makalah isbd nilai,, moral dan hukum

41
Makalah ISBD ( Manusia, Nilai, Moral dan Hukum ) FEB 2 Posted by efriawan 4 Votes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya untuk menjadikan manusia berbudaya.Budaya dalam pengertian yang sangat luas mencakup segala aspek kehidupan manusia, yang dimulai dari cara berpikir,bertingkah laku sampai produk-produk berpikir manusia yang berwujud dalam bentuk benda (materil)maupun dalam bentuk sistem nilai (in- materil). Pergaulan antar umat di dunia yang semakin intensif akan melahirkan budaya-budaya baru, baik berupa pencampuran budaya, penerimaan budaya oleh salah satu pihak atau keduanya, dominasi budaya, atau munculnya budaya baru.Keseluruhan proses ini tentu saja dipengaruhi oleh proses pendidikan di masyarakat. Pemunculan kebudayaan baru tidak sepenuhnya memberikan efek positif terhadap perkembangan suatu bangsa, tetapi ada juga yang berdampak negative. Untuk menghindari hal-hal negatif dari suatu kebudayaan baru, diperlukan berbagai upaya untuk mengadakan saringan kebudayaan yang dianggap paling tepat untuk diterapkan . Oleh karena , pemahaman terhadap kebudayaan

Upload: achmad-dodi-meidianto

Post on 29-Dec-2015

291 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Makalah ISBD ( Manusia, Nilai, Moral dan Hukum )

FEB 2Posted by efriawan      4 Votes

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya untuk menjadikan manusia berbudaya.Budaya dalam pengertian yang sangat luas mencakup segala aspek kehidupan manusia, yang dimulai dari cara berpikir,bertingkah laku sampai produk-produk berpikir manusia yang berwujud dalam bentuk benda (materil)maupun dalam bentuk sistem nilai  (in- materil).

Pergaulan antar umat di dunia yang semakin intensif akan melahirkan budaya-budaya baru, baik berupa pencampuran budaya, penerimaan budaya oleh salah satu pihak atau keduanya, dominasi budaya, atau munculnya budaya baru.Keseluruhan proses ini tentu saja dipengaruhi oleh proses pendidikan di masyarakat.

Pemunculan kebudayaan baru tidak sepenuhnya memberikan efek positif terhadap perkembangan suatu bangsa, tetapi  ada juga yang berdampak negative. Untuk menghindari hal-hal negatif dari suatu kebudayaan baru, diperlukan berbagai upaya untuk mengadakan saringan kebudayaan yang dianggap paling tepat untuk diterapkan . Oleh karena , pemahaman terhadap kebudayaan menjadi penting bagi seorang pendidik agar pendidik memahami secara persis kebudayaan dan pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat.

1.2 Sistem Penulisan                       BAB I     : PENDAHULUAN                       BAB II    : PEMBAHSAN                       BAB III  : PENUTUP    BAB IIPEMBAHASAN

Page 2: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

 2.1. Pengertian ManusiaSecara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan

Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada individu lain. Ia belajar berjalan,belajar makan,belajar berpakaian,belajar membaca,belajar membuat sesuatu dan sebagainya,memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.

Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia menyatakan bahwa ketergantungan individu terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat terlihat dari usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan melalui perantaraan kebudayaan.

Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya system perlindungan dalam rumah,pakaian dan peralatan. Perlindungan secara umum, dalam pengertian gangguan/kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia berkelompok. Untuk menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini, diciptakan aturan-aturan  dan kontrol-kontrol social tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain itu ditentukan pula siapa yang berhak mengatur kehidupan kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.

2.2. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.

Sifat-sifat nilai adalah Sebagai berikut.

1. Nilai itu suatu relitas abstrak dan ad dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu.

Page 3: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Misalnya orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bias menindra kejujuran itu.

2. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal das sollen. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya nilai keadilan. Semua orang berharap manusia dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.

3. Niliai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.

Menurut Cheng(1995): Nilai merupakan sesuatu yang potensial,dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif ,sehingga berfungsi untuk menyempurnakan manusia ,sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang seharusnya dimiliki(dalam Lasyo,1999,hlm.1).

Menurut Lasyo(1999,hlm.9)sebagai berikut: Nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasidalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai yaitu sesuatu yang menjadi etika atau estetika yang menjadi pedoman dalam berperilaku.

Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks,pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif,apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya,bahkan memandang nilai telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai.Baik dan buruk,benar dan salah bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran manusia,tetapi ada sebagai sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam kehidupannya.Pandangan kedua memandang nilai itu subjektif,artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya.Jadi nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya penilai.Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek penilai.

2.3. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan.Kata mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner mores atau manners,morals.

Dalam bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa Arab)atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis ,etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima masyarakat umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban,dan sebagainya.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan

Page 4: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.

Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Jadi moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.

2.4. Pengertian HukumDisamping adat istiadat tadi ,ada kaidah yang mengatur kehidupan manusia yaitu hukum, yang biasanya dibuat dengan sengaja danmempunyai sanksi yang jelas.Hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat agar terjadi keserasian diantara wrga masyarakat dan system social yang dibangun oleh suatu masyarakat.Pada masyarakat modern hukum dibuat oleh lembaga – lembaga yang diberikan wewenang oleh rakyat.

Keseluruhan kaidah dalam masyarakat pada intinya adalah mengatur masyarakat agar mengikuti pola perilaku yang disepakati oleh system social dan budaya yang berlaku pada masyarakat tersebut. Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut.Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola perilaku masyarakat tadi.Pola perilaku berbeda dengan kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak seseorang yang kemudian diakui dan mungkin diikuti oleh orang lain. Pola perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan dilaksanakan pada khususnya apabila seseorang berhubungan dengan orang lain, dinamakan social organization.

2.5 Manusia, Nilai, Hukum dan Moral

Meskipun banyak pakar yang mengemukakan pengertian nilai, namun ada yang telah disepakati dari semua pengertian itu bahwa nilai berhubungan dengan manusia, dan selanjutnya nilai itu penting. Pengertian nilai yang telah dikemukakan oleh setiap pakar pada dasarnya adalah upaya dalam memberikan pengertian secara holistik terhadap nilai, akan tetapi setiap orang tertarik pada bagian bagian yang “relatif belum tersentuh” oleh pemikir lain.

Definisi yang mengarah pada pereduksian nilai oleh status benda, terlihat pada pengertian nilai yang dikemukakan oleh John Dewney yakni, Value Is Object Of Social Interest, karena ia melihat nilai dari sudut kepentingannya.

Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak.

Page 5: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Nilai itu penting bagi manusia. Apakah nilai itu dipandang dapat mendorong manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan. Menilai dapat diartikan menimbang yakni suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya yang kemudian dilanjutkan dengan memberikan keputusan. Keputusan itu menyatakan apakah sesuatu itu bernilai positif (berguna, baik, indah) atau sebaliknya bernilai negatif. Hal ini dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada diri manusia yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa, dan kepercayaan.

