intern kostalis. Penonjolan akibat kelainan jantung
menahun / bawaan merupakan penonjolan iga.
Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang
atau dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemukan
misalnya pada stenosis mitral dan pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita.
Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau
ada penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil.
Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan
kongenital.
Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat mengakibatkan paru-
paru menutupi jantung, sehingga pungtum maksimumnya menghilang, suatu
variasi yang khususnya ditemukan pada penderita emfisema paru. Oleh kerena itu
menghilangnya pungtum maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa jantung
tidak bergerak bebas. Pembesaran ventrikel kiri akan menggeser pungtum
maksimum kearah kiri, sehingga akan berada diluar garis midklavikula dan
kebawah. Efusi pleura kanan akan memindahkan pungtum maksimum ke aksila
kiri sedangkan efusi pleura kiri akan menggeser kekanan. Perlekatan pleura,
tumor mediastinum, atelektasis dan pneumotoraks akan menyebabkan terjadi
pemindahan yang sama. Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan, meningkat
pada berbagai keadaan seperti hipertiroidisme, anemia, demam.
· Denyut di apeks jantung (ictus cordis)
Pada umumnya denyut jantung tampak didaerah apeks. Pemeriksaan
dilakukan sambil penderita berbaring atau duduk dengan sedikit membungkuk.
Normal dewasa : terletak di ruang sela iga ke 4 kiri 2 – 3 cm dari garis mid
klavikularis. Daerah yang berdenyut seluas kuku ibu jari. Normal anak : terletak
diruang sela iga ke 4 kiri. Bila denyut berada di belakang tulang iga payudara
besar, dinding toraks tebal, emfisema, efusi perikard maka denyut terseebut tak
tampak.

Denyut apeks tergeser ke samping kiri pada keadaan patologis, misalnya :
penyakit jantung, skoliosis/kifoskoliosis, efusi fleura, pneumothorak, tumor
mediastinum, abdomen membuncit (asites, hamil, dll.)
· Denyut nadi pada dada
Timbul denyutan di sela iga 2 kanan aneurisme aorta.
Timbul denyutan di sela iga 2 kiri :dilatasi arteri pulmonalis (PDA,
aneurisme a. pulmonalis), aneurisme aorta desenden.
Retraksi (tarikan kedalam) di prekordium seirama dengan systole pada perikarditis
adesiva, insufisiensi tricuspid/aorta.
· Denyut vena
Vena didada dan punggung tak tampak denyutannya. Yang kelihatan berdenyut
hanya vena jugularis interna dan eksterna.
b. Palpasi (periksa raba)
Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan
dilakukan perabaan diatas iktus kordis (apical impulse) Lokasi point of masksimal
impulse , normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari
garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang
dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular,
sedang pada bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak iktus kordis agak ke
lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba adalah 1-2 cm2.
Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi systolic
lift, systolic heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan teraba lebih
melebar. Getaranan bising yang ditimbulkan dapat teraba misalnya pada Duktus
Arteriosis Persisten (DAP) kecil berupa getaran bising di sela iga kiri sternu
Urutan palpasi
· Teliti denyutan dan getaran (thrill) di prekordium
· Teliti pergerakan trakea
Denyut Apeks
Normal di sela iga ke 5 (2-3 cm medial garis mid klavikularis). Bisa tak teraba
oleh karena kegemukan, dinding thoraks tebal, emfisema,dll.
Meningkat bila curah jantung besar misalnya pada insufisiensi aorta / mitral
Sedikit meningkat pada hipertensi dan stenosis aorta.

