makalah issue 6.docx

Upload: lindaagustinekawati

Post on 05-Jan-2016

66 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

1. 2. 2.1 Darah 1. 2. 2.1. 2.1.1 PengertianDarah merupakan cairan tubuh berwarna merah yang terdiri dari plasma dan komponen-komponen seluler. Tubuh mengandung 4-6 liter darah dan 55% darah terdiri dari cairan plasma. Plasma merupakan larutan cair yang berisi berbagai macam zat, yaitu: (Hegner, Barbara R, Esther Caldwell. 2003).1. Antibodi (gamma globulin): zat yang berfungsi melawan infeksi.2. Nutrisi: seperti glukosa, asam-asam amino, lemak, garam-garaman.3. Gas: misalnya Oksigen dan karbondioksida4. Sisa pembakaran: seperti Ureum dan kreatinin.Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit-trombosit yang terendam dalam plasma darah cair. Darah beredar dalam sistem vaskular, mengangkut oksigen dari paru dan nutrien dari saluran cerna ke jaringan lain di seluruh tubuh. Darah juga membawa karbondioksida dari jaringan paru dan limbah bernitrogen ke ginjal untuk di keluarkan dari tubuh. Banyak fungsi darah dalam tubuh telah diketahui, diantaranya adalah (Hegner, Barbara R, Esther Caldwell. 2003):1. Alat transpor berbagai jenis bahan kimia, seperti: a. Zat makanan yang telah diserap di dalam usus ke jaringan-jaringan yang membutuhkannyab. Zat sampah atau zat buangan produk metabolisme dari seluruh jaringan ke alat-alat ekskretoric. Oksigen dari paru-paru ke jaringand. Karbondioksida dari jaringan ke paruparu e. Zat pengatur atau hormon dari sumbernya (kelejar endokrin) ke bagian tubuh tertentu.2. Benteng pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dan benda asing oleh sel darah putih dan antibodi yang beredar.3. Pengatur, misalnya mengatur stabilitas suhu tubuh, yaitu dengan penyebaran panas badan, keseimbangan antara cairan darah dan cairan jaringan dan pemeliharaan kesetimbangan asam-basa dalam tubuh.

1. 2. 2.1. 2.1.1. 2.1.2 Fungsi DarahDarah berfungsi sebagai (Hegner, Barbara R, Esther Caldwell, 2003): 1. Sebagai pembawa zat-zat makanan dari sistem pencernaan ke seluruh sel tubuh.2. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.3. Mengangkut sisa-sisa metabolisme (misalnya: CO2) dari seluruh sel tubuh ke organ-organ ekskresi (misalnya: paru-paru)4. Mengangkut hormon dari kelenjar hormon ke organ sasaran.Memelihara keseimbangan cairan tubuh.5. Mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme / zat asing lain, yang dijalankan oleh sel-sel darah putih (leukosit).6. Memelihara suhu tubuh.

2.1.3 Jenis-jenis Daraha. Plasma Darah, Plasma darah mengandung protein-protein penting sperti fibrinogen (pembekuan darah), globulin (pertahanan tubuh), albumin (membantu aliran darah dan mengatur tekanan osmosis darah), dan lipoprotein.Fungsi plasma darah:1. Sebagai pelarut bahan-bahan kimia.2. Membawa mineral-mineral terlarut, seperti glukosa, asam amino, vitamin, CO2, dan bahan buangan lain.3. Menyebarkan panas dari organ yang lebih hangat ke organ yang lebih dingin.4. Menjaga keseimbangan antara cairan di dalam sel dan cairan di luar sel.b. Sel-sel Darah Sel Darah Merah (eritrosit)

a. Ciri-ciri:1. Berbentuk cakram bikonkaf.2. Bersifat elastis.3. Tidak memilik inti4. Umur eritrosit kurang lebih 120 hari.Fungsi: Mengangkut O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh.

Sel Darah Putih ( leukosit)

Fungsi: pertahanan tubuh dari serangan mikroorganisme.Berdasarkan ada tidaknya sel, leukosit dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:a. Leukosit bergranulaAda 3 jenis leukosit bergranulosit :neutrofil, eosinofil, dan basofil.

1. Neutrofil

Punya kemampuan fagositosis untuk memangsa dan menghancurkan bakteri serta sel-sel tubuh yang mati.Granula berisi enzim hidrolisis

2.Eosinofil

a. Berwarna merah jika diwarnai dengan eosin.b. Jumlahnya akan meningkat jika dalam tubuh ada reaksi alergi atau ada parasit.

3.Basofil

a. Berperan sebagai agen anti alergib. Menghasilkan histaminc. Mengandung heparin,suatu senyawa yang mencegah pembekuan darah di dalam pembuluh darah

1. Leukosit tidak bergranula1. Limfosit

a. Berperan dalam pertahanan tubuh dengan cara membentuk suatu protein yang disebut antibodi.

2. Monosit

a. Berukuran paling besar diantara sel darah putih lainnya.b. Sel monosit berada di dalam darah selama 24 jam.Setelah itu,ia akan menuju jaringan dan berkembang menjadi makrofag dan tinggal selamanya di jaringan tersebut.Makrofag merupakan sel pemangsa bakteri sel-sel mati,dan sisa-sisa lainnya

Keping darah (trombosit)

Trombosit atau keping darah mempunyai ciri-ciri:a. Memiliki bentuk tidak teraturb. Tidak memiliki inti sel- Berukuran sangat kecilTrombosit berperan dalam proses pembekuan darah.Mekanisme pembekuan darah:Saat pembuluh darah terluka, darah akan keluar. Trombosit akan pecah dan membebaskan enzim trombokinase. Enzim ini akan mengubah protrombin menjadi trombin dengan bantuan ion kalsium dan vitamin K. Trombosit yang terbentuk selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang akan menutup luka sehingga pendarahan dapat dihentikan.

Keping darah/trombosita. Ukuran: 1 4 mmb. Bentuk: bulat atau oval, dengan pinggir tidak teraturc. Warna sitoplasma: birud. Granularitas: granul ungu halus mengisi bagian tengah trombosit Pinggir tipis tanpa granula pada bagian tepi sel1. 2. 2.1.

2.1.3 2.1.4 Golongan DarahGolongan darahadalah hasil dari pengelompokan darah berdasarkan ada atau tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah merah (eritrosit). Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat, protein, glikoprotein, atau glikolipid (IRNI, 2011).Fungsi dari penggolongan darah adalah untuk kepentingan transfusi, medicalenal forensus, juga untuk penyelidikan antropologis (Santosa, 1989).Pada tahun 1900 Landstainer menemukan penggolongan darah dengan sistem ABO, kemudian setelah itu berbagai ilmuan melakukan penelitian dan menghasilkan berbagai macam penggolongan darah, berikut kami jabarkan (Santosa, 1989).Sistem Golongan darahAntigen eritrositTahun penemuan

ABOA, B, O1900

MNSsM, N, S s1927

PP1, P21927

RhesusC, D, E, c, dan e1940

Lutheran Lua, Leb1945

KellK, k1946

AubergerAua1961

XgXga1962

Tabel 1.1 Beberapa Sistem Penggolongan DarahDalam tabel di atas yang terpenting adalah sistem ABO, dan rhesus, untuk kepentingan klinik dan transfusi, dan dapat dikerjakan secara praktis (Santosa, 1989).Sistem Penggolongan Darah ABOTahun 1900 Karl Landstainer mengemukakan penemuannya tentang golongan darah manusia. Kemajuan yang dicapai dalam bidang transfusi ini bermula dari penemuan sistem golongan darah ABO Landstainer. Penemuan Landstainer ini, yaitu golongan darah ABO, berdasarkan: 1. Faktor yang terdapat di permukaan eritrosit yaitu antigen, zat yang menentukan golongan darah manusia.2. Faktor yang terdapat dalam plasma serum yaitu antibodi, zat anti yang dapat menghancurkan antigen yang menjadi lawannya (Santosa, 1989).Antibodi yang ditemukan di sini adalah antibodi alamiah karena dapat muncul tanpa rangsangan dari luar. Dalam hubungannya dengan penggolongan darah antibodi alamiah adalah aglutinin yang terdapat pada golongan darah yang sejenis (Santosa, 1989).