Nilai memiliki polaritas dan hirarki, antara lain:

1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai polaritas seperti baik dan buruk; keindahan dan kejelekan.

2. Nilai tersusun secara hierarkis yaitu hierarki urutan pentingnya.Nilai (value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda abstrak yang dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Notonagoro membagi hierarki nilai pokok yaitu:

3. Nilai material yaitu sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.4. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan

kegiatan atau aktivitas.5. Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian terbagi menjadi empat macam:

1. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio manusia2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan estetis manusia3. Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa manusia4. Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan disertai penghayatan

melalui akal budi dan nuraninya

Hal-hal yang mempunyai nilai tidak hanya sesuatu yang berwujud (benda material) saja, bahkan sesuatu yang immaterial seringkali menjadi nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia seperti nilai religius.

Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, keinginan, harapan, dan segala sesuatu pertimbangan internal (batiniah) manusia. Dengan demikian nilai itu tidak konkret dan pada dasarnya bersifat subyektif. Nilai yang abstrak dan subyektif ini perlu lebih dikonkretkan serta dibentuk menjadi lebih objektif. Wujud yang lebih konkret dan objektif dari nilai adalah norma/kaedah. Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu.

Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.

Page 6: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Ada beberapa macam norma/kaedah dalam masyarakat, yaitu:

1.  Norma kepercayaan atau keagamaan2.  Norma kesusilaan3.  Norma sopan santun/adab4.  Norma hokum

Dari norma-norma yang ada, norma hukum adalah norma yang paling kuat karena dapat dipaksakan pelaksanaannya oleh penguasa (kekuasaan eksternal).

Nilai dan norma selanjutnya berkaitan dengan moral. Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

     2.6 Hubungan Manusia dengan Moral

Moral memiliki arti yang hampir sama dengan etika. Etika berasal daribahasa kuno yang berarti ethos dalam bentuk tunggal ethos memiliki banyak artiyaitu tempat tinggal biasa, padang rumput, kebiasaan, adat, watak sikap , dan caraberfiki. Dalam bentuj jamak ethos (ta etha) yang artinya adat kebiasaan. Moralberasal dari bahsa latin yaitu mos (jamaknya mores) yang berarti adat, cara, dantampat tinggal. Dengan demikian secara etismologi kedua kata tersebut bermaknasama hannya asal uasul bahasanya yang berbeda dimana etika dari bahasa yunanisementara moral dari bahasa latin.

Moral yang pengertiaannya sama dengan etika dalam makna nilai-nilaidan orma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalammengatur tingkah lakunya. Dalam ilmu filsafat moral banyak unsur yang dikajisecara kritis, di landasi rasionalitas manusia seperti sifat hakiki manusia, prinsipkebaikan, pertimbangan etis dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dansebagainya. Moral lebih kepada sifat aplikatif yaitu berupa nasehat tentang hal-halyang baik.

Ada beberapa unsur dari kaidah moral yaitu :

1. Hati NuraniMerupakan fenomena moral yang sangat hakiki.

Page 7: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Hati nurani merupakanpenghayatan tentang baik atau buruk mengenai perilaku manusia dan hati nuraniini selalu dihubunngkan dengan kesadaran manusia dan selalu terkait dalamdengan situasi kongkret. Dengan hati nurani manusia akan sanggupmererfleksikandirinya terutama dalam mengenai dirinya sendiri atau juga mengenal orang.

1. Kebebasan dan tanggung jawab.

Kebebasan adalah milik individu yang sangat hakiki dan manusiawi dankarena manusia pada dasar nya adal;ah makhluk bebas. Tetapi didalam kebebasanitu juga terbatas karena tidak boleh bersinggungan dengan kebebasan orang lainketika mereka melakukan interaksi. Jadi, manusia itu adalah makhluk bebas yang dibatasi oleh lingkungannya sebagai akibat tidak mampunya ia untuk hidupsendiri.

1. Nilai dan Norma Moral.

Nilai dan moral akan muncul ketika berada pada orang lain dan ia akanbergabung dengan nilai lain seperti agama, hukum, dan budaya. Nilai moralterkait dalam tanggung jawab seseorang.

Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali. Ada pepatah roma yang mengatakan “quid leges sine moribus?” (apa artinya undang-undang jika tidak disertai moralitas?). Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa disertai moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral, perundang-undangan yang immoral harus diganti. Disisi lain moral juga membutuhkan hukum, sebab moral tanpa hukum hanya angan-angan saja kalau tidak di undangkan atau di lembagakan dalam masyarakat.Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya ‘mungkin’ ada hukum yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dan moral. Untuk itu dalam konteks ketatanegaraan indonesia dewasa ini. Apalagi dalam konteks membutuhkan hukum.

Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa moralitas hukum tampak kosong dan hampa (Dahlan Thaib,h.6). Namun demikian perbedaan antara hukum dan moral sangat jelas.

Perbedaan antara hukum dan moral menurut K.Berten :

1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan secara sistematis dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum lebih memiliki kepastian dan objektif dibanding dengan norma moral. Sedangkan norma moral lebih subjektif dan akibatnya lebih banyak ‘diganggu’ oleh diskusi yang yang mencari kejelasan tentang yang harus dianggap utis dan tidak etis.

2. Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi diri sebatas lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang.

Page 8: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan,pelanggar akan terkena hukuman. Tapi norma etis tidak bisa dipaksakan, sebab paksaan hanya menyentuh bagian luar, sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya sanksi dibidang moralitas hanya hati yang tidak tenang.

4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara. Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum adat, namun hukum itu harus di akui oleh negara supaya berlaku sebagai hukum.moralitas berdasarkan atas norma-norma moral yang melebihi pada individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis atau dengan cara lain masyarakat dapat mengubah hukum, tapi masyarakat tidak dapat mengubah atau membatalkan suatu norma moral. Moral menilai hukum dan tidak sebaliknya.

Sedangkan Gunawan Setiardja membedakan hukum dan moral :

1. Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsesus dan hukum alam sedangkan moral berdasarkan hukum alam.

2. Dilihat dari otonominya hukum bersifat heteronom (datang dari luar diri manusia), sedangkan moral bersifat otonom (datang dari diri sendiri).

3. Dilihat dari pelaksanaanya hukum secara lahiriah dapat dipaksakan,4. Dilihat dari sanksinya hukum bersifat yuridis. moral berbentuk sanksi kodrati,

batiniah, menyesal, malu terhadap diri sendiri.5. Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan

bernegara, sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia.6. Dilihat dari waktu dan tempat, hukum tergantung pada waktu dan tempat, sedangkan

moral secara objektif tidak tergantung pada tempat dan waktu (1990,119).  2.7 Hubungan Manusia dengan Hukum

Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin menggambarkan hidup manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka manusia, masyarakat, dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-lembaga hukum mana yang melaksanakannya.

Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktursosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat

Page 9: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum.

Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order) yang bernama: masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).

      2.8 Tujuan Hukum

Banyak teori atau pendapat mengenai tujuan hukum. Berikut teori-teori dari para ahli :

1. Prof. Subekti, SH: Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara menyelenggarakan keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan yang sama tiap orang mendapat bagian yang sama pula.

2. Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn: Tujuan hukum adalah mengatur hubungan antara sesama manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian antara sesama. Dengan menimbang kepentingan yang bertentangan secara teliti dan seimbang.

3. Geny : Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia kepentingan daya guna dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan.

4. Roscoe Pound berpendapat bahwa hukum berfungsi sebagai alat merekayasa masyarakat (law is tool of social engineering).

5. Muchatr Kusumaatmadja berpendapat bahwa tujuan pokok dan utama dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini merupakan syarat pokok bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur.

Tujuan hukum menurut hukum positif Indonesia termuat dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi “..untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Pada umumnya hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri, namun tiap perkara harus diputuskan oleh hakim berdasarkan dengan ketentuan yang sedang berlaku.

Page 10: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

  2.9  Penegakan Hukum

Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), bukan berdasarkan kekuasaan (machstaat) apalagi bercirikan negara penjaga malam (nachtwachterstaat). Sejak awal kemerdekaan, para bapak bangsa ini sudah menginginkan bahwa negara Indonesia harus dikelola berdasarkan hukum.

Ketika memilih bentuk negara hukum, otomatis keseluruhan penyelenggaraan negara ini harus sedapat mungkin berada dalam koridor hukum. Semua harus diselenggarakan secara teratur (in order) dan setiap pelanggaran terhadapnya haruslah dikenakan sanksi yang sepadan.

Penegakkan hukum, dengan demikian, adalah suatu kemestian dalam suatu negara hukum. Penegakan hukum adalah juga ukuran untuk kemajuan dan kesejahteraan suatu negara. Karena, negara-negara maju di dunia biasanya ditandai, tidak sekedar perekonomiannya maju, namun juga penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia (HAM) –nya berjalan baik. Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.

Friedmann berpendapat bahwa efektifitas hukum ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

1. Substansi hokum yaitu materi atau muatan hukum. Dalam hal ini peraturan haruslah peraturan yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat untuk mewujudkan ketertiban bersama.

2. Aparat Penegak Hukum agar hukum dapat ditegakkan, diperlukan pengawalan yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum yang memiliki komitmen dan integritas tinggi terhadap terwujudnya tujuan hukum.

3.  Budaya Hukum yaitu budaya hukum yang dimaksud adalah budaya masyarakat yang tidak berpegang pada pemikiran bahwa hukum ada untuk dilanggar, sebaliknya hukum ada untuk dipatuhi demi terwujudnya kehidupan bersama yang tertib dan saling menghargai sehingga harmonisasi kehidupan bersama dapat terwujud.Banyak pihak menyoroti penegakan hukum di Indonesia sebagai ‘jalan di tempat’ ataupun malah ‘tidak berjalan sama sekali.’ Pendapat ini mengemuka utamanya dalam fenomena pemberantasan korupsi dimana tercipta kesan bahwa penegak hukum cenderung ‘tebang pilih’, alias hanya memilih kasus-kasus kecil dengan ‘penjahat-penjahat kecil’ daripada buronan kelas kakap yang lama bertebaran di dalam dan luar negeri.

Pendapat tersebut bisa jadi benar kalau penegakan hukum dilihat dari sisi korupsi saja. Namun sesungguhnya penegakan hukum bersifat luas. Istilah hukum sendiri sudah luas. Hukum tidak semata-mata peraturan perundang-undangan namun juga bisa bersifat keputusan kepala adat. Hukum-pun bisa diartikan sebagai pedoman bersikap tindak ataupun sebagai petugas.

Page 11: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Dalam suatu penegakkan hukum, sesuai kerangka Friedmann, hukum harus diartikan sebagai suatu isi hukum (content of law), tata laksana hukum (structure of law) dan budaya hukum (culture of law). Sehingga, penegakan hukum tidak saja dilakukan melalui perundang-undangan, namun juga bagaimana memberdayakan aparat dan fasilitas hukum. Juga, yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana menciptakan budaya hukum masyarakat yang kondusif untuk penegakan hukum.

Contoh paling aktual adalah tentang Perda Kawasan Bebas Rokok misalnya. Peraturan ini secara normatif sangat baik karena perhatian yang begitu besar terhadap kesehatan masyarakat. Namun, apakah telah berjalan efektif? Ternyata belum. Karena, fasilitas yang minim, juga aparat penegaknya yang terkadang tidak memberikan contoh yang baik. Sama halnya dengan masyarakat perokok, kebiasaan untuk merokok di tempat-tempat publik adalah suatu budaya yang agak sulit diberantas.

Oleh karenanya, penegakan hukum menuntut konsistensi dan keberanian dari aparat. Juga, hadirnya fasilitas penegakan hukum yang optimal adalah suatu kemestian. Misalnya, perda kawasan bebas rokok harus didukung dengan memperbanyak tanda-tanda larangan merokok, atau menyediakan ruangan khusus perokok, ataupun memasang alarm di ruangan yang sensitif dengan asap.

Masyarakatpun harus senantiasa mendapatkan penyadaran dan pembelajaran yang kontinyu. Maka, program penyadaran, kampanye, pendidikan, apapun namanya, harus terus menerus digalakkan dengan metode yang partisipatif. Karena, adalah hak dari warganegara untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang tepat dan benar akan hal-hal yang penting dan berguna bagi kelangsungan hidupnya.

2.10 Problematika Hukum

Problema paling mendasar dari hukum di Indonesia adalah manipulasi atas fungsi hokum oleh pengemban kekuasaan.

Problem akut dan mendapat sorotan lain adalah:

1. Aparatur penegak hukum ditengarai kurang banyak diisi oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Padahal SDM yang sangat ahli serta memiliki integritas dalam jumlah yang banyak sangat dibutuhkan.

2. Peneggakkan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya karena sering mengalami intervensi kekuasaan dan uang. Uang menjadi permasalahan karena negara belum mampu mensejahterakan aparatur penegak hukum.

3. Kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak hukum semakin surut. Hal ini berakibat pada tindakan anarkis masyarakat untuk menentukan sendiri siapa yang dianggap adil.

4. Para pembentuk peraturan perundang-undangan sering tidak memerhatikan keterbatasan aparatur. Peraturan perundang-undangan yang dibuat sebenarnya sulit untuk dijalankan.

Page 12: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

5. Kurang diperhatikannya kebutuhan waktu untuk mengubah paradigma dan pemahaman aparatur. Bila aparatur penegak hukum tidak paham betul isi peraturan perundang-undangan tidak mungkin ada efektivitas peraturan di tingkat masyarakat.Problem berikutnya adalah hukum di Indonesia hidup di dalam masyarakat yang tidak berorientasi kepada hukum. Akibatnya hukum hanya dianggap sebagai representasi dan simbol negara yang ditakuti. Keadilan kerap berpihak pada mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat. Contoh kasus adalah kasus ibu Prita Mulyasari.

Pekerjaan besar menghadang bangsa Indonesia di bidang hukum. Berbagai upaya perlu dilakukan agar bangsa dan rakyat Indonesia sebagai pemegang kedaulatan dapat merasakan apa yang dijanjikan dalam hukum.