Getaran (thrill)
Bising jantung yang keras (derajat IV/6 atau lebih) akan teraba sebagai getaran
pada palpasi.
Lokasi di sela iga 2 kiri sternum, misalnya pada pulmonal stenosis.
Lokasi di sela iga 4 kiri sternum misalnya pada Ventrikular Septal Depect.
Lokasi di sela-sela iga 2 kanan sternum (basis) misalnya pada Aortik stenosis
Lokasi di apeks - diastole : pada Mitral Stenosis, sistol : Mitral Insufisiensi.
Getaran tersebut lebih mudah diraba bila penderita membungkuk kedepan,
dengan napas ditahan waktu ekspirasi, kecuali getaran MS yang lebih mudah
teraba bila penderita berbaring pada sisi kiri.
Gerakan Trakea
Anatomi trakea berhubungan dengan arkus aorta, karenanya trakea perlu
diperiksa. Pada aneurisma aorta denyutnya akan menjalar ke trakea, dan
denyutan ini dapat diraba.
Cara : pemeriksa berdiri dibelakang penderita dan kedua jari telunjuk
diletakkan pada trakea sedikit dibawah krikoid. Kemudian larings dan
trakea diangkat ke atas oleh kedua telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta,
tiap kali jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk bahwa trakea
dan laring tertarik ke bawah.
c. Perkusi (periksa ketuk)
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang
interkostal III/IV pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak
jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besarnya jantung. Pada
kardiomegali, batas pekak jantung melebar kekiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel
kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang jantung
merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada garis parasternal kiri.
Kardiomegali dapat dijumpai pada atlit, gagal jantung, hipertensi,
penyakit jantung koroner, infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati,
miokarditis, regurgitasi tricuspid, insufisiensi aorta, ventrikel septal defect sedang,
tirotoksikosis, Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau
menonjol kearah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung
melebar ke lateral kanan dan/atau ke kiri atas. Pada perikarditis pekat jantung

absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung
mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga
batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.
d. Auskultasi (periksa bunyi)
Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat
vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan
kejadian hemodinamik darah dalam jantung.
Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan
chespiece. Macam-macam ches piece yaitu bowel type dengan membran,
digunakan terutama untuk mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi;
bel type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih
rendah.
Beberapa aspek bunyi yang perlu diperhatikan :
a) Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.
b) Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo gelombang suara.
c) Kualitas bunyi dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan
bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen
bunyi yang terdengar. Selain bunyi jantung pada auskultasi dapat juga
terdengar bunyi akibat kejadian hemodemanik darah yang dikenal sebagai
desiran atau bising jantung
Waktu kedua atrium kontraksi darah dialirkan ke dua ventrikel, disebelah
kanan melewati katup tricuspid, sedang disebelah kiri melewati katup mitral.
Kemudian kedua ventrikel berkontraksi dan darah dipindahkan dari ventrikel
kanan ke a. pulmonalis, sedang dari ventrikel kiri ke aorta. Permulaan kontraksi
ventrikel (sistolik) terjadi waktu katup mitral dan tricuspid menutup, dimana
kedua katup ini terbuka selama atrium berkontraksi. Permulaan relaksasi ventrikel
(diastole) terjadi waktu katup aorta dan pulmonal menutup, yang selama ventrikel
berkontraksi tetap terbuka.
Arteri karotis berdenyut segera setelah sistolik ventrikel, kemudian
disusul oleh denyutan a. radialis. Jadi hendaknya denyut a. karotis yang dijadikan
pegangan untuk menentukan sistolik ventrikel.
· Katup pulmonal

Persambungan iga 3 kiri dengan sternum
· Katup aorta
Pada sternum, lebih rendah dan lebih medial daripada katup pulmonal.
· Katup mitral
Pada sternum, dekat batas atas sendi antara iga 4 dengan sternum.
· Katup tricuspid
Pada sternum (arah menyilang sternum), sesuai garis penghubung proyeksi
katup mitral dengan sendi antara sternum dengan iga kanan ke 5.
Bila ada kelainan jantung proyeksi katup berpindah, misalnya stenosis
mitral maka katup mitral bergerak ke kiri bawah.
Proyeksi katup bukan menunjukkan tempat bunyi jantung yang terdengar
paling keras, meskipun bunyi – bunyi jantung di bangkitkan di sekitar katup
- katup jantung.
Bunyi jantung dibangkitkan oleh kattup :
Mitral : paling jelas terdengar di apeks
Trikuspid : di sternum dekat sendi sternum sela iga 5 kanan
Aorta : pada sendi antara sternum sela iga 2 kanan / apeks
Pulmonal : pada sela iga 2 kiri dekat tepi sternum
Tekhnik auskultasi :
Sebelumnya kita harus mengetahui bahwa stethoscope terdiri dari 2 bagian
yakni bell dan diapragma. Kualitas stetoskope yang baik mempunyai dua
saluran terpisah yang menghubungkan bagian kepala stetoskope ke masing
– masing bagian telinga.
· Bell :
Untuk mendengarkan suara yang nadanya rendah. Misalnya BJ 3, BJ 4,
bising mid diastole mitral / tricuspid. Tempelkan dengan penekanan yang
ringan saja pada dinding dada.
· Diapragma :
Merupakan kepala yang bermembran, digunakan untuk mendengarkan
suara yang nadanya tinggi, misalnya bunyi jantung 1 dan 2, OS (opening