Golongan darahAglutininAntigen (aglutinogen)

AAnti BA

BAnti AB

ABAnti -AB

OAnti A, B-

1. Antigen dan AntibodiAntigen atau disebut juga aglutinogen merupakan suatu zat yang berupa protein, polisakarida atau keduanya yang dapat menggugah sistem imunitas untuk menanggapi antigen yang bersangkutan, terletak pada permukaan eritrosit, dan mempermudah aglutinasi (Santosa, 1989).Antibodi merupakan protein terutama fraksi gamaglobulin, yang dibentuk oleh sel plasma sebagai tanggapan terhadap induksi aglutinogen dan dapat bereaksi secara khusus hanya dengan antigen yang bersesuaian teteapi dapat juga bereaksi dengan antigen lain. Antibodi yang terlibat dalam penggolongan darah ini aglutinin (zat anti). Apabila darah tidak mengandung aglutinogen A, dalam plasmanya maka mengandung aglutinin A. Demikian pula B yang tidak mengandung aglutinogen B, dalam plasmanya maka mengendung aglutinin B (Santosa, 1989).2. Sistem Penggolongan Darah RhesusRhesus adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan sel darah merah yang ditemukan pertama kali oleh landstainer dan liner pada 1940 melalui injeksi darah merah kera rhesus ke tubuh kelinci. Zat anti yang di temukan dalam tubuh kelinci itu kemudian dinamakan anti rhesus dan ternyata anti rhesus itu juga dapat mengaglutinasikan sel darah merah sebagian manusia. Seorang yang darahnya teraglutinasi bila direaksikan dengan anti rhesus ini dikatakan memiliki antigen rhesus. Oleh fisher antigen rhesus dinamakan antigen C, D, E, yang berada dalam satu ikatan dan kedudukan yang berat dalam kromosm yang sama kedudukannya adalah sebagai berikut, C, c, D, d, E, e. Kini ditemukan antinya yaitu: Anti C, c, D, d, E, e (Santosa, 1989). Secara klinis sistem rhesus hanya dibagi menjadi dua golongan besar saja yaitu Rhesus (D) positif: D dan Rhesus (D) negatif: d. Antigen Dmerupakanfaktor determinangolongan darah Rhesus seseorang. Adanya antigen D menunjukkan seseorang memiliki golongan darah Rhesus positif, sedangkan tidak adanya antigen berarti Rhesus negatif. Mengenali rhesus khususnya rhesus negatif menjadi begitu penting karena di dunia ini hanya sedikit orang yang memiliki rhesus negatif. Persentase jumlah pemilik rhesus negatif berbeda-beda antar kelompok ras. Menurut data Biro Pusat Statistik 2010, hanya kurang dari satu persen penduduk Indonesia, atau sekitar 1,2 juta orang yang memiliki rhesus negatif. Karena persentasenya sangat kecil, jumlah pendonor pun amat langka, sehingga bila memerlukan donor darah agak sulit (IRNI, 2011).Ketidak cocokan golongan Rh antara suami dan istri dapat mengakibatkan kematian pada bayi yang dikandungnya. Apa yang akan terjadi jika pasangan suami istri memiliki golongan darah Rh berbeda? Jika anak yang dikandung bergolongan darah Rh+ maka akan terbentuk antigen Rh dalam darah bayi yang mengakibatkan penggumpalan. Kelahiran bayi pertama selamat, tetapi bayi selanjutnya akan menderita eritroblastosis fetalis atau disebut sakit kuning. Bayi yang menderita penyakit kuning menurut Philip Lavine dapat diberi pertolongan dengan mengganti darah bayi seluruhnya (Alfiansyah, 2012).3. Penurunan Sifatsel tubuh manusia dalam intinya mempunyai kromosom 46 buah (23 pasang). Kromosom berfungsi membawa sifat yang akan diturunkan. Sepasang kromosom yang membawa antigen sama disebut homozigot, sedang yang berbeda disebut heterozigot. Contoh, ayah bergolongan darah A, genotip AO, dan ibu bergolongan darah B, genotip BO. Kemungkinan anaknya memiliki golongan darah A, B, AB, O (Santosa, 1989).Untuk sistem rhesus teori fisher mengatakan bahwa antigen rhesus muncul dari 3 pasang iatan gen, yaitu: Cc, Dd, Ee yang memberikan 8 kemungkinan kedudukan pada kroomosom sebagai berikut: CDe, Cde, cDe, CdE, CDE, cdE, cDE, cde (Santosa, 1989).

1. 1. 2. 2.1. 2.1.1. 2.1.2. 2.1.3. 2.1.5 Sistem Peredaran DarahPeredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah yang dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir melewati jantung sebanyak dua kali sehingga di sebut sebagai peredaran darah ganda yang terdiri dari (Setiadi, 2011):1. Peredaran darah panjang /besar/sistemikAdalah peredaran darah yang mengalirkan darah kaya oksigen dari balik (ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar dengan karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah yang kaya karbondioksida dibawa melalui vena menuju serambi kanan (atrium) jantung.2. Peredaran darah pendek/kecil/pulmonalAdalah peredaran darah yang mengalir darah dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung. Darah yang kaya karbondioksida dari balik kanan dialirkan ke paru-paru melalui ateri pulmonalis, di alveolus paru-paru darah tersebut bertukar dengan darah yang kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis.

Proses peredaran darah dipengaruhi juga oleh kecepatan darah, luas penampang pembulu darah, tekanan darah dan kerja otot yang terdapat pada jantung dan pembulu darah. Pada kapiler terdapat spingter prakapiler mengatur aliran darah ke kapiler (Setiadi, 2011) :a. Bila spingter prakapiler berelaksasi maka kapiler-kapiler yang bercabang dari pembulu darah utama membuka dan darah mengalir ke kapiler.b. Bila spingter prakapiler berkontaksi, kapiler akan tertutup dan aliran darah yang melalui kapiler tersebut akan berkurang.Gangguan pada alat peredaran darah manusia terjadi karena keturunan penyakit tertentu. Penyakit pada alat peredaran darah di sebabkan oleh pola hidup. Berikut ini akan di jelaskan gangguan-gangguan pada alat peredaran darah manusia (Setiadi, 2011).a. Anemia Gangguan ini di sebabkan rendahnya kadar Hb (hemo globin) dalam darah. Ciri-ciri penderitanya adalah mudah lesu,lelah,pusing.b. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)Gangguan ini di sebabkan terjadinya penurunan tekanan darahc. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)Gangguan ini di sebabkan naiknya tekanan darah yang di akibatkan penyempitan pembulu darah.d. Kanker Darah (Leukemia)Penyakit ini di sebabkan sel-sel darah putih yang memperbanyak diri tanpa terkendali yang mengakibatkan sel darah putih ini memakan sel darah merah.e. HemofiliaGangguan ini di sebabkan adanya kelainan yang menyebabkan darah sulit membeku jika terjadi luka. Penyakit ini merupakan penyakit keturunan.f. TalasemiaPada penyakit ini, bentuk sel darah merahnya tidak beraturan. Hal ini menyebabkan daya ikat sel darah merah terhadap oksigen dan karbon dioksidanya berkurang.

