makalah indegenous personality
DESCRIPTION
kepribadian indegenous, diri dan kesadaranTRANSCRIPT
PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
BUDAYA DAN KEPRIBADIAN
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
FARISA LUTHFI 1010352022
WENDA EGA VERTIN 1010351014
FRIMADONA 1010351011
WINDA PRIMARITA 0910352040
CHAIRUN FILHYANI 111035
INDAH ADNIKA OCTAVIA 1110353005
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
A. Pendahuluan
Kepribadian merupakan hasil proses interaksi seumur hidup antara organisme dan
lingkungan. Pengaruh faktor eksternal memungkinkan perbedaan sistematis dalam
perilaku khas perseorangan yang dibesarkan dalam budaya berbeda. Penelitian
kepribadian cenderung menekankan perbedaan diantara individu atau dalam tradisi lintas
budaya,diantara anggota yang berbeda.
Konsep tentang “diri”, dalam bentuknya yang paling mentah, secara universal ada
di hampir semua budaya, namun apa yang dimaskud dan dipahami orang dari berbagai
budaya sangatlah berbeda.
Berbagai persoalan mendasar yang muncul dalam kajian kepribadian dalam
tinjauan lintas budaya menggambarkan sebuah kenyataan bahwa antar budaya yang
berbeda sangat mungkin secara mendasar memiliki pandangan yang berbeda mengenai
apa tepatnya kepribadian itu.
Suatu kenyataan yang merangsang perlunya kajian-kajian yang bersifat lokal atau
indigenous personality yang mampu memberi penjelasan mengenai kepribadian individu
dari suatu budaya secara mendalam. Konseptualisasi mengenai kepribadian yang
dikembangkan dalam sebuah budaya tertentu dan relevan hanya pada budaya tersebut.
Dalam makalah ini penulis akan membahas penjelasan, atau pemahaman yang
berbeda tentang diri. Penulis akan membandingkan penjelasan Barat tentang diri sebagai
entitas yang independen dan terpisah, dengan penjelasan lain tentang diri yang lebih
umum yang ditemui di budaya – budaya non-Barat. Menurut konsep diri non-Barat,
seseorang dipandang inherent, terkait, atau saling tergantung dengan orang lain dan tak
terpisahkan dari konteks social.
Penulis akan menggambarkan bagaimana berbagai bentuk konsep yang berbeda –
beda tentang diri ini, tak terlepas dari perhatian dan pemikiran orang, bagaimana mereka
merasakan dan apa yang memotivasi mereka
B. Pembahasan
1. Konsepsi tentang Diri
Diri merupakan sosok pribadi yang berasal dari hasil konstruksi budaya. Penelitian
pada orang India di negara bagian Orissa menyatakan bahwa pribadi merupakan hal yang
terjelma karena relasi sosial dan dilukiskan menurut relasi sosial pula.
Konsepsi Barat menyebutkan bahwa diri adalah individu yang terpisah, otonom,
dan atomis (terbentuk dari seperangkat sifat, kemampuan, nilai dan motif yang pilah),
dengan mencari keterpisahan dan ketaktergantungan dari orang lain. Sementara dari
Budaya Timur menggambarkan bahwa diri merupakan konsep yang selalu terkait dengan
orang lain (merujuk pada konsep relasi, koneksi, dan ketergantungan).
2. Konsekuensi Terhadap Kognisi, Motivasi, Dan Emosi
a. Kognisi
Locus of control
Hal paling menarik dari hubungan kepribadian dengan konteks lintas budaya
adalah masalah locus of control. Sebuah konsep yang dibangun oleh Rotter (1966) yang
menyatakan bahwa setiap orang berbeda dalam bagaimana dan seberapa besar kontrol
diri mereka terhadap perilaku dan hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungan.
Locus of control kepribadian umumnya dibedakan menjadi dua berdasarkan
arahnya, yaitu internal dan eksternal. Individu dengan locus of control eksternal melihat
diri mereka sangat ditentukan oleh bagaimana lingkungan dan orang lain melihat mereka.