                    BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan

Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan dan harmoni kehidupan.

 3.2 Saran

Page 13: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan dan kepastian hukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin terciptanya keadilan (justice), kepastian hukum (certainty of law), dan kesebandingan hukum (equality before the law).

Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam proporsi yang baik dengan penegakan hak asasi manusia. Dalam arti, jangan lagi ada penegakan hukum yang bersifat diskriminatif, menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif jender. Penegakan hukum jangan dipertentangkan dengan penegakan HAM. Karena, sesungguhnya keduanya dapat berjalan seiring ketika para penegak hukum memahami betul hak-hak warga negara dalam konteks hubungan antara negara hukum dengan masyarakat sipil.

Page 14: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Manusia Moral dan Hukum (ISBD)

A.  PENDAHULUAN1.      Latar Belakang Penulisan MakalahUntuk memenuhi tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD), penulis menyajikan makalah yang berjudul “Manusia, Moralitas dan Hukum”. Makalah ini membahas mengenai konsep-konsep moral dalam hukum dan penerapan dalam kehidupan manusia bermasyarakat dan bernegara untuk menciptakan sepremasi hukum. Melihat penerapan penegakan hukum Indonesia masih belum sesuai dengan undang-undang maka diperlukan suatu perbaikan mengarah pada moralitas masyarakat, serta dibutuhkan suatu kontrol nurani bagi semua warga negara khususnya bagi penegak hukum yang semakin leluasa menguasai keadilan negara ini. Melihat hal itu maka kami sebagai penulis menyusun sepatah dan beberapa pendapat mengenai Manusia, Moralitas dan Hukum.2.      Perumusan Makalah

A. Apa perbedaan, penciptaan serta hubungan hukum dan moralitas ?B. Bagaimana mensinergikan hukum dan moral dalam menegakkan keadilan ?C. Bagaimana Potret Hukum dan Moralitas Bangsa Kita, jelaskan ?D. Bagaimana cara memperbaiki kontrol nurani bagi penegak hukum ?

3.      Tujuan Penulisan MakalahBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka di peroleh tujuan Penulisan Makalah ini sebagai berikut :

1. Menjelaskan perbedaan hukum dan moralitas serta tujuan penciptaannya serta hubungannya.

2. Mendiskripsikan sinergi hukum dan moral dalam menegakkan undang-undang berdasarkan moralitas masyarakat.

3. Memberi gambaran mengenai Problem Moral Penegak Hukum.4. Menyebutkan cara kontrol nurani bagi penegak hukum menurut Aristoteles.

B.  PEMBAHASAN1.      Hukum dan MoralitasAchmad Ali menyatakan hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak tertulis yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan tersebut. Hukum harus mencakup tiga unsur, yaitu kewajiban, moral dan aturan. Istilah moralitas kita kenal secara umum sebagai suatu sistem peraturan-peraturan perilaku sosial, etika hubungan antar-orang.Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan bahwa tujuan hukum adalah keadilan, ada juga yang menyatakan kebinaan, ada yang menyatakan kepastian hukum.

Diturunkan ayat, aturan hukum dan moral adalah untuk menciptakan kemaslahatan umat manusia pada umumnya. Muhammad Abied al-Jabiri membagi kemaslahatan dalam tiga bentuk yaitu

1. Kemaslahatan yang sangat mendasar (dharuriyat)

Page 15: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Adalah kemaslahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan di akhirat.

Kemaslahatan ini dibagi menjadi 5 yaitu :

1. Kemaslahatan jiwa2. Kemaslahatan akal3. Kemaslahatan keturunan4. Kemaslahatan harta

Adalah kemaslahatan yang memperhatikan kebutuhan materi dalam kehidupan sehari-hari

1. Kemaslahatan agamaAdalah kemaslahatn yang memperhatikan tujuan agama dan menjadi pondasi kemaslahatan diatasnya.

2.  Kemaslahatan untuk kelangsungan hidup (hajiyat)

Adalah kemaslahatan yang dibutuhkan dalam menyempurnakan kemaslahatan pokok (mendasar) sebelumnya yang berbentuk  keringanan untuk mempertahankan dan memelihara kebutuhan mendasar manusia. Misalnya, dalam bidang ibadah diberi keringanan meringkas (qashr) shalat dan berbuka puasa bagi orang yang sedang musafir.

3.  Kemaslahatan untuk mencapai kesempurnaan ( tahsinat).

Adalah kemaslahatan yang sifatnya pelengkap berupa keleluasaan yang dapat melengkapi kemaslahatan sebelumnya. Misalnya, dianjurkan untuk memakan yang bergizi.

 2.      Sinergi Hukum dan MoralSetelah mengalami amandemen ke-1 sampai ke-4, tampak bahwa Bab I Pasal 1 UUD 1945 (tentang bentuk dan kedaulatan) telah mengalami perubahan berbunyi: Negara Indonesia Adalah Negara Hukum. Makna negara hukum adalah negara yang mengutamakan hukum sebagai landasan berpijak dan berbuat dalam konteks hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan kata lain, hukum merupakan hal yang supreme : bukan uang dan kekuasaan. Agar hukum dapat menjadi supreme, maka hukum/undang-undang tersebut harus bersinergi dengan moralitas masyarakat. Keharusan hukum bersinergi dengan moralitas masyarakat, telah diungkapkan oleh teori/ajaran ilmu hukum yang mengajarkan bahwa suatu undang-undang akan dapat berlaku efektif di masyarakat apabila undang-undang tersebut memiliki 3 macam kekuatan, yaitu juristische geltung, soziologische geltung dan filosofische geltung.Soziologische geltung dan filosofische geltung mengajarkan kepada kita bahwa undang-undang yang mengakomodasi/merespon secara benar moralitas masyarakat, yang akan mempermudah terwujudnya supremasi hukum. Karena penegakan undang-undang tersebut

