makalah karawitan jawa

11
Makalah MPK Seni – Karawitan Jawa Oleh: Muhammad Rifqi Dosen : - Eko Sulistiyo S.Hum - Ari Prasetiyo S.S., M.Si. Teknik Kimia

Upload: ruzickailmafaradisi

Post on 14-Jul-2016

570 views

Category:

Documents


53 download

DESCRIPTION

untuk ta 2015/2016

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Karawitan Jawa

Makalah

MPK Seni – Karawitan Jawa

Oleh:

Muhammad Rifqi

Dosen :

- Eko Sulistiyo S.Hum

- Ari Prasetiyo S.S., M.Si.

Teknik Kimia

Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

Depok, Indonesia

2015

Page 2: Makalah Karawitan Jawa

Artikel:

Page 3: Makalah Karawitan Jawa

Karawitan Jawa Sejajar dengan Musik Klasik Barat

Surakarta, CyberNews. Tak disangkal lagi, karawitan Jawa sudah menembus lapisan masyarakat internasional. Tak hanya unsur estetik musikal, namun terkandung nilai unik, keberagaman, toleransi, demokrasi, kemerdekaan, dan unsur universal lainnya. Faktor itu membuat karawitan terdorong mendunia.

''Pakar musik asing terus mengkaji dari berbagai sisi, dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Ketertarikan itu merupakan sebuah pengakuan kesetaraan kualitas karawitan dengan musik barat. Derajat keklasikan karawitan sejajar dengan musik klasik barat,'' kata Prof DR Waridi SKar MHum dalam pidato pengukuhannya sebagau guru besar Ilmu Karawitan di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Rabu (15/11).

Pidato pengukuhan diselingi dengan iringan berbagai gending, untuk menunjukan beberapa cirikhas perkembangan karawitan Jawa.

Dia mencontohkan, saat ini di Amerika terdapat lebih dari 200 perangkat gamelan jawa. Juga di Inggris, Belanda, Australia, Jepang, Jerman, New Zeland, yang punya puluhan perangkat. Secara intensif gamelan dipelajari tidak sekadar sebagai alat musik, namun juga dari sisi teori dan keilmuan.

''Malah akhir-akhir ini gamelan sudah mengalir ke negeri Cina, Skotlandia, Austria, dan negara-negara Eropa Timur. Itu semua merupakan jalan panjang yang dilewati secara dinamis, sesuai dengan dinamika sosial dan budaya masyarakat. Karawitan pun tampil sebagai multifaced (banyak ragam), yang memiliki dimensi multi,'' tandas dia.

Derajat keklasikan karawitan tidak saja terkait dengan perjalanan waktu, namun berhubungan dengan kualitas musikal, sistem dan organisasi, orkestrasi, instrumentasi, kandungan nilai-nilai dan fungsinya yang membudaya di tengah masyarakat.

Dari sisi keilmuan, Ilmu Karawitan tumbuh sejak jaman penjajahan. Sejumlah peneliti asing mengkaji dari sisi teoritik. Misalnya Jaap Kunts yang memulai studi ilmu tersebut pada tahun 1920. Disusul Mantel Hood pada tahun 1954. Meski tidak sempurna, karena lebih merupakan penelitian teoritik, namun diakui etnomusikologi asing itu memelopori terbukanya kajian secara ilmiah karawitan.

''Kajian intensif dimulai oleh para ahli karawitan, sejalan dengan lahirnya berbagai perguruan tinggi dan sekolah karawitan di Indonesia. Ada Ki Martopengrawit yang juga pendiri serta dosen di ASKI (Akademi Seni Karawitan Indonesia) Surakarta, yang dilanjutkan dengan para muridnya seperti Prof Sumarsam SKar, Prof DR Rahayu Supanggah SKar, Prof DR Sri Hastanto SKar,'' kata dia.

Page 4: Makalah Karawitan Jawa

Dari perkembangan penciptaan, yang juga dipelopori Martopengrawit, juga muncul Tjokrowasito, dan Ki Narto Sabdo yang sangat fenomenal karena keberaniannya menciptakan terobosan dalam penciptaan dan keberagaman karawitan. Masing-masing memiliki dan mengembangkan cirikhas yang sangat menonjol dalam penciptaan gending.