1. 2. 2.1. 2.1.1. 2.1.2. 2.1.3. 2.1.4. 2.1.6 Transfusi DarahKemajuan dalam ilmu bedah dan pengobatan mengakibatkan bertambah seringnya dilakukan transfusi darah.Pemberian darah ataupun komponennya dimaksudkan antara lain untuk (Kunto, 1988):1. Menjamin kemampuan penyediaan oksigen dalam batas curah jantung yang dapat dihasilkan oleh tubuh.2. Menjamin cukup tersedia trombosit dan faktor-faktor pembekuan.3. Mencukupi isi ruang intra-vaskuler.Transfusi darah sering merupakan penyelamat jiwa, akan tetapi morbiditas dan mortalitas setelah transfusi darah juga cukup tinggi. Karena itu transfusi darah seyogyanya hanya diberikan apabila ada indikasi yang jelas. Biasanya seorang dewasa muda yang normal masih dapat dengan baikmengatasi gangguan fungsional yang ditimbulkan oleh kehilangan10% isi darah, 20% kemampuan membawa oksigen atau kehilangan 40% faktor pembekuan. Kehilangan sebanyak dua kali jumlah tersebut di atas masih belum mengakibatkan kematian walaupun menimbulkan gejala yang cukup berat. Uji kecocokan golongan darah(Kunto, 1988).Sebelum dilakukan transfusi darah, perlu dilakukan penentuan tipe ABORh darah donor maupun resipien, pemeriksaan kecocokan silang (cross match) dan pemeriksaan antibodi (antibody screening). Pemeriksaan kecocokan silang (ks) sebetulnya merupakan transfuse percobaan di dalam tabung reaksi, di mana eritrosit donor dicampur dengan serum resipien untuk mendeteksi kemungkinankemungkinan reaksi transfusi yang berat. Ks ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (Kunto, 1988):1. Tahap antara (intermediate)Di lakukandalam suhu kamar, untuk memeriksa ulang adanya kesalahan dalam penentuan tipe ABO. Tahap ini dapat mendeteksi ketidakcocokan ABO dan ketidakcocokan yang disebabkan oleh antibodi M, N, P dan sistem Lewis. Tahap ini memerlukan waktu 1 5 menit.2. Tahap inkubasiMerupakan lanjutan tahap 1. Tahap ini mendeteksi antibodi inkomplit, dan antibody sistem Rh. Tahap ini memerlukan waktu 30 45 menit, yang memungkinkan pengambilan antibodi oleh sel (=sensitisasi), sehingga antibody tersebut dapat dideteksi pada tahap berikutnya (tahap anti globulin).3. Tahap uji anti globulin tak langsungPada tahap ini ditambahkan anti globulin (serum Coombs) ke dalam tabung yang telah di inkubasi. Tahap ini memerlukan waktu 10 15 menit, dan dapat mendeteksi hamper semua antibodi inkomplit, termasuk dari sistem Rh, Kell, Kidd dan Duffy. Pemeriksaan antibodi juga terdiri dari tiga tahap, mirip dengan pemeriksaan ks. Akan tetapi pemeriksaan ini merupakan transfusi percobaan antara serum donor denganeritrosit yang sudah dipersiapkan. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mencegah reaksi di antara darah donor di dalam tubuh resipien (yaitu bila resipien menerima darah lebih dari satu donor) (Kunto, 1988).Dalam keadaan darurat, dapat diberikan darah yang :1. dari golongan darah ABO yang sama dengan golongan darah pasien (tipe spesifik) dengan pemeriksaan ks sebagian.2. dari golongan darah ABO yang sama, tanpa pemeriksaan ks. (hanya untuk pasien yang belum pernah ditransfusi).3. berasal dare donor universal golongan O.Pengumpulan dan penyimpanan darah, darah dikumpulkan di dalam kantung plastik 250 ml yang mengandung 65 75 ml CPD (Citrate Phosphate Dextrose) atau ACD (Acid Citrate Dextrose). ACD dipakai untuk membuat sediaan trombosit, sedangkan untuk darah simpan yang lain lebih baik dipakai CPD karena :1. Masa simpan lebih lama (CPD 28 hari sedangkan ACD 21 hari)2. Penurunan pH tidak begitu cepat3. dapat mempertahankan 80% kadar DPG (dalam darah ACD setelah 2 minggu hanya tertinggal 10% DPG).Kadar DPG dalam eritrosit akan menjadi normal kembali setelah darah donor berada di dalam sirkulasi resipien selama 24 jam. Lama penyimpanan darah (suhu 46C) ditentukan dengan standar jumlah eritrosit donor yang masih bertahan di dalam sirkulasi resipien selama 24 jam, yaitu minimum 70% (Kunto, 1988).Perubahan darah yang terjadi pada saat di simpan, perubahan yang terjadi dalam darah simpan biasanya baru berbahaya pada transfusi masif, gagal hati, gagal ginjal dan gangguan pembekuan. Penurunan pH darah simpan disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi laktat, sehingga pada darah ACD deficit basa dapat mencapai 25 30 setelah penyimpanan 2 minggu. Akan tetapi keadaan ini akan cepat terkoreksi di dalam tubuh resipien asalkan perfusi dan oksigenasi jaringan tubuh resipien baik. Dengan penyimpanan, kadar amonium, hemoglobin bebas dan kalium di dalam plasma akan meningkat progresif, sehingga untuk pasien gagal ginjal dan gagal hati harus diberikan darah yang sesgar mungkin. Dalam tabel berikut dapat dilihat beberapa perubahan yang terlihat dalam darah CPD selama penyimpanan (Kunto, 1988).

1. 2. 2.1. 2.1.1. 2.1.2. 2.1.3. 2.1.4. 2.1.5. 2.1.7 Komponen DarahPlasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kompleks zat organic dan anorganik (Sloane, 2003).a. Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapilar untuk mencapai sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama : albumin, globulin, dan fibrinogen.b. Albumin adalah protein plasma yang terbnyak, sekitar 55% sampai 60%, tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.c. Koloid adalah zat yang berdiameter 1 nm sampai 100 nm, sedangkan kristaloid adalah zat yang berdiameter kurang dari 1 nm. Plasma mengandung koloid dan kristoloid.d. Tekanan osmotic koloid (atau tekanan onkotik) ditentukan berdasarkan jumlah partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan suatu ukuran daya tarik plasma terhadap difusi air dari cairan ekstrasaluler yang melewati membran kapiler.e. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma.f. Alfa dan beta globulin disentesis di hati, dangan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormone, sebagai substrat, dan zat penting tubuh lainnya.g. Gamma globulin (imunoglobulin) adalah antibodi. Ada lima jenis imunoglobulin yang diproduksi jaringan limfoid dan berfungsi dalam imunitas.h. Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.i. Plasma juga mengandung nutrien, gas darah, elektrolit, mineral, hormon, vitamin, dan zat-zat sisa.j. Nutrien meliputi asam amino, gula, dan lipid yang diabsorbsi dari saluran pencernaan.k. Gas darah meliputi oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen.l. Elektrolit plasma meliputi ion natrium, kalium, magnesium, klorida, kalsium, bikarbonat, fosfat, dan ion sulfat.m. Elemen pembentuk darah atau sel-sel darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit.