snap), bunyi ejeksi (ejection sound), pericardial friction rub, bising sistolik
dan awal sistolik.
Penting dipahami :
1) BJ 1 dan BJ 2 yang normal
2) Belajar memusatkan pendengaran pada BJ 1 dan BJ 2 sendiri – sendiri,
sehingga dapat dibedakan apakah bunyi itu terdengar sebagai satu suara atau
terpisah.
3) terganggu oleh bunyi jantung
Bunyi jantung :
BJ 1 : ditimbulkan oleh penutupan katup mitral dan tricuspid
BJ 2 : ditimbulkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonal
Normal BJ 1 lebih keras dari BJ 2, tetapi BJ 1 nadanya rendah sedang BJ 2
nadanya tinggi.
Intensitas bunyi jantung 1:
· Mengeras pada takhikardi oleh karena macam – macam sebab (MS dan lain-
lain)
· Melemah pada miokarditis, kardiomiopati, infark miokard, efusi perikard,
empisema tumor yang menyelimuti jantung, MI.
Di apeks (daerah katup mitral) – BJ 1 lebih keras daripada BJ 2.
Didaerah katup aorta dan pulmonal – BJ 2 lebih keras daripada BJ 1.
Untuk membedakan BJ 1 dan BJ 2 :
· Perbedaan intensitas sesuai dengan lokasi tersebut diatas.
· Singkronisasinya dengan denyut a. karotis.
Intensitas bunyi jantung 2
BJ 2 mengeras pada hipertensi sistemik, hipertensi pulmonal. Tetapi keadaan
dinding dan arus aliran darah dalam arteri bersangkutan ikut menentukan. Bila
dinding lentur dan arus aliran darah ke a. pulmonalis tak deras oleh karena
stenosis, maka BJ 2 dapat melemah meskipun ada hipertensi.
BJ 3 dan BJ 4 yang fisiologik :
BJ 3 : terdengar samar-samar pada awal fase diastolic (BJ 2) – normal pada orang
muda, karena getaran pada otot-otot dan korda tendine katup mitral/tricuspid
waktu ventrikel terisi darah yang deras.

BJ 4 : Umumnya tak terdengar.
Letaknya pada akhir fase diastolic (presistolik), jadi sesaat sebelum BJ 1, timbul
diantara gelombang P dan kompleks QRS dan disebabkan oleh kontraksi otot
atrium.
BJ 1 yang terpisah :
BJ 1 oleh karena penutupan Mitral dan Trikuspid; BJ 2 oleh karena penutupan
katup aorta dan pulmonal. Bila ada selisih waktu yang cukup lama antara
penutupan kedua katup yang bersangkutan, maka BJ 1 dan BJ 2 terdengar
terpisah.
3. Pemeriksaan fisik vaskuler (pembuluh darah)
Pemeriksaan sistem vaskuler (pembuluh darah) mencakup pengukuran
tekanan darah dan pengkajian yang menyeluruh terhadap integritas sistem
vaskuler perifer.
Pemeriksaan vaskuler meliputi :
a. Tekanan darah
b. Arteri carotid
c. Vena jugularis
d. Arteri dan Vena Perifer
a. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pengkajian tekanan darah berpengaruh pada penegakan diagnosis, karena
itu perawat perlu lebih spesifik mengetahui pemeriksaan tekanan darah. Perawat
mengauskultasi tekanan darah pada arteri brakealis di kedua lengan. Kebanyakan
pemeriksa menggunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi tekanan
darah tapi bel lebih efektif menghantarkan bunyi korotkoff bernada rendah.
Pembacaan antara kedua lengan bervariasi sebanyak 10 mmhg dan cenderung
lebih tinggi pada lengan kanan catat selalu pembacaan yang lebih tinggi.
Pembacaan sistyolik yang berbeda 15 mmhg atau lebih menunjukkan adanya
ateros klerosis atau penyakit aorta.
Perawat juga membandingkan tekanan darah pada klien dengan posisi
berbaring, posisi duduk atau berdiri. Biasanya pada saat klien berubah posisi dari
terlentang ke berdiri terdapat sedikit penurunan pada tekanan sistolik dan sedikit
peningkatan pada tekanana diastolic. Penurunan tekanana sistolik lebih dari 15