Page 16: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

secara mutatis mutandis berarti menegakkan moralitas masyarakat. Sebaliknya, apabila suatu undang-undang gagal mengakomodasi/merespon moralitas masyarakat, maka perwujudan supremasi hukum akan mengalami kesulitan. Dalam konteks ini, undang-undang/hukum akan dijadikan perisai untuk melawan moralitas masyarakat. Dalam konteks ini pula, penegakan hukum tidak akan memberikan kenyamanan dan keadilan bagi masyarakat.Dari sudut hukum ilustrasi di atas dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menjelaskan penyebab adanya permintaan nonaktif sementara sebagai Ketua DPR-RI yang ditujukan kepada Ir Akbar Tandjung, setelah yang bersangkutan “dihadiahi” hukuman penjara 3 tahun oleh pengadilan, tidak segera dipenuhi oleh sang Ketua DPR, dan bahkan permintaan tersebut juga ditentang oleh Partai Golkar, sebagaimana tertuang dalam bab III, Pasal 11 s/d 17 UU No. 04/1999 (UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD), dan yang tertuang dalam Peraturan Tata Tertib DPR-RI, secara tersurat tidak mengatur persoalan nonaktif sementara dalam kaitannya dengan cacat moral anggota DPR. Dan kaitannya dengan terpilihnya kembali Tersangka Kasus 27 Juli sebagai Gubernur Ibu Kota Negara, terpaksa harus diakui dan diterima sebagai kenyataan bahwa memang belum mengatur persoalan cacat moral (misalnya sebagai tersangka pelaku tindak pidana di masa lalu) dalam kaitannya dengan persyaratan menjadi gubernur. Dalam pasal 33 UU No. 22 Tahun 1999 (tentang Pemerintahan Daerah), persoalan moralitas calon gubernur, dengan kalimat tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana dan tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan negeri. Khususnya pasal 16 (yang mengatur tentang gubernur dan wakil gubernur), juga tidak diatur persoalan moralitas (calon) gubernur. Seharusnya dirumuskan setiap anggota MPR/DPR/ DPRD yang patut disangka telah melakukan tindak pidana, wajib menyatakan diri nonaktif sementara sebagai anggota MPR/DPR/DPRD sampai perkaranya mendapatkan putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Hal ini sungguh sangat urgen mengingat saat ini sedang dibahas RUU tentang Susunan dan Kedudukan MPR/DPR/DPRD. Tanpa diikuti status nonaktif sementara, putusan pengadilan negeri yang sudah dengan susah payah dihasilkan, menjadi tidak bermakna/berefek sama sekali, Semoga pesan moral dalam bentuk introducing status nonaktif sementara dari jabatan publik selama berstatus hukum sebagai tersangka atau terpidana sementara, dapat ditampung dalam berbagai RUU untuk merevisi UU lama, khususnya UU No. 28/1999 (UU tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari KKN). Apabila hal ini dilakukan, kita pantas optimistis dapat mewujudkan penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari KKN serta perbuatan tercela/pidana lainnya.3.         Potret Hukum dan Moralitas Bangsa KitaHukum tidak dapat dipisahkan dari aspek moral.Apabila hukum belum secara konkrit mengatur, sedangkan moralitas telah menuntut untuk ditranformasikan oleh karena itu moralitas haruslah di utamakan. Hukum bukanlah suatu tujuan. Hukum itu sendiri diciptakan bukanlah semata-mata untuk mengatur, tetapi lebih dari itu untuk mencapai tujuan yang luhur, yakni keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat.

Seperti yang dinyatakan H.L.A. Hart dalam bukunya General Theory of Law and State, 1965 sebenarnya harus meliputi tiga unsur nilai, yakni kewajiban, moral dan aturan. Bangsa kita adalah bangsa yang berbudaya ketimuran yang sangat menjunjung tinggi nilai moralitas, berbeda dengan bangsa Barat. Tetapi akhir-akhir ini, tanpa kita sadari ataupun disadari, telah

Page 17: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

terjadi degradasi moral di negeri ini. Sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dianggap benar, dan bahkan dianggap sebagai suatu kemajuan. Sedangkan sesuatu yang mengandung nilai – nilai agama diabaikan dan mungkin dianggap suatu kemunduran.

Tanpa kita sadari ataupun tidak umat Islam saat ini sedang dihancurkan secara halus melalui perusakan moralitas (akhlak). Padahal akhlak adalah sesuatu yang utama pada manusia. Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Sesungguhnya aku diutus tiada lain untuk menyempurnakan moralitas bangsa”. (H.R. Malik bin Anas dan Ahmad bin Hanbal)Dalam menyelesaikan problem itu, hendaknya dicariakan solusi pemecahannya yang mencerminkan terpenuhinya keadilan terhadap hak-hak asasi manusia, tanpa mengorbankan moral sebagai religious values (nilai-nilai agama). Hal ini tanggung jawab kita bersama terutama para pemimpin, yang tentunya harus responsif terhadap problem yang ada. Dengan segera pemerintah dan para dewan menanggapi problem yang ada. Jika hukum belum ada secara jelas, sedangkan moral telah menuntut ditransformasikan, seharusnya moralitas menjadi perhatian yang paling utama.

Pada saat ini telah terjadi modernisasi dan globalisasi yang tidak dapat kita hindari. Tidak dapat kita pungkiri perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari ikut sertanya media elektronika. Tetapi disisi lain, media elektronika juga dapat membawa dampak negative, namun semua itu tergantung penggunaan pribadi masing-masing.

4.        Hukum dan Moral, Sebuah Seruan EtisHubungan antara hukum dan moral sangan erat sekali, ada pepatah Roma mengatakan “Apa artinya Undang – undang kalau tida disertai moralitas?”. Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral, perundang undang-undangan yang immoral harus diganti dengan demikian hukum bisa meningkatkan dampak social dari moralitas. Hukum hanya membatasi diri dengan mengatur hubungan antar manusia yang relevan.Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat namun hukum dan moral tetap berbeda sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang bertentangan dengan moral atau ada undang – undang yang immoral yang berarti terdapat ketidak cocokan antara hukum dan moral. Untuk itu dalam konteks ketatanegaraan Indonesia dalam pengambilan keputusan hukum membutuhkan moral sebagaimana moral membutuhkan hukum. Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang dijiwainya. MenurutDahlan Thaib “Tanpa moralitas hukum tampak kosong dan hampa”.Menurut K. Bertens menyatakan ada empat perbedaan antara hukum dan moral :

1. Hukum lebih dikodifikasikan dari pada moralitas2. Hukum dan moral mengatur tingkah laku manusia3. Sanksi yang berkaitan berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan

dengan moralitas

Page 18: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak Negara.Yang diperlukan pada saat ini sekaligus menjadi  seruan etis kita adalah perlu adanya political will dan dengan kekuatan-kekuasaan yang ada pada pemerintah saat ini, meski bukit dan gunung akan rubuh dan langit akan runtuh-bendera supsremasi hukum harus benar-benar dipancangkan dan keadilan segera diciptakan tanpa kompromi.5.        Problem Moral Penegakan HukumMenurut Thomas Koten mengemukakan sosok hukum lebih dipakai sebagai alat pemenuhan kepentingan orang-orang kuat secara politik dan ekonomi daripada sebagai jalan terciptanya keadilan yang memberikan ruang bagi kesejahteraan rakyat dan mematrikan keagungan negara sebagai negara hukum.Berbagai kritik dan saran publik sudah begitu kerap dilontarkan kepada aparat penegak hukum. Tetapi, ironisnya hingga kini belum juga muncul kesadaran yang diikuti perbaikan terhadap cara berpikir dan cara mempraktikkan hukum secara benar. Salah satu indikasinya adalah, penyelesaian kasus hukum korupsi seputar Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang merugikan keuangan negara hingga triliunan rupiah, tetapi seolah hanya menyembulkan bau busuk yang menyengat hidung.Untuk itulah, sosok negara kita pun hanya dapat dimengerti sebagai negara yang produk hukumnya lebih merupakan kosmetik negara hukum daripada penonjolan esensi hukum dan penegakan eksistensi keadilan publik. Hukum hanya bagus dalam kata-kata dan indah dalam lukisan undang-undang yang ratusan jumlahnya, tetapi praktiknya jauh dari harapan.