2.1.8 Proses Pembentukan darahHematopoiesis merupakan proses pembentukan komponen sel darah, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipatgandaan jumlah sel, dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.Hematopoiesis pada manusia terdiri atas beberapa periode :1. MesoblastikDari embrio umur 2 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang dihasilkan adalah HbG1, HbG2, dan Hb Portland.2. HepatikDimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada limpa terjadi pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati. Disini menghasilkan Hb.3. MieloidDimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum tulang, kelenjar limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung seumur hidup terutama menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi terutama sel-sel limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama limfosit T. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sel darah di antaranya adalah asam amino, vitamin, mineral, hormone, ketersediaan oksigen, transfusi darah, dan faktor- faktor perangsang hematopoietik.1. 2. 2.1. 2.1.1. 2.1.2. 2.1.3. 2.1.4. 2.1.5. 2.1.6. 2.1.9 Pembekuan darahPembekuan darah memerlukan sistem penguatan biologis (biological amplification) di mana relatif sedikit zat pemula secara berurutan (sequentially) megaktifkan dengan proteolisis, reaksi (cascade) protein prekursor yang beredar (enzim-enzim faktor pembekuan) yang memuncak pada pembentukan trombin. Selanjutnya mengkonversi fibrinogen plasma yang larut menjadi fibrin. Fibrin menjaring agregat trombosit pada tempat luka vaskular dan mengubah sumbatan trombosit primer yang agak tidak stabil (Haffbrand, A.V, dkk., 2005).Apabila definisi diatas memaparkan proses pembekuan secara umum, ada dua mekanisme pembekuan darah yang lebih terperinci yang perlu diketahui.1. Mekanisme ekstrinsik yaitu pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu sendiri.a. Tromboblastin (membran lipoprotein) yang dilepas oleh sel-sel jaringan yang rusak mengaktivitasi protrombin (protein plasma) dengan bantuan ion kalsium untuk membentuk trombin.b. Trombin mengubah fibrinogen yang dapat larut menjadi fibrin yang tidak dapat larut. Benang-benang fibrin membentuk bekuan atau jaringan-jaringan fibrin yang menangkap sel darah merah dan trombosit serta menutup aliran darah yang melalui pembuluh yang rusak (Sloane, 2004).2. Mekanisme intrinsik dalam mekanisme ini pembekuan darah berlangsung dalam cara yang lebih sederhana daripada mekanisme ekstrinsik. Mekanisme ini melibatkan 13 faktor pembekuan yang ditemukan pada plasma darah. Setiap faktor proten (ditunjukkan dengan angka Romawi) berada dalam kondisi tidak aktif. Jika salah satu diaktivasi, maka aktivitas enzimatiknya akan mengaktivasi faktor selanjutnya dalam rangkaian dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi (cascade of reaction) untuk membentuk bekuan (Sloane, 2004).Setelah terbentuk bekuan akan berinteraksi (menyusut) akibat kerja protein kontraktil dalam trombosit. Jaringan-jaringan fibrin dikontraksi untuk menarik permukaan terpotong agar saling mendekat dan untuk menyediakan kerangka kerja untuk perbaikan jaringan. Bersamaan dengan kontraksi bekuan, suatu cairan yang disebut serum keluar dari bekuan. Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen dan tanpa faktor lain yang terlibat dalam mekanisme pembekuan (Sloane, 2004).

1. 2. 2.1. 2.2. 2.2.1. 1. 2. 2.1. 2.2 Infeksi1. 2. 2.1. 2.2. 2.2.1 PengertianSecara definisi, infeksi ialah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme (agen) di dalam tubuh penjamu (host), sedangkan penyakit infeksi merupakan manifestasi klinik bila terjadi kerusakan jaringan dan atau fungsi bila reaksi radang atau imun penjamu terpanggil (Endarjo, 2006). Menurut Sudiono, dkk. (2003), infeksi merupakan reaksi tubuh setempat atau umum dan biasanya reaksi setempat ini disertai dengan reaksi umum tubuh yang hidup karena invasi dari kuman serta toksinnya dan berkembang biak.Kuman yang dapat menimbulkan penyakit atau radang yang terjadi dinamakan kuman pathogen. Radang yang disebabkan oleh benda mati, besar dan hebat biasanya tergantung dari besarnya rangsang. Misalnya, jika tubuh tertusuk kayu kecil, radang hanya sedikit, tetapi jika kayu lebih besar tentu radangnya pun lebih hebat. Akan tetapi berbeda dengan benda hidup, walaupun jumlah kuman sama dan tempat masuknya juga sama, tetapi jika jenis kuman berbeda, reaksi dari tubuh juga akan berbeda, reaksi dari tubuh juga akan berbeda, misalnya reaksi tubuh terhadap kuman streptokokus berbeda dengan terhadap kuman stafilikokus (Sudiono, dkk., 2003).Reaksi setempat dapat berupa radang, sedangkan reaksi umumnya berupa gejala-gejala klinis yang dapat dirasakan atau dilihat penderita, misalnya deman, tubuh terasa dingin atau panas, atau tanda petekiae. Reaksi tubuh terhadap masuknya kuman tergantung pada (Sudiono, dkk., 2003) :a. Jenis KumanMisalnya kuman stafilokokus menyebabkan radang local. Streptokokus menyebabkan radang local dan umum. Kedua kuman ini menyebabkan radang akut, sedangkan kuman tuberculosis dan lepra menyebabkam radang akut.b. Hospes (Tuan Rumah)Misalnya, kelinci sangat sensitive terhadap kuman pneumokok. Infeksi kuman pneumokok mungkin dapat menyebabkan kematian pada kelinci tapi tidak pada binatang lain.c. Keadaan TubuhPenderita dengan gizi yang baik tidak mudah terkena infeksi dibandingkan dengan penderita dengan gizi rendah atau kurang.d. Sosial-EkonomiMisalnya, keadaan rumah tinggal. Jika kurang ventilasinya sehingga sinar matahari kurang, akan mudah terkena penyakit tuberculosis.e. ImunitasJika pernah menderita infeksi suatu kuman dan kemudian sembuh, biasanya akan menimbulkan suatu kekebalan sehingga terkena infeksi kedua kalinya, reaksinya akan berbeda.f. Ada tidaknya alergiMisalnya pada penyakit tuberculosis primer, reaksi tubuh biasanya akut sehingga ada dua kemungkinan yaitu hidup atau mati. Tetapi pada penderita tuberculosis pascaprimer (sekunder), reaksinya berbeda, bisa akut maupun kronis.

1. 2. 2.1. 2.2. 2.2.1. 2.2.2 Klasifikasi Agen Infeksi Agen penyebab infeksi, ukuran besarnya bervariasi mulai dari 20-nm (virus polio) sampai 10-m (cacing pita Taenia saginata), dapat diklasifikasikan sesuai sifat agen itu sendiri (Endarjo, 2006):1. Bangunan (struktur) : mengelompokan agen infeksi ke dalam bangunan yang sederhana (virus) sampai yang majemuk (protozoa). Lebih lanjut dapat dikelompokkan pada komponen yang lebih rinci seperti virus DNA atau RNA, bakteri kokus atau batang.2. Patogenesitas : kemampuan menimbulkan penyakit. Dikelompokkan pada derajat patogen rendah dan tinggi (virulensi). Kemampuan agen masuk dan berkembang di penjamu disebut infektifitas.3. Letak penggandaan : berdasarkan atas kemampuan menggandakan baik di dalam maupun di luar sel. Di kelompokkan ke dalam :a. Organisme intrasel obligat, hanya dapat tumbuh dan berkembang di dalam sel penjamu. Infeksi pada sel parenkim tertentu. Kultur organisme ini perlu sel hidup.b. Organisme intrasel fakultatif, mampu tumbuh dan berkembang baik di dalam maupun di luar sel. Pertumbuhan di dalam sel biasanya pada makrofag. Kebanyakan organisme ini dikultur pada media buatan.c. Organisme ekstrasel, tumbuh dan berkembang di luar sel. Organisme ini, kecuali parasite, dapat dikultur pada media buatan.

1. 2. 2.1. 2.2. 2.2.1. 2.2.2. 2.2.3 Jenis-Jenis Infeksia. Infeksi VirusVirus ialah organisme pathogen terkecil, 20-300nm yang mengandung DNA atau RNA serta memiliki selubung protein atau capsid. Organisme ini tidak mampu bermetabolisme atau bereplikasi mandiri, memerlukan organel sel terinfeksi untuk berkembang biak. Oleh karena itu virus dikelompokkan ke dalam organisme intrasel obligat, memerlukan sel hidup untuk ber-replikasi. Mikroorganisme ini merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit pada manusia, sering tanpa gejala dan berkembang tanpa diketahui (Endarjo, 2006).Pathogenesis penyakit akibat virus dapat berlangsung karena beberapa hal, seperti (Endarjo, 2006):1. Sel terinfeksi mati/nekrosis misalnya pada infeksi virus hepatitis A, yang bersifat hepatotoksik.2. Fungsi sel terganggu oleh karena perubahan kecepatan metabolism, seperti pada infeksi rotavirus yang mengganggu sintesis protein oleh enterosit yang berfungsi sebagai transportasi molekul dari lumen usus sehingga timbul diare.3. Virus melepas mediator kimia yang mengganggu fungsi sel seperti pada infeksi virus influenza.4. Menimbulkan perubahan proliferasi sel yang kemudian tidak terkontrol, seperti pada infeksi HPV yang menimbulkan perubahan prakanker dan kanker.5. Infeksi laten tanpa mengganggu sel, baru kemudian pada keadaan status imunitas seluler menurun akan menimbulkan penyakit, akibat perubahan sel lama setelah infeksi primer, misalnya pada infeksi cytomegalo virus dan herpes simplex.

b. Infeksi BakteriInfeksi bakteri adalah infeksi yang agen infeksinya berupa bakteri. Bakteri merupakan sel hidup terkecil, berukuran antara 0,1-10m. Kebanyakan bakteri diklasifikasikan menurut komposisi dinding sel, menjadi tipe positif Gram dan negative Gram. Bakteri bentuk bulat dan oval disebut coccus dan yang berbentuk panjang disebut bacillus. Bakteri bentuk melengkung disebut vibrio dan yang berbentuk spiral disebut spirochete (Endarjo, 2006).