mmhg menunjikkan adanya hipotensi postural. Klien yang paling berisiko adalah
mereka yang baru saja mendonorkan darah, menderita penyakit system saraf
otonom, atau tirah baring dalam waktu lama.
Teknik pemeriksaan meliputi hal-hal di bawah ini
Palpasi
Cara palpasi dapat dilakukan sebagai berikut :
Hanya untuk mengukur tekanan sistolik.
Manset Spigmomanometer yang dipasang di atas siku tangan
Lengan dipompa dengan udara berangsur-angsur sampai denyut nadi di
pergelangan tangan tidak teraba lagi, kemudian tekanan di dalam manset
diturunkan.
Amati tekanan dalam spigmomanometer
Waktu denyut nadi teraba pertama kali, bacalah tekanan dalam
spigmomanometer, tekanan ini adalah tekanan sistolik
Auskultasi
Manset spigmomanometer diikatkan pada lengan atas, stetoskop diletakkan
pada arteri brakialis pada permukaan ventral siku agak bawah manset
spigmomanometer.
Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam spigmomanometer
dinaikkan dengan memompa sampai nadi tidak terdengar lagi, kemudian
tekanan di dalam spigmomanometer diturunkan pelan-pelan.
Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, kita baca tekanan yang
tercantum dalam spigmomanometer, tekanan ini adalah tekanan sistolik.
Suara denyut nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap terdengar
sekeras itu sampai saat denyutannya melemah kemudian menghilang sama
sekali. Pada saat suara denyutan yang keras itu menghilang, kita baca lagi
tekanan dalam spigmomanometer, tekanan itu adalah tekanan diastolik.
Tekanan darah diukur saat klien berbaring,. Pada kliern hipertensi perlu
juga diukur tekanan darah saat berdiri.
Kadang-kadang dijumpai masa bisu (auscultatory gap), yaitu suatu masa
dimana denyutan nadi tidak terdengar saat tekanan spigmomanometer
diturunkan. Misalnya denyut petama erdengar pada tekanan 220 mmHg,

suara denyut nadi berikutnya baru terdengar pada tekanan 150 mmHg. Jadi
ada masa bisu pada tekanan pada 220-150 mmHg. Gejala ini sering
ditemukan pada klien hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
b. Arteri karotis
Arteri karotis mencerminkan fungsi jantung dengan lebih baik
dibandingkan arteri perifer karena posisinya dekat dengan jantung dan
oleh karena itu tekanannya berhubungan dengan yang ada di aorta. Arteri
karotis menyuplai darah yang teroksigenasi kekepala dan leher ,dan
dilindungi oleh otot-otot sternokleidomastoideus. Untuk memeriksa arteri
karotid, perawat memeinta klien duduk atau berbaring telentang dengan
kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat
Pemeriksaan pada arteri karotis meliputi:
· Palpasi
Arteri karotis tidak hanya mudah di palpasi , yaitu pada bagian medial
otot-otot sternomastoideus. Arteri ini juga memberikan banyak sekali
informasi mengenai bentuk gelombang denyut aorta yang dipengaruhi oleh
berbagai kelainan jantung.
· Auskultasi
Bising ( bruit ) pada penyempitan arteri karotis menandakan adanya
penyempitan katup aorta
c. Vena jugularis
Vena yang paling mudah dijangkau adalah vena jugularis interna
dan eksterna di leher. Kedua vena mengalir secara bilateral dari kepala dan
leher ke dalam vena kava superior. Jugularis ekterna terdapat di
permukaan dan dapat dilihat tepat di atas klavikula. Jugularis interna
terletak lebih dalam sepanjang arteri karotid. Normalnya pada saat klien
berbaring pada posisi terlentang, vena jugularis eksterna terdistensi
sehinnga menjadi mudah dilihat. Sebaliknya, vena jugularis biasana
tenggelam pada saat klien berada pada posisi duduk. Tetapi, klien dengan
penyakit jantung dapat mengalami distensi vena jugularis pada saat duduk.
Gambar: cara menentukan JVP (Jugular Venous Pressure=Tekanan Vena
leher). Tinggi bendungan ditarik garis datar sehingga terbaca angka pada