Sedangkan locus of control internal melihat independency yang besar dalam kehidupan
dimana hidupnya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri.
Sebagai contoh adalah penelitian perbandingan antara masyarakat Barat (Eropa-
Amerika) dan masyarakat Timur (Asia). Orang-orang Barat cenderung melihat diri
mereka dalam kaca mata personal individual sehingga seberapa besar prestasi yang
mereka raih ditentukan oleh seberapa keras mereka bekerja dan seberapa tinggi tingkat
kapasitas mereka. Sebaliknya, orang Asia yang locus of control kepribadiannya
cenderung eksternal melihat keberhasilan mereka dipengaruhi oleh dukungan orang lain
ataupun lingkungan.
Persepsi diri
Studi yang dilakukan oleh Bond danTak-Sing (1983), dan Shwender dan Bourne
(1984) menunjukkan bagaimana perbedaan konstruk diri mempengaruhi persepsi diri.
Studi ini membandingkan kelompok Amerika dan kelompok Asia, subyek diminta
menuliskan beberapa karakteristik yang menggambarkan diri mereka sendiri. Respon
yang diberikan subyek bila dianalisa dapat dibagi kedalam dua jenis, yaitu respon abstrak
atau deskripsi sifat kepribadian seperti “saya seorang yang mudah bergaul”, “saya orang
yang ulet”; dan respon situasional seperti “saya biasanya mudah bergaul dengan teman-
teman dekat saya”.
Hasil studi menunjukkan bahwa subyek Amerika cenderung memberikan respon
abstrak sedangkan subyek Asia cenderung memberikan respon situasional. penemuan ini
menyatakan bahwa individu dengan konstruk diri yang independent cenderung
menekankan pada atribut personal (kemampuan ataupun sifat kepribadian) sebaliknya
individu dengan konstruk diri interdependent lebih cenderung melihat diri mereka dalam
konteks situasional dalam hubungannya dengan orang lain.
Penjelasan Sosial
Pemahaman diri juga dapat menjadi “template kognitif” yang mendasari persepsi
dan interpretasi terhadap perilaku orang lain. Bagi individu yang memegang pemahaman
diri yang independen ketika mengamati perilaku orang lain, mereka mungkin akan
menarik kesimpulan – kesimpulan tentang kondisi internal orang tersebut atau disposisi
yang ada dibalik atau bahkan menyebabkan perilaku tersebut, seperti “ia orang yang
sangat tidak bertanggung jawab”.
Sementara pada orang dengan budaya interdependen memiliki pemahaman bahwa
apa yang dilakukan seseorang itu tergantung pada, dan diarahkan oleh factor – factor
situasional. Jadi mereka lebih cenderung menjelaskan perilaku orang lain berdasarkan
kekuatan – kekuatan situasional yang mempengaruhi orang tersebut., bukan berdasarkan
predisposisi – predisposisi internal.
b. Emosi
Konotasi Emosi Sosial
Emosi dapat diklasifikasikan atas arah hubungan sosial dari emosi, yaitu apakah
emosi tersebut akan mengarahkan pada pemisahan diri dengan lingkungan, penarikan
diri, ataupun penolakan hubungan sosial sekaligus secara simultan meningkatkan rasa
penerimaan diri untuk mandiri dan lepas dari ketergantungan pada orang lain yang
selanjutnya disebut socially disengaged emotions dan emosi yang akan mengarahkan
pada keterhubungan dengan orang lain dan lingkungan luarnya atau dikenal sebagai
socially engaged emotions.