1. 2. 2.1. 2.2. 2.2.1. 2.2.2. 2.2.3. 2.2.4 Mekanisme InfeksiInfeksi virus menimbulkan kerusakan seluler atas sel target secara: sitopatik atau sitolisis, dan onkogenik. Dampak sitopatik replikasi secara cepat partikel virus intrasel yang mengganggu metabolisme sel menimbulkan jejas pada sel secara langsung. Mekanisme tidak langsung dapat terjadi melalui induksi respons imunologik terhadap virus dan kerusakan sel dapat disebabkan reaksi antigen antibodi , atau melalui mediator. (Pringgo, 2002).Virus sitopatik pada umumnya mempunyai target sel spesifik. Viral tropism yang mempunyai reseptor, yang berinteraksi dengan struktur spesifik virus, sehingga virus menempel sel target dan selanjutnya menimbulkan mekanisme kerusakan setelah berhasil masuk ke dalam sel sesuai tingkat virulensinya (Pringgo, 2002).Cara masuk virus setelah proses penempelan pada permukaan sel target dapat tanpa dengan kapsulnya (viral envelope). Virus tanpa kapsul masuk ke dalam sl dengan cara fagositosis virion utuh, sedangkan yang berkapsul melalui proses fusi antara kapsul dengan membran sel target atau host. Replikasi virus intrasel sangat cepat, respon seluler bervariasi bergantung pada agen virus spesifik dan spesies sel host. Lisis sel terjadi akibat depresi hebat aktivitas metabolisme seluler akibat replikasi eksplosif, yang menyita seluruh biomolekuler sel dimana virus berhasil memasukinya untuk berkembangbiak. Beberapa virus mampu mengubah sintesis makromolekule, misalnya poliomielitis, virus polio menghambat kompleks aktif yang menginisiasi sintesis protein. Virus cacar air (virus pox) dan reovirus (virus yang eneterik atau respiratorik) menyebabkan perubahan sitoskeletal seperti kerusakan baik filamen intermediet vimentin, maupun mikrotubulus. Virus morbili, virus herpes, dapat membentuk reaksi sel datia akibat proses fusi beberapa sel. Ini merupakan manifestasi adanya baik pemenuhan kebutuhan glikoprotein virus yang terinserasi (Latin: insertio; in= dalam, serere= bergabung) dalam permukaan membran maupun dampak yang ditimbulkan pada sitoskeletal. Sedangkan jisim inklusi (inclusion bodies) intranukleus atau intrasitoplasma, yang ditemukan dalam sel neuron atau ganglion susunan saraf dan sel organ lain (sel hati, dll) sering merupakan petanda adanya infeksi virus rabies, morbili, herpes atau cacar air ( dibei nama penemunya) yang disertai tersisanya partikel virus bersama materi fibriler dan atau membran sel. Imortilitas sel terinfeksi virus disertai replikasi tidak terkontrol, terjadi pada virus onkogenik (Pringgo, 2002).

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3 Sistem Imun1. 2. 2.1. 2.2. 2.3.1 PengertianImunitas merupakan suatu mekanisme yang bersifat faali yang melengkapi hewan dan manusia dengan suatu kemampuan untuk mengenal suatu zat atau bahan sebagai asing terhadap dirinya, yang selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan (respons imun) dengan berbagai cara, seperti netralisasi, memasukkan dalam proses Metabolisme atau melenyapkan, dengan akibat yang tidak selalu menguntungkan tubuh yaitu berlangsungnya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.3.1. 2.3.2 Fungsi Sistem ImunMenurut subowo (2009) Sistem imun memiliki 3 fungsi utama, yaitu : pertahanan, homeostasis dan perondaan.a. Fungsi pertahanan : kemampuan mempertahankan diri, tergantung dari hasil perlawanan melawan patogen. Jika kemampuannya dapat mencegah invasi patogen dalam tubuh, maka tubuh tidak menderita sakit. Sebaliknya jika invasi patogen dapat menggulungi sistem pertahanan tubuh, maka yang bersangkutan akan menderita sakit. Fungsi pertahanan ini diaplikasikan dalam vaksinasi yang akan melindungi tubuh terhadap invasi patogen.b. Fungsi kedua yang disebut homeostasis, kurang mendapatkan perhatian. Homeostasis yang merupakan kondisi penting bagi organisme hidup, merupakan mekanisme untuk menjaga keseimbangan internal tubuh. Terlibatnya sistem imun dalam menjaga keseimbangan tubuh, terutama dalam tubuh selalu berlangsung proses degradasi jaringan dan katabolisme.c. Fungsi ketiga sistem imun yang dinamakan immuniologic survailance, sebenarnya termasuk dalam fungsi pertahanan juga, tetapi sasarannya bukan terhadap konfigurasi yang berasal dari luar tubuh, melainkan dipersiapkan terhadap konfigurasi yang membahayakan dalam tubuh sendiri. Untuk mengatasi berkembangnya sel-sel yang berubah menjadi ganas yang dapat mengancam fungsi organ tubuh, bahkan mengancam kehidupan, sel-sel komponen sistem imun selalu meronda ke seluruh bagian tubuh. Jika dalam tugas perondaan tersebut dijumpai sel-sel yang akan tumbuh ganas, segeralah sistem imun berupaya melenyapkan.

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.3.1. 2.3.2. 2.3.3 Macam-macam ImunImunitas aktif, di dapat akibat kotak langsung dengan mikroorganisme atau toksin sehingga tubuh memproduksi antibodinya sendiri (Radji, Maksum, dkk., 2010).Imunitas aktif dapatan secara alami, terjadi jika seseorang terpapar satu penyakit dan system imun antibody serta limfosit khusus. Imunitas dapat bersifat seumur hidup (campak, cacar) atau sementara (pneumonia, pneumokokal, gonorea) (Radji, Maksum, dkk., 2010).Imunitas aktif dapatan secara buatan (terinduksi), merupakan hasil vaksinasi, vaksin di buat dari pathogenyang mati atau dilemahkan atau toksin yang telah diubah. Vaksin ini dapat meransang respon imun, tetapi tidak menyebabkan penyakit (Radji, Maksum, dkk., 2010).Imunitas pasif, terjadi jika antibody dipindah dari satu individu ke individu lain.1. Imunitas pasif alami, terjadi pada janin saat antibody IgG ibu masuk menebus plasenta.antibody IgG memberi berlindungan sementara (minguan sampai bulanan) pada system imun yang imatur.2. Imunitas pasif buatan, adalah imunitas yang di berikan melalui injeksi antibody yang diproduksi oleh orang tua hewan yang kebal karena pernah terpapar suatu antigen. Misalnya, antibody dari kuda yang kebal terhadap racun ular tertentu dapat diinjeksikan pada individu yang di patuk ular sejenis.