''Martopengrawit dipengaruhi kondisi sosial dan budaya, Tjokrowasito condong pada pengaruh perpolitikan sehingga muncul gending kritik sosial. Narto Sabdo didukung dengan kemampuan kesenimanan mampu menerobos berbagai ranah kehidupan.''

Yang pasti, dengan perkembangan tersebut, sudah waktunya karawitan berdiri sendiri sebagai sebuah ilmu, bukan berteduh di bawah bendera ilmu lain.( joko dwi hastanto/Cn08 )

Referensi :

Suara Merdeka. Karawitan Jawa Sejajar dengan Musik Klasik Barat. 15 November 2006. http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0611/15/dar6.htm (diakses 3 Juni 2015)

Page 5: Makalah Karawitan Jawa

Gebyar Wayang UI 2015:

Pada tugas akhir mata kuliah peningkatan kepribadian seni karawitan jawa ini, penulis mencoba menjabarkan perkembangan seni karawitan jawa di Indonesia.

Gamelan Jawa merupakan seperangkat alat musik yang menjadi salah satu objek penting dalam lingkup pembicaraan musik di antara ribuan alat musik lain yang terdapat di dunia. Ketertarikan para sarjana menjadikan gamelan sebagai objek penelitian disebabkan oleh beberapa aspek keistimewaan yang terdapat di dalamnya.

Keistimewaan pada aspek audio meliputi: warna bunyi (tone colour), laras (scale system), embat (interval), dan pelayangan (sound wave), sedangkan keistimewaan pada aspek visualnya meliputi: bentuk, konstruksi, keindahan material yang dipakai, dan ornamennya.

Keistimewaan pada kedua aspek dan dukungan kualitas pada aspek musikalnya mendorong masyarakat dunia untuk mengakui bahwa gamelan Jawa adalah ”the most sophisticated music in the world‟.

Page 6: Makalah Karawitan Jawa

Gamelan adalah alat musik yang bersistem nada pentatonis ( laras slendro dan pelog). Sebagian besar merupakan alat musik yang dikategorikan sebagai Metallophone dari perunggu, tetapi di dalamnya juga terdapat alat musik dari kategori lainnya, yaitu:

- Chordophone (rebab, siter, celempung),

- Xylophone (gambang),

- Aerophone (suling) dan

- Membranophone (kendang)

Berdasarkan fungsi pada instrumentasinya dibagi menjadi dua, yaitu:

(1) instrumen yang bertugas untuk membawakan lagu (pamurba lagu), dan

(2) instrumen yang bertugas untuk mengatur irama (pamurba wirama).

Kualitas bunyi yang baik pada masing-masing instrumen gamelan menjadi salah satu faktor penting yang dapat menentukan kualitas sebuah sajian karawitan, baik yang berkonsep tontonan maupun tidak. Aspek kualitas bunyi pada instrumen gamelan meliputi: keras-lembut, kenyaringan, dan resonansi yang terkait dengan panjang-pendek, intonasi, kuantitas, dan tingkat kerapatan gelombangnya.

PERKEMBANGAN SENI KARAWITAN PADA MASA LAMPAU

Perkembangan instrumen gamelan dan alat musik lainnya di Jawa pada masa lampau dapat ditemukan pada relief candi, prasasti, dan beberapa piagam kuno lainnya. Beberapa peninggalan sejarah berbentuk relief pada candi batu, yaitu candi Dieng dan Candi Sari yang berasal dari abad VIII. Sejarah gamelan pada masa Hindu Jawa tersebut (abad VIII hingga abad XI) hanya memberikan sedikit keterangan secara visual dan tidak dapat memberikan keterangan yang akurat, demikian juga pada Aktivitasnya. Sama halnya dengan relief yang terdapat pada candi Prambanan, candi Pawon, candi Mendut dan candi Borobudur.