Problem mendasar dalam praksis penegakan hukum, sebagaimana yang diuraikan di atas, adalah putusan yang diambil di meja pengadilan tidak memiliki roh keadilan. Oleh karena itu, kerap dikatakan bahwa kalangan penegak hukum kita tidak memiliki nurani dan minus nilai-nilai etik-moral.

6.         Kontrol NuraniNegara Indonesia sebagai negara hukum dapat dilihat pada Bab I Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara berdasarkan hukum ditandai oleh beberapa asas, antara lain asas bahwa semua perbuatan atau tindakan pemerintahan atau negara harus didasarkan pada ketentuan hukum tertentu yang sudah ada sebelum perbuatan atau tindakan yang dilakukan. Campur tangan atas hak dan kebebasan seseorang atau kelompok masyarakat hanya dapat dilakukan berdasarkan aturan-aturan hukum tertentu.

Pemikir Aaron T Beck dari University of Pennsylvania memberikan solusi dengan peningkatan pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab moral.Ia menyebutkan the caring orientation yang artinya kewajiban untuk peka terhadap kepentingan orang banyak, rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan bersama,  kesediaan mengorbankan kepentingan pribadi dan kelompok jika itu berbeda dengan kepentingan seluruh rakyat.Menurut Aristoteles untuk mendapatkan keputusan yang adil dalam penegakan hukum diperlukan :

Page 19: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

1. Penajaman moral dan norma-norma etika dalam penegakan hukum dengan perumusan nilai-nilai etis

2. Perlunya tindakan untuk kembali ke diri sendiri sebagai sebuah bentuk kontrol nurani.C.  KESIMPULANDiturunkan ayat, aturan hukum dan moral adalah untuk menciptakan kemaslahatan umat manusia pada umumnya. Muhammad Abied al-Jabiri membagi kemaslahatan dalam tiga bentuk yaitu Kemaslahatan yang sangat mendasar (dharuriyat), Kemslahatan untuk kelangsungan hidup (hajiyat), dan Kemaslahatan untuk mencapai kesempurnaan ( tahsinat).

Undang-undang akan dapat berlaku efektif di masyarakat apabila undang-undang tersebut memiliki 3 macam kekuatan, yaitu juristische geltung, soziologische geltung dan filosofische geltung. Soziologische geltung dan filosofische geltung mengajarkan kepada kita bahwa undang-undang yang mengakomodasi/merespons secara benar moralitas masyarakat, akan mempermudah terwujudnya supremasi hokum.

Hukum bukanlah suatu tujuan. Hukum itu sendiri diciptakan bukanlah semata-mata untuk mengatur, tetapi lebih dari itu untuk mencapai tujuan yang luhur, yakni keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat. Bangsa kita adalah bangsa yang berbudaya ketimuran yang sangat menjunjung tinggi nilai moralitas tapi tanpa kita sadari ataupun disadari, telah terjadi degradasi moral di negeri ini. Sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dianggap benar, dan bahkan dianggap sebagai suatu kemajuan. Sedangkan sesuatu yang mengandung nilai – nilai agama diabaikan dan mungkin dianggap suatu kemunduran.

Hubungan antara hukum dan moral sangan erat sekali, meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat namun hukum dan moral tetap berbeda sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang bertentangan dengan moral atau ada undang – undang yang immoral yang berarti terdapat ketidak cocokan antara hukum dan moral.

Menurut Thomas Koten mengemukakan sosok hukum lebih dipakai sebagai alat pemenuhan kepentingan orang-orang kuat-secara politik dan ekonomi – daripada sebagai jalan terciptanya keadilan yang memberikan ruang bagi kesejahteraan rakyat dan mematrikan keagungan negara sebagai negara hukum. Problem mendasar dalam praksis penegakan hukum, sebagaimana yang diuraikan di atas, adalah putusan yang diambil di meja pengadilan tidak memiliki roh keadilan. Oleh karena itu, kerap dikatakan bahwa kalangan penegak hukum kita tidak memiliki nurani dan minus nilai-nilai etik-moral.

Negara Indonesia sebagai negara hukum dapat dilihat pada Bab I Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Indonesia adalah negara hukum. Menurut Aristoteles untuk mendapatkan keputusan yang adil dalam penegakan hukum diperlukan Penajaman moral dan norma-norma etika dalam penegakan hukum dengan perumusan nilai-nilai etis, dan perlunya tindakan untuk kembali ke diri sendiri sebagai sebuah bentuk kontrol nurani.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

1. Anonim.http://muchad.info/muchad/dalil-syar%E2%80%99i-bag-2-al-maslahah-al-mursalah.htmldiakses tanggal 20 november 2010.

2. Wibowo Anton PS. http://famm2007.multiply.com/reviews/item/19 diakses tanggal 20 november 2010.

3. Direktur Social Development Center. http://koranindonesia.com/2008/03/31/urgensi-etik-moral-penegakan-hukum/ diakses tanggal 20 november 2010.

4. http://islamlib.com/id/artikel/potret-hukum-dan-moralitas-bangsa-kita/  diakses tanggal  29 oktober 2010.

5. http://matahatifh.wordpress.com/2009/12/07/penegakan-hukum-berdasarkan-prinsip- prinsip-%E2%80%9Cthe-rule-of-law%E2%80%9D-konsep-penegakan-hukum-humanis-menuju-keadilan-substantif-oleh-dr-nurul-akhmad/ diakses tanggal 15 november 2010.

6. Suwarno, dkk. 2008. ISBD. Surakarta : BP-FKIP UMS.

MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM

Page 21: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

BAB V

MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM

A.    Hakikat Nilai Moral dalam Kehidupan Manusia

1.      Pengertian Nilai, Etika, Moral, dan Hukum

Nilai adalah ssesuatu yang berharga ,bermutu ,menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia. Nilai merupakan sesuatu yang  abstrak dan hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan

dihayati. Jadi, nilai adalah suatu kualitas yang merujuk pada sifat yang ideal dan berkaitan dengan istilah “apa yang seharusnya” atau sollen.

Nilai dasar ridak berubah dan tidak boleh diubah lagi ,betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Instrumental. Nilai instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.

Nilai adalah “prinsip umum tingkah laku abstrak yang ada dalam alam pikiran anggota-anggota kelompok yang merupakan komitmen yang positif dan standar untuk memperyimbangkan tindakan dan tujuan tertentu.

Etika (ethos) berasal dari bahasa yunani yang artinya adat kebiasaan. Istilah etika digunakan untuk menyebut ilmu dan prinsip dasar penilaian baik buruknyya perilaku manusia

atau berisi tentang kajian ilmiah terhadap ajaran moral tersebut, yaitu untuk memberi landasan kritis tentang mengapa orang dituntut untuktidak melanggar aturan-aturan masyarakat ,seperti tidak mencuri, bersaksi palsu, dan sebagainya, sedangkan istilah moral digunakan untuk menunjuk aturan dan norma yang lebih konkret bagi penilaian baik buruknya perilaku manusia.