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.3.1. 2.3.2. 2.3.3. 2.3.4 Mekanisme Kerja Sistem ImunProses pengenalan bahan asing yang dapat memasuki tubuh diikuti oleh respons tubuh berupa pembentukan zat atau sel perusak sampai dengan perusakan bahan-bahan asing tersebut dinamakan respons imunoligik (DINKES, 1989).Mikoorganisme/bahan asing

Masuk ke dalam tubuh

Dikenal sebagai bahan asing

Sistem imunologik terangsang responImunologik berupa zat atau sel perusak

Merusak atau mematikan organisme

Penyakit dapat dicegah atau dimatikanSistem yang dapat menimbulkan respons imunitas tersebut dinamakan sistem imunologik. Sebagai contoh, bila tubuh terinfeksi virus cacar akan segera dikenali oleh sistem imunologik sebagai bahan asing. Maka sistem imunulogik akan mengadakan respons imunologik membentuk antibodi. Antibodi ini bersifat spesifik, artinya antibodi yang dihasilkan hanya ditujukan terhadap virus tersebut (DINKES, 1989).

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.3.1. 2.3.2. 2.3.3. 2.3.4. 2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem ImunTerdapat sejumlah faktor yang dapat berpengaruh terhadap fungsi sistem imun, selain faktor genetik sendiri. Di antara faktor-faktor tersebut yaitu (Subowo, 2009):1. Faktor metabolikHormon tertentu dapat berpengaruh terhadap respons imun tubuh. Hal ini dapat di amati misalnya pada keadaan hipodrenalisme dan hipotiriodisme akan menyebabkan menurunya daya tahan tahan terhadap infeksi. Demikian pula pada orang-orang yang mendapatkan pengobatan sediaan steroid sangat mudah mendapatkan infeksi bakteri maupun virus. Steroid tersebut berkhasiat dalam menghambat fagositosis, produksi antibodi dan menghambat proses peradangan. Kesemuannya merupakan proses yang melibatkan sistem imunGolongan steroid yang juga mencakup hormon kelamin seperti, androgen, esterogen, progeteron, diduga merupakan faktor pengubah terhadap kualitas respn imun.2. Faktor lingkunganKenaikan angka kesakitan penyakit infeksi pada masyarakat yang hidup di dalam lingkungan miskin sangat signifikan. Kenaikan tersebut di karenakan tubuh lebih banyak menghadapi bibit-bibit penyakit (masyarakat miskin sangat erat dengan lingkungan yang kotor) atau dapat karena hilangnya daya tahan yang disebabkan karena jeleknya keadaan gizi penduduk miskin.

3. Faktor giziKekurangan gizi pada seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seserang. Manusia membutuhkan 6 komponen dasar bahan makanan yang di manfaatkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Keenam komponen tersebut yaitu: protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang cukup dan seimbang sangat penting untuk berfungsinya sistem imun secara normal. Dengan demikian kekurangan gizi dapat merupakan penyebab utama timbulnya difisiensi imun (immuno deficiency).4. Faktor sawar anatomikGaris pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat garis kulit dan selaput lendir yang keduanya melapisi serta melindungi tubuh terhadap lingkungan luar. Pada lapisan kulit dan selaput lendir terdapat berbagai jenis struktural yang bertindak sebagai pelindung,seperti misalnya rambut, sel-sel yang memiliki bulu getar, atau lapisan keratin yang terdapat pada permukaan epidermis kulit. Apabila lapisan kulit dan selaputlendir rusak maka akan memudahkan invasi mikroba ke dalam tubuh.5. Faktor sawar fisiologikSel-sel epidermis kulit dapat menghasilkan berbagai produk yang bersifat bakteriostatik atau bakteriolisis. Demikian pula sel-el yang melapisi selaput lendir maupun menghasilkan bahan-bahan yang dapat menahan invasi patogen, seperti enzim, HCl dalam getah lambung, lendir yang mengandung enzim.6. Faktor umurSistem imun mengalami perkembangan sejak dini semasa perkembangan organisme bersangkutan. Sistem imun dalam janin manusia sudah berkembang, maka seirama dengan perkembangannya, efektivitas fungsi secara bertahap semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Tetapi hal ini tidak berarti, jika orang lanjut usia memiliki sistem imun yang lebih efektif dengan individu yang berumur lebih muda. Pada umumnya individu yang berumur lebih muda berbeda kualitas sitem imunnya dengan usia yang lebih lanjut, walaupun sistem imun usia lanjut tidak terjadi gangguan. Fenomena tersebut dapat di jelaskan bahwa pada akil balik sistem imun akan menurun kualitasmya seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh kemunduran biologik secara umum, juga disebabkan oleh pengaruh mengecilnya kelenjar timus dengan bertambahnya umur. Perkembangan dan pertumbuhan sistem imun tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kemampuan sistem imun, baik menyangkut respon imun humoral maupun selular. Keadaan ini tercermin misalnya adanya oeningkatan kasus-kasus keganasan daan mudahnya terjangkit penyakit infeksi pada golongan usia lanjut.7. Faktor mikrobaKeberadaan mikroba yang tidak patogen pada permukaan luar dan dalam tubuh dibutuhkan untuk peningkatan daya tahan tubuh, karena bakteri tersebut akan merangsang pembentukan antibodi alami (natural antibody) yang dibutuhkan untuk menangkal invasi bakteri yang patogen. Pada pemakaian antibiotika yang rasional, dapat mematikan populasi bakteri yang berjasa tersebut, sehingga pada gilirannya akan memberikan kesempatan berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi tubuh.(Subowo,2009)