penggaris kemudian ditambah 5 cm maka ketemulah tekanan atrium
kanan (cmH2O). (courtesy: Jennifer A. Taylor)
d. Pemeriksaan Arteri dan Vena Perifer
Untuk memeriksa sistem perifer, perawat terlebih dahulu mengkaji
keadekuatan aliran darah dan ekstremitas dengan mengukur denyut arteri
dan menginspeksi kondisi kulit dan kuku.
Pada pemeriksaan arteri perifer yang di periksa, antara lain :
· Nadi radialis
· Nadi ulnaris
· Nadi brakialis
· Nadi femoralis
· Nadi popliteal
· Nadi dorsalis pedis
· Nadi tibialis posterior
Ulnar and radialis artery
Pada pemeriksaan vena perifer, perawat perlu mengkaji status vena perifer
dengan meminta klien duduk dan berdiri. Pengkajian mencakup inspeksi
dan palpasi adanya varises, edema perifer dan flebitis. Varises adalah vena
supervisialis yang mengalami dilatasi, terutama pada saat tungkai berada
pada posisi menggantung. Edema perifer di sekitar area kaki dan
pergelangan kaki dapat menjadi tanda insufisiensi vena dan gagal jantung
kanan. Flebitis adalah inflamasi vena yang umumnya terjadi setelah
trauma pada dinding pembuluh darah, infeksi, imobili yang lama, dan
insersi kateter intravena jangka panjang.
BAB III

Penutup
A. Kesimpulan
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas
proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem
ini terdiri dari organ penggerak yangdisebut jantung, dan sistem saluran
yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang
mengalirkan darah menuju jantung. Jantung manusia merupakan jantung
berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan
organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagiantubuh.
Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan
tangan,terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu
selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk
mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang
melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung
berkontraksi secara periodik.Otot jantung berkontraksi terus menerus
tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantungmanusia merupakan
kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsangdari
otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.
Peredaran darah besar yaitu peredaran darah dari bilik kiri jantung ke
seluruhtubuh, kemudian kembali ke serambi kanan jantung. Pada saat darah berada
dikapiler, terjadi pertukaran gas oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Oksigen
daridarah berdifusi ke sel-sel tubuh sedangkan karbon dioksida dari selsel tubuh
berdifusike dalam darah. Kemudian darah yang miskin oksigen dan kaya karbon
dioksidamenuju vena. Darah dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan melalui
pembuluhbalik besar atas (vena cava superior ) sedangkan darah dari tubuh bagian
bawahmasuk ke atrium kanan melalui pembuluh balik besar bawah (vena cava
inferior ).
Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah yang dimulai dari jantung menuju
ke paru-paru, kemudian kembali ke jantung. Pada saat darah beradadi paru-paru, terjadi
pertukaran gas oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) secaradifusi. Oksigen dari
udara berdifusi ke darah, sedangkan karbon dioksida dari darahberdifusi ke udara.
Darah yang meninggalkan paru-paru kaya akan oksigen.Kemudian masuk ke atrium

kiri melalui vena pulmonalis.( http://www.scribd.com/doc/28952802/Peredaran-Darah-
Pada-Manusia)
B. Saran
1. Bagi institusi kesehatan
Untuk menunjang perkuliahan yang lebih efektif sebaiknya
menambah referensi yang telah ada dengan yang lebih up date.
2. Bagi mahasiswa keperawatan
Untuk lebih kritis dalam setiap membahas suatu kasus ataupun
scenario yang ada agar wawasan yang dimiliki lebih lua

DAFTAR PUSTAKA
Guyton and Hall. 2000. Medical Physiology. W.B.Saunders Company : New
York
Moehadsjah, O. K. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid I. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Heni Rokhaeni, SMIP, CCRN, dkk. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler :
Pusat Kesehatan Jantung dan pembuluh Daeah Nasional “Harapan Kita”,
edisi pertama, Jakarta 2001.
Smeltzer, Brenda G. Bare.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8.Vol 2.
Jakarta: EGC
Genong. W.F. 2008.Fisiologi Kedokteran.Edisi 22.Jakarta: EGC
Rogers, James. 2000. Cardiovascular Physiology.
http://www.nda.ox.ac.uk, diakses pada tanggal 2 November 2008.
Bianco, Carl. 2000. How Your Heart Works.
www.howstuffworks.com, diakses pada tanggal 6 November 2008
Wikipedia Indinesia. 2008. Jantung.
http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 2 november 2008.
Medicine and linux. 2008. Pemeriksaan Jantung.
http://medlinux.blogspot.com, diakses pada tanggal 6 november 2008
Ph.D, Klabunde, Richard. 2007. Cardiovascular Physiology Concepts.
http://www.cvphysiology.com, diakses pada tanggal 6 November 2008.
Lande, Rante dan J.M. Ch. Pelupessy , ___, Bunyi Jantung, Cermin dunia
Kedokteran,
www.google.com, diakses pada tanggal 2 November 2008.
Anonym, http://www.scribd.com/doc/28952802/Peredaran-Darah-Pada-Manusia
Anonym, repository.usu.ac.id