Pengertian norma merupakan kaidah atau aturan-aturan yang berisi petunjuk tentang tingkah laku yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia dan bersifat mengikat. Pengertian hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurusi tata tertib suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyarakat tersebut. Dengan kata lain ,bahwa hukum berisi perintah-perintah dan larangan-larangan serta sanksi yang tegas bagi mereka yang melanggar peraturan-peraturan tersebut.

Norma dalam Kehidupan

a.       Norma Agama

Page 22: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

·         Berasal dari tuhan yang maha esa

·         Tercantum dalam kitab suci setiap agama

·         Pelanggaran terhadap norma agama merupakan perbuatan dosa yang akan mendapat sanksi sesuai denngan ketentuan atau ajaran agama yang bersangkutan

·         Agar para pemeluk agama tidak melakukan pelanggaran terhadap ajaran agama ,mereka harus selalu beriman dan bertakwa

·         Tujuan terciptanya masyarakat yang agamis ,tertib tentram ,rukun, damai, dan sejahtera, sehingga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat dapat terwujud

b.      Norma Masyarakat Sosial

·         Bersumber dari masyarakat sendiri

·         Pelanggaran atas norma sosial akan berakibat pengucilan dari pergaulan masyarakat

·         Manusia dalam hidup bermasyarakat harus mengetahui, memahami, dan menyadari adanya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat lingkungannya, kemudian melaksanakan norma-norma tersebut dengan sebaik-baiknya

·         Dengan terpatuhinya norma sosial, akan tercipta masyarakat yang saling menghormati dan saling menghargai

c.       Norma Kesusilaan

·         Berasal dari siri setiap manusia

·         Pelanggaran atas norma ini akan menimbulkan rasa penyesalan

·         Dalam kehidupan sehari – hari sebaiknya setiap individu berusaha agar setiap sikap, ucapan ,dan perilakunya selalu dijiwai oleh nilai – nilai atau norma – norma agama ,kesopanan, dan hukum

d.      Norma Hukum

·         Berasal dari negara

·         Pelanggaran atas norma ini akan dikenai hukuman sesuai dengan peraturan yang berlaku

·         Pelanggaran norma hukum dalam masyarakat akan memicu berbagai kerusuhan dan perbuatan amoral yang tidak bertanggung jawab ,sehingga berpengaruh atau berakibat buruk bagi masyarakat

Page 23: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

2.      Ciri-Ciri Nilai

Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah sebagai berikut :

a.       Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia

b.      Nilai memiliki sifat normatif artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan

c.       Nilai berfungsi  sebgagai daya dorong atau motivator dan manusia adalah pendukung nilai

3.      Macam-Macam Nilai

Dalam filsafat nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu :

a.       Nilai logika adalah nilai benar salah

b.      Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah

c.       Nilai nilai etika / moral adalah nilai baik buruk

Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan ,menonton sebuah pentas pertunjukkan atau merasakan makanan ,nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan.

Notonegoro (dalam kaelan, 2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai , adalah sebagai berikut

a.       Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.

b.      Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktifitas.

c.       Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

4.      Proses Tterbentuknya Nilai, Etika, Moral, Norma dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara

Proses terbentuknya nilai, etika, moral dan hukum merupakan proses yang berjalan melalui suatu kebiasaan untuk berbuat baik, suatu disposisi batin untuk berbuat baik yang tertanam karena dilatihkan, suatu kesiapsediaan untuk bertindak secara baik dan kualitas jiwa yang baik dalam membantu kita untuk hidup secara benar.

Page 24: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Seseorang akan dinilai baik atau buruk sebagai manusia dilihat dari moralitas yang dimilikinya, karena moralitas memiliki otoritas tertinggi dalam penilaian manusia sebagai manusia.

Salah satu mekanisme yang dapat membentuk jati diri yang berkualitas adalah keutamaan moral yang mencakup nilai, norma dan etika.

Disini akhirnya suatu hal berperan yang kadang kala menuntut pertimbangan praktis. Kebijakan praktis perlu dilatihkan pula sebagai keutamaan moral.

5.      Dialektika Hukum dan Moral dalam Masyarakat dan Negara

Hukum dapat dikatakan adil atau tidak tergantung dari wilayah penilaian moral. Hukum disebut adil bila secara moral memang adil. Hukum tidak bisa menilai dirinya sendiri apakah hukum itu adil atau tidak namun hukum sendiri harus menilai bahwa semestinya sifat dari hukum itu adalah adil.

Moralitas dikatakan mendasar hukum berarti hukum yang tidak sesuai dengan norma, moral secara moral sah untuk ditolak atau tidak ditaati, misalnya kalau ada hukum yang tidak seimbang antara pelanggaran hukum yang dilakukan dengan denda atau hukuman yang didapatkan moralitas menyarankan agar hukum tersebut dihapus saja.

6.      Perwujudan Nilai, Etika, Moral, dan Norma dalam Kehidupan  Masyarakat dan Negara

Perwujudan nilai-nilai, etika, moral, dan norma dalam keyakinan iman bisa saja diterapkan sebagai hukum jika norma moral yang terkandung di dalamnya bersifat universal. Oleh karena itu, etika, moral, normadan nilai sering menjadi tuntunan dalam  kehidupan masyarakat supaya kita dapat bertingkah laku dengan baik.

7.      Nilai Diantara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder

Kualitas primer, yaitu kualitas dasar yang tanpanya objek tidak dapat menjadi ada, sama seperti kebutuhan primer yang harus ada sebagai syarat hidyup manusia. Sedangkan kualitas sekunder adalah kualitas yang dapat ditangkap oleh pancaindera seperti warna, rasa, bau dan sebagainya. Nilai bukan kualitas primer maupun sekunder sebab nilai tidak menambah atau memberi eksistensi objek. Nilai mlik semua objek, nilai tidaklah independen yakni tidak memiliki kesubstantifan.

8.      Tuntutan dan Sanksi Moral, Norma, Hukum dalam Masyarakaat Bernegara

Page 25: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

Etika keutamaan biasanya dikontraskan dengan etika kewajiban atau etika peraturan. Dalam etika kewajiban, tekanan diberikan kepada prinsip-prinsip yang mendasari tindakan manusia. Jadi, kriteria untuk menilai baik-buruknya manusia adalah aturan dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam masyarakatnya.

9.      Keadiilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan Masyarakat sebagai Wujud Masyarakat Bermoral dan Menaati Hukum

Aristoteles, memberikan contoh keutamaan moral, yaitu:

a.       Keberanian, yaitu prang dihindarkan dari sifat nekat dan pengecut.

b.      Ugahari (prinsip secukupnya, kesederhanaaan, empan papan), yaitu orang dihindarkan dari kelaparan dan kekenyangan.

c.       Keadilan

Watak-watak ini mengandaikan dihadirkannya dua ekstrem, yaitu kelebihan dan kekurangan yang menuntut adanya sebuah latihan. Kualitas manusia tidak ditentukan oleh keahlian atau kemampuan yang dia miliki melainkan oleh kualitas watak pribadinya. Seperti itulah, kualitas watak pribadi manusia yang erat terkait dengan moralitas.