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.3.1. 2.3.2. 2.3.3. 2.3.4. 2.3.5. 2.3.6 Sistem LimfatikSistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening membawa cairan dan protein yang hilang kembali ke darah .Cairan memasuki sistem ini dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila suda berada dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph) atau getah bening, komposisinya kira-kira sama dengan komposisi cairan interstisial. Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem sirkulasi di dekat persambungan vena cava dengan atrium kanan. Pembuluh limfa, seperti vena , mempunyai katup yang mencegah aliran balik cairan menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh tersebu membantu mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik. Seperti vena, pembuluh limfa juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memeras cairan kearah jantung (Syaifuddin, 2002). Di sepanjang pembuluh limfa terdapat organ yang disebut nodus (simpul) limfa (lymph node) atau nodus getah bening yang menyaring limfa. Di dalam nodus limfa terdapat jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah denagn ruang-ruang yang penuh dengan sel darah putih. Sel-sel darah putih tersebut berfungsi untuk menyerang virus dan bakteri. Organ-organ limfa diantanya kelenjar getah bening (limfonodus), tonsil, tymus, limpa ( spleen atau lien) , limfonodulus. System limfe terdiri dari pembuluh limfe, nodus limfatik, organ limfatik, nodul limfatik, sel limfatik. Pembuluh limfe merupakan muara kapiler limfe, menyerupai vena kecil yang terdiri atas 3 lapis dan mempunyai katup pada lumen yang mencegah cairan limfe kembali ke jaringan (Syaifuddin, 2002).Nodus limfaticus terdapat di sepanjang jalur pembuluh limfe berupa benda oval atau bulat yang kecil. Ditemukan berkelompok yang menerima limfe dari bagian tubuh. Fungsi utama nodus limfaticus untuk menyaring antigen dari limfe dan menginisiasi respon imun. Timus terletak di mediastinum anterior berupa 2 lobus. Pada bayi dan anak-anak, timus agak besar dan sampai ke mediastinum superior (Syaifuddin, 2002).Timus terus berkembang sampai pubertas mencapai berat 30 -50 gr. Kemudian mengalami regresi dan digantikan oleh jaringan lemak Pada orang dewasa timus mengalami atrofi dan hampir tidak berfungsi. Limpa terletak di Quadran atas kiri abdomen, di inferior diaphragma yang memanjang dari iga 9 11, terletak dilateralis ginjal dan posterolateral gaster. Fungsi limfa yaitu (Syaifuddin, 2002): 1. Menginisiasi respon imun bila ada antigen didalam darah 2. Reservoir eritrosit dan platelet 3. Memfagosit eritrosit dan platelet yang defectiv 4. Phagosit bacteri dan benda asing lainnya Secara garis besar, sistem limfatik mempunyai 3 fungsi (Syaifuddin, 2002) : 1. Aliran Cairan Interestial 2. Mencegah Infeksi 3. Pengangkutan Lipid1. Aliran cairan interstisial Cairan interestial yang menggenangi jaringan secara terus menerus yang diambil oleh kapiler kapiler limfatik disebut dengan Limfa. Limfa mengalir melalui sistem pembuluh yang akhirnya kembali ke sistem sirkulasi. Ini dimulai pada ekstremitas dari sistem kapiler limfatik yang dirancang untuk menyerap cairan dalam jaringan yang kemudian dibawa melalui sistem limfatik yang bergerak dari kapiler ke limfatik (pembuluh getah bening) dan kemudian ke kelenjar getah bening. Getah bening ini disaring melalui benjolan dan keluar dari limfatik eferen. Dari sana getah bening melewati batang limfatik dan akhirnya ke dalam saluran limfatik. Pada titik ini getah bening dilewatkan kembali ke dalam aliran darah dimana perjalanan ini dimulai lagi (Syaifuddin, 2002). 2. Mencegah infeksi Sementara kapiler getah bening mengumpulkan cairan interstisial mereka juga mengambil sesuatu hal lain seperti virus dan bakteri, ini terbawa dalam getah bening sampai mereka mencapai kelenjar getah bening yang mana dirancang untuk menghancurkan virus dan bakteri dengan menggunakan berbagai metode. Pertama sel makrofag menelan bakteri, ini dikenal sebagai fagositosis. Kedua sel limfosit menghasilkan antibodi, ini dikenal sebagai respon kekebalan tubuh. Proses ini diharapkan akan berhubungan dengan semua infeksi yang berjalan melalui getah bening tetapi sistem limfatik tidak meninggalkan ini di sana. Beberapa sel Limfosit akan meninggalkan node dengan perjalanan di getah bening dan memasuki darah ketika getah bening bergabung kembali, ini memungkinkan untuk menangani infeksi pada jaringan lain. Ini bukan satu-satunya daerah dimana perlawanan berlangsung, limpa juga menyaring darah dengan cara yang sama seperti sebuah nodus yang menyaring getah bening, sel B dan sel T yang bermigrasi dari sumsum tulang merah dan Thymus yang telah matang pada limpa (Ada 3 jenis sel T yang menakjubkan, itu adalah memori T sel yang dapat mengenali patogen yang telah memasuki tubuh sebelumnya. Dan dapat menangani mereka dengan lebih cepat, sel T lainnya disebut helper dan sitotoksik) yang melaksanakan fungsi kekebalan, sedangkan sel makrofag limpa menghancurkan sel-sel darah patogen yang dilakukan oleh fagositosis. Ada nodul limfatik seperti amandel yang menjaga terhadap infeksi bakteri yang mana ini menggunakan sel limfosit. Kelenjar timus mematangkan sel yang diproduksi di sumsum tulang merah. Setelah sel-sel ini matang, sel-sel ini kemudian bermigrasi ke jaringan limfatik seperti amandel yang mana kemudian berkumpul pada suatu wilayah dan mulai melawan infeksi. Sumsum tulang Merah memproduksi sel B dan sel T yang bermigrasi ke daerah lain dari sistem getah bening untuk membantu dalam respon kekebalan (Syaifuddin, 2002). 3. Pengangkutan Lipid Jaringan kapiler dan pembuluh juga mengangkut lipid dan vitamin yang larut lemak A, D, E dan K ke dalam darah, yang menyebabkan getah bening berubah warna menjadi krem. Lipid dan vitamin yang diserap dalam saluran pencernaan dari makanan dan kemudian dikumpulkan oleh getah bening pada saat ini dikirimkan ke darah. Tanpa sistem limfatik kita akan berada dalam kesulitan, memiliki masalah dengan banyak penyakit. Jaringan tubuh akan menjadi macet dengan cairan dan sisa-sisa yang membuat kita menjadi bengkak. Kita juga akan kehilangan vitamin yang diperlukan (Syaifuddin, 2002).

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.3.1. 2.3.2. 2.3.3. 2.3.4. 2.3.5. 2.3.6. 2.3.7 Perbandingan dan Limfatik Sistem KardiovaskularSistem kardiovaskular (Darah) Sistem limfatik (Getah bening) Darah bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan mendistribusikan oksigen, nutrisi dan hormon ke seluruh jaringan tubuh. Darah mengalir dalam suatu loop terus menerus tertutup seluruh tubuh melalui arteri, kapiler, dan vena. Darah dipompa tubuh. Jantung memompa Darah ke dalam arteri yang membawa ke semua dari vena kembali darah dari seluruh bagian tubuh ke jantung. Darah terdiri dari plasma cair yang mengangkut sel-sel darah putih dan merah dan platelet (Syaifuddin, 2002). Getah bening bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan mengeluarkan produkproduk sisa tertinggal dalam jaringan. Getah bening mengalir dalam rangkaian terbuka dari jaringan ke pembuluh limfatik. Setelah di dalam kapal ini, getah bening mengalir hanya satu arah. Getah tidak dipompa. Hal pasif mengalir dari jaringan ke kapiler getah bening. Aliran dalam pembuluh limfatik dibantu oleh gerakan tubuh lainnya seperti pernapasan dan tindakan otot di dekatnya dan pembuluh darah (Syaifuddin, 2002). Getah bening yang telah disaring dan siap untuk adalah cairan putih susu atau jelas. Darah terlihat dan kerusakan pembuluh Getah tidak terlihat dan kerusakan pada darah menyebabkan tanda-tanda jelas seperti perdarahan atau memar. Darah disaring oleh ginjal. Semua darah mengalir melalui ginjal di mana sampah produk dan cairan kelebihan dihapus. Diperlukan cairan dikembalikan ke sirkulasi jantung (Syaifuddin, 2002). Pembuluh darah kerusakan atau insufisiensi menghasilkan pembengkakan yang berisi cairan protein rendah. sistem limfatik sulit untuk mendeteksi sampai bengkak terjadi. Limfe disaring oleh kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Simpul tersebut menghapus beberapa cairan dan puingpuing. Mereka juga membunuh patogen dan beberapa sel-sel kanker. Limfatik kapal kerusakan atau insufisiensi menghasilkan pembengkakan yang berisi cairan kaya protein (Syaifuddin, 2002).

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. Infus1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.4.1 Pengertian dan FungsiInfus adalah larutan dalam jumlah besar, terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman yang dan keluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan hemeostatis(keseimbangan cairan tubuh) maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit (Stevanus, 2006).Tujuan dan fungsi1. Mengganti kehilangan cairan yang hilang sebelumnya2. Mencukupi kebutuhan cairan didalam tubuh karena dehidrasi, syok3. Mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsungPenggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan kegunaanya, yaitu (Stevanus, 2006):1. Infus elektrolitTubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intraseluler (didalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K, Mg, sulfat, fosfat, protein, serta senyawa organic asam fosfat seperti ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraseluler (di luar sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3L air dan terbagi atas cairan interstisial (diantara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam sistem peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na, klorida dan bikarbonat.2. Infus karbohidratInfus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Biadanaya digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalori glikogen otot kerangka, hipoglikemia, dan lain-lain. 3. Larutan irigasiLarutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3L). larutan tidak disuntikkan kedalam vena, tetapi dihunakan diluar sistem peredaran dan umumnya menggunakan jenis tutup yang di putar atau plastic yang di patahkan sehingga memeungkinkan pengisisan larutan dengan cepat. Biasanya larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci lula-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi perdarahan. Biasanya di gunakan dalam kegiatan laparatomy, arthoroscopy,hysterectomy, dan turs.4. Larutan dialisis peritonealLarutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar (2L). larutan tidak disuntikkan kedalam vena, tetapi dibiarkan mengalir kedalam ruangan peritoneal dan umumnya menggunakan tutup plastic yang dipatahkan sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun kebawah. Penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normal dikeluarjan atau di diekskresikan ginjal.5. Infus plasma expander atau penambah darahLarutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, operasi dan lain-lain.