FUNGSI SOSIAL SENI KARAWITAN JAWA

Dalam banyak masyarakat, fungsi seni karawitan Jawa dapat dijelaskan melalui terminologi sosial yang eksklusif:

Ø musik digunakan dalam tarian dan permainan;

Ø media pendidikan;

Ø terapi;

Page 7: Makalah Karawitan Jawa

Ø mengorganisir kerja dan perang;

Ø dalam upacara dan ritual;

Ø penanda kelahiran, perkawinan dan kematian;

Ø merayakan panen dan penobatan;

Ø meneguhkan kepercayaan dan kegiatan tradisi.

PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL KARAWITAN JAWA

Munculnya gamelan komputer pada abad XX ini terasa begitu mewarnai keberadaan seni karawitan pada masyarakat pendukungnya. Semangat baru muncul ketika budaya modern memasuki budaya tradisional ini. Contohnya adalah dimasukkannya perangkat musik modern seperti misalnya terompet dan snare drumpada iringan tari Bedhaya di Kraton Yogyakarta atau gitar elektrik baik gitar stringataupun bass, keyboard, drum setpada kesenian campursari.

Perkembangan satu demi satu senimusik tradisi kita telah membuktikan bahwa perhatian masyarakat terhadap genre ini kian hari kian bertambah dan apresiatif. Di satu pihak upaya revitalisasi dan rasionalisasi genre ini perlu disambut dengan baik, tetapi perlu juga diingat, bila hal ini tidak diikuti dengan pemikiran jangka panjang ke arah pembentukan masyarakat pendukungnya melalui transmisi formal (pendidikan), maka niat baik itu akan berubah menjadi “bumerang-bumerang” yang mematikan genre itu sendiri.

Perkembangan estetika musikal seni karawitan Jawa di masyarakat mempengaruhi berbagai aspek dalam masyarakat pendukungnya. Pengaruh tersebut antara lain berbagai faktor sebagai berikut:

1. Faktor Ekonomi

2. Faktor Sosial

3. Faktor Budaya

Penulis sendiri mengikuti salah satu acara Gebyar Wayang Universitas Indonesia 2015 yang dilaksanakan di Balairung Universitas. Pada acara ini penulis melihat bahwa regenerasi seni karawitan jawa semakin digalakkan, dengan adanya penampilan seni karawitan jawa dari mahasiswa-mahasiswi. Meskipun tidak menjadi profesional dalam bidang seni karawitan jawa, tetapi acara pementasan dan lomba seni karawitan jawa ini memberi rasa kebermilikan kepada masyarakat golongan muda di Indonesia.

Pada Gebyar Wayang Universitas Indonesia 2015 ini penulis juga melihat bahwa penggunaaan gamelan tidak hanya digunakan sekedar sebagai pengiring lagu, seperti banyak literatur mengungkapkan, tetapi gamelan juga dapat dipakai untuk mengiringi seni puisi, wayang, sampai dengan permainan peran dan monolog oleh master of ceremony. Dengan

Page 8: Makalah Karawitan Jawa

penggunaan gamelan sebagai pengiring dari hampir semua penampilan seni tentunya diharapkan seni karawitan jawa dan gamelan terkhususnya akan selalu ada dan tidak ditinggalkan dengan alasan sempitnya area penggunaan gamelan dalam dunia seni.

Penggunaan wayang sebagai media promosi gamelan yang dilakukan di Balairung UI dapat dinilai baik, karena dilihat dari penonton yang hadir penulis mengetahui bahwa masih banyak (kalau tidak bisa disebut sangat banyak) masyarakat yang menyukai permainan seni karawitan jawa. Mayoritas penonton yang datang di Balairung UI tidak hanya orang dewasa yang masa mudanya dipenuhi oleh seni karawitasn, namun juga masyarakat muda yang “katanya” tidak lagi menyukai seni karawitan yang sudah kuno dan ketinggalan zaman. Penulis memiliki kepercayaan sendiri bahwa seni karawitan masih memilik penikmatnya dan penikmatnya tersebut tidak hanya berasal dari kalangan tua, tetapi juga kalangan muda seperti mahasiswa.