Konotasi social dan emosi asli (indigenous)
- Amae
Doi mengemukakan adanya Amae yang dikatakan sebagai inti konsep dari
kepribadian orang-orang Jepang. Amae berakar pada kata ‘manis’, dan secara perlahan
dirujukkan sebagai sifat pasif, ketergantungan antar individu. Dipaparkan pula bahwa
Amae berakar pada hubungan antara bayi dengan ibunya. Menurut Doi, relationship
seluruh orang Jepang dipengaruhi dan berkarakteristik Amae, sebagaimana Amae ini
secara mendasar mempengaruhi budaya dan kepribadian orang Jepang. Suatu konsep
yang memandang kepribadian sebagai bagian tak terpisahkan dari konsep hubungan
sosial. Temuan mengenai Amae di atas menunjukkan adanya perbedaan konsep
kepribadian antara orang Jepang dan orang Amerika.
- Ego
Para Psikolog Amerika memandang bahwa yang menjadi inti kepribadian adalah
konsep Ego. Ego disebut ekslusif kepribadian karena Ego mengontrol pintu-pintu kearah
tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana ia dan bagaimana caranya, serta
memiliki kuasa mengontrol proses-proses kognitif berupa persepsi, memori dan berpikir.
Tujuan terpenting dari Ego adalah mempertahankan kehidupan individu. Konsep yang
memandang kepribadian sebagai suatu yang bersifat otonom.
c. Motivasi
Motivasi Berprestasi
Perbedaaan kultural dalam pemahaman diri juga mempengaruhi motivasi.
Sebagaimana dengan emosi, literature Barat juga menganggap bahwa motivasi pada
dasarnya bersifat internal di dalam diri si pelaku. Mereka cenderung mendorng diri maju
secara aktif memperjuangkan kesuksesan individual, pencapain semata demi diri pribadi.
Sementara dalam kerangka pemahaman interdependen, keunggulan dikejar
melalui tujuan – tujuan social, berorientasi social dan berjuang mencapai prestasi demi
orang – orang lain yang terkait, seperti keluarga. Motivasi erat hubungannya dengan
afiliasi.
Self-enhancement (peningkatan diri) versus Self-effacemen (pengkerdilan diri)
Masyarakat Barat dengan kepribadian independennya pada masa anak – anak
sudah memandang diri mereka lebih baik dari kebanyakan orang dan orang dewasanya
menganggap diri mereka lebih cerdas dan lebih menarik daripada orang rata – rata.
Kecenderungan mengabaikan atau underestimate fakta bahwa sifat yag baik pada dirinya
sebenarnya umum ditemui pada diri orang lain disebut false uniqueness effect (efek
keunikan palsu). Hal ini digunakan untuk meningkatkan harga diri.
Namun hal tersebut tidak berlaku pada masyarakat dengan kepribadian
interdependen yang memandandang pengakuan positif dari atribut – atribut internal diri
belum tentu erat terkait dengan harga diri atau kepuasan diri secara umum. Bagi mereka
kepuasan diri umum muncul dari pengakuan bahwa seseorang telah berhasil dalam
melakukan tugas – tugas kultural yang terkait dengan keanggotaan, penyesuaian diri,
bertindak secara pantas dan seterusnya.
C. Kesimpulan
Pandangan seseorang tentang diri adalah sesuatu yang penting untuk memahami
keragaman perilaku individual. Di berbagai budaya yang berbeda “diri” mempunyai
bentuk yang berbeda yang menyebabkan berbagai fenomena dan proses sosial pun
menjadi berbeda sesuai dengan pemahaman tentang diri.
Kita perlu memperhatikan sejauh mana berbagai prinsip social psikologis bisa
melintasi batas – batas kultural untuk menjelaskan perilaku orang dari kebudayaan yang
lain. Denan melakukan hal ini, kita menemukan fenomena yang menjelaskan perbedaan –
perbedaan kultural tersebut. Dan ingat, dalam mempelajari pengaruh – pengaruh kultural
kita tidak boleh memandang dengan kacamata kulutural kita sendiri.
D. Daftar Pustaka
Matsumoto, David. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar
http://psikology09b.blogspot.com/2011/04/budaya-dan-kepribadian.html
http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id