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5 Bengkak dan Demam1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.5.1 BengkakBengkak adalah pembesaran atau protuberansi pada tubuh, termasuk tumor. Bengkak merupakan salah satu dari lima ciri utama pada peradangan, bersama dengan rasa sakit, panas, warna kemerahan, dan disfungsi. Menurut penyebabnya, bengkak dapat bersifat kongenital, traumatik, radang, neoplastik, dan lain-lain. Akhiran "-megali" digunakan dalam bidang medis untuk menjelaskan pembengkakan, seperti hepatomegali, akromegali, dan splenomegali.Bagian tubuh membengkak disebabkan oleh adanya luka, infeksi, atau suatu penyakit (Wibowo, 2006).Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi (Wibowo, 2006).Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi (Wibowo, 2006): 1. memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk meningkatkan performa makrofaga2. menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi3. mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dll, yang disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi:1. pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.2. aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan pembuluh darah.3. kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan masuk ke dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:1. tumor atau membengkak2. calor atau menghangat3. dolor atau nyeri4. rubor atau memerah5. functio laesa atau daya pergerakan menurunndan kemungkinan disfungsi organ atau jaringan.

1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.5.1. 2.5.2 DemamDemam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi. Suhu tubuh normal bervariasi tergantung masing-masing orang, usia dan aktivitas. Rata-rata suhu tubuh normal adalah 37 derajat C (Wibowo, 2006).Suhu tubuh kita biasanya paling tinggi pada sore hari. Suhu tubuh dapat meningkat disebabkan oleh aktivitas fisik, emosi yang kuat, makan, berpakaian tebal, obat-obatan, suhu kamar yang panas, dan kelembaban yang tinggi. Ini terutama pada anak-anak.Suhu tubuh orang dewasa kurang bervariasi. Tetapi pada seorang wanita siklus menstruasi dapat meningkatkan suhu tubuh satu derajat atau lebih (Wibowo, 2006).Apa yang terjadi pada tubuh kita pada saat demam? Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Thermostat adalah alat untuk menyetel suhu seperti yang terdapat pada AC. Hipotalamus kita mengetahui berapa suhu tubuh kita yang seharusnya dan akan mengirim pesan ke tubuh kita untuk menjaga suhu tersebut tetap stabil (Wibowo, 2006).Pada saat kuman masuk ke tubuh dan membuat kita sakit, mereka seringkali menyebabkan beberapa zat kimiawi tertentu beredar dalam darah kita dan mencapai hipotalamus. Pada saat hipotalamus tahu bahwa ada kuman, maka secara otomatis akan mengeset thermostat tubuh kita lebih tinggi. Misalnya suhu tubuh kita harusnya 37 derajat C, thermostat akan berkata bahwa karena ada kuman maka suhu tubuh kita harusnya 38,9 derajat C (Wibowo, 2006).Kenapa hipotalamus memberitahu tubuh kita untuk mengubah ke suhu tubuh yang lebih tinggi? Ternyata dengan suhu tubuh yang lebih tinggi adalah cara tubuh kita berperang melawan kuman dan membuat tubuh kita menjadi tempat yang tidak nyaman bagi kuman.Setelah hipotalamus mengeset suhu baru untuk tubuh kita, maka tubuh kita akan bereaksi dan mulai melakukan pemanasan. Jadi setelah hipotalamus mengeset pada suhu 38,9 derajat C misalnya, maka suhu tubuh kita yang tadinya 37 derajat C, oleh tubuh kita akan dinaikkan menjadi 38,9 derajat C. Pada saat tubuh menuju ke suhu baru kita akan merasa menggigil. Kita dapat pula merasa sangat dingin meskipun ruangan tidak dingin dan bahkan meskipun kita sudah memakai baju tebal dan selimut. Jika tubuh sudah mencapai suhu barunya, katakanlah 38,9 derajat C maka kita tidak akan merasa dingin lagi (Wibowo, 2006).Setelah penyebab yang menimbulkan demam lenyap, maka hipotalamus akan mengeset semuanya kembali seperti sediakala. Pada saat obat untuk radang tenggorokan kita sudah mulai bekerja misalnya, maka suhu tubuh kita akan mulai turun dan kembali ke normal. Kita akan merasa hangat dan perlu melepaskan panas yang berlebihan yang masih ada di tubuh. Kita akan berkeringat dan ingin memakai pakairan yang lebih tipis (Wibowo, 2006).Demam bukan suatu penyakit. Jauh dari sebagai musuh, demam adalah suatu bagian penting dari pertahanan tubuh kita melawan infeksi. Banyak bayi dan anak-anak menjadi demam tinggi oleh penyakit-penyakit virus ringan. Jadi demam memberitahukan kepada kita bahwa suatu peperangan mungkin sedang terjadi di dalam tubuh kita, demam berperang untuk kita, bukan untuk melawan kita (Wibowo, 2006).Banyak bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatkan suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh memenangkan pertempuran melawan bakteri dan virus tadi. Selain itu demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, antibodi dan zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, 2006).Fever Phobia, banyak orangtua takut bahwa demam akan menyebabkan kerusakan otak. Kerusakan otak dari demam umumnya tidak akan terjadi kecuali demam melebihi 42 derajat C. Kebanyakan orangtua juga takut bahwa demam yang tidak diobati akan semakin tinggi dan semakin tinggi. Demam yang tidak diobati yang disebabkan oleh infeksi jarang yang melebihi 40,6 derajat C kecuali anak tersebut diberikan pakaian yang berlebihan atau terjebak dalam suatu tempat yang panas. Thermostat di otak akan menghentikan demam agar tidak melebihi 41,1 derajat C (Wibowo, 2006).Beberapa orangtua takut bahwa demam akan menyebabkan kejang. Bagi kebanyakan anak-anak, demam tidak menyebabkan kejang. Tetapi kejang demam memang dapat terjadi pada beberapa anak. Sekali seorang anak diketahui pernah menderita kejang demam sederhana maka kita harus mencegah agar anak tersebut jangan sampai demam tinggi. Pada umumnya kejang demam sederhana hanya berlangsung singkat tanpa efek jangka panjang (Wibowo, 2006).Meskipun infeksi adalah penyebab umum dari demam, akan tetapi demam mempunyai daftar penyebab lain yang cukup panjang, termasuk racun, kanker, dan penyakit-penyakit autoimun (Wibowo, 2006).Heatstroke atau hyperthermia, tidak sama dengan demam, oleh karena peningkatan suhu tubuh yang terjadi bukan disebabkan hipotalamus menaikkan set pointnya. Ini dapat terjadi akibat berolahraga terlalu lelah tanpa minum yang cukup atau terpapar dengan lingkungan yang panas, dan bisa juga disebabkan oleh beberapa obat-obatan tertentu. Hyperthermia dapat membahayakan jiwa (Wibowo, 2006).Demam yang tidak dapat dijelaskan yang berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu disebut dokter sebagai FUO (fever of undetermined origin). Kebanyakan disebabkan oleh suatu infeksi yang tersembunyi (Wibowo, 2006).Penyebab Umum Infeksi virus dan bakteri; Flu dan masuk angin; Radang tenggorokan; Infeksi telinga Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan virus. Bronkitis akut, Infeksi saluran kencing Infeksi saluran pernafasan atas (seperti amandel, radang faring atau radang laring) Obat-obatan tertentu Kadang-kadang disebabkan oleh masalah-masalah yang lebih serius seperti pneumonia, radang usus buntu, TBC, dan radang selaput otak. Demam dapat terjadi pada bayi yang diberi baju berlebihan pada musim panas atau pada lingkungan yang panas. Penyebab-penyebab lain: penyakit rheumatoid, penyakit otoimun, Juvenile rheumatoid arthritis, Lupus erythematosus, Periarteritis nodosa, infeksi HIV dan AIDS, Inflammatory bowel disease, Regional enteritis, Ulcerative colitis, Kanker, Leukemia, Neuroblastoma, penyakit Hodgkin, Non-Hodgkin's lymphoma1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.5.1. 2.5.2.

3