10.  Nilai Moral sebagai Sumber Daya dan Kebudayaan

Ciri utama suatu masyarakat manusia adalah suatu kebudayaan sebagai hasil berbagai karya, rasa dan cipta manusia selaku makhluk berakal naik untuk melindungidirinya sendiri dari keganasan alam maupun dalam rangka menaklukkannya ataupun untuk menyelenggarakan hubungan hidup bermasyarakat secara tertib dan utuh.

Kebudayaan memiliki tiga dimensi, yaitu hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Orang yang bermoral adalah orang yang berbudaya. Moral diperlukan untuk memahami kehidupan yang baik, khususnya dalam hubungan horisontal antarsesama.

10.1  Nilai Moral sebagai Sumber Daya

Ada dua jenis sumber etika atau moral, yaitu dari Tuhan YME (etika atau moral kodrat) dan dari manusia (etika atau moral budaya).

Kebudayaan paling sedikit memiliki tiga wujud, yaitu:

a.       Keseluruhan ide, gagasan nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang berfungsi mengatur, mengendalikan dan memberi arah pada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat yang disebut adta tata kelakuan (nilai-nilai insani atau moral)

Page 26: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

b.      Keseluruhan aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat yang disebut sistem sosial (nilai-nilai insani atau moral)

c.       Benda hasil karya manusia, benda-benda hasil karya manusia disebut kebudayaan fisik, misalnya pabrik baja, candi Borubudur, pesawat udara, dan komputer (nilai estetika)

Suatu budaya terkadang hanya berlaku pada suatu daerah dan juga terkadang pandangan budaya bersufat relatif kualitasnya.

10.2  Nilai Moral sebagai Rujukan Nilai Budaya

Etika adalah nilai-nilai berupa norma-norma moral yang menjadi pedoman hidup bagi seseorang atau kelompok orang dalam berperilaku atau berbuat. Etika dalam arti ini disebut sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya merupakan gambaran perilaku baik, benar, dan bermanfaat yang terdapat dalam pikiran.

10.3  Nilai Moral sebagai Nilai-Nilai Luhur Budaya Bangsa

Nilai moral adalah nilai atau hasil perbuatan yang baik, sedangkan norma moral adalah norma yang berisi cara bagaimana berbuat baik. Moral bersifat kodrati, sejak diciptakan, manusia sudah dibekali dengan sifat-sifat yang baik, jujur, dan adil. Apabila kita terus-menerus berbuat baik sehingga terbiasa dan membudaya akan menyebabkan kita disebut orang yang beradab.

10.4  Nilai Moral sebagai Hasil Penilaian

Kebudayaan dalam kaitanrnya dengan ilmu sosial budaya dasar adalah penciptaan, penertiban, dan pengelolaan nilai-nilai insani, tercakup dalam usaha memanusiakan diri di dalam alam lingkungan, baik fisik maupun sosial. Sebagai makhluk budaya, manusia dibekali oleh Tuhan dengan akal, nurani, dan kehendak di dalam dirinya. Perwujudan budaya penekanannya pada akal, nurani, dan kehendak sebagai satu kesatuan yang utuh dapat disebut dengan kebudayaan tinggi dan rendah karena diukur dengan manfaatnya bagi manusia.

10.5  Nilai Moral sebagai Nilai Obiektif dan Nilai Subiektif Bangsa

Sistem nilai budaya akan dipahami dan dipatuhi oleh orang lain atau kelompok masyarakat apabila diwujudkan dalam perbuatan yang nyata yang dapat dijadikan teladan. Apabila yang berbuat adalah tokoh atau pemimpin dalam masyarakat, sistem ini cepat berkembang dan diikuti oleh anggota masyarakat sehingga menjadi terbiasa dan membudaya. Hal ini disebut budaya masyarakat.

Page 27: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

10.6  Nilai Moral sebagai Kebudayaan dan Peradaban sebagai Nilai Masyarakat

Manusia selalu menghendaki nilai yang baik daripada yang buruk. Konsepsi-konsepsi tentang nilai yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat membentuk sistem nilai budaya. Sistem nilai ini adalah produk budaya hasil pengalaman hidup yang berlangsung terus-menerus, terbiasa yang akhirnya disepakati bersama sebagai pedoman hidup mereka, dan sebagai identitas kelompok masyarakat.

B. Problematika Pembinaan Nilai Moral

1.     Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral

Keluarga berperan sangat penting bagi pembinaan nilai moral anak. Hal ini karena dalam keluargalah, pendidikan pertama dan utama anak sebelum memasuki dunia pendidikan dan masyarakat.

Keluarga yang harmonis berupaya memberi contoh yang baik kepada anak-anak mereka. Kehidupannya selalu diliputi suasana damai, tenteram, kasih sayang, dan penuh dengan kebahagiaan. Sebaliknya keluarga yang tidak harmonis, sering ribut dan bertengkar, sehingga hal itu akan berpengaruh setidaknya sedikit banyak bagi perkembangan jiwa dan moral anak.

2.     Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral

Pengaruh pergaulan dengan teman sebaya sangat mempengaruhi sikap dan perilau generasi muda kita dalam hal moralnya. Berteman dengan teman yang tidak baik sikap dan perilakunya juga kata-katanya akan mengakibatkan anak akan cepat meniru hal-hal negatif. Oleh karena itu, pemilihan teman dalam bergaul khususnya teman yang baik akan membantu membina nilai moral anak.

3.     Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu

Pengaruh figur otoritas terhadap perkembangan nilai moral individu sangat besar pengaruhnya. Figur otoritas yang baik akan memberi contoh teladan yang baik bagi anak dan masyarakat pada umumnya. Sebaliknya, figur otoritas yang tidak baik akan memberi contoh yang tidak baik bagi perkembangan nilai moral individu.

Page 28: Makalah ISBD Nilai,, Moral Dan Hukum

4.   Pengaruh Media Telekomunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral

Pengaruh ntedia telekomunikasi akhfu-akhir ini memang cukup memprihatinkan di kalangan generasi muda. Penyalahgunaan sarana telekomunikasi yang seharusnya digunakan sesuai fungsinya ini cukup mempengaruhi sikap dan perilaku generasi muda kita.

5.   Pengaruh Media Elektonik dan Internet terhadap Pembinaan Nilai Moral

      Sama halnya dengan Pengaruh Media Telekomunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral, Media Elektonik dan Internet juga sangat berpengaruh terhadap pembinaan Nilai Moral, dan cendrung memprihatinkan dikalangan generasi muda. Penyalah gunaan Media Elektonik dan Internet kearah negatiflah yang membuat generasi muda kita sangat memprihatinkan moralnya.

C.  Manusia dan Hukum

Dalam hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari hukum. Setiap sikap dan perilakunya termasuk tutur kata senantiasa diawasi dan dikontrol oleh hukum yang berlaku. Kehidupan manusia sehari-hari berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku. Manusia yang sada hukum akan selalu bersikap dan